BAGI PESERTA ANTARA PERLU DAN TIDAK PER

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN 2014

“BAGI PESERTA ANTARA PERLU DAN TIDAK

PERLU”
Masih terngiang ditelinga saat awal tahun 2014 bergema setiap ada
orang yang sebut “BPJS kesehatan”. Yang menjadi pertanyaan awal, Apa
yang dimaksud BPJS??
“BPJS Kesehatan adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
dibentuk pemerintah untuk memberikan Jaminan Kesehatan untuk
Masyarakat secara Nasional, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
merupakan program kesehatan untuk mewujudkan masyarakat dengan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. BPJS Kesehatan
adalah merupakan transformasi PT Askes, Jamsostek, Jamkesmas serta
layanan jaminan kesehatan Kemenhan TNI POLRI yang akan dimulai pada
1 Januari 2014. Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan jamsostek adalah
merupakan transformasi PT Jamsostek yang akan dimulai pada tanggal 1
Januari 2014 dan selambat-lambatnya sudah beroperasi paling lambat pada
tanggal 1 Juli 2015. Sedangkan untuk pengalihan PT ASABRI dan PT
TASPEN ke BPJS Ketenagakerjaan Jamsostek paling lambat tahun 2029.
Setelah mengetahui arti BPJS seperti yang kita ketahui bersama

bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap manusia dan merupakan bagian

SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 1

dari hak setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
termasuk bagi masyarakat yang miskin. Hal itu telah diamanatkan oleh
UUD 1945 pasal 28. Untuk itulah Pemerintah Indonesia telah meluncurkan
program BPJS Kesehatan tahun 2014. Jadi jelas tujuan manfaat BPJS yaitu:
 Memberikan kemudahan dan juga akses pelayanan kesehatan kepada
peserta di seluruh jaringan fasilitas Jamkesmas.
 Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi
peserta, tidak berlebihan sehingga nantinya akan juga terkendali mutu
dan biaya pelayanan kesehatan tersebut.
 Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Pertanyaan selanjutnya yang tentu dipertanyakan, “Siapa saja yang
berhak mendapatkan BPJS kesehatan?”
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan yaitu peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta
program Jaminan Kesehatan. Selanjutnya Bukan Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan yaitu pekerja penerima upah dan anggota keluarganya,

SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 2

pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya dan bukan pekerja
dan anggota keluarganya.
Masalahnya yang terjadi saat ini bagaimana tentang kepesertaan?
Masih banyak masyarakat belum mendapatkan kepesertaan BPJS terutama
yang benar-benar tidak mampu, bagi yang tidak mampu pemerintah yang
mendaftarkan penerima bantuan iuran ke BPJS kesehatan. Walaupun
bertahap terkait kepesertaan sampai tahun 2019 seharusnya dimulai dengan
baik dan benar-benar sesuai standar prosedur, tetapi masalah klasik masih
saja terjadi antara lain kepesertaan dari pelayanan tingkat pertama tidak
benar-benar mendata masyarakat yang miskin atau tidak mampu, karena

dilapangan yang terjadi pihak pelayanan kesehatan masih banyak yang
menyerahkan keputusan siapa yang menjadi peserta bantuan iuran kepada
pemerintah desa/kelurahan setempat, sehingga terjadi yang sebenarnya
mampu justru mendapatkan bantuan iuran dan yang tidak pernah
mendapatkan tetap tidak mendapatkan.
Bagi aparat pemerintah yang masih selalu dijadikan alasan
permasalahan dan berkelit bila dipertanyakan, jawabannya bahwa beberapa
peserta bantuan iuran yang dimasukkan layak untuk mendapatkan menurut
singkat penulis, karena standar orang tidak mampu yang kurang jelas yang
tidak dapat distandarkan secara nasional berhubung kondisi perekonomian
SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 3

di suatu daerah pasti berbeda, hal ini menimbulkan kesenjangan dalam
mengambil keputusan, tidak menutup kemungkinan bahwa disuatu wilayah
pada dasarnya tergolong mampu semua tetapi dengan adanya “jatah” yang
harus ada, maka pemerintah harus memutuskan siapa yang berhak
mendapatkan, sehingga terjadilah diantaranya anggota keluarga aparat dan
mampu justru mendapatkan karena bukan didasarkan unsur “kejujuran dan

tidak malu” tetapi terdapat unsur lainnya bahkan orang lain dengan dasar
unsur “politis”.
Berhubungan dengan antara perlu dan tidak perlu yang dapat
mengusik pembaca dalam artikel ini penulis hubungkan dengan kepesertaan
tersebut, pada masyarakat yang tidak mampu atau tergolong miskin
misalnya untuk memenuhi kecukupan gizi cukup sulit, sehingga risiko
terjadinya penyakit infeksi sangat mudah, pada saat itulah “sangat perlu”
bantuan dengan adanya BPJS kategori bantuan iuran ini, seperti diketahui
bahwa pemerintah membentuk BPJS karena selama ini banyak rumah sakit
yang tidak bersedia merawat masyarakat miskin dan tetap dimintai uang
tunai meski sudah memiliki kartu jaminan kesehatan. Melalui BPJS
nantinya rumah sakit-rumah sakit akan mendapat uang tunai dan pasien
hanya membawa kartu identitas dan kartu peserta program BPJS.

SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 4

Dilain sisi misalnya pada orang mampu dan ternyata mendapatkan
BPJS kategori bantuan iuran, pada saat dia sakit dan harus rawat inap terus

menggunakan fasilitas ini, disaat tempat yang harus diterima tidak
memberikan kenyamanan baginya tidak jarang mereka meminta kepada
petugas kesehatan untuk memindahkan ke tempat yang lebih nyaman
dengan membayar berapapun harganya, hal tersebut diatas itulah
sebenarnya dilema antara perlu dan tidak perlu.
Dalam arti sempit untuk saat ini ternyata BPJS kategori bantuan
iuran tidak untuk seluruh masyarakat Indonesia, namun hanya untuk
mereka yang terdaftar sebagai peserta. Untuk dapat tercatat sebagai
anggota, masyarakat harus mendaftar melalui kantor BPJS Kesehatan
dengan membawa kartu identitas (KTP) serta pasfoto. Setelah mengisi
formulir pendaftaran dan membayar iuran lewat bank (BRI, BNI dan
Mandiri), calon anggota akan mendapat kartu BPJS Kesehatan yang bisa
langsung digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan. Bagi yang tidak
mendaftar tentu tidak mendapatkan kecuali bagi yang tidak mampu
didaftarkan oleh pemerintah melalui tahapan-tahapan yang ditentukan.
Salah satu solusi dari permasalahan dan dilema tersebut diatas sudah
selayaknya

masyarakat


yang

mampu

memiliki

rasa

malu

untuk

mendapatkan bantuan iuran gratis BPJS dan bagi aparatur pemerintah
SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 5

siapapun dan dimanapun berada dalam mendata kepesertaan jaminan
kesehatan terutama BPJS bantuan iuran ini harus dengan “kejujuran”, selain
itu pemerintah daerah setempat menentukan dan mensosialisasikan standar

kepesertaan bagi yang perlu mendapatkan BPJS bantuan iuran dan jenisjenis pelayanan yang dapat diklaim oleh peserta sehingga masyarakat
benar-benar mengetahui tentang maksud baik pemerintah dalam program
BPJS ini, terutama menggandakan buku saku BPJS khusus diperuntukkan
bagi masyarakat yang jauh dari informasi dan akses untuk mendapatkan
informasi.

Semoga

dengan

tahapan-tahapan

samapi

2019

yang

direncanakan dapat berjalan dengan baik dan disertai pengawasan serta
evaluasi yang “istiqomah” dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

baik. Amin.

Sumber :
Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAQ (Frequently Asked Questions)
BPJS Kesehatan Cetakan Pertama, Jakarta, 2013
Erni Susanti, Apa itu BPJS Kesehatan dan Bagaimana Mengurusnya,
http://tips-sehat-keluarga-bunda.blogspot.com/2014/01/apa-itu-bpjskesehatan-dan-bagaimana.html, 2014.
http://www.bpjs-kesehatan.go.id. Tanya Jawab Seputar BPJS Kesehatan.

SITTI SALMA ALDIN NIM. K201302238

Page 6