SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1959-2016 M.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh Devy Nur Afida NIM: A02212045

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro”. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat sekitar?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penulis menggunakan pendekatan sosiologi yang mencakup teori fungsionalisme struktural dan teori kepemimpinan karismatik.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan oleh KH. Masyhur pada tahun 1959, yang bertujuan untuk memperbaiki dan membangun mental masyarakat sesuai dengan ajaran-ajaran islam dan dapat menanamkan rasa keagamaan pada sumua segi kehidupan dalam masyarakat. 2. Perkembangannya pun begitu pesat yaitu karena banyaknya santri yang berdatangan untuk mondok dan bersekolah di Pondok Pesantren Al Rosyid, sehingga mengalami berbagai perkembangan perubahan sistem pendidikan, namun tidak meninggalkan pendidikan klasiknya. Seperti meningkatkan model sistem pendidikan yang memadukan antara pendidikan klasik dengan sistem pendidikan modern. 3. Adapun pengaruh Pondok Pesantren Al Rosyid terhadap masyarakat yang menghasilkan dampak positif, seperti halnya keikutsertaan masyarakat dalam program kegiatan yang dilakukan Pondok Pesantren Al Rosyid untuk menanamkan rasa keagamaan pada masyarakat itu sendiri.


(7)

ABSTRACT

This thesis is the result of field research on the title “THE HISTORY OF DEVELOPMENT ON ISLAMIC BOARDING SCHOOL AL ROSYID IN NGUMPAKDALEM VILAGE, DANDER DISTRIC, BOJONEGORO RAGENCY

YEAR 1959-2016 M”. The research questions are 1. How is the establishment history

of the Islamic Boarding School Al Rosyid?, 2. How is the improvement of the Islamic Boarding School Al Rosyid since 1959-2016?, and 3. How is the contribution of the Islamic boarding school to the people surrounding it?

This research used a method of historical research that includes heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. The writer used sociology approach that consists of structural functionalism theory and charismatic leadership theory.

The result of the research can be concluded that: 1. The Islamic Boarding School Al Rosyid was established by KH. Masyhur on 1959. He had purposes on; first, to teach mentality of people to be better and based on Islamic rule and second, to make the people have love about Islam in every aspect of their life in the society. 2. The development also has positive response. It is increased very fast. It is because there are many students come to learn and stay to the Islamic Boarding School. Even though the improvement is much better the education system doesn’t leave traditional method of teaching and learning process. So, they combine the system between traditional and modern method. 3. For the contribution of the Islamic Boarding School to the society, it shows positive response from the people, like the example, people join to programs that teach people about Islam that held by the Islamic Boarding School.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PERSEMBAHAN….. ... v

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Pendekatan dan Kerangka Teori ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 11

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II PONDOK PESANTREN AL RASYID A. Letak geografis ... 19

B. Latar Belakang Berdirinya ... 24

C. Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26

D. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26


(9)

F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid ... 34

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974) ... 40

B. Periode II KH. Shajjidun (1976 - 1989) ... 45

C. Periode III KH. Alamul Huda (1989 - 2016) ... 52

BAB IV KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A. Alumni Pondok Pesantren Al Rosyid ... 58

B. Pengaruh Pondok Pesantren Al Rosyid Bagi Masyarakat

Sekitar ... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau dan termasuk penulisan yang harus memenuhi beberapa syarat tertentu yakni syarat sebagai ilmu. Sejarah dapat dilihat dalam arti subjektif dan objektif. Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk yakni bangunan yang disusun penulis sebagai

suatu uraian atau cerita.1 Sedangkan sejarah dalam arti objektif menunjuk pada

kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.2

Sejarah asal permulaan pondok pesantren di Indonesia bersamaan dengan bermula dan berkembangnya agama islam di Indonesia. Adayang berpendapat bahwa pondok pesantren itu warisan dari system Hindu yang dinamakan padepokan, tetapi jelas ada perbedaan besar antara pesantren dan padepokan. Pada zaman Hindu yang belajar dan mengajar di padepokan hanya kasta-kasta khusus, yaitu brahmana dan ksatria. Namun dalam pondok pesantren Islam semua orang dapat belajar tanpa ada

perbedaan.3

Peristiwa sejarah memiliki ciri yang khas diantaranya bersifat unik. Dari karakteristik diatas, penulis mengklasifikasikan pondok pesantren Al Rosyid Desa

1

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), 14.

2

Ibid., 15. 3

Zainudin Fanani, et all, Study Islam Asia Tenggara (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 1999), 344.


(11)

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tergolong pondok yang memiliki keunikan tersendiri yakni model pondok pesantren salafi yang bercorak klasik yang dipadukan dengan system kurukulum pondok pesantren modern Darussalam Gontor Ponorogo, dan pada umumnya mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat serta berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, tidak hanya dari segi moral tapi juga ikut memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren telah banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, muballigh dan guru agama yang dibutuhkan masyarakat. Hingga sekarang, pondok pesantren tetap konsisten melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.

Dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic

studies, Pondok Pesantren Al-Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk memupuk

dan mengembangkan serta membina umat. Di Pondok ini diajarkanilmu-ilmu agama

yang representatif dan kompeten. Pondok ini tidak hanya menyiapkan anak didiknya

terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini

tentunya akan memiliki nilai tambah bagi alumnus Pondok Pesantren Al-Rosyid

untuk membentuk peradaban islam yang kaffah dengan mengimplementasikan

ilmu-ilmu yang diajarkan di Pondok Pesantren guna mewujudkan sosok muslim yang dibutuhkan agama, bangsa dan negara.


(12)

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara yang eksistensinya masih tetap bertahan hingga sekarang di tengah-tengah kontestasi dengan pendidikan modern yang berkiblat pada dunia pendidikan model barat yang

dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19 M.4

Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini

digabung menjadi pondok pesantren.5 Pesantren adalah lembaga pendidikan

tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menhayati, dan mengamalkan agama islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan

sebagai pedoman perilaku sehari-hari.6 Pesantren sebagai suatu tempat pendidikan

dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama dan mengembangkan kepribadian muslima dan didukung asrama sebagai sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Pesantren juga merupakan komunitas tersendiri dimana kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berlandaskan nilai-nilai agama islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaanya sendiri-sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah

asuhan seorang kiai atau ulama, yang dibantu oleh beberapa kiai dan ustadz.7

4

Jajat Burhanuddin, Mencetak Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), 2.

5

Qomar Mujamil, Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi (Jakarta: Erlangga, 2008), 1.

6

A. Rofiq, Widodo. R B, et all, Pemberdayaan pesantren: menuju kemandirian profesionalisme santri dengan metode daurah kebudaayaan (Yogyakarta: Pustaka pesantren, 2005), 1.


(13)

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat

dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi

pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunah Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian

masyarakat.8

Penelitian ini menitik beratkan pada pondok pesantren yang berada di wilayah Ngumpakdalem Dander Kabupaten Bojonegoro. Al Rosyid merupakan sebuah pondok pesantren yang ada di wilayah Kendal Ngumpakdalem Dander Bojonegoro. Al Rosyid merupakan nama pemberian yang diberikan oleh putra dari kiai Rosyid, sedangkan Kendal adalah sebuah penyebutan tempat berdirinya pesantren Al Rosyid karena terdapat pohon Kendal yang besar. Oleh karena itu pondok pesantren ini dikenal dengan sebutan Al Rosyid Kendal. Pengasuh pondok saat ini bernama K.H. Alamul Huda Masyhur. Pondok ini merupakan pondok yang menganut sistem salaf. Sistem klasikal adalah sebuah pembelajaran dengan orientasi pendidikan dan pengajarannya tertata secara runtut dan rapi baik berhubungan dengan kurikulum, tingkatan maupun kegiatan didalamnya.

8


(14)

Penulis mengambil rentan waktu antara tahun 1959-2016 dengan alasan pada tahun 1959 pondok pesantren Al Rosyid mulai berdiri dan pada tahun 2016 masih mengalami berbagai perkembangan pembangunan gedung asrama putra dan putri, perluasan tanah dan bangunan, serta kuantitas jumlah santri maupun kualitas prestasi akademik maupun non akademik.

Madrasah diniyah merupakan lembaga keagamaan Islam nonformal yang dijadikan pelengkap bagi siswa pendidikan umum. Melihat peranannya yang cukup besar dalam pembentukan akhlakul karimah bagi generasi selanjutnya. Dalam perkembangannya secara kelembagaan, madrasah mengalami penyempurnaan secara berangsur-angsur.

Adapun alasan penulis memilih judul Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016 dikarenakan pondok ini memiliki ciri khas tersendiri. Pondok Al Rosyid menggabungkan dengan berbagai macam model pendidikan, pondok pesantren menyesuaikan dengan apa yang dimilikinya sekarang dengan apa yang di yang di inginkan masyarakat, karena masyarakt sendiri ada yang menginginkan model pendidikan lama dan ada juga yang mendinginkan model pendidikan modern, pada akhirnya pondok pesantren menggabungkan antara keduanya yakni antara model klasik dan modern.

berstatus salaf namun pada tahun 1979 pondok pesantren ini menambahkan sistem modern. Pada kurikulum pendidikan modern pondok Al Rosyid memadukan dengan kurikulum modern. dengan tujuan mencari efisiensi dan relevansi tujuan


(15)

pendidikan terwujudnya generasi Islam yang berdedikasi tinggi, unggul dalam prestasi dan berakhlaqul karimah. Selain penekanan pada tauhid, aqidah, fiqih, dan akhlak juga ditekankan pada santri untuk menguasai Bahasa arab dan Bahasa Inggris bahkan bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari, selain itu juga mencetak generasi Muhafadzoh.

Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan, dan diarahkan oleh nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. ajaran Islam ini menyatu dengan struktur kontekstual atau realitas social yang digumbuli dalam hidup keseharian. Hal ini yang mendasari konsep pembangunan dan peran kelembagaan peran pesantren.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan membatasi yang disesuaikan judul, Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid Kendal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Kajian ini dibatasi dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak keluar dari masalah apa yang telah ditulis. Berikut masalah penelitian ini di buat:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem


(16)

3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat sekitar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini penulis mempunyai tujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid

Kendal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016.

2. Untuk mengetahi bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Rosyid Kendal

Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016.

3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap

perkembangan masyarakat sekitar

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan nantinya akan memberi manfaat setidaknya ada dua aspek:


(17)

1. Aspek praktis: Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.

2. As pek Akademik: Dari aspek ini diharap dapat dijadikan referensi bagi peneliti

yang ada kaitannya dengan sejarah pondok pesantren dan menambah pengetahuan tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Berbicara mengenai perspektif teori (theory perspective), masing-masing

perspektif itu digunakan untuk mempersepsi apa yang penting dan apa yang membuat dunia ini terus berjalan. Semua peneliti yang baik sangat berhati-hati terhadap data. Meski tidak mutlak dalam penelitian kualitatif, teori juga membantu kerja peneliti agar penelitiannya berjalan dengan baik.

Ilmu bantu sejarah dalam melakukan penelitian sejarah dapat membantu sejarawan menemukan informasi dan mendapatkan data sesuai kebutuhan dalam batas penelitiannya. Dalam hal ini, penulis memerlukan ilmu bantu sejarah dalam bidang sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya masyarakat, ilmu sosial yang kategoris abstrak, empiris, rasional dan bersifat umum. Masyarakat


(18)

merupakan kumpulan manusia yang bercampur dalam waktu yang sama, sadar akan

kesatuan serta memiliki suatu sistem hidup bersama.9

Secara definitif Max Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang berusaha untuk menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kasual. Tindakan yang dimaksudkan adalah dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa yang bersifat subjektif yang mungkin terrjadi karena pengaruh positif dan situasi tertentu.10

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan. Salah satunya yakni dalam masyarakat terjadi perubahan sosial. Perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat.11

Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur yang diungkapkan dan lain sebagainya. Peneliti lebih mengacu pada pendekatan sosiologi. Dalam pendekatan ini penulis menggunakan pendekatan:

9

Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 25. 10

Alimandan, Sosiologi, Ilmu Sosial Berparadigma Ganda (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), 44. 11


(19)

1. Teori fungsionalisme struktural

Teori ini menekankan kepada keturunan dan mengabaikan konflik serta perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest, dan keseimbangan.

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Singkatnya adalah masyarakat menurut kaca mata teori senantiasa berada dalam keadaan brubah secara berangsur-angsur

dengan tetap memelihara keseimbangan.12

Seperti halnya pondok pesantren Al Rosyid Pada awal berdiri, pesantren ini hanya memiliki lembaga pendidikan diniyah, yang didirikan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat sekitar yang ingin belajar pengetahuan agama sejak dini bagi yang duduk di tingkat SD. Pada perkembangan selanjutnya, setelah pembukaan pendidikan formal Pesantren Al Rosyid mengadakan pengembangan kurikulum. Dan begitu pula dengan perkembangan bangunan pondok yang semakin luas dan adanya santri yang semakin bertambah hingga saat ini santri yng menuntut ilmu di pondok Al Rosyid mencapai 1250 lebih yang terdiri dari santri putra dan santri putri.

12

http://dhayassamaronjie.wordpress.com/makalah/sosiologi-dakwah/teori-fungsionalismestruktural-teori-konflik/.


(20)

2. Teori Kepemimpinan

Pada teori kepemimpinan ini penulis menggunakan kepemimpina kharismatik seperti yang diungkapkan Max Weber seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut karena mempunyai kharakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.13

Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial.sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga KH. Masyhur tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.

Kualitas kepribadian yang dimiliki KH. Masyhur dalam memberikan ilmu melalui pengajin kitab-kitab kuning yang diselenggarakan setiap hari merupakan contoh konkrit ketinggian ilmu yang senantiasa diperagakan dalam sikap dan

aktifitasnya. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil

jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya. KH. Masyhur sering membangkitkan semangat hidup beragama melalui tindakan yang diajarkan.

Munculnya kharisma terletak dimata orang yang memandangnya, kharisma bukan merupakan sikap yang benar ada pada diri seorang pemimpin, melainkan

13


(21)

lebih merupakan sikap yang menurut para pengikutnya ada pada pemimpin

mereka.14

F. Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya penelitian pondok pesantren cukup banyak namun pembahasan tentang pondok pesantren Al-Rosyid belum ada yang meneliti dalam segi sejarah pondok pesantren, peran kiai. Peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang pondok pesantren Al-Rosyid sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil judul Sejarah Pondok Pesantren Al-Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tahun 1959, namun peneliti mengambil penelitian terdahulu sebagai pedoman dalam penulisan skripsi.

1. Sumadi, NIM F.054.111.55, Program Studi Ilmu Keislaman Konsentrasi

Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Model Pengembangan Pendidikan Pesantren Study Di Pondok Pesantren Al Rasyid Dander Bojonegoro, 2014, yang membahas tentang model pengembagan dan pembaharuan pendidikan di pondok pesantren Al Rosyid

2. Chafid Rosyidi, NIM 07101244034, Program Studi Manajemen Pendidikan

jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta, Manajemen Implementasi Kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin Al

-Islamiyah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid Bojonegoro Jawa Timur,

2012, yang membahas tetntang proses perencanaan kurikulum Kulliyyatul

14


(22)

Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid,

proses implementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) di

Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, hasil pembelajaran dalam

limplementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah

Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, serta keunggulan dan kelemahan kurikulum

Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor dibandingkan kurikulum MAN.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro adalah metode penelitian sejarah. Langkah langkah praktis dalam yang harus dilalui oleh peneliti sejarah berkaitan dengan penerapan metode sejarah adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik yakni tehnik untuk mengumpulkan sumber-sumber, data atau

jejak-jejak sejarah.15 Sumber yang bisa digunakan penulis dalam penelitian

tersebut diantaranya terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder sebagai penunjang dari sumber primer. Data yang dikumpulkan berupa berupa tulisan maupun lisan. Seluruh data kemudian dianalisis secara induktif sehingga menghasilkan data yang deskriptif. Untuk memperoleh data dilakukan atau dibutuhkan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang

15


(23)

digunakan adalah wawancara, dan dokumentasi yang berupa sumber bacaan atau tertulis.

a. Sumber Primer

Pada sumber primer penulis mendapatkan data yang berupa sumber lisan dan dokumen:

1) Ibu nyai Hj. Malikah Masyhur selaku istri dari pendiri pondok pesantren Al

Rosyid

2) K. Yasir Chulaimi dan pak Mansur selaku orang sezaman pelaku peristiwa

atau saksi mata.

3) Ny. Hj. Masturotun selaku istri dari pengasuh periode II pada tahun

1974-1989 yakni KH. Muhammad Sajjidun Murtadho.

4) KH. Alamul Huda selaku pengasuh periode III pada tahun 1974-2016.

5) Sumber dokumen yang ada seperti piagam pengakuan telah dirikanny

pondok pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama Republik Indonesia Kabupaten Bojonegoro, Akta pendirian yayasan pondok pesantren Al Rosyid dan majalah pondok pesantren Al Sosyid.

b. Sumber Sekunder

Untuk mendukung penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan sumber sekunder berupa buku-buku literature yang berkaitan dengan tema yang penulis bahas dalam skripsi ini.


(24)

Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah

bisa disebut dengn istilah kritik intern dan kritik ekstern16

a. Kritik intern

Kritik intern merupakan suatu kegiatan untuk menilai data-data yang diperoleh dengan maksud agar mendapatkan suatu data yang autentik atau tidak dan mendapatkan suatu data yang kredibilitas atau dapat dipercaya. Peneliti mengkritisi dengan adanya sumber daya yang peneliti dapatkan yakni mengenai dokumen terlulis, seperti akata pendirian yang di sahkan pada tahun 2014, begitupula dengan tdak adanya sumber tulisan yang berisi tentang sejarah berdirinya pondok yang di tulis langsung oleh pendiri pondok pesantren, dan tidak adanya situs monument atau prasarti yang berbebtuk untuk membuktikan bahwasanya Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun 1959 M.

b. Kritik Ekstern

Kritik ekstern merupakan proses untuk mengetahui apakah sumber yang didapatkan autentik atau tidak. Dalam kritik ekstern ini penelis menemukan sumber yang autentik yakni sumber lisan dari istri pendiri pondok Al Rosyid dan santri pondok pesantren Al Rosyid yang sezaman.

16


(25)

3. Interpretasi

Interpretasi adalah suatu upaya sejarawan melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber yang didapatkan saling

berhubungan satu sama lain.17 Dengan demikian interpretasi merupakan suatu

kegiatan untuk menguraikan, menganalisa kemudian mengumpulkan semua bahan sumber yang diperoleh yang berhubungan dengan fakta-fakta yang ada. Dalam hal ini sumber-sumber yang penulis dapatkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain memiliki kesamaan informasi contohnya pernyataan hasil wawancara tentang tahun pendirian pondok memiliki kesamaan informasi dengan dokumen piagam Pondok Pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama Republik Indonesia.

4. Historiografi

Historiografi adalah penyusunan atau merekontruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap

sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.18 Dengan demikian historiografi

merupakan langkah-langkah untuk menyajikan hasil interpretasi fakta sejarah ke dalam suatu bentuk penulisan sejarah, yakni usaha untuk merekontruksi kejadian masa lampau dengan menguraikan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif agar dapat digunakan dengan mudah oleh para pembaca. Dalam penulisan ini menghasilkan laporan yang berjudul “Sejarah Perkembangan

17

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1, (Surabaya: 2005), 13. 18


(26)

Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro Tahun 1959-2016 M”.

Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan sejarah deskriptif analitik , yang merupakan metodologi dimaksudkan menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan itu maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal. Jadi penulis akan menguraikan mengenai Pondok Pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro, yang telah didirikan oleh KH. Masyhur pada tahun 1959 M.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini penulis menyusunnya menjadi beberapa bab yakni:

Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, landasan teori dan sistematika pembahasan.

Bab II yakni Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Dalam bab ini akan membahas tentang letak geografis, latar belakang berdirinya, biografi singkat pendiri, sejarah berdirinya, tujuan berdirinya, dan aktivitas pondok pesantren.

Bab III yakni perkembangan pondok pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959. Dalam bab ini akan membahas tentang perkembangan pondok dari tahun ke tahun.


(27)

Bab IV yakni kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat sekitar. Yakni membahas tentang alumni dan pengarug pondok pesantren terhadap masyarakat sekitar,

Bab V yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah.


(28)

BAB II

PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A.Letah Geografis

1. Letak Desa

Desa Ngumpakdalem merupakan desa yang berada di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro Jl. KH. R. Moh. Rosyid, karena letak desa Ngumpakdalem ini tidak jauh dari kota maka untuk sampai ke desa tersebut tidaklah sulit untuk ditempuh. Jarak dari pusat kecamatan sekitar 3 Km,

sedangkan dari pusat kabupaten sekitar 6 Km.1 Kawasan ini dilalui jalur jalan

raya untuk menuju ke Nganjuk dan Kediri. Letak yang strategis tersebut banyak diketahui oleh masyarakat. Dan desa ini juga masih terjaga lingkungan santrinya, karena bnyak pesantren yang yang berdiri. Ada sekitar enam pesantren yang berdiri tetapi dengan pemilik yang berbeda-beda. Al Rosyid sendiri yang merupakan pesantren yang terletak di sebelah timur, sedangkan lima pesantren ada di sebelah barat. Sebenarnya antara timur dan barat masih ada hubungan darah jika dilihat dari silsilah keturunan dari kyai Rosyid yang mempunyai anak bernama Latifah dan Riwan, latifah menikah dengan kyai Shoim, sehingga dari situ ada hubungan kerabat di wilayah tersebut.

Sesuai dengan data monografi desa Ngumpakdalem pada tahun 2015, luas desa Ngumpakdalem ± 799.964 Ha, dengan perincian sebagai berikut:

1


(29)

tanah sawah 669.380 Ha, tanah kering (pemukiman, ladang) 10.024 Ha, tanah fasilitas umum 120.56.

Adapun batas-batas wilayah desa adalah:

a) Sebelah utara Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander

b) Sebelah selatan Desa Mojoranu Kecamatan Dander

c) Sebelah timur Desa Bangilan Kecamatan Kapas

d) Sebelah barat desa Leran kecamatan Kalitidu2

2. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk desa Ngumpakdalem yang tercatat sampai tahun 2015 berjumlah 12.767 jiwa dengan rincian: laki-laki sebanyak 6.373 jiwa dan

perempuan sebanyak 6.394 jiwa yang terdiri dari 10 RW dan 52 RT.3

3. Luas wilayah menurut penggunaan

Di desa Ngumpak dalem memiliki luas wilayah yang dibagi menjadi beberapa bagian tanah diantaranya adalah tanah sawah seluas 669.380 Ha, tanah kering seluas 10.042 Ha dan tanah fasilitas umum seluas 120.65 Ha.

Tabel 3.1 Tanah Sawah

No. Jenis Sawah Luas (Ha)

1 Sawah irigasi teknis 225.79

2 Sawah irigasi ½ teknis 93.125

2

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

3


(30)

3 Sawah tadah hujan 350.465

Total Luas 669.380 Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015. Tabel 3.2

Tanah Kering

No. Jenis Tanah Kering Luas (Ha)

1 Tegal / ladang 9.550

2 Pemukiman 474

3 Pekarangan -

Total Luas 10.042 Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015. Tabel 3.3

Tanah Fasilitas Umum

No. Jenis Fasilitas Umum Luas (Ha)

1 Kas desa/kelurahan

a. Tanah bengkok

b. Sawah desa

63.04 22.045

2 Lapangan olahraga 5

3 Perkantoran pemerintah 15.45

4 Tempat pemakaman desa/umum 4

5 Bangunan sekolah/perguruan tinggi 1.025

6 Pertokoan 0.25


(31)

8 Jalan 9.500

Total Luas 120.65Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

4. Mata Pencaharian

Masyarakat desa Ngumpakdalem sebagian banyak menggantungkan nafkahnya dari penghasilan bertani. Sesuai dengan daerahnya sehingga bagian besar wilayahnya yakni tanah sawah. Untk melihat jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat diketahui dalam table berikut:

Tabel 4.4

No Jenis pekerjaan Laki-laki

(Orang)

Perempuan (Orang)

1. Petani 1.691 1.458

2. Buruh tani 112 106

3. Pegawai Negeri Sipil 183 114

4. Pedagag keliling 30 40

5. Nelayan 1 -

6. Dokter swasta - 1

7. Bidan swasta - 1

8. Perawat swasta 2 5

9. Pembantu rumah tangga 2 8

10. TNI 33 1

11. POLRI 42 2

12. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 59 42


(32)

14. Karyawan perusahaan swasta 404 201

15. Karyawan perusahaan pemerintah 7 6

Jumlah 2568 1987

Jumlah Total Penduduk 4555

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

5. Agama Masyarakat

Masyarakat desa Ngumpakdalem mayoritas penduduk beragama islam. bila ditinjau dari kehidupan keagamaannya, pemeluk agama islam di desa Ngumpakdalem ini sangat giat dan taat di dalam menjalankan ajaran agama baik yang utama seperti rukun islam maupun amalan-amalan sunah lainnya. Hal ini bisa dilihat dari semaraknya dalam menjalankan sholat berjamaah, pelaksanaan pengajian umum ataupun pengajian rutin baik di mushola ataupun di masjid.

Meskipun dalam satu wilayah terdapat beberapa pemeluk agama, mereka tetap hidup saling berdampingan dan menghormati satu sama lain. Hal ini bisa dilihat pada tebel berikut:

Tabel 5.5

No. Agama/aliran kepercayaan Laki-laki (Orang)

Perempuan (Orang)

1. Islam 6.353 6.377

2. Kristen 13 17

3. Hindu 1 -

Jumlah 6.367 6.394


(33)

B.Latar Belakang Berdirinya

Berdirinya pondok pesantren Al Rosyid dilatarbelakangi oleh keadaan masyarakat desa Ngumpakdalem pada umumnya masih terpengaruh oleh faham pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Dahulu masyarakat Ngumpakdalem masih mempercayai adanya pohon keramat yang bernama pohon Kendal, mereka meyakini dengan adanya pohon tersebut bisa menyembuhkan segala penyakit, bahkan mereka juga memujanya agar hajat mereka terkabulkan. Dahulu pohon tersebut juga digunakan untuk memohon perlindungan agar selamat hidupnya. Apabila diantara pemuja itu meremehkan atau menghina akan berakibat fatal diantaranya muntah, sakit panas, mencret dan segala macam

marabahaya.4

Raden KH. Muhammad Rosyid adalah seorang yang pertama kali babat agama islam di daerah Ngumpakdalem yang terkenal dengan wilayah Kendal. Dahulu beliau adalah asli orang Sukorejo dimana jika dilihat dari garis keturunan beliau termasuk keturunan R. Singonoyo, dari situlah bisa di lihat bahwa beliau merupakan sosok keturunan ningrat (darah biru).

Mbah rosyid iku seng pertama kali babat agama desa Ngumpak, asli wong sukorejo. Mbah rosyid iki keturunane raden Singonoyo keturunan nungrat. 5

Artinya: mbah Rosyid adalah orang pertama yang babat agama di Desa Ngumpakdalem, mbah Rosyid ini merupakan turunan dari Raden Singonoyo, jadi mbah Rosyid ini merupakan keturunan ningrat.

Melihat masyarakat yang seperti itu mbah Rosyid tidak tega melihat penduduk desa Ngumpakdalem menjadi musyrik dan sesat. Akhirnya dengan tekat bulatnya mbah Rosyid membasmi kemusyrikan dan kesesatan masyarakat

4An Naba’, Media Informasi dan Dakwah, Edisi I/th I/Juli

-Desember 2010, 23.

5


(34)

Ngumpakdalem, dengan membaca bismillah mbah Rosyid menebang pohon Kendal yang begitu besar dan dianggap keramat, atas izin Allah pohon tersebut roboh. Pada saat itulah mbah Rosyid mulai menanamkan ajaran Islam di daerah Ngumpakdalem, sedikit demi sedikit orang-orang mulai banyak berdatangan untuk menimba ilmu kepada mbah Rosyid dan bermukim di sekitar rumah mbah Rosyid.

Setelah sekian lama berlalu akhirnya mbah Rosyid wafat pada tahun 1905 dan diteruskan kyai Shoim sampai tahun 1920, setelah itu pengajaran mengalami kevakuman yang cukup panjang sampai tahun 1959.

Seiring berjalannya waktu KH. Masyhur yang merupakan turunan ke-4 dari keturunan Raden KH. Muhammad Rosyid, bermula dari sebuah niatan untuk meneruskan perjuangan kyai Rosyid dan kyai Shoim, maka muncullah ide yang digagas oleh kyai Masyhur. Kyai masyhur ingin meneruskan perjuangan kyai Rosyid yang sudah vakum selama puluhan tahun. Kemudian pada tahun 1959 KH. Masyhur mendirikan sebuah pesantren yang dinamai Al Rosyid, nama tersebut diambil dari nama mbah Rosyid. Tidak hanya itu pemerintah daerah juga memberi nama jalan mulai daerah pacul sampai pasar Ngumpakdalem, diberi nama Jalan KH. Moch Rosyid sebagai sarana untuk mengenang jasa beliau yang berjuang menghilangkan kesesatan dan membasmi kemusyrikan daerah Ngumpakdalem. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Masturotun sebagai berikut:


(35)

Kiai Masyhur ini keturunan keempat dari keturunannya mbah Rosyid, dari sebuah niatan untuk meneruskan perjuangan mbah Rosyid dan mbah Shoim kemudian muncul ide mbah masyhur untuk mendirikan pondok pesantren pada tahun 1959. 6

C.Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid

KH. Masyhur lahir pada tahun 1929 putra dari pasangan H. Siroj dan Nyai Maisaroh. KH. Masyhur merupakan keturunan ke-4 dari silsilah keluarga KH.

Muhammad Rosyid.7 Dalam pengalaman pendidikan, KH. Masyhur bermula dari

mengenyam Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Abu Darrin pada tahun 1945, kemudian dilanjutkan lagi pendidikan di pondok pesantren Mojosari Kabupeten Nganjuk pada tahun 1949. Selanjutnya di pondok pesantren Lasem Jawa Tengah pada tahun 1953-1956. Pada pengalaman organisasi, KH. Masyhur pernah menjabat sebagai Rois Syuriah Nahdhatul Ulama Cabang Bojonegoro pada tahun 1972.

KH. Masyhur mempunyai istri yang bernama Nyai Malikah, mereka dikaruniai delapan anak putra dan putri yaitu: Hj. Masturotun, Hj. Lumchatin, KH. Alamul Huda, KH. Moh. Syafiyullah, Masnuah, Nur Hidayatin, Siti

Cholisoh, dan Ulfah.8

D.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid

Pondok pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun 1959 oleh KH. Masyhur sebagai realitas atas cita-cita beliau untuk meneruskan dan menghidupkan kembali aktifitas pengajaran agama Islam yang dirintis oleh KH. Muhammad Rosyid sejak

6

Masturotun (anak pertama kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 21 Mei 2016

7

Biografi KH. Muhammad Rosyid dan silsilah keluarga (Bojonegoro: Pengurus keluarga bani KH. Muhammad Rosyid, 2006), 27.

8


(36)

tahun 1902, dimana setelah wafatnya beliau pada tahun 1909 terjadi kevakuman yang cukup panjang yakni sekitar dua tahun.

Kehidupan masyarakat sewaktu pondok ini didirikan bersumber dari pertanian dan perdagangan. Adapun sisi religi mereka pada umumnya masih terpengaruh oleh faham pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Maka dari itu KH. Masyhur melangkahkan kakinya dengan bermodalkan tekat semangat serta niat kuat, dengan tekat dan tawakal kepada Allah SWT, niscaya Allah akan menolong hambanya yang berjuang di jalanNya, serta respon masyarakat yang menjadikan tekatnya menjadi bulat dan tetap berusaha berjuang untuk mewujudkan harapan dan impiannya untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang mampu menampung para santri untuk menimba ilmu kepada beliau.

Pada tahun 1959 Kyai Masyhur hanya memiliki santri putra berjumlah 12 orang, dan serambi masjidlah yang digunakan sebagai tempat mengaji, tidak lama kemudian kyai Masyhur hanya menyediakan rumah sederhana untuk mngaji. Lambat laun kyai Masyhur dianggap oleh masyarakat sebagai ulama yang mampu dan menguasai agama, sehingga masyarakat mempercayai bahwa ulama tersebut

mampu untuk dijadikan sebagai guru atau panutan terutama dalam hal agama.9

Dari hal tersebut, masyarakat mulai mempercayakan anaknya untuk nyantri di rumah kyai Masyhur. Dimulai dengan datangnya satu santri yang mengaji dirumahnya hingga esoknya bertambahlah santrinya. Lambat laun pada tahun 1961 santri semakin bertambah banyak sampai dengan 60-an santri, sehingga dibuatkan beberapa kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu dan disekat

9


(37)

dengan bambu. Kamar-kamar kecil tersebut digunakan para santri untuk mengaji. Sebagaimana yang di sampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut:

Cah ngaji gek bien ki yo mok sitik ndok, mulai teko cah siji trus sesok e nambah meneh suwe-suwe yo sampek suwidakan santrine. Mulai teko iku mbah Hur mulai mbanguno kamar-kamaran yo cilik-cilik ngunu gae panggon ngaji. 10

Artinya: dulu yang mengaji itu hanya sedikit nak, dari datangnya satu anak kemudian besoknya bertambah dan seterusnya hingga santri mencapai enam puluhan. Mulailah dari situ mbah Hur sedikit membangun kamar-kamar kecil untuk tempat mengaji.

Dengan semakin mahirnya kiai Masyhur dalam menyampaikan dakwahnya, banyak masyarakat yang tertarik belajar kepadanya. Masyarakat menganggap penyampaian dakwah kiai Masyhur sangat mudah dimengerti, selain itu kiai Masyhur juga dikenal sebagai kiai yang gigih dalam menyebarkan agama. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya santri yang belajar di rumah kiai Masyhur.

Kiai Masyhur dikenal mempunyai sifat yang santun. Kiai Masyhur suka berbaur dengan masyarakat, tetapi tidak melebur dengan aktifitas masyarakat

yang negatif, karena kiai Masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak

masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”. Dengan kewibawaan dan wira’i yang dilakukannya, membuat para masyarakat kagum dan menjadikannya panutan. Perjuangan yang dilakukan cukup berat hingga membanting tulang untuk mendirikan sebuah pondok pesantren. Sebagaimana yang disampaikan oleh pak Yasir sebagai berikut:

Mbah Masyhur itu orangnya baik sekali, beliau mempunyai sifat yang santun suka berbaur pada masyarakat. Mbah masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak

10


(38)

masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”.11

Sambil mengasuh dua putra dan enam putrinya kiai Masyhur ditemani sosok istri yang mempunyai tujuan hidup dalam memperjuangkan agama. Nyai

Malikah selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh suami selama ber-ijtihad

di jalan Allah. Dengan dukungan keras yang dilakukan oleh nyai Malikah, kyai Masyhur mampu memimpin pesantren dan mempertahankan pesantren tersebut di era Orde Baru yang mempersulit sistem Islam dan pendidikannya. Sebagai mana

yang disampaikan oleh ustadzah Ulfa sebagai berikut: “Dulu sambil mengasuh

delapan putra-putrinya dan ditemani oleh ibuk Malikah yang mempunyai tujuan hidup dalam memperjuangkan agama. Dengan dukungan keras yang dilakukan oleh nyai Malikah, kiai Masyhur mampu memimpin pesantren dan

mempertahankan pesantren tersebut di era Orde Baru.” 12

Pada pada masa PKI yang sedang gencar di tahun 1965-an, ada salah satu santri yang hilang selama berbulan-bulan dan akhirnya santri tersebut kembali pulang ke pesantren, hilangnya santri tersebut membuat panik dikarenakan pada saat itu sedang gencarnya kasus penculikan PKI. Pesantren Al Rosyid tergolong aman dalam berbagai konflik yang dialami oleh Indonesia. Pesantren terus berjalan meski pergolakan politik semakin memanas. Kyai Masyhur selalu

bergerak untuk pendidikan pesantren ini.13

11

Yasir Chulaimi (alumni santri pondok pesantren Al Rosyid), wawancara, Bojonegoro, 23 April 2016

12

Ulfa Fathul Bani (anak kedelapan kiai Masyhur), wawancara, Bojonegoro, 8 Mei 2016

13


(39)

Nama Al Rosyid merupakan nama yang tidak asing lagi dalam sejarah pesantren ini, karena secara tidak langsung nama Rosyid sendiri adalah nama kyai ternama di tahun 90-an. Pada awalnya pondok pesantren ini bernama Al Miftah,

kemudian nama Al Rosyid ini diperoleh ketika kyai Masyhur sowan ke rumah

putra kyai Rosyid di Malang pada tahun 1962. Ketika itu terjadi percakapan yang begitu panjang dan akhirnya pembicaraan tersebut ada yang membahas keadaan pondok Al Rosyid dan bagaimana keadaan santri. Selain itu juga membahas tentang penamaan pondok pesantren. Putra dari kiai Rosyid berpesan untuk memberi nama pondok dengan nama Al Rosyid. Harapannya adalah nama tersebut dapat memicu semangat untuk belajar menjadi orang yang cerdas.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “Jeneng

pondok iki bien iku dijenengi putrane mbah Rosyid seng nuk malang (Artinya: nama pondok ini dulu diberi nama oleh putranya mbah Rosyid yang ada di

Malang). 14

Begitulah nasihat yang diberikan kyai kepada muridnya. Karena

ta’dzimnya terhadap kyai, maka kyai Masyhur mematuhi apa yang disarankan

oleh kyai atau gurunya. Di pesantren ini juga diajarkan bagaimana keta’dziman

para santri yang dilakukan kepada kyainya. Seorang santri haruslah patuh dan mengikuti apa yang diucapkan atau diajarkan oleh sang kyai, sehingga keta’dziman di dalam suatu pesantren merupakan hal yang penting. Dari suatu

nasehat dan keta’dziman tersebut maka nama Al Rosyid disahkan sebagai nama

14


(40)

sebuah pondok yang dikelola oleh kiai Masyhur sebagai penerus estafet perjuangan kiai Rosyid.

Sebagai lembaga pendidikan yang independen, yang tidak berafiliasi kepada salah satu golongan dengan berasaskan Islam. pondok Pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang berilmu, beramal sholeh, bertaqwa kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Dengan membuat pola kegiatan dan pengajaran yang sedemikian rupa disertai upaya pengembangan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna. Pondok pesantren Al Rosyid berupaya untuk tetap eksis dengan semua tujuan yang ingin dicapai.

Setelah meninggalnya KH. Masyhur pada tanggal 1 Agustus 1974, pondok pesantren mengalami kevakuman yang cukup panjang. Pada waktu itu pesantren di pegang oleh santri yang terpercaya selama dua tahun, namun pesantren tidak berjalan dengan lancar. Ketidaklancaran tersebut dikarenakan pihak luar yang menjalankan, sehingga tidak tidak berkuasa penuh untuk menjalankan sebagai kebijakan yang ada di pesantren. Peranan pimpinan selama dua tahun tersebut hanya seperti ketua pondok yang memantau berbagai kegiatan pondok, akan tetapi

tidak berkuasa penuh atas perubahan dan kebijakan dalam suatu pesantren.15

Setelah putri pertama kyai Masyhur yang bernama Masturotun menikah dengan Sajjidun pada tahun 1976, pihak keluarga meminta Sajjidun untuk

15 Mansur As’ad

(Tokoh Ulama Desa Ngumpakdalem), Wawancara, Bojonegoro, 23 April 2016


(41)

meneruskan estafet perjuangan yang sudah dirintis oleh kyai Masyhur dengan segala pertimbangan yang ada, Sajjidun mau menerima suatu amanah tersebut.

Jaman gek bien aku ijek cilik kok umur telong puloh limo ditinggal mbah hur mati, trus umur telong puloh pitu ki ewoh mantu jajal toh mantu anakku seng nomer siji jenenge Masturotun. Bocae ijek sak kiyek umur nembelas tahun, yo jek sekolah SMA kelas loro tak rabekno mbek Sajjidun anak e mbah yai Shoim, yo cek ono seng ganteni mimpin pondok.16

Artinya: zaman dulu saya masih muda umur kira-kira umur tuga puluh lima tahun, mbah Masyhur meninggal kemudian pada saat saya berumur tiga puluh tujuh menikahkan putra pertama yakni Masturotun yang masih kecil yang berumur enam belas tahun sekolah SMA kelas dua sudah dinikahkan dengan Sajjidun anaknya mbah yai Shoim, agar ada yang menggantikan sebagai pemimpin pondok.

Pada tahun 1976 kekuasaan pondok sudah dipegang oleh Sajjidun. Dengan kearifan dan kebijaksanaannya Sajjidun dapat memimpin pondok dan mengayomi para santri. Kewajibanya sebagai pemimpin keluarga tidak pernah ditinggalkan. Seiring berjalannya waktu, perubahan pun sudah mualai terlihat. Sedikit demi sedikit perubahan terjadi baik secara fisik maupun secara internal, seperti keadaan santri yang tidak terkondisikan dan jumlah pengajar yang ada.

Peninggalan bangunan berupa mushola yang dibangun pada tahun 1979 oleh Sajjidun masih ada hingga sekarang. Musholla tersebut masih digunakan

untuk kegiatan haflah yang dirintis oleh kyai Sajjidun. Sebagaimana disampaikan

oleh Nyai Masturotun sebagai berikut: “Pada tahun 1979 pak Sajjidun ini mendirikan musholla, sampai sekarang masih ada mbak di sebelah rumah. Biasanya masih digunakan untuk kegiatan mengaji.” 17

16

Mlikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

17


(42)

Pada awal kepemimpinan kyai Sajjidun, kondisi pesantren masih belum tertata karena kevakuman kekuasaan selama dua tahun. Dengan ketekunan dan kewibawaan kyai Sajjidun, santripun mulai bertambah, setiap tahunnya. Semua santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Rosyid, dituntun agar akhlaknya selalu terjaga. Pada masa kepemimpinan kyai Sajjidun terjadi perubahan pada sistem pendidikan, perubahan sistem pendidikan tersebut dari sistem salaf ke sistem modern. Dengan perubahan ini masyarakat tidak begitu saja menerima perubahan itu. Banyak penolakan dari berbagai pihak, tetapi kyai Sajjidun tetap gigih untuk meneruskan sistem pendidikan baru, demi perkembangan pesantren. Lambat laun masyarakat pun akhirnya menyadari bahwa perkembangan teknologi semakin maju, sehingga masyarakat semakin perkembangan pendidikan yang harus diikuti.18

Perjuangan kyai Sajjidun berakhir pada tahun 1989 ketika putra tertua dari kyai Masyhur kembali ke Al Rosyid setelah menempuh pendidikan di pesantren Gontor di Ponorogo, yakni KH. Alamul Huda Masyhur meneruskan perjuangan kyai Masyhur hingga saat ini pondok pesantren terus berkembang.

E.Tujuan Berdirinya

a. Visi

Terwujudnya generasi Islam yang berdedikaasi tinggi, unggul dalam prestasi dan berakhlaqul karimah.

b. Misi

18


(43)

1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan inovatif

2) Melaksanakan bimbingan yang Islami sehingga nilai islam menjadi jalan

hidup bagi setiap siswa

3) Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bekal hidup kepada siswa

4) Siswa mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari yang dilandasi dengan akhlaqul karimah.

F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid

a. Bidang pendidikan

Sekian lama pondok pesantren dipandang sebagai lembaga eksklusif, sampai akhirnya mengalami perubahan. Dalam kurun waktu yang panjang, pesantren mengkonsumsi kitab kuning sebagai pedoman berfikir dan bertingkah laku. Ia telah menjadi bagian yang intern dalam pesantren. Menurut masyarakat pesantren dan kitab kuning merupakan formulasi final dari ajaran-ajaran Al Quran dan sunnah Nabi. Pada pondok pesantren Al Rosyid ini memberikan pengajaran sekolah diniyah. Adapun pelajaran yang di diberikan antara lain: Fiqih, Aqidah, Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain sebagainya.

Pada bidang pendidikan dibawah naungan pondok pesantren Al Rosyid

ini berdiri pula lembaga Pendidikan Hidayatul Mutabi’in (LPHM) lembaga ini

didirikan sejak tahun 1979, pada saat itu hanya ada lembaga formal Madrasah aliyah. Kemudian pada tahun 1988 LPHM berubah nama menjadi Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid (YPPPA) dan menyelenggarakan lima jenjang pendidikan formal dan lima jenjang pendidikan informal. Adapun


(44)

pendidikan formal meliputi: Play Group/Kelompok Bermain, Roudhotul Athfal, Madrasah ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah. Sedangkan pendidikan informal adalah Madrasah Diniyah, pengajian kitab kuning, Majlis Ta’lim, Amaliyah Tadris, dan kepramukaan.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic

studies, pondok pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk memupuk dan mengembangkan serta membina umat. Di pondok ini diajarkan ilmu-ilmu agama yang representatif dan kompeten. Pondok pesantren ini juga tidak hanya menyiapkan anak didiknya pada ranah kognitif, tetapi juga ranah efektif dan psimotorik sehingga terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tentunya akan memiliki nilai tambah

bagi alumnus pondok pesantren Al Rosyid untuk membentuk islamic

civilization yang kaffah dengan memimplementasikan ilmu-ilmu yang diajarkan guna mewujudkan sosok muslim yang dibutuhkan agama, bangsa dan

negara.19

Adapun macam-macam kegiatan Pondok Pesantren Al Rosyid yang bersifat harian dan mingguan, berikut merupakan jadwal aktivitas santri:

Tabel a.1

Jadwal Aktivitas Harian Santri

No. Jam Nama Kegiatan

1. 04.30 – 05.15 Bangun pagi –jama’ah

2. 05.15 – 06.00 Mufrodat pagi

19


(45)

3. 06.00 – 07.00 Persiapan belajar

4. 07.00 – 12.30 Belajar formal

5. 12.30 – 14.00 Istirahat –jama’ah

6. 14.00 – 15.00 Pelajaran diniyah

7. 15.00 – 15.45 Jama’ah –Qiroalul Qur’an

8. 15.45 – 16.45 Olahraga sore

9. 16.45 – 17.15 Istirahat

10. 17.15 – 18.00 Qiroatul Qur’an

11. 18.00 – 20.00 Jamaah

12. 20.00 – 21.30 Belajar pelajaran formal dan diniyah

Sumber: Data diperoleh dari pengurus Pondok Pesantren Al Rosyid

Tabel a.2

Jadwal kegiatan Mingguan Santri

No. Jam Nama Kegiatan

1. 18.30 – 20.00 Mauidhoh bapak pimpinan pondok

pesantren (setiap malam jum’at)

2. 19.30 – 21.00 Latihan pidato (senin)

3. 21.00 – 21.30 Tamrinat mingguan (senin)

4. 20.00 – 22.00 Dzibaiyah/berjanji (setiap malam

jum’at)

5. 05.15 – 05.30 Senam Jum’ah

6. 05.30 – 06.00 Muhadatsah/conversation (jum’at)


(46)

b. Bidang keagamaan (Majlis Ta’lim)

Keagamaan adalah segala sesuatu yang mengenai agama yang berupa getaran batin yang dapat mengarahkan tingkah laku hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Pondok Pesantren Al Rosyid memiliki aktivitas kegiatan keagamaan berupa majlis ta’lim.

Majlis ta’lim merupakan suatu lembaga non-formal yang diselenggarakan secara berkala dan teratur yang diikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya. Untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang sangat heterogen, perlu disampaikan materi pendidikan agama yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak menyimpang dari aqidah agama serta disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Pelajaran ini disampaikan melalui lembaga keagamaan yang ada pada masyarakat itu sendiri, biasanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, dan metode lainnya.

Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Al Rosyid adalah kegiatan yang berbentuk pengajian, kemudian diikuti dengan dzikir bersama, dalam kegiatannya majlis ta’lim ini juga disebut istighosah.20

Yang melatar belakangi majlis ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memang mereka membutuhkan siraman rohani, untuk mondok juga umur sudah tua.

20


(47)

Majlis ini sudah ada sejak awal kepemimpinan kepemimpinan KH. Masyhur, dalam lingkup majlis ini mecakup beberapa kegiatan pengajian yang dilakukan yaitu:

1) Pengajian kitab untuk bapak-bapak

Pengajian bapak-bapak ini dilakukan setiap hari minggu pagi jam 09.00, pengajian ini dilakukan dengan menggunakan metode wetonan atau bandongan. Metode ini merupakan metode yang paling utama dilingkungan pesantren, yakni suatu metode pengajaran dengan cara kiai membaca, menerjemahkan dan menerangkan kitab yang dikaji.

2) Pengajian Ahad Kliwon

Pengajian ini dilakukan berpusat di masjid Al-Istiqomah Desa Ngumpakdalem, kegiatan pengajian ini dihadiri oleh seluruh warga masyarakat desa Ngumpakdalem dan para santri pondok pesantren Al Rosyid.

3) Pengajian Rutinan Lapanan

Pengajian rutinan lapanan ini adalah pengajian yang dilakunan setiap

hari Ahad pahing yang dihadiri oleh warga masyarakat sekitar dan para

santri. Pengajian ini disampaikan oleh Drs. KH. Imron Jamil dari Jombang.

4) Pengajian kitab bapak-bapak dan Ibu-ibu alumni pondok Pesantren Al

Rosyid

Kelompok pengajian ini mulai di bentuk dan disahkan pada tahun

2013. Pengajian dilakukan setiap satu bulan sekali pada hari Ahad pon,


(48)

dihadiri oleh para alumni pondok peasantren Al Rosyid. Kegiatan di lakukan dengan tujuan untuk menjalin silaturrahmi antara alumni dengan kyai, dan sesama alumni.

c. Bidang Sosial

1. Mendirikan panti asuhan, panti jompo dan panti wreda

2. Mendirikan rumah sakit, poliklinik dan laboratorium

3. Memberi bantuan kepada korban bencana alam

4. Memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan gelandangan


(49)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID

Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya

kita harus dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren.1 Dan

seharusnya juga diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya perubahan itu sendiri.

Perubahan itu dapat kita lihat pada pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga yang telah berkembang akan mengubah statusnya

menjadi pesantren.2 Dengan melihat dari perubahan-perubahan itu maka penulis

dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren. Di dalam perkembangan pondok pesantren Al Rosyid ini ada tiga periode, yaitu:

A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974)

Pada tahun 1959 pondok pesantren didirikan oleh Kiai Masyhur di Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sebagai permulaan untuk merintis sebuah pesantren. Kiai Masyhur hanya menyediakan rumah sederhana untuk mengaji. Lambat laun Kiai Masyhur dianggap oleh masyarakat

1

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 79. 2


(50)

sebagai ulama yang mampu dan menguasai agama. Dari situlah masyarakat

mempercayakan anaknya untuk nyantri di rumah Kiai Masyhur. Setelah pondok

pesantren didirikan akhirnya berbondong-bondonglah santri untuk mengaji akan tetapi pada periode awal tersebut jumlah santri 12 orang diantaranya berasal dari Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “ sak wise ngadeke pondok awale jumlah santri yo muk rolas nduk, iku teko Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Suroboyo, Pekalongan mbik Jugjo (Artinya: setelah berdinya pondok pesantren dulu itu hanya ada dua belas santri dari Semarang,

Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta).3 Pada tahun

1960 Dimulai dengan datangnya beberapa santri yang mengaji di rumahnya hingga esoknya bertambah, pada saat itu hanya ada santri putra. Lambat laun santri semakin bertambah banyak hingga 30-an santri, sehingga dibuatkan kamar-kamar yang terbuat dari bambu oleh Kiai Masyhur dijadikan tempat untuk

mengaji para santri. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil

jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya

Dengan jumlah santri yang semakin bertambah, membuat Kiai Masyhur berkeinginan untuk memperluas tempat para santri untuk belajar. Dari sini, istrinya pun merelakan sebuah perhiasan emas yang dimiliki satu-satunya untuk dijual dan hasil dari jerih payah Kiai Masyhur yang bekerja sebagai pedagang

3


(51)

sebagai modal pembangunan pondok. Selain itu juga banyak bantuan sumbangan dari para pejabat kaya seperti kepala desa yang saat itu dipegang oleh H. Ridwan yang berhubungan dekat sebagai teman dengan Kiai Masyhur. Nyai Malikah berkeyakinan bahwa dengan merelakan hartanya untuk jalan kebaikan, maka

akan akan mendatangkan kebaikan pula.4 Sebagai mana seperti yang dituturkan

oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Biyen nuk kene ki yo rong ono bangunane, santri pertama seng melok mbah hur ki yo muk cah rolas kui teko Semarang, Cepu, Tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja trus ono cah Bojonegoro kene yo onok. Pas nganten anyar gres lo mbak aku rong duwe anak rung duwe opo-opo, sak durunge ki y owes ngaji karo mbah hur nuk mejid Ngumpak, lakok suwe-suwe podo mangkat njalok mondok nuk kene omae mbah hur, na aku rong duwe omah kok podo jalok mondok. Byien ki rong luas bangunane ijek akeh tanah kosong,trus dibangun sa’tek-sa’tek karo mbah hur. Riwayate gek bien iku yo rakaruan mbak kok jengenge rialat yo tirakat yo riwayat yo mlarat. Nomer jiji yo niat yo tekat kui, hallah y owes rakaruan.5

Artinya: dulu disini itu belum ada bangunan, santri pertama yang ikut mbah Hur itu Cuma ada 12 orang itu dari daerah semarang, tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja, kemudian Bojonegoro juga ada. Waktu itu saya dan mbah Hur penganti baru belum punya anak, jadi ya belum ada apa-apa. Sebelumnya juga sudah mengaji dengan mbah Hur di Masjid Ngumapakdelem, lama kelamaan mintak mondok di rumah mbah Hur. Pada saat itu mbah Hur masih ikut mertua dan belum mempunyai rumah sendiri. trus dibangunkan kamaran sedikit demi sedikit. Riwayatnya dulu itu banyak, ada rialat, tirakat, riwayat dan mlarat. Yang utama yakni niat dan tekat.

Pada tahap awal pendidikan di Pondok Pesantren Al Rosyid bertujuan semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau kitab kuning diantaranya kitab Dirrasam Safinah dan belajar Al-Quran, sistem pendidikan yang digunakan merupakan sistem pendidikan tradisional.

4

Malikah Masyhur (istri KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 19 Mei 2016

5


(52)

Pendidikan tradisional tersebut menggunakan sistem yang sangat sederhana. Misalnya santri hanya belajar bagaimana mengucapkan lafadh Quran secara hafalan yang diajarkan oleh sang guru. Sistem pendidikan ini biasanya dikenal

dengan istilah wetonan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Jawa yaitu wektu

(waktu). Dinamakan demikian karena pelajaran ini diberikan pada waktu tertentu. Biasanya waktu yang dipilih untuk belajar ini adalah ketika habis sholat maghrib hingga isya’. Pembelajaran tersebut dilakukan tiga kali dalam seminggu. Kemudian tambahan pelajaran yang diberikan dalam satu minggu sekali yakni

menggunakan metode badogan atau halaqah.6

Pada tahun 1960, Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mengalami

peningkatan dalam sistem pembelajaran. Misalnya mengenai sistem sorogan

termasuk belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan

seorang kiai atau guru dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.7

Sorogan merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara kiai membacakan isi dari sebuah kitab dan santri mendengarkan serta menyimak apa yang dibacakan oleh sang kiai. Kemudian santri membuka bagian kitab yang dikaji dan meletakkannya diatas meja yang telah tersedia dihadapan kiai. Di sini para santri mendengarkan apapun yang diucapkan oleh sang guru.

6

Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996), 44. 7

Direktur jendral Kelembagaan Agama Islam dan Direktur Pendidikan Agama dan Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah: Pertumbuhan Dan Perkembangannya (Jakarta: Departemen Agama Islam RI, 2003), 38.


(53)

Perkembangan pesantren hingga tahun 1970-an masih mengedepankan sistem tradisional. Misalnya pada pesantren ini menggunakan kitab-kitab klasik, kitab kuning. Adapun kitab kuning yang digunakan menggunakan kitab-kitab tertentu sesuai cabang ilmu yang dipelajari hingga tuntas sebelum naik ke kitab lain yang lebih tinggi kesukarannya. Kitab kuning yang bisa digunakan dalam referensi pondok pesantren adalah kitab Fiqih, Nahwu, dan Sorof sebagai

cabang ilmu yang utama.8

Selama kurang lebih lima belas tahun pesantren dipegang oleh Kiai Masyhur, santri-santri mulai banyak berdatangan hingga jumlah kurang lebih 150-an santri. Saat mulai mau berkembang pada tahun 1974 Kiai Masyhur meninggal, setelah itu pondok pesantren mengalami kavakuman yang cukup panjang. Pada waktu itu pesantren dipegang oleh santriwan yang dipercayakan, namun selama dua tahun tersebut pesantren tidak berjalan dengan lancar, karena pihak luar yang menjalankan sehingga tidak berkuasa penuh untuk menjalankan berbagai kebijakan yang ada di pesantren.

Tabel 1

Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Rosyid tahun 1959-1974

Tahun Asal Daerah Jumlah Santri

Laki-laki Perempuan

1959 - 1960 Semarang, Cepu,

Tuban, Surabaya,

12 -

8


(54)

Pekalongan, Yogyakarta, Bojonegoro

1960 - 1965 Tuban, Bojonegoro,

dan Blitar

30 -

1965 - 1974 Tuban, Bojonegoro, 106

Jumlah 150 Santri - Sumber: Data diperoleh dari sumber informan ibu nyai Malikah masyhur

Adapun fasilitas pondok pada saat itu masih sangat terbatas sekali. Misalnya jumlah kamar yang digunakan tempat tinggal santri, musholla, dan tempat mengaji. Pada awalnya santri ikut bertempat tinggal di rumah kiai, kemudian lambat laun kiai memiliki anak dan terpaksa para santri dibuatkan kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu. Kamar tersebut pun digunakan sebagai tempat menginap sekaligus tempat mereka belajar mengaji, sebelum ada Kiai Masyhur mendirikan musholla. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Suwe tambah suwe santrine malah akeh telung puluhan santri tetep mempeng ndosok-ndosok njaluk mondok numae mbah Hur, yo omah joglo elek kui di gae panggonan pondok. Akhire lama-lama mbah hur tuku omah gone mbah Nai’ip warisan teko gone kaji Riduwan, bien regane rong puloh ewu, trus dibanguno kamaran cilik-cilik mbik bangun mushola.9

Artinya: lama-kelamaan santri bertambah banyak kira-kira 30-an santri yang pada saat itu memaksakan mbah Hur untuk ikut mondok dirumahnya. Kemudian mbah Hur membeli sebidang tanah seharga dua puluh ribu rupiah untuk membangun kamar-kamar kecil dan musholla.

9


(55)

B. Periode II KH. Shajjidun (1976 - 1989)

Pada tahun 1976, kekuasaan atas pondok sudah dipegang oleh Kiai Sajjidun. Dengan kearifan dan kebijaksanaannya kiai Sajjidun dapat memimpin pondok dan mengayomi para santri. Seiring berjalannya waktu perubahan pun sudah mulai terlihat. Sedikit demi sedikit perubahan terjadi baik secara fisik maupun secara internal, seperti keadaan santri yang tidak terkondisikan dan jumlah pengajar yang ada.

Pengangkatan Kiai Sajjidun menjadi pemimpin pondok pesantren

dikarenakan beberapa alasan, diantaranya: pertama, tidak adanya penerus

kepemimpinan di Pondok Pesantren Al Rosyid dari Kiai Masyhur. Kedua, karena

Kiai Sajjidun merupakan menantu pertama dari putri pertama Kiai Masyhur, sehingga tidak mungkin seorang perempuan memimpin pesantren, sedangkan putra Kiai Masyhur masih mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Gontor

Ponorogo dan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Ketiga, karena kecerdasan dan

pengalaman Kiai Sajjidun selama menjadi santri di Lirboyo sehingga dipercaya

menjadi menantu seorang kiai besar di pesantren Ngumpakdalem. Keempat,

karena Kiai Sajjidun bukan putra dari seorang kiai yang mempunyai pesantren sehingga tidak ada alasan untuk tidak menerima amanah menjadi pemimpin pondok pesantren Al Rosyid.

Pada awal kepemimpinan Kiai Sajjidun kondisi pesantren masih belum tertata dengan baik. Dengan ketekunan Kiai Sajjidun santripun semakin


(56)

bertambah setiap tahunnya. Semua santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Rosyid ini dituntun agar akhlaknya selalu terjaga. Hal tersebut untuk membentuk kepribadian masyarakat melalui santrinya.

Pada mulanya pesantren tidak lain sebagai lembaga keagamaan yang

mengajarkan dan mengembangkan serta menyebarkan ilmu agama Islam.10

Namun pada saat ini pesantren sudah berkembang yaitu dengan mengenalkan sistem sekolah, sistem pendidikan berkelas dan berjenjang dengan nama Madrasah.

Dari tahun 1972 sampai 1978 Pondok Pesantren Al Rosyid merupakan sebuah lembaga pendidikan yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional. Di mana pada saat itu lembaga madrasah Diniyah antara Pondok Pesantren Al Rosyid dengan pondok pesantren Abu Darrin masih bergabung sebagai lembaga pendidikan yang bernama Al-Wasilah dan berbasis lokal. Ijazah yang dikeluarkanpun bukan merupakan ijazah yang dikeluarkan dari Departemen Agama. Meskipun pesantren Abu Darrin masih keluarga jauh dari Kiai Masyhur namun pemikiran dan cara dalam mengelola pondok pesantren berbeda, akan tetapi pada saat itu sangat memungkinkan untuk bersatu. Bersatu dalam madrasah atu sekolah diniyahnya saja karena letaknya berdekatan sehingga

menjalin kerjasama.11

10

M. Dawam Rahardjo, Dunia Pesantren dalam peta pembaharuan pesantren dan pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1983), 2.

11


(57)

Pada kepemimpinan Kiai Sajjidun ini lebih banyak mempertahankan, saat itu perkembangan hanya terjadi pada perbaikan kamar santri yang rusak dan perubahan sistem pendidikan, perubahan sistem pendidikan tersebut dari sistem salaf ke sistem modern, namun tidak meninggalkan sistem kesalafannya. Pada awalnya masyarakat tidak menerima begitu saja perubahan itu. Banyak penolakan dari berbagai pihak, tetapi Kiai Sajjidun tetap gigih untuk meneruskan sistem pendidikan baru demi perkembangan pesantren. Lambat laun masyarakat pun akhirnya menyadari bahwa perkembangan pendidikan yang harus diikuti. Perubahan tersebut mengakibatkan banyaknya santri yang berdatangan dari luar daerah seperti Lamongan, Surabaya, Jakarta, bahkan hingga Kalimantan. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Masturotun (istri KH. Sajjidun sekaligus anak pestama KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Pada saat kepemimpinan pak Sajjidun ada penambahan sistem pendidikan, yang dulunya sistem tradisional kemudian ditambah sistem pendidikan modern. Dulu itu tidak semu masyarakat itu mau menerima pendidikan modern, kemudian lama-kelamaan msyarakat bisa menerima dan menyadari perkembangan pendidikan yang harus diikuti untuk lebih maju. Dari

perubahan itu mulai banyak santri yang datang. 12

Sistem pengajaran di Pondok Pesantren Al Rosyid pada kepemimpinan Kiai Sajjidun tidak serta-merta menghilangkan sistem pendidikan yang lama begitu saja, ada pembagian waktu dalam pengajaran dua sistem ini. Setengah hari untuk pendidikan agama dan setengah harinya lagi untuk pelajaran umum, sehingga ibadah tidak hilang esensinya dengan begitu saja. Suatu lembaga

12

Masturotun (anak pertama KH. Masyhur dan istri dari KH. Sajjidun), Wawancara, Bojonegoro, 21 Mei 2016


(58)

pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatannya jika ia dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyarakat yang melingkupinya. Suatu lembaga pendidikan akan diminati oleh anak-anak, orang tua, dan seluruh lapisan masyarakat apabila mampu memenuhi kebutuhan mereka akan kemampuan ilmu dan teknologi untuk menguasai suatu bidang kehidupan tertentu. Kemampuan moral keagamaan serta sosial budaya untuk mempatkan diri di tengah-tengah pergaulan bersama sebagai manusia terhormat.

Berkaitan dengan hal tersebut, pesantren mampu menyatu dengan masyarakat. Di sini masyarakat sekitar juga sering mengikuti kajian di pesantren ini, sehingga adanya pesantren diakui dan berdampak positif bagi warga sekitar. Beginilah yang terjadi di lingkungan Pondok Pesantren Al Rosyid. Di sini pendidikan sangat berpengaruh terhadap cerdasnya masyarakat dan kesertaannya masyarakat.

Berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia menjadikan orang tua percaya terhadap sistem pendidikan pesantren di Indonesia termasuk yang terjadi di Al Rosyid. Dari situlah orang tua beranggapan bahwa pondok pesantren merupakan tempat yang paling bagus untuk anaknya dengan bermodal agama sebagai pegangannya. Dari dukungan para masyarakat ini, pesantren dapat berkembang karena bagaimanapun hubungan antara pesantren, kiai dan para masyarakat luas menjadi pemicu perkembangan suatu pondok pesantren. Semakin bertambahnya para santri setiap tahunnya, menunjukkan bahwa


(59)

pesantren ini berkualitas dan mendapat tanggapan baik dari masyarakat. Dengan demikian pesantren mempunyai pengaruh baik terhadap masyarakat.

Setelah adanya kiai Sajjidun, keadaan santri berangsur-angsur membaik karena santri dan guru sudah mempunyai rujukan dan mempunyai tempat pertimbangan dalam setiap masalah, selain itu juga mempunyai penanggung jawab.

Perubahan yang terjadi tidak hanya perubahan terhadap jumlah santri dan gurunya, akan tetapi perubahan bentuk fisik bangunan gedung yang terjadi di Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mulai terlihat. Beberapa diantaranya adalah renovasi beberapa bangunan yang sudah mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut diantaranya merupakan bangunan peninggalan Kiai Masyhur yang digunakan sebagai sebagai tempat sekolah dan juga bangunan pondok santri putra yang pertama dibangun oleh Kiai Masyhur. Pada saat itu santri ditempatkan di kediaman Kiai Sajjidun dan kediaman istri Kiai Masyhur sebagai tempat yang nyaman untuk belajar para santri. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Nyai Masturotun (istri KH. Sajjidun sekaligus anak pestama KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Pada saat itu perubahan tidak terjadi pada santri yang bertambah banyak dan bertambahnya guru pengajar, tetapi juga memperbaiki kamar-kamar santri yang rusak yang kemudian dijadikan tempat sekolah. Para santri

dipindahkan ke rumah Pak Sajjidun.13

13


(60)

Pada tahun 1977 Kiai Sajjidun mulai membangun mushola dengan sedikit bantuan dari salah seorang teman dekatnya. Dengan berjalannya waktu, mulailah berdatangan santri putri. Dari situlah Kiai Sajjidun mulai berfikir dan berniat untuk menambah bangunan kamar untuk bermukim. Pada tahun 1979 Kiai Sajjidun membangun beberapa kamar untuk santri putri, kamar tersebut pun

terletak dekat dengan rumah Nyai Malikah.14

Setelah beberapa tahun sistem pendidikan di pesantren Al Rosyid berubah menjadi LPHM (Lembaga Pendidikan Hidayatul Mubtadi’in) yang berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak luar. Sistem pendidikan semi modern sudah mulai masuk karena dirasa sangat membantu dalam pendidikan santrinya setelah lulus nanti. Pendidikan agama dan umum sudah mulai digabungkan dalam pelajaran madrasah. Akan tetapi pelajaran agama masih dominan karena dasar dari sebuah pesantren adalah pelajaran agama. Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mulai membuka diri dari sistem modern yang ada.

Sistem pendidikan modern ini dimasukkan ketika berdiri sebuah LPHM yang berdiri dan diresmikan Pondok Pesantren Al Rosyid pada tahun 1979. Setelah beberapa tahun Pondok Pesantren Al Rosyid membuat lembaga

pendidikan formal independen berupa MA (Madrasah Aliyah) pada tanggal 3

April 1982, kemudian ditambah MTs (Madrasah Tsanawiyah). Sebelum akhir kepemimpinan kiai Sajjidun pada tahun 1988 LPHM berubah nama menjadi YPPPA (Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren). Yayasan tersebut mempunyai

14


(61)

pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah.

C. Periode III KH. Alamul Huda (1989 - 2016)

Sepeninggalnya kiai Sajjidun puncak kepemimpinan pondok pesantren Al Rosyid Pada tahun 1989 mulai dipegang oleh KH. Alamul Huda yakni putra KH. Masyhur, ketika itu beliau berusia 25 tahun. Pada saat itu Kiai Huda baru pulang dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo pada tahun 1988. Kemudian disusul pada tahun 1991 pulanglah putra KH. Masyhur yakni KH. Muhammad Syafiullah dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh Kiai Alamul Huda (anak KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Setelah meninggalnya Kiai Sajjidun kepemipinan diteruskan oleh gus Huda, yang dulunya mondok di gontor kemudian pulang pada tahun 1988. Kemudian tiga tahun kemudian saya pulang dari mondok dari Lirboyo pada tahun 1991. Pada saat itu saya juga ikut serta membantu untuk

membangun dan mengembangan pondok. 15

Untuk pertama kali sasaran gedung yang dibangun adalah membangun gedung untuk sekolah Madrasah Aliyah, karena pada saat itu tempat yang digunakan untuk belajar kurang memadai. Sejak kepemimpinan beliau yang di bantu oleh saudara-saudaranya, mulailah diadakan perbaikan-perbaikan dan pembangunan antara lain pemugaran pondok pesantren yang semula satu lantai

15


(1)

Pada periode III masa kepemimpinan KH. Alamul Huda Pondok

Pesantren Al Rosyid memberikan pengaruh bagi masyarakat, yakni usaha

untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman masyarakat mengenai

ajaran agama dengan cara memberikan program dalam bentuk sosial

keagamaan kehidupan masyarakat yang sangat membawa dampak yang positif

bagi masyarakat Desa Ngumpakdalem terutama dalam bentuk sosial

keagamaan. Seperti halnya diadakannya pegajian rutinan majlis ta’lim, dan

masyarakat pun memberikan respon terhadap Pondok Pesantren Al Rosyid

dengan cara banyaknya jamaah yang mengikuti program yang diberikan oleh


(2)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian di Pondok Pesantren Al Rosyid, penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan oleh KH. Masyhur pada tahun

1959. Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid secara pribadi Kiai.

Masyhur merasa prihatin melihat kondisi masyarakat yang masih banyak

mengikuti aliran-aliran yang lebih dekat dengan faham animism dan

dinamisme, sehingga beliau ingin meluruskan pada syariat agama yang

sesungguhnya, yang akhirnya bertekad dan niat yang tulus KH. Masyhur

mendirikan Pondok Pesantren yang bernama Al Rosyid yang nantinya

untuk memperbaiki dan membangun mental masyarakat sesuai dengan

ajaran-ajaran islam dan dapat menanamkan rasa keagamaan pada sumua

segi kehidupan dalam masyarakat.

2. Faktor yang menyebabkan Pondok Pesantren Al Rosyid berkembang

begitu pesat yaitu karena banyaknya santri yang berdatangan untuk

mondok dan bersekolah di Pondok Pesantren Al Rosyid, sehingga


(3)

tidak meninggalkan pendidikan klasiknya. Seperti meningkatkan model

sistem pendidikan yang memadukan antara pendidikan klasik dengan

sistem pendidikan modern. Sehingga santri dapat mengembangkan pola

berfikir dalam menghadapi kehidupan yang serba modern seperti pada saat

ini, dan santri tidak akan ketinggalan zaman. Selain mengalami perubahan

pada sistem pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid juga pengalami

perkembangan pada lahan dan gedung untuk menampung semua kegiatan

dan tempat tinggal santri.

3. Pengaruh Pondok Pesantren Al Rosyid mempunyai dampak positif bagi

masyarakat. Pondok Pesantren Al Rosyid telah membuktikan sebagai

institusi sosial keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan

sosial keagamaan yang telah dijalankan sejak berdirinya pesantren hingga

saat ini.

B. Saran

Hal-hal yang penulis paparkan dalam skripsi ini adalah sebagian kecil

dari berbagai aktivitas sosial yang pernah dilakukan oleh Pondok Pesantren Al

Rosyid Desa Ngumpak Dalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro.

Sebagai bagian dari perkembangan dakwah islamiyah, karya tulis ilmiah yang

penulis susun ini tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan. Secara sadar


(4)

untuk menyempurnakan karya ilmiah ini sebagai karya yang layak untuk

dibaca dan dikaji bersama.

Penulis juga mempunyai harapan yang besar kepada pondok pesantren

di Indonesia khususnya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpak Dalem

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro, agar lebih giat dalam

mensyi;arkan ajaran islam melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan, selain

itu juga terhadap berbagai program yang menjadi sangat penting agarkegiatan

yang pernah dijalankan dapat dirasakan secara nyata hasilnya oleh umat dan

kegiatan-kegiatannya menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.


(5)

DARTAF PUSTAKA

Buku

Alimandan. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV.

Rajawali, 1985.

Biografi KH. Muhammad Rosyid dan silsilah keluarga. Bojonegoro: Pengurus keluarga bani KH. Muhammad Rosyid, 2006.

Burhanuddin Jajat. Mencetak Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Direktur jendral Kelembagaan Agama Islam dan Direktur Pendidikan Agama dan

Pondok Pesantren, Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah:

Pertumbuhan Dan Perkembangannya, (Jakarta: Departemen Agama Islam RI, 2003.

Dhofir Zamakhsyari. Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996.

Fanani Zainudin, et all, Study Islam Asia Tenggara. Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 1999.

Kartodrdjo Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Mujamil Qomar. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga, 1996.

______________. Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi

institusi. Jakarta: Erlangga, 2008.

Rahardjo M. Dawam, Dunia Pesantren dalam peta pembaharuan pesantren dan

pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1983.

Soekamto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2012.

Sondang P.Siagian. Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. RINEKA


(6)

Sukamto. Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren. Jakarta: PT. Pustaka LP3DES, 1999.

Wahid Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren. Yogyakarta: LkiS,

2007.

Widodo A. Rofiq,. R B, et all. Pemberdayaan pesantren: menuju kemandirian

profesionalisme santri dengan metode daurah kebudaayaan. Yogyakarta: Pustaka pesantren, 2005.

Zulaicha Lilik, Metodologi Sejarah 1, Surabaya: 2005.

Majalah

An Naba’, Media Informasi dan Dakwah, Edisi I/th I/Juli-Desember 2010 Internet

http://dhayassamaronjie.wordpress.com/makalah/sosiologi-dakwah/teori-fungsionalismestruktural-teori-konflik/