PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT (1969-1989).

(1)

Lintank Veralianty Putri, 2014

Abstrak

Skripsi ini berjudul “Perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989). Penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Pondok Pesantren Al-Islamiyyah karena pesantren ini mampu bertahan di tengah perkembangan zaman. Sejak didirikan pada tahun 1969, Pondok Pesantren Al-Islamiyyah semakin maju dan berkembang dari tahun ke tahunnya. Kemajuan Pesantren ini semakin terlihat ketika tahun 1989 didirikan Madrasah Aliyah hasil kerjasama dengan Yayasan Al-Huda. Adapun masalah utama yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989), yang terbagi ke dalam beberapa rumusan masalah, yaitu 1) Bagaimanakah latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan, 2) Bagaimanakah gambaran kehidupan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah, dilihat dari segi kehidupan santri, kurikulum dan pola pembelajaran, serta program-program yang di berlakukan di pesantren tersebut, 3) Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah, 4) Bagaimanakah pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap lingkungan sekitar baik dalam aspek keagamaan, pendidikan, ekonomi maupun sosial budaya. Skripsi ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah heuristik kritik, interpretasi serta penulisan (historiografi). Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari pendekatan dan konsep-konsep ilmu pendidikan seperti kurikulum, materi, metode dan evaluasi. Kegiatan pengumpulan data dan sumber penelitian, selain menggunakan studi literatur, penulis juga melakukan wawancara terhadap narasumber baik pelaku maupun saksi sejarah. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat Desa Mandalamukti yang pada saat itu menginginkan didirikannya sebuah Pondok Pesantren di Desa Mandalamukti. Oleh karena itu Kiai Haji Muhammad Ridwan di bantu para warga sekitar mendirikan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Tujuan didirikannya pesantren ini yaitu mendidik, mengajar dan membina santri agar menjadi insan shaleh, takwa, berakhlak mulia, berilmu dan berwawasan luas. Perkembangan pesantren tersebut cukup pesat dari tahun 1969 hingga tahun 1989. Pada periode ini, pesantren banyak melakukan pembangunan prasarana pendidikan sebagai wujud tanggap terhadap perkembangan jumlah santri yang meningkat. Akan tetapi dari segi kurikulum pendidikan tetap mempertahankan budaya tradisional seperti metode dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah adalah terjadinya perubahan perilaku dalam kehidupan masyarakat yang meliputi kehidupan sosial dan ritual keagamaan masyarakat, di antaranya adalah pesantren menjadi rujukan penting bagi masyarakat dalam menghadapi permasalahan terutama yang berkaitan dengan hukum-hukum keagamaan. Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap


(2)

Lintank Veralianty Putri, 2014

masyarakat sekitar cukup berpengaruh positif baik dalam segi pendidikan, ekonomi, sosial budaya, terutama dalam hal keagamaan.


(3)

Lintank Veralianty Putri, 2014

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Metode Penelitian ... 7

1.6Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pondok Pesantren ... 11

2.1.1 Pengertian dan Tujuan Pesantren ... 11

2.1.2 Tipologi Pesantren ... 12

2.1.3 Komponen-Komponen Pokok Pesantren ... 13

2.1.4 Kurikulum Pendidikan Pesantren ... 16

2.1.4.1 Tujuan Pendidikan ... 16

2.1.4.2 Materi Pembelajaran ... 17

2.1.4.3 Metode Pembelajaran ... 18

2.1.4.4 Evaluasi Pembelajaran ... 19

2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Pesantren ... 19

2.2.1 Skripsi ... 19

2.2.2 Jurnal ... 21


(4)

Lintank Veralianty Putri, 2014

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penelitian ... 28

3.2 Persiapan Penelitian ... 30

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 30

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 31

3.2.3 Mengurus Perizinan Penelitian ... 32

3.2.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 32

3.2.5 Proses Bimbingan ... 33

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 33

3.3.1 Pengumpulan Sumber ... 33

3.3.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis ... 34

3.3.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan ... 36

3.3.2 Kritik Sumber ... 37

3.3.2.1 Kritik Eksternal ... 38

3.3.2.2 Kritik Internal ... 39

3.3.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber) ... 40

3.4 Laporan Hasil Penelitian ... 42

BAB IV SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH TAHUN (1969-1989) ... 44

4.1 Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah .... 44

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat ... 44

4.1.1.1 Kondisi Geografis, Demografis dan Administratif.45 4.1.1.2 Kondisi Ekonomi, Pendidikan, Keagamaan dan Interaksi Sosial Masyarakat ... 47

4.1.2 Awal Mula Berdirinya Pondok Pesantren Al-islamiyyah . 49 4.1.2.1 Pendirian Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ... 49

4.1.2.2 Biografi Kiai Haji Muhammad Ridwan ... 51

4.2 Komponen-Komponen Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ... 53

4.2.1 Pimpinan Pesantren (Kiai) dan Staf Pengajar ... 53


(5)

Lintank Veralianty Putri, 2014

4.2.3 Mesjid ... 56

4.2.4 Pondok ... 57

4.2.5 Pengajaran Kitab-Kitab Klasik ... 57

4.2.6 Sarana dan Prasarana ... 58

4.2.7 Kurikulum Pendidikan Pesantren ... 58

4.2.7.1 Tujuan Pendidikan Pesantren ... 59

4.2.7.2 Materi Pendidikan Pesantren ... 60

4.2.7.3 Metode Pendidikan Pesantren ... 61

4.2.7.4 Evaluasi Pendidikan Pesantren ... 62

4.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ... 64

4.4 Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Terhadap Masyarakat Cikalongwetan ... 72

4.4.1 Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Terhadap Pendidikan Agama Masyarakat Cikalongwetan ... 72

4.4.2 Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Terhadap Masyarakat Cikalongwetan dalam Aspek Pendidikan ... 74

4.4.3 Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Terhadap Masyarakat Cikalongwetan dalam Aspek Ekonomi ... 76

4.4.4 Pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Terhadap Masyarakat Cikalongwetan dalam Aspek Sosial Budaya ... 77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1 Simpulan ... 80

5.2 Saran ... 83 DAFTAR PUSTAKA


(6)

Lintank Veralianty Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama, Pesantren dan Perguruan Tinggi Agama Islam baik negeri maupun swasta. Adapun mengenai pesantren dikutip dari ceramah Menteri Agama RI (H.Munawir Sjadzali) pada Seminar Islam dan Pendidikan Nasional, tanggal 25 April 1983, sebagai berikut:

“…. secara umum tujuan pembinaan dan pengembangan Pondok Pesantren adalah untuk meningkatkan dan membantu Pondok Pesantren dalam rangka membina dan mendinamisir Pondok Pesantren di seluruh Indonesia sehingga mampu mencetak manusia muslim selaku kader-kader penyuluh pembangunan yang bertakwa, cakap, berbudi luhur dan terampil bekerja untuk membangun diri dan keluarganya serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa, menetapkan Pondok Pesantren dalam mata rantai ke seluruh sistem pendidikan nasional, baik pendidikan normal maupun pendidikan non formal dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan perencanaan ketenagakerjaan yang menghasilkan anggota-anggota masyarakat yang memiliki kecakapan sebagai tenaga pembangunan, membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang berguna bagi agama, masyarakat dan negara (Daradjat, 2006: 98).”

Daradjat juga mengungkapkan secara khusus, tujuan pembinaan dan pengembangan Pondok Pesantren itu diantaranya diarahkan untuk:

- Mendidik santri untuk menjadi anggota masyarakat, seorang muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang ber Pancasila.

- Mendidik santri menjadi manusia muslim dan kader ulama serta mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, memilih semangat wiraswasta

serta mengamalkan syari’ah Islam secara utuh dan dinamis.

- Mendidik para santri agar dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh pembangunan makro (keluar), regional (pedesaan/masyarakat lingkungan) serta nasional.


(7)

2

Lintank Veralianty Putri, 2014

- Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara (Daradjat, 2006:98-99).”

Secara keseluruhan fungsi pesantren dapat dikatakan adalah untuk membina dan mengembangkan para masyarakat (santri) untuk menjadi manusia muslim yang bertaqwa, tawakal serta mengabdi dengan istiqomah kepada Allah SWT. disamping itu para santri diharapkan mempunyai kesadaran yang tinggi akan hak dan kewajiban sebagai warga negara serta patuh kepada kiai dan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kehadiran Pondok Pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama. Demikian yang diungkapkan oleh Mastuhu, (1994:59). Bahkan pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat pergerakkan pengembangan Islam. Hal ini seperti yang diakui oleh DR. Soebardi dan Prof. Johns yang dikutip Zamakhsyari Dhofier, (1974:17). Pondok Pesantren dengan segala bentuk dan jenisnya juga tergolong pada lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Eksistensinya diakui oleh warga masyarakat. Hanya saja secara spesifik bahwa Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengarah kepada bidang keagamaan (Islam).

Dalam hal ini A. Mukti Ali (1987:15-19) mengemukakan bahwa pada dasarnya Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan agama Islam diharapkan dapat diperoleh dari lembaga ini (pesantren). Beliau juga mengemukakan beberapa ciri pendidikan dan sistem pengajaran yang ada di Pondok Pesantren. Di antara ciri-ciri pendidikan di Pondok Pesantren adalah : 1) Adanya hubungan yang akrab antara santri dan Kiai, 2) Tunduknya para santri kepada Kiai, 3) Adanya prinsip hidup hemat dan sederhana, 4) Adanya semangat menolong diri sendiri amat terasa di kalangan santri di Pondok Pesantren, 5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan para santri di Pondok Pesantren, 6) Penanaman rasa disiplin sangat ditekankan di Pondok Pesantren, 7) Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan adalah salah satu pendidikan yang


(8)

3

Lintank Veralianty Putri, 2014

diperoleh pesantren, 8) kehidupan agama yang baik dapat diperoleh para santri di Pondok Pesantren itu sendiri.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam (di Indonesia) adalah mempunyai arti dan peranan yang cukup besar dalam pengembangan bangsa dan Negara Indonesia. Dan sebagai lembaga pendidikan Pondok Pesantren ikut bertanggung jawab terhadap proses mencerdaskan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus lembaga ini bertanggung jawab atas kelangsungan tradisi keagamaan (Islam) dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu bentuk pribadi manusia mukmin yang sejati dan punya kualitas moral serta intelektual.

Adapun target yang hendak dicapai oleh Pondok Pesantren adalah untuk membekali para santrinya agar memiliki iman, ilmu, ibadah dan ahlaknya yang mulia. Sehingga apabila mereka terjun ke masyarakat nanti diharapkan tidak bersifat pasif. Di samping itu juga untuk mempersiapkan para santri agar kelak menjadi orang yang bisa mengambil bagian (berpartisipasi) dalam pembangunan bangsa dan memajukan negara, serta dapat membentuk watak yang mulia.Sebab masalah-masalah yang menyangkut tentang kesadaran politik, ekonomi, dan sosial budaya tidak perlu dipertentangkan, karena hal itu menurut Islam termasuk masalah kebutuhan pokok dalam kehidupan suatu bangsa (Zuhri, 1981:617).

Secara historis bahwa pada zaman walisongo, zaman kerajaan Islam jawa, zaman pergolakan melawan penjajahan dan pada masa-masa revolusi kemerdekaan bahkan hingga masa Orde Baru, peranan Pondok Pesantren bagi perubahan sosial kelihatannya cukup jelas. Sebab ketika itu, fungsi dan peranan Pondok Pesantren sebagai lembaga sosial lebih menonjol dibandingkan dengan fungsi dan peranannya sebagai lembaga pendidikan (Rahardjo, 1987:61).

Kedudukan Pondok Pesantren tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat Islam di Indonesia. Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua sudah dikenal sejak Islam masuk ke wilayah Nusantara. Oleh karana itu sejarah Pondok Pesantren merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari sejarah pertumbuhan masyarakat Islam Indonesia. Buktinya, semenjak era kerajaan Islam


(9)

4

Lintank Veralianty Putri, 2014

pertama di Aceh pada abad pertama hijriah, era walisongo dan sampai sekarang. Peran para wali, ulama dan kiai Pondok Pesantren sangat besar dalam merintis tumbuh dan berkembangnya masyarakat desa, bahkan kota.

Pondok Pesantren merupakan bapak dari pendidikan Islam diIndonesia. Pondok Pesantren didirikan karena adanya tuntutan kebutuhan zaman, hal ini bisa dilihat dari perjalanan historisnya, bahwa sesungguhnya pesantren dilahirkan atas kewajiban dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i.

Pondok Pesantren diharapkan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan sosial yang ada di dalam pondok dan diluar pondok, kegiatan ini memang harus dilakukan oleh pesantren agar terjalin interaksi antara pesantren dan masyarakat sehingga Pondok Pesantren dapat mengetahui keadaan masyarakat sekitar. Sehingga diantara keduanya akan terjalin kebersamaan dalam memajukan kepentingan bersama.

Penulis memiliki keresahan bagaimana lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren ini dapat terus bertahan ditengah perkembangan jaman yang semakin modern ini. Maka dari itu untuk mengetahui secara langsung tentang perkembangan Pondok Pesantren yang ada di Kecamatan Cikalongwetan, penulis merasa tertarik untuk meneliti perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah yang dipimpin langsung oleh Kiai Haji Muhammad Ridwan yang dirasa perlu diteliti karena di Kecamatan Cikalongwetan pesantren inilah yang mampu bertahan dan terus mengalami kemajuan di setiap tahunnya dengan cara melihat dan mengikuti perkembangan Pondok Pesantren dari awal berdirinya hingga dibentuknya Madrasah Aliyah Al-Huda yang sama-sama terletak di Desa Mandalamukti. Penulis memilih rentang waktu antara tahun 1969 hingga 1989 karena pada tahun 1969 adalah tahun dibentuknya pesantren Al-Islamiyyah yang berada dibawah kepemimpinan Kiai Haji Muhammad Ridwan sedanagkan tahun 1989 digunakan sebagai batas tahun penelitian karena pada tahun 1989 Pondok Pesantren Al-Islamiyyah membangun kerjasama dengan yayasan Al-Huda untuk


(10)

5

Lintank Veralianty Putri, 2014

membangun sekolah Madrasah Aliyah Al-Huda di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat.

Berdasarkan pemaparan diatas penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai perkembangan Pondok Pesantren Al Islamiyyah yang ada di Desa Mandalamukti. Oleh karena itu penulis mengambil judul

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT (1969-1989)”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka terdapat permasalahan yang cukup menarik untuk dikaji. Permasalahan utama yang menjadi pokok kajian yaitu bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah yang ada di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat dalam rentang waktu tahun 1969 sampai 1989. Berdasarkan rumusan tersebut maka permasalahan yang akan dikaji harus mengaju pada permasalahan:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimanakah gambaran kehidupan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di

Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimanakah pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pondok

Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat?

4. Bagaimanakah pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap lingkungan sekitar?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan atau hal yang ingin dicapai dalam penelitian dengan judul

“Perkembangan Pondok Pesantren Al Islamiyyah Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989)” adalah sebagai berikut:


(11)

6

Lintank Veralianty Putri, 2014

1. Memberikan gambaran tentang latar belakang historis berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat.

2. Memberikan gambaran tentang kehidupan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat dilihat dari segi kehidupan santri, kurikulum dan pola pembelajaran serta program-program yang diberlakukan di pesantren tersebut.

3. Mengidentifikasi pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat, terutama mengenai dampak yang ditimbulkan dengan adanya pesantren tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Memberikan gambaran tentang pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap lingkungan sekitar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini, baik bagi penulis sendiri maupun dari segi implementasi bagi bidang pendidikan terutama pendidikan sejarah yakni:

1. Memperkaya khasanah penulisansejarah pesantren.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan Islam lain khususnya di Kabupaten Bandung Barat untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikannya sehingga dapat menjadi lembaga yang tetap survive ditengah modernisasi yang terjadi.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis sebagai mahasiswa pendidikan sejarah untuk lebih mendalami lagi tentang pendidikan Islam khususnya pesantren yang ada di Kecamatan Cikalongwetan.

4. Memberikan sumbangan dalam pembelajaran sejarah khususnya di jenjang SMA kelas XI untuk lebih mengetahui tentang salah satu bentuk pendidikan Islam di Indonesia.


(12)

7

Lintank Veralianty Putri, 2014

1.5. Metode Penelitian

Metode adalah suatu prosedur, proses atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007: 13). Metode yang digunakan dalam mengkaji proposal ini adalah metode historis atau sejarah. Sjamsuddin (2007: 14) mengartikan metode sejarah sebagai suatu cara bagaimana mengetahui sejarah. Proposal ini menggunakan metode historis karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sejarah.

Sjamsuddin (2007: 89) mengungkapkan enam langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian sejarah yaitu.

1. Memilih judul atau topik yang sesuai.

2. Mengusut semua eviden (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah berhasil

dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil penelitian ke dalam pola yang benar atau sistematika tertentu.

6. Menyajikan dan mengkomunikasikannya kepada pembaca dalam suatu cara yang menarik perhatian, sehingga dapat dimengerti.

Ismaun (2005: 50) mengungkapkan empat tahapan dalam melakukan penelitian sejarah. Keempat tahapan ini diuraikan sebagai berikut:

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah)

Ini merupakan tahap awal dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan masalah atau judul yang akan dikaji. Penulisberusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun sumber sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam mencari sumber-sumber dan referensi ini penulis mencari sumber refersnsi buku yang sesuai dengan tema penelitian penulis dan sumber sumber lain yang relefan. Selain itu penulispun mencari sumber lain seperti mencari sumber di internet.

2. Kritik Ekternal dan Internal (menilai sumber sejarah)

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan seleksi dan penilaian terhadap sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Kritik yang dilakukan ini


(13)

8

Lintank Veralianty Putri, 2014

meliputi dua aspek yaitu aspek eksternal yang digunakan untuk menilai otentitas dan integritas dari sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Aspek internal digunakan untuk melihat dan menguji dari dalam mengenai reliabilitas dan kredibilitas isi dan sumber-sumber sejarah yang telah diperoleh. Dari proses kritik ini sumber-sumber sejarah selanjutnya di sebut fakta-fakta sejarah.

3. Interpretasi (menafsirkan sumber sejarah).

Pada tahap ini, peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang diperoleh dari hasil kritik eksternal maupun internal. Fakta-fakta dihubungkan, disusun dan dianalisis sehingga diperoleh penjelasan yang sesuai dengan pokok permasalahan. Dalam tahap ini, peneliti mengerahkan seluruh kemampuan intelektual dalam membuat deskripsi, analisis kritis serta seleksi dari fakta-fakta tentang Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat ini sehingga akan menghasilkan bentuk penelitian sejarah yang utuh.

4. Historiografi, merupakan langkah terkahir dalam penelitian ini. Historiografi merupakan proses penyusunan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini peneliti menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyususn dalam suatu tulisan yang jelas dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar.

1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan proposal disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Sistematika penulisan yang dimaksud adalah:

Bab I Pendahuluan, Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis sehingga merasa tertarik untuk mengkaji tentang bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di


(14)

9

Lintank Veralianty Putri, 2014

Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat dalam kurun waktu dari tahun 1969 sampai 1989 yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan dan pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Di dalam bab inidijelaskan secara terperinci mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan penelitian yaitu tentang bagaimanaperkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989). Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa informasi-informasi yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka ini dipaparkan beberapa konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah konsep-konsep yang relevan dengan bahan penelitian yang dilakukan.

Bab III Metode Penelitian. Di dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi mengenai bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989).

Bab IV Hasil penelitian yang didalamnya mengenai bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989).Dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis tentang bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989) melalui penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dalam bab ini berupa hasil penelitian baik melalui


(15)

10

Lintank Veralianty Putri, 2014

studi dokumentasi, studi literature, wawancara, pengamatan atau observasi yang diuraikan dalam bentuk uraian deksriptif yang bertujuan agar semua keterangan yang diperoleh dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Dalam bab ini juga ditemukan jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah.

Bab V Kesimpulan. Pada bab terakhir ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi mengenai interpretasi penulis terhadap kajian yang menjadi bahan penelitiannya yaitu tentang bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat (1969-1989). Interpretasi peneliti ini disertai dengan analisis peneliti dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Dalam bab ini juga berisi saran dan rekomendasi dari peneliti yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.


(16)

Lintank Veralianty Putri, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Pada bab ini penulis akan memaparkan simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat Tahun 1969-1989. Simpulan tersebut adalah sebagai analisa dari temuan-temuan hasil penelitian tentang hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang, antara lain

pertama, latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa

Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Kedua, gambaran kehidupan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Ketiga, pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat dan pengaruh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap lingkungan sekitar.

Pertama, Pondok Pesantren Al-Islamiyyah berdiri pada tahun 1969 di Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat. Pendirinya yaitu Kiai Haji Muhammad Ridwan yang sampai saat ini masih menjadi Pimpinan Pondok Pesantren. Pondok Pesantren Al-Islamiyyah berkembang pesat dari tahun ke tahun, bahkan sampai saat ini Pondok Pesantren Al-Islamiyyah semakin maju dan berkembang. Sarana Pendidikan di Cikalongwetan pada saat itu terpenuhi dengan adanya Pondok Pesantren Al-Islamiyyah karena pada saat itu belum ada sekolah formal. Setelah ada sekolah formal pun tetap tidak mengurangi eksistensi Pondok Pesantren ini.

Kedua, Pondok Pesantren Al-Islamiyyah merupakan pondok pesantren yang tetap mempertahankan budaya tradisional baik dalam proses pembelajarannya maupun dalam kehidupan di pesantren. Pondok pesantren ini mampu bertahan di tengah perkembangan zaman, bahkan perkembangannya menunjukkan kemajuan dari tahun ke tahun.


(17)

81

Lintank Veralianty Putri, 2014

Ketiga, menurut pandangan masyarakat sekitar terhadap keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah yaitu terjadinya perubahan perilaku dalam kehidupan masyarakat khususnya masyarakat Cikalongwetan. Perubahan tersebut utamanya meliputi kehidupan sosial masyarakat. Dalam kehidupan sosial masyarakat Cikalongwetan, pesantren menjadi rujukan penting bagi masyarakat dalam menghadapi permasalahan terutama yang berkaitan dengan hukum-hukum keagamaan.

Selain itu sosok kiai sebagai pimpinan pesantren dan orang yang berilmu memiliki posisi tersendiri dalam struktur sosial masyarakat. Ia adalah orang yang dihormati dalam lingkungan masyarakat Cikalongwetan, ia juga menjadi orang yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pembangunan daerah.

Keempat, pengaruh keberadaan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terhadap lingkungan sekitar yang dirasakan masyarakat Cikalongwetan yaitu berbagai peran positif yang dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupannya, membuat masyarakat memliki kepedulian untuk bersama-sama dengan pihak pesantren memajukan dan mengambangkan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah baik dari segi fisik maupun jumlah santri. Para almuni jebolan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah banyak yang menjadi Ketua Desa di sekitar Kecamatan Cikalongwetan.

Para santri yang bermukim di Pondok Pesantren Al-Islamiyyah selain dari Kabupaten Bandung Barat, Cimahi, Bandung, Purwakarta, Jakarta, Banten, Kalimantan Timur, Jambi. Dan para alumni tersebar di Jawa Barat, Jakarta, Banten, Lampung, Palembang, Pangkal Pinang, Jambi, Kalimantan Timur, Batam, Sulawesi dan lain-lain.

Satu-satunya pangajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren ialah pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama yang menganut paham Syafi’iyah. Tujuan utamanya adalah untuk mendiddik calon-calon ulama. Sedangkan sekarang kebanyakan pesantren telah memasukan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren.


(18)

82

Lintank Veralianty Putri, 2014

Metode pembelajaran yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak jauh berbeda dengan kebanyakan pesantren lainnya yaitu Sorogan, Bandongan, Halaqah, Talaran dan Diskusi. Begitu juga dengan evaluasi pembelajarannya. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah secara lisan merupakan sistem evaluasi yang lebih efektif karena dengan begitu Kiai atau Ustadz dapat mengetahui secara langsung sejauh mana kemampuan santri dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi pelajaran mengenai agama merupakan pelajaran praktek yang tidak dapat di ukur atau di nilai pembelajarannya jika sekedar evaluasi tertulis. Bahkan evaluasi terhadap kemampuan santri dalam memahami ajaran agama justru dapat terlihat dalam praktek kehidupannya sehari-hari. Evaluasi terhadap kemampuan santri menerima pelajaran, di tes hapalannya terhadap materi ynag di sebut talaran.

Seorang santri dikatakan lulus pada materi tertentu dan berhak naik kelas ketika santri tersebut telah memahami kitab tertentu. Evaluasi berupa tes hafalan atau bisa di sebut talaran juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah diantaranya yaitu para santri yang telah belajar tiga tahun harus hafal bacaan Shalat serta terjemahnya, harus hafal Al-Asmaul Husna dan harus hafal Surat Al Mulk, Al-Waqiah dan surat Yasin. Bagi laki-lakiharus hafal Al-Barjanji sampai Mahallul Qiyam dan Wakaana yang terakhir (Muhammad Ridwan, Pimpinan Pondok Pesantren).

Keberadaan para alumni dari Pondok Pesantren Al-Islamiyyah juga berkontribusi besar bagi perkembangan dan kemajuan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Setiap tahunnya rutin diadakan silaturahmi antar alumni, para alumni dari Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ini memiliki tabunngan yang di namakan wakaf Sabilillah untuk kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Maka dari itu Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak khawatir tentang masalah pendanaan.

Pondok Pesantren Al-Islamiyyah merupakan satu dari sekian banyak pondok pesantren yang mampu bertahan di tengah perkembangan zaman, trelihat jelas dari usianya yang berdiri sejak tahun 1969 hingga saat ini masih mempertahankan eksistensinya bahkan semakin maju dan berkembang. Pondok


(19)

83

Lintank Veralianty Putri, 2014

Pesantren Al-Islamiyyah dapat menjadi contoh untuk pondok pesantren lainnya yang ada di Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat.

5.2 Saran

Dengan penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan agar Pondok Pesantren Al-Islamiyyah hendaknya menjadi lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh semua pihak, baik Pondok Pesantren Al-Islamiyyah sendiri, masyarakat, maupun pemerintah daerah. Akan lebih baik jika Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak hanya di kenal di Kabupaten Bandung Barat saja.

Pengembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ini dapat dilakukan dengan mengadakan koordinasi atau kerja sama yang berkesinambungan antara Pondok Pesantren Al-Islamiyyah dengan pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat atau lembaga terkait, sehingga dapat bersama-sama meningkatkan pendidikan terutama pemahaman terhadap agama Islam serta aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat. Para alumni juga dapat terus berkontribusi untuk mengembangkan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah.

1) Pihak Pondok Pesantren Al-Islamiyyah disarankan agar dapat lebih respontif terhadap perubahan dalam masyarakat dan lebih mengembangkan program pendidikannya agar Pondok Pesantren Al-Islamiyyah dapat lebih di terima oleh berbagai lapisan masyarakat.

2) Pondok Pesantren Al-Islamiyyah disarankan agar terus melibatkan masyarakat Cikalongwetan untuk membantu mengembangkan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Untuk pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat, diharapkan agar dapat membantu Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terutama dalam masalah pendanaan maupun program pendidikannya.

3) Diharapkan juga skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pondok pesantren Al-Islamiyyah sendiri, masyarakat, pemerintah daerah, serta pihak lain yang berkepentingan dalam upaya mempelajari karakteristik pesantren salafiyah khususnya yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat dan upaya yang dapat dilakukan untuk


(20)

84

Lintank Veralianty Putri, 2014

mempertahankan keberadaan pesantren salafiyah serta upaya pengembangannya.

4) Selain itu, semoga skripsi ini juga berkontribusi penting bagi pembelajaran sejarah. Skripsi ini dapat diijadikan referensi bagi pengembangan pelajaran sejarah lokal di sekolah khususnya di Kabupaten Bandung Barat, sehingga peserta didik dapat lebih mengenal sejarah daerah terutama sejarah pengembangan agama Islam di Kabupaten Bandung Barat khususnya di Cikalongwetan.


(21)

Lintank Veralianty Putri, 2014

DAFTAR PUSTAKA Buku

Azra, A. (2000) Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos.

Daradjat, Z. (2006) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (2007) Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Dhofier, Z. (1982) Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.Jakarta: LP3ES.

Djumhur, I. dan Danasaputera.(1974) Sejarah Pendidikan. Bandung: Ilmu. Ismaun. (2005) Sejarah Sebagai Ilmu.Bandung: Historia Press.

Kartawiriaputera, S. (1994) Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: IKIP.

Kuntowijoyo.(1994) Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Madjid, N. (1997) Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Manfred. (1986) Pesantren dalam perubahan sosial. LP3ES, Jakarta.

Marwan, S. (1980) Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Darma Bakti,Jakarta. Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian TentangUnsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Nata, A.(1997) Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Rahim, H. (2001) Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos.


(22)

2

Lintank Veralianty Putri, 2014

Sjamsudin, H. (2007) Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Soelaeman, M. M. (1986) Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Supardan, D. (2007) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2007) Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suwendi. (2004) Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013) Pedoman PenulisanKarya Ilmiah.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi

Aditia, W. (2005). Pondok Pesantren An-Nasuha Desa Kalimukti Kabupaten Cirebon. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Azizah, L. N. (2013). Pondok Pesantren Masyaul Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka 1980-2008.Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sonia, S. (2008). Perkembangan Pondok Pesantren Al-Riyadl Kabupaten Majalengka 1989-2005. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(23)

3

Lintank Veralianty Putri, 2014

Sumber Internet

Mifa Raya (2013) Pengaruh dakwah terhadap santri tersedia


(1)

82

Metode pembelajaran yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak jauh berbeda dengan kebanyakan pesantren lainnya yaitu Sorogan, Bandongan, Halaqah, Talaran dan Diskusi. Begitu juga dengan evaluasi pembelajarannya. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah secara lisan merupakan sistem evaluasi yang lebih efektif karena dengan begitu Kiai atau Ustadz dapat mengetahui secara langsung sejauh mana kemampuan santri dalam menyerap materi pelajaran. Apalagi pelajaran mengenai agama merupakan pelajaran praktek yang tidak dapat di ukur atau di nilai pembelajarannya jika sekedar evaluasi tertulis. Bahkan evaluasi terhadap kemampuan santri dalam memahami ajaran agama justru dapat terlihat dalam praktek kehidupannya sehari-hari. Evaluasi terhadap kemampuan santri menerima pelajaran, di tes hapalannya terhadap materi ynag di sebut talaran.

Seorang santri dikatakan lulus pada materi tertentu dan berhak naik kelas ketika santri tersebut telah memahami kitab tertentu. Evaluasi berupa tes hafalan atau bisa di sebut talaran juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Islamiyyah diantaranya yaitu para santri yang telah belajar tiga tahun harus hafal bacaan Shalat serta terjemahnya, harus hafal Al-Asmaul Husna dan harus hafal Surat Al Mulk, Al-Waqiah dan surat Yasin. Bagi laki-lakiharus hafal Al-Barjanji sampai Mahallul Qiyam dan Wakaana yang terakhir (Muhammad Ridwan, Pimpinan Pondok Pesantren).

Keberadaan para alumni dari Pondok Pesantren Al-Islamiyyah juga berkontribusi besar bagi perkembangan dan kemajuan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Setiap tahunnya rutin diadakan silaturahmi antar alumni, para alumni dari Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ini memiliki tabunngan yang di namakan wakaf Sabilillah untuk kemajuan dan perkembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Maka dari itu Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak khawatir tentang masalah pendanaan.

Pondok Pesantren Al-Islamiyyah merupakan satu dari sekian banyak pondok pesantren yang mampu bertahan di tengah perkembangan zaman, trelihat jelas dari usianya yang berdiri sejak tahun 1969 hingga saat ini masih


(2)

Pesantren Al-Islamiyyah dapat menjadi contoh untuk pondok pesantren lainnya yang ada di Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat.

5.2 Saran

Dengan penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan agar Pondok Pesantren Al-Islamiyyah hendaknya menjadi lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh semua pihak, baik Pondok Pesantren Al-Islamiyyah sendiri, masyarakat, maupun pemerintah daerah. Akan lebih baik jika Pondok Pesantren Al-Islamiyyah tidak hanya di kenal di Kabupaten Bandung Barat saja.

Pengembangan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah ini dapat dilakukan dengan mengadakan koordinasi atau kerja sama yang berkesinambungan antara Pondok Pesantren Al-Islamiyyah dengan pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat atau lembaga terkait, sehingga dapat bersama-sama meningkatkan pendidikan terutama pemahaman terhadap agama Islam serta aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat. Para alumni juga dapat terus berkontribusi untuk mengembangkan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah.

1) Pihak Pondok Pesantren Al-Islamiyyah disarankan agar dapat lebih respontif terhadap perubahan dalam masyarakat dan lebih mengembangkan program pendidikannya agar Pondok Pesantren Al-Islamiyyah dapat lebih di terima oleh berbagai lapisan masyarakat.

2) Pondok Pesantren Al-Islamiyyah disarankan agar terus melibatkan masyarakat Cikalongwetan untuk membantu mengembangkan Pondok Pesantren Al-Islamiyyah. Untuk pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat, diharapkan agar dapat membantu Pondok Pesantren Al-Islamiyyah terutama dalam masalah pendanaan maupun program pendidikannya.

3) Diharapkan juga skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi pondok pesantren Al-Islamiyyah sendiri, masyarakat,


(3)

84

mempertahankan keberadaan pesantren salafiyah serta upaya

pengembangannya.

4) Selain itu, semoga skripsi ini juga berkontribusi penting bagi pembelajaran sejarah. Skripsi ini dapat diijadikan referensi bagi pengembangan pelajaran sejarah lokal di sekolah khususnya di Kabupaten Bandung Barat, sehingga peserta didik dapat lebih mengenal sejarah daerah terutama sejarah pengembangan agama Islam di Kabupaten Bandung Barat khususnya di Cikalongwetan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Azra, A. (2000) Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos.

Daradjat, Z. (2006) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (2007) Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Dhofier, Z. (1982) Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.Jakarta: LP3ES.

Djumhur, I. dan Danasaputera.(1974) Sejarah Pendidikan. Bandung: Ilmu. Ismaun. (2005) Sejarah Sebagai Ilmu.Bandung: Historia Press.

Kartawiriaputera, S. (1994) Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: IKIP.

Kuntowijoyo.(1994) Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Madjid, N. (1997) Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Manfred. (1986) Pesantren dalam perubahan sosial. LP3ES, Jakarta.

Marwan, S. (1980) Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Darma Bakti,Jakarta. Mastuhu. (1994) Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren : Suatu Kajian TentangUnsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.


(5)

2

Sjamsudin, H. (2007) Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Soelaeman, M. M. (1986) Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Eresco.

Supardan, D. (2007) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.Jakarta: Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2007) Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suwendi. (2004) Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2013) Pedoman

PenulisanKarya Ilmiah.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Skripsi

Aditia, W. (2005). Pondok Pesantren An-Nasuha Desa Kalimukti Kabupaten Cirebon. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Azizah, L. N. (2013). Pondok Pesantren Masyaul Huda Desa Heuleut Kecamatan Kadipaten Kabupaten Majalengka 1980-2008.Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sonia, S. (2008). Perkembangan Pondok Pesantren Al-Riyadl Kabupaten Majalengka 1989-2005. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Sumber Internet

Mifa Raya (2013) Pengaruh dakwah terhadap santri tersedia

http://rayamifa.wordpress.com/2011/02/08/respons-santri-terhadap-pesan-khitobah-ustadz/21.00/23-10-2013 html.