PENAFSIRAN SAYYID QUTB DAN AHMAD MUSTHOFA AL-MARAGHI TERHADAP AYAT NASKH DALAM AL-QUR’AN.

PENAFSIRAN SAYYID QUT}B DAN AHMAD MUSTHOFA
AL-MARA>GHI TERHADAP AYAT NASKH DALAM ALQUR’A>N

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S-1) dalam Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:
SITI KOMARIYAH
NIM.E33212095

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS
FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

2016

ABSTRAK
b dan Ahmad Must}hofa al-Mara>

ghi
SITI KOMARIYAH, Penafsiran Sayyid Qut>

Al-Qur’a>
n merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menjadi rujukan umat Islam
untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dalam memahami al-Qur’a>
n diperlukan berbagai
macam teori, salah satu teori yang digunakan adalah naskh mansukh dan merupakan objek dalam
penelitian ini. Teori ini telah digunakan para ulama klasik dalam upaya menentukan hukum
Islam yang terdapat didalam al-Qur’a>
n. Hukum ini disesuaikan dengan ciri khas al-Qur’a>
n yang
bersifat sa>
lih li kulli zama>
ni wa makan.
Penelitian ini merupakan studi kepustakaan murni yang bertujuan untuk memgetahui
b dan Ahmad Must}hofa al-Mara>
ghi terhadap naskh dalam
penafsiran dan pemikiran Sayyid Qut>
al-Qur’a>

n, serta pendapat kedua tokoh mufasir ini tentang ayat naskh dalam al-Qur’a>
n yang
masih menjadi perdebatan para ulama dalam pengertian secara bahasa, istilah dan keberadaanya.
Dengan penelitian ini dapat diketahui perbedaan dan persamaan Qut}b dan al-Mara>
ghi dalam
menyikapi ayat-ayat naskh.
Penerapam teori nasakh mansukh Sayyid Qut}b dan Ahmad Musth}ofa al-Mara>
ghi samasama mengatakan bahwa didalam al-Qur’a>
n terdapat naskh. Adapun teori naskh mansukh yang
diterapkan oleh keduanya jika dibandingkan dengan para ulama lainnya tidak ada perbedaan.
Akan tetapi dalam hal ini dan yang berbeda pada dari naskh mansukh menurut kedua mufasir ini
ialah penerapan penafsiran Sayyid Qut}b dan Ahmad Musth}ofa al-Mara>
ghi dalam memaknai
.
ayat-ayat naskh dalam al-Qur’an>
Kedua mufasir ini juga sepakat bahwa adanya ayat yang dinaskh dalam al-Qur’a>
n
membawa kebaikan yang lebih dari sebelumnya atau minimal sebanding. Menurut kedua
mufasir ini segala sesuatu yang ditetapkan oleh syariat pada suatu waktu berati hukum tersebut
sangat dibutuhkan. Akan tetapi, apabila hukum yang dibutuhkan tersebut tidak lagi dibutuhkan

lagi, maka dengan sendirinya hukum tersebut sudah habis masa berlakunya. Meskipun demikian
dalam penafsiran permasalahan ayat yang diduga ulama telah terjadi naskh berbeda. Seperti
dealam mengenai qis}as}dan ketentuan rukh}sah.
Menurut Qut}b tidak ada naskh mengenai qis}as sebab perintah tentang dilakkukan hukum
ghi di naskh dengan ayat al Maidah ayat 45.
ini bersifat mutlak, sedangkan menurut al-Mara>
Begitu pula dalam hal ruksah bahwa kedua mufasir ini bebeda pendapat meski sama-sama
sepakat surat al-Baqara>
h 185 menghapus ketentuan hukum al-Baqara>
h 184.

Kata kunci: naskh dalam al-Qur’a>
n

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

COVER DALAM ...............................................................................................


i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................

ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ......................................................

iii

PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................

iv

MOTTO ..............................................................................................................

v

PERSEMBAHAN ..............................................................................................


vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................

vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................

viii

ABSTRAK ...........................................................................................................

x

DAFTAR ISI .......................................................................................................

xi

BAB I


:PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B.Rumusan Masalah ..................................................................................4
C.Tujuan Penelitian....................................................................................5
D.Kegunaan penelitian ...............................................................................5
E.Kajian Pustaka. .......................................................................................6
F.Metode Penelitian ...................................................................................8
G.Sistematika Pembahasan. .....................................................................10

BAB II

:PEMIKIRAN SAYYID QUTB DAN MUHAMMAD MUSTOFA AL-

MARAGHI
A. Pemikiran Sayyid Qutb. ......................................................................12
B. Pemikiran Muhammad Mustofa Al-Maraghi ......................................21

BAB III: TINJAUAN TEORI NASKH MANSUKH
A. Pengertian naskh mansukh .................................................................26

B. Pandangan ulama terhadap naskh ......................................................31
C. Syarat Naskh Mansukh .......................................................................36

xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Pembagian Naskh ...............................................................................37
E. Klasifikasi Naskh dalam al-Qur’a>
n ....................................................44
F. Ayat-ayat yang di naskh.....................................................................46
G. Perbedaan Naskh dengan Mukhas}is}..................................................50
BAB IV: Analisis Penafsiran Sayyid Qut}b dan AHMAD MUSTHOFA AL-MARA>
GHI atas

NASKH DALAM AL-QUR’A>
N
A. Konsep naskh dalam al-Qur’a>
n Sayyid Qut}b dan Ah}mad Musthofa al-Mara>
ghi
Tentang Naskh....................................................................................56

B. Penafsiran Sayyid Qut}b dan Ahmad Musthofa al-Mara>
ghi Terhadap ayat Naskh

............................................................................................................67
C. Keberlakuan Rukhsah pada Perintah Puasa Ramadhan Penafsiran Surat alBaqara<
h 183, 184 dan 185 .................................................................78
D. ANALISIS .........................................................................................86

BAB V:

PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................92
B. Saran ....................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’a>n merupakan kalamullah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad S.A.W melalui perantara malaikat Jibril. Kitab ini merupakan
mukjizat terbesar umat Islam yang bersifat kekal dan selalu diperkuat dengan
perkembangan

ilmu

pengetahuan.1

Didalamnya

memuat

berbagai


ilmu

pengetahuan, pelajaran dan sturan yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah dan hubungan manusia dengan manusia. Berbagai ilmu pengetahuan ini
dikemas dalam kitab suci yang terdiri dari 114 surat mulai dari surat Al Fa>tihah
sampai Anna>s dan terdiri lebih dari 6000 ayat yang digolongkan menjadi
golongan menjadi Makkiyah dan Maddaniyah.2
Sepanjang sejarah al-Qur’a>n telah mengalami penjagaan jauh sebelum di
turunkan kepada nabi Muhhammad, bahkan kitab ini diturunkan malaikat Jibril
turun dengan membawa al-Qur’a>n dan malaikat lain untuk menjaga apa yang
dibawanya. Kemudian para malaikat tersebut mengelilingi nabi Muhammad
dengan tujuan agar tidak disadap oleh makhluk lain walaupun satu huruf.3

1

Mann} n, Mabahis Fi Ulumil Qur’an (Beirut : Mansyurat al‘Asr al-Hadis, 1973) 1
2

3


Ibid,,

Yahya Bin Abdurrazzaq al-Ghautsani, Kaifa Tahfadzul Qur’an al-Kariim
(Damaskus: Maktabah Daar Al-Ghautsan, 2003),27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Upaya nabi Muhammad dalam pemeliharaan al-Qur’a>n melalui hafalan
dan tulisan. Ketika nabi Muhammad selesai menerima wahyu dari malaikat Jibril,
beliau langsung memanggil sahabat untuk menghafalkan ayat tersebut dan
meminta untuk mencatat di pelepah kurma, dan lempengan-lempengan dari al
riqa, sesuai petunjuk Rosulullah dan apabila para sahabat tidak mengetahui
maksud dari ayat yang turun nabi langsung memberikan penjelasan

4

Akan tetapi

hingga beliau wafat seluruh kandungan al-Qur’a>n belum. Untuk generasi
setelahnya harus melakukan kajian untuk menemukan solusi atas permasalahan
umat Islam.
Upaya ulama dalam memberikan solusi umat Islam ialah dimuculkannya
Salah satu pembahas

ulumul Qur’an ialah teori naskh Mansukh. Teori ini

digunakan untuk menafsirkan makna ayat yang bertentangan dengan makna ayat
lain. Naskh biasanya dipahami sebagai penghapusan ketentuan hukum suatu ayat
oleh ketentuan hukum ayat yang datang kemudian.5 Dalam menentukan
keberadaan ayat naskh muncul ketegangan para mufasir dan menyebabkan silang
pendapat.
Muhammad al-Ghazali dan Ahmad Hasan berpendapat bahwa naskh tidak
dapat diterima karena menyebabkan ayat mansukh menjadi tidak operatif dan
tidak berfungsi.6 Sedangkan menurut Muhammad Husain al-Taba’taba’i

4

Nasruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta:Pustaka Pelajar
,2011), 31
5
Muhammad Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan,
1997), 144
6
Abdul Mustaqim, Studi Al-Qur’an Kontemporer,(Yogyakarta: Tiara Wacana,
2002) , 114

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

menganggap bahwa terjadinya naskh a-Qur’a>n sangat mungkin sebab turunnya
dalam rentan waktu yang panjang dalam situasi berbeda. Menurutnya ketentuan
hukum ayat mansukh yang bersifat sementara dan terbatas melalui proses naskh
yang berakhir keberlakuannya sesuai dengan tuntutan kemaslahatan.7 Sementara
M. Quraish Shihab memahami naskh merupakan pergantian satu ketentuan hukum
ke ketentuan hukum lain yang karena kondisi masyrakat yang berbeda.8
Bahkan anatara Sayyid Qut}b dan al-Mara>ghi mengatakan bahwa Antara
Sayyid Qut}b dan Ahmad Musth}ofa al-Mara>ghi memberikan argumen yang sama
tentang keberdaan naskh. Kedua mufasir ini sama-sama mengakui bahwa
terdapat ayat yang dinaskh dalam al-Qur’a>n. Dalam kaitanya kedua muafsir ini
dalam memberi pengertian lafadz naskh sama-sama memberi pengertian
penghapusan. Kedua mufasir ini memakai hukum yang cocok dengan suatu
hukum yang pernah ditetapkan pada waktu yang lain. Biasanya hikmah hukum
terakhir Iebih baik dibanding hukum yang pertama. Atau paling tidak mcmpunyai
nilai maslahal yang sama. 9Kedua mufasir ini berpendapat bahwa ayat naskh
digunakan sesuai dengan waktu dan tempat. Akan tetapi dalam memberikan
penafsira tentang ayat-ayat naskh kedua mufasir tersebut mengalami perbedaan. 10
Berangkat dari permasalahan tersebut maka perlu diadakan kajian lebih
dalam penafsiran Qut}b dengan al-Maraghi yang keduanya merupakan ulama
kontemporer dibidang tafsir. Sayyid Qut}b dan Musthofa al-Mara>ghi merupakan
7
8
9

Ibid,,,,
Ibid Membumikan Al-Qur’an,,147-148.

Pandangan Mufasir tentang naskh dalam al-Qur’an, (Surabaya, UIN Sunan
Ampel 2016) 43
10

Ibid,,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

ulama kontemporer yang sangat terkemuka dikalangan cendekia muslim. Bahkan
karyanya menjadi bahan rujukan dalam pertimbangan penyelesain suatu masalah.
Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih dalam mengenai penafsiran. Sehingga
dapat diperoleh suatu jawaban atas kegilisan akademik yang menyatakan bahawa
mengapa penafsiran Sayyid Qutb dan al-Maraghi berbeda? Padahal kedua mufasir
ini sama-sama menyatakan bahwa didalam al-Qur’a>n terdapat ayat-ayat yang di
naskh.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep naskh mansukh Sayyid Qut}b dan Musthofa Al Mara>ghi
dalam al-Qur’a>n?
2. Bagimana letak persamaan dan perbedaan penafsiran Sayyid Qut}b dan
Musthofa al Mara>ghi dalam menafsirkan ayat yang berkaitan dengan Qis{as}
dan rukhsah ?

C. Identifikasi Masalah
1.

Penjelasan terkait dengan Sayyid Qut}b dan al Mara>ghi.

2.

Penjelasan terkait dengan teori naskh mansukh .

3.

Penafsiran Sayyid Qut}b dan al Maraghi tentang Qis}a}s.

4.

Pejelasan terkait metode penafsiran Sayyid Qutb dan al Maraghi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada skripsi ini disesuaikan dengan rumusan masalah
yang telah dibuat, diantranya ialah:
1. Untuk menjelaskan konsep naksh dalam al-Qur’a>n menurut Sayyid Qut}b dan
Mustofa Al Mara>gh
2. Untuk menjelaskan penyebab perbedaan penafsiran Sayyid Qutb dan Mustofa
Al Maraghi atas ayat-ayat naskh.

E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam
bidang tafsir. Agar penelitian ini benar-benar berguna untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, maka perlu dikemukakan kegunaan dari penelitian ini. Adapun
kegunaan tersebut ialah:
1. Secara teoritis penelitian ini dilakukan agar mendapatkan gambaran pemikiran
Sayyid Qut}b dan al-Mara>ghi dalam menafsirkan al-Qur’a>n. Penelitian ini
diharapkan dapat memberi sumbangan keilmuan dalam bidang ilmu al-Qur’a>n
dan Tafsir, sehingga benar-benar berguna untuk menjadi bahan kajian ilmiah
bagi semua orang yang ingin mendalami ilmu agama khususnya bagi
mahasiswa fakultas Usuhluddin prodi Ilmu al-Qur’a>n dan Tafisr.
2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran kepada
pihak-pihak yang berkepentingan, baik untuk pembahasan ilmiah maupun
pengetahuan dalam bidang tafsir.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

F. Kajian Pustaka
Penelitian yang membahas tentang teori pemikiran Sayyid Qut}b dan al
Mara>ghi sebelumya telah banyak dikaji oleh beberapa cendekia. Kajian dalam
berbagai persoalan tentang Qut}b telah banyak ditemukan dalam berbagai karya
tulis ilmiah mulai dari Biografi, pemikiran politik, metode dan penafsirannya.
Akan

tetapi

peneliti

belum

menemukan

penelitian

yang

menganalisis

perbandingan penafsiran kedua mufasir tersebut terhadap ayat-ayat naskh. Untuk
itu pada skripsi ini peneliti ingin mengkaji penafsiran Sayyid Qut}b dan al Mara>ghi
terhadap ayat-ayat naskh. Adapun penelitian yang agak bersinggungan dengan
penelitian ini ialah ditemukan pada sebuah buku dengan judul Studi Al-Qura>n
kontemporer (Wacana Baru Berbagai Metodologi). Pada buku ini memuat
beberapa kajian tentang ilmu al-Qur’a>n. Salah satu pembahasan yang sedikut
berkaitan dengan tema ini ada pada karya Mahfud Arif dengan judul Wacana
Naskh Dalam Tafsir Fi Dzilali al-Qur’a>n dala buku Studi al-Qura}n kontemporer.
Pada buku tersebut dijelaskan bahwa Sayyid Qut}b mengakui adanya naskh dalam
al-Qura>n akan tetapi tidak sampai pada pendisfungsian ayat. Menurutnya seluruh
ketentuan hukum Allah yang telah ditetatapkan adalah untuk kepentingan
manusia. Oleh sebab itu Qut}b berasumsi bahwa ayat al-Qura>n mempunyai fungsi
menafsirkan ayat lain.
Kemudian ditemukan pada buku yang berjudul Pandangan Mufasir
tentang naskh dalam al-Qur’a>n

yang diterbitkan oleh UIN Sunan Ampel

Surabaya. Pada buku tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya antara Ibnu Kasier,
Maraghi, memiliki kesamaan penafsiran dalam arti nasakh yaitu penghapusan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

tapi Shihab lebih cenderung pada makna penundaan dalam menafsirkan nasakh,
tapi ketiga mufasir tersebut menyetujui adanya nasikh-mansukh dalam al-Qur’a>n ,
walaupun dengan argumen yang berbeda. Tetapi berbeda dengan Hamka,
menyatakan naskh tidak terjadi dalam al-Qur’a>n , tapi hanya terjadi dalam hal
mukjizat yang dibawa para Nabi, Hamka menafsirkan kata ayat dengan mukjizat.
Dari keempat mufasir itu, tiga, yaitu Ibnu Katsir, Maraghi, dan Shihab setuju
adanya nasikh-mansukh dalam al-Qur’a>n , tapi Hamka tidak setuju adanya nasikhmansukh dalam al-Qura>n. Menurut Hamka nasikh-mansukh hanya pada wilayah
mukjizat yang dibawa Nabi dan Rasul Allah.
Kemudian ditemukan pada Skrispsi karya Zainul Mun’im yang berjudul
Teori Nasikh Mansukh al-Qur’a>n Sebagai Pembaharuan Hukum Islam (Studi
Pemikiran Abdullahi A med- An- Na’im dan Muhammad Syahrur), mahasiswa
Uin Sunan Kalijogo Yogyakarta. Dalam skripsi ini menjelaskan tentang
perbedaan pemikiran nasikh mansukh kedua tokoh tersebut. Menurut Zainul teori
nasikh mansukh klasik tidak dapat menghasilkan hukum Islam kontemporer
sesuai dengan permasalahan masyarakat saai ini. Untuk itu diperlukan ahli hukum
Islam yang relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Dari sebagaian
permasalahan tersebut ditemukan pemikiran teori nasikh mansuk An-Naim dan
Muhaamd Syahrur. Teori nasikh mansuk An-Naim merupakan penghapusan ayat
madaniyah dan diganti dengan ayat-ayat makkiyah, sedangkan menurut
Muhammad Syahrur yaitu dengan penghapusan syariat dahulu yang diganti
dengan syriat nabi Muhammad. Teori naskh mansukh an Na’aim berimplikasi
pada hukum Islam yang lebih mengedepankan kesataraan gender dan kesetaraan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

agama didepan hukum. Sedangkan teori naskh mansukh Syahrur implikasinya
lebih luas jika dibandingkan an-Na’im. Jadi implikasi Pemikiran Muhammad
Syahrur tidak hanya merujuk kesetraan gender saja melainkan juga berimplikasi
terhadap hukum Islam yang lebih respisof yaitu berkaitan dengan hukum
keluarga, hukum perkawinan, perlindungan jiwa (pembunuhan) dan lain-lain.

G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kulitatif yaitu dengan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif beberapa kata-kata tertulis
atau lisan dari suatu objek yang dapat diamati dan diteliti.11 Selain itu penelitian
ini menggunakan analisis library resech (kepustakaan) dan disajikan dengan cara
deskriptif-analitis. dengan mengumpulkan data dan informasi dari data-data
tertulis baik yang mempunyai relevansi dengan penelitian.
1. Sumber data
Untuk mendukung penelitian ini selesai, maka perlu dipilih \ akurasi literatur
yang mendukung untuk memperoleh validitas dan kualitas data. Oleh karena
itu sumber data yang menjadi objek penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer.
Adapun sumber data primer dari penelitian ini, diperoleh dari kitab-kitab
tafsir al-Qur’a>n dan tafsir fii dzilalil Al-Qur’a>n Karya Sayyid Qutb dan
Tafsir al-Maraghi Karya al-Maraghi

11

Lexy J. Moleing, Metodologi Penelitian Kualitatif,

(Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

b. Sumber data skunder.
Adapun sumber data sekunder meliputi buku-buku literaur, karya-karya
ilmiah baik skripsi, tesisi, jurnal dan artikel-artikel lain yang menunjang
dengan tema ini.
1. Studi al-Qur’a>n Kontemporer
2. Kaidah-kaidah Tafsir karya Muhammad Qurais Shihab
3. Wawasan Baru Ilmu Tafsir karya Nasrudin Baidan
4. Mabahits fi ‘Ulumul Qur’a}n karya Mana’ul al Qattan
5. Kaidah-kaidah Penafsiran Al-Qur’a>n karya Abd. Rahman Dahlan.
6. Tafsir Al Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab
7. Tafsir Ibn Katsir karya Ibnu Katsir
8. Tafzir Al Azhar karya Hamka

2. Teknik Pengumpulan data
Tekhnik

pengumpulan

data

dalam

skripsi

ini

menggunakan

teknik

dokumentasi, yaitu: mencari data mengenai hal-hal yang diteliti atau melalui
variabel yang berupa catatan, transkip, skripsi, buku, dan sebagainya.12

3. Analisis Data
Dalam meneliti atau mengkaji tafsir Al-Qur’a>n , dibutuhkan beberapa
langkah-langkah berkaitan dengan kaidah-kaidah tafsir yang digunakan
12

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipa, 1996), 234.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

mufasir dalam memberi penafsiran tentang ayat naskh. Kemudian menganalisis
penafsirannya dengan menggunkan teori ulumul Qur’a}n naskh mansukh.
Metode analisis yang digunakan adalah diskriptif-kulitatif yaitu semua
data yang terkumpul baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis
sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan kajian
mendalam atas karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan
analisis kitab tafsir, atau disebut dengan conten analysis.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bab pertama adalah pendahuluan yang merupakan pertanggung
jawaban metodologis penelitian, terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan judul, telaah pustaka, metodologi penelitian,
dan sistematika pembahasan.
Bab dua merupakan Biografi yang akan digunkan untuk meneliti latar
belakang kehidupan Sayyid Qut}b dan Ahmad Musth}ofa al-Mara>ghi. Sehingga
dalam penelitian ini dapat menarik kesimpulan tentang pemikiran kedua tokoh
ini yang menyebabkan penafsiran kedua tokoh ini berbeda.
Bab tiga ialah landasan teori yang akan digunakan sebagai batu pijakan
dalam penelitian ini, antara lain berisikan tentang: penjelasan tentang teori
naskh mansukh secara umum. Memuat pengertin naskh, pembagian dan
sebagainya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Bab empat, ialah data dan analisis. Pertama, penafsiran Sayyid Qut}b
dan Ahmad Musth}ofa al-Mara>ghi dalam menerapkan keberadaan naskh dalam
al-Qur’a>n, sehingga dapat disimpulan naskh menurut pandangan mereka.
Kedua ialah penarapan penafsiran Sayyid Qut}b dan Ahmad Musth}ofa alMara>ghi terhadap masalah qisas dan ruksah . Ketiga ialah analisis penafsiran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
SAYYID QUT}B DAN MUHAMMAD MUST}OFA AL-MARA>GHI

A. Biografi Sayyid Qut}b
Asy Sahid Sayyid Qut}b Ibrahim Husain Shadili atau Sayyid Qut}b
merupakan

seorang

tokoh

pemikir

Islam

dan

pemimpin

idiologi

Ikhwanulmuslim.1 Sayyid Qut}b lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 M di kampung
Musyah, kota Asyut, Mesir. Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara
yang terdiri dari dua laki-laki dan tiga perempuan. Ayah Qut}b adalah seorang
anggota Partai Nasional Mustafa Kamil dan pengelola majalah kamil al liwa.
Di kampung Musyah, Qut}b dibesarkan dari keluarga yang sederhana,
akan tetapi kental terhadap ajaran Islam serta sangat mencintai al-Qur’a>n. Sejak
kecil Qut}b telah belajar dan menghafalkan al-Qur’a>n, sehingga diusia sepuluh
tahun ia telah mampu menyelesaikan hafalannya diluar kepala.2 Pendidikan dasar
Sayyid Qut}b tidak hanya diperoleh dari sekolah kattab tetapi juga dipemerintahan
yang selesai tahun 1918 M. Setelah itu Qut}b dipindahkan ke daerah Halwan
pinggiran kota Kairo untuk tinggal bersama pamannya yang berprofesi sebagai
jurnalis.3

Muhammad Radhi al-Hafidz, “Qutb Syyid,” Ensiklopedi Islam, Vol. 6, ed. Nina M.
Armando, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 23.
2
Mahmud Arif, “Wacana Naskh dalam Tafsir fi dzilalil Qur’an,” Studi al-Qur’a>n
Kontemporer, ed. Abdul Mustakim, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogyakarta, 2002), 111.
3
Ibid,, 112
1

12
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Di tahun 1929 Sayyid Qut}b memperoleh kesempatan untuk belajar di
Universitas Tajhziyah Darul-‘ulum, Kairo/sekarang Universita Kairo. Perguruan
tinggi ini merupakan suatu universitas yang terkenal dengan kajian Ilmu Islam
dan sastra Arab. Oleh sebab itu, karya sastra Qut}b memiliki nilai sastra yang luar
biasa. Proses belajar Qut}b di Universitas Kairo selesai pada tahun 1933 dengan
gelaar Sarjana muda pendidikan. Setelah lulus Qut}b bekerja sebagai pengawas
sekolah di Departemen Pendidikan sekitar tahun 1653.
Ketika bekerja sebagai pengawas sekolah Sayyid Qut}b menunjukkan
kualitas dan hasil yang sangat luar biasa. Untuk itu Qut}b mendapat tugas
memperdalam ilmu pengetahuannya dibidang pendidikan di Amerika selama dua
tahun. Selama berada di Amerika ia membagai waktu studinya antara Wilson’s
Teacher’s College di Washington Greeley Colleg di Colorado, dan Stanford
University di California. Tidak hanya itu, dia juga menyempatkan diri untuk
berkunjung dibeberapa negara

seperti Inggris, Swiss dan Italia yang

mengakibatkan luas nya pemikiran Sayyid Qut}b dalam masalah-masalah sosial
kemasyrakatan.4
Melalui pengamatan langsung terhadap peradaban dan kebudayaan yang
berkembang di Amerika, Sayyid Qut}b melihat bahwa negara Barat telah berhasil
meraih kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi. Akan tetapi menurut
penilaiannya kemajuan negara Amerika dalam bidang sains dan teknologi tersebut
sesungguhnya negara ini memiliki peradaban yang rapuh karena kosong dari nilai-

4

Ibid. ensiklopedi Islam,,23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

nilai spiritual. Dari pengalaman yang diperoleh dinegara Amerika inilah
memunculkan paradigma baru dalam pemikiran Sayyid Qut}b.5
Sepulangnya saat Sayid Qut}b dari Amerika dan kembali ke Mesir ia
bergabung dengan keanggotaan gerakan Islam Ikhwanul Muslimin yang
dipelopori oleh Hasan Al-Banna. Dalam keanggotaan gerakan ini ia menjadi salah
satu tokoh yang berperan penting. Pada juli 1954 Qut}b menjabat sebagai
pemimpin redaksi harian Ikhwanul Muslimin yang banyak menulis sevara terangterangan masalah keislaman.6
Dari organisasi inilah beliau lantas banyak menyerap pemikiranpemikiran
Hasan al-Banna dan Abu al-A’la al-Maududi. Ikhwan alMuslimin sebagai satu
gerakan yang bertujuan untuk mewujudkan kembali syari’at politik Islam dan juga
merupakan medan yang luas untuk menjalankan Syariat Islam yang menyeluruh.
Selain itu, Qut}b meyakini bahwa gerakan ini adalah gerakan yang tidak
tertandingi dalam hal kesanggupannya menghadang zionisme, salibisme dan
kolonialisme.7
Pada

gerakan

ikhwanul

muslim

Sayyid

Qut}b

benar-benar

menguatualisasikan dirinya. Akan tetapi harian tersebut ditutup atas perintah
Kolonnel Gamal Abdel Nasser setelah berjalan selama dua tahun. Redaksi ini
ditutup lantaran dianggap mengancam perjanjian Mesir-Inggris pada 7 Juli 1954.

Sri Aliyah, “Kaedah-Kaedah Tafsir fii dzilalil al-Qur’a>n”, (Jurnal Agama, Vol. 14,
No. 2 Maret, 2013), 40.
6
Ibid,,41.
7
Ibid,,
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Ketika itu Qut}b menjabat sebagai anggota pelaksana program dan ketua lembaga
dakwah.8
Kemudian pada tahun 1954 Sayyid Qut}b menjabat sebagai pemimpin
redaksi harian Ikhwanul Muslim al-Fikr al-Jadid dan hanya berjalan dua bulan,
karena peredarannya dilarang oleh pemerintah. Sebab pada redaksi harian yang
ditulis Qut}b mengkeritik tentang perjanjian yang disepakati antara pemerintah
Mesir dan Inggris.9 Sehingga sekitar bulan Mei 1955 keberdaan redaksi Ikhwanul
Muslim dilarang oleh presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, karena dianggap
bersekongkol untuk menjatuhkan pemerintahan Mesir. Untuk itu para pemimpin
organisasi ini ditahan dan dijatuhi hukuman selama 15 tahun termasuk Sayyid
Qut}b.10
Pada pertengahan tahun 1964 ia dibebaskan dari penjara atas permintaan
Abdul Salam Arif , presiden Irak yang mengadakan kunjungan Muhibah ke Mesir.
Satu tahun pasca kebebsannya dari penjara Qut}b ditangkap kembali bersama tiga
orang saudaranya yaitu Muhammad Qut}b, Hamidah dan Aminah serta masih ada
20.000 orang lebih dengan tuduhan ikhwanul muslim berkomplot untuk
membunuhnya. Pada penahanan Sayyid Qut}b yang kedua ini ia dan dua orang
temannya dihukum mati tanggal 29 Agustus 1966. Pemerintah Mesir tidak
menghiraukan protes dari Organisasi Amnesti Internasional yang memandang
proses peradilan Sayyid Qut}b bertentangan dengan keadilan.

Fuad Luthfi, “Konsep Politik Islam Sayyid Quthb Dalam Tafsir Fi Dzilalil al-Qur’a>n”
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah , 2011), 9.
9
Ibid,,,10.
10
Ibid. ensiklopedi Islam,,24.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

a. Karya-Karya Sayyid Qut}b
Sayyid Qut}b dalam bidang kepenulisan mempunyai dari 20 buku. Bakat
menulisnya dimulai dengan membuat buku untuk anak-anak yang meriwayatkan
tentang pengalaman nabi dan cerita-cerita tentang sejarah Islam. Kemudian
tulisan-tulisannya meluas dengan cerita-cerita pendek, sajak-sajak dan kritik sastra
serta artikel lain untuk majalan. Ciri khas Qut}b dalam menuliskan karyanya ialah
hal-hal yang berkaitannya dengan al-Qur’a>n.11
Pada awal kepenulisannya Sayyid Qut}b menulis dua buku mengenai
keindahan dalam al-Qur’a>n yaitu At taswir al Fanni Fi al-Qur’a>n (Cerita
keindahan dalam al-Qur’a>n dan Musyahidah al-Qiyamah fi al-Qur’a>n (Hari
kebangkitan dalam al-Qur’a>n. Al-Adalah al-Ijtimaiyyah fi al-Islam (Keadilan
Sosial dalam Islam yang disusul oleh tafsir Fi Dzilalil Qur’an ( Dibawah Naungan
al-Qur’a>n) yang diseslesaikan didalam penjara. Al-Salam Al-Alamy Wa Al- yang
menjelaskan bagaimana membentuk dunia yang damai melalui jalan syariat Islam, AlMustaqbal Li Hadza Al-Diin, buku ini menjelaskan gagasan dan pandangan
menyongsong masa depan dengan syariat Islam. Al-‘Adalah Al-Ijtima’iyyah Fi AlIslam.12

11
12

Ibid,,,
Ibid,,,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Selain itu terdapat kumpulan berbagai macam artikel yang dihimpun oleh
Muhibbudin al-khatib. Buku ini menjelaskan secara rinci hakikat agama Islam. AlMadinah Al-Manshurah, Sebuah kisah khayalan semisal kitab seribu satu malam,
terbit tahun 1946. Kutub Wa Syakhshiyat, sebuah studi Qut}b terhadap karya-karya
pengarang lain terbit tahun 1946. Raudhatut Thifl, ditulis bersama Aminah AsSa’id dan Yusuf Murad, terbit dua episode. Al-Qashash Ad-Diniy, ditulis bersama
Abdul Hamid Jaudah AsSahhar. Al-Jadid Fil Al-Lughah Al-Arabiyah, bersama
penulis lain. 28. Al-Jadid Fil Al-Mahfuzhat, ditulis dengan penulis lain.13

b. Tafsir Fi Dzilalil Al-Qur’a>n
Tafsir Fi> Zhilal>lil Al-Qur’a}n} merupakan salah satu tafsir yang menjadi
kajian para aktivis Islam. Tafsir ini terbentuk dari perenungan dan pengalaman
Sayyid Qut}b yang memuat dan mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam
menerapkan metode penafsirannya Sayyid Qut}b mempunyai pandangan
Universal dan komperhensif terhadap al-Qur’a>n.
Sayyid Qut}b mempunyai metode tersendiri dalam memberi tafsiran alQur’a>n yaitu dengan melakukan pembaharuan dalam bidang penafsiran dan
mengesampingkan pembahasan yang dirasa kurang begitu penting dari segi
bahasa. Salah satu hal yang menonjol dari corak penafsiran Qut}b adalah dilihat

13

Ibid

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dari segi sastra dan istilah-istilah sastrawan yang bersifat sajak, naghom, untuk
melakukan pendekatan dalam menafsirkan al-Qur’a>n.14
Karaktersitik sastra pada penafsiran Sayyid Qut}b terlihat pada
penafsirannya. Akan tetapi penafsiran yang diterapkan Sayyid Qut}b pada
tafsirnya menunjukkan sisi hidayah dalam al-Qur’a>n untuk memeberikan
pendekatan jiwa bagi para pembacanya. Menurutnya, Al-Quran adalah kitab
dakwah, undang-undang yang komplit serta ajaran kehidupan. dan Allah Swt
telah menjadikannya sebagai kunci bagi setiap sesuatu yang masih tertutup dan
obat bagi segala penyakit.15 Pernyataan Sayyid Qut}b tersebut didasarkan atas alQur’a>n Surat Isra’ ayat 82 dan ayat 9:

           
 
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim selain kerugian.

          
     

14
15

Ibid,, Jurnal Agama,,,7
Ibid,,,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus
dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,

Tafsir Fi Dzilalil Qur’an menggunakan metode tashwir yang tergolong ke
dalam tafsir al-Adabi al-Ijtimâ’i (sastra-budaya dan kemasyarakatan). Hal ini
dapat dilihat dari latar belakang kehidunya beliau yang merupakan seorang
sastrawan hingga beliau bisa merasakan keindahan bahasa serta nilai-nilai yang
dibawa alQuran yang memang kaya dengan gaya bahasa yang sangat tinggi.16

c. Pemikiran Sayyid Qut}b Dalam Tafsir Fii Dzilalil Qur’an
Corak pemikiran Sayyid Qut}b dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran
dalam kehidupannya. Ketika masih muda Qut}b menjabat sebagai seorang
sastrawan kemudia keilmuannya bertambah luas mulai dari baik pemikiran dan
amal, aqidah dan prilaku serta wawasan dan jihad. Fase ini mulai dari
sekembalinya dari amerika sampai ia bersama-sama dengan sahabatnya di
masukkan ke dalam penjara pada penghujung tahun 1954. Di tahun ini Qut}b
berhasil menyelesaikan tulisanya dengan judul Ma’rakatul Islam WarRa’simaiyah As-Salam AlAlami Wal Islam dan Fi Zhilali al-Qur’a>n pada juz-juz
pertama edisi pertama.

16

Ibid,,8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Adapun Menurut Muhammad Taufiq Barakat membagi fase pemikiran
Sayyid Qut}b menjadi tiga tahap yaitu: 1. Tahap pemikiran sebelum mempunyai
orientasi Islam; 2. Tahap mempunyai orientasi Islam secara umum. 3. Tahap
pemikiran berorientasi Islam militan. Pada saat tahap Islam militan Qut}b sangat
muak dengan westernisme, konolialisme dan penguasaan Mesir.17
Pada fase ketiga ini lah yang membuat Qut}b menjadikannya aktif dalam
memperjuangkan Islam dan menolak segala bentuk westernisasi yang kala itu
sering digembor-gemborkan oleh para pemikir Islam lainnya yang silau akan
kegemilangan budaya-budaya Barat. Dalam pandangannya, Islam adalah way of
life yang komprehansif. Islam mampu memberikan solusi atas segala problem
kehidupan masyarakata yang timbul dalam sistem Islami.
Sayyid Qut}b juga berpendapat bahwa al-Qur’a>n merupakan acuan pertama
dalam pengambilan hukum maupun mengatur pola hidup masyarakat karena telah
dianggap jalan untuk menuju kepada Allah. Sehingga apabila manusia
menginginkan kesejahtera, kedamaian dan keharmonisan dengan hukum alam dan
Fitrah didunia maka manuasia harus kembali pada sistem yang digariskan oleh
Allah dalam kitab suci al-Qura’a>n.

17

Ibid,, Studi al-Qur’a>n Kontemporer,,112

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

B. PEMIKIRAN MUHAMMAD MUST}OFA AL-MARA>GHI
a). Biografi
Muhammad Must}ofa al-Mara>ghi merupakan seorang uluma dan guru
besar dalam bidang tafsir. Beliau juga dikenal sebagai seorang penulis serta
mantan rektor di Universitas Al-Azhar dan mantan hakim di Sudan.18 Al-Mara>ghi
lahir pada tahun 1300 H/1883 M dikota Al-Mara>ghi Suhaj dekat Kairo sekitar
700 KM. Bersama dengan saudaranya.
Ahmad Must}ofa al-Mara>ghi merupakan seorang ulama yang berasal dari
keluarga ulama yang intelek. Didalam keluarganya sendiri ia telah mengenal
dasar-dasar Islam, sehingga sejak kecil ia sudah belajar al-Qur’a>n dan bahasa
Arab ditanah kelahirannya dipendiidkan dasar dan menengah. Bahkan diusia yang
kurang dari 13 tahun al-Mara>ghi telah berhasil menghafal al-Qur’a>n.19
Setelah tamat dari pendidikan Madrasah daerahnya kemudian ia belajar di
Universitas Al-Azhar atas dorongan orangtuanya yang menginginkan dia untuk
menjadi seorang ulama terkenal tepatnya pada tahun 1314 H/1897M. Di
Universitas Al-Azhar al-Mara>ghi mulai mendalami ilmu bahasa Arab. Tafsir,
hadis, fikih, akhlak dan ilmu falak. Dianatara guru-gurunya ialah Muhammad
Abduh, Syekh Muhammad Hasan al-Adawi, Syekh Muhammad Bahis al-Muti
dan Syekh Ahmad Rifa’i al-Fayumi. Al-Mara>ghi berhasil menyelesaikan studinya
ditahun 1904 dengan predikat alumni terbaik dan termuda.
Syahrin Harahap, “al-Maraghi Muhammad Musthafa” Ensiklopedi Islam, Vol. 4, ed.
Nina M. Armando, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), 282
19
Hasan Zaini, Tafsir-Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Al-Maraghi, Vol 1 (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya. 1997) 15
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Setelah lulus dari Universitas al-Azhar

ia mengajar sebagai guru di

bebrapa sekolah menengah dan kemudin diangkat menjadi direktur sebuah
sekeloh Guru yang terletak di Fayum sebelah barat kota Cairo. Kemudian ditahun
1919 ia diangkat menjadi hakim di Sudan hingga jabatan qadi-Al-Qudat dan pada
tahun 1920 ia kembali ke Mesir dan menduduki jabatan sebagai kepala
Mahkamah tinggi Syariah. Di tahun 1928 al-Mara>ghi diangkat menjadi rekotorat
al-Azhar pada usia 47 tahun dan tercatat sebagai rektor termuda sepanjang sejarah
Universitas al-Azhar.
Al-Mara>ghi terkenal sebagai ulama yang memiliki pandangan Islam tajam
berkaitan dengan al-Qur’a>n dalam hubunganya dengan kehidupan sosial seeta
pentingnya kedudukan akal dalam menafsirkan al-Qur’a>n. Dalam bidang tafsir, alMara>ghi mempunyai karya yang sangat terkenal dikalangan intilektual Islam yaitu
tafsir Al-Mara>ghi yang ditulis selama 10 tahun dan telah diterjemahkan kedalam
beberapa bahasa termasuk bahasa Indonesia. Adapun kecenderungan al-Mara>ghi
dalam bidang Fikih dapat dilihat dengan terciptanya buku al-Fath al-Mubin Fi
Thabaqat al-Ushuliyyah yang menguraikan tentang Thabaqat.20

b).Karya-karya al-Mara>ghi
Al-Mara>ghi terkenal sebagai seorang ulama yang produktif dalam
menyampaikan pemikirannya melalui tulisannya yang terbilang banyak. Hal ini
dapat dibuktikan dengan banyaknya karya al-Mara>ghi diantaranya ialah: Ulum al20

Ibid,, Ensiklopedi Islam ,27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Balagah, Hidayah at-Talib, Tahdzib at-Taudih, Buhus wa Ara, Tarikh Ulum alBalagah wa Ta’arif bi Rijaliha, Mursyid at Tullab, al-Mujaz fi al-Arabi, al-Mujaz
Fi ulum al-Ushul, ad-Diyanah wa al-akh;aq. al-Hisbah fi al-Islam, ar-rifq bi alHayawan Fi al-Islam, Syarah salasin Hadisan, Tafsir Juz Innama as-Sabil,
Risalah fi Zaujat an-Nabi, Risalah Isbat Ru’yah al-Hilal Fi Ramdahan, alKhutbah wa al-Khutaba Fi Daulah al-Umaiyyah wa al-Abbasiyyah, dan alMutala’ah al-Arabiyah li al-Madaris as-Saudiyah.21

c). Latar Belakang Penulisan Tafsir al-Mara>ghi
Penulisan tafsir al-Mara>ghi dilatar belakangi atas keperihatinannya
terhadap masyarakat setempat. Ketika kebanyakan orang enggan membaca kitab
Tafsir yang ada ditangan sediri. Dengan alasan bahwa kitab tafsir yang ada sangat
sulit dipahami. Keadaan tersebut yang kemudian memotifasi al-Mara>ghi untuk
menulis kitab Tafsir yang menyajikan dengan gaya bahasa sederhana dan mudah
dipahami. 22
Selain itu, al-Mara>ghi jga merasa bertanggungjawab akan peristiwa dan
problem yang terjadi di masyarakat. Dia merasa terpanggil untuk menawarkan
berbagai solusi berdasarkan dalil al-Qur’a>n sebagai alternatif. Sehingga penafsiran
al-Mara>ghi dengan pikirannya yang moderen disesuaikan dengan kondisi
masyrakat saat itu. Dalam hal ini al-Mara>ghi tidak hanya menafsirkan al-Qur’a>n
21
22

Ibid,,
Ahmad Musthofa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Kairo: Musthofa Al Halabi,

1950)18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

dengan dalil al-Qur’a>n saja. Dia juga menggunakan ra’yi sebagai sember dalam
menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n dan sumber yang diperoleh dari riwayat-riwayat
tersebut terpelihara dari periwayatan yang lemah.23

d). Tafsir al-Mara>ghi
Sistem penulisan tafsir al-Mara>ghi ialah membahas satu atau lebih ayat alQur’a>n sehingga memberi pengertian yang menyatu. Apabila terdapat ayat yang
dipahami ia menjelaskan secara mufrodat, dan menyebutkan kata secara ijmali.
Adapun metode yang digunakan adalah metode tahlily. Jika ditinjau dari urutan
pembahasannya tafsir al-Mara>ghi menggunakan metode tafsir Tahlily sebab pada
mulanya ia menurunkan ayat yang dianggap satu kelompok lalu menjelaskan
pengertian kata (Tafsir al-Mufrodat), secara ringkas dan asbab nuzul dan
munasabah. Pada bagian ini Mara>ghi memberi tafsiran yang lebih terperinci
mengenai ayat tersebut
Corak yang dipakai dalam Tafsir al–Mara>ghi adalah adab al– Ijtima’i,
yang diuraikan dengan bahasa yang indah dan menarik dengan berorentasi sastra
kehidupan budaya dan kemasyarakatan. Sebagai suatu pelajaran bahwa al-Qur’a>n
diturunkan sebagai petunjuk dalam kehidupan individu maupun masyarakat.
Penafsiran dengan corak adab al-Ijtima’I berusaha mengemukakan segi keindahan
bahasa dan kemukjizatan al-Qur’a>n berusaha menjelaskan makna atau maksud
dituju

oleh al-Qur’a>n,
23

berupaya

mengungkapkan betapa

al-Qur’a>n

itu

Ibid,,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

mengandung hukum-hukum alam dan atauran-aturan kemasyarakatan, serta
berupaya mempertemukan antara ajaran al-Qur’a>n, teori-teori ilmiah yang benar.
Dan dalam Tafsir al-Mara>ghi ini juga menggunakan bentuk bil ra’yi. Di sini
dijelaskan bahwa suatu ayat itu urainnya bersifat analisis dengan mengemukakan
berbagai pendapat dan di dukung oleh fakta-fakta dan argumen-argumen yang
berasal dari al-Qur’a>n.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III
TINJAUAN TEORI NASKH MASUKHAH

A. Pengertian Naskh Mansukh
Kata naskh dan mansukh merupakan \mashdar dari kata kerja (fi’il)

nasakha. Ditinjau dari segi bahasa naskh diartikan menghilangkan (izalat),
menukar (tabdil), memindahkan sesuatu yang tetap (At-Tahwiilu Ma’a Baqqa’ihi
fi nafsihi) dan memindahkan, menyalin atau mengutip (an-naqlu Min Kitaabib
Haa kitaabin), serta dapat pula diartikan menghapus.1
Naskh dalam pemaknaan izalat (menghilangkan) seprti ‫س الظل‬
artinya (matahari menghilangkan bayang-bayang) atau

‫سخت ال‬

ُ ‫( سخ ال ي ال‬uban itu

telah menghilangkan kemudaan). Adapaun lafadz naskh dengan pemaknaan ini
dapat ditemui dalam al-Qur’a>n dapat dilihat pada Surat Al-Hajj ayat 52.2

            
            
  

1
2

Basrudin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2011), 171.
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu 2013), 108

26
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula)
seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun
memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa
yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat- nya. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.3

Adapun pengertian naskh dalam pemaknaan tahwil (memindahkan),

‫م كلية الى كلية‬

seperti:

ُ ‫ت سخ‬
‫الطا‬

(Para mahasiswa itu sering berpindah

dari satu fakultas ke fakultas lain. Namun dalam pemaknaan ini tidak ada ayat alQur’a>n yang sesuai penggunaan makna ini.4 Adapun penggunaan lafadz naskh
dalam pemaknaan „an naqlu min kita>bin ilaa kitaabin (menyalin/mengutip dari
satu kitab ke kitab lain dengan tetap adanya persamaan.5 Seperti:

‫سخت الدرس‬

(saya menyalin pelajaran). Pada pemaknaan naskh ini dapat ditemui dalam surat
surat al-Jaatsiyah ayat 29 :

           

Allah berfirman: Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan
terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh
mencatat apa yang telah kamu kerjakan.6

Dalam penggalan surat al Jaatsiyah maksudnya ialah memindahkan
mencatat amal perbuatan ke dalam lembaran catatan amal. Pada kata tersebut

3

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,, 338.

Ibid,, Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,, 108
5
Ibid,,109
6
Ibid, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,,,501.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

dapat dilogikakan jika memindahkan atau menyalin amal perbuatanan manusia
disesuaikan dengan perbuatanya. Ayat lain yang berkaitan dengan pemahaman

naskh sebagai tahwil ialah terdapat pada surat Al-A’araf ayat 154:

          
     

Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat)
itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang
takut kepada Tuhannya.7

Pemaknaa naskh dengan At-Taghyir wal Ibthaal wa Iqaamatisy Sya’i
Maqaamahu yang artinya mengubah dan membatalkan sesuatu dengan
menempatkan sesuatu yang lain sebagai gantinya. Dapat juga dikatakan bahwa

naskh dalam pemkanaan ini ialah mengubah sesuatu ketentuan/hukum, dengan
cara membatalkan ketentuan hukum yang lama dan menggantikan dengan
ketentuan hukum yang baru.8 Sebagaimana contoh pada kaliamat

‫لح س ع ري‬

‫م قض ء ال حك ة ال رعية‬

‫سخت ال حك ة العلي القص‬
‫ع ًم‬

7
8

Ibid, Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,,501
Ibid, Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,, ,, 110

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Pengadilan tinggi telah mengubah qisas keputusan Mahkamah Syar’iyah dengan
penjara 20 tahun. Didalam al-Qur’an terdapat pemaknaan lafadz naskh dengan
mengubah atau membatalkan, yaitu yang terdapat dalam surat al-Baqara>h ayat
106

               
    
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding
dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.9

Dari

berbagai macam definisi naskh menurut tarjih ahli bahasa,

pengertian naskh yang mendekati kebenaran adalah naskh dalam pengertian al-

izalah (mengangkat sesuatu dan menempatkan yang lain pada