Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

(1)

INTISARI

Tomat merupakan jenis buah yang banyak mengandung likopen yang bermanfaat sebagai antioksidan. Texapon® N70 merupakan surfaktan anionik. Surfaktan merupakan bahan yang penting dalam pembuatan sediaan krim. PEG 6000 merupakan basis larut air yang mudah dicuci dan meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui faktor yang dominan di antara Texapon® N70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis dalam menentukan respon sifat fisis (viskositas dan ukuran droplet) dan stabilitas krim. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan komposisi optimum Texapon® N70 dan PEG 6000 dalam sediaan krim ekstrak etil asetat tomat.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni dengan desain faktorial dua faktor yaitu Texapon® N70 dan PEG 6000 pada dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Pengolahan data dilakukan menggunakan software R-2.14.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Texapon® N70 dan PEG 6000 memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas, sementara interaksi dari Texapon® N70 dan PEG 6000 tidak memberikan efek yang signifikan. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Texapon® N70. Texapon® N70, PEG 6000, dan interaksinya memberikan efek yang signifikan terhadap ukuran droplet. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh PEG 6000. Jadi, Texapon® N70 merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi sifat fisis (viskositas) krim ekstrak etil asetat tomat. Pada penelitian ini ditemukan area komposisi optimum Texapon® N70 dan PEG 6000 yang diprediksi sebagai formula optimum krim ekstrak etil asetat tomat namun hasil yang didapatkan tidak valid.

Kata kunci : krim, tomat, Texapon® N70, PEG 6000, sifat fisis dan stabilitas krim, desain faktorial.


(2)

ABSTRACT

Tomatoes are fruits which contain lots of lycopene works as the antioxidant. Texapon® N70 is an anionic surfactant. Surfactant is one of the most important ingredient in the manufacture of cream preparation. PEG 6000 is a water-soluble base is easily washable and improve the convenience. The purpose of this study was to determine the dominant factor among Texapon® N70 as surfactants and PEG 6000 as a base in determining the response of the physical properties (viscosity and droplet size) and stability of cream. It was also purposed to obtain the optimum composition of Texapon® N70 and PEG 6000 in the preparation of ethyl acetate extract tomato cream.

This study used a pure experimental design using a factorial design with two factors is Texapon® N70 and PEG 6000 on two levels: high level and low level. Statistical analysis using ANOVA test with a 95 % confidence interval. The analysis was performed using R-2.14.1 software.

The results showed that Texapon® N70 and PEG 6000 gave the significant effect toward the cream viscosity, where as the interaction of Texapon® N70 and PEG 6000 gave no effect toward the cream viscosity. The greatest effect of the value indicated by Texapon® N70. Texapon® N70, PEG 6000, and their interaction gave the significant effect toward the cream droplet size. The greatest effect of the value indicated by PEG 6000. In conclusion, Texapon® N70 was a dominant factor in influencing the physical properties (viscosity) of ethyl acetate extract tomato cream. The optimum area of composition of Texapon® N70 and PEG 6000 could be obtained but it was not valid.

Keywords : cream, tomatoes, Texapon® N70, PEG 6000, physical properties and stability of creams, factorial design.


(3)

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Fanny Adriyani Halim NIM : 108114122

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Fanny Adriyani Halim NIM : 108114122

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

ii

Persetujuan Pembimbng

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

Skripsi yang diajukan oleh: Fanny Adriyani Halim

NIM : 108114122

telah disetujui oleh:

Pembimbing


(6)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

Oleh:

Fanny Adriyani Halim NIM : 108114122

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal:

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

Panitia Penguji Tanda tangan

1. Septimawanto Dwi P., S.Farm., M.Si., Apt. ………...

2. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. ………


(7)

iv

HA LA MA N PERSEMBA HA N

Pendidikan adalah tiket masa depan, hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini

(M alcolm X)

H iduplah seakan kamu akan mati esok, belajarlah seakan kamu akan hidup selamanya (M ahatma Gandhi)

Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup

yang kekal, yang akan diberikan Anak M anusia kepadamu; sebab D ialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan

meterai-N ya (Yoh 6:27)

Aku bukanlah orang hebat, tapi aku mau belajar dari orang-orang hebat.. Aku bukanlah orang-orang yang istimewa, tapi aku akan memeberikan sesuatu yang istimewa untuk orang-orang yang aku kasihi..

Aku persembahkan karyaku kepada: Tuhan Yesus Kristus Yang M aha Baik

M amah, Papah, Oh Chris, E ma, U u, dan alm. E ngkong tercinta Teman-teman angkatan 2010


(8)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fanny Adriyani Halim

Nomor Mahasiswa : 108114122

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya Ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH TEXAPON® N70 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 09 Desember 2013 Yang menyatakan


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala anksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Penulis,


(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan akhir yang berjudul “Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 6000 sebagai Basis terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat dengan Desain Faktorial” dengan baikdan tepat waktu.

Dalam menyelesaikan laporan akhir ini, penulis mengalami banyaknya kesulitan dan hambatan. Namun, dengan adanya bantuan, dukungan, dan motivasi dari banyak pihak, maka penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Oleh karena itu, dengan keredahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua, kakak, dan keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, perhatian, semangat, dukungan, dan perjuangan untuk membiayai selama penulis menempuh pendidikan.

2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Septimawanto Dwi P., S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, atas bimbingan, arahan, dukungan, dan perhatian yang diberikan selama penyusunan proposal, penelitian di laboratorium, pengolahan data, dan penyusunan laporan akhir.

4. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji serta kesediaannya untuk berkonsultasi dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis.


(11)

viii

5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji, sekaligus saran dan kritik yang diberikan kepada penulis.

6. Christofori Maria Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku dosen pembimbing akademik atas segala perhatian yang diberikan kepada penulis. 7. Segenap Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan banyak ilmu serta pengalaman yang sangat berharga bagi penulis selama perkuliahan.

8. Pak Musrifin, Pak Parlan, Mas Kunto, Pak Iswandi, Pak Heru, Pak Wagiran, Mas Otok, dan laboran-laboran lain atas bantuan yang diberikan yang diberikan kepada penulis.

9. Teman kerja skripsi, Ega, Henny, dan Agnes atas kerjasama, dukungan, bantuan, semangat, dan suka duka yang dilewati bersama dalam proses awal penyusunan proposal hingga penyelesaian laporan akhir ini.

10. Sahabat sekaligus saudara, Henny, Verica, Agnes, Vivi, dan Go Yoanita atas kebersamaan yang dilewati bersama dalam proses perkuliahan, serta untuk doa, semangat, bantuan, dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis 11. Johan Andi Sudibyo yang selalu menemani, membantu, dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

12. Teman-teman Kost Putri Wisma Surya sebagai keluarga baru di Yogyakarta atas dukungan, semangat, motivasi, serta semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis.


(12)

ix

13. Teman-teman angkatan 2010, khususnya kelas FST B atas kebersamaan, semangat, dukungan, keceriaan selama ini dalam melewati setiap proses perkuliahan dan praktikum.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Seperti pepatah “tak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari adanya kekurangan selama penyusunan laporan akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kebaikan kedepannya. Penulis berharap semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 24 Oktober 2013


(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

PRAKATA...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

INTISARI...xviii

ABSTRACT...xix

BAB I . PENGANTAR...1

A. Latar Belakang...1

1. Permasalahan...4

2. Keaslian Karya...4

3. Manfaat...5

B. Tujuan Penelitian...5

1. Tujuan umum...5


(14)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...6

A. Kulit...6

B. Antioksidan dan Radikal Bebas...8

C. Tomat...10

D. Ekstraksi...16

E. Krim...16

F. Bahan Formulasi...17

1. Surfaktan...17

2. Basis...18

3. Asam Stearat...20

4. Trietanolamin (TEA)...21

5. Propilen Glikol...22

6. Metil Paraben...23

7. Aquadest...23

G. Pencampuran...24

H. Sifat Fisis Krim...25

I. Stabilitas...27

J. Metode HET-CAM...28

K. Desain Faktorial...30

L. Landasan Teori...31

M. Hipotesis...33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...34


(15)

xii

1. Variabel Penelitian...34

2. Definisi Operasional...35

C. Bahan Penelitian...37

D. Alat Penelitian...37

E. Tata Cara Penelitian...38

F. Analisis Hasil...45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...47

A. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Tomat...47

B. Uji Kualitatif Antioksidan EkstrakEtil Asetat Tomat...50

C. Pembuatan Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat...52

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat...59

E. Efek Penambahan Texapon® N70 dan PEG 6000 serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis Krim………...69

F. Prediksi Komposisi Optimum Texapon® N70 dan PEG 6000...74

G. Validasi Formula...77

H. Uji Iritasi Primer dengan Metode HET-CAM...81

I. Keterbatasan dalam Penelitian...83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...84

A. Kesimpulan...84

B. Saran...84

DAFTAR PUSTAKA...85

LAMPIRAN...91


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kandungan likopen dalam buah segar dan olahan tomat………...14

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor dan dua level………..………..30

Tabel III. Formula acuan………39

Tabel IV. Formula modifikasi………....40

Table V. Rancangan formula desain fakorial………41

Tabel VI. Hasil rendemen ekstrak kental tomat………...49

Tabel VII. Hasil orientasi Texapon® N70 dan PEG 6000………...56

Tabel VIII. Level rendah dan level tinggi Texapon® N70 dan PEG 6000…....59

Tabel IX. Data uji organoleptis dan pH krim………...60

Tabel X. Daya sebar krim ( ̅ ± ) setelah 48 jam pembuatan………...62

Tabel XI. Viskositas krim ( ̅ ± ) setelah 48 jam pembuatan….………..63

Tabel XII. Viskositas krim ( ̅ ± ) pada48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari setelah pembuatan...63

Tabel XIII. % Pergeseran viskositas krim ( ̅ ± )………....65

Tabel XIV. Ukuran droplet krim ( ̅ ± ) setelah 48 jam pembuatan……...66

Tabel XV. Ukuran droplet krim ( ̅ ± ) pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari setelah pembuatan...67

Tabel XVI. % Pergeseran ukuran droplet krim ( ̅ ± )………....68


(17)

xiv

Tabel XVIII. Uji kesamaan varians viskositas dan ukuran droplet…………...70 Tebel XIX. Efek Texapon® N70, PEG 6000, dan interaksi keduanya terhadap

viskositas krim………...71 Tebel XX. Efek Texapon® N70, PEG 6000, dan interaksi keduanya terhadap

ukuran droplet krim………...73 Tabel XXI. Viskositas formula validasi krim ekstrak etil asetat tomat……...79 Tabel XXII. Ukuran droplet formula validasi krim ekstrak etil asetat tomat………...80 Tabel XXIII. Hasil uji iritasi dengan metode HET-CAM………...82


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang kulit………..……….…6

Gambar 2. Sodium lauril eter sulfat…...………...18

Gambar 3. Polietilen glikol…………..………19

Gambar 4. Asam stearat………..……….20

Gambar 5. Trietanolamin……….….………...21

Gambar 6. Propilen glikol………..………..22

Gambar 7. Metil paraben………..………...23

Gambar 8. Kurva hubungan diameter droplet dan viskositas…..………25

Gambar 9. Chorioallantoic membrane…. ………..…………29

Gambar 10. Reaksi pada uji DPPH………...…….…50

Gambar 11. Hasil uji kualitatif antioksidan………..…….51

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh konsentrasi Texapon® N70 terhadap viskositas krim……..……….……57

Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh konsentrasi Texapon® N70 terhadap ukuran droplet krim………...….57

Gambar 14. Grafik orientasi pengaruh konsentrasi PEG 6000 terhadap viskositas krim………...58

Gambar 15. Grafik orientasi pengaruh konsentrasi PEG 6000 terhadap ukuran droplet krim………..………..58

Gambar 16. Pengamatan mikroskopik formula F1 (a), Fa (b), Fb (c), dan Fab (d)...61


(19)

xvi

Gambar 17. Grafik viskositas krim selama penyimpanan…………...………..64 Gambar 18. Grafik ukuran droplet krim selama penyimpanan…………..……67 Gambar 19. Contour Plot respon viskositas krim ekstrak etil asetat tomat…..74 Gambar 20. Contour Plot respon ukuruan droplet krim ekstrak etil asetat

tomat………75 Gambar 21. Superimposed Contour Plot pada krim ekstrak etil asetat

tomat………..…….77 Gambar 22. Kurva validasi krim ekstrak etil asetat tomat……….78


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Determinasi Tanaman Tomat...91

Lampiran 2. Data Hasil Orientasi Texapon® N70 dan PEG 6000...92

Lampiran 3. Hasil Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat...95

Lampiran 4. Analisis Statistika Sifat Fisis dan Stabilitas Krim menggunakan Software R.2.14.1...98

Lampiran 5. Data Validasi Formula...106

Lampiran 6. Perhitungan Irritation Score (IS)...109


(21)

xviii INTISARI

Tomat merupakan jenis buah yang banyak mengandung likopen yang bermanfaat sebagai antioksidan. Texapon® N70 merupakan surfaktan anionik. Surfaktan merupakan bahan yang penting dalam pembuatan sediaan krim. PEG 6000 merupakan basis larut air yang mudah dicuci dan meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui faktor yang dominan di antara Texapon® N70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis dalam menentukan respon sifat fisis (viskositas dan ukuran droplet) dan stabilitas krim. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan komposisi optimum Texapon® N70 dan PEG 6000 dalam sediaan krim ekstrak etil asetat tomat.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni dengan desain faktorial dua faktor yaitu Texapon® N70 dan PEG 6000 pada dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Pengolahan data dilakukan menggunakan software R-2.14.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Texapon® N70 dan PEG 6000 memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas, sementara interaksi dari Texapon® N70 dan PEG 6000 tidak memberikan efek yang signifikan. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Texapon® N70. Texapon® N70, PEG 6000, dan interaksinya memberikan efek yang signifikan terhadap ukuran droplet. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh PEG 6000. Jadi, Texapon® N70 merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi sifat fisis (viskositas) krim ekstrak etil asetat tomat. Pada penelitian ini ditemukan area komposisi optimum Texapon® N70 dan PEG 6000 yang diprediksi sebagai formula optimum krim ekstrak etil asetat tomat namun hasil yang didapatkan tidak valid.

Kata kunci : krim, tomat, Texapon® N70, PEG 6000, sifat fisis dan stabilitas krim, desain faktorial.


(22)

xix ABSTRACT

Tomatoes are fruits which contain lots of lycopene works as the antioxidant. Texapon® N70 is an anionic surfactant. Surfactant is one of the most important ingredient in the manufacture of cream preparation. PEG 6000 is a water-soluble base is easily washable and improve the convenience. The purpose of this study was to determine the dominant factor among Texapon® N70 as surfactants and PEG 6000 as a base in determining the response of the physical properties (viscosity and droplet size) and stability of cream. It was also purposed to obtain the optimum composition of Texapon® N70 and PEG 6000 in the preparation of ethyl acetate extract tomato cream.

This study used a pure experimental design using a factorial design with two factors is Texapon® N70 and PEG 6000 on two levels: high level and low level. Statistical analysis using ANOVA test with a 95 % confidence interval. The analysis was performed using R-2.14.1 software.

The results showed that Texapon® N70 and PEG 6000 gave the significant effect toward the cream viscosity, where as the interaction of Texapon® N70 and PEG 6000 gave no effect toward the cream viscosity. The greatest effect of the value indicated by Texapon® N70. Texapon® N70, PEG 6000, and their interaction gave the significant effect toward the cream droplet size. The greatest effect of the value indicated by PEG 6000. In conclusion, Texapon® N70 was a dominant factor in influencing the physical properties (viscosity) of ethyl acetate extract tomato cream. The optimum area of composition of Texapon® N70 and PEG 6000 could be obtained but it was not valid.

Keywords : cream, tomatoes, Texapon® N70, PEG 6000, physical properties and stability of creams, factorial design.


(23)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Di era modern ini dunia kosmetika semakin berkembang ditandai dengan penggunaan bahan-bahan sintetik baik sebagai zat aktif maupun eksipien. Namun penggunaannya telah banyak menimbulkan efek yang merugikan. Oeh karena itu dibutuhkan produk farmasetika yang berkhasiat dan aman digunakan. Konsep

back to nature kini mulai dikembangkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pengobatan dan kosmetika. Penggunaan bahan alam lebih disukai karena diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan pengobatan modern yang menggunakan bahan sintetik (Anonim, 2003).

Banyak penyakit yang dnjisebabkan oleh adanya radikal bebas, biasa disebut Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat menginduksi penyakit kanker, ateroklerosis, dan penuaan yang disebabkan oleh oksidasi yang menyebabkan kerusakan jaringan. Radikal bebas adalah oksigen yang susunan atomnya tidak sempurna sehingga zat ini merupakan zat berbahaya yang sangat reaktif dan bersifat merusak jaringan serta organ tubuh sehingga dapat menimbulkan banyak penyakit (Sibuea, 2003).

Salah satu organ tubuh yang rentan terhadap adanya radikal bebas adalah kulit. Adanya radikal bebas ini menyebabkan kulit menjadi keriput yang disebabkan oleh hilangnya ketegangan kulit. Akan tetapi, adanya enzim


(24)

superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan konsumsi nutrisi yang bersifat antioksidan seperti vitamin E dan C, selenium, dan jenis karotenoid dapat membantu tubuh melawan kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas tersebut (Pangkahila, 2007).

Antioksidan merupakan zat yang dalam kadar rendah mampu menghambat laju oksidasi molekul target, yaitu menghambat radikal bebas. Antioksidan secara normal terdapat di dalam tubuh dan dapat mengatasi efek radikal bebas, tetapi jika jumlah antioksidan tidak mencukupi maka akan menyebabkan pembentukan radikal bebas yang berakibat kerusakan sel (Sibuea, 2003).

Tomat merupakan salah satu jenis buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam berbagai bentuk sajian. Tomat diketahui sebagai sumber utama

lycopene, suatu karotenoid yang berperan sebagai antioksidan (Anonim, 2003). Dalam penelitian ini, ekstrak etil asetat tomat diformulasikan dalam bentuk sediaan setengah padat yaitu krim. Sediaan krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang dimaksudkan untuk penggunaan luar, mengandung satu atau lebih bahan obat terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Dirjen POM, 1995; Anief, 2000). Tipe krim sederhana ada dua tipe, yaitu tipe krim air dalam minyak (A/M) dan tipe krim minyak dalam air (M/A) (Allen, 1999). Dipilih sediaan krim karena sediaan ini memiliki banyak kelebihan, antara lain mudah dioleskan, mudah menyebar, daya penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan, dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993). Sediaan krim etil asetat tomat yang memiliki efek antioksidan diharapkan mampu menembus lapisan epidermis khususnya stratum korneum dan dapat


(25)

melawan radikal bebas yang diakibatkan adanya ROS. Zat aktif dalam krim yaitu eksrtrak etil asetat tomat yang mengandung likopen, merupakan senyawa larut minyak dan berukuran kecil sehingga dapat diaplikasikan untuk sediaan topikal (Narendran dkk., 2013).

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak (Jatmika, 1998). Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent), dan bahan pelarut (solubilizing agent) (Genaro, 1990). Surfaktan yang digunakan adalah Texapon® N70 karena merupakan suatu surfaktan yang memiliki karakteristik sebagai agen emulsifikasi yang baik dan memiliki stabilitas yang baik dalam penyimpanan (Anonim, 2000).

Basis yang digunakan adalah Polietilen Glikol (PEG) 6000. PEG 6000 memiliki karakteristik berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Digunakan PEG 6000 karena polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut (Rowe dkk., 2009). Penambahan PEG 6000 pada krim dapat meningkatkan viskositas tanpa memberikan efek berminyak seperti pada penambahan asam stearat, serta dapat berperan sebagai emulsion stabilizer yang dapat meningkatkan kestabilan sediaan krim (Różańska dkk, 2012).

Berdasarkan karakteristik Texapon® N70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis yang digunakan, maka akan dihasilkan sediaan krim ekstrak etil asetat tomat yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.


(26)

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti yaitu: a. Adakah faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas krim

ekstrak etil asetat tomat di antara Texapon® N70 dan PEG 6000?

b. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum Texapon® N70 dengan PEG 6000 pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim ekstrak etil asetat tomat?

2. Keaslian Penelitian

Pernah dilakukan penelitian serupa oleh Muhammad Haqqi Budiman, mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia pada tahun 2008. Skripsi tersebut berisikan mengenai formulasi sediaan krim ekstrak tomat namun dengan penggunaan basis dan surfaktan yang berbeda.

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian mengenai pengaruh Texapon® N70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan krim ekstrak etil asetat tomat, belum pernah dilakukan.


(27)

3. Manfaat

a. Manfaat teoretis

Secara teoritis, penelitian ini menambah informasi bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai formulasi sediaan krim ekstrak etil asetat tomat.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini akan menghasilkan sebuah sediaan krim ekstrak etil asetat tomat yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik dengan komposisi Texapon® N70 dan PEG 6000 yang optimal.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Membuat sediaan krim ekstrak etil asetat tomat yang memiliki sifat fisis dan stabilitas yang baik.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui adanya faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat diantara Texapon® N70 dan PEG 6000.

b. Mengetahui area komposisi optimum Texapon® N70 dengan PEG 6000 pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim ekstrak etil asetat tomat.


(28)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kulit

Kulit adalah organ yang berfungsi menutupi seluruh permukaan tubuh. Kulit memiliki kekakuan dan ketebalan yang bervariasi disetiap bagian. Pada kulit wajah terdiri dari sel-sel yang sangat tipis, sehingga hal ini memungkinkan terjadinya penetrasi sediaan kosmetika ke dalam kulit. Dalam menjaga kulit agar tetap berada dalam kondisi yang baik diperlukan sediaan kosmetika seperti

cleansing, freasing, atau toning, dan moisturizing (Young, 1972).

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau korium), dan jaringan subkutan (Brannon, 2007).


(29)

1. Lapisan Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit terluar dan mempunyai 5 lapisan, yaitu: lapisan tanduk (stratum corneum), stratum lucidum, stratum spinosum,

stratum spinosum, stratum germinativum atau stratum basale (Brannon, 2007). Lapisan epidermis terutama terdiri dari keratinosit yang merupakan fungsi dasar untuk menghsilkan filamen protein, keratin, yang berguna sebagai barier pelindung yang dikombinasikan dengan beberapa komponen lemak (Junquera dan Kelley, 1997).

2. Lapisan Dermis

Dermis mempunyai ketebalan yang bervariasi tergantung lokasi kulit. Dermis mempunyai 2 lapisan, yaitu: papilary layer yang berisi susunan tipis dari serat kolagen dan reticular layer yang tersusun dari serat kolagen tebal dan tersusun sejajar dengan permukaan kulit (Brannon, 2007).

Dermis mengandung banyak pembuluh darah yang meiliki peran penting dalam pengaturan suhu tubuh dan tekanan darah. Jaringan kapiler yang luas dalam stratum papilar berfungsi untuk mengatur suhu tubuh dan memberi makan epidermis di atasnya yang tidak memiliki pembuluh darah sendiri (Junquera dan Kelley, 1997).

3. Jaringan subkutan

Jaringan subkutan merupakan lapisan lemak dan jaringan ikat yang didalamnya terdapat pembuluh darah dan syaraf. Lapisan ini berperan untuk pengaturan suhu kulit maupun suhu tubuh (Brannon, 2007).


(30)

B. Antioksidan dan Radikal Bebas

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, seperti: enzim Superoksida Dismutase (SOD), glutation, dan katalase. Antioksidan dapat diperoleh dari asupan makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E, betakaroten, dan senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya (Prakash, 2001).

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Prakash, 2001).

Berkaitan dengan fungsinya, senyawa antioksidan di klasifikasikan dalam lima tipe antioksidan, yaitu:

1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol.


(31)

2. Oxygen scavengers , yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit.

3. Secondary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk berdekomposisi hidroperoksida menjadi prodak akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan dilauriltiopropionat. 4. Antioxidative enzime, yaitu enzim yang berperan mencegah terbantuknya

radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase(SOD), glutation peroksidase, dan kalalase.

5. Chelators sequestrants.yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besidan tembaga yang mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid (Prakash, 2001).


(32)

C. Tomat

1. Klasifikasi umum

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicon

Spesies : Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten

(Cheppy, 2001). 2. Nama Umum dan Daerah

Nama umum atau nama dagang Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten adalah tomat yang dapat digolongkan sebagai buah-buahan atau sayur-sayuran. Tomat memiliki nama yang beragam, yaitu Sumatera: terong kaluwat, reteng, cung asam; Jawa: kemir, leunca komir (Sunda), ranti bali, ranti gendel, ranti kenong, rante raja, terong sabrang, dan tomat; Sulawesi: kamantes, samatet, samante temantes, komantes, antes, tomato, tamati, dan tomate. Selain di Indonesia, tomat juga memiliki nama lain di luar negeri, yaitu China: fan gie, xi hon shi; Belanda: tomaat; Jerman: tomate; Perancis:


(33)

simplisianya adalah Lycopersici esculenti fructus (buah tomat) (Anonim, 1995).

3. Morfologi

Tomat mempunyai akar tunggang yang tumbuh menembus kedua tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar kearah samping. Batang berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu, berwama hijau. Daun berbentuk oval, bagian tepi bergerigi, berwama hijau, dan merupakan daun majemuk ganjil yang berjumlah sekitar 3-6 cm. Bunga tomat berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm, dan berwama kuning cerah. Bentuk buah tomat bervariasi tergantung varietasnya, ada yang berbentuk bulat, agak bulat, agak lonjong dan bulat telur (oval). Ukuran buahnya juga bervariasi antara 8 – 180 gram (Cahyono, 1998).

4. Ekologi dan Penyebarannya

Kata tomat berasal dari bahasa Aztek yang merupakan salah satu suku di Indian, yaitu xitomate dan xitotomate. Tanaman ini berasal dari Meksiko (Amerika Selatan) yang ditanam pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman tomat tidak tahan dengan adanya hujan, membutuhkan tanah yang gembur untuk tumbuh, terhindar dari sinar matahari terik, serta mampu hidup di dataran tinggi maupun rendah. Penyebarannya tersebar dengan cepat ke berbagai daerah. Di Eropa dan Asia, tanaman tomat disebarkan oleh para pedagang. Penyebaran tomat di Indonesia dibawa oleh orang Belanda. Malang


(34)

merupakan kota di Indonesia yang dikenal sebagai pusat penghasil tomat (Anonim, 1995).

5. Kandungan Kimia

Kandungan senyawa dalam buah tomat di antaranya solanin (0,007 %), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen,

α dan ß-karoten), protein, lemak, vitamin, mineral dan histamin

(Canene-Adam dkk., 2004). Likopen merupakan salah satu kandungan kimia paling banyak dalam tomat, dalam 100 gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg (Giovannucci, 1999).

Lycopene atau yang sering disebut sebagai α-carotene adalah suatu karotenoid pigmen merah terang, suatu fitokimia yang banyak ditemukan dalam buah tomat dan buah-buahan lain yang berwarna merah. Karotenoid ini telah dipelajari secara ekstensif dan ternyata merupakan sebuah antioksidan yang sangat kuat dan memiliki kemampuan anti-kanker (Mascio dkk.,1989).

Likopen merupakan pigmen alami yang disintesis oleh tanaman dan mikroorganisme, merupakan senyawa karotenoid, bentuk isomer asiklik dari

β-karoten dan tidak memiliki aktivitas sebagai vitamin A (Agarwal dan Rao, 1999). Likopen mempunyai rumus molekul C40H56 dengan berat molekul 536,85 Da dan titik cair 172°C – 175°C. Struktur kimia likopen merupakan rantai tak jenuh dengan rantai lurus hidrokarbon terdiri dari tiga belas ikatan rangkap, duabelas diantaranya ikatan rangkap terkonjugasi, sementara dua ikatan rangkap sisanya tidak terkonjugasi (Agarwal dan Rao, 2000).


(35)

Sifat kimia likopen lainnya adalah bentuk kristalnya yang seperti jarum, panjang, dalam bentuk tepung berwarna kecoklatan. Likopen bersifat hidrofobik kuat dan lebih mudah larut dalam kloroform, benzena, heksana, dan pelarut organik lainnya. Degradasi likopen dapat melalui proses isomerisasi dan oksidasi karena cahaya, oksigen, suhu tinggi, teknik pengeringan, proses pengelupasan, penyimpanan dan asam (Agarwal dan Rao, 2000).

Secara struktural, likopen terbentuk dari delapan unit isoprena. Banyaknya ikatan ganda pada likopen menyebabkan elektron untuk menuju ke transisi yang lebih tinggi membutuhkan banyak energi sehingga likopen dapat menyerap sinar yang memiliki panjang gelombang tinggi (sinar tampak) dan mengakibatkan warnanya menjadi merah terang. Jika likopen dioksidasi, ikatan ganda antarkarbon akan patah membentuk molekul yang lebih kecil yang ujungnya berupa –C=O. Meskipun ikatan –C=O merupakan ikatan yang bersifat kromophorik (menyerap cahaya), tetapi molekul ini tidak mampu menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi sehingga likopen yang teroksidasi akan menghasilkan zat yang berwarna pucat atau tidak berwarna. Elektron dalam ikatan rangkap akan menyerap energi dalam jumlah besar untuk menjadi ikatan jenuh, sehingga energi dari radikal bebas yang merupakan sumber penyakit dan penuaan dini dapat dinetralisir oleh likopen (Mascio dkk.,1989).

Likopen merupakan suatu antioksidan yang sangat kuat. Kemampuan likopen dalam meredam oksigen tunggal dua kali lebih baik daripada beta


(36)

karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol (Sunarmani dan Tanti, 2008). Serta 100 kali lebih efisien daripada vitamin E atau 12500 kali dari pada glutation. Singlet oxygen merupakan prooksidan yang terbentuk akibat radiasi sinar ultra violet dan dapat menyebabkan penuaan dan kerusakan kulit. Selain sebagai anti skin aging, likopen juga memiliki manfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskular, kencing manis, osteoporosis,

infertility, dan kanker (kanker kolon, payudara, endometrial, paru-paru, pankreas, dan terutama kanker prostat). Ini semua diakibatkan banyaknya ikatan rangkap dalam molekulnya (Mascio dkk.,1989).

Tomat yang diproses menjadi jus, saus, dan pasta memiliki kandungan likopen yang tinggi dibandingkan bentuk segar. Sebagai contoh, jumlah likopen dalam jus tomat bisa mencapai lima kali lebih banyak daripada tomat segar. Tomat yang dimasak atau dihancurkan dapat mengeluarkan likopen lebih banyak, sehingga mudah diserap tubuh (Sunarmani dan Tanti, 2008).

Tabel I. Kandungan likopen dalam buah segar dan olahan tomat (Tsang, 2005)


(37)

Likopen secara alami dalam tumbuhan berada dalam bentuk konfigurasi trans yang secara termodinamik adalah bentuk yang stabil (Zechmeister dkk., 1949; Nguyen dan Schwartz, 1999). Dengan pengaruh cahaya dan pemanasan bentuk all-trans dapat berubah menjadi isomer mono atau poli cis (Sudardjat dan Gunawan, 2003). Secara umum isomer cis bersifat lebih polar, mempunyai kecenderungan yang lebih rendah untuk menjadi kristal, lebih larut dalam minyak dan pelarut hidrokarbon, lebih mudah bergabung dengan lipoprotein maupun struktur lipid subseluler, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel dan bersifat kurang stabil dibanding isomer trans (Clinton dkk., 1996). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tomat yang mengalami pengolahan dan pemanasan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi akan meningkatkan bioavailabilitas likopen dalam tubuh (Sunarmani dan Tanti, 2008).

6. Manfaat dan Kegunaan

Tomat dapat bermanfaat sebagai obat diare, serangan empedu, gangguan pencernaan, dan memulihkan fungsi liver (Fuhramn dkk.,1997). Beberapa studi menemukan bahwa likopen memiliki aktivitas antioksidan yang poten. Levy, et al. (1995) menyebutkan bahwa likopen mampu menghambat pertumbuhan kanker endometrial, kanker payudara dan kanker paru-paru pada kultur sel dengan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan α dan β-karoten. Dengan penghambatan senyawa radikal bebas


(38)

D. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses penyarian dipisahkan menjadi: pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Secara umum, penyarian dilakukan secara infundasi, maserasi, perkolasi, dan destilasi uap (Depkes RI, 1986).

Maserasi merupakan cara ekstraksi zat aktif menggunakan cairan pengekstraksi dengan penggojogan atau pengadukan pada suhu ruangan dan mengalami pengadukan secara konstan. Maserasi merupakn metode yang paling banyak digunakan dalam metode ekstraksi. Metode ini mempunyai keuntungan yaitu sampel yang dibutuhkan tidak terlalu banyak dan dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti teknik dan produksi batch (List dan Schmidt, 1989).

E. Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang dimaksudkan untuk penggunaan luar, mengandung satu atau lebih bahan obat terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Dirjen POM, 1995; Anief, 2000). Krim memiliki 2 tipe, yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Tipe A/M tidak larut air dan tidak dapat dicuci dengan air, sedangkan tipe M/A dapat bercampur dengan air, dapat dicuci dengan air, dan tidak berminyak (Allen,1999).


(39)

Formula tradisional untuk vanishing cream didasarkan pada jumlah asam stearat yang besar sebagai fase minyak yang dapat melunak pada suhu tubuh dan mengkristal pada bentuk yang sesuai sehingga tidak terlihat dalam penggunaan dan membentuk film yang tidak berminyak. Emulgator yang berperan dalam proses tersebut adalah sabun yang terbentuk dengan adanya penambahan basa yang cukup untuk bereaksi dengan asam stearat (Wilkinson dan Moore, 1982).

F. Bahan Formulasi

1. Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Jatmika, 1998).

Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan


(40)

pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Genaro, 1990).

Gambar 2. Sodium lauril eter sulfat (Anonim, 2000)

Texapon® N70 atau Sodium Lauryl Ether Sulphate (SLES) merupakan suatu surfaktan yang memiliki sifat seperti detergen. Karakteristik Texapon® N70 antara lain: agen emulsifikasi, dispersi, pembasah, dan pembusa yang baik; merupakan solvensi dan bahan pengental yang baik; kompatibilitas baik; serta tingkat iritasi pada mata dan kulit yang rendah (Anonim, 2000). Sodium lauril sulfat atau sodium lauril eter sulfat merupakan surfaktan anionik pada penggunaan konsentrasi 0,5-2,5% (Rowe dkk., 2006).

2. Basis

Basis salep yang digunakan dalam sediaan krim dibagi dalam 4 kelompok: 1. Basis hidrokarbon

Basis hidrokarbon memiliki sifat minyak yang dominan dan menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit. Basis ini juga mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient (Allen, 2002).


(41)

2. Basis serap

Basis ini dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki sifat hidrofil kemampuan menyerap kelebihan air (Allen, 2002).

3. Basis yang dapat dicuci dengan air

Basis ini merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci menggunakan air. Yang termasuk basis jenis ini adalah salep hidrofobik (Allen, 2002).

4. Basis larut dalam air

Basis jenis ini hanya mengandung komponen yang larut dalam air dan tidak mengandung bahan berlemak, serta dapat dicuci dengan air. Basis jenis ini lebih baik digunakan untuk dicampurkan dengan bahan padat atau tidak berair, karena sangat mudah melunak dengan penambahan air (Allen, 2002).

Gambar 3. Polietilen glikol (Rowe dkk., 2006)

Polietilen glikol (PEG) adalah bahan kimia, putih seperti lilin yang menyerupai parafin. Berupa bentuk padat dalam pada suhu kamar, mencair pada suhu 104°F, memiliki berat molekul rata-rata 1000, mudah larut dalam air hangat, tidak beracun, non-korosif, tidak berbau, tidak berwarna dan memiliki titik lebur yang sangat tinggi (580°F). PEG tersedia dalam berbagai


(42)

macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. PEG yang memiliki berat molekul rata-rata kurang dari 1000 berupa cairan bening tidak berwarna, sedangkan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Dalam industri farmasi PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut air. Penggunaan PEG sebagai basis sekaligus pelarut bahan yang tidak larut air juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia (Mitchell, 1972).

PEG 6000 atau Makrogol 6000 merupakan campuran produk polikondensasi dari etilenoksida dan air. PEG 6000 berupa serbuk putih licin atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau, dan tidak berasa. Mudah larut dalam air, etanol 95% P, dan kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P (Dirjen POM, 1979).

3. Asam Stearat

Gambar 4. Asam stearat (Rowe dkk., 2009)

Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam stearat (C18H36O2) dan asam


(43)

starat praktis tidak larut dalam air. Asam stearat dalam bentuk serbuk mungkin mengiritasi, namun mudah dihilangkan dengan cara netralisasi menggnakan suatu basa. Asam stearat dapat mengentalkan lotion (Boylan dkk., 1986). Titik leleh asam stearat 69-70°C dan konsentrasi yang umumnya digunakan dalam sediaan krim sebesar 1-20% (Rowe dkk., 2009).

4. Trietanolamin (TEA)

Gambar 5. Trietanolamin (Rowe dkk.,2009)

Trietanolamin (TEA) merupakan turunan dari ammonia yag berupa cairan kental, tidak berwarna, atau kuning pucat. Trietanolamin bersifat larut air, alkohol, dan kloroform (Boylan dkk., 1986). Trietanolamin memiliki titik leleh 20-21°C dan pH 10,5 (Rowe dkk., 2009).

Trietanolamin digunakan sebagai bahan pengemulsi anionik untuk membentuk emulsi minyak-air yang homogen dan stabil (Rowe dkk., 2009). Trietanolamin bila direaksikan dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam olet akan membentuk sabun yang dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi yang stabil, berbutir halus pada emulsi M/A (Reynold, 1982). Sabun trietanolamin bebas dari efek mengiritasi pada kulit. Sabunnya membentuk emulsi yang sangat stabil pada penggunaan sebagian


(44)

besar minyak, lemak, dan lilin sebagai fase eksternal. Trietanolamin tidak bersifat toksik saat terabsorpsi di kulit (Boylan dkk., 1986).

5. Propilen Glikol

Gambar 6. Propilen glikol (Rowe dkk., 2009)

Humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang memiliki sifat mengikat air dari udara yang lembab serta dapat mempertahankan air yang ada di dalam sediaan (Soeratri, 2004). Propilenglikol biasa digunakan sebagai antimikrobial preservatif, disinfektan, humektan, plasticizer, pelarut, agen stabilitas, dan cosolvent. Pemeriannya adalah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya tidak berbau, dengan rasa manis, sedikit tajam seperti gliserol. Pada konsentrasi sekitar 15% dari formula, propilenglikol berfungsi sebagai humektan. Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air, kelarutannya adalah 1 bagian dalam 6 bagian eter. Tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi dapat terlarut dalam beberapa minyak esensial. Secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf (Rowe dkk., 2009).


(45)

6. Metil Paraben

Gambar 7. Metil Paraben (Rowe dkk., 2009)

Metil paraben secara luas digunakan sebagai antimikroba pada kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Paraben efektif pada range pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, meskipun paraben paling efektif menghambat yeast dan fungi. Aktivitas antimikroba meningkat seiring dengan peningkatan rantai gugus alkil, tetapi kelarutannya dalam air menjadi menurun. Oleh karena itu, penggunaan campuran paraben sering digunakan untuk menghasilkan efek antimikroba yang lebih efektif. Konsentrasi penggunaan metil paraben sebagai antimikroba pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3%. Metil paraben bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan nonkarsinogenik (Rowe dkk.,2009).

7. Aquadest

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai. Air murni


(46)

harus bebas dari kotoran atau mikroba. Air murni dapat digunakan untuk sediaan-sediaan yang membutuhkan air sebagai pelarut, kecuali pada sediaan parenteral (Lachman, 1994).

G. Pencampuran

Pencampuran merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menangani dua atau lebih komponen yang belum bercampur atau sebagian bercampur sehingga setiap unit (partikel, molekul, dan lain-lain) dari komponen dapat saling berinteraksi (Aulton, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran yaitu suhu, kecepatan geser, tegangan geser, tekanan, dan waktu pencampuran (Nielloud dan Mestres, 2000).

Ketika proses pengadukan berlangsung, kedua fase cairan akan membentuk droplet. Droplet-droplet ini bisa terbentuk dan terjadinya fase kontinyu diakibatkan karena droplet-droplet tersebut tidak stabil (Lieberman dkk., 1996). Energi bebas permukaan dari sistem emulsi yang tergantung pada total luas permukaan dan tegangan permukaan meningkat seiring

dengan peningkatan luas permukaan akibat proses pencampuran. Untuk mengurangi energi bebas permukaan ini, droplet berenergi tinggi pertama kali diasumsikan sebagai bentuk bulat sehingga luas permukaan menjadi kecil. Kemudian tumbukan antardroplet menyebabkan terjadinya fusi droplet untuk mengurangi luas permukaan dan tegangan permukaan menjadi stabil (Swarbrick dan James, 2007).


(47)

Secara elektrostatis dan hambatan sterik, viskositas emulsi akan lebih tinggi ketika droplet semakin kecil. Viskositas juga akan lebih tinggi bila ukuran droplet relatif homogen, yaitu ketika distribusi ukuran droplet sempit. Sifat alami

emulsifying agent dapat mempengaruhi tidak hanya stabilitas emulsi, tetapi juga distribusi ukuran droplet, rata-rata ukuran droplet, dan selanjutnya viskositas (Schramm, 2005).

Gambar 8. Kurva hubungan diameter droplet dan viskositas (Schramm, 2005)

H. Sifat Fisis Krim

1. Ukuran Partikel

Ukuran partikel rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolok ukur penting untuk mengevaluasi emulsi. Dimana pada emulsi, diameter globul berkisar antara 0,5-50 μm. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan terjadinya creaming atau braking. Terdapat hubungan antara


(48)

ukuran partikel dengan viskositas yang akan meningkatkan stabilitas. Semakin tinggi viskositas maka semakin kecil ukuran partikel (Harmita, 2006).

2. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya (Martin dkk., 1993). Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi menurunkan daya sebar (Gupta dkk., 2002).

Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya dibagi menjadi dua yaitu, sistem Newton dan sistem non-Newton. Tipe alir plastis, pseudoplastis, dan dilatan termasuk dalam sistem non-Newton (Martin dkk., 1993).

Banyak produk farmasi menunjukkan aliran pseudoplastis, antara lain dispersi cair dari gom alam dan sintetis (misalnya tragakan, natrium alginat, metilselulosa, dan natrium karboksi metil selulosa). Aliran pseudoplastis secara khas diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, ini merupakan kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun atas partikelpartikel yang terflokulasi dalam suspensi. Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya laju geser. Rheogram yang melengkung untuk bahan pseudoplastis diakibatkan oleh kerja geser terhadap molekul-molekul bahan yang berantai panjang seperti polimer-polimer linear. Dengan meningkatnya tegangan geser, molekul-molekul yang biasanya tidak beraturan mulai meluruskan sumbunya yang panjang sesuai dengan arah aliran. Orientasi ini


(49)

mengurangi tahanan internal dari bahan tersebut dan mengakibatkan laju geser yang lebih besar pada setiap tegangan geser berikutnya. Selain itu, sebagian dari pelarut yang berikatan dengan molekul kemungkinan dilepaskan, sehingga menyebabkan penurunan efektif baik konsentrasi maupun ukuran molekul yang terdispersi. Hal ini juga akan mengakibatkan penurunan viskositas yang nyata (Sinko, 2006).

I. Stabilitas

Dalam formulasi sediaan farmasi harus memenuhi kriteria umum yaitu stabil, baik secara kimia maupun fisika, serta efektif dan aman dipakai. Stabilitas obat merupakan suatu keadaan di mana obat dalam kemasan tertentu yang disimpan dengan cara dan suhu yang sesuai mempunyai kadar yang konstan, yaitu jika pada penentuan kadar dengan metode analisis yang spesifik menghasilkan kadar minimal 90% dari kadar yang ditetapkan dalam label/etiket. Selain itu sediaan harus berbentuk seperti semula, yaitu tidak ada perubahan bentuk, rasa, dan perubahan lain yang dapat ditentukan secara fisika atau kimia (Tjiang, 1978).

Uji stabilitas penting untuk mengetahui apakah sebuah emulsi tetap stabil selama periode waktu tertentu, uji yang biasa dilakukan antara lain :

a. Uji mikroskopik. Stabilitas fisik emulsi dapat dikrthui dengan uji derajat

creaming atau koalesen yang terjadi pada periode tertentu. Uji ini dilakukan dengan menghitung rasio volume emulsi yang mengalami pemisahan dibandingkan volume total emulsi.


(50)

b. Analisis ukuran droplet. Jika rata-rata ukuran droplet meningkat seiring bertambahnya waktu (bersamaan dengan penurunan jumlah droplet), dapat disumsikan bahwa penyebabnya adalah koalesen.

c. Perubahan viskositas. Ditunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi viskositas emulsi. Adanya variasi pada ukuran atau jumlah droplet dapat dideteksi dengan perubahan viskositas secara nyata (Aulton, 2002).

J. Metode HET-CAM

Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Menbrane (HET-CAM) bertujuan untuk mendapatkan informasi efek yang terjadi pada konjungtiva oleh karena pemaparan zat uji. Embrio ayam telah lama digunakan sebagai model toksisitas embrio bagi para virologist. Metode ini menggunakan telur fertile yang diinkubasikan pada inkubator pada suhu 36-37°C. Pengaturan lembab pada inkubator dilakukan dengan pemberian air pada rak inkubator. Periode inkubasi untuk telur fertile yang akan digunakan untuk HET-CAM adalah 8-12 hari (D’Arcy dan Howard, 1996).

CAM merupakan membran vaskular respirasi yang mengelilingi perkembangan embrio unggas. CAM tersusun atas lapisan ektodermal, mesodermal, dan endodermal. Lapisam ektodermal terdiri atas epithelium yang berupa dua atau tiga inti sel. Lapisan mesodermal terdiri atas jaringan penghubung, ground substance, dan pembuluh darah (Cimpean dkk., 2008).


(51)

Chorioallantonic membrane dari embrio telur secara luas digunakan dalam penelitian angiogenesis secara in vivo yang disebut sebagai CAM assay. Metode ini lebih mudah dan murah jika dibandingkan dengan metode in vivo lainnya. Juga dapat diamati adanya hemorage, lisis, dan koagulasi yang diakibatkan adanya pengaruh dari bahan yang disuntikkan (Klarwasser dkk., 2001).

Gambar 9. Chorioallantoic membrane (Klarwasser dkk., 2001)

Irritation Score (IS) pada HET-CAM:

1. 0 – 0,9 (Kategori iritasi: tidak mengiritasi atau praktis tidak mengiritasi) 2. 1 – 4,9 (Kategori iritasi: iritasi lemah)

3. 5 – 8,9 atau 5 – 8,9 (Kategori iritasi: iritasi sedang) 4. 9 – 21 atau 10 – 21 (Kategori iritasi: iritasi kuat)


(52)

K. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel-respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisa tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1997). Desain faktorial digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan efek yang relatif penting dapat dinilai (Armstrong dan James, 1996). Dengan desain faktorial, dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga memungkinkan kita mengetahui interaksi antara faktor-faktor tersebut (Bolton, 1997; Voigt, 1994).

Pada desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat formulasi (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor). Rancangan penelitian desain faktorial dengan dua faktor dan dua level seperti tabel II.

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dua faktor dan dua level Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + - -

b - + -

ab + + +

Keterangan : – = level rendah + = level tinggi


(53)

Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Rumus yang berlaku:

Y = b0 + b1 (XA) +b2 (XB) +b12 (XA) (X B)

Dengan:

Y = respon hasil atau sifat yang diamati (XA) (X B) = level faktor A dan faktor B

b0, b1,b2,b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1997).

Keuntungan desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor dan efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Muth, 1999).

L. Landasan Teori

Kulit adalah organ yang berfungsi menutupi seluruh permukaan tubuh. Dalam menjaga kulit agar tetap berada dalam kondisi yang baik diperlukan sediaan kosmetika seperti cleansing, freasing, atau toning, dan moisturizing


(54)

digunakan zat antioksidan. Salah satu zat antioksidan yang alami yaitu likopen yang terdapat dalam tomat. Beberapa studi in vitro menemukan bahwa likopen memiliki aktivitas antioksidan yang poten (Fuhramn dkk., 1997).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Dirjen POM, 1995). Sifat fisis yang diperiksa dalam sediaan krim misalnya viskositas dan ukuran droplet. Viskositas adalah suatu pernyataan pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya (Martin dkk., 1993). Ukuran droplet rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolok ukur penting untuk mengevaluasi sediaan emulsi. Diameter globul berkisar antara 0,5-50 μm. Terdapat hubungan antara ukuran partikel dengan viskositas yang akan meningkatkan stabilitas. Semakin tinggi viskositas maka semakin kecil ukuran partikel (Harmita, 2006).

Dalam formulasi sediaan farmasi harus memenuhi kriteria umum yaitu stabil, baik secara kimia maupun fisika, serta efektif dan aman dipakai (Tjiang, 1978). Agar sediaan krim memiliki sifat fisis dan satbilitas yang baik maka perlu memperhatikan komposisi dari masing-masing bahn yang digunakan, termasuk surfaktan dan basis. Penggunaan surfaktan dalam sediaan krim bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air (Genaro, 1990). Penggunaan PEG sebagai basis sekaligus pelarut bahan yang tidak larut air juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia (Mitchell, 1972).


(55)

Untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap respon, juga untuk mengetahui interaksi antara faktor-faktor tersebut dapat digunakan desain faktorial (Bolton, 1997; Voigt, 1994).

Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Menbrane (HET-CAM) bertujuan untuk mendapatkan informasi efek yang terjadi pada konjungtiva oleh karena pemaparan zat uji. Embrio ayam telah lama digunakan sebagai model toksisitas embrio bagi para virologist. Periode inkubasi untuk telur fertile yang akan digunakan untuk HET-CAM adalah 8-12 hari (D’Arcy dan Howard, 1966). Metode ini dapat digunakan untuk mengamati adanya hemorage, lisis, dan koagulasi yang diakibatkan adanya pengaruh dari bahan yang disuntikkan (Klarwasser dkk., 2001).

M.Hipotesis

Terdapat faktor yang dominan di antara Texapon® N70 dan PEG 6000 dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat, serta dapat ditentukan area komposisi optimum Texapon® N70 dengan PEG 6000 pada

superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim ekstrak etil asetat tomat.


(56)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan metode desain faktorial.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian a. Variabel bebas

Komposisi Texapon® N70 sebagai surfaktan dengan level rendah sebesar 1 gram dan level tinggi 2,5 gram, serta komposisi PEG 6000 sebagai basis krim dengan level rendah sebesar 2 gram dan level tinggi 6 gram.

b. Variabel tergantung

Sifat fisis krim ekstrak etil asetat tomat meliputi organoleptis, tipe krim, daya sebar, viskositas krim, ukruan droplet, serta stabilitas krim meliputi pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet.

c. Variabel pengacau terkendali

Kecepatan putaran mixer, lama pengadukan, kondisi bahan yang digunakan, dan kondisi penyimpanan sediaan krim.


(57)

d. Variabel pengacau tak terkendali

Perubahan suhu dan kelembaban ruangan tempat pembuatan dan penyimpanan krim.

2. Definisi Operasional

a. Ekstrak etil asetat tomat adalah konsentrat berupa cairan yang berasal dari buah tomat dan mengandung likopen dan ß-karoten dalam buah tomat yang larut pada pelarut etil asetat dengan prosedur sesuai dengan yang tertulis pada penelitian ini.

b. Krim adalah krim yang mengandung ekstrak etil asetat tomat dengan komposisi seperti pada penelitian ini.

c. Surfaktan adalah Texapon® N70, yaitu surfaktan anionik yang bekerja dengan cara menurunkan tegangan antarmuka.

d. Basis adalah PEG 6000, merupakan jenis basis larut air.

e. Sifat fisis krim adalah parameter yang digunakan untk mengetahui kualitas fisik sediaan krim yang meliputi ukuran droplet dan viskositas. f. Stabilitas krim adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya perubahan krim dalam penyimpanan yang meliputi pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet ukuran droplet.

g. Viskositas adalah hambatan krim yang didiamkan 48 jam setelah pembuatan untuk mengalir setelah adanya pemberian gaya. Viskositas yang diharapkan yaitu 100-125 d.Pa.s.


(58)

h. Pergeseran viskositas adalah persentase dari selisih viskositas krim 48 jam setelah dibuat dengan viskositas krim setelah penyimpanan selama 28 hari.

i. Ukuran droplet adalah besarnya ukuran droplet dalam sediaan krim yang dilihat dengan menggunakan mikrokop. Ukuran droplet yang diharapkan

yaitu kurang dari 40 μm.

j. Pergeseran ukuran droplet adalah persentase penambahan atau perubahan ukuran droplet dalam sediaan krim selama penyimpanan 28 hari.

k. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini yaitu emulsifying agent (Texapon® N70) dan basis(PEG 6000).

l. Level adalah tingkatan jumlah atau besarnya faktor dalam suatu penelitian, dalam penelitian ini terdapat dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. m. Respon adalah hasil percobaan yang akan diamati perubahannya secara

kuantitatif. Respon dalan penelitian ini yaitu viskositas dan ukuran droplet. n. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. o. Desain faktorial adalah metode rasional untuk menyimpulkan efek dari

besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk secara obyektif. p. Contour plot adalah garis-garis respon dari sifat fisis (viskositas pada

100-125 d.Pa.s dan ukuran droplet kurang dari 40 μm) yang dibuat melalui persamaan desain faktorial.

q. Superimposed contour plot adalah penggabungan garis-garis pada daerah optimum viskositas 100-125 d.Pa.s dan ukuran droplet 30-40 μm.


(59)

r. Metode HET-CAM dapat digunakan untuk melihat adanya hemorage, lisis, dan koagulasi yang diakibatkan adanya pengaruh dari bahan yang disuntikkan.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etil asetat tomat, asam stearat (kualitas farmasetis), PEG 6000 (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), propilenglikol (kualitas farmasetis), Texapon® N70 (kualitas farmasetis), aquadest, dan metylen blue.

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (PYREX-GERMANY), mixer (Modifikasi USD), cawan porselen, pengaduk, waterbath, termometer, neraca analitik (Mettler Toledo GB 3002), Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), heater, horizontal double plate, stopwatch, mikroskop (Olympus CH2-Japan), dan software R-2.14.1.


(60)

E. Tata Cara Penelitian

1. Ekstraksi

Satu kilogram buah tomat segar dicuci dengan air mengalir kemudian diblender hingga halus. Buah tomat yang telah diblender kemudian dimasukkan ke dalam 4 buah Erlenmeyer 500 mL masing-masing 250 gram. Dilakukan penambahan 250 mL pelarut etil asetat ke dalam masing-masing

Erlenmeyer. Kemudian tabung Erlenmeyer dilapisi dengan alumunium foil

untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi likopen karena pengaruh cahaya. Setelah itu, dilakukan maserasi dengan cara pendiaman selama 7 hari dan dilakukan penggojogan berkala setiap harinya.

Maserat dikeluarkan dari tabung Erlenmeyer, lalu ekstrak cair dipisahkan dari ampas dengan menggunakan saringan. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah untuk memisahkan antara fase etil asetat dan fase air. Fase etil asetat diambil, kemudian etil asetat yang terkandung dalam ekstrak diuapkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada tekanan rendah dan suhu 40-60oC hingga tidak ada pelarut yang menetes lagi dan hingga terbentuk ekstrak kental (Narendran dkk., 2013).

Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan talkum (ekstrak kental : talkum = 1 : 5) lalu diaduk hingga homogen. Kemudian ekstrak kering yang didapat disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari.


(61)

2. Uji Kualitatif Antioksidan

Ekstrak kental tomat diteteskan pada bagian tengah kertas Whattmann. Kemudian diteteskan pula larutan DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) 0,2% pada seluruh bagian dari kertas Whattmann. Ditunggu beberapa saat dan diamati perubahan yang terjadi. Warna ungu pada bagian tengah kertas

Whattmann akan memudar menunjukkan bahwa ekstrak kental tomat memiliki aktivitas antioksidan (Elya dkk., 2013).

3. Formula Sediaan Krim

Formula yang digunakan dalam pembuatan krim ekstrak etil asetat tomat mengacu pada formula dalam Formularium Medicamentorium Selectum

(Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 1971). Komposisi dari formula dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Formula acuan (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 1971)

Formula Komposisi

Asam stearat 14,2 g Trietanolamin 1 g

Gliserol 10 g

Boraks 0,25 g

Nipagin 0,1 g

Nipasol 0,05 g


(62)

Formula modifikasi berdasarkan hasil orientasi untuk formula krim 100 gram dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Formula modifikasi

Formula Komposisi

Asam Stearat 20 gram Trietanolamin 1,35 gram PEG 6000 2 - 6 gram Texapon® N70 1 – 2,5 gram Metil Paraben 0,2 gram Propilen Glikol 5 gram Aquadest 60 mL Ekstrak kering tomat 6 gram

Formula seperti pada tabel IV dibuat krim ekstrak etil asetat tomat dengan surfaktan Texapon® N70 dan basis PEG 6000. Level rendah Texapon® N70 adalah 1 gram dan level tinggi Texapon® N70 adalah 2,5 gram. Sedangkan level rendah PEG 6000 adalah 2 gram dan level tinggi PEG 6000 adalah 6 gram. Penggunaan level rendah dan level tinggi tersebut berdasarkan studi pustaka dan hasil orientasi yang telah dilakukan.


(63)

Tabel V. Rancangan formula desain faktorial

Formula 1

(g)

a (g)

b (g)

ab (g)

Ekstrak Etil Asetat Tomat 6 6 6 6

Asam Stearat 20 20 20 20

Trietanolamin 1,35 1,35 1,35 1,35

PEG 6000 2 2 6 6

Texapon® N70 1 2,5 1 2,5

Metil Paraben 0,2 0,2 0,2 0,2

Propilen Glikol 5 5 5 5

Aquadest 60 60 60 60

Total 95,55 97,05 99,55 101,05

4. Pembuatan Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat

Asam stearat dilelehkan diatas waterbath pada suhu 70°C. PEG 6000 juga dilelehkan diatas waterbath pada suhu 70°C. Setelah PEG 6000 meleleh lalu dimasukkan Texapon® N70, trietanolamin, propilen glikol, dan metil paraben. Kemudian fase minyak (asam stearat) dan fase air (campuran PEG 6000, Texapon® N70, trietanolamin, propilen glikol, dan metil paraben) dituang ke dalam mortar hangat lalu diaduk dengan menggunakan mixer

dengan kecepatan konstan, lalu ditambahkan ekstrak etil asetat tomat dan aquadest, lalu aduk hingga homogen dan terbentuk masa krim (Young, 1972). Setelah terbentuk basis krim yang homogen kemudian ditunggu hingga dingin. Setelah itu, krim dimasukkan ke dalam tube atau wadah.


(64)

5. Orientasi Formula Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah Texapon® N70 berturut-turut 0,5 gram, 1 gram, 1,5 gram, 2 gram, dan 2,5 gram. Masing-masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran droplet setelah 48 jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar Texapon® N70 dari kedua respon yang masih memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah PEG 6000 berturut-turut 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram, dan 10 gram. Masing-masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran droplet setalah 48 jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar PEG 6000 dari kedua respon yang masih memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level tinggi pada penelitian ini.

6. Evaluasi Formula Krim Etil Asetat Tomat a. Pengujian organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bau, warna, dan homogenitas sediaan krim pada 48 jam setelah pembuatan.

b. Pengujian tipe emulsi dengan metode pewarnaan

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek lalu ditambahkan satu tetes methylene blue. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut


(65)

bertipe M/A atau A/M. Jika menunjukkan warna seragam berarti tipe emulsi M/A, karena air adalah fase luar.

c. Pengujian pH

Sejumlah krim dioleskan pada kertas pH universal dan kemudian ditentukan pH dari sediaan krim tersebut.

d. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar dilakukan setelah 48 jam pembuatan sediaan krim. Uji dilakukan dengan cara menimbang krim seberat 1 gram, diletakkan di tengah horizontal plate. Diatas krim diletakkan horizontal plate dan pemberat sehingga total berat horizontal plate dan pemberat menjadi 125,0 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian diukur dan dicatat diameter penyebaran krim.

e. Pengujian viskositas

Uji viskositas dilakukan 5 kali yaitu setelah 48 jam pembuatan krim, pada penyimpanan krim 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 1 bulan. Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat

Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN) dengan cara memasukkan krim ke dalam wadah dan pasang pada portabel viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.

f. Pengujian mikromeritik (ukuran droplet)

Uji mikromeritik dilakukan 5 kali yaitu setelah 48 jam pembuatan krim, pada penyimpanan krim 1 minggu, 2 minngu, 3 minggu, dan 1 bulan. Sebelum dilakukan pengukuran, perlu dilakukan kalibrasi pada


(66)

lensa mikroskop. Cara pengujian mikromeritik yaitu sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian diletakkan di meja benda pada mikroskop. Diamati ukuran droplet yang terdispersi pada krim. Untuk menentukan objek digunakan pembesar lemah kemudian diganti pembesar kuat. Diameter droplet diukur sebanyak 500 droplet (Martin dkk., 1993). Pengukuran ini dilakukan dengan metode mean.

g. Uji Iritasi Primer dengan Metode HET CAM

Telur ayam kampung yang digunakan adalah telur yang telah tumbuh menjadi embrio (setelah dierami selama 8-12 hari). Kemudian buka cangkang telur pada bagian yang memiliki rongga udara. Kontrol positif (NaOH 0,1 N) dan kontrol negatif (NaCl 0,9%) diambil menggunakan spuit sebanyak 0,3 mL kemudian disuntikkan pada daerah pada membran yang dekat dengan pembuluh darah, kemudian amati perubahan yang terjdi pada pembuluh darah. Sedangkan untuk formula krim yang akan diuji diambil sebanyak 0,3 gram kemudian diletakkan pada pada daerah pada membrane yang dekat dengan pembuluh darah, kemudian amati perubahan pada pembuluh darah.

Pengamatan reaksi CAM (chorioallantoic membrane) dilakukan selama 300 detik. Waktu timbulnya gejala diamati dan dicatat. Gejala-gejala yang diamati adalah hemoragi (pendarahan), vascular lysis

(disintegrasi pembuluh darah), dan koagulasi (denaturasi protein ekstra vaskular dan intra vaskular). Kemudian hasil yang diperoleh dimasukkan dalam rumus Irritataion Score (IS).


(67)

I S= 301−

300 5 +

301−

300 7 +

301−

300 9

Hemorage time yaitu dimulai dalam detik reaksi hemoragi atau terjadi pendarahan pada CAM. Lysis time yaitu dimulai dalam detik lisis pembuluh darah hingga pembuluh darah hilang pada CAM. Coagulation time yaitu dimulai dalam detik pembentukan koagulan pada CAM (Rudianto, 2010).

7. Validasi Formula Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat

Validasi formula dilakukan dengan cara menentuakan daerah optimum hasil optimasi, kemudian berdasarkan superimposed contour plot maka diambil 1 titik untuk membuat formula validasi yaitu pada Texapon® N70 1,5 gram dan PEG 6000 5,5 gram. Setelah itu dibuat formula dengan komposisi surfaktan dan basis yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai formula validasi. Kemudian formula yang dibuat dilakukan replikasi 3 kali. Krim yang telah terbentuk kemudian dilakukan pengujian viskositas dan ukuran droplet pada 48 jam setelah pembuatan.

F. Analisis Hasil

Data sifat fisis dan stabilitas krim yang diperoleh dianalisis sesuai dengan metode perhitungan desain faktorial. Dengan pendekatan desain faktorial untuk menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1X1


(68)

Persamaan desain faktorial yang didapat digunakan untuk membuat

contour plot viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak etil asetat tomat. Dari masing-masing contour plot digabungkan menjadi superimposed contour plot

untuk mengetahui daerah optimum komposisi Texapon® N70 dan PEG 6000, terbatas pada level yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan bantuan software

R-2.14.1 dengan berbagai uji statistik yang dilakukan, antara lain: Shapiro-Wilk

untuk mengetahui normalitas distribusi data dan Levene’s Test untuk mengetahui kesamaan varians. Apabila data yang diuji memenuhi persyaratan uji statistik parametrik, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk melihat signifikansi dari setiap faktor Texapon® N70, PEG 6000, serta interaksinya dalam mempengaruhi respon. Signifikasi data dapat dilihat dari nilai p-value. Namun, apabila tidak memenuhi persyaratan uji parametrik, maka dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon

Faktor yang dominan dalam mempengaruhi respon viskositas dan ukuran droplet ditentukan dari faktor yang memiliki nilai efek tertinggi dan signifikan terhadap respon, serta tidak ada interaksi dengan faktor lain yang berpengaruh signifikan terhadap respon.


(1)

Replikasi II

IS= 301−

300 5 +

301−

300 7 +

301−

300 9

= 301−301

300 5 +

301−301

300 7 +

301−301

300 9

=0

Replikasi III

IS= 301−

300 5 +

301

300 7 +

301

300 9

= 301−301

300 5 +

301−301

300 7 +

301−301

300 9

=0

Formula ab Replikasi I

IS= 301−

300 5 +

301−

300 7 +

301−

300 9

= 301−301

300 5 +

301−301

300 7 +

301−301

300 9

=0

Replikasi II

IS= 301−

300 5 +

301−

300 7 +

301−

300 9

= 301−301

300 5 +

301301

300 7 +

301301

300 9

=0

Replikasi III

IS= 301−

300 5 +

301−

300 7 +

301−

300 9

= 301−301

300 5 +

301301

300 7 +

301301

300 9


(2)

Lampiran 7. Dokumentasi

Buah tomat yang Vacuum Rotary Evaporator Ekstrak kering tomat telah di blender

Formula 1 (48 jam) Formula a (48 jam)


(3)

Formula 1 (1 bulan) Formula a (1 bulan)

Formula b (1 bulan) Formula ab (1 bulan)


(4)

Uji Viskositas Viskotester

Uji Mikromeritik Uji Penentuan Tipe Krim


(5)

Uji Iritasi (Metode HET-CAM)

Kontrol positif (NaOH 0,1N) Kontrol negatif (NaCl 0,9%)

Formula 1 Formula a


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Fanny Adriyani Halim lahir di Cirebon pada 17 Februari 1992. Merupakan anak bungsu dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan Rudi Kusuma Halim dan Sulastri. Penulis menempuh pendidikan di TK Pertiwi Losari pada tahun 1996-1998, SD Negeri 01 Losari Kidul pada tahun 1998-2004, SMP Santo Thomas Ciledug pada tahun 2004-2007, SMA Santa Maria I Cirebon pada tahun 2007-2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2010-2014. Selama kuliah, penulis aktif dalam kegiatan akademik dan non akademik. Dalam kegiatan akademik, penulis pernah menjadi asisten Praktikum Kimia Dasar pada tahun 2011, asisten Praktikum Kimia Organik pada tahun 2012, dan asisten Praktikum Kimia Analisis pada tahun 2012. Sedangkan dalam kegiatan non akademik, penulis pernah menjadi sekretaris pada Pelepasan Wisuda Fakultas Farmasi tahun 2010, anggota Herbal Garden Team (HGT) tahun 2011-2013, sekretaris pada Seminar Kanker Serviks dan Paru-paru tahun 2011, sie.P3K pada Paingan Festival tahun 2011, panitia Dies Natalis ke-56 Universitas Sanata Dharma tahun 2011, peserta Seminar Nasional “Pemberdayaan Pasien dalam Self Management

Diabetes Melitus untuk Menigkatkan Kualitas Hidup” pada tahun 2011, peserta Seminar Nasional Bong Chandra “Sukses (Selagi) Muda” pada tahun 2012, peserta Makrab JMKI tahun 2012, volunteer dalam Aksi Hari Kesehatan dan Lingkungan Hidup tahun 2012, tentor pembuatan Bir Jawa dalam Pharmacy Days

tahun 2012, serta sekretaris pada Seaminar Nasional dan Longmarch World

HIV/AIDS Days 2012. Di bidang organisasi, penulis pernah menjabat sebagai

sekretaris BEMF Farmasi (Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi) periode 2011-2012 dan sekretaris JMKI (Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia) periode 2012-2013.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN PENGARUH KOMBINASI PEG 400 DAN PEG 4000 SEBAGAI BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK DAN KECEPATAN PELEPASAN BENZOKAIN.

1 3 17

Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial.

2 56 145

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial.

0 3 120

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

0 4 112

Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

1 23 137

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial

1 3 118

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

8 63 110

Pengaruh Komposisi PEG 400 dan PEG 6000 Sebagai Basis Suppositoria Terhadap Laju Disolusi Parasetamol - Ubaya Repository

1 5 1

SEBAGAI HUMECTANT TERHADAP SIFAT FISIS BASIS SEDIAAN GEL TOOTHPASTE : APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI

0 0 125

Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 115