Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

(1)

INTISARI

Tween 80 merupakan surfaktan nonionik yang sering digunakan dalam formulasi. Surfaktan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembuatan sediaan krim. PEG 6000 merupakan basis larut air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dominan di antara Tween 80 sebagai surfaktan, PEG 6000 sebagai basis, dan interaksinya dalam menentukan respon sifat fisis (viskositas dan ukuran droplet) dan stabilitas krim ekstrak tomat serta untuk mendapatkan komposisi optimum Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis sehingga diperoleh krim yang mempunyai sifat fisis dan stabilitas yang dikehendaki.

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial dengan dua faktor, yakni Tween 80 dan PEG 6000 pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon sifat fisis dan stabilitas. Berdasarkan signifikansi pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon sifat fisis dan stabilitas yang diamati, dilakukan prediksi hasil respon untuk memperoleh komposisi optimum Tween 80 dan PEG 6000. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak R-2.14.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tween 80 dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap viskositas, sementara interaksi dari Tween 80 dan PEG 6000 tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Tween 80. Tween 80, PEG 6000, dan interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ukuran droplet. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Tween 80. Jadi, Tween 80 merupakan faktor yang dominan mempengaruhi sifat fisis (viskositas) krim ekstrak tomat. Pada penelitian ini didapatkan area optimum, namun tidak valid.


(2)

ABSTRACT

Tween 80 is a nonionic surfactant which is commonly used in the formulation. Surfactant is one of the most important components in the formulation of cream. PEG 6000 is a water-soluble base. The purpose of this study was to identify factors that have a significant effect toward Tween 80 as a surfactant, PEG 6000 as a base, and their interaction in determining the response of the physical properties (viscosity and droplet size) and stability of tomato extract cream as well as to obtain the optimum composition of Tween 80 as a surfactant and PEG 6000 as a base so a cream that has the desired physical properties and stability was made.

This study was an experimental design using a factorial design with two factors, known as Tween 80 and PEG 6000 on two levels, namely low level and high level. Statistical analysis using ANOVA test with a 95 % confidence interval was conducted to determine factors that significantly influenced the response of the physical properties and stability. Based on the significance of the influence of each factor on the response of physical properties and stability that were observed before, prediction of responses was made to obtain the optimum composition of Tween 80 and PEG 6000. The analysis was performed using R-2.14.1 software.

The result showed that Tween 80 and PEG 6000 provided significanct influence toward the cream viscosity, whereas the interaction of Tween 80 and PEG 6000 provided no influence toward the cream viscocity. The biggest effect shown by Tween 80. Tween 80, PEG 6000, and their interaction provided significant influence toward the cream droplet size. The biggest effect shown by Tween 80. In conclusion, Tween 80 was a dominant factor that influenced physical properties (viscosity) of tomato extract cream. In this study, the optimum area was found, but not valid.

Keywords: tomato, cream, PEG 6000, Tween 80, factorial design.


(3)

i

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

disusun oleh: Ega Mantyas NIM: 108114127

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

ii

Persetujuan Pembimbing

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

Skripsi yang diajukan oleh:

Ega Mantyas

NIM: 108114127

Pembimbing utama

Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt.

Tanggal ………...……. 2013


(5)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

Oleh: Ega Mantyas NIM: 108114127

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 19 Desember 2013

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

Panitia Penguji Tanda Tangan

1. Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. ………...

2. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. ………...


(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Time is an illusion.”

Albert Einstein

Lost time is never found again

.”

Benjamin Franklin

Defer no time, delays have dangerous ends.

William Shakespeare

Kupersembahkan karya ini untuk Orang-orang terdekat Yang selalu setia bersama Mengasihi dan menemani

Dari waktu ke waktu..


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 22 September 2013

Penulis,


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ega Mantyas

Nomor Mahasiswa : 108114127

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH TWEEN 80 SEBAGAI SURFAKTAN DAN PEG 6000 SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIS DAN STABILITAS KRIM

EKSTRAK ETIL ASETAT TOMAT DENGAN DESAIN FAKTORIAL

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 September 2013

Yang menyatakan,

(Ega Mantyas)


(9)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk segala kelimpahan

berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian

yang berjudul “Pengaruh Tween 80 sebagai Surfaktan dan PEG 6000 sebagai Basis Terhadap Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Etil Asetat Tomat dengan

Desain Faktorial” ini dengan lancar dan tepat waktu. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memeproleh gelar Sarjana Strata Satu pada

Program Studi Farmasi (S.Farm).

Terselesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari peran, dukungan,

bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua, atas segala kasih kayang yang telah diberikan serta dukungan

moral maupun material untuk penulis.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., selaku Dosen

Pembimbing Skripsi atas segala dukungan, arahan, semangat dan masukan

kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt., selaku dosen penguji yang

telah memberikan waktu, masukan, kritik dan saran kepada penulis.

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah


(10)

viii

6. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph. D., atas segala masukan dan saran

selama proses penyusunan skripsi.

7. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

membagikan ilmu serta pengalaman selama perkuliahan penulis.

8. Pak Wagiran, Pak Musrifin, Mas Agung, Pak Iswandi, Pak Parlan, Mas

Bimo, Mas Kunto, Pak Heru, serta laboran-laboran lain atas segala

bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Mitra kerja skripsi, Fanny Adriyani Halim, Priskila Agnes Salviana, dan

Henny untuk setiap kerjasama, kesabaran, kebersamaan dan dukungan

yang menemani perjuangan penulis dari awal penyusunan proposal,

penelitian hingga penyusunan laporan akhir ini.

10.Rekan-rekan skripsi lantai 1 (Bakti dkk, Vivian dkk, Tora dkk, Nita dkk,

Lia dkk, Nia dkk) dan lantai 3 (Brigita dkk, Gilda dkk, Echi dkk) untuk

kebersamaan, bantuan, masukan serta keceriaan selama di laboratorium.

11.Lydia Setiawan, untuk semangat, motivasi, dan perhatian di saat suka dan

duka penulis.

12.Kelvin Nugroho, selaku teman yang penuh dengan selera humor dan

sangat membantu dalam mengatasi rasa penat akibat skripsi.

13.Christian Gunawan, selaku teman berdiskusi, menyusun strategi, dan

berbagi cerita yang lebih kurang memiliki motivasi dan ambisi yang sama

dengan penulis.


(11)

ix

14.Teman-teman Farmasi 2010, khususnya kelas FST-B untuk kebersamaan,

keceriaan, dan segala kenangan indah yang tak terlupakan selama masa

perkuliahan penulis.

15.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk setiap

dukungan dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya ini.

Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang berguna

untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya ini dapat berguna

bagi siapa saja yang membutuhkan.

Yogyakarta, 22 September 2013


(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vi

PRAKATA...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xiii

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

INTISARI...xvii

ABSTRACT...xviii

BAB I . PENGANTAR...1

A. Latar Belakang...1

1. Permasalahan...3

2. Keaslian Karya...3

3. Manfaat...4

B. Tujuan Penelitian...4

1. Tujuan umum...4


(13)

xi

2. Tujuan khusus...4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...6

A. Tomat...6

B. Antioksidan dan Radikal Bebas...7

C. Ekstraksi...10

D. Krim...10

E. Surfaktan...11

F. Tween 80...12

G. Basis...13

H. PEG 6000...14

I. Desain Faktorial...15

K. Hipoteis...18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...19

B. Variabel Penelitian...19

C. Definisi Operasional...20

D. Bahan Penelitian...22

E. Alat Penelitian...22

F. Tata Cara Penelitian...22

G. Analisis Hasil...29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...30

A. Pembuatan Ekstrak Tomat...30


(14)

xii

B. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Tomat...32

C. Pembuatan Krim Ekstrak Tomat...33

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat...39

E. Efek Penambahan Tween 80 dan PEG 6000 serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisis Krim Ekstrak Tomat...47

F. Prediksi Komposisi Optimum Tween 80 dan PEG 6000...53

G. Validasi Formula...57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...61

A. Kesimpulan...61

B. Saran...61

DAFTAR PUSTAKA...62

LAMPIRAN...66

BIOGRAFI PENULIS...92

H. Uji Iritasi.ULP(NVWUDN7RPDW...58


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level...15

Tabel II. Desain penelitian...23

Tabel III. Optimasi formula krim ekstrak tomat...24

Tabel IV. Indeks iritasi uji HET-CAM...28

Tabel V. Data uji organoleptis krim ekstrak tomat...40

Tabel VI. Data uji tipe emulsi krim ekstrak tomat...40

Tabel VII. pH krim esktrak tomat setelah 48 jam...41

Tabel VIII. Daya sebar (x ± SD) krim esktrak tomat setelah 48 jam...42

Tabel IX. Viskositas (x ± SD) krim esktrak tomat pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan...43

Tabel X. % Pergeseran viskositas (x ± SD) krim ekstrak tomat...44

Tabel XI. Ukuran droplet (x ± SD) krim esktrak tomat pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan...45

Tabel XII. % Pertumbuhan ukuran droplet (x ± SD) krim ekstrak tomat...46

Tabel XIII. Uji Shapiro-Wilk respon viskositas tiap formula...47

Tabel XIV. Uji Levene respon viskositas...48

Tabel XV. Hasil uji ANOVA respon viskositas...48

Tabel XVI. Efek Tween 80 dan PEG 6000 serta interaksinya dalammenentukan respon viskositas.………...………...49

Tabel XVII. Uji Shapiro-Wilk respon ukuran droplet tiap formula...50


(16)

xiv

Tabel XIX. Hasil uji ANOVA respon ukuran droplet………...51

Tabel XX. Efek Tween 80 dan PEG 6000 serta interaksinya dalam menentukan respon ukuran droplet...51

Tabel XXI. Hasil validasi respon viskositas...57

Tabel XXII. Hasil validasi respon ukuran droplet...57

Tabel XXIII. Indeks iritasi krim estrak tomat dengan metode HET-CAM...60


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah tomat...6

Gambar 2. Mekanisme pembentukan ROS...9

Gambar 3. Struktur Tween 80...12

Gambar 4. Struktur polietilen glikol...14

Gambar 5. Hasil uji kualitatif antioksidan sesaat setelah pemberian DPPH (a) dan beberapa saat setelah pemberian DPPH (b)...32

Gambar 6. Reaksi DPPH dengan antioksidan...33

Gambar 7. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas...37

Gambar 8. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap ukuran droplet...37

Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap viskositas...38

Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap ukuran droplet...39

Gambar 11. Grafik viskositas krim tiap minggu...43

Gambar 12. Grafik ukuran droplet krim tiap minggu...45

Gambar 13. Contour plot respon viskositas krim ekstrak tomat...54

Gambar 14. Contour plot respon ukruan droplet krim ekstrak tomat...55

Gambar 15. Superimposed contour plot pada krim ekstrak tomat...56

Gambar 16. Kurva validasi krim ekstrak tomat...58


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Determinasi Tanaman Tomat...66

Lampiran 2. Hasil Ekstraksi...67

Lampiran 3. Kalibrasi Skala Mikromeritik...67

Lampiran 4. Hasil Orientasi...67

Lampiran 5. Hasil Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Fisis Krim Ekstrak Tomat...68

Lampiran 6. Validasi Formula...71

Lampiran 7. Perhitungan Efek...71

Lampiran 8. Hasil Analisis Desain Faktorial Menggunakan R-2.14.1...72

Lampiran 9. Hasil Analisis Stabilitas Menggunakan R-2.14.1...77

Lampiran 10. Hasil Uji Iritasi Krim Ekstrak Tomat...85

Lampiran 11. Dokumentasi...85


(19)

xvii

INTISARI

Tween 80 merupakan surfaktan nonionik yang sering digunakan dalam formulasi. Surfaktan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembuatan sediaan krim. PEG 6000 merupakan basis larut air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dominan di antara Tween 80 sebagai surfaktan, PEG 6000 sebagai basis, dan interaksinya dalam menentukan respon sifat fisis (viskositas dan ukuran droplet) dan stabilitas krim ekstrak tomat serta untuk mendapatkan komposisi optimum Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis sehingga diperoleh krim yang mempunyai sifat fisis dan stabilitas yang dikehendaki.

Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental menggunakan desain faktorial dengan dua faktor, yakni Tween 80 dan PEG 6000 pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh signifikan terhadap respon sifat fisis dan stabilitas. Berdasarkan signifikansi pengaruh dari masing-masing faktor terhadap respon sifat fisis dan stabilitas yang diamati, dilakukan prediksi hasil respon untuk memperoleh komposisi optimum Tween 80 dan PEG 6000. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak R-2.14.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tween 80 dan PEG 6000 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap viskositas, sementara interaksi dari Tween 80 dan PEG 6000 tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Tween 80. Tween 80, PEG 6000, dan interaksinya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ukuran droplet. Nilai efek yang paling besar ditunjukkan oleh Tween 80. Jadi, Tween 80 merupakan faktor yang dominan mempengaruhi sifat fisis (viskositas) krim ekstrak tomat. Pada penelitian ini didapatkan area optimum, namun tidak valid.


(20)

xviii

ABSTRACT

Tween 80 is a nonionic surfactant which is commonly used in the formulation. Surfactant is one of the most important components in the formulation of cream. PEG 6000 is a water-soluble base. The purpose of this study was to identify factors that have a significant effect toward Tween 80 as a surfactant, PEG 6000 as a base, and their interaction in determining the response of the physical properties (viscosity and droplet size) and stability of tomato extract cream as well as to obtain the optimum composition of Tween 80 as a surfactant and PEG 6000 as a base so a cream that has the desired physical properties and stability was made.

This study was an experimental design using a factorial design with two factors, known as Tween 80 and PEG 6000 on two levels, namely low level and high level. Statistical analysis using ANOVA test with a 95 % confidence interval was conducted to determine factors that significantly influenced the response of the physical properties and stability. Based on the significance of the influence of each factor on the response of physical properties and stability that were observed before, prediction of responses was made to obtain the optimum composition of Tween 80 and PEG 6000. The analysis was performed using R-2.14.1 software.

The result showed that Tween 80 and PEG 6000 provided significanct influence toward the cream viscosity, whereas the interaction of Tween 80 and PEG 6000 provided no influence toward the cream viscocity. The biggest effect shown by Tween 80. Tween 80, PEG 6000, and their interaction provided significant influence toward the cream droplet size. The biggest effect shown by Tween 80. In conclusion, Tween 80 was a dominant factor that influenced physical properties (viscosity) of tomato extract cream. In this study, the optimum area was found, but not valid.

Keywords: tomato, cream, PEG 6000, Tween 80, factorial design.


(21)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Konsep back to nature atau kembali ke alam merupakan bentuk

pengobatan menggunakan bahan alam yang semakin sering kita dengar beberapa

tahun belakangan. Penggunaan bahan alam lebih disukai karena diyakini

mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan pengobatan modern yang

menggunakan bahan sintetis (Anggraini dkk, 2011).

Tomat dikenal sebagai pangan sumber vitamin A dan vitamin C. Selain

sumber vitamin A dan vitamin C, dewasa ini, tomat diketahui sebagai sumber

utama likopen, suatu komponen aktif yang berperan sebagai antioksidan (Siagian,

2005). Ketika dikonsumsi, likopen akan terdistribusi ke seluruh tubuh namun

hanya sedikit yang mampu mencapai kulit. Likopen diketahui sebagai senyawa

yang mudah terabsorbsi bila digunakan secara topikal karena sifatnya yang larut

lemak dan ukuran molekulnya yang relatif kecil. Satu-satunya kerugian yang

diperoleh dari penggunasn likopen secara topikal adalah perubahan warna kulit

menjadi kemerahan. Likopen telah terbukti sebagai senyawa antioksidan yang

paling poten pada golongan karotenoid (Narendran dkk, 2013).

Krim merupakan sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang

digunakan untuk pemakaian luar tubuh. Krim biasanya terdiri dari dua fase, di


(22)

2

yaitu tipe air dalam minyak (A/M) dan tipe minyak dalam air (M/A) (Aulton,

2002).

Dalam penelitian ini, ekstrak tomat diformulasikan dalam bentuk sediaan

krim. Hal ini terkait dengan kelebihan sediaan krim, yaitu: mudah dioleskan,

mudah menyebar, daya penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit,

mudah dibersihkan, dan dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1997).

Surfaktan merupakan salah satu komponen paling penting dalam formulasi

sediaan krim. Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan

permukaan dan menaikkan laju kelarutan obat (Martin dkk, 1993). Tween 80

dipilih karena lebih tahan terhadap suhu yang tinggi, lebih tidak mengiritasi, dan

lebih tahan terhadap perubahan pH (Jones, 2008).

Polietilen glikol disebut juga makrogol, merupakan polimer sintetik dari

oksietilen dengan rumus struktur H(OCH2CH2)nOH, di mana n merupakan jumlah

rata-rata gugus oksietilen (Dirjen POM, 1979). Makrogol padat biasa digunakan

sebagai basis salep, bahan pengikat pada tablet, salut, maupun pelicin (Smolinske,

1992). Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik leleh dan

toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semi kristalin. Kebanyakan PEG yang

digunakan memiliki bobot molekul antara 4000-20000, khususnya PEG 4000 dan

PEG 6000 (Rowe dkk, 2009). Emulsi merupakan suatu sistem yang kurang stabil

secara termodinamis (Voorhees, 1985). Oleh karena itu, diperlukan adanya

bahan-bahan yang mampu meningkatkan stabilitas emulsi. PEG juga dapat berfungsi

sebagai emulsion stabilizer (Różańska dkk, 2012). Pada penelitian ini diharapkan PEG 6000 dapat membantu meningkatkan stabilitas emulsi dari krim.


(23)

Metode desain faktorial dapat diaplikasikan dalam memprediksi komposisi

optimum dari Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis dalam

sediaan krim ekstrak tomat dengan sifat fisis dan stabilitas yang diharapkan.

Desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari dua atau lebih

faktor dalam waktu yang bersamaan. Keuntungan utama desain faktorial adalah

bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing

faktor, maupun efek interaksi antar faktor (Muth, 1999). Dengan aplikasi metode

desain faktorial ini, dapat diketahui faktor atau interaksi yang memiliki efek

dominan terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan, serta dapat diketahui komposisi

optimum dari Tween 80 dan PEG 6000 dalam sediaan krim ekstrak tomat yang

dibuat.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti yaitu:

a. Faktor apakah yang dominan di antara Tween 80, PEG 6000 atau interaksi

keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat?

b. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum Tween 80 dengan PEG 6000

pada superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum

krim ekstrak tomat?

2. Keaslian Penelitian

Pernah dilakukan penelitian serupa dengan judul “Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Yang Mengandung Ekstrak Kering Tomat


(24)

4

(Solanum lycopersicum L.)” (Haqqi, 2008). Skripsi berisikan tentang formulasi sediaan krim ekstrak tomat dalam bentuk kering hingga pengujian aktivitas

antioksidannya. Pada penelitian tersebut digunakan basis dan surfaktan yang

berbeda dari yang digunakan oleh peneliti.

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian

mengenai pengaruh Tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis

terhadap sifat fisis dan stabilitas fisik krim ekstrak tomat belum pernah dilakukan.

3. Manfaat

a. Manfaat teoretis

Secara teoretis, penelitian ini menambah informasi bagi dunia ilmu

pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai formulasi sediaan

krim ekstrak tomat.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini akan menghasilkan sebuah sediaan krim ekstrak tomat

dengan sifat fisis dan stabilitas yang baik.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Membuat sediaan krim dengan bahan aktif dari ekstrak etil asetat tomat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor yang dominan di antara Tween 80, PEG 6000 atau interaksi

keduanya dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat.


(25)

b. Mengetahui area komposisi optimum Tween 80 dengan PEG 6000 pada

superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim


(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tomat

Gambar 1. Buah tomat (Dalimartha, 2003) 1. Klasifikasi umum

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Asteridae

Order : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Solanum

Species : Solanum lycopersicum L.

Sinonim : Lycopersicon lycopersicum (L.) Karsten

(United States Department of Agriculture, 2013).


(27)

2. Morfologi

Terna setahun ini tumbuh tegak atau bersandar pada tanaman lain, tinggi

0,5-2,5 m, bercabang banyak, berambut, dan berbau kuat. Batang bulat, menebal

pada buku-bukunya, berambut kasar warnanya hijau keputihan. Daun majemuk

menyirip, letak berseling, bentuknya bundar telur sampai memanjang, ujung

runcing, pangkal membulat, helaian dau yang besar tepinya berlekuk, helaian

yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40 cm, warnanya hijau muda.

Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota

berbentuk bintang, warnanya kuning. Buahnya buah buni, berdaging, kulitnya

tipis licin mengilap, beragam dalam bentuk maupun ukurannya, warnanya kuning

atau merah. Bijinya banyak, pipih, warnanya kuning kecokelatan (Dalimartha,

2003).

3. Kandungan kimia

Buah tomat dikenal sebagai salah satu sumber utama likopen, sebesar

8,8-42 μg / gram buah tomat segar (Rao dan Rao, 2007). Selain likopen, tomat juga mengandung -, -, -, -karoten, zeaxanthin, lutein, neurosporene, phytoene, dan phytofluene (Nour dkk, 2012).

B. Antioksidan dan Radikal Bebas

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal

bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari

reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh (Rohmatussolihat,


(28)

8

Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Endogen

Radikal bebas endogen dapat terbentuk melalui autoksidasi, oksidasi

enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transfor elektron di mitokondria dan

oksidasi ion-ion ologam transisi (Rohmatussolihat, 2009).

2. Eksogen.

Radikal bebas eksogen berasal dari luar sistem tubuh, misalnya sinar UV.

Di samping itu, radikal bebas eksogen dapat berasal dari aktifitas

lingkungan (Rohmatussolihat, 2009).

Antioksidan memiliki fungsi untuk menghentikan atau memutuskan reaksi

berantai dari radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh, sehingga dapat

menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan

berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan cara memberikan satu

elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menjadi non radikal

(Rohmatussolihat, 2009).

Reactive Oxygen Species (ROS) adalah molekul kimia reaktif yang

mengandung oksigen, seperti ion oksigen dan peroksida. ROS sendiri merupakan

produk sampingan alami dari metabolisme normal oksigen. Pada tubuh orang

sehat ROS dan antioksidan dalam keadaan seimbang. Namun, sinar ultra violet

(UV) atau paparan panas dapat memicu peningkatan ROS (Devasagayam dkk,

2004).

Sinar UV terbagi menjadi 3 jenis, yaitu ultra violet A (UVA), ultra violet

B (UVB), dan ultra violet C (UVC). Sinar UVA mampu masuk ke dalam


(29)

epidermis dan dermis dari kulit. Sinar UVA ini dapat menyebabkan proses

oksidasi secara tidak langsung yang disebabkan oleh photosensitization. Setelah

pemaparan UVA, ROS dapat terbentuk dan menyebabkan kerusakan pada sel.

(Svobodova dkk, 2006). Mekanisme pembentukan ROS oleh sinar UV dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Mekanisme pembentukan ROS (Svobodova dkk, 2006)

Kulit merupakan pelindung biologis yang kompleks. Kulit dapat

mencegah masuknya hampir semua molekul, terutama yang bersifat hidrofilik.

Sediaan antioksidan topikal sebaiknya dapat menembus lapisan epidermis,

khususnya stratum korneum, untuk dapat bekerja sebagai antioksidan terhadap

ROS. Mekanisme utama penetrasi senyawa melalui stratum korneum adalah

secara transeluler dan paraseluler. Mekanisme transeluler dapat berupa difusi

pasif. Mekanisme paraseluler dapat dilakukan dengan cara melewati celah antar

sel korneosit (≤10 nm), sweat duct (±50µm), pilosebaceous units (5-70µm) dan sebaceous gland (5-15µm) (Cevc dan Vierl, 2009).


(30)

10

C. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak

adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia

nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Simanjutak,

2008).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah

dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Simanjutak, 2008).

D. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Krim memiliki 2

tipe, yaitu krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A).

Tipe A/M tidak larut air dan tidak dapat dicuci dengan air, sedangkan tipe M/A

dapat bercampur dengan air, dapat dicuci dengan air, dan tidak berminyak

(Aulton, 2002).

Formula tradisional untuk vanishing cream didasarkan pada jumlah asam

stearat yang besar sebagai fase minyak yang dapat melunak pada suhu tubuh dan


(31)

mengkristal pada bentuk yang sesuai sehingga tidak terlihat dalam penggunaan

dan membentuk film yang tidak berminyak. Emulgator yang berperan dalam

proses tersebut adalah sabun yang terbentuk dengan adanya penambahan basa

yang cukup untuk bereaksi dengan asam stearat (Wilkinson dan Moore, 1982).

E. Surfaktan

Emulsifying agent adalah surfaktan yang mengurangi tegangan antar muka

antara minyak dan air, meminimalkan energi permukaan dari droplet yang

terbentuk (Aulton, 2002). Emulsifying agent merupakan suatu molekul yang

mempunyai rantai hidrokarbon nonpolar dan polar pada tiap ujung rantai

molekulnya. Emulsifying agent akan dapat menarik fase minyak dan fase air

sekaligus dan emulsifying agent akan menempatkan diri berada di antara kedua

fase tersebut. Keberadaan emulsifying agent akan menurunkan tegangan

permukaan fase minyak dan fase air (Lieberman dkk, 1996).

Emulsifying agent nonionik biasa digunakan dalam seluruh tipe produk

kosmetik dan farmasetik (Lieberman dkk, 1996). Emulsifying agent nonionik

sangat resisten terhadap elektrolit, perubahan pH dan kation polivalen.

Emulsifying agent ini memiliki rentang dari komponen larut minyak untuk

menstabilkan emulsi A/M hingga material larut air yang memberikan produk

M/A. Emulsifying agent ini biasa digunakan untuk kombinasi emulsifying agent

larut air dan larut minyak untuk membentuk lapisan antarmuka yang penting

untuk stabilitas emulsi yang optimum. Emulsifying agent nonionik memiliki


(32)

12

memiliki bermacam-macam nilai hydrophile-lipophile balances (HLB) yang

dapat menstabilkan emulsi M/A atau A/M. Penggunaan emulsifying agent

nonionik yang baik bila menghasilkan nilai HLB yang seimbang antara dua

emulsifying agent nonionik, dimana salah satu bersifat hidrofilik dan yang lain

bersifat hidrofobik. Emulsifying agent nonionik bekerja dengan membentuk

lapisan antarmuka dari droplet-droplet, namun tidak memiliki muatan untuk

menstabilkan emulsi. Cara menstabilkan emulsi adalah dengan adanya gugus

polar dari emulsifying agent yang terhidrasi dan bulky, yang menyebabkan

halangan sterik antar droplet dan mencegah koalesen (Kim, 2005).

F. Tween 80

Gambar 3. Struktur Tween 80 (Rowe dkk, 2009)

Tween 80 mempunyai nama lain polysorbate 80. Tween 80 atau

Polysorbate 80 merupakan ester oleat dari sorbitol di mana tiap molekul anhidrida

sorbitolnya berkopolimerisasi dengan 20 molekul etilenoksida. Tween 80 berupa

cairan kental berwarna kuning dan agak pahit (Rowe dkk, 2009).

Polysorbate digunakan sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe

minyak dalam air (M/A), dikombinasikan dengan emulsifier hidrofilik pada

emulsi minyak dalam air, dan untuk menaikkan kemampuan menahan air pada


(33)

salep, dengan konsentrasi 1-15% sebagai solubilizer. Tween 80 digunakan secara

luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1992). Tween 80 larut

dalam air dan etanol (95%), namun tidak larut dalam mineral oil dan vegetable

oil. Polysorbate 80 mempunyai titik lebur yang berada pada suhu -20,56 oC, nilai

pH 6–8, dan stabil dalam larutan dengan pH 2-12 (Greenberg, 1954), nilai HLB 15, dan viskositas sebesar 425 mPas (Rowe dkk, 2009).

G. Basis

Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :

1. Basis hidrokarbon

Sifat minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini

sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit. Basis ini juga mampu

meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan

karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga

memiliki sifat moisturizer dan emollient (Allen, 2002).

2. Basis absorpsi (basis serap)

Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini

juga dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan

menyerap kelebihan air (Allen, 2002).

3. Basis yang dapat dicuci dengan air

Basis jenis ini merupakan emulsi minyak dalam air yang dapat dicuci dari

kulit dan pakaian dengan air. Yang termasuk basis jenis ini adalah salep


(34)

14

4. Basis larut dalam air

Basis jenis ini hanya mengandung komponen yang larut dalam air, tidak

mengandung bahan berlemak dan dapat dicuci dengan air. Karena basis ini

sangat mudah melunak dengan penambahan air, larutan air tidak efektif

dicampurkan ke bahan dasar ini. Basis jenis ini lebih baik digunakan untuk

dicampurkan dengan bahan padat atau tidak berair (Allen, 2002).

H. PEG 6000

Gambar 4. Struktur polietilen glikol (Rowe dkk, 2009)

Polietilen glikol (PEG) memiliki rumus struktur

HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH di mana m merupakan rata-rata dari jumlah gugus

oksietilen. PEG umum digunakan sebagai bahan dasar formulasi dalam bidang

farmasi, seperti pada sediaan parenteral, topikal, optalmik, oral, dan rektal. PEG

bersifat stabil di udara dan tidak mengiritasi kulit. PEG merupakan bahan larut air

dan mudah dihilangkan dari kulit hanya dengan pencucian, sehingga banyak

digunakan sebagai basis salep (Rowe dkk, 2009).

PEG 6000 atau sering disebut juga Makrogol 6000 merupakan campuran

produk polikondensasi dari etilenoksida dan air. PEG 6000 berupa serbuk putih

licin atau potongan putih kuning gading, praktis tidak berbau, tidak berasa. Mudah


(35)

larut dalam air, dalam etanol 95% P, dan dalam kloroform P, praktis tidak larut

dalam eter P (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979).

I. Desain Faktorial

Desain faktorial adalah metode rasional untuk menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap

kualitas produk (Bolton, 1997).

Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang

masing masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan

level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk

mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu

respon (Bolton, 1997). Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor

dan dua level yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Tabel I. Rancangan desain faktorial untuk 2 faktor 2 level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi

(1) - - +

(a) + - -

(b) - + -

(ab) + + +

(Bolton, 1997). Keterangan :

Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah

Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah

Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi

Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi

Rumus yang digunakan dalam desain faktorial :


(36)

16

Keterangan :

Y = respon hasil atau sifat yang diamati, yaitu kekerasan sabun dan

kemampuan membentuk busa sabun

XA, XB = level faktor A, level faktor B

b0,b1,b2,b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan.

Dari persamaan (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot

suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran

yang optimum (Bolton, 1997). Untuk mengetahui besarnya efek masing-masing

faktor, maupun efek interaksinya dapat diperoleh dengan menghitung selisih

antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah.

Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997) sebagai berikut:

Efek faktor A = { } { }...(2) Efek faktor B = { } { }...(3) Efek interaksi = { } { }...(4) Desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari dua atau

lebih faktor dalam waktu yang bersamaan. Keuntungan utama desain faktorial

adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek

masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor (Muth, 1999).

J. Landasan Teori

Tomat adalah salah satu jenis buah yang populer di masyarakat.

Sehari-hari orang mengonsumsi tomat dalam berbagai bentuk sajian. Tomat dikenal


(37)

sebagai buah yang kaya akan vitamin A dan vitamin C. Dewasa ini, tomat

diketahui sebagai sumber utama likopen, suatu komponen aktif yang berperan

sebagai antioksidan (Siagian, 2005).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah radikal bebas

yang masuk dalam tubuh adalah dengan menggunakan sediaan atau produk yang

mengandung antioksidan. Karotenoid merupakan senyawa yang memiliki efek

antioksidan dan dapat digunakan secara topikal. Kemampuan untuk menetralkan

reative oxygen species (ROS) berbeda-beda untuk setiap jenis karotenoid.

Likopen yang merupakan salah satu jenis karotenoid diketahui memiliki daya

antioksidan yang paling besar (Andreassi dkk, 2004).

Krim tipe M/A (vanishing cream) adalah suatu krim yang dibuat dengan

mendispersikan komponen minyak ke dalam komponen air, sifatnya mudah dicuci

dengan air, jika digunakan pada kulit, maka akan terjadi penguapan dan

peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut dalam air sehingga mendorong

penyerapannya ke dalam jaringan kulit (Aulton, 2002).

Tween 80 digunakan secara luas pada kosmetik sebagai emulsifying agent.

Tween 80 adalah jenis emulsifying agent yang bersifat hidrofil, yakni dengan

HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance) sebesar 15. Tween 80 merupakan salah

satu emulsifying agent non ionik. Emulsifying agent nonionik ini memiliki

toksisitas dan iritasi yang rendah (Rowe dkk, 2009).

PEG sering digunakan sebagai bahan dasar dalam formulasi pada sediaan

parenteral, topikal, optalmik, oral, dan rektal. PEG bersifat stabil di udara dan


(38)

18

dari kulit hanya dengan pencucian, sehingga banyak digunakan sebagai basis

salep (Rowe dkk, 2009).

Pengaruh Tween 80 dan PEG 6000 terhadap sifat fisis dapat dilihat dengan

menggunakan desain faktorial. Metode desain faktorial mampu menjelaskan efek

masing-masing faktor yang berbeda-beda beserta interaksinya pada suatu

penelitian, pada waktu yang sama. Melalui metode ini dapat diketahui efek

dominan yang menentukan sifat fisis krim ekstrak tomat dan daerah komposisi

Tween 80 dengan PEG 6000 yang optimum.

K. Hipotesis

Terdapat faktor yang dominan di antara Tween 80, PEG 6000, atau

interaksinya terhadap respon yang dihasilkan oleh sediaan krim ekstrak tomat

yang meliputi respon sifat fisis (viskositas dan ukuran droplet) dan stabilitas;

dapat ditemukan area komposisi optimum Tween 80 dengan PEG 6000 pada

superimposed contour plot yang diprediksikan sebagai formula optimum krim

ekstrak tomat.


(39)

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental menggunakan

rancangan penelitian faktorial, yang bertujuan untuk mengetahui berapakah

jumlah optimum dari Tween 80 dan PEG 6000 pada formula yang menghasilkan

sediaan krim dengan sifat fisis dan stabilitas yang dikehendaki.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Komposisi Tween 80 dengan level rendah sebesar 2,5 gram dan level tinggi

sebesar 7,5 gram, serta komposisi PEG 6000 dengan level rendah sebesar 2

gram dan level tinggi sebesar 6 gram.

2. Variabel tergantung

Sifat fisis krim ekstrak tomat yang meliputi organoleptis, tipe emulsi, pH,

daya sebar, viskosistas, dan ukuran droplet.

3. Variabel pengacau terkendali

Kecepatan putar mixer, kondisi bahan yang digunakan, komposisi krim selain

Tween 80 dan PEG 6000.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Perubahan kelembaban dan perubahan suhu ruangan, tempat menyimpan


(40)

20

C. Definisi Operasional

1. Krim ekstrak tomat adalah suatu sediaan setengah padat yang mengandung

ekstrak kering etil asetat tomat dan diaplikasikan pada kulit sebagai

antioksidan yang dibuat sesuai formula dan prosedur yang telah ditentukan

dalam penelitian ini.

2. Ekstrak kental etil asetat tomat adalah ekstrak cair dari buah tomat yang

diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat kemudian dipekatkan dengan

vaccum rotary evaporator hingga ekstrak bebas dari pelarut.

3. Ekstrak kering etil asetat tomat adalah campuran ekstrak kental etil asetat

tomat dan talkum dengan perbandingan 1 bagian ekstrak kental etil asetat dan

5 bagian talkum.

4. Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugus hidrofil dan

lipofil sekaligus dalam molekulnya, dalam penelitian ini adalah Tween 80.

5. Basis adalah bahan dasar krim yang menentukan sifat dasar dan berfungsi

sebagai pembawa atau penghantar dalam bentuk sediaan, dalam penelitian ini

adalah PEG 6000.

6. Sifat fisis adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisis dari krim ektrak

tomat, dalam penelitian ini meliputi organoleptis, tipe emulsi, pH, daya sebar,

viskositas, dan ukuran droplet.

7. Stabilitas adalah parameter untuk mengetahui tingkat kestabilan sifat fisis

krim ekstrak tomat, dalam penelitian ini meliputi viskositas dan ukuran

droplet.


(41)

8. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini yaitu

surfaktan (Tween 80) dan basis (PEG 6000).

9. Level adalah tingkatan jumlah atau besarnya faktor, dalam penelitian ini

terdapat dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah untuk

Tween 80 adalah 2,5 gram dan level tinggi untuk Tween 80 adalah 7,5 gram.

Level rendah untuk PEG 6000 adalah 2 gram dan level tinggi untuk PEG 6000

adalah 6 gram.

10.Respon adalah hasil percobaan yang akan diamati perubahannya secara

kuantitatif. Pada penelitian ini, respon meliputi viskositas dan ukuran droplet.

11.Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.

12.Desain faktorial adalah metode rasional untuk menyimpulkan dan

mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap

kualitas produk.

13.Contour plot adalah garis-garis respon dari sifat fisis (viskositas dan ukuran

droplet) yang dibuat melalui persamaan desain faktorial.

14.Area optimum adalah area yang menghasilkan krim ekstrak tomat dengan sifat

fisis (viskositas dan ukuran droplet) yang dikehendaki. Viskositas sebesar

100-150 d.Pa.s dan ukuran droplet kurang dari 30μm.

15.Superimposed contour plot adalah penggabungan garis-garis pada area

optimum yang telah dipilih pada uji-uji sifat fisis (viskositas dan ukuran


(42)

22

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat (diperoleh

dari LotteMart, Depok, Sleman), etil asetat (teknis), talkum, asam stearat (kualitas

farmasetis), PEG 6000 (kualitas farmasetis), nipagin (kualitas farmasetis),

trietanolamin (kualitas farmasetis), propilenglikol (kualitas farmasetis), Tween 80

(kualitas farmasetis), aquadest, dan telur ayam usia 10 hari.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur (Iwaki TE-32

Pirex® Japan), bekker glass (Iwaki TE-32 Pirex® Japan), cawan porselen,

pengaduk, vaccum rotary evaporator, gunting, mixer (Modifikasi USD),

timbangan analitik (Mettler Toledo GB 3002), pipet tetes, penangas air

(waterbath), termometer, mikroskop (Olympus CH2-Japan), kertas pH universal,

alat uji daya sebar (modifikasi USD), Viscotester seri VT 04 (Rion™-Japan), dan perangkat lunak R-2.14.1.

F. Tata Cara Penelitian 1. Formula krim ekstrak tomat

Formula yang dipilih sebagai dasar pembuatan krim esktrak tomat

menurut Formularium Medicamentorum Selectum oleh Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia (1971) memiliki komposisi formula sebagai berikut :

R/ Asam stearat 14,2 g

Trietanolamin 1 g


(43)

Gliserol 10 g

Boraks 0,25 g

Nipagin 0,1 g

Nipasol 0,05 g

Aquadest ad 100 ml

Pada penelitian dilakukan modifikasi formula untuk 100 gram sehingga

diperoleh formula sebagai berikut:

R/ Asam stearat 20 g

Trietanolamin 1,35 g

Nipagin 0,1 g

Tween 80 5 g

PEG 6000 4 g

Propilen glikol 5 g

Aquadest ad 100 ml

Optimasi formula dilakukan pada penggunaan Tween 80 dan PEG 6000.

Untuk Tween 80 level rendah sebesar 2,5 gram dan level tingginya sebesar 7,5

gram, sedangkan untuk PEG 6000 level rendah sebesar 2 gram dan level tingginya

sebesar 6 gram. Masing-masing jumlah Tween 80 dan PEG 6000 yang digunakan

baik untuk level rendah maupun level tinggi dapat dilihat pada tabel II.

Tabel II. Desain penelitian

Formula Tween 80 (g) PEG 6000 (g)

1 2,5 2

A 7,5 2

B 2,5 6


(44)

24

Tabel III. Optimasi formula krim ekstrak tomat

Komposisi Formula (g)

1 a b ab

Ekstrak kering etil asetat tomat 6 6 6 6 Asam stearat 20 20 20 20 Trietanolamin 1,35 1,35 1,35 1,35 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 Tween 80 2,5 7,5 2,5 7,5

PEG 6000 2 2 6 6

Propilen glikol 5 5 5 5

Aquadest 50 50 50 50

2. Ekstraksi buah tomat segar

Satu kilogram buah tomat segar yang telah dicuci terlebih dahulu

diblender hingga halus. Buah tomat yang telah diblender kemudian dimasukkan

ke dalam 4 buah erlenmeyer 500 ml masing-masing 250 gram. Pelarut etil asetat

ditambahkan sebanyak 250 ml ke dalam masing-masing erlenmeyer. Dilakukan

maserasi dengan cara pendiaman selama 7 hari dan dilakukan penggoyangan

berkala setiap harinya.

Setelah 7 hari, pisahkan isi erlenmeyer dari endapan dan cairannya dengan

saringan. Cairan yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah

untuk dihilangkan fase airnya. Hasil pemisahan diuapkan dengan menggunakan

vaccum rotavapor pada tekanan rendah dan suhu tidak lebih dari 60oC hingga

terbentuk ekstrak kental.

Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan talkum

(ekstrak kental:talkum = 1:5) dan diaduk hingga homogen untuk memperoleh

ekstrak kering etil asetat tomat. Kemudian ekstrak kering etil asetat tomat

disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari.


(45)

3.Uji kualitatif antioksidan ekstrak tomat

Ekstrak kental tomat diteteskan pada bagian tengah kertas whattmann.

Berikutnya diteteskan pula larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) 0,2%

pada seluruh kertas whattmann. Tunggu beberapa saat dan amati perubahannya.

Warna ungu pada bagian tengah kertas whattmann akan memudar menunjukkan

bahwa ekstrak kental tomat memiliki aktivitas antioksidan (Elya dkk, 2013).

4. Pembuatan krim ekstrak tomat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi ditimbang sesuai

jumlahnya masing-masing. Asam stearat dicairkan dalam cawan porselen

menggunakan waterbath pada suhu kurang lebih 70oC. Campuran diaduk hingga

larut. Pada cawan porselen yang lain, PEG 6000 dicairkan pada suhu kurang lebih

70oC. Propilen glikol, nipagin, TEA, dan Tween 80 ditambahkan ke dalam cairan

PEG 6000 tersebut. Campuran diaduk hingga larut. Kedua campuran fase minyak

dan fase air dari kedua cawan porselen dicampur di dalam satu wadah yang sudah

dihangatkan. Campuran diaduk menggunakan mixer hingga homogen dan

terbentuk masa krim. Ekstrak etil asetat tomat ditambahkan ke dalam krim

tersebut dan dihomogenkan menggunakan mixer selama 1 menit. Krim

dimasukkan ke dalam kemasan.

5. Orientasi

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah Tween


(46)

Masing-26

masing krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setelah 48

jam. Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar Tween 80 dari kedua respon yang

masih memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level

tinggi pada penelitian ini.

Beberapa macam krim dibuat dengan membuat variasi pada jumlah PEG

6000 berturut-turut 2 gram, 4 gram, 6 gram, 8 gram, dan 10 gram. Masing-masing

krim kemudian dilihat respon viskositas dan ukuran dropletnya setalah 48 jam.

Irisan dari jumlah terkecil dan terbesar PEG 6000 dari kedua respon yang masih

memberikan perubahan yang linear akan menjadi level rendah dan level tinggi

pada penelitian ini.

6. Evaluasi sediaan krim ektrak tomat

a. Pengujian organoleptis

Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bau, warna, dan

homogentias krim ekstrak tomat 48 jam setelah pembuatan.

b. Penentuan tipe emulsi dengan metode pewarnaan.

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek dan ditambahkan satu tetes

methylene blue. Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik

untuk menentukan apakah emulsi dari sediaan krim tersebut bertipe M/A

atau A/M.

c. Pengujian pH

Sejumlah krim dioleskan pada kertas pH universal dan kemudian

ditentukan berapa pH dari krim.


(47)

d. Pengujian daya sebar

Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara krim

ditimbang seberat satu gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala.

Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total

125 gram, didiamkan selama satu menit, dicatat diameter penyebarannya.

e. Pengujian viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04

dengan cara krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable

viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum

penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu setelah 48 jam krim

selesai dibuat dan setelah penyimpanan selama satu bulan (Instruction

Manual Viscotester VT-03E/VT-04).

f. Pengujian mikromeritik

Sejumlah krim dioleskan pada gelas objek kemudian letakkan pada mikroskop. Amati ukuran droplet yang terdispersi pada krim. Gunakan perbesaran lemah untuk menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti dengan perbesaran kuat. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu mengkalibrasi lensa mikroskop. Catat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet. Diameter 500 droplet dihitung rata-ratanya.

g. Pengujian iritasi (Cazedey dkk, 2009).

Uji iritasi dilakukan dengan metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membrane (HET-CAM). Disiapkan telur ayam berusia 10 hari. Cangkang

telur dikupas pada bagian kantong udara dengan hati-hati. Membran dalam


(48)

28

transparan. Membran dalam telur dikupas dan dipisahkan dengan

Chorioallantoic membrane (CAM) dengan amat hati-hati. Dipejankan 0,3

ml larutan NaCl 0,9% pada CAM sebagai kontrol negatif. Dipejankan 0,3

ml larutan NaOH 0,1N pada CAM sebagai kontrol positif. Dipejankan 0,3

ml krim ekstrak tomat masing-masing formula pada CAM sebagai

perlakuan. CAM diamati selama 5 menit apakah terjadi perdarahan

(hemorrhage), lisis (lysis), dan koagulasi (coagulation). Kemudian

Irritation Score (IS) ditentukan menggunakan rumus:

IS =

....(5)

IS yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok perlakuan

kemudian dicocokan dengan tabel berikut untuk mengetahui iritasi dari

senyawa uji:

Tabel IV. Indeks iritasi uji HET-CAM (Cazedey dkk, 2009)

Irritation Score Kategori

0-0,9 Tidak mengiritasi 1-4,9 Sedikit mengiritasi 5-8,9 Cukup mengiritasi 9-21 Sangat mengiritasi

7. Validasi

Dibuat krim ekstrak tomat dengan komposisi Tween 80 dan PEG 6000

yang ada pada area optimum (Tween 80 sebesar 4,5 gram dan PEG 6000 sebesar

5 gram). Krim ekstrak tomat kemudian diukur respon viskositas dan ukuran

dropletnya pada 48 jam setelah pembuatan. Hasil data dianalisis dengan

menggunakan perangkat lunak R-2.14.1.


(49)

G. Analisis Hasil

Data sifat fisis dan stabilitas krim yang diperoleh dianalisis sesuai dengan

metode perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari Tween 80, PEG

6000 dan interaksinya. Dengan pendekatan desain faktorial untuk menghitung

koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y = b0 + b1A + b2B +

b12AB. Dari persamaan ini kemudian dapat dibuat contour plot sifat fisis krim

ekstrak tomat. Dari masing-masing contour plot digabungkan menjadi contour

plot superimposed untuk mengetahui area komposisi optimum Tween 80 dan PEG

6000, terbatas pada level yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan bantuan

perangkat lunak R-2.14.1 dengan berbagai uji statistik yang dilakukan, antara lain:

Shapiro-Wilk Test untuk mengetahui normalitas distribusi data dan Levene’s Test untuk mengetahui kesamaan varians. Apabila data yang diuji memenuhi

persyaratan uji statistik parametrik, maka dilanjutkan dengan uji ANOVA. Uji ini

digunakan untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksinya

dalam mempengaruhi respon. Berdasarkan analisis statistik ini, maka dapat

ditentukan ada tidaknya pengaruh signifikan dari setiap faktor dan interaksinya

terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p-value. Namun, apabila

tidak memenuhi persyaratan uji parametrik, maka dilanjutkan dengan uji

Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Faktor paling dominan dalam mempengaruhi

respon viskositas dan ukuran droplet dapat diketahui dengan cara menghitung


(50)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Ekstrak Tomat

Buah tomat segar yang telah dicuci untuk menghilangkan pengotor

dihaluskan menggunakan blender. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk

memperluas luas permukaan kontak antara buah tomat dengan pelarut yang akan

digunakan. Semakin luas kontak buah tomat dengan pelarut, maka proses

maserasi akan berlangsung lebih baik. Tujuan lain dari proses penghalusan

menggunakan blender adalah menghancurkan sel-sel yang ada sehingga senyawa

yang terkandung dalam sel mampu terlarut dalam pelarut.

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, yakni dengan cara

merendam dengan pelarut etil asetat. Kandungan dari buah tomat yang memiliki

efek antioksidan cukup tinggi adalah likopen dan karoten. Likopen dan

ß-karoten adalah senyawa bersifat non polar sehingga digunakan perlarut non polar

dalam ekstraksi. Buah tomat dikenal sebagai salah satu sumber utama likopen,

sebesar 8,8-42 μg / gram buah tomat segar (Rao dan Rao, 2007).

Proses ekstraksi dilanjutkan dengan penguapan pelarut menggunakan

vacuum rotary evaporator yang dengan tekanan rendah untuk mempercepat

proses penguapan. Suhu pada saat penguapan dijaga agar tidak melebihi 60oC.

Likopen sendiri dapat mengalami proses oksidasi dan fotodegradasi. Likopen

juga dapat mengalami reaksi isomerisasi akibat pengaruh dari energi cahaya

maupun panas (Rao dan Rao, 2007). Pada suhu di atas 60oC, maka senyawa


(51)

likopen dikhawatirkan dapat terdegradasi akibat suhu tinggi sehingga tidak lagi

memiliki aktivitas antioksidan. Penguapan ini dilakukan hingga terbentuk ekstrak

kental di mana pelarut tidak lagi menetes pada kondensor.

Setelah didapatkan ekstrak kental, hal yang berikutnya dilakukan adalah

penambahan talkum. Penambahan dengan talkum ini bertujuan untuk

mengeringkan ekstrak kental sehingga didapatkan ekstrak kering yang dapat

diformulasikan menjadi krim. Proses pencampuran ekstrak kental tomat dan

talkum dengan perbandingan 1:5. Angka tersebut diperoleh dari hasil orientasi, di

mana pada perbandingan tersebut ekstrak kental tomat yang semula berupa cairan

telah berubah menjadi ekstrak yang kering.

Rata-rata rendemen yang diperoleh dari ekstraksi ini adalah 0,55%.

Metode ekstraksi ini sebenarnya kurang sempurna dikarenakan langsung

digunakan etil asetat sebagai pelarut utama. Etil asetat tidak dapat masuk ke

dalam sel yang mayoritas komponen utamanya adalah air dikarenakan perbedaan

polaritas. Ekstrak dapat diperoleh karena adanya sebagian sel yang telah hancur

akibat blender sehingga etil asetat dapat melarutkan senyawa aktif yang

diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna pelarut etil asetat

menjadi berwarna oranye sekaligus pemudaran warna oranye pada buah tomat

yang telah dimaserasi. Warna oranye tersebut dapat merupakan warna dari likopen

dan ß-karoten. Sebaiknya, digunakan ekstraksi pelarut campuran ataupun cara lain

yang dapat menghancurkan sel lebih sempurna untuk hasil ektraksi yang lebih


(52)

32

Pada penelitian selanjutnya, perlu dipertimbanngkan penggunaan ekstrak

kering etil asetat tomat tunggal tanpa campuran talkum sebagai bahan pengering.

Hal ini mengingat adanya kemungkinan interaksi yang tidak dapat diprediksi

antara talkum dengan ekstrak kental etil asetat tomat maupun dengan basis krim.

Ekstrak kering etil asetat tomat dapat diperoleh dengan cara freeze drying.

B. Uji Kualitatif Antioksidan Ekstrak Tomat

Metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) sangat luas digunakan

untuk menguji kemampuan suatu senyawa yang bekerja sebagai penangkap radikal bebas atau donor hidrogen, dan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan.

Dasar dari metode ini adalah kemampuan suatu senyawa untuk bereaksi dengan

radikal bebas DPPH. Ekstrak tomat dapat diuji kualitatif dengan menggunakan

metode ini untuk mengetahui apakah ekstrak tomat memiliki aktivitas antioksidan.

Hasil uji kualitatif antioksidan ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 5.

(a) (b)

Gambar 5. Hasil uji kualitatif antioksidan sesaat setelah pemberian DPPH (a) dan beberapa saat setelah pemberian DPPH (b)

Pada gambar 5, dapat terlihat perbedaan yang kasat mata pada kertas whattmann

sesaat setelah pemberian DPPH (a), dan kertas whattmann beberapa saat setelah

pemberian DPPH (b). Adanya perubahan warna kertas yang semula berwarna


(53)

ungu menjadi berwarna putih. Hal tersebut menandakan hilangnya radikal DPPH

karena adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak yang sebelumnya telah ditotolkan

di tengah kertas. Berikut ini adalah reaksi dari DPPH dengan suatu antioksidan:

Gambar 6. Reaksi DPPH dengan antioksidan (Moon dan Shibamoto, 2009)

Pada gambar 6, radikal DPPH yang berwarna ungu akan berubah menjadi suatu

senyawa lain akibat bereaksi dengan suatu antioksidan. Senyawa hasil reaksi

antara radikal DPPH dengan suatu antioksidan tidak lagi memberikan warna

ungu. Dengan demikian, ekstrak kental tomat dapat dikatakan memiliki aktivitas

antioksidan secara kualitatif. Sebaiknya perlu dilakukan pengujian kadar

kandungan dari ekstrak tomat untuk mengetahui kejelasan dari efektivitas sediaan

yang akan diformulasikan.

C. Pembuatan Krim Ekstrak Tomat

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai

(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Tomat

mengandung likopen, -, -, -, -karoten, zeaxanthin, lutein, neurosporene, phytoene, dan phytofluene (Nour dkk, 2012). . Likopen diketahui sebagai senyawa


(54)

34

yang mudah terabsorbsi bila digunakan secara topikal karena sifatnya yang larut

lemak dan ukuran molekulnya yang relatif kecil. Satu-satunya kerugian yang

diperoleh dari penggunaan likopen secara topikal adalah perubahan warna kulit

menjadi kemerahan (Narendran dkk, 2013). Sediaan krim yang mengandung

ekstrak tomat dapat memiliki rentang konsentrasi bahan aktif bervariasi 1-25%

(Ryngler-Lwensztain, 2012), untuk itu digunakan konsentrasi zat aktif berupa

ekstrak kental etil asetat tomat sebesar 1%. Namun pada penelitian selanjutnya,

diharapkan dapat dilakukan orientasi dosis ekstrak pada sediaan untuk

menemukan dosis efektif.

Pada dasarnya setiap sediaan farmasi terdiri dari zat aktif dan

eksipien-eksipiennya. Zat aktif yang digunakan dalam formulasi krim ini adalah ekstrak

tomat. Selain zat aktif, eksipien juga memegang posisi penting dalam suatu

formula. Eksipien yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus

memiliki kemampuan untuk: 1) meningkatkan kelarutan zat aktif; 2) mengatur

pelepasan dan permeasi obat; 3) meningkatkan aspek estetika sediaan; 4)

meningkatkan stabilitas obat dan formulasi; serta 5) mencegah kontaminasi dan

pertumbuhan mikroba (Heather dan Adam, 2012). Pada penelitian ini, Tween 80

berfungsi sebagai surfaktan, sedangkan PEG 6000 berfungsi sebagai basis dan

emulsion stabilizer (Różańska dkk, 2012).

Proses pembuatan krim dimulai dengan cara mencampurkan

masing-masing bahan berdasarkan kelarutannya. Bahan-bahan yang larut dalam minyak

dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut minyak, kemudian campuran ini

disebut fase minyak (asam stearat). Bahan-bahan yang larut dalam air


(55)

dicampurkan dengan sesama bahan-bahan larut air, kemudian campuran ini

disebut fase air (PEG 6000, propilen glikol, TEA, Tween 80, dan nipagin).

Apabila ada bahan yang berupa padatan, pencampuran dapat dilakukan dengan

cara melelehkan bahan tersebut pada suhu yang sesuai. Pada penelitian ini

digunakan suhu ±70oC untuk pelelehan asam stearat dan PEG 6000. Pencampuran

kedua fase selanjutnya dilakukan pada wadah hangat untuk mencegah pembekuan

segera. Ekstrak kering dimasukkan sesaat sebelum penambahan aquadest untuk

meningkatkan homogenitas sediaan. Pencampuran dilakukan dengan

menggunakan mixer selama 1 menit dengan tujuan untuk mendapatkan kecepatan

pengadukan yang konstan. Sebab, kecepatan pengadukan dapat menjadi faktor

yang ikut mempengaruhi sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak tomat.

Pada sediaan topikal, asam stearat yang dicampurkan dengan alkali

trietanolamin (TEA) hingga kondisi netral akan dapat membentuk massa

menyerupai seperti krim ketika dicampurkan dengan air. Sabun dari asam stearat

dapat berfungsi sebagai emulsifying agent.

Kulit memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5. pH sediaan tidak hanya

mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam sediaan, tetapi dapat juga

berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini harus diformulasikan pada

rentang pH tersebut. Oleh karena itu, perlu ditambahkan basa amin untuk

meningkatkan pH sediaan, yakni dengan penambahan trietanolamin (TEA)


(56)

36

Nipagin dipilih karena memiliki spektrum yang luas, stabil pada sediaan

berair dengan pH 3-6, stabil dalam proses sterilisasi dengan autoklaf,

non-mutagenik, non-karsinogenik dan non-teratogenik (Rowe dkk, 2009).

Surfaktan (emulsifying agent) yang digunakan dalam pembuatan krim

ekstrak tomat ini adalah Tween 80. Tween 80 digunakan secara luas pada

kosmetik sebagai emulsifying agent (Smolinske, 1992). Tween 80 digunakan

sebagai emulsifying agent pada emulsi topikal tipe minyak dalam air (M/A), dan

berfungsi sebagai emulifying agent pada rentang konsentrasi 1-15% (Rowe dkk,

2009).

Basis yang akan digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini

adalah PEG 6000. Krim yang baik hendaknya memenuhi kriteria aman, nyaman,

dan efektif. PEG bersifat stabil di udara dan tidak mengiritasi kulit. PEG

merupakan bahan larut air dan mudah dihilangkan dari kulit hanya dengan

pencucian, sehingga banyak digunakan sebagai basis salep (Rowe dkk, 2009).

Emulsi merupakan suatu sistem yang kurang stabil secara termodinamis

(Voorhees, 1985). Oleh karena itu, diperlukan adanya bahan-bahan yang mampu

meningkatkan stabilitas emulsi. PEG juga dapat berfungsi sebagai emulsion

stabilizer (Różańska dkk, 2012).

Propilen glikol berfungsi sebagai humektan pada sediaan topikal.

Humektan ini dapat menjaga kelembaban kulit dengan mekanisme menyerap

lembab yang ada di lingkungan (Rowe dkk, 2009).

Sebelum melakukan proses optimasi, perlu dilakukan orientasi formula

terlebih dahulu. Proses orientasi formula ini bertujuan untuk melihat apakah


(57)

faktor yang akan diteliti mampu memberikan perubahan respon yang linear

sekaligus menentukan level rendah dan level tinggi dari faktor yang akan

digunakan. Grafik hasil orientasi jumlah Tween 80 terhadap respon viskositas dan

ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8.

Gambar 7. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas

Gambar 8. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap ukuran droplet 0 50 100 150 200 250 300

0 2,5 5 7,5 10 12,5 15

Vi sko si ta s (d .Pa .s )

Jumlah Tween 80 (g)

Pengaruh Tween 80 terhadap

Viskositas Krim

20 25 30 35 40 45

0 2,5 5 7,5 10 12,5 15

U ku ra n d ro p le t ( μ m)

Jumlah Tween 80 (g)

Pengaruh Tween 80 terhadap Ukuran

Droplet Krim


(58)

38

Pada gambar 7 dan gambar 8, dapat dilihat bahwa jumlah Tween 80 memberikan

pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak tomat. Pada

gambar 7, diketahui bahwa pada Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5 gram, dan 7,5

gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas krim ekstrak

tomat. Pada gambar 8, diketahui pula bahwa Tween 80 sejumlah 2,5 gram, 5

gram, 7,5 gram, dan 10 gram memberikan perubahan yang linear terhadap ukuran

droplet krim ekstrak tomat. Oleh karena itu, dapat ditentukan level rendah dan

level tinggi dari penggunaan Tween 80 sebagai surfaktan dalam optimasi krim

ekstrak tomat. Dari gambar 7 dan gambar 8, diperoleh irisan jumlah Tween 80

sebesar 2,5 gram (level rendah) hingga 7,5 gram (level tinggi).

Orientasi level rendah dan level tinggi juga dilakukan untuk faktor PEG

6000. Grafik hasil orientasi jumlah PEG 6000 terhadap respon viskositas dan

ukuran droplet krim ekstrak tomat dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.

Gambar 9. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap viskositas 0 50 100 150 200 250 300

0 2 4 6 8 10 12

Vi sko si ta s (d .Pa .s )

Jumlah PEG 6000 (g)

Pengaruh PEG 6000 terhadap

Viskositas Krim


(59)

Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh PEG 6000 terhadap ukuran droplet

Pada gambar 9 dan gambar 10, dapat dilihat bahwa jumlah PEG 6000

memberikan pengaruh pada respon viskositas dan ukuran droplet krim ekstrak

tomat. Pada gambar 9, diketahui bahwa pada PEG 6000 sejumlah 2 gram, 4 gram,

6 gram, dan 8 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas

krim ekstrak tomat. Pada gambar 10, diketahui pula bahwa PEG 6000 sejumlah 2

gram, 4 gram, dan 6 gram memberikan perubahan yang linear terhadap respon

ukuran droplet krim ekstrak tomat. Dari gambar 9 dan gambar 10, diperoleh irisan

jumlah Tween 80 sebesar 2 gram (level rendah) hingga 6 gram gram (level

tinggi).

D. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim Ekstrak Tomat 1. Uji organoleptis

Krim ekstrak tomat yang dihasilkan diamati secara organoleptis, meliputi

warna, bau, dan homogenitas. Pengamatan organoleptis ini penting terkait

20 25 30 35 40

0 2 4 6 8 10 12

U ku ra n d ro p le t ( μ m)

Jumlah PEG 6000 (g)

Pengaruh PEG 6000 terhadap Ukuran

Droplet Krim


(60)

40

acceptability dari krim itu sendiri. Hasil pengamatan uji organoleptis krim ekstrak

tomat dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Data uji organoleptis krim ekstrak tomat

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Putih-oranye Putih-oranye Putih-oranye Putih-oranye Bau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Berdasarkan tabel V, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan krim ekstrak tomat

yang dihasilkan memiliki warna putih-oranye, tidak berbau, dan homogen.

Homogenitas ditunjukkan dengan tidak adanya partikel kasar yang terlihat secara

kasat mata pada krim maupun terasa saat dioleskan pada kulit. Dari hasil tersebut,

diharapkan krim ekstrak tomat yang dibuat dapat memenuhi aspek acceptability.

2. Uji tipe emulsi

Penentuan tipe emulsi dilakukan untuk mengetahui apakah emulsi yang

terbentuk pada krim ekstrak tomat merupakan tipe air dalam minyak (A/M) atau

minyak dalam air (M/A). Pada penelitian ini, diharapkan krim ekstrak tomat

dengan tipe M/A, karena krim tipe ini mudah dicuci serta nyaman saat digunakan.

Hasil pengujian tipe emulsi krim ekstrak tomat dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Data uji tipe emulsi krim ekstrak tomat

Formula Tipe emulsi

F1 M/A

Fa M/A

Fb M/A

Fab M/A

Berdasarkan tabel VI, dapat dilihat bahwa krim ekstrak tomat yang dihasilkan

memiliki tipe emulsi M/A untuk tiap formulanya. Data tersebut diperoleh dari

kenampakan gambar mikroskopik pengujian tipe emulsi dengan penambahan

methylene blue sebagaimana terlihat pada lampiran 11.4.


(61)

Pada lampiran 11.4, terlihat bahwa semua formula krim ekstrak tomat

memiliki tipe emulsi M/A. Hal tersebut ditunjukkan dengan warna biru pada fase

luar. Methylene blue yang larut dalam air akan terlarut pada fase luar yang

merupakan air sehingga memberikan warna biru pada hampir keseluruhan

kenampakan gambar mikroskopik. Droplet-droplet yang terbentuk terlihat tidak

berwarna biru sebagaimana warna biru pada fase luar. Hal ini dikarenakan fase

yang ada di dalam droplet merupakan fase minyak sehingga methylene blue tidak

akan terlarut di dalamnya.

3. Uji pH

Hasil uji pH dari sediaan krim ekstrak tomat menggunakan indikator

kertas pH universal dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. pH krim esktrak tomat setelah 48 jam

Formula 48 jam (pH)

F1 6 ±0

Fa 6 ±0

Fb 6 ±0

Fab 6 ±0

Hasil pada tabel VII menunjukkan pengamatan pH pada setiap formula relatif

sama, yaitu pH 6. Kulit memiliki rentang pH antara 5 dan 6,5. Dijelaskan pula

bahwa pH sediaan tidak hanya mempengaruhi solubilitas dan stabilitas obat dalam

sediaan, tetapi dapat juga berpotensi menimbulkan iritasi, sehingga sediaan ini

harus diformulasikan pada rentang pH tersebut (Heather dan Adam, 2012). Pada

pH 6, sediaan diharapkan tidak mengiritasi dan dapat digunakan pada kulit


(62)

42

4. Uji daya sebar

Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari bentuk sediaan

topikal dan bertanggungjawab terhadap penghantaran obat ke tempat aksi,

kemudahan penggunaan, ekstrudabilitas dari kemasan dan yang paling penting,

penerimaan oleh pasien (Garg dkk, 2002). Oleh karena itu, daya sebar menjadi

salah satu sifat fisis yang penting untuk diuji. Hasil dari uji daya sebar krim

ekstrak tomat pada 48 jam setelah pembuatan dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Daya sebar (x± SD) krim esktrak tomat setelah 48 jam

Formula 48 jam (cm)

F1 5,53 ±0,42

Fa 3,43 ±0,97

Fb 3,93 ±0,21

Fab 5,23 ±0,25

Berdasarkan tabel VIII, dapat dilihat bahwa krim ekstrak tomat menghasilkan

respon daya sebar yang berbeda-beda tiap formula. Daya sebar tertinggi dimiliki

oleh formula 1 (F1) dan daya sebar terendah dimiliki formula a (Fa). Krim

diharapkan memiliki rentang daya sebar 5-7 cm (Garg dkk, 2002). Dengan

demikian, hanya formula 1 (F1) dan formula ab (Fab) yang dapat dikatakan

memenuhi rentang daya sebar yang diharapkan. Sedangkan, formula a (Fa) dan

formula b (Fb) tidak memenuhi kriteria daya sebar.

5. Uji viskositas

Sebagian besar sediaan semi solid yang diaplikasikan untuk kulit,

viskositas biasanya digunakan untuk melihat sifat alir, karena viskositas dari suatu

produk dapat mengindikasikan perubahan stabilitas fisik dari produk tersebut

(Heather dan Adam, 2012).


(63)

Pengamatan viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim. Hal ini

dimaksudkan agar krim sudah membentuk sistem yang stabil, yakni tidak

terpengaruh oleh suhu maupun pengadukan saat pembuatan. Pengukuran

viskositas juga dilakukan kembali setelah 28 hari penyimpanan dan pada setiap

minggunya untuk melihat profil viskositas dan pergeseran viskositasnya. Hasil

pengamatan viskositas krim ekstrak tomat setiap minggu dapat dilihat pada tabel

IX.

Tabel IX. Viskositas (x ± SD) krim esktrak tomat pada 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari setelah pembuatan

Formula 48 jam (d.Pa.s) 7 hari (d.Pa.s) 14 hari (d.Pa.s) 21 hari (d.Pa.s) 28 hari (d.Pa.s)

F1 105,0 ±15,0 105,0 ±5,0 100,0 ±10,0 78,3 ±10,4 75,0 ±5,0 Fa 135,0 ±30,0 140,0 ±31,2 136,7 ±15,3 150,0 ±10,0 138,3 ±12,6 Fb 125,0 ±22,9 128,3 ±18,9 111,7 ±7,6 108,3 ±10,4 96,7 ±15,3 Fab 195,0 ±15,3 183,3 ±10,4 175,0 ±5,0 178,3 ±7,6 158,3 ±7,6 Grafik viskositas krim tiap formula yang diukur setiap minggu untuk

melihat pergeseran viskositasnya dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Grafik viskositas krim tiap minggu 0 50 100 150 200 250

0 1 2 3 4 5

Vi sk o si ta s (d .P a .s )

Lama penyimpanan (minggu)

Grafik Perubahan Viskositas

F1 Fa Fb Fab


(64)

44

Pada gambar 11, terlihat bahwa viskositas tiap formula memiliki kecenderungan

untuk menurun hingga lama penyimpanan 28 hari. Hal ini membuktikan bahwa

terjadi pergeseran viskositas dari masing-masing formula. Hasil pengamatan

viskositas pada 48 jam dibandingkan dengan viskositas pada 28 hari penyimpanan

kemudian dihitung persen pergeseran viskositas masing- masing formula . Hasil

dapat dilihat pada tabel X. Instabilitas dari sediaan krim dapat dipengaruhi oleh

perubahan suhu tempat penyimpanan.

Tabel X. % Pergeseran viskositas (x ± SD) krim ekstrak tomat Formula Viskositas setelah 48

jam penyimpanan (d.Pa.s)

Viskositas setelah 28 hari penyimpanan

(d.Pa.s)

% Pergeseran viskositas

F1 105,0 ±15,0 75,0 ±5,0 28,6 Fa 135,0 ±30,0 138,3 ±12,6 2,5 Fb 125,0 ±22,9 96,7 ±15,3 22,7 Fab 195,0 ±15,0 158,3 ±7,6 18,8

Berdasarkan tabel X, masing-masing formula memang mengalami pergeseran

viskositas yang berbeda-beda besarnya. Pergeseran viskositas yang terjadi pada

formula 1 (F1), formula b (Fb), dan formula ab (Fab) tergolong cukup besar. Hal

ini menandakan bahwa formula modifikasi yang dilakukan oleh peneliti kurang

reprodusibel dikarenakan faktor-faktor pengacau tak terkendali. Beberapa contoh

faktor pengacau tak terkendali tersebut adalah proses saponifikasi asam stearat

oleh alkali, perubahan suhu maupun kelembaban ruangan tempat menyimpan

krim ekstrak tomat.

6. Uji ukuran droplet

Pengamatan ukuran droplet dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim. Hal

ini dimaksudkan agar krim sudah membentuk sistem yang stabil, yakni tidak


(1)

4. Uji tipe emulsi

Formula 1 Formula a


(2)

5. Uji pH

6. Uji viskositas


(3)

8. Uji iritasi

Kontrol positif Kontrol negatif

F1 Fa


(4)

9. Krim ekstrak tomat setelah pembuatan

Krim F1 R1 Krim F1 R2 Krim F1 R3

Krim Fa R1 Krim Fa R2 Krim Fa R3

Krim Fb R1 Krim Fb R2 Krim Fb R3


(5)

10. Krim ekstrak tomat setelah penyimpanan 28 hari

Krim F1 R1 Krim F1 R2 Krim F1 R3

Krim Fa R1 Krim Fa R2 Krim Fa R3

Krim Fb R1 Krim Fb R2 Krim Fb R3


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Ega Mantyas lahir di Yogyakarta pada tanggal 22 Juli 1992, merupakan anak kedua putra pertama dari dua bersaudara lahir dari pasangan Bapak Iman Santoso dan Ibu Hestuningtyas. Penulis memulai pendidikan di TK Tarakanita Bumijo pada tahun 1996-1998, SD Tarakanita Bumijo pada tahun 1998-2004, SMP Stella Duce 1 Dagen pada tahun 2004-2007, SMA Kolese De Britto pada tahun 2007-2010, dan Program Studi S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2010-2013. Selama menempuh pendidikan S1, penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum Kimia Dasar (2011), Kimia Organik II (2012), dan Kimia Analisis (2012). Penulis juga terlibat dalam beberapa kepanitiaan, seperti anggota Divisi

Quality Control DPMF 2011-2012, anggota Divisi Akomodasi IPSF Student

Exchange Program 2011, dan anggota Divisi Perlengkapan Pengambilan Sumpah

/ Janji Apoteker Baru Angkatan XXIV. Penulis merupakan ketua kelompok Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos dibiayai DIKTI pada tahun 2013. Penulis juga pernah menjadi peserta dalam Olimpiade Nasional MIPA bidang kimia tingkat Kopertis Wilayah V Yogyakarta pada tahun 2012 dan National Pharmacy Competition 2012.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan gliserin sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak batang Jarak Cina (Jatropha Multifida L.) dengan aplikasi desain faktorial.

2 9 111

Pengaruh SPAN 80 dan TWEEN 80 sebagai surfaktan terhadap sifat fisis dan stabilitas fisis emulsi ekstrak etanol biji kluwak dengan aplikasi desain faktorial.

2 56 145

Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial.

2 37 139

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial.

0 3 120

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Pengaruh texapon® n70 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

1 23 137

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan peg 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan metode desain faktorial

1 3 118

Pengaruh tween 80 sebagai surfaktan dan PEG 6000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat tomat dengan desain faktorial

8 63 110

Efek span 80 dan tween 80 sebagai emulgator terhadap sifat fisis dan stabilitas emulsi oral A/M ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 150

Pengaruh Texapon® N70 sebagai Surfaktan dan PEG 4000 sebagai basis terhadap sifat fisis dan stabilitas krim ekstrak etil asetat buah tomat dengan metode desain faktorial - USD Repository

0 0 115