ART Dyah RP, Rahmat W Hambatan Komunikasi fulltext

(1)

130 HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM FILM

Oleh:

Dyah Retno Pratiwi

Rahmat Wisudawanto

ABSTRACT

Int er cul t ur al communicat ion act ivit y w ould cer t ainly not be separ at ed fr om t he cult ur al bar r ier s t hat exist t her ein. This is due t o t he differ ence of values embr aced by bot h cult ur es t hat mut ually cont act each ot her . This r esear ch aims t o analyze how communicat ion bar r ier s bet w een cult ur es is happening bet w een Anna char act er t hat comes fr om t he Unit ed Kingdom and King Mongkut 's as w ell as t he people t hat came fr om Thailand using t he film Anna and The King as i t s object . Scenes i n t he film w ill be analyzed in qualit at ive descr ipt i ve. The r esult s of t he analysis show ed t hat t he communicat ion bar r ier s bet w een cul t ur es t hat happened t o incl ude t he r esist ance bar r ier s of per cept ion, ver bal and non ver bal bar r ier s.

Keywords: Film, communication bar r ier s betw een cul tur es

1. PENDAHULUAN

Per kembangan t eknologi yang semakin pesat mengakibat kan per kembangan komunikasi yang semakin luas. Hal ini disebabkan kar ena dalam per kembangan t eknologi past i diikut i dengan per kembangan komunikasi. Per kembangan t eknologi sendir i hadir dengan semakin besar nya t unt ut an ber komunikasi. Oleh kar ena it u, t idaklah mengher ankan jika per kembangan t eknologi yang begit u pesat adalah bagian dampak dar i t unt ut an komunikasi yang semakin luas. Seir ing dengan pesatnya


(2)

131

per kembangan t eknologi maka bent uk-bent uk komunikasi juga ikut ber ubah. Komunikasi yang aw alnya ber jalan dengan car a t r adisional yang memakan w akt u lama sudah ber kembang at au malah dapat dikat akan t elah ber ubah dengan adanya t eknologi. Hadirnya t eknologi memungkinkan or ang unt uk melakukan per jalanan jar ak jauh secar a singkat sehingga komunikasi yang dahulu t er halang oleh jar ak semakin t idak nampak ber kendala pada er a sekar ang ini.

Akt ivit as komunikasi yang t er dukung dengan per kembangan t eknologi dew asa ini sudah menunjukkan per kembangan yang signifikan. Komunikasi yang ber kembang dengan hadirnya par tisipan komunikasi pada suat u t empat sekar ang sudah ber ubah t anpa har us melalui t at ap muka. Bahkan, hadir nya t eknologi mengakibat kan pemanfaat an media dalam ber komunikasi juga semakin luas. Media komunikasi yang ber upa media cat ak dan elekt r onik mer upakan hasil dar i per kembangan t eknologi yang secar a t idak sadar memungkinkan kit a unt uk ber komunikasi lint as pulau, negar a at au bahkan benua t anpa t er kendala w akt u. Akan t et api, dalam pelaksanaan komunikasi ant ar pulau, negar a at au benua t idak mungkin lepas dar i hambat an yang ada. Kar ena komunikasi t er sebut melibat kan budaya yang ber beda maka dalam pelaksanaannya t ent unya akan menimbulkan hambat an t er sendiri. Har us diakui bahw a budaya menent ukan car a kit a ber komunikasi, t opik – t opic pembicar aan, siapa boleh ber bicar a at au ber t emu dengan siapa, bagaimana dan kapan, bahasa t ubuh, konsep r uang, makna w akt u dan sebagainya sangat ber gant ung pada budaya. Ver der bar dalam Febr iyant i (2014). Dengan adanya per bedaan t opik, makna w akt u, bahasa t ubuh yang ber beda ant ar a sat u dengan yang lainnya maka hambat an komunikasi ant ar budaya tidak mungkin dapat dihindar i lagi.

Sement ar a it u, Ting-Toomey (2005) menyat akan bahw a dalam pr oses komunikasi ant ar budaya, par a par t isipan komunikasi juga ber ada dalam sit uasi t ert ent u pula yang juga mempengar uhi bagaimana mer eka melakukan penyandian dan penyandian balik pesan. Dalam akt ivit as komunikasi ant ar


(3)

132

budaya t ent unya menyebabkan per t ukar an pesan sehingga membuat hambat an komunikasi yang t idak kecil har us dihadapai oleh par a pelaku komunikasinya. Dengan kat a lain, dalam komunikasi ant ar budaya t ent unya hambat an yang akan dihadapi oleh par t isipan dalam ber komununikasi akan lebih besar . Hal ini disebabkan kar ena nilai yang diyakini oleh sebuah budaya yang sat u budaya dengan budaya yang lainnya t idaklah sama. Ber angkat dar i keyakinan ant ar a nilai yang ber beda inilah maka kasus komunikasi ant ar budaya manjadi syar at akan at ur an nilai yang dibaw a oleh masing- masing budaya. Oleh sebab it u, komunikasi ant ar budaya dapat ber jalan dengan har monis apabila masing-masing pelaku komunikasi mampu menjaga nilai at au menget ahui sopan sant un dalam ber komunikasi dalam sebuah budaya.

Salah sat u objek yang memuat kasus komunikasi ant ar budaya adalah film. Film yang mana mer upakan sebuah alat at au media penyampai infor masi menjadikan kedudukannya sangat pent ing dalam penyampaian budaya. Dalam hal ini, film mer upakan alat penyampain budaya yang biak. Melalui film kit a dapat belajar dengan mudah budaya or ang lain dengan biaya yang mur ah dan w akt u yang t idak mengikat . Oleh kar ena it u, film mer upakan alat komunikasi lint as bangsa dan benua dimana kit a akan mudah ment r ansfer infr omasi. Dengan demikian, makalah ini akan ber usaha membahas hambat an komunikasi ant ar budaya dalam film Anna and The King dengan menggunakan adegan ser t a t ut ur an ant ar a t okoh Anna dan King Moungkout ser t a masyar akat Thailand sebagai dat anya.

Penelit ian ini ingin mengkaji mengenai apa sajakah jenis-jenis hambat an komunikasi ant ar budaya yang ada dalam komunikasi ant ar a tokoh Anna dan King Moungkout ser t a masyar akat Thailand dalam film Anna and The King?


(4)

133

2. TELAAH PUSTAKA 2.1 Komunikasi

Ter dapat beber apa penger t ian t ent ang komunikasi yang dikemukakan par a ahli salah sat unya adalah definisi komunikasi yang dikemukakan oleh James A.F.St oner dalam Widjaja (1986) yang menyat akan bahw a komunikasi adalah pr oses dimana seseor ang ber usaha member ikan penger t ian dengan car a pemindahan pesan. Dar i definisi diat as dapat disimpulkan bahw a komunikasi adalah sebuah kegiat an pemindahan pesan yang dilakukan seseor ang dalam r angka pemahamman. Sejalan dengan definisi komunikasi yang diucapkan oleh James A.F.St oner , Rahmat (2002:52) menyat akan bahw a komunikasi diar tikan sebagai pr oses pember it ahuan dar i sat u pihak kepihak yang dapat ber upa r encana-r encana, inst r uksi-inst r uksi, pet unjuk-pet unjuk, sar an-sar an dan sebagainya. Dalam definisinya, Rahmat lebih jelas memapar kan t ent ang bent uk pesan yang dipindahkan dar i sat u pihak ke pihak yang lain. Bent uk pesan yang dipindahkan menur ut definisi komunikasi yang dikemukakan oleh Rahmat ber upa r encana-r encana, inst r uksi-inst r uksi, pet unjuk-pet unjuk, sar an-sar an dan sebagainya. Dengan demikian, dar i ke dua definisi komunikasi diat as dapat disimpulkan bahw a komunikasi adalah kegit an pemindahan pesan yang bar upa r encana-r encana, inst r uksi-inst r uksi, pet unjuk-pet unjuk, sar an-sar an dan sebagainya dar i sat u pihak ke pihak yang lainnya.

2.2 Pr oses komunikasi

Pr oses ber isi ser angkaian t ahapan yang har us dit empuh unt uk dapat mencapai sebuah t ujuan t er tent u. Sama halnya dengan pr oses komunikasi, dalam pr oses komunikasi t er dapat t ahapan-t ahapan yang menjadikan pr oses komunikasi ber jalan dengan baik. Pr oses komunikasi diaw ali dar i adanya t ahapan pengiriman pesan oleh komunikat or dan yang kemudian pesan


(5)

134

t er sebut dit er ima oleh komunikan yang dihar apkan t er dapat adanya efek t er hadap pesan yang diber ikan t er sebut . Ber ikut mer upakan unsur -unsur dalam komunikasi menur ut Joseph de Vit o, K. Ser eno, dan Er ika Vor a (dalam Cangar a, 2012:27)

Gambar 1. Unsur dalam Pr oses Komunikasi

a. Sumber (Sour ce)

Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam r angka memper kuat pesan. Sumber bisa t er dir i dar i sat u or ang t api juga bisa dalam bent uk kelompok misal seper t i par t ai, lembaga at au or ganisasi. Sumber ser ing disebut pengir im, komunikat or , at au dalam bahasa Inggr isnya disebut sour ce, sender at au encoder .

b. Pesan (Message)

Pesan yang dimaksud dalam pr oses komunikasi adalah sesuat u yang disampaikan pengir im kepada pener ima. Pesan dapat disampaikan dengan car a t at ap muka at au melalui media komunikasi. Dalam bahasa Inggr is pesan biasanya dit er jemahkan dengan kat a message, cont ent , at au infor mat ion.

c. Salur an Media (Channel)

Salur an media yang dimaksud disini adalah alat yang dipakai unt uk memindahkan pesan dar i sumber kepada pener ima. Beber apa cont oh salur an komunikasi yait u t elepon, sur at , t elegr am, kor an, majalah, buku, br osur dan int er net .

SUMBE

PESAN

MEDIA

PENERIM

EFEK

UMPAN BALIK


(6)

135

d. Pener ima (Receiver)

Pener ima mer upakan pihak yang menjadi sasar an pesan yang dikir im oleh sumber . Pener ima bisa t er dir i dar i sat u or ang at au lebih, bisa dalam bent uk kelompok, par t ai, at au Negar a

e. Hasil/ pengar uh (Effect)

Effect adalah hasil akhir dar i suat u komunikasi, yakni sikap dan t ingkah laku or ang, sesuai at au t idak dengan yang kit a inginkan sebelum dan set elah mener ima pesan.

f. Umpan Balik (Feedback)

Feedback mer upakan t anggapan at as pesan yang diter ima r eceiver . Ada yang ber anggapan bahw a feedback sebenar nya adalah salah sat u bent uk dar ipada pengar uh yang ber asal dar i pener ima, akan t et api sebenar nya feedback juga bisa ber asal dar i unsur lain seper t i pesan, dan media, meski pesan belum sampai pada pener ima.

g. Lingkungan

Lingkungan at au sit uasi mer upakan fakt or -fakt or ter t ent u yang dapat mempengar uhi jalannya komunikasi.

2.3 Komunikasi antar budaya

Dalam sub bab ini, definisi komunikasi ant ar budaya akan papar kan lebih lanjut dengan menggunakan definisi par a ahli. Ter dapat ber bagai macam definisi komunikasi ant ar budaya, salah sat unya adalah definisi komunikasi ant ar budaya yang diungkapkan oleh Devit o (2011). Dalam definisinya Devit o menyat akan bahw a Komunikasi ant ar budaya mer upakan komunikasi yang t er jadi di ant ar a or or ang dar i kult ur yang ber beda, yakni ant ar a or ang-or ang yang memiliki keper cayaan, nilai dan car a ber per ilaku kult ur al yang ber beda. Devinisi Devit o t er sebut diat as menjelaskan bahw a per bedaan


(7)

136

keper cayaan, nilai dan car a ber per ilaku yang ber beda mer upakan fakt or-fakt or yang menyebabkan t er jadinya komunikasi ant ar budaya. Sejalan dengan definisi komunikasi ant ar budaya yang dikemukakan oleh Devit o, St ew ar t dalam Mulyana (2001) mendefinisikan komunikasi ant ar budaya sebagai komunikasi yang t er jadi dibaw ah suat u kondisi kebudayaan yang ber beda bahasa, nor ma, adat dan kebiasaan.

Dar i definisi diat as maka dapat dilihat ket er kait an bahw a komunikasi ant ar budaya adalah komunikasi ant ar a sat u pihak dengan pihak yang lainnya dimana lat ar belakang sist em keper cayaan, nor ma dan nilainya ber beda. Kar ena adanya per bedaan nilai , nor ma dan sist em keper cayaan yang melat ar belakangi komunikasi ant ar budaya, maka dalam komunikasi ant ar budaya akan t imbul ber bagai macam hambat an-hambat an komunikasi ant ar budaya.

Selanjut nya, Novinger (2001) menyat akan bahw a dalam komunikasi ant ar budaya, r eaksi negat if dan evaluat if individu t er hadap sebuah budaya dapat mencipt akan hambat an komunikasi. Dalam hal ini r eaksi individu yang ber sifat evaluat if menyebabkan hadir nya hambat an komnikasi. Pada kasus ini yang menjadi fokus adalah r eaksi individu yang mer upakan hambat an yang muncul ket ika komunikasi anat ar budaya ter sebut t er jadi. Dengan demikian, ket ika seseor ang menilai negat if sebuah budaya maka dia akan mengalami hambat an dalam komunikasinya. Selain it u, Tr acy Novinger juga menambahkan bahw a hambat an komunikasi ant ar budaya dapat dibagi dalam t iga jenis, yakni hambat an per sepsi, hambat an ver bal dan hambat an nonver bal.

Dalam penjelasannya Tr acy Novinger menyat akan bahw a hambat an per sepsi meliputi w ajah (face), nilai (values), dan pandangan dunia (wor ldview). Wajah (face) mer upakan nilai at au per t ahanan seseor ang t er hadap pandangan di depan or ang lain. Dengan kat a lain, w ajah lebi h mer ujuk kepada har ga dir i sehingga seseor ang akan dapat menjaga har ga dir inya manakala sesor ang it u dapat memper t ahankan pandangan posit if di


(8)

137

depan or ang lain. Sejalan dengan per nyat aan t ersebut Samovar , Por t er & McDaniel (2010 :259). Menyat akan bahw a dalam hal ini w ajah sebagai salah sat u hambat an pr esepsi lebih banyak t er kait dengan bagaimana seseor ang ingin or ang lain melihat t er hadap dir inya, yang dipengar uhi dar i int er aksi sosial, dan lain sebagainya, sehingga hal ini bisa diper oleh at au bisa hilang. Selain it u, fakt or hambat an pr esepsi yang lain dalam komunikasi lint as budaya dipengar uhi oleh adanya per bedaan nilai. Salah sat u nilai yang ada dalam masyar akat dapat diamat i melalui agama at au sist em keper cayaan yang dianut at au ber laku dalam masyar akat . Nilai agama yang ada dalam masyar akat muncul dalam bent uk pola dan pandangan hidup. Bahkan, Fer r ar o dalam Samovar , Por t er & McDaniel(2010) menambahkan bahw a pengar uh agama dapat dilihat dar i jalinan semua budaya, kar ena hal ini ber sifat dasar . Dengan demikian, Nilai agama ini juga ber pengar uh pada car a pandang (wor ldview) yang meliput i bagaimana or ient asi budaya t er hadap Tuhan, alam, kehidupan, kemat ian dan alam semest a, ar t i kehidupan dan keber adaan.

Selain hambat an pr esepsi dalam hambat an komunikasi ant ar budaya juga disebabkan oleh adanya per bedaan sikap (ver bal dan non ver bal), Novinger (2001:42) menyat akan bahw a sikap mer upakan r anah psikologis yang secar a jelas memengar uhi per ilaku dan menyimpangkan per sepsi. Oleh kar ena it u, per ilaku yang dilakukan oleh seseor ang at au bahkan penyimpangan pr esepsi yang ada pada dir i seseor ang adalah pengar uh dar i sikap yang dimiliki or ang t er sebut . Lebih lanjut , Ting-Toomey (2005) mengklasifikasikan sikap dalam dua aspek yait u kognit if dan afekt if. . Aspek kognitif mer ujuk pada keinginan unt uk menahan pendapat yang ber sifat et nosent r is dan kesiapan unt uk mempelajar i mengenai isu per bedaan lint as budaya dengan pandangan t er buka. Dalam hal ini aspek kognit if dalam sikap ser ing dikat egor ikan sebagai hambat an yang ber upa ver bal. Adapun hambat an yang ber upa non ver bal masuk dalam kat egor i aspek afekt if yang mer ujuk pada komit men emosional unt uk t er libat dalam par t isipasi per spektif kult ur al, dan pengembangan r asa empat i dalam memahami per bedaan kelompok kult ur al.


(9)

138

3. METODE PENELITIAN

Penelit ian ini menggunakan pendekat an deskr ipt if kualit at if unt uk menemukan hambat an-hambat an komunikasi ant ar budaya yang t er dapat dalam t okoh Anna dan King Maongkout ser t a masyar akat Thailand. Dalam t eknik pengumpulan dat a maka sebagai inst r umen ut ama dalam penelit ian kualit at if, penelit i berpar t isipasi pada sit uasi r iil, dan mendat angi subyek penelit ian, adapun t eknik pengumpulan dat a yang dilakukan dalam penelit ian ini ant ar a lain: obser vasi yat u penelit i t er jun langsung ke lapangan unt uk melakukan pengamat an dan pencat at an mengenai adegan-adengan dalam film Anna and The King yang mengandung hambat an komunikasi ant ar budaya. Selain it u, kajian isi dokument asi, penelit i melihat kembali dat a-dat a dar i dokument asi ber upa segala macam bent uk infor masi yang ber hubungan dengan penelit ian yang dimaksud dalam bent uk t er tulis.

Adapun dalam menganilisis dat a penelit ian ini menggunakan t eknik Analisis dat a Milles and Hubber man dalam Sut opo (2006).Teknik analisa dat a dalam penelit ian ini meliput i: Menelaah selur uh dat a yang t er sedia dar i ber bagai sumber , r eduksi dat a, memer iksa keabsahan dat a, melakukan penafsir an dat a dalam mengolah hasil sement ar a menjadi t eor i subst ansif, menyajikan Dat a.

4. PEMBAHASAN 4.1 Hambatan Pr esepsi

Jenis hambat an ini banyak di jumpai dalam adegan-adegan yang ada dalam film Anna and The King. Tr acy Novinger (2001) menyat akan bahw a hambat an per sepsi meliput i w ajah (face), nilai (values), dan pandangan dunia (wor ldview).Beber apa adegan yang masuk dalam kat egor i hambat an ini adalah


(10)

139

adegan dimana Anna melakukan pengor mat an t er hadap r aja mongkut dengan car a yang dimilikinya.

Pada gambar 2 dapat dilihat bahw a car a masyar akat Thailand member ikan penghor mat an kepada r aja menunjukkan sangat t ingginya kedudukan r aja dalam masyar akat Thiland. Masyar akat Thailand dilar ang unt uk melihat w ajah r aja secar a langsung, bahkan mer eka har us mensejajar kan t ubuhnya dengan t anah manakala ber hadapan dengan r aja. Hal ini sejalan dengan per nyat aan Tr acy Novinger (2001) yang menyat akan w ajah (face) mer upakan nilai at au per t ahanan seseor ang t er hadap pandangan didepan or ang lain.

Namun dalam gambar 3 dapat dilihat bahw a int er aksi sosial yang ada dalam masyar akat Thailand dimana har ga dir i r aja dijunjung t inggi nampaknya t idak ber laku bagi Anna. Anna yang mer upakan or ang Inggr is dimana lat ar belakang budaya Inggr is mer upakan budayanya mempunyai car a sendir i dalam menghor mat i seseor ang. Walaupun Inggr is juga dipimpin oleh seor ang r at u t et api dalam penghor mat annya r at u t idak disamakan dengan dew a at au Tuhan. Unt uk menghor mat i r at u, masyar akat di Inggr is cukup menundukkan

Gambar 2. Adegan dimana masyarakat Thailand memberikan penghormatan kepada King Mongkut .

Gambar 3. Adegan dimana Anna memberikan penghormatan kepada


(11)

140

sedikit badannya. Bahkan unt uk menghar gai seseor ang, masyar akat Inggris t idak per lu mensejajar kan t ubuhnya dengan t anah. Hal ini disebabkan kar ena dalam masyar akat Inggr is sangat menjunjung adanya nilai equlit y at au per samaan.

Dalam jenis hambat an ini salah sat u fakt or yang menonjol adalah adanya per bedan nilai yang dianut at au diyakini or ang yang ber int er aksi dalam komunikasi ant ar budaya t er sebut . Kar ena nilai mer upakan salah sat u pr oduk budaya maka hambat an akan nilai ini akan sangat t er asa ket ika budaya sat u dan budaya yang lainnya ber int er aksi sat u sama lain. Adegan diat as dikat egor ikan sebagai hambatan pr sepsi yang t er kat egor isasikan dalam hambat an nilai dimana Anna dit anya t ent ang per sonal quest ion (per t anyaan t er kait dengan kehidupan pr ibadinya). Dalam budaya t imur yang juga menjadi lat ar belakang budaya Siam at au Thailand mer upakan hal yang sopan ket ika seseor ang ber t anya per soalan pr ibadi. Bahkan, dalam masyar akat Thailand ber t aya t ent ang per t anyaan pr ibadi adalah sebuah kebiasaan. Namun demikian, hal ini t ent unya akan sangat ber beda dengan budaya Anna yang mer upakan or ang Inggr is. Dalam budaya Inggr is per sonal quest ion mer upakan hal yang har us dihindar i. Kar ena menur ut or ang Inggr is, menayakan per t anyaan pr ibadi mer upakan hal yang t idak sopan. Car a pandang yang

Gambar 4. Adegan dimana Anna ditanyai tentang “personal Question”


(12)

141

ber beda dalam hal nilai-nilai kesopanan ini mer upakan hambat an yang ser ing dit emukan dalam int er aksi ant ar budaya.

4.2 Hambatan Ver bal

Selain adanya hambat an nilai dan w ajah, hambat an sikap (at t it ude) juga mer upakan salah sat u bagian hambat an yang t er masuk dalam hambat an komunikasi ant ar budaya. Dalam hal ini Ting-Toomey (2005) mengklasifikasikan sikap (at t it ude) dalam dua aspek yait u kognit if dan afekt if. Aspek kognitif mer ujuk pada keinginan unt uk menahan pendapat yang ber sifat et nosent r is dan kesiapan unt uk mempelajar i mengenai isu per bedaan lint as budaya dengan pandangan t er buka. Sikap kognit if ini ser ing disebut dengan sikap ver bal. Dalam kajian ini nampak bahw a King Moungkut menaw ar kan r okok kepada Louis secar a ver bal. Sikap King Moungkut yang dit unjukkan secar a ver bal ini mendapat penolakan secar a t idak langsung dar i Anna yang adalah ibu dar i Louis. Louis yang mer upakan anak laki-laki dar i Anna belum diijinkan oleh Anna unt uk mer okok. Sikap yang Anna punyai dalam menent ang tindakan r aja ini ber angkat dar i nilai at au pr esepsi anna sebagai or ang Inggr is yang mempuyai keyakinan bahw a seseoar ng akan mengenal baik

Gambar 5. Tawaran merokok yang dilakukan King Mongkut kepada Louis


(13)

142

dan bur uk yang dia ker jakan sesuai dengan usianya. Dalam hal ini, Anna mengiginkan Louis unt uk menget ahui baik dan bur uknya mer okok sebelum memut uskan unt uk mer okok. Namun demikian, t ent unya hal ini ber beda dengan Raja Mongkut yang mempunyai keyakinan bahw a dalam mendidik anak, mer aka har us dibebaskan t anpa har us menget ahui baik dan bur uknya t indakan t er sebut .

Selain it u, hambat an komunikasi ant ar budaya yang ber sifat ver bal dalam penelit ian ini juga dapat dilihat dar i cont oh pada gambar 6. Adegan yang t er dapat dalam gambar nomor 6 adalah adegan dimana Anna diganggil dengan sapaan Sir at au Tuan oleh per dana ment r i Thailand.

Adegan yang selanjut nya dimana masih digolongkan kedalam jenis hambat an vebal adalah pember iaan sapaan Sir at au Tuan kepada Anna. Dalam masyar akat Thailand, hak unt uk dapat ber t emu r aja hanya dipunyai oleh kaum laki-laki. Int er aksi masyar akat Thailand melar ang kaum per empuan unt uk ber t emu dengan r aja. Oleh kar ena it u, r aja dalam masyar akat Thailand mempunyai kehor mat an yang t inggi. Melalui pembat asan kaum yang boleh ber t emu r aja secar a langsung mengindikasikan bahw a seor ang r aja di masyar akat Thai land menginginkan penghor mat an yang sangat t inggi dalam

Gambar 6. Adegan dimana Anna disapa dengan sapaan Sir atau Tuan oleh perdana Menteri


(14)

143

pelaksanaan int er aksi sosialnya. Hal ini dapat dilihat yait u dengan adanya pembedaan gender yang bisa menemui r aja. Dengan demikian, ket ika Anna yang adalah w anit a dipanggil dengan sapaan Sir at au sapaan unt uk or ang laki-laki ket ika hendak menemui r aja at au pejabat pemer int ahan yang lain, menunjukkan secar a ver bal bahw a t er dapat perbedaan kedudukan ant ar a kaum laki-laki dan per empuan dalam st r ukt ur masyar akat Thailand..

4.3 Hambatan non ver bal

Selanjut nya, Ting-Toomey (2005) juga mengklasifikasikan sikap dalam aspek afekt if. Aspek afekt if at au non ver bal mer ujuk pada komit men emosional unt uk t er libat dalam par t isipasi per spektif kult ur al, dan pengembangan r asa empat i dalam memahami per bedaan kelompok kult ur al. Didalam film Anna and The King yang digunakan sebagai bahan kajian dalam anaalisis makalah ini, aspek afektif at au non ver bal dapat dit emukan dalam memandang masalah per budakan.

Dalam memandang per budakan masyar akat Thailand menganggap bahw a per budakan mer upakan hal yang w ajar t er jadi dalam masyar akat nya. Hal ini dikar enakan sist em sosial masyar akat yang ada dalam budaya Thai land

Gambar 7. Dialog antara Anna dan Pangeran Chulalangkorn terkait dengan masalah perbudakan


(15)

144

sangat mendukung hal t er sebut . Dalam sist em masyar akat Thailand yang dipimpin oleh seor ang r aja dengan st r ukt ur sosial masyar akat yang ber st r at a maka mer upakan hal yang lazim jika t er dapat per budakan dalam masyar akat nya. Namun demikian, t er dapat per bedaan car a pandang at au pr espekkt if dalam memandang isu per budakan oleh budaya Inggr is yang t er r efleksikan dalam dir i Anna. Adegan dimana Anna ber usaha membebaskan seor ang budak di Thailand dengan car a member ikan t ebusan t er hadap majikan budak t er sebut mer upakan tindakan yang Anna lakukan ber dasar nilai yang dia anut . Dalam hal ini, nilai yang dipunyai masyar akat Inggr is yang menjunjung t inggi nilai equalit y at au kesamaan dan t idak membiar kan adanya sist em per budakan dalam masyar akat nya. Oleh kar ena it u, hal ini t ent unya akan menjadikan hambat an budaya manakala kedua belah pihak dengan lat ar belakang budaya yang ber beda melakukan int er aksi.

Adapun, dat a non ver bal lainnya yang dit emukan dalam analisis pada film ini adalah adanya sikap yang t er pengar uh oleh nilai yang dianut oleh masyar akat Thai land dalam hal ini khusunya King Mongkut . Dalam pr esepsi masyar akat Thai land unt uk menjaga gar is ket ur unan maka seor ang r aja har us mempunyai banyak anak. Tent unya dengan menghendaki anak yang banyak sebagai pener us gar is ket ur unan dan simbol akan kekuasaan maka r aja Thailand mempunyai banyak ist r i.


(16)

145

Car a pandang yang dit unjukkan melaui sikap bahw a laki-laki t idak hanya puas dengan sat u per empuan mengindikasikan bahw a ada hak unt uk laki-laki mempunyai ist r i lebih dar i sat u. Pr esepsi ini sekali lagi muncul dar i nilai yang ber laku pada masyar akat Thailand yang memandang bahw a unt uk dapat mener uskan gar is ket ur unan masyar akat har us mempunyai anak yang banyak yang diw ujudkan dengan memiliki banyak ist r i. Sement ar a it u, hal ini t idak ber laku pada budaya masyar akat Inggr is dimana Anna ber asal. Dalam nilai yang dianut oleh masyar akat Inggr is dapat dilihat bahw a seseor ang hanya menikah dengan sat u or ang per empuan. Apabila seseor ang t er sebut akan menikah dengan per empuan lain, maka dia akan mecer aikan ist r inya. Lebih lanjut , hal ini juga dapat diamat i dar i penguasa Inggr is yait u Rat u Elisabet h yang mana r at u Inggr is t er sebut hanya mempunyai sat u suami.

Per bedaan hambat an sikap afekt if (non ver bal) dalam film ini juga dapat diamat i dar i sikap Anna yang mengajar kan Louis unt uk memint a maaf ket ika melakukan kesalahan. Dalam budaya Inggr is sikap memint a maaf mer upakan bagian dar i pr esepsi mer aka dalam menghar gai or ang lain. Dalam memint a maaf, masyar akat inggir is bisa melakukan per mint aan maaf kepada

Gambar 6. Dialog antara Anna dan Pangeran Chulalangkorn terkait dengan masalah perbudakan


(17)

146

or ang yang lebih muda at au lebih t ua. Bahkan, dalam masyar akat Inggr is juga ber laku per w ujudan sikap memint a maaf baik dar i laki-laki keper empuan at aupun per empuan ke laki-laki. Akan t et api, sikap memint a maaf ini nampaknya ber beda dengan pr esepsi masyar akat Thailand t empat dimana Raja Mongkut ber kuasa. Per w ujudan sikap memint a maaf dalam budaya Thailand hanya ber laku bagi or ang yang lebih r endah kedudukannya t er hadap or ang yang t inggi kedudukannya sehingga dalam masayr akat Thai land r aja selalu dianggap benar . Hal ini dikar enakan r aja mempunyai kedudukan yang paling tinggi dimasayr akat sehingga r aja t idak per nah mer asa punya salah dan memint a maaf kepada masyar akat .

5. KESIMPULAN

Dar i papar an analisis diat as mala dapat disimpulkan bahw a hambat an komunikasi ant ar budaya yang dialami oleh t okoh anna ant ar a lain adalah hambat an pr esepsi, hambat an ver bal dan non ver bal,. Lat ar belakang budaya yang ber beda mengakibat kan adanya per bedaan syst em keper cayan, nilai ser t a nor ma yang ber laku dalam masayar akat . Bahkan, sikap sebagai r efleksi dar i nilai yang dianut juga akan ber beda dikar enakan per bedaan budaya. Per bedaan-per bedaan nilai, sikap dan w ajah it ulah yang menimbulkan ket idak lancar an komunikasi ant ar a Anna yang mer upakan or ang Inggris dan King Mongkut sebagai r aja penguasa Siam at au yang lebih dikenal dengan nama Thailand.

DAFTAR PUSTAKA

Cangar a, H. 2012. Pengant ar Ilmu Komunikasi. PT Raja Gr afindo Per sada : Jakar t a.


(18)

147

Devit o, Joseph A. (2011). Komunikasi ant ar manusia. Tanger ang: Khar isma Publishing Gr oup

Febr iyant i,F. (2014). Hambat an Komunikasi Ant ar budaya Masyar akat Suku Flor es Dan Lombok Di Desa Bukit Makmur Kecamat an Kalior ang Kabupat en Kut ai Timur. ejour nal.ilkom.fisip-unmul.or g Vol. 2, No. 3, 2014: 453-463

Mulyana, D. Rakhmat , J.(2001). Komunikasi Ant ar budaya (Panduan Ber komunikasi Dengan Or ang-Or ang Ber beda Budaya). Bandung : PT Remaja Rosdakar ya.

Novinger , T. (2001). Int er cult ur al communicat ion: a pr act ical guide. Unit ed St at es of Amer ica: Univer sit y of Texas Pr ess

Rakhmat , J. 1994. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Remaja Rosdakar ya : Bandung.

Samovar , L.A., Por t er , R.E & McDaniel E.R. (2010). Komunikasi lint as budaya (communicat ion bet ween cult ur es) (Indr i Margar et ha Sidabalok, Tr ans.). Jakar t a: Pener bit Salemba Humanika

Sut opo, HB. 2006. Met odologi Penelit ian Kualit at if Dasar Teor i dan Ter apannya dalam Pendidikan. Univer sit as Sebelas Mar et : Sur akar t a

Ting-Toomey, S. & Chung, L.C. (2005). Under st anding int er cultur al communicat ion. New Yor k: Oxfor d Univer sit y Pr ess

Widjaja,A.W.(1986). Komunikasi dan Hubungan Masyar akat. Bina Aksar a : Jakar t a


(1)

142 dan bur uk yang dia ker jakan sesuai dengan usianya. Dalam hal ini, Anna mengiginkan Louis unt uk menget ahui baik dan bur uknya mer okok sebelum memut uskan unt uk mer okok. Namun demikian, t ent unya hal ini ber beda dengan Raja Mongkut yang mempunyai keyakinan bahw a dalam mendidik anak, mer aka har us dibebaskan t anpa har us menget ahui baik dan bur uknya t indakan t er sebut .

Selain it u, hambat an komunikasi ant ar budaya yang ber sifat ver bal dalam penelit ian ini juga dapat dilihat dar i cont oh pada gambar 6. Adegan yang t er dapat dalam gambar nomor 6 adalah adegan dimana Anna diganggil dengan sapaan Sir at au Tuan oleh per dana ment r i Thailand.

Adegan yang selanjut nya dimana masih digolongkan kedalam jenis hambat an vebal adalah pember iaan sapaan Sir at au Tuan kepada Anna. Dalam masyar akat Thailand, hak unt uk dapat ber t emu r aja hanya dipunyai oleh kaum laki-laki. Int er aksi masyar akat Thailand melar ang kaum per empuan unt uk ber t emu dengan r aja. Oleh kar ena it u, r aja dalam masyar akat Thailand mempunyai kehor mat an yang t inggi. Melalui pembat asan kaum yang boleh ber t emu r aja secar a langsung mengindikasikan bahw a seor ang r aja di masyar akat Thai land menginginkan penghor mat an yang sangat t inggi dalam

Gambar 6. Adegan dimana Anna disapa dengan sapaan Sir atau Tuan oleh perdana Menteri


(2)

143 pelaksanaan int er aksi sosialnya. Hal ini dapat dilihat yait u dengan adanya pembedaan gender yang bisa menemui r aja. Dengan demikian, ket ika Anna yang adalah w anit a dipanggil dengan sapaan Sir at au sapaan unt uk or ang laki-laki ket ika hendak menemui r aja at au pejabat pemer int ahan yang lain, menunjukkan secar a ver bal bahw a t er dapat perbedaan kedudukan ant ar a kaum laki-laki dan per empuan dalam st r ukt ur masyar akat Thailand..

4.3 Hambatan non ver bal

Selanjut nya, Ting-Toomey (2005) juga mengklasifikasikan sikap dalam aspek afekt if. Aspek afekt if at au non ver bal mer ujuk pada komit men emosional unt uk t er libat dalam par t isipasi per spektif kult ur al, dan pengembangan r asa empat i dalam memahami per bedaan kelompok kult ur al. Didalam film Anna and The King yang digunakan sebagai bahan kajian dalam anaalisis makalah ini, aspek afektif at au non ver bal dapat dit emukan dalam memandang masalah per budakan.

Dalam memandang per budakan masyar akat Thailand menganggap bahw a per budakan mer upakan hal yang w ajar t er jadi dalam masyar akat nya. Hal ini dikar enakan sist em sosial masyar akat yang ada dalam budaya Thai land

Gambar 7. Dialog antara Anna dan Pangeran Chulalangkorn terkait dengan masalah perbudakan


(3)

144 sangat mendukung hal t er sebut . Dalam sist em masyar akat Thailand yang dipimpin oleh seor ang r aja dengan st r ukt ur sosial masyar akat yang ber st r at a maka mer upakan hal yang lazim jika t er dapat per budakan dalam masyar akat nya. Namun demikian, t er dapat per bedaan car a pandang at au pr espekkt if dalam memandang isu per budakan oleh budaya Inggr is yang t er r efleksikan dalam dir i Anna. Adegan dimana Anna ber usaha membebaskan seor ang budak di Thailand dengan car a member ikan t ebusan t er hadap majikan budak t er sebut mer upakan tindakan yang Anna lakukan ber dasar nilai yang dia anut . Dalam hal ini, nilai yang dipunyai masyar akat Inggr is yang menjunjung t inggi nilai equalit y at au kesamaan dan t idak membiar kan adanya sist em per budakan dalam masyar akat nya. Oleh kar ena it u, hal ini t ent unya akan menjadikan hambat an budaya manakala kedua belah pihak dengan lat ar belakang budaya yang ber beda melakukan int er aksi.

Adapun, dat a non ver bal lainnya yang dit emukan dalam analisis pada film ini adalah adanya sikap yang t er pengar uh oleh nilai yang dianut oleh masyar akat Thai land dalam hal ini khusunya King Mongkut . Dalam pr esepsi masyar akat Thai land unt uk menjaga gar is ket ur unan maka seor ang r aja har us mempunyai banyak anak. Tent unya dengan menghendaki anak yang banyak sebagai pener us gar is ket ur unan dan simbol akan kekuasaan maka r aja Thailand mempunyai banyak ist r i.


(4)

145 Car a pandang yang dit unjukkan melaui sikap bahw a laki-laki t idak hanya puas dengan sat u per empuan mengindikasikan bahw a ada hak unt uk laki-laki mempunyai ist r i lebih dar i sat u. Pr esepsi ini sekali lagi muncul dar i nilai yang ber laku pada masyar akat Thailand yang memandang bahw a unt uk dapat mener uskan gar is ket ur unan masyar akat har us mempunyai anak yang banyak yang diw ujudkan dengan memiliki banyak ist r i. Sement ar a it u, hal ini t idak ber laku pada budaya masyar akat Inggr is dimana Anna ber asal. Dalam nilai yang dianut oleh masyar akat Inggr is dapat dilihat bahw a seseor ang hanya menikah dengan sat u or ang per empuan. Apabila seseor ang t er sebut akan menikah dengan per empuan lain, maka dia akan mecer aikan ist r inya. Lebih lanjut , hal ini juga dapat diamat i dar i penguasa Inggr is yait u Rat u Elisabet h yang mana r at u Inggr is t er sebut hanya mempunyai sat u suami.

Per bedaan hambat an sikap afekt if (non ver bal) dalam film ini juga dapat diamat i dar i sikap Anna yang mengajar kan Louis unt uk memint a maaf ket ika melakukan kesalahan. Dalam budaya Inggr is sikap memint a maaf mer upakan bagian dar i pr esepsi mer aka dalam menghar gai or ang lain. Dalam memint a maaf, masyar akat inggir is bisa melakukan per mint aan maaf kepada

Gambar 6. Dialog antara Anna dan Pangeran Chulalangkorn terkait dengan masalah perbudakan


(5)

146 or ang yang lebih muda at au lebih t ua. Bahkan, dalam masyar akat Inggr is juga ber laku per w ujudan sikap memint a maaf baik dar i laki-laki keper empuan at aupun per empuan ke laki-laki. Akan t et api, sikap memint a maaf ini nampaknya ber beda dengan pr esepsi masyar akat Thailand t empat dimana Raja Mongkut ber kuasa. Per w ujudan sikap memint a maaf dalam budaya Thailand hanya ber laku bagi or ang yang lebih r endah kedudukannya t er hadap or ang yang t inggi kedudukannya sehingga dalam masayr akat Thai land r aja selalu dianggap benar . Hal ini dikar enakan r aja mempunyai kedudukan yang paling tinggi dimasayr akat sehingga r aja t idak per nah mer asa punya salah dan memint a maaf kepada masyar akat .

5. KESIMPULAN

Dar i papar an analisis diat as mala dapat disimpulkan bahw a hambat an komunikasi ant ar budaya yang dialami oleh t okoh anna ant ar a lain adalah hambat an pr esepsi, hambat an ver bal dan non ver bal,. Lat ar belakang budaya yang ber beda mengakibat kan adanya per bedaan syst em keper cayan, nilai ser t a nor ma yang ber laku dalam masayar akat . Bahkan, sikap sebagai r efleksi dar i nilai yang dianut juga akan ber beda dikar enakan per bedaan budaya. Per bedaan-per bedaan nilai, sikap dan w ajah it ulah yang menimbulkan ket idak lancar an komunikasi ant ar a Anna yang mer upakan or ang Inggris dan King Mongkut sebagai r aja penguasa Siam at au yang lebih dikenal dengan nama Thailand.

DAFTAR PUSTAKA

Cangar a, H. 2012. Pengant ar Ilmu Komunikasi. PT Raja Gr afindo Per sada : Jakar t a.


(6)

147 Devit o, Joseph A. (2011). Komunikasi ant ar manusia. Tanger ang: Khar isma

Publishing Gr oup

Febr iyant i,F. (2014). Hambat an Komunikasi Ant ar budaya Masyar akat Suku Flor es Dan Lombok Di Desa Bukit Makmur Kecamat an Kalior ang Kabupat en Kut ai Timur. ejour nal.ilkom.fisip-unmul.or g Vol. 2, No. 3, 2014: 453-463

Mulyana, D. Rakhmat , J.(2001). Komunikasi Ant ar budaya (Panduan Ber komunikasi Dengan Or ang-Or ang Ber beda Budaya). Bandung : PT Remaja Rosdakar ya.

Novinger , T. (2001). Int er cult ur al communicat ion: a pr act ical guide. Unit ed St at es of Amer ica: Univer sit y of Texas Pr ess

Rakhmat , J. 1994. Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Remaja Rosdakar ya : Bandung.

Samovar , L.A., Por t er , R.E & McDaniel E.R. (2010). Komunikasi lint as budaya (communicat ion bet ween cult ur es) (Indr i Margar et ha Sidabalok, Tr ans.). Jakar t a: Pener bit Salemba Humanika

Sut opo, HB. 2006. Met odologi Penelit ian Kualit at if Dasar Teor i dan Ter apannya dalam Pendidikan. Univer sit as Sebelas Mar et : Sur akar t a

Ting-Toomey, S. & Chung, L.C. (2005). Under st anding int er cultur al communicat ion. New Yor k: Oxfor d Univer sit y Pr ess

Widjaja,A.W.(1986). Komunikasi dan Hubungan Masyar akat. Bina Aksar a : Jakar t a