Analisis pengendalian kualitas untuk meningkatkan hasil penjualan produk pada PT. Djitoe di Surakarta Bab 1 Indah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada hakekatnya manajemen adalah pengelolahan perusahaan. Berhasil
tidaknya perusahaan tergantung pada bagaimana perusahaan tersebut
mengelola dan menjalankan fungsi-fungsi manajemennya. Lima fungsi
manajemen tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan pengawasan atau pengendalian. Meskipun pengawasan
atau pengendalian berada pada urutan paling bawah tetapi mempunyai peranan
yang sama penting dengan fungsi lain. Pengawasan atau pengendalian ini
diperlukan pada tiap-tiap kegiatan yang diadakan agar tindakan-tindakan dapat
dilaksanakan sesuai ndengan rencana yang telah ditetapkan.
Pada perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat persaingannya, setiap
perusahaan harus bisa menghasilkan suatu produk dengan kualitas terbaik dan
memenuhi kebutuhan konsumen dengan produksi tersebut. Begitu juga
perusahaan rokok, harus dapat menciptakan mutu dan rasa rokok yang sesuai
dengan selera konsumen agar mampu bersaing dangan perusahaan rokok yang
lain

dan


mampu

mempertahankan

kelangsungan

hidup

perusahaan.

Perusahaan yang berproduksi tanpa memperhatikan kualitas produk berarti
talah menghilangkan masa depannya sendiri. Dalam jangka pendek memang
parusahaan dapat menekan biaya produksi perusahaan tanpa mengeluarkan
biaya-biaya pengendalian kualitas, yang kadang-kadang bagi perusahaan

1

2


tertentu biayanya menjadi cukup besar. Namun, dalam jangka panjang
perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas produk akan memperoleh
kesulitan dalam memperoleh pasar. Hal ini disebabkan oleh pesaing-pesaing
dengan produk yang sama, kualitas yang sama bahkan lebih baik, dan harga
yang sama bahkan lebih murah. Dengan kondisi ini dapat dipastikan hasil
penjualan dan laba akan terpengaruh dan pada akhirnya akan mempengaruhi
kelangsungan

hidup

perusahaan.

Apabila

perusahaan

menginginkan

perkembangan yang positif seperti hasil penjualan yang nmeningkat dan laba
yang meningkat maka diperlukan pengendalian kualitas yang efektif dan

efisien demi peningkatan kepuasan konsumen.
Untuk dapat memperhatikan dan menambah pasar dengan kualitas produk,
produk tersebut harus selalu diperiksa agar sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Pemeriksaan ini dilakukan pada semua bagian operasi perusahaan
guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk sebagaimana yang telah
direncanakan karena kualitas produk adalah kunci yang menentukan pesat
tidaknya perkembangan perusahaan. Dari uraian latar belakang tersibut, maka
penulis mengambil judul ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS
UNTUK MENINGKATKAN HASIL PENJUALAN PRODUK PADA PT.
DJITOE ITC DI SURAKARTA.

3

B. Perumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang yang akan ditelaah yaitu :
1. Apakah perusahaan sudah dapat menghasilkan kualitas produk sesuai yang
dikehendaki guna meningkatkan hasil penjualan?
2. Bagaimanakah hubungan antara pengendalian kualitas produk dengan
peningkatan hasil penjualan ditinjau dari biaya kualitas?


C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melaksanakan pengendalian
kualitasnya dengan baik dalam meningkatkan hasil penjualan.
2. Untuk mengetahui apakah hubungan pengendalian kualitas dengan
meningkatan hasil penjualan ditinjau dari biaya kualitas.

D. Kegunaan Penelitian
Bagi perusahaan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi pada perusahaan untuk mengetahui apakah kualitas
produknya sudah baik atau belum. Apabila sudah baik perlu dipertahankan
dan apabila belum perlu ditingkatkan agar lebih baik lagi.
2. Memberikan sumbangan pemikiran pada perusahaan dalam menetapkan
kebijaksanaan pngendalian kualitas demi tercapainya hasil penjualan yang
tinggi di waktu yang akan datang.

4

Bagi pihak lain, dapat dipakai sebagai bahan acuan dalam mengambil

keputusan tentang masalah yang sejenis.
Bagi penulis dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan tambahan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang masalah
pengendalian kualitas produksi.
2. Memberikan kesempatan kepada penulis dalam upaya menerapkan teoriteori yang diperoleh selama kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang
terjadi di dunia usaha.

E. Landasan Teori Pengendalian Kualitas
1. Arti dan Tujuan Pengendalian kualitas
Pengendalian kualitas merupakan salah satu kegiatan untuk menjaga
kontinuitas produk. Sebelum kita bicara pengendalian kualitas produk
maka terlebih dahulu harus dimengerti apa yang dimaksud dengan
pengendalian kualitas. Pengertian pengendalian kualitas tidak dapat
dipisahkan dari istilah pengendalian dan kualitas.
a. Pengertian pengendalian
Ada beberapa pendapat tentang pengertian pengendalian, antara
lain Pengendalian atau pengawasan adalah Kegiatan yang dilaksanakan
untuk


menjamin

agar

kegiatan

produksi

dan

operasi

dapat

dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan apabila
terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi

5

sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai (Sofjan Assauri, 1976:

136).
Pengawasan atau controling adalah Suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan dan menilai serta
mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan apaa yang telah ditetapkan semula
(M.Manulang, 1976 : 136).
b. Pengertian Kualitas
Kualitas adalah Faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang
atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu
dimaksudkan atau dibutuhkan.
Kualitas adalah jumlah dari atribut atau sifat-sifat, sebagaimana
dideskripsikan didalam produk dan jasa (Agus Ahyari, 1990 : 233).
Dalam pengendalian kualitas ini semua prestasi produk dicek
menurut standar, semua penyimpangan-penyimpangan dari standar
dicatat serta dianalisis, serata penemuan-penemuan ini dipergunakan
sebagai umpan balik untuk para pelaksana strategi agar mereka dapat
melakukan tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang
akan datang.
Perusahaan


dalam

melaksanakan

pengendalian

mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
1) Terdapatnya peningkatan kepuasan konsumen.

kualitas

6

2) Proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya yang serendahrendahnya.
3) Selesai dengan waktu yang telah ditetapkan.
(Agus Ahyari, 1990 : 239)
c. Pengertian pengendalian kualitas
Dari kedua istilah tersebut diatas maka pengendalian kualitas
dapat diartikan sebagai berikut:
Pengendalian kualitas adalah kegiatan untuk memastikan apakah

kebijaksanaan dalam hal mutu (Standar) dapat tercermin dalam hasil
akhir atau usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang
yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan (Sofjan
Assauri, 1990 : 239).
Dari pengertian tersebut diatas dapat dilihat bahwa usaha
pengendalian kualitas ini merupakan usaha prefentif (penjagaan) dan
dilaksanakan sebelum kesalahan kualitas produk atau jasa tersebut
terjadi, melainkan mengarahkan agar kesalahan kualitas produk
tersebut tidak terjadi lagi dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian pengendalian ini akan mengandung dua macam
pengertian utama, yang pertama adalah menentukan standar kualitas
untuk masing-masing produk atau jasa dari perusahaan yang
bersangkutan, sedangkan pengertian yang kedua adalah usaha

7

perusahaan untuk dapat memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan tersebut (Agus Ahyari, 1990 : 239).


2.

Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas perusahaan perlu
menentukan melalui apa pengendalian kualitas tersebut dapat dilakukan.
Agar pelaksanan pengendaliaan kualitas tepat mengenai sasarannya serta
dapat meminimalkaan biaya pengendalian kualitas, maka perlu dipilih
suatu pendekatan yang tepat bagi perusahaan. Untuk dapat melaksanakan
pengendalian kualitas maka dapat ditempuh melalui tiga pendekatan,
yaitu:
a. Pendekatan bahan baku
Adalah pengendalian kualitas yang dilaksanakan oleh perusahaan
dengan memperhatikan kualitaas baahan baku yang digunakan.
b.

Pendekatan kualitas proses
adalah pendekatan kualitas yang dilaksanakan oleh perusahaan
terhadap produksi akhir yang dihasilkan dengan menganggap tidak ada
persoalan terhadap bahan baku dan proses produksi.
Pemilihan masing-masing pendekatan ini akan sangat tergantung


pada keadaan masing-masing perusahaan sehubungan dengan titik berat
produksinya. Suatu perusahaan dimana kualitas produksinya sangat
ditentukan oleh bahan baku maka akan memilih pendekatan bahan baku
perusahaan. Sebaliknya apabila proses produksinya lebih menentukan

8

kualitas produksi, maka akan memilih pendekatan proses produksi. Bagi
perusahaan yang tidak ada persoalan-persoalan khusus dalam bahan baku
maupun proses produksinya makaa akan memilih pendekatan produksi
akhir perusahaan. Dalam hal ini perusahaan tidak harus memilih salah satu
pendekatan saja, melainkan dapat memilih dua dari tiga pendekatan
tersebut untuk dilaksanakan secara bersama-sama bahkan ketiga-tiganya
dapat dilaksanakan semua.

3. Penentuan standar kualitas
Salah satu aspek yang cukup penting dalam operasi perusahaan
adalah menentukan standar produksi. Standar produksi adalah pedoman
yang dapat digunakan untuk melaksanakan proses produksi. Dengan
adanya standar produksi dalam perusahaan diharapkan karyawan dapat
melaksanakan proses produksi dengan sebaik-baiknya. Hal ini disebabkan
oleh karena apa yang yang harus dikerjakan dalam proses produksi sudah
menjadi jelas dengan adanya pedoman yang dapat digunakan sebagai
petunjuk di dalam pelaksanaan proses produksi tersebut. Dengan
digunakannya standar produksi, maka mudah dikenalinya produk tersebut
oleh konsumen, terdapatnya berbagai macam penghematan dalam proses
produksi, dan mudahnya mengadakan pengukuran kinerja karyawan.

9

Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan perusahaan dalam
penentuan standar kualitas ini adalah:
a. Mempertimbangkan persaingan dan kualitas produk dari perusahaan
pesaing.
b. Mempertimbangkan kegunaan terakhir produk.
c. Kualitas produk yang dihasilkan harus sesuai dengan harga jual.
d. Diperlukan team yang berkecimpung dalam bidang;
1). Penjualan yang mewakili konsumen.
2). Teknik yang mengatur desain dan kualitas teknik.
3). Pembelian menentukan kualitas bahan.
4). Produksi menentukan ongkos memproduksi sebagai kualitas tertentu.
e. Setelah ditentukan sesuai dengan keinginan konsumen maka kualitas ini
perlu dipelihara dan dilaksanakan oleh staf produksi, pemeriksaannya
hanya mengenai keefektifan pekerja bagian produksi dalam memproduksi
barang sesuai dengan kualitas standar (Sukanto dan Indriyo, 1982 : 218).
Standar kualitas yang telah ditentukan dicapai dengan melaksanakan
pengendalian

kualitas

sehingga

dapat

mengurangi

pemborosan-

pemborosan serta memperoleh hasil produk yang bermutu dan dapat
memenuhi selera konsumen.
Dalam melaksanakan pengendalian kualitas selain standar kualitas,
biaya kualitas juga menjadi suatu hal yang harus dipertimbangkan. Hampir
setiap produsen ingin bertindak efisien. Produsen selalu berfikir untuk

10

memperbaiki mutu dari produk yang dihasilkan dengan biaya yang sama /
tetap atau mencapai mutu yang tetap sama dengan biaya yang lebih murah.
Pengusaha atau produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan yang dapat diharapkan. Komponen-komponen biaya yang
tedapat dalam mutu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Biaya pencegahan.
Adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam melakukan usaha untuk
mencapai suatu mutu yang tertentu agar jangan sampai terjadi produk
yang cacat.
b. Biaya penafsiran.
Adalah biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, pengecekan,
penilaian dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan untuk menjaga
mutu dari produk-produk yang dihasilkan.
c. Biaya kegagalan.
Dalam biaya kegagalan ini terdapat biaya-biaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor internal yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
(Sofjan Assauri, 1993 : 270).

4. Teknik-Teknik dan Alat Pengendalian Kualitas
Kebutuhan akan memisahkan produk-produk yang ditolak dari
produk yang sempurna, menyebabkan adanya pegawai-pegawai yang
dikenal sebagai pengawas yang bertugas melakukan penyelidikan yang
disertai kritik-kritik terhadap setiap barang yang dihasilkan. Oleh karena

11

proses produksi dibagi-bagi kedalam pekerjaan-pekerjaan yang terpisahpisah, yang dilakukan oleh para pekerja dari bermacam-macam tenaga
kerja, maka pengawasan mulai dilakukan pada hal-hal yang strategis
dalam proses. Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan, selain
dibutuhkan tenaga kerja juga dibutuhkan teknik-teknik dan alat
pengawasan mutu agar pengendalian kualitas dapat efektif dan efisien.
Teknik-teknik pengendalian kualitas dipergunakan untuk :
a. Mengawasi / mengontrol pelaksanaan suatu proses apakah sesuai
dengan spesifikasinya.
b.

Menentukan apakah bahan-bahan yang diterima dari supplier
mempunyai mutu yang dapat diterima.
Alat-alat untuk melaksanakan pengendalian kualitas ini banyak

sekali dan berbeda-beda tergantung dari proses yang dipergunakan.
Misalnya pada proses produksi continous dan proses produksi intermitten
(tergantung pesanan). Pada pokoknya pengendalian kualitas pada kedua
proses sama, ada proses penentuan standar kualitas, ada pemeriksaannya,
tujuannya agar ongkos pemeriksaan rendah dan menghemat. Bedanya
karena yang satu berdasarkan pesanan, maka setiap waktu diperlukan
standar untuk pesanan tertentu. Sedangkan pada pengendalian kualitas
ditetapkan cukup satu kali saja. Sehingga pengendalian kualitas disini
menggunakan teknologi statistik yang disebut stastistical quality control.
Stastistical quality control (SQC) merupakan penggunaan metode standar
untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan dan

12

mengawasi kualitas hasil produksi / suatu sistem yang yang dikembangkan
untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi pada
tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai
efisiensi perusahaan. Teknik-teknik pengendalian kualitas secara statistik
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Metode acceptance sampling.
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengawasi tingkat
kualitas dari suatu pusat pemeriksaan untuk mendapatkan jaminan agar
tidak lebih dari sekian persen produk yang rusak dapat lolos dari
pemeriksaan.Produk ini didasarkan atas pemeriksaan produk-produk
yang sudah jadi.Dalam hal ini kita dapat menarik suatu sample secara
random sebesar n dari suatu random N. Apabila sample menimbulkan
tanda-tanda untuk menolak populasi, maka populasi bisa diperiksa
100%, yaitu dipilih mana yang baik dan mana yang jelek.
b. Metode P. chart
Adalah suatu metode untuk mengetahui apakah kegiatan pengendalian
kualitas pada perusahaan telah berjalan dengan baik atau belum dan
memenuhi batas pengendalian / tidak. Pada umumnya variasi yang
terjadi pada proses produksi dapat dibagi menjadi dua golongan :
1). variasi yang berdasarkan kemungkinan.
Ini disebabkan oleh kompleknya hal-hal kecil yang masing-masing
tidak dapat dikatakan mempengaruhi, kecuali jika sebagai totalita

13

kejadiannya sangat random sehingga data tidak dapat berbuat apaapa terhadapnya.
2). Variabel karena sebab-sebab tertentu yang diketahui.
Variabel ini dapat diketahui hal-hal yang menyebabkannya.
Misalnya : Perbedaan pekerjaan, perbedaan mesin, perbedaan
bahan baku dan kombinasinya.
Dalam statistik peristiwa kerusakan adalah objek penelitian yang
hanya berdasarkan kemungkinan-kemungkinan saja. Dengan control
chart kita menentukan berbagai kemungkinan. Apabila terjadi variabel
yang ditimbulkan oleh sebab-sebab tertentu maka peristiwa dapat
diketahui dan bahwa sesuatu hal telah berubah drastis. Secara umum
dapatlah ditolerir variabel  3Sp. Pengawasan dengan control chart
untuk sifat-sifat barang memungkinkan apa yang disebut p. chart yaitu
control chart untuk proporsi atau bagian-rusak yang terjadi dengan
didasarkan pada distribusi binominal dirumuskan sebagai berikut :
Menghitung rata-rata kerusakan:
p

=

x
n

dimana :
P

= mean dari kerusakan

X

= banyaknya produk yang rusak

n

= banyaknya produk yang diobservasi

14

Menghitung standar deviasi:
Sp =

P 1  P 
n

Menentukan batas pengawasan atas dan bawah
Batas pengawasan =

p

3Sp

( Sukanto dan Indriyo, 1976 : 96 )
Apabila sample jatuh diluar batas maka pasti ada sebab-sebab
tertentu yang mengakibatkan adanya kerusakan-kerusakan, dengan
demikian kita dapat menentukan apakah sebab-sebabnya dan mengadakan
tindakan-tindakan korektif sebelum terjadi kerusakan-kerusakan yang
lebih besar. Misalnya mengadakan penyeleksian yang ketat terhadap calon
pekerja dan training yang insentif bagi pekerja yang akan masuk.

5. Intensitas Pengendalian Kualitas.
Pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat perlu
dilakukan oleh setiap kegiatan produksi. Hal ini disebabkan karena
kualitas produk atau jasa hasil produksi perusahaan adalah cermin
keberhasilan perusahaan dimata masyarakat / konsumen didalam
melaksanakan usaha produksinya. Apabila kualitas dari produk / jasa yang
dihasilkan jelek, maka konsumen akan secara langsung mengetahui bahwa
perusahaan itu tidak baik dan apabila kualitas

produk / jasa yang

dihasilkan itu baik maka, konsumen akan secara langsung mengetahui
bahwa perusahaan itu baik. Keadaan tersebut makin nampak jelas didalam

15

masyarakat modern dewasa ini, dimana setiap orang sadar akan nilai uang
yang dibelanjakannya. Mereka akan selalu menuntut dan mengharapkan
adanya produk / jasa yang bernilai setimpal dengan uang yang
dikeluarkannya. Apabila terjadi ketidakseimbangan yang mencolok dari
kedua nilai tersebut akan terjadilah reaksi merugikan dari konsumen
terhadap perusahaan yang menghasilkan produk tersebut.
Perusahaan yang sadar akan keadaan tersebut akan berusaha atau
melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas didalam proses pembuatan
produk atau jasa yang dihasilkannya. Usaha ini diarahkan untuk
memberikan pengawasan kualitas terhadap komponen-komponen, proses
pembuatan, serta hasil akhir dan diperoleh hasil yang betul-betul
berkualitas baik. Biaya-biaya yang timbul dari kegiatan ini disebut biaya
kualitas. Semakin ketat serta intensifnya kegiatan pengendalian kualitas ini
akan semakin kecil jumlah produk yang rusak. Sehingga beban biaya
penanggungan mutu yang ditanggung perusahaan juga semakin kecil.
Disamping itu dengan semakin kecilnya jumlah produk yang cacat akan
memperbaiki nama baik perusahaan dimata konsumen serta masyarakat.
Dan kegiatan ini pada gilirannya akan meningkatkan hasil penjualan.
Untuk melaksanakan pengendalian kualitas biaya-biaya yang timbul antara
lain:

a. Biaya pengawasan mutu

16

Biaya pengawasan mutu dapat berupa :
1).

Bahan-bahan yang dipakai untuk melaksanakan test kualitas
terhadap produk yang dihasilkan.

2).

Biaya penyusutan /depresiasi alat yang digunakan untuk
mengetest produk yang dihasilkan.

3).

Biaya atas pengurangan nilai / produk yang ditest.

Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut ;
QCC =

R .O
Q

dimana:
QCC= Total biaya pengawasan mutu
R

= Jumlah produk yang ditest

O

= Biaya pengetesan kualitas tiap kali melaksanakan test

Q

= Jumlah produk yang rusak / cacat

b. Biaya jaminan mutu
Biaya jaminan mutu dapat berupa :
1). Biaya penggantian barang yang rusak
2). Biaya reparasi
3). Biaya penggantian spare part
4). Biaya atas ditanggungnya resiko berkurangnya volume penjualan
sebagai akibat banyaknya barang yang rusak / cacat yang terbeli
oleh konsumen.

17

Besarnya biaya jaminan mutu ini tergantung pada besarnya
jumlah produk rusak serta besarnya biaya jaminan mutu bagi setiap
unit barang yang rusak.
Secara matematis biaya jaminan mutu dapat diformulasikan
sebagai berikut :
QAC = C.Q
dimana :
QAC

= total biaya jaminan mutu

C

= biaya jaminan mutu untuk setiap unit

Q

= Jumlah produk yang rusak selama satu periode (1tahun)

c. Total biaya kualitas
Total biaya kualitas adalah jumlah dari biaya pengawasan
kualitas dan biaya jaminan mutu. Secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut:
TQC = QCC + QAC
dimana :
QAC = total biaya mutu.
QCC = total biaya pengawasan mutu.
QAC = total biaya jaminan mutu.
( Indriyo Gitosudarmo, 1991 : 188 )
6. Teknik Korelasi
Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo mengartikan, korelasi sebagai
salah satu teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara

18

dua variabel atau lebih yang sifat kuantitas dua variabel dikatakan
berkorelasi apabila perubahan variabel yang satu akan diikuti perubahan
pada variabel yang lain secara teratur dangan arah yang sama / dapat pula
dengan arah yang berlawanan. Bila

dua variabel tersebut dinyatakan

sebagai variabel X dan variabel Y maka apabila variabel X berubah,
variabel Y pun berubah dan sebaliknya.
Teknik korelasi yang menyatakan arah hubungan antara dua
variabel dapat dibedakan menjadi tiga :
a. Positive correlation
Perubahan pada salah satu variabel diikuti perubahan variabel
yang lain secara teratur dengan arah dan gerakan yang sama. Kenaikan
nilai variabel X selalu diikuti kenaikan variabel Y dan sebaliknya,
turunnya variabel X selalu diikuti penurunan variabel Y.
b. Negatif Correlation
Perubahan pada salah satu variabel diikuti perubahan variabel
yang lain secara teratur dengan arah gerakan berlawanan. Nilai
variabel X yang tinggi selalu disertai dengan nilai variabel Y yang
rendah dan nilai variabel X yang rendah nilainya selalu diikuti nilai
variabel Y yang tinggi.
c. Korelasi nihil ( tidak berkorelasi )
Kenaikan nilai variabel yang satu kadang-kadang disertai
turunnya nilai variabel yang lain. Arah hubungannya tidak teratir
kadang-kadang dengan arah yang sama, kadang-kadang berlawanan.

19

Salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi adalah hubungan
linear antara variabel X dan Y. Sedangkan untuk mengetahui ukuran
besar / kecilnya, kuat tidaknya hubungan antara variabel-variabel
tersebut disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi mendekati +1 /
-1 berarti terdapat hubungan yang kuat, sebaliknya apabila mendekati
0 berarti terdapat hubungan yang lemah atau tidak ada hubungan.
Apabila r = +1 / -1 berarti terdapat hubungan positif sempurna /
hubungan negatif sempurna.
Nilai koefisien korelasi ini dirumuskan sebagai berikut:
r=

n  XY 
2

n  x  ( X )

2

 X Y
n  Y  ( Y )
2

2

dimana:
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah data atau tahun yang diobsrvasi
x = besar biaya kualitas
y = variabel yang menunjukkan hasil penjualan
(Djarwanto Ps dan Pangestu Subagyo, 1996 : 327)

Uji Signifikansi
Setelah nilai koefisien r diketahui maka dianalisis lebih lanjut apakah
korelasi tersebut signifikan atau tidak, sekaligus mengetahui apakah benarbenar terdapat hubungan antara dua variabel tersebut. Untuk melaksanakan
tes pengujian digunakan uji nilai t dengan rumus :

20

r=

r n 2
1  r2

( Djarwanto Ps dan Pangestu subagyo, 1996 : 349)

b. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dinyatakan dalam bentuk skema sedarhana
(paradigma) tetapi utuh yang memuat pokok-pokok penelitian dan data
hubungan antara pokok-pokok penelitian tersebut. Dengan kerangka
pemikiran dalam skema, diharapkan penelitian dapat dikaitkan dan
diidentifikasi sehingga sumber data, pengumpulan data, dan pengolahannya
dapat terarah.
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan oleh penulis disini
adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1
Skema kerangka pemikiran
Bahan baku

Proses produksi

Produksi akhir

Kualitas Produksi

Total Quality Control
Hasil penjualan

21

Keterangan gambar 1.1 :
1. Variabel independen (X) = Variabel yang mempengaruhi, yaitu
pengendalian kualitas ditinjau dari total biaya pengawasan mutu (QCC)
dan total biaya jaminan mutu (QAC).
2. Variabel dependen (Y) = Variabel yang dipengaruhi yaitu hasil penjualan.
Dari pengendalian kualitas diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pelaksanaan

pengendalian

kualitas

dimulai

dengan

mengadakan

pengendalian kualitas bahan baku. Dengan digunakan bahan baku yang
berkualitas baik diharapkan proses produksi dapat dilaksanakan dengan
lancar sehingga dapat menghasilkan produksi akhir yang berkualitas baik.
Pengendalian kualitas terhadap produksi akhir sangat perlu dilaksanakan
karena pemakaian bahan baku dan pelaksanaan proses produksi yang baik
belum menjamin dalam menghasilkan produk akhir yang baik pula.
Kegiatan pengendalian kualitas ini memutuhkan biaya yang disebut biaya
kualitas (quality control), Biaya terdiri dari biaya pengawasan mutu dan
biaya jaminan mutu (QAC).
Dengan adanya biaya ini, pada akhirnya akan mempengaruhi harga
produksi dan tinggi rendahnya harga terhadap kualitas produk yang sesuai
dengan mutunya. Mutu akan mempengaruhi permintaan konsumen dan pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat hasil penjualan. Alasan mengapa
kualitas yang ditekankan adalah bahwa tingkat kualitas yang tinggi akan
menyenangkan langganan, meningkatkan hasil penjualan dan mendorong

22

kemajuan bisnis. Jika kondisi tersebut tercapai maka kelangsungan hidup
perusahaan pun terjamin.

c. Metodologi Penelitan
1. Objek penelitian
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, penulis melakukan
penelitian di PT. Djitoe Itc, dasar pemilihan perusahaan ini adalah
a. Perusahaan tersebut menyetujui ijin penelitian
b. Tersediannya data yang diperlukan dan kemudahan yang diberikan
dalam penulisan Tugas Akhir ini
2. Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yangh bersumber dari PT
Djitoe Itc.
Data tersebut adalah :
a. Volume produksi rokok
b. Volume hasil penjualan
c. Harga jual / unit
d. Jumlah produksi yang rusak / cacat
e. Biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pengendalian kualitas
f. Data-data lain yang mendukung penulisan Tugas Akhir

23

3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan
diteliti.
b. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pimpinan PT Djitoe
Itc dan beberapa karyawan dilingkungan tersebut.
c. Study pustaka
Dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan
penelitian .

24

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK
MENINGKATKAN HASIL PENJUALAN PRODUK PADA PT
DJITOE ITC DI SURAKARTA

Disusun oleh :
INDAH KURNIAWATI
F 3501042

DIII MANAJEMEN INDUSTRI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004