Analisis pengendalian kualitas produk jadi kain batik jenis santung pada perusahaan batik bengawan indah surakarta hendri

(1)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JADI KAIN BATIK

JENIS

SANTUNG

PADA PERUSAHAAN BATIK BENGAWAN INDAH

SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Untuk dapat melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi D3 Manajemen Bisnis

Disusun oleh : HENDRI CAHYONO

F3509032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN BISNIS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JADI KAIN BATIK JENIS

SANTUNG PADA PERUSAHAAN BATIK BENGAWAN INDAH SURAKARTA

HENDRI CAHYONO

F3509032

Pengendalian kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga untuk menekan jumlah produk cacat yang dihasilkan. Dapat dikatakan dengan melaksanakan pengendalian kualitas pada perusahaan maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan ganda, yaitu bisa meningkatkan laba perusahaan dan menekan biaya kecacatan produk. Dalam upaya melakukan pengendalian kualitas yang optimal, perusahaan perlu melakukan sistem pengendalian kualitas mulai dari bahan baku, proses produksi sampai pada produk akhir.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas produk kain batik jenis Santung periode tahun 2011 pada perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan kain batik, mengetahui rata-rata kecacatan kain, mengetahui kecacatan kain yang out of control, mengetahui jumlah prosentase masing-masing kerusakan kain dan mengetahui penyebab kerusakan pada produk akhir kain batik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari data jumlah produksi kain batik tahun 2011 sebanyak 1.182.500 m dan data jumlah produk yang cacat sebanyak 806 m dengan menggunakan diagram P-Chart, maka dapat diketahui rata-rata kecacatan produk sebesar 0,04367dengan batas pengendali atas (UCL) sebesar 0,0593 dan batas pengendali bawah (LCL) sebesar 0,02804. Terlihat bahwa masih ada kecacatan produk yang mengalami out of control, yaitu pada bulan Juni. Sedangkan analisis menggunakan diagram Pareto dapat diketahui prosentase jenis kecacatan yang paling banyak adalah warna yang luntur sebesar 41,19 %. Berdasarkan analisis menggunakan diagram sebab akibat,, diketahui penyebab dari kecacatan produk yang paling dominan terjadi karena kurangnya konsentrasi dan pengawasan akibat kelelahan serta kurangnya perawatan rutin pada mesin sehingga sering menyebabkan terjadinya kecacatan produk akhir kain batik.

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan penulis kepada perusahaan adalah meningkatkan pengawasan kepada karyawan agar kinerja karyawan bias lebih optimal, memperhatikan pemeliharaan mesin-mesin produksi serta melampirkan instruksi pengoperasian mesin produksi yang disertai dengan penjelasan secara lisan dan memperhatikan kualitas pada bahan baku yang digunakan, sehingga banyaknya produk yang cacat dapat diminimalkan.


(3)

(4)

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain ” (Aa Gym)

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri ”

(QS. Ar-Ra‟du : 11)

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada Allah kamu berharap ”

(QS. Al-Insyirah : 6-8)

“ Orang sukses selalu kelebihan cara, orang gagal selalu kelebihan alasan “ (Bong Chandra)

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta 2. Teman-teman MB „09 3. Almamater-ku


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JADI KAIN BATIK JENIS SANTUNG PADA

PERUSAHAAN BATIK BENGAWAN INDAH SURAKARTA” ini dapat selesai dengan

lancar tanpa ada suatu halangan apapun.

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Ahli Madya pada program studi Diploma III Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini, yaitu:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 2. Ibu Sinto Sunaryo, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis,

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Moh. Amien Gunadi, MP selaku pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.

4. Bapak Haji Suparto selaku pemilik perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta yang telah memberikan izin untuk magang kerja.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan selama perkuliahan dan penulisan Tugas Akhir berlangsung.


(7)

6. Seluruh Staff dan karyawan perusahaan batik Bengawan Indah yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama magang kerja berlangsung.

7. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat membangun. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 4 Juli 2012


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Pemikiran... 6

F. Metode Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Pengertian Kualitas dan Pengendalian Kualitas ... 17


(9)

C.Sumber Kualitas ... 19

D.Tujuan Pengendalian Kualitas ... 20

E. Langkah-Langkah Untuk Mengatasi Kualitas ... 21

F. Aktivitas Pengendalian Kualitas ... 22

G. Pentingnya Kualitas Sebagai Strategi Bisnis ... 22

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas ... 23

BAB III PEMBAHASAN ... 26

A. Diskripsi Perusahaan ... 26

1. Sejarah Perusahaan ... 26

2. Lokasi Perusahaan ... 28

3. Struktur Organisasi ... 28

4. Sistem Penggajian dan Tunjangan Karyawan... 32

5. Waktu Kerja ... 34

6. Jenis Produk ... 34

7. Pemasaran ... 34

8. Alat-Alat untuk Produksi ... 35

9. Bahan Baku ... 36

10. Alur Proses Produksi ... 37

B. Laporan Magang Kerja ... 43

1. Pengertian Magang ... 43

2. Manfaat Magang ... 44


(10)

C. Analisis Pembahasan Masalah ... 47

1. Data yang digunakan untuk pembahasan ... 47

2. Membuat Grafik P-Chart ... 49

3. Analisis Diagram Pareto ... 51

4. Diagram Sebab-Akibat... 56

BAB IV PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Daftar Kegiatan Magang Minggu I ... 45

Tabel III. 2 Daftar Kegiatan Magang Minggu II ... 45

Tabel III. 3 Daftar Kegiatan Magang Minggu III ... 46

Tabel III. 4 Daftar Kegiatan Magang Minggu IV ... 46

Tabel III. 5 Data Jumlah Produksi dan Cacat Kain ... 47

Tabel III. 6 Komposisi Jenis Kerusakan ... 52


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Kerangka Pemikiran... 6

Gambar I. 2 Contoh Grafik P-Chart ... 12

Gambar I. 3 Contoh Diagram Pareto... 14

Gambar I. 4 Contoh Diagram Sebab-Akibat ... 16

Gambar III. 1 Struktur Organisasi Perusahaan ... 29

Gambar III. 2 Proses Produksi ... 37

Gambar III. 3 Gambar Proses Pengeprint-an ... 40

Gambar III. 4 Gambar Alat Steamer ... 41

Gambar III. 5 Gambar Alat Pencuci Kain Batik ... 42

Gambar III. 6 Tempat Penjemuran Kain Batik ... 43

Gambar III. 7 Tabel P-Chart POM For Windows ... 50

Gambar III. 8 Grafik P-Chart ... 50

Gambar III. 9 Diagram Pareto ... 55


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Tugas Akhir Lampiran 2. Surat Keterangan Magang Kerja Lampiran 3. Nilai Magang Kerja


(14)

ABSTRACT

ANALYSIS QUALITY CONTROL OF PRODUCT SO SANTUNG BATIK FABRIC IN BEAUTIFUL RIVER BATIK SURAKARTA

HENDRI CAHYONO F3509032

Quality control is an attempt to maintain a quality product with quality standards set by the company and also to reduce the number of defects produced. Can be said to carry out quality control on the company then the company will gain a double advantage, namely to increase profits and reduce the cost of product defects. In an effort to control the optimal quality, companies need to do a quality control system from raw materials,

production process to final product.

In this case, the author conducted research on product quality control batik fabric types santung period of 2011 to the company Bengawan Beautiful batik Surakarta. This study aims to determine the process of making batik cloth, knowing the average disability of fabric, cloth disability know that out of control, knowing the percentage amount of each fabric damage and determine the cause of damage to the product end of batik cloth. Based on the results of research that has been made of the data the number of batik production in 2011 as many as 1.1825 million m and the data on the number of defective products as much as 806 m by using a P-Chart diagram, it can be seen an average of 0.04367 with a product defect control limit for (UCL) of 0.0593 and lower control limits (LCL) of 0.02804. It appears that there is still experiencing disability products out of control, namely in June. While the analysis of Pareto diagram can be determined using the percentage of type of disability that most of the color fastness of 41.19%. Based on the analysis using a causal diagram,, are known causes of disability are the most dominant product due to lack of concentration and control due to fatigue and lack of routine maintenance on the machine so often lead to disability batik fabric end product.

Based on the above conclusion, the author of the advice can be given to the company is to increase supervision to employees to optimize employee performance bias, attention to maintenance of production machinery and production machinery to attach the operating instructions are accompanied by verbal explanation and attention to the quality of the raw materials used , so the number of defective products can be minimized.


(15)

ABSTRAK

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JADI KAIN BATIK JENIS

SANTUNG PADA PERUSAHAAN BATIK BENGAWAN INDAH SURAKARTA

HENDRI CAHYONO F3509032

Pengendalian kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga untuk menekan jumlah produk cacat yang dihasilkan. Dapat dikatakan dengan melaksanakan pengendalian kualitas pada perusahaan maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan ganda, yaitu bisa meningkatkan laba perusahaan dan menekan biaya kecacatan produk. Dalam upaya melakukan pengendalian kualitas yang optimal, perusahaan perlu melakukan sistem pengendalian kualitas mulai dari bahan baku, proses produksi sampai pada produk akhir.

Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai pengendalian kualitas produk kain batik jenis Santung periode tahun 2011 pada perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan kain batik, mengetahui rata-rata kecacatan kain, mengetahui kecacatan kain yang out of control, mengetahui jumlah prosentase masing-masing kerusakan kain dan mengetahui penyebab kerusakan pada produk akhir kain batik.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari data jumlah produksi kain batik tahun 2011 sebanyak 1.182.500 m dan data jumlah produk yang cacat sebanyak 806 m dengan menggunakan diagram P-Chart, maka dapat diketahui rata-rata kecacatan produk sebesar 0,04367dengan batas pengendali atas (UCL) sebesar 0,0593 dan batas pengendali bawah (LCL) sebesar 0,02804. Terlihat bahwa masih ada kecacatan produk yang mengalami out of control, yaitu pada bulan Juni. Sedangkan analisis menggunakan diagram Pareto dapat diketahui prosentase jenis kecacatan yang paling banyak adalah warna yang luntur sebesar 41,19 %. Berdasarkan analisis menggunakan diagram sebab akibat, diketahui penyebab dari kecacatan produk yang paling dominan terjadi karena kurangnya konsentrasi dan pengawasan akibat kelelahan serta kurangnya perawatan rutin pada mesin sehingga sering menyebabkan terjadinya kecacatan produk akhir kain batik.

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan penulis kepada perusahaan adalah meningkatkan pengawasan kepada karyawan agar kinerja karyawan bias lebih optimal, memperhatikan pemeliharaan mesin-mesin produksi serta melampirkan instruksi pengoperasian mesin produksi yang disertai dengan penjelasan secara lisan dan memperhatikan kualitas pada bahan baku yang digunakan, sehingga banyaknya produk yang cacat dapat diminimalkan.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan industri di era globalisasi ini sangat pesat.Hal ini dapat diketahui dari persaingan antar perusahaan yang semakin meningkat dan lebih ketat.Bukan hanya perusahaan berskala besar dan internasional,bahkan perusahaan kecil pun juga mengalami persaingan global. Keadaan inilah yang menuntut para pengusaha harus mampu mempertahankan usaha yang dilakukannya bahkan bisa memajukan usahanya di era globalisasi ini. Produksi di dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan yang cukup penting. Dikarenakan apabila kegiatan produksi di suatu perusahaan terhenti maka kegiatan di dalam perusahaan tersebut akan terhenti pula. Oleh sebab itu maka perusahaan dituntut untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien dalam mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya dan aktifitas di dalamnya sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan tersebut.

Perusahaan yang berorientasi profit harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan konsumen bila ingin tetap beroperasi dan sukses. Kemampuan perusahaan dalam menentukan siapa yang menjadi konsumen


(17)

dari produk/jasa yang dihasilkan merupakan kunci keberhasilan perusahaan.Perusahaan dapat memfokuskan diri untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen,cara-cara memenuhi kebutuhan itu dan akhirnya mengusahakan konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk/jasa yang ditawarkan perusahaan.

Perusahaan juga harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen.Fungsi pengendalian kualitas ialah menjaga konsistensi kualitas sebuah produk yang dilakukan secara berkelanjutan.Produk yang dipasarkan atau dijual hendaknya produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dengan demikian maka konsumen merasa puas. Hanya dengan kepuasan konsumen itulah perusahaan akan mendapat keuntungan.Sebaliknya apabila konsumen tidak merasa puas dengan produk yang dibelinya maka mereka akan meninggalkan perusahaan kita dan kita akan kehilangan pelanggan serta akhirnya akan menderita kerugian.Jadi pengendalian kualitas menjadi dasar utama strategi produksi.

Perusahaan batik Bengawan Indah sebagai salah satu penghasil batik di Surakarta di hadapkan olehmunculnya perusahaan batik sejenis khususnya di wilayah Surakarta. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari pihak manajemen perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta,khususnya terhadap masalah kualitas produk yang dihasilkan agar perusahaan batik


(18)

Bengawan Indah Surakarta dapat mempertahankan eksistensinya sebagai perusahaan penghasil produk-produk batik yang berkualitas.

Dari hal tersebut,maka perlu dilakukan penelitian di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta dengan fokus penelitian berkaitan dengan masalah pengendalian kualitas produk akhir kain batik. Penelitian ini mencoba menerapkan sistem pengendalian kualitas untuk mengetahui seberapa jauh produk akhir yang akan didistribusikan kepada konsumen benar-benar merupakan produk yang berkualitas atau masih terdapat banyak kekurangan yang terdapat pada produk akhir tersebut. Dengan penerapan sistem pengendalian kualitas,maka pengawasan terhadap kualitas produk akhir kain batik pada perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta dapat lebih terkontrol dan terprogram dengan baik.

Berdasarkan persoalan diatas, maka penelitian ini diberi judul

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK JADI KAIN

BATIK JENIS SANTUNG PADA PERUSAHAAN BATIK

BENGAWAN INDAH SURAKARTA”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa batas pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL) dengan metode P-Chart?


(19)

2. Apakah pengendalian kualitas sudah optimal atau belum?

3. Apa saja jenis kerusakan yang terjadi pada kain batik jenis Santung?

4. Apa faktor-faktor penyebab kerusakan pada kain batik jenis Santung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui batas pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL) dengan metode P-Chart.

2. Untuk mengetahui pengendalian kualitas sudah optimal atau belum.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada kain batik jenis Santung.

4. Untuk mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi pada kain batik jenis Santung.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan

Hasil penulisan ini dapat membantu untuk mengetahui proses pengendalianproduksi,setelah mengetahui apakah proses berada dalam kontrol atau tidak.Maka pihak perusahaan dapat mengambil


(20)

langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas produksi serta sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

2. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya sehingga mampu membandingkan teori yang diperoleh diperkuliahan dengan penerapan dilapangan dan menambah pengetahuan tentang teknik pengendalian kualitas.

3. Bagi pihak lain

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya dan sebagai bahan referensi terutama bagi bidang studi Manajemen Bisnis.


(21)

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Secara garis besar kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Rekomendasi untuk perbaikan

Gambar I. 1

Kerangka Pemikiran Pengendalian Kualitas Kain Batik

Proses Produksi

Produk Baik

Pengendalian Kualitas

Produk Cacat

Hasil Analisis

Analisis Pengendalian Kualitas 1. Diagram P – Chart 2. Diagram Pareto

3. Diagram Sebab - Akibat Konsumen

Kesimpulan dan Saran Standart kualitas


(22)

Keterangan:

Pengendalian kualitas terhadap produk dilakukan untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dapat dipertahankan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan pengendalian kualitas yang dilakukan, produk diklasifikasikan menjadi produk baik dan produk rusak dengan menggunakan analisa diagram P-Chart yaitu untuk mengetahui apakah kerusakan masih dalam batas pengendalian atau tidak.

Diagram pareto berfungsi untuk membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (rangking terendah) dan diagram sebab akibat digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan.

F. METODE PENELITIAN

1. Obyek penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan batik BENGAWAN INDAH di jalan Truntum 7 No.10 Janti Rejo, Sondakan, Surakarta.Alasan dipilihnya perusahaan batik BENGAWAN INDAH karena telah melakukan magang di tempat tersebut.


(23)

2. Sumber data

a. Data primer

Data ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan staff ataupun karyawan perusahaan batik Bengawan Indah yang berkaitan langsung dengan pengendalian kualitas produk seperti tentang kerusakan produk dan penyebab kerusakan-kerusakan tersebut.

b. Data sekunder

Data ini diperoleh melalui studi pustaka yang berupa keterangan atau fakta dengan cara mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan perusahaan dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti diantaranya tentang sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan data kerusakan.

3. Metode pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu denganmenggunakan tiga cara pengamatan:

a. Observasi

Merupakan pengamatan yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk mengamati semua kegiatan atau aktivitas


(24)

yang dilakukan oleh pengelola dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi.

b. Wawancara

Wawancara dengan para narasumber sangat penting dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan maupun permasalahan yang berkaitan dengan sasaran penelitian.Sebelum melakukan wawancara peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

c. Studi pustaka

Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah pengumpulan data lewat penelaahan kepustakaan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari beberapa referensi. Referensi diperoleh dari data-data tertulis dan tercetak yang relevan seperti buku-buku, artikel dan Tugas Akhir sebelumnya yang relevan dan ada kaitannya dengan objek penelitian.

4. Metode pembahasan

a. Analisis P-Chart

Menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode P-Chart yaitu pengendalian rata-rata berdasarkan sampel


(25)

(Handoko, 2000 : 438)Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Menghitung besarnya sampel

Keterangan :

n = Besarnya ukuran sampel.

N = keseluruhan jumlah produksi.

2)

Menghitung rata-rata proporsi kerusakan

Keterangan :

np = Jumlah produk rusak.

n = Jumlah sampel.


(26)

Keterangan

:

p = Standar deviasi. p = Rata-rata kerusakan.

n= Besarnya atau ukuran sampel.

4) Menentukan batas kendali

a) Upper Control limit (UCL)

b) Lower control limit (LCL)

Keterangan :

p =Rata-rata bagian yang ditolak dalam sampel.

p=Jumlah standar deviasi

(

Z=2 untuk batas kendali 95,45% dan Z = 3 untuk batas 99,73%).


(27)

5) Membuat grafik P – Chart

Karakteristik UCL

Produk yang CL

Diteliti LCL

Sub Group Gambar I.2 Contoh Grafik P-Chart

Grafik P–Chart dibuat untuk mengetahui tingkat pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi untuk ditindak lanjuti, mencari penyebabnya, mengatasi dan memperbaikinya.

a. Diagram Pareto

1.Pengertian

Metode untuk mengolah kesalahan, masalah, atau cacat untuk membantu memusatkan perhatian pada usaha penyelesaian masalah. Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi diabad ke - 19 (Render, Barry dan Heizer, 2009 : 319).


(28)

1) Tujuan

Tujuan dari penggunaan Diagram Pareto ini adalah untuk mencari permasalahan kualitas yang pada umumnya sering terjadi, kemudian merangking permasalahan yang ada.

2) Tahapan

Pertama kita mencari permasalahan kualitas apa saja yang muncul, setelah itu menentukan kesalahan yang paling banyak terjadi hingga ke paling sedikit. Setelah menemukan porsi permasalahan yang terjadi, langkah selanjutnya yaitu membuat grafik dari porsi permasalahan yang ada.

3) Alat

Diagram Pareto bentuknya seperti Diagram Batang namun tiap batangnya menunjukan porsi permasalahan yang terjadi dari yang paling banyak ke paling sedikit.


(29)

Berikut ini merupakan contoh dari Diagram Pareto:

Gambar I.3 Contoh Diagram Pareto

a. Diagram Sebab Akibat (Fish Bone Charts) 1) Pengertian

Diagram sebab akibat merupakan salah satu daribanyak alat yang dapat membantu mengidentifikasi masalahkualitas dan titik inspeksi untuk masalah pengendaliankualitas sehari-hari. Diagram sebab akibat juga disebutdiagram Ishikawa atau diagram Tulang Ikan (Render, Barry,dan Heizer, 2009 : 318).

2) Tujuan

Tujuan dari penggunaan diagram sebab akibat ini adalahuntuk mengidentifikasi kesalahan sehari-hari


(30)

daripengendalian mutu. Diagram sebab akibat juga digunakanuntuk penelusuran akar penyebab terjadinya masalahsecara aktif.

3) Tahapan

Pada umumnya untuk memulai suatu diagram sebabakibat adalah dengan menggunakan 2 kategori, diantaranya:

a) Bagi manufacturing - 4 M. Man, Method, Machine, Material b) Bagi aplikasi layanan.

Equipment, Policies, Procedures, People.

Berdasarkan beberapa kategori tersebut maka dapat memberikan sebuah gambaran yang baik untuk analisis awal.Biladikembangkan secara sistematis, maka masalah-masalahmutu yang mungkin terjadi dan tempat pemeriksaan dapatdiketahui.

4) Alat

Diagram sebab akibat bentuknya menyerupai tulangikan.Untuk lebih jelasnya kita lihat pada gambar berikut ini.


(31)

Dibawah ini merupakan contoh dari diagram sebab akibat:

Gambar I. 4

Contoh Diagram SebabAkibat(Fish bone Chart)

5) Menggunakan Diagram SebabAkibat

Menurut (Zulian Yamit, 2004:47) Diagram Ishikawajuga dikenal dengan nama diagram sebabakibat (fishbone). Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Penggunaan diagram ini untuk mengetahui jenis dan tingkat kerusakan produk kain batik jenis Santung di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta.

Man Material

Method Machine


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kualitas dan Pengendalian Kualitas

1. Kualitas adalah keseluruhan feature dan karakteristik produk atau jasa mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat atau yang tersamar (Render, Barry dan Heizer,2009 : 301).

2. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan, dimana kualitas juga merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa yang mendatang), (Tjiptono dan Diana, 2003 : 3).

3. Pengendalian kualitas adalah pengaturan aktivitas proses agar elemen kinerja yang menjadi target tetap berada pada batas yang dapat diterima (Griffin, 2004 : 162).

4. Pengendalian kualitas adalah suatu pendekatan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atau produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya (Nasution, 2003 : 20).


(33)

5. Pengertian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2004 : 242).

B. Dimensi Kualitas

Berdasarkan perspektif, David Garvin mengembangkan dimensi kualitas kedalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan barang (Garvin dalam Yamit, 2004:10).Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Kehandalan atau (reliability) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan.

4. Kesesuaian yang spesifikasi (conformance to specification)yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.


(34)

5. Daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut digunakan.

6. Serviceabilitymeliputi, kecepatan, kompetensi, kenyamanan mudah

direparasi.

7. Estetika yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

C. Sumber Kualitas

Ada lima sumber kualitas yang bisa dijumpai (Tjiptono dan Diana,2003 : 34), yaitu:

1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak.

2. Sistem informasi yang menekankan ketetapan baik pada waktu maupun detail.

3. Desain produk yang menekankan kehandalan dan perjanjian ekstensifproduk sebelum dilepas kepasar.

4. Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat.


(35)

5. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.

D. Tujuan Pengendalian kualitas

Pengendalian kualitas merupakan kegiatan yang terpadu dalam perusahaan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan dapat berjalan baik dan hasilnya sesuai standar yang ditetapkan.

Tujuan pengendalian kualitas dilaksanakan dengan tujuan (Ahyari, 2002 : 239) yaitu:

1. Peningkatan kepuasan konsumen.

2. Penggunaan biaya yang serendah-rendahnya.

3. Selesai tepat pada waktunya.

Selain itu, alasan dari penerapan pengendalian kualitas (Handoko, 2000 : 454) adalah:

1. Mengurangi kesalahan dan meningkatkan motif.

2. Mengilhami kerja tim yang lebih baik.

3. Mendorong keterlibatan dalam tugas.

4. Meningkatkan motivasi para karyawan.

5. Menciptakan kemampuan memecahkan masalah.


(36)

7. Memperbaiki komunikasi dan mengembangkan hubungan diantaramanajer dan karyawan.

8. Mengembangkan kesadaran akan keamanan yang tinggi.

9. Memajukan karyawan dan mengembangkan kepemimpinan.

10. Mendorong penghematan biaya.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip pengendalian kualitas agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau direncanakan semula atau sebelumnya.

E. Langkah–Langkah untuk Mengatasi Kualitas

Langkah untuk memperbaiki kualitas (Tjiptono dan Diana, 2003 : 336) adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan.

2. Menetapkan tujuan perbaikan.

3. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Menyediakan pelatihan.

5. Melaksanakan proyek–proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah.


(37)

6. Memberikan penghargaan.

7. Mengkomunikasikan hasil.

8. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai.

9. Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem reguler perusahaan.

F. Aktivitas Pengendalian Kualitas

Aktivitas pengendalian kualitas (Purnomo, 2004 : 242) yaitu:

1. Pengamatan terhadap performasi produk atau proses.

2. Membandingkan performasi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku.

3. Mengambil tindakan–tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpanganyang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan– tindakan untuk mengkoreksinya.

G. Pentingnya Kualitas sebagai Strategi Bisnis

Kualitas sangat penting dalam strategi bisnis (Purnomo, 2004 : 242), yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesadaran konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang kuat akan pengambilan kualitas.


(38)

2. Kemampuan proyek.

3. Peningkatan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku.

4. Persaingan yang semakin insentif.

5. Kemampuan yang luar biasa dalam produktivitas melalui program ketekhnikan kualitas yang efektif.

H. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Menurut (Yamit, 2004:349) secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan.

2. Peralatan dan perlengkapan.

3. Bahan baku atau material.

4. Pekerja atau staff organisasi

Sedangkan faktor-faktor secara khusus yang mempengaruhi kualitas adalah:

1. Pasar atau tingkat persaingan

Persaingan merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan pengaruh perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas.


(39)

2. Tujuan Organisasi

Apakah perusahaan bertujuan untuk menghasilkan volume outputproduk, barang-barang yang berharga rendah atau menghasilkan barang yang berharga mahal.

3. Testing Produk

Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan dapat berakibat dalam mengungkapkan kegagalan dalam kekurangan yang terdapat dalam produk.

4. Desain Produk

Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan produk itu sendiri.

5. Proses Produksi

Prosedur untuk memproduksi produkdapat juga menentukan kualitas produk yang dihasilkan.

6. Kualitas Input

Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak terlatih atau perlengkapan yang digunakan tidak lengkap maka akan berakibat pada produk yang dihasilkan.


(40)

7. Perawatan Perlengkapan

Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadangtidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dalam semestinya.

8. Standar Kualitas

Jika perhatian terhadap kualitas dalam perusahaan tidak tampak, tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai.

9. Umpan Balik Konsumen

Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan konsumen, kualitas tidak akan meningkat secara signifikan.


(41)

BAB III

DISKRIPSI PERUSAHAAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan batik Bengawan Indah merupakan perusahaan batik yang memproduksi kain batik dengan cara rakel atau printing. Perusahan batik Bengawan Indah berdiri pada tahun 1980 sebagai perusahaan yang memproduksi kain batik. Adapun lokasi proses produksi kain batik memiliki tiga lokasi. Lokasi I sebagai tempat perakelan atau proses printing yang beralamatkan pada Jalan Truntum No. 7 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta. Lokasi II adalah sebagai tempat pencucian, pewarnaan dasar, pengeringan, penjemuran, pencucian, pemotongan, dan lain-lain yang beralamatkan di Jalan Gringsing 2 No. 8 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta. Dan Lokasi III sebagai tempat proses Finishing yang beralamatkan pada Jalan Truntum No. 9 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta.

Pemilik batik ini adalah bapak Haji Suparto. Beliau merupakan wirausahawan yang memiliki usaha yang bergerak pada industri kain batik, perdagangan kain batik, showroom dan retail store. Awal mula merintis perusahaan dimulai sejak tahun 1974, dengan memproduksi kain batik cap dan tulis. Disamping itu beliau juga menjual alat untuk membuat kain batik seperti cap dan bahan obat-obatan untuk pewarnaan kain batik. Pada awalnya


(42)

perusahaan memproduksi kain batik cap dan tulis dengan jumlah minimum. Setelah perusahaan mengalami perkembangan yang baik, maka permintaan menjadi bertambah. Sedangkan produksi kain batik dengan cap dan tulis memerlukan waktu yang lama dan tidak menghasilkan kain batik dengan jumlah maksimal. Menurut pemilik hal ini tidak menguntungkan bagi beliau. Maka beliau mengambil inisiatif untuk menambahkan proses rakel pada pembuatan kain batik. Pembuatan secara rakel atau printing dirasa sangat menguntungkan, karena waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi lebih cepat dan menghasilkan kain batik yang lebih banyak sehingga dapat dijual dengan jumlah yang banyak pula dan juga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dari para konsumen secara cepat.

Dalam perkembangannya perusahaan ini sempat mengalami kemunduran yang terjadi pada tahun 1990. Ini diakibatkan penipuan yang dilakukan oleh rekan bisnis. Sehingga pemilik mengalami kerugian yang besar pada saat itu. Akan tetapi perusahaan dapat bangkit dan berproduksi kembali. Kemunduran juga dirasakan setelah dicanangkannya Kampung Batik Laweyan sebagai kampung wisata batik. Hal ini terjadi karena bertambahnya pesaing sehingga produksi menurun dan perusahaan berjalan statis.

Walaupun berjalan secara statis perusahaan ini tetap memiliki semangat kerja yang tinggi. Pemilik memberikan motivasi kepada karyawan agar selalu bekerja keras. Pemilik memiliki tekad, bahwasanya perusahaan ini


(43)

harus tetap berjalan untuk menjadi sumber pendapatan dan kesejahteraan karyawan. Serta dapat menjaga warisan budaya lokal yaitu kain batik.

2. Lokasi Perusahaan

Perusahaan batik Bengawan Indah merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, dengan memproduksi kain batik. Perusahaan ini memiliki tiga lokasi, dimana lokasi I sebagai tempat perakelan atau proses printing yang beralamatkan pada Jalan Truntum No. 7 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta. Lokasi II adalah sebagai tempat pencucian, pewarnaan dasar, pengeringan, penjemuran, pencucian, pemotongan, dan lain-lain yang beralamatkan di Jalan Gringsing 2 No. 8 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta. Dan Lokasi III sebagai tempat proses Finishing yang beralamatkan pada Jalan Truntum No. 9 Jantirejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta.

3. Struktur Organisasi

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi, mulai dari struktur organisasi yang sederhana sampai dengan yang memiliki banyak staff dan fungsi.


(44)

Dibawah ini adalah struktur organisasi dari perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta:

Sumber data olahan perusahaan batik Bengawan Indah

Gambar III. 1

Struktur organisasi perusahaan batik Bengawan Indah Job Description:

a. Pemimpin Perusahaan:

Pemimpin perusahaan merupakan pemilik dari perusahaan batik tersebut, yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga memiliki wewenang dalam memutuskan perencanaan dan kebijakan pada perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan yang ada. Dalam perusahaan ini pemimpin juga ikut serta dalam pengawasan langsung kepada karyawan.


(45)

Pemimpin perusahaan turut ambil bagian dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan segala aspek yang ada dalam perusahaan secara garis besar.

b. Manajer Produksi:

Tugas dan wewenang manajer produksi mengamati dan mengawasi jalannya proses produksi yang berlangsung, memberikan perintah kepada Kepala Lokasi I, Kepala Lokasi II, dan Kepala Lokasi III. Kepala Lokasi III yang berkaitan dengan proses produksi, ikut mengawasi proses produksi Lokasi II secara langsung. Serta memberikan laporan kepada Pimpinan tentang kondisi produksi dalam sepekan dan juga menerima perintah dari pimpinan tentang kebijakan yang berkaitan dengan produksi.

c. Manajer Pemasaran:

Tugas dan wewenang manajer pemasaran adalah memberikan pengarahan kepada karyawan tentang kebijakan harga dan penjualan dari pimpinan perusahaan, menerima tugas dan kebijakan dari pimpinan perusahaan kemudian meneruskannya kepada karyawan, serta menerima pesanan dari konsumen dan mengawasi kinerja karyawan.

d. Manajer Keuangan:

Bertugas menangani masalah administrasi keuangan yaitu melakukan pencatatan secara periode, misalnya penggajian, pemasukan


(46)

dan pengeluaran perusahaan. Bagian keuangan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan administrasi keuangan pada perusahaan.

e. Kepala Lokasi I:

Kepala lokasi I memiliki tugas dan wewenang mengawasi jalannya proses perakelan atau peng-print-nan yang ada pada Lokasi I, menerima perintah dari manajer produksi akan kebijakan tentang jumlah kain yang akan dirakel, memberikan laporan akan hasil perakelan kepada manajer produksi, serta memberikan pengarahan kepada karyawan akan kebijakan jumlah produksi.

f. Kepala Lokasi II:

Tugas dan wewenang Kepala Lokasi II, mengawasi jalannya proses pewarnaan, penjemuran, penjahitan, pencucian, proses steam, pengeringan, pemutihan dan proses pengangkutan untuk curring.

g. Kepala Lokasi III:

Tugas dan wewenang Kepala Lokasi III adalah mengawali proses jalannya quality control, mengawasi jalannya proses quality control, menerima bahan batik yang telah jadi dari Lokasi II serta mencatat kain batik yang telah jadi dan yang keluar dari gudang penyimpanan barang jadi.

h. Ketua kelompok:

Ketua kelompok merupakan karyawan pada Lokasi I yang diberikan tugas dan wewenang yang lebih dibandingkan karyawan yang


(47)

lain pada bagian rakel. Tugas dan wewenang Ketua kelompok yaitu mengkoordinasi dalam pengerjaan proses perakelan dan ikut serta dalam menyelesaikan proses perakelan.

i. Karyawan:

Bertugas menjalankan pekerjaan dengan sebaik-baiknya atas beban yang diberikan serta bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.

j. Bagian Pencampuran Obat:

Tugas bagian pencampuran obat adalah melakukan penakaran komposisi untuk pembuatan pasta bahan perakelan serta memberikan saran tentang kebutuhan bahan baku kimia kepada Kepala Lokasi I. 4. Sistem Penggajian dan Tunjangan bagi Pekerja pada Perusahaan

a. Sistem Penggajian

Penggajian adalah salah satu proses dimana perusahaan memberikan upah berupa barang atau uang untuk membayar kinerja karyawan yang dimiliki. Sistem penggajian pada Perusahaan Batik Bengawan Indah terdapat tiga mekanisme:

1) Sistem Mingguan

Penggajian secara mingguan adalah pemberian gaji kepada karyawan setiap minggunya. Tarif yang diberikan adalah per minggu. Pemberian gaji tersebut dihitung sesuai dengan absensi kedatangan kerja karyawan per minggunya. Karyawan yang mendapatkan gaji


(48)

per minggu adalah karyawan pada bagian rakel, karyawan pencucian, karyawan penjemuran, karyawan gudang, karyawan finishing, karyawan steam, dan karyawan pewarnaan.

2) Sistem Bulanan

Penggajian secara bulanan adalah pemberian gaji kepada karyawan setiap bulannya. Tarif yang diberikan adalah per bulan. Perhitungan gaji tersebut sudah ditentukan tarifnya pada setiap bulannya. Karyawan penerima gaji secara bulanan adalah karyawan yang sudah bekerja lama pada perusahaan tersebut dan juga pada bagian manajerial perusahaan.

3) Sistem Borongan

Penggajian secara borongan adalah pemberian gaji yang didapatkan bila karyawan melakukan jam lembur. Tarif gaji dihitung berdasarkan jumlah kain yang diproses. Perusahaan memberikan gaji borongan hanya kepada bagian printing.

b. Tunjangan Perusahaan

Perusahaan batik Bengawan Indah memberikan tunjangan kepada karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Tunjangan tersebut berupa uang, bahan pokok, jatah makan siang, jatah makan pagi, tunjangan hari raya, dan kredit ringan untuk pembelian tempat tinggal.


(49)

5. Waktu Kerja

Kebijakan perusahaan batik Bengawan Indah tentang jam kerja karyawan menyesuaikan jenis karyawan pada perusahaan. Pada pabrik yang didalamnya terdapat proses mem-printing, jam kerja karyawan biasa dimulai pukul 08.00-15.00 WIB. Dilain waktu proses pengerjaan bisa berlangsung begitu cepat, sehingga jam kerja berlangsung hanya 6 jam, yaitu satu jam lebih cepat dari jam kerja yang ada. Para karyawan memanfaatkan satu jam tersisa untuk menyelesaikan proses secara borongan. Jika pada saat proses printing cuaca mendung maka karyawan diliburkan.

Pada lokasi pabrik yang lain, dimana proses produksinya adalah pencucian, steam, pengeringan, pemotongan, finishing dan lain-lain. Perusahaan menetapkan jam kerja mulai dari pukul 08.00-16.00. Jika pada saat jam masuk kerja mulai dari pukul 08.00-10.00 kondisi cuaca turun hujan. Maka untuk hari tersebut karyawan diliburkan.

6. Jenis Produk

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan batik Bengawan Indah adalah kain batik printing. Dengan jenis kain santung dan katun. Bahan kain tersebut digunakan sebagai bahan pembuatan pakaian kemeja laki-laki, blus wanita, pakaian anak-anak, seragam, daster, bed cover, dan taplak meja.

7. Pemasaran dari Perusahaan

Pemasaran produk perusahaan batik Bengawan Indah dilakukan melalui media seperti televisi dan media cetak. Hal lain yang dilakukan


(50)

perusahaan untuk memasarkan produk antara lain dengan mendirikan showroom yang berlokasi di Pusat Grosir Solo, pasar Klewer dan rumah kediaman pemilik. Kegiatan lain yang dilakukan untuk memasarkan produk yaitu mensponsori kegiatan sosial.

Produk yang dipasarkan pada showroom-showroom perusahaan adalah kemeja, daster, pakaian anak-anak dan baju setelan. Perusahaan juga menjual sabun yang khusus untuk mencuci kain batik.

8. Alat-alat Untuk Produksi

Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses produksi pada perusahaan batik Bengawan Indah adalah sebagai berikut:

1. Mesin grounding 2. Mesin steam 3. Plangkan 4. Meja perakelan 5. Mesin pengaduk pasta 6. Wadah

7. Bak cuci

8. Kompor pemanas bak cuci 9. Timbangan

10. Pengait untuk pengukuran dan pemotongan 11. Mesin jahit


(51)

9. Bahan Baku

Dalam proses pembuatan kain batik, dibutuhkan bahan baku untuk menghasilkan produk jadi. Berikut ini adalah bahan baku/bahan pendukung untuk pembuatan kain batik:

1. Zat warna 2. Kain santung 3. Kain katun 4. Detergent cuci 5. Sodium Alginate 6. Sodium Bikarbonat 7. Lem meja


(52)

10.Alur Proses Produksi Kurang baik Baik Kurang baik Baik

Sumber data olahan perusahaan batik Bengawan Indah Gambar III. 2

Proses produksi perusahaan batik Bengawan Indah

Proses produksi merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang berbasis produksi. Untuk menciptakan suatu produk dibutuhkan proses yang tertata. Proses produksi kain batik printing pada perusahaan batik Bengawan Indah adalah sebagai berikut:

Pe w Pro s Pe m Pe n Pen g Pe m Pe n Pros e Pro s Pe n Pe n Pro s Fini s K


(53)

1. Proses Pewarnaan:

Proses pewarnaan merupakan proses awal untuk pewarnaan kain dasar, proses ini disebut juga proses grounding. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kain batik yang berwarna dasar, selain warna putih. Pabrik menggunakan zat kimia yang kemudian dicampurkan dengan air dan waterglass kedalam mesin grounding. Penggunaan waterglass bertujuan untuk mengikat warna dasar.

2. Pemutihan:

Proses pemutihan kain dasar bertujuan untuk memutihkan kain yang akan digunakan sebagai dasaran motif batik yang akan dirakel. Proses pemutihan kain ini dilakukan dengan cara merendam kain dasar kedalam kolam penampungan yang berisi air dan obat pemutih. Sehingga kain akan terlihat putih.

3. Penjemuran I:

Penjemuran I merupakan proses yang dilakukan setelah pemutihan dan pemberian warna dasar. Karyawan melakukan penjemuran dengan menggunakan panas matahari. Tempat penjemuran merupakan area terbuka yang terdapat tiang. Tiang tersebut digunakan untuk membentangkan kawat besi yang berfungsi untuk gantungan kain saat menjemur. Setelah dijemur kain diteliti terlebih dahulu, jika kondisi kain kurang baik maka kain diproses pewarnaan ulang kembali dan kalau kain sudah baik maka kain siap untuk proses selanjutnya.


(54)

4. Proses Curring:

Proses kalender merupakan proses setelah penjemuran. Mekanisme proses curring sama halnya dengan proses setrika. Yaitu bertujuan agar kain yang telah dijemur dapat halus dan rapi, sehingga kemudian dapat diproses.

5. Proses Pemotongan:

Setelah proses curring adalah proses pemotongan. Proses ini bertujuan untuk memotong bahan kain polos agar memiliki panjang sesuai dengan panjang meja printing yang ada. Panjang kain yang diinginkan untuk proses perakelan adalah 36-38 m.

6. Pencampuran Pasta:

Pasta merupakan campuran dari Sodium Alginate dan Sodium Bikarbonat dengan zat warna seperti Alfazol Oarange, Begazol Yellow, Reavtive Red, Begazol Black dan lain-lain.

7. Perakelan atau peng-print-an:

Setelah dilakukan pemotongan proses selanjutnya adalah perakelan. Kain yang sudah dipotong dengan panjang 36-38 m kemudian dibentangkan diatas meja perakelan. Saat pembentangan kain tidak boleh terdapat lipatan, dikarenakan akan merusak motif yang diinginkan. Setelah itu dua orang pekerja mengoperasikan alat perakelan yaitu plangkan.


(55)

Gambar III. 3

Proses Pengeprint-an batik Bengawan Indah 8. Pengeringan:

Setelah dilakukan perakelan proses selanjutnya adalah pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan cara menggantung kain yang sudah dirakel atau dianginkan. Hal ini bertujuan agar tidak merusak motif yang telah dirakel sebelum proses steam.

9. Proses steaming:

Proses yang dilakukan setelah proses pengeringan adalah penguncian warna atau proses steam pada tungku. Penguncian warna dilakukan dengan cara menguapi kain, untuk memperbesar penetrasi warna dalam serat kain. Untuk menguapi kain ini maka digunakan mesin steamer.


(56)

Gambar III. 4

Alat Steamer di perusahaan batik Bengawan Indah

10. Proses penjahitan:

Proses yang dilakukan setelah proses steam adalah proses penjahitan. Proses ini bertujuan untuk menyatukan antara ujung kain agar saling berkaitan saat ditarik dalam proses pencucian.

11. Proses Pencucian:

Proses pencucian berfungsi untuk menghilangkan zat-zat yang sudah tidak diperlukan lagi pada kain batik. Pencucian kain batik menggunakan air panas dan dingin yang telah dicampur dengan detergent khusus kain batik untuk mencerahkan warna yang dihasilkan. Kain disatukan dengan cara dijahit saat dicuci.


(57)

Gambar III. 5

Alat pencuci kain batik di perusahaan batik Bengawan Indah 12. Penjemuran II:

Proses penjemuran II dengan menggunakan panas matahari. Proses ini dilakukan dengan cara menjemur kain batik dengan panas matahari diarea terbuka. Proses ini dilakukan setelah proses pencucian. Kemudian kain diteliti kembali sebelum masuk ke proses finishing jika sudah bagus maka siap untuk proses selanjutnya dan kalau belum bagus maka kain harus dicuci kembali.


(58)

Gambar III. 6

Tempat penjemuran kain batik 13. Proses Finishing:

Proses finishing adalah proses akhir dari seluruh proses produksi kain batik printing. Proses ini dilakukan setelah proses keseluruhan selesai dikerjakan. Untuk lebih memastikan kelayakan kain untuk dipasarkan atau disortirkan.

B. Laporan Magang Kerja

1. Pengertian Magang

Magang Kerja adalah suatu upaya mengarahkan mahasiswa agar dapat merasakan situasi dunia kerja, melihat dan melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan program studi, yang disini berkaitan dengan program studi manajemen bisnis. Magang kerja bersifat wajib dengan berorientasi pada dunia kerja. Diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari selama kuliah pada lapangan


(59)

kerja. Sebelum melakukan kuliah magang, mahasiswa terlebih dahulu diberikan kuliah praktis atau pembekalan mengenai proses magang nantinya. Selain itu magang kerja digunakan sebagai syarat dalam penulisan tugas akhir yang harus dan wajib dilaksanakan oleh mahasiswa jenjang Diploma III Manajemen Bisnis.

2. Manfaat Magang

Agar mahasiswa dapat menerapkan materi-materi yang didapat selama proses pembelajaran diperkuliahan pada proses magang yang berkaitan erat dengan bidang manufaktur. Selain itu mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman langsung dan pengetahuan tentang aktifitas dalam usaha.

3. Pelaksanaan Magang

Magang kerja dilakukan di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta. Pelaksanaan dilaksanakan selama satu bulan yaitu tepatnya 23 hari dimulai pada tanggal 30 Januari sampai dengan tanggal 24 Februari 2012, dengan libur pada hari Minggu. Mahasiswa magang masuk setiap harinya, kecuali hari minggu mulai dari pukul 09.00-16.00 sore.

Pada saat kuliah magang, mahasiswa magang melakukan magang kerja sesuai dengan instruksi pembimbing lapangan dari perusahaan batik Bengawan Indah. Pekerjaan yang dilakukan adalah membantu proses produksi yang dilakukan, sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki mahasiswa.


(60)

Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada saat magang kerja di perusahaan batik Bengawan Indah dalam bentuk tabel.

Tabel III. 1

Daftar Kegiatan Magang Minggu I

No Tanggal Bulan

1 30 Januari

Pengenalan tah proses produksi serta bebe Lokasi I

2 31 Januari

Pengenalan tah proses produksi serta bebe Lokasi I

3 1 Februari

Membantu da dan pendataa yang telah ke

4 2 Februari

Membantu da dan pendataa yang telah ke

5 3 Februari

Membantu da dan pendataa yang telah ke

6 4 Februari

Membantu da dan pendataa yang telah ke Sumber Data Olahan Mahasiswa Magang

Tabel III. 2

Daftar Kegiatan Magang Minggu II

No Tanggal Bulan Kegiatan

1 6 Februari

Membantu dalam proses pencucian kain batik dengan memberik an

detergent

2 7 Februari Membantu


(61)

proses pencucian kain batik dengan memberik an

detergent

3 8 Februari

Membantu proses pemberia n warna dasar dan penjemur an kain batik

4 9 Februari

Membantu dalam proses pencucian kain batik dengan memberik an detergent serta perwarna an dasar

5 10 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataan jumlah kain batik yang telah kering serta penjemur an kain batik


(62)

6 11 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataan jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucian Sumber Data Olahan Mahasiswa Magang

Tabel III. 3

Daftar Kegiatan Magang Minggu III

No Tanggal Bulan Kegiatan

1 13 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataa n jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucia n

2 14 Februari

Membantu proses pemberia n warna dasar dan


(63)

penjemur an kain batik

3 15 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataa n jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucia n

4 16 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataa n jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucia n

5 17 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan


(64)

pendataa n jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucia n

6 18 Februari

Membantu dalam proses penjemur an dan pendataa n jumlah kain batik yang telah kering serta membant u dalam proses pencucia n Sumber Data Olahan Mahasiswa Magang

Tabel III. 4

Daftar Kegiatan Magang Minggu IV

No Tanggal Bulan Kegiatan

1 20 Februari

Membantu melepas kain yang telah dirakel


(65)

melepas kain yang telah dirakel

3 22 Februari

Membantu penataan kain yang sudah melalui proses finishing, untuk disimpan digudang

4 23 Februari

Membantu penataan kain yang sudah melalui proses finishing, untuk disimpan digudang

5 24 Februari

Membantu penataan kain yang sudah melalui proses finishing, untuk disimpan digudang

6 25 Februari

Berpamitan dengan karyawa n pabrik Sumber Data Olahan Mahasiswa Magang


(66)

C. Analisis Pembahasan Masalah

1. Data yang digunakan untuk pembahasan

Data yang diambil dari obyek penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan tugas akhir yaitu berupa data produksi pada tahun 2011 dan data produk cacat pada kain batik jenis Santung dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2011.

Adapun data-data yang diperoleh dari perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta selama proses penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel III. 5

Data jumlah produksi dan produk cacat kain batik jenis Santung periode Januari sampai Desember 2011

Bulan Jumlah

Produksi Sampel Cacat Kain

Proporsi Kerusakan

Januari 95.000 1.538 65 0,04226

Februari 97.000 1.538 75 0,04876

Maret 91.000 1.538 66 0,04291

April 98.000 1.538 54 0,03511

Mei 103.000 1.538 71 0,04616

Juni 101.000 1.538 92 0,05981

Juli 102.000 1.538 71 0,04616

Agustus 97.000 1.538 67 0,04356

September 99.000 1.538 59 0,03836

Oktober 95.000 1.538 55 0,03576

November 102.000 1.538 77 0,05006

Desember 102.500 1.538 54 0,03511

Total 1.182.500 18.456 806 0,52402


(67)

a. Menentukan Sampel

= 1537,85 dibulatkan menjadi 1538

b. Menghitung rata-rata proporsi kerusakan

= 0,04367

c. Menentukan Standar Deviasi


(68)

d. Menentukan batas kendali

1) Upper control limit (UCL)

UCL = p  p

= 0,04367 + 3(0,00521)

= 0,0593

2) Lower control limit (LCL)

LCL = p  p

= 0,04367 - 3(0,00521)

= 0,02804

2. Membuat Grafik P–Chart

Data menggambarkan tingkat kerusakan yaitu dengan jumlah produksi 1.182.500 m masih terdapat cacat kain sebanyak 806 m dengan proporsi kerusakan sebesar 0,52402. Dengan melihat kondisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pengendalian kualitas perusahaan terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis P–Chart pada tahun 2011 diketahui batas kendali atas (UCL) sebesar 0,0593 dan batas kendali bawah (LCL) sebesar 0,02804. Sedangkan proporsi kerusakan rata-rata atau garis pusat pengendalian kualitas adalah 0,04367. Dengan proporsi kerusakan tertinggi berjumlah 0,05981 dan proporsi kerusakan


(69)

terendah tidak ada. Setelah mengetahui batas kendali atas (UCL), batas kendali bawah (LCL) dan garis pusat. Maka dapat dibuat bagan Control P-Chart untuk kain batik jenis Santung sebagai berikut:

Gambar III. 7

Tabel P-Chart menggunakan POM For Windows

Gambar III. 8


(70)

Dari grafik P–Chart diatas terlihat bahwa pengendalian kualitas kain batik jenis Santung di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta pada tahun 2011 terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan hanya satu produk kain yang out of control dibandingkan dengan yang in control. Proporsi kerusakan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar 0,05981.

3. Analisis Diagram Pareto

Diagram pareto merupakan grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Diagram ini digunakan untuk:

a) Menentukan urutan pentingnya masalah–masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada.

b) Memberi perhatian pada hal kritis dan penting melalui pembuatan rangking terhadap masalah atau penyebab dari masalah itu.

Diagram pareto menyatakan bahwa dari 100% permasalahan kerusakan yang ada terdapat jumlah kerusakan terbesar yaitu kerusakan karena luntur sebanyak 41,19%. Dengan demikian diagram pareto sangat membantu perbaikan proses produksi dan pengawasan agar produk yang rusak dapat dikurangi atau diperkecil. Sehingga dengan diagram pareto dapat diketahui jenis dan tingkat kerusakan yang terjadi.


(71)

Berikut adalah data Diagram Pareto per jenis kerusakan dari perusahaan batik Bengawan indah Surakarta:

Tabel III. 6

Komposisi jenis kerusakan perusahaan batik Bengawan Indah

B

Jenis Kerusakan

J

F

M

A

M


(72)

J

A

S

O

N


(73)

T

Sumber data olahan perusahaan batik Bengawan Indah

a. Menghitung prosentase jenis kecacatan: 1) Luntur:

=

41,19 % (332 m) 2) Belang:

=

25,19 % (203 m) 3) Sobek:


(74)

=

19,48% (157 m) 4) Kotor:

=

14,14 % (114 m)

Secara keseluruhan, prosentase jenis kecacatan kain batik jenis Santung periode bulan Januari sampai Desember 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel III. 7

Prosentase jenis kerusakan perusahaan batik Bengawan Indah Jenis

kerusa kan

Jumlah kerusa kan

Prosentas e kerusa

kan

Luntur 332 41.19

Belang 203 25.19

Sobek 157 19.48

Kotor 114 14.14

Jumlah 806 100,00

Sumber data olahan perusahaan batik Bengawan Indah


(75)

1) Menentukan komposisi kerusakan produk akhir yaitu jenis kerusakan, banyaknya dan prosentase (% ) kerusakan.

2) Menentukan diagram pareto dengan mengurutkan jenis kerusakan yang jumlahnya paling besar ke jumlah kerusakan paling kecil.

3) Membuat diagram pareto.

Dibawah ini merupakan diagram pareto dari perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta.

Gambar III. 9


(76)

Dari diagram diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kerusakan yang terbanyak terdapat pada kerusakan warna yang luntur pada kain dengan prosentase 41,19%. Faktor tersebut sebagaimana yang kemudian diuraikan pada diagram sebab akibat adalah karena faktor manusia dalam proses produksi kain batik jenis Santung. Selain didorong oleh faktor-faktor lain, kerusakan berikutnya untuk belang dengan prosentase 25,19% akibat dari faktor metode, untuk kerusakan sobek dengan prosentase 19,48% akibat dari faktor mesin, untuk kerusakan karena kotor dengan prosentase 14,14% sebagai akibat dari faktor material.

4. Diagram Sebab Akibat

Diagram sebab akibat merupakan salah satu alat yang dapat membantu mengidentifikasi kemungkinan terjadinya masalah dalam proses pembuatan kain batik yang dapat ditinjau dari berbagai aspek.

Bahan baku rusak Tenaga kerja kurang teliti Kurang pelatihan, pengawasan

Penggunaan obat salah Mesin tua Servis terlambat M

K

M

M a


(77)

Gambar III. 10

Diagram Sebab Akibat perusahaan batik Bengawan Indah

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan kain batik jenis Santung ditinjau dari 4 faktor, yaitu:

1) Faktor Manusia

Karyawan yang kurang terlatih membuat pekerjaan menjadi tidak teratur dan dapat menghasilkan produk yang kurang maksimal. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pelatihan-pelatihan kerja untuk karyawan baru maupun karyawan lama, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan secara teratur dan menghasilkan produk yang maksimal. Konsentrasi yang tinggi sangat dibutuhkan namun banyaknya pekerjaan sering membuat konsentrasi karyawan terpecah. Masalah ini sangat terasa dialami oleh pekerja yang kelelahan. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pemberian waktu untuk istirahat pada jam tertentu agar konsentrasi tidak pecah dan dapat meneliti kembali pekerjaannya. Sedikitnya petugas pengawas bila dibandingkan dengan jumlah mesin juga berpengaruh terhadap proses produksi. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari kepala bagian produksi pabrik


(78)

Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan petugas pengawas yang sebanding dengan jumlah mesin sehingga dalam proses produksi berjalan dengan baik.

2) Faktor Material

Bahan baku yang digunakan tidak lain adalah kain jenis Santung. Apabila kain itu rusak atau kotor (akibat proses sebelumnya), maka akan menghambat penyerapan zat warna dalam serat kain dan mengakibatkan pewarnaan menjadi belang. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pemberian tempat tersendiri untuk kain jenis Santung karena kain Santung mudah sekali terkena kotoran dan rusak sehingga sangat berpengaruh pada proses produksi selanjutnya.

3) Faktor Mesin

Masalah ini merupakan masalah yang paling banyak dihadapi oleh industri batik kecil karena mahalnya biaya untuk pembelian mesin dengan tekhnologi baru. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penyisihan hasil sisa penjualan untuk membeli mesin dengan tekhnologi baru. Bisa juga karena terlambat dalam memperbaiki mesin, akibatnya yang sering muncul adalah


(79)

berupa lambatnya kinerja mesin dan tidak selesai konstruksi. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari kepala produksi pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penjadwalan servis secara rutin yaitu dua kali dalam satu minggu, sehingga mesin tidak ada gangguan dalam proses produksi.

4) Faktor Metode

Cara penggunaan obat salah, hal ini disebabkan karena bila metode dalam pencampuran resep obat pewarna salah, maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan kain yaitu flek. Jadi pencampuran obat atau resep haruslah pas (tepat) agar tidak terjadi kerusakan produk. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan perbandingan yang tepat antara obat dan kain yang akan diberi obat sehingga tidak akan terjadi flek pada kain.


(80)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengendalian kualitas pada kain batik jenis Santung di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Data menunjukkan tingkat kerusakan yaitu dengan jumlah produksi 1.182.500 m, masih memiliki cacat kain sebanyak 806 m dengan proporsi kerusakan sebesar 0,52402. Dengan melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengendalian kualitas perusahaan telah terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis P-Chart pada tahun 2011 diketahui rata-rata kerusakan sebesar 0,04367. Batas kendali atas (UCL) sebesar 0,0593 dan batas kendali bawah (LCL) sebesar 0,02804.

2. Kami juga menganalisis dengan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui kerusakan-kerusakan yang sering muncul atau sering terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerusakan tertinggi adalah lunturnya warna pada kain karena terlihat dalam data kerusakan, cacat tersebut mendapat angka yang tertinggi yaitu 41,19%. Disusul dengan belang sebesar 25,19%, sobek sebesar 19,48%, dan kotor sebesar 14,14%.


(81)

3. Untuk menganalisis penyebab-penyebab kerusakan tersebut maka dibuatlah diagram sebab akibat. Didalam diagram tersebut diidentifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu:

a) Faktor Mesin: 1) Mesin tua 2) Servis terlambat b) Faktor Manusia

1) Kurang pelatihan 2) Kurang pengawasan

3) Tenaga kerja kurang teliti dan konsentrasi c) Faktor Material

1) Bahan baku rusak d) Faktor Metode

1) Cara penggunaan obat salah B. Saran

Berdasarkan kerusakan yang dialami oleh perusahaan batik Bengawan Indah, maka kami menyarankan agar tingkat kerusakan tersebut dapat diatasi. Adapun saran tersebut kami mengambil dari faktor-faktor penyebab kerusakan dalam diagram sebab-akibat, dimaksudkan apabila sebab-sebab tersebut dapat teratasi maka kerusakan dapat diminimalisasi. Saran tersebut antara lain:


(82)

1. Mesin

Perlu adanya pembaharuan mesin yang sudah tidak layak untuk dipakai. Disisi lain perlu adanya perawatan mesin yang rutin untuk menjaga kualitas, mesin juga digunakan didalam batas penggunaan saja.

2. Manusia

Sumber daya manusia adalah prioritas utama dalam sebuah perusahaan maka dari itu untuk kelangsungan hidup perusahaan perlu memperketat dalam penyeleksian karyawan dalam hal potensi, pelatihan dan etos kerja.

3. Material

Demi terjaganya kualitas bahan baku yang baik maka perlu dilakukan pengecekan pada saat bahan baku tersebut pertama kali diterima.

4. Metode

Perusahaan perlu membuat sebuah SOP (Standard Operating Procedure) untuk seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.


(1)

Gambar III. 10

Diagram Sebab Akibat perusahaan batik Bengawan Indah

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan kain batik jenis Santung ditinjau dari 4 faktor, yaitu:

1) Faktor Manusia

Karyawan yang kurang terlatih membuat pekerjaan menjadi tidak teratur dan dapat menghasilkan produk yang kurang maksimal. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pelatihan-pelatihan kerja untuk karyawan baru maupun karyawan lama, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan secara teratur dan menghasilkan produk yang maksimal. Konsentrasi yang tinggi sangat dibutuhkan namun banyaknya pekerjaan sering membuat konsentrasi karyawan terpecah. Masalah ini sangat terasa dialami oleh pekerja yang kelelahan. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pemberian waktu untuk istirahat pada jam tertentu agar konsentrasi tidak pecah dan dapat meneliti kembali pekerjaannya. Sedikitnya petugas pengawas bila dibandingkan dengan jumlah mesin juga berpengaruh terhadap proses produksi. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari kepala bagian produksi pabrik


(2)

Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penambahan petugas pengawas yang sebanding dengan jumlah mesin sehingga dalam proses produksi berjalan dengan baik.

2) Faktor Material

Bahan baku yang digunakan tidak lain adalah kain jenis Santung. Apabila kain itu rusak atau kotor (akibat proses sebelumnya), maka akan menghambat penyerapan zat warna dalam serat kain dan mengakibatkan pewarnaan menjadi belang. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan pemberian tempat tersendiri untuk kain jenis Santung karena kain Santung mudah sekali terkena kotoran dan rusak sehingga sangat berpengaruh pada proses produksi selanjutnya.

3) Faktor Mesin

Masalah ini merupakan masalah yang paling banyak dihadapi oleh industri batik kecil karena mahalnya biaya untuk pembelian mesin dengan tekhnologi baru. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penyisihan hasil sisa penjualan untuk membeli mesin dengan tekhnologi baru. Bisa juga karena terlambat


(3)

berupa lambatnya kinerja mesin dan tidak selesai konstruksi. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari kepala produksi pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan penjadwalan servis secara rutin yaitu dua kali dalam satu minggu, sehingga mesin tidak ada gangguan dalam proses produksi.

4) Faktor Metode

Cara penggunaan obat salah, hal ini disebabkan karena bila metode dalam pencampuran resep obat pewarna salah, maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan kain yaitu flek. Jadi pencampuran obat atau resep haruslah pas (tepat) agar tidak terjadi kerusakan produk. Sumber faktor penyebab kerusakan ini diperoleh dari karyawan pabrik Bengawan Indah Surakarta. Dengan demikian perlu dilakukan perbandingan yang tepat antara obat dan kain yang akan diberi obat sehingga tidak akan terjadi flek pada kain.


(4)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengendalian kualitas pada kain batik jenis Santung di perusahaan batik Bengawan Indah Surakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Data menunjukkan tingkat kerusakan yaitu dengan jumlah produksi 1.182.500 m, masih memiliki cacat kain sebanyak 806 m dengan proporsi kerusakan sebesar 0,52402. Dengan melihat kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengendalian kualitas perusahaan telah terlaksana dengan baik. Berdasarkan analisis P-Chart pada tahun 2011 diketahui rata-rata kerusakan sebesar 0,04367. Batas kendali atas (UCL) sebesar 0,0593 dan batas kendali bawah (LCL) sebesar 0,02804.

2. Kami juga menganalisis dengan menggunakan diagram pareto untuk

mengetahui kerusakan-kerusakan yang sering muncul atau sering terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerusakan tertinggi adalah lunturnya warna pada kain karena terlihat dalam data kerusakan, cacat tersebut mendapat angka yang tertinggi yaitu 41,19%. Disusul dengan belang sebesar 25,19%, sobek sebesar 19,48%, dan kotor sebesar 14,14%.


(5)

3. Untuk menganalisis penyebab-penyebab kerusakan tersebut maka

dibuatlah diagram sebab akibat. Didalam diagram tersebut

diidentifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu: a) Faktor Mesin:

1) Mesin tua 2) Servis terlambat

b) Faktor Manusia

1) Kurang pelatihan

2) Kurang pengawasan

3) Tenaga kerja kurang teliti dan konsentrasi

c) Faktor Material

1) Bahan baku rusak

d) Faktor Metode

1) Cara penggunaan obat salah

B. Saran

Berdasarkan kerusakan yang dialami oleh perusahaan batik Bengawan Indah, maka kami menyarankan agar tingkat kerusakan tersebut dapat diatasi. Adapun saran tersebut kami mengambil dari faktor-faktor penyebab kerusakan dalam diagram sebab-akibat, dimaksudkan apabila sebab-sebab tersebut dapat teratasi maka kerusakan dapat diminimalisasi. Saran tersebut antara lain:


(6)

1. Mesin

Perlu adanya pembaharuan mesin yang sudah tidak layak untuk dipakai. Disisi lain perlu adanya perawatan mesin yang rutin untuk menjaga kualitas, mesin juga digunakan didalam batas penggunaan saja.

2. Manusia

Sumber daya manusia adalah prioritas utama dalam sebuah perusahaan maka dari itu untuk kelangsungan hidup perusahaan perlu memperketat dalam penyeleksian karyawan dalam hal potensi, pelatihan dan etos kerja.

3. Material

Demi terjaganya kualitas bahan baku yang baik maka perlu dilakukan pengecekan pada saat bahan baku tersebut pertama kali diterima.

4. Metode

Perusahaan perlu membuat sebuah SOP (Standard Operating