PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 19 BANDUNG TAHUN AJARAN 2013/2014.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

DESKRIPSI MELALUI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA

Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

oleh Juwita 1002701

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

1002701

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

disetujui dan disahkan oleh Pembimbing 1,

Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd. NIP 196407071989012001

Pembimbing 2,

Ida Widia, M.Pd. NIP

Diketahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(3)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 4

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DAN MODEL EXPERIENTIALLEARNING ... 7

2.1 Ihwal Keterampilan Menulis ... 7

2.1.1 Pengertian Menulis ... 7

2.1.2 Tujuan Menulis ... 8

2.1.3 Manfaat Menulis ... 9

2.2 Ihwal Karangan Deskripsi ... 10

2.2.1 Jenis-Jenis Karangan ... 10

2.2.2 Pengertian Karangan Deskripsi ... 11

2.2.3 Jenis-jenis Karangan Deskripsi ... 13

2.2.4 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 13


(4)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2.3.1 Model Experiential Learning ... 14

2.3.2 Tahap-tahap Pelaksanaan Model Experiential Learning ... 18

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Experiential Learning .... 24

2.3.4 Peran Fasilitator ... 25

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Metode Penelitian ... 27

3.2 Desain Penelitian ... 29

3.3 Subjek Penelitian ... 29

3.4 Definisi Operasional ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 30

3.6 Prosedur Penelitian ... 35

3.7 Pengumpulan Data ... 40

3.8 Pengolahan Data ... 40

3.9 Kriteria Penilaian Penulisan Karangan Deskripsi ... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ... 45

4.2Deskripsi Rencana Pembelajaran ... 47

4.3Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 57

4.3.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 57

4.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 64

4.3.3 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 69

4.4Hasil Analisis Karangan Siswa ... 75

4.4.1 Hasil Analisis Karangan Siswa Siklus I ... 75

4.4.2 Hasil Analisis Karangan Siswa Siklus II ... 92

4.4.3 Hasil Analisis Karangan Siswa Siklus III ... 109

4.5Pembahasan Hasil Penelitian ... 123

4.5.1 Perencanaan Tindakan Pembelajaran ... 123

4.5.2 Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 125

4.5.3 Tingkat Kemampuan Siswa ... 127


(5)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.5.5 Analisis Angket Siswa ... 131

4.5.6 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 131

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 133

5.1 Simpulan ... 133

5.2 Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 136 LAMPIRAN


(6)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 19 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014 Juwita

NIM 1002701

Penelitian ini ingin menjawab sejumlah permasalahan yang timbul selama pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung. Permasalahan itu: (1) bagaimana perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning? (2) bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning? (3) bagaimana hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan model experiential learning?

Tujuan penelitian ini yaitu: (1) untuk memaparkan perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning; (2) untuk memaparkan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning; (3) untuk memaparkan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan model experiential learning.

Bertolak dari permasalahan di atas, peneliti menggunakan model experiential learning dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa. Model experiential learning terdiri atas lima tahapan. Tahapan tersebut yaitu: (1) experience; (2) share; (3) process; (4) generalize; dan (5) apply. Kelima tahapan tersebut diterapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini untuk mendeskripsikan secara objektif permasalahan pembelajaran di kelas yang menyangkut perbaikan, peningkatan, dan pengelolaan kelas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning dilakukan sebanyak tiga siklus; dan (3) hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi.

Setelah mengikuti proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung mengalami peningkatan. Pada siklus ke I nilai rata siswa adalah 61,21, pada siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70,4, namun belum melebihi KKM, dan pada siklus ke III nilai rata-rata siswa meningkat dan melebihi KKM menjadi 81,98. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis karangan deskripsi dengan baik.


(7)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI

19 BANDUNG

TAHUN AJARAN 2013/2014 Juwita

NIM 1002701

This research wants to answer a number of issues that appear during the course of description paragraph essay writing in class XI IPS 3 SMAN 19 Bandung. The problem was: (1) how to write description essays learning plan using experiential learning models? (2) How the implementation of learning to write essay description using the model of experiential learning? (3) How the learning outcomes of students with essay writing a description using the model of experiential learning?

The purpose of this research are: (1) to describe the learning plan writing essay description using the model of experiential learning; (2) to describe the implementation of learning to write essay description using the model of experiential learning; (3) to describe the learning outcomes of students essay description writing using the teaching model of experiential learning.

Based on the problems above, the researchers used a model of experiential learning in an effort to improve students' ability to write a paragraph description. Experiential learning model is made up of five stages. These stages are: (1) experience; (2) share; (3) process; (4) generalize; and (5) apply. These five stages are applied in teaching writing descriptions.

The method used in this research is the Classroom Action Research (CAR). This study was to describe objectively the problem of learning in the classroom involving repair, improvement, and classroom management.

The results showed that (1) the learning plan to write a description using the model of experiential learning has been going according to the plan that has been set; (2) the implementation of learning to write a description using the model of experiential learning is performed three cycles; and (3) the results showed an increase in the ability of students to write a description text.

After participating in the learning process of writing a description text using the model of experiential learning, students from class of XI IPS 3 SMAN 19 Bandung showed increased ability. In the first cycle, the average score of students is 61.21, in second cycle the average score of students increased to 70.4, but not yet exceeding the minimum passing score, and on the third cycle the average of students score has increased and exceeded the minimum passing score to 81,98. It shows that most of the students are able to write a good essay description.


(8)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terdapat pada pembelajaran bahasa Indonesia yang umumnya dipelajari di sekolah. Menulis mengandung banyak manfaat bagi perkembangan mental, intelektual, dan kreativitas seseorang. Bagi sebagian orang, menulis merupakan hal yang tidak menarik dan membosankan. Menulis terkadang dirasa membosankan karena tidak adanya inspirasi yang timbul dari pikiran sebagian orang tersebut atau karena ketidaksukaan dan ketidakmapuan dalam merangkaikan kata-kata menjadi sebuah tulisan. Selain itu, tidak adanya kreativitas yang mendukung proses menulis tersebut menjadi salah satu penyebabnya. Menurut Graves (dalam Suparno dan Yunus, 2008:14) seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.

Keterampilan menulis di sekolah biasanya diarahkan untuk membuat sebuah karangan. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana (Suparno dan Yunus, 2008:11), yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Masing-masing bentuk ini tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya dalam sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Penamaan ragam suatu karangan lebih didasarkan atas corak yang paling dominan pada karangan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi awal yang berupa wawancara, ditemukan bahwa siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung, sebagian besar siswa tidak terlalu memahami jenis-jenis karangan terutama karangan deskripsi. Data hasil wawancara dengan sisiwa menunjukkan bahwa umumnya siswa hanya mampu menyebutkan jenis-jenis karangan saja.


(9)

2

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Demikian pula dengan motivasi siswa dalam pelajaran menulis ditemukanlah penyebab siswa menganggap pelajaran menulis itu sulit dan membosankan, siswa juga kesulitan mendapatkan inspirasi untuk menuangkan pengetahuannya ke dalam bentuk karangan khususnya karangan deskripsi. Bagi sebagian besar siswa, pembelajaran tentang paragraf deskripsi masih dianggap sulit, dikarenakan mengidentifikasi perbedaan dalam cerpen atau novel, sangat sulit. Hal tersebut terjadi karena pemahaman yang kurang tepat tentang jenis paragraf, khususnya paragraf deskriptif. Sehingga ketika siswa diminta untuk menulis atapun menjelaskan kembali apa itu paragraf deksripsi, seringkali siswa kesulitan menjawabnya.

Selain hasil wawancara dengan siswa, hasil wawancara dengan Laksmi Supartiningsih, S.Pd guru bahasa Indonesia di kelas tersebutpun, ditemukan bahwa guru masih kurang kreatif dan inovatif dalam menggunakan model dan media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti memilih model pembelajaran Experiental Learning untuk mencoba meningkatkan kemampuan menulis karangan deskriptif siswa. Model pembelajaran ini dipilih karena mengacu pada pengalaman pengarang, ketika menulis suatu karangan. Dalam metode ini, imajinasi dan kemampuan menulis bukanlah hal mutlak yang diperlukan untuk dapat menyusun sebuah teks atau paragraf. Tulisan bentuk fiktif maupun fakual juga tidak pernah terlepas dari pengalaman hidup yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan karena seorang penulis tidak akan pernah bisa menuangkan karyanya apabila ia sama sekali tidak bisa mengingat kejadian-kejadian yang menjadi latar dari tulisannya.

Seseorang tidak akan bisa menuliskan watak tokohnya dengan tajam tanpa pernah sekalipun bertemu dengan sosok manusia yang sejalan dengan tulisannya. Seorang pengarang bisa menuliskan latar suasanya yang bisa membawa pembacanya hidup dalam cerita itu sendiri tentu tidak terlepas juga dari pengalamandan kemampuan mendeskripsikannya.


(10)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Asumsi peneliti mengenai penggunaan model pembelajaran ini akan membantu tercapainya pembelajaran dengan optimal seperti yang telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2008) tentang peran experiential learning dalam meningkatkan motivasi belajar BIPA. Adapun hasil penelitiannya adalah: (1) Tanggapan pembelajar terhadap penerapan experiential learning pengajaran menulis yaitu pembelajar merasa termotivasi sebanyak 50 orang dan (2) terdapat variasi metode dalam penelitiannya. Hal ini menunjukkan bahwa 100% pembelajar menikmati penerapan metode experiential learning dalam pengajaran menulis karena pembelajaran tersebut menyenangkan dan mereka dapat belajar dengan cara bekerja sama, serta saling mengenal teman satu dan lainnya dan berbagi rasa serta dapat mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan. Dalam penelitian tersebut disebutkan hasil wawancara dengan Miki Yamane, seorang mahasiswa dari Jepang, yang menunjukkan bahwa Ia menyukai metode tersebut karena Ia dapat berperan dengan optimal. Pada mulanya Ia ingin menangis karena merasa sulit untuk mengikuti kegiatan menulis yang banyak menuntut hasil karya tulis. Hampir saja Ia memutuskan keluar dari mata kuliah Menulis. Namun, setelah metode experiential learning diterapkan, akhirnya Ia merasa senang dan tidak jadi keluar dari mata kuliah tersebut. Ia menyukai kegiatan-kegiatan kelas yang diselenggarakan dengan teman-temannya. Hal ini pula yang menyebabkan Ia dapat bergaul dan bersahabat dengan teman barunya untuk saling berbagi rasa suka dan duka serta membandingkan keadaan budaya di negara asalnya.

Hasil penelitian lain yang dilakukan Pangelista (2011) menunjukkan bahwa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan model experiential learning, siswa kelas X-F SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011 mampu menuangkan idenya ke dalam bentuk cerpen. Hal terbukti dari hasil penelitiannya yang mengatakan adanya peningkatan nilai rata-rata pada siklus akhir selama proses pembelajaran yaitu sebesar 73,7 dari 60,34. Tingkat kemampuan siswa X-F SMA Laboratorium Percontohan UPI dalam menulis cerpen ternyata bervariasi antara baik sekali,


(11)

4

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

baik, cukup dan kurang. Hasil akhir menunjukkan bahwa cerpen siswa yang termasuk kategori baik sekali sebesar 10,5%, kategori baik sebesar 36,8%, kategori cukup sebesar 47,4% dan kategori kurang sebesar 5,27%. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis cerpen dengan cukup baik.

Sekait dengan penelitian yang sudah dilakukan, penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode experiental learning dalam menulis karangan deskripsi. Model pembelajaran Experiental Learning yang berlandaskan pada pengalaman siswa dapat menjadi titik awal dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

1.2Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. guru kurang referensi dalam menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis karangan deskripsi;

b. motivasi siswa dalam pembelajaran menulis masih kurang;

c. siswa kurang mendapat inspirasi dalam menulis, sehingga diperlukan ketekunan dalam latihan; dan

d. siswa memerlukan rangsangan untuk menuangkan pengetahuannya secara langsung berdasarkan hasil penglihatannya dan apa yang dirasakan dalam bentuk karangan deskripsi.

1.3Batasan Masalah Penelitian

Agar tahapan pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan jelas, penulis membatasi masalah yangakan diteliti, adapun batasan masalah dalam penelitian ini adlah penggunaan model experiential learning sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 19 Bandung. Pengalaman siswa yang dijadikan karangan deskripsi adalah


(12)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

sebuah bentuk pengalaman penting yang dapat menjadi informasi dan pengetahuan baru untuk siswa lainnya dan pembaca.


(13)

6

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.4Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung?

b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung?

c. Bagaimanakah hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan model experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk memaparkan perencanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung,

b. untuk memaparkan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung,

c. untuk memaparkan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan metode experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. a. Manfaat Teoretis


(14)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya model pembelajaran kreatif dalam dunia pendidikan dan menjadi sebuah upaya untuk meningkatkan pembelajaran menulis deskripsi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah umumnya, dan untuk pembelajaran menulis karangan deskripsi khususnya melalui model experiential learning.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi khususnya penggunaan model experiential learning. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas guru dan mengatasi masalah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

2) Bagi Siswa

Dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan kekreatifan kepada siswa dalam menulis karangan deskripsi, serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sehingga menghasilkan sebuah karangan yang baik.

3) Bagi Peneliti

Peneliti dapat meningkatkan kualitas keilmuan serta megimplementasikan model experiential learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.


(15)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai upaya pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan dan merancang desain penelitian yaitu menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardani dan Kuswara, 2009, hlm. 1.15).

Beberapa alasan pemilihan PTK adalah (1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya; (2) PTK dapat meninkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional dalam kegiatan proses KBM; (3) dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya; (4) pelaksanaan PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang pengajar, karena tidak perlu meninggalkan kelas pada KBM berlangsung; (5) pengajar menjadi lebih kreatif, karena selalu di tuntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran, serta bahan ajar yang dipahaminya.

Prosedur pelaksanaan PTK yang peneliti lakukan diadaptasi dari Arikunto (2010, hlm. 138), sebagai berikut.


(16)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1

Siklus PTK (Arikunto, 2010: 16)

Alur dalam bagan PTK tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan

Pada perencanaan tindakan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti, adalah sebagai berikut:

1) memuat skenario pembelajaran,

2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas. Jika diperlukan instrumen pengamatan tertentu, perlu dikemukakan bagaimana pembuatannya, siapa yang akan menggunakan, dan kapan akan digunakan, 3) mempersiapkan instrumen untuk merekam data mengenai proses dan hasil

tindakan, dan

4) melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan meliputi siapa, kapan, dimana dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan, dilaksanakan dalam

Siklus I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Siklus II

Pengamatan Refleksi

Refleksi Perencanaan


(17)

29

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

situasi yang aktual. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan diikuti dengan kegiatan refleksi.

c. Pengamatan Tindakan (Observasi)

Pada bagian pengamatan, melakukan observasi yang dilakukan oleh para observer yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.

3.2Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara teknis menerapkan metode kualitatif. Artinya, data yang dikumpulkan berasal dari angket, lembar observasi guru dan siswa, jurnal siswa, dan dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik disebabkan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan. Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan objek yang akan diteliti secara sistematis dengan didukung oleh teori dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

3.3Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 3 tahun ajaran 2013/2014. Siswa kelas XI IPS 3 dipilih menjadi subjek penelitian karena hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 19 Bandung Ibu


(18)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Laksmi Supartiningsih, S.Pd. sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa kelas XI masih kurang dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam menulis deskripsi. Titik fokus penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis deskripsi melalui model experiential learning.

3.4Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, istilah-istilah dalam judul diidentifikasikan sebagai berikut.

a. Model Experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung.

Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi adalah kemampuan untuk menulis sebuah karangan yang dapat menggambarkan, melukiskan suatu keadaan, tokoh, kejadian, objek, atau manusia.

3.5Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan perencanaan penelitian adalah menyusun instrumen. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 3.5.1 Lembar Observasi Pembelajaran

Observasi dilakukan untuk mengamati tindakan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pengembangan model experiential learning. Tahap pengamatan ini dilakukan oleh peneliti beserta pengamat/observer yang bertugas membuat catatan lapangan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dalam setiap siklus.

Aktivitas guru yang diamati yaitu keterampilan guru mengajar dalam mengaplikasikan metode experiental learning. Aspek yang diamati adalah kegiatan inti guru mengajar sebagai bahan refleksi untuk pertemuan berikutnya, sedangkan aktivitas siswa diamati ketika pembelajaran berlangsung. Contoh formatnya adalah sebagai berikut ini.


(19)

31

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)


(20)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN

No Aspek penilaian Pelaksanaan

ya Tidak 1 Guru menayangkan video bertemakan tokoh

2 Siswa menyimak video bertemakan tokoh

3 Guru menugaskan siswa membaca intensif contoh karangan deskripsi yang bertemakan “Tokoh” dengan judul “Ibuku”.

4 Siswa membaca intensif contoh karangan deskripsi yang bertemakan “Tokoh” dengan judul “Ibuku”.

5 Guru menugaskan siswa mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam karangan deskripsi.

6 Siswa mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam karangan deskripsi.

7 Guru memninta siswa mengemukakan pengalaman pribadi mengenai pengalaman dengan seorang tokoh. 8 Siswa mengemukakan pengalaman pribadi mengenai

pengalaman dengan seorang tokoh.

9 Guru menugaskan siswa menuliskan pengalaman pribadi ke dalam bentuk karangan deskripsi.

10 siswa menuliskan pengalaman pribadi ke dalam bentuk karangan deskripsi.

11 Guru menugaskan Siswa melakukan diskusi dengan teman ataupun guru apabila kesulitan dalam menuangkan gagasannya.

12 Siswa melakukan diskusi dengan teman ataupun guru apabila kesulitan dalam menuangkan gagasannya. 13 Guru meninta Siswa saling bertukar pikiran dalam


(21)

33

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menuliskan ide cerita.

14 Siswa saling bertukar pikiran dalam menuliskan ide cerita. 15 Guru meminta Siswa menyusun semua ide cerita menjadi

satu kesatuan utuh.

16 Siswa menyusun semua ide cerita menjadi satu kesatuan utuh.

17 Guru meminta Siswa menuliskan cerita sampai akhir. 18 Siswa menuliskan cerita sampai akhir.

3.5.2 Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak teramati dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2

Catatan Lapangan Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Model Experiential Learning

Pertemuan ke : Hari, tanggal :

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Saran Perbaikan

3.5.3 Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran yang berisi pernyataan. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung dan untuk memperoleh gambaran mengenai


(22)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil jurnal ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan tindakan pembelajaran siklus berikutnya.

Tabel 3.3 Jurnal siswa

Pertemuan ke : Hari, tanggal :

Nama :

Kelas :

AaAAakkkkkkk

3.5.4 Angket Siswa

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.

Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran hari ini?

... ...

Apa kesan yang kamu dapatkan dari pelajaran hari ini? ... ...


(23)

35

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)


(24)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4 Angket Siswa Pertemuan ke :

Hari, tanggal :

Nama :

Kelas :

Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pengetahuan yang kamu miliki!

No. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia?

2 Apakah pembelajaran menulis itu penting?

3 Apakah kamu menyukai pembelajaran menulis karangan deskripsi?

4 Apakah kamu pernah menulis karangan deskripsi? 5 Apakah kamu senang menulis karangan deskripsi? 6 Apakah kamu merasa kesulitan dalam menulis

karangan deskripsi?

7 Menurut kamu pentingkah keterampilan menulis karangan deskripsi?

3.5.5 Lembar Soal

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan menulis karangan deskripsi dengan beberapa kriteria penilaian yang telah ditentukan. Instrumen tes ini diberikan pada setiap siklus untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan model experiential learning. berikut ini adalah instrumen tes berupa soal yang akan digunakan.


(25)

37

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)


(26)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

Soal Tes Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model

Experiential Learning

Soal Tes Petunjuk Umum

1. Tulislah nama lengkap dan kelas kamu di bagian kiri atas pada kertas yang sudah dibagikan.

2. Tulisan harus rapi, bersih dan terbaca.

Petunjuk Khusus

Buatlah sebuah karangan deskripsi dengan tema yang telah ditentukan berdasarkan pengalamanmu, dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Karangan harus mendeskripsikan objek 2. Menggunakan pilihan kata yang menarik 3. Harus mengandung ciri-ciri karangan deskripsi

3.6Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai ada peningkatan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Prosedur penelitian sebagai berikut.

3.6.1 Studi Pendahuluan

Langkah awal yang peneliti lakukan untuk menemukan permasalahan seputar pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah dengan melaksanakan studi pendahuluan atau observasi awal.

Studi pendahuluan merupakan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran di kelas, untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan pokok yang terjadi di kelas sebagai pijakan untuk menyusun hipotesis pemecahan


(27)

39

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

masalah. Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara untuk memperoleh gambaran permasalahan yang terjadi di kelas.

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 3, yaitu Laksmi Supartiningsih, S.Pd. Melalui wawancara tersebut peneliti mencari informasi mengenai karakteristik kelas XI IPS 3 dan mengetahui pembelajaran menulis karangan deskripsi di kelas XI yang biasa dilakukan oleh guru yang bersangkutan.

Setelah studi pendahuluan tersebut dilakukan, maka peneliti dapat mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran kelas yang bersangkutan serta mengidentifikasi faktor penghambat yang dialami guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebelumnya. Melalui studi pendahuluan ini peneliti dapat mengetahui masalah yang biasanya ditemukan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

3.6.2 Perencanaan Tindakan

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti. Hasil penelitian pada studi pendahuluan digunakan untuk menyusun rencana pembelajaran pada siklus pertama. Pada tahap ini peneliti merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dan menyusun rencana tindakan perbaikan pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan model experiential learning.

Dalam perencanaan tindakan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan agar penelitian berjalan secara sistematis, terencana, dan terstruktur. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi dan Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Pada kegiatan ini peneliti merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. Masalah yang ditemukan dalam tahap perencanaan siklus I didapat dari pengamatan peneliti pada tahap studi pendahuluan, sedangkan untuk siklus-siklus berikutnya peneliti mengidentifikasi


(28)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

masalah yang dialami pada siklus I dan seterusnya. Pada kegiatan ini pula peneliti merencanakan berbagai alternatif pemecahan masalah. Kemudian, dipilih tindakan yang sekiranya dapat diperoleh hasil terbaik.

b. Menentukan Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru. Tidak ada peraturan khusus yang menentukan waktu pelaksanaan PTK. Waktu pelaksanaan penelitian pun bersifat relatif. Jangka waktu untuk satu siklus tergantung dari materi yang dilaksanakan dengan cara tertentu. Penelitian dilakukan tidak kurang dalam tiga siklus. Oleh sebab itu harus dirancang dan dipersiapkan secara rinci dan matang. Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah tempat mengambil data, peneliti menentukan waktu penelitian yang disesuaikan dengan program semester yang telah ada.

c. Menentukan Pokok Bahasan atau Materi Pembelajaran

Pada kegiatan ini pokok bahasan yang akan dipelajari siswa disiapkan secara matang. Peneliti harus menentukan inti atau materi pembelajaran yang relevan dengan masalah yang telah dirumuskan. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi mengenai prinsip-prinsip dan teknik menulis karangan deskripsi.

d. Mengembangkan Skenario Pembelajaran

Pada tahap ini peneliti harus merinci skenario pembelajaran berupa langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan guru praktikan (peneliti) dan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan. Tindakan-tindakan yang dirancang hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga sehingga dapat menimbulkan risiko yang akan muncul. Skenario yang disusun merupakan wujud nyata aplikasi pendekatan pembelajaran menggunakan media experiential learning meliputi 5 tahap. Skenario pembelajaran ini dituangkan secara rinci di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(29)

41

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Sumber pembelajaran dapat berupa buku acuan atau handout yang membantu siswa dalam mendapatkan materi pembelajaran. Sumber pembelajaran ini disesuaikan dengan esensi pokok bahasan yang telah ditentukan sebelumnya.


(30)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

f. Menentukan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana pendukung pembelajaran yang dapat membantu keefektifan pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini peneliti menentukan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan menyesuaikan fasilitas yang dimiliki sekolah. Media yang digunakan adalah video yang relevan dengan pembelajaran karangan deskripsi.

g. Menyusun Alat Evaluasi

Alat evaluasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan untuk menetapkan indikator ketercapaian pembelajaran. Melalui alat evaluasi yang berbentuk kriteria penilaian teks agar peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Alat evaluasi yang peneliti gunakan disusun secara sistematis dan indikator yang teratur, sehinggga tingkat kemampuan menulis karangan deskripsi para siswa dapat terlihat dengan jelas. h. Mengembangkan Format Observasi Pembelajaran

Format observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas ketika peneliti mengaplikasikan model pembelajaran experiential learning. Format observasi inilah yang akan digunakan para observer dalam tahap pengamatan tindakan (observasi).

i. Menentukan Observer

Setelah peneliti mengembangkan format observasi, peneliti menentukan observer yang akan mengamati peneliti dalam melaksanakan tindakan. Dalam penelitian kali ini, rekan yang menjadi observer adalah teman sejawat peneliti (guru praktikan bahasa dan sastra Indonesia) dan guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 19 Bandung.

3.6.3 Pelaksanaan Tindakan

Tahap berikutnya adalah melaksanakan tindakan menulis karangan deskripsi sesuai dengan perencanaannya yang telah dirumuskan . Peran peneliti dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan. Adapun pelaksanaan tindakan ini adalah dengan menerapkan model experiential learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.


(31)

43

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.6.4 Pengamatan Tindakan (Observasi)

Tahap observasi berjalan bersamaan saat pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini observer memantau seluruh aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur yaitu menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan nilai (tanda centang) pada tempat yang disediakan.

Kegiatan observasi ini diharapkan dapat memantau hal-hal yang telah direncanakan dengan proses pelaksanaannya, sehingga jika terdapat hambatan maupun hal-hal teknis yang mengganggu pembelajaran, maka dapat segera diantisipasi. Manfaat observasi ini adalah agar tujuan tindakan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Observasi merupakan hal yang cukup berpengaruh untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Pada pelaksanaan observasi terhadap aktivitas guru tersebut, peneliti bekerjasama dengan kolega sebagai pengamat atau observer. Melalui pengamatan tindakan (observasi), para observer memperhatikan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

3.6.5 Refleksi Tindakan

Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi diri terhadap tindakan yang telah dilakukan.

Peneliti melakukan evaluasi diri terhadap tindakan yang telah dilakukan. Peneliti menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil observasi, kemudian melakukan refleksi untuk menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, sehingga diketahui tingkat keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dapat bersumber dari hasil observasi aktivitas guru dan hasil evaluasi siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hasil refleksi ini dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.


(32)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)


(33)

45

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.7Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan situasi yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Pengumpulan data dilakukan pada saat sebagai berikut:

a. menganalisis tingkat kemampuan siswa dalam menulis deskripsi; b. hasil evaluasi belajar siswa dari setiap siklus;

c. observasi aktivitas siswa dan guru atau peneliti berdasarkan kategori pengamatan yang telah ditetapkan pada setiap siklus;

d. menganalisis jurnal harian siswa yang menggambarkan pemahaman dan kesan siswa terhadap pembelajaran;

e. menganalisis angket yang berisi sikap dan tanggapan terhadap pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning; dan f. menganalisis catatan lapangan yang diberikan oleh observer.

3.8Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Uraian tentang teknik kuantitatif dan teknik kualitatif adalah sebagai berikut.

3.8.1 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran experiential learning dengan teknik pengamatan objek langsung pada setiap siklusnya. Nilai dari setiap siklus dihitung jumlahnya dalam satu kelas, selanjutnya julah tersebut dihitung dalam persentase dengan rumus sebagai berikut. Secara sederhana rumusnya adalah:

X = Keterangan:

X = Rata-rata


(34)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

N = Banyak subjek

Untuk mencari persentase menurut Sudjana (2005, hlm. 131), persentase dihitung dengan rumus .

Contoh: Siswa yang memenuhi ketuntasan KKM 15 orang siswa dari 40 siswa. Untuk mencari persentase siswa yang tuntas KKM dengan cara:

Jadi persentase siswa yang tuntas KKM adalah 37,5%.

Hasil perhitungan tes kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran experiential learning dengan teknik pengamatan objek langsung di setiap siklusnya dan jika dibandingkan akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan menulis siswa melalui model pembelajaran experiential learning pada siswa kelas XI IPS 3 SMAN 19 Bandung.

3.8.2 Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data non-tes yang berupa lembar observasi guru dan siswa, jurnal siswa, angket siswa, dan dokumentasi foto. Data hasil pengamatan beserta data jurnal siswa dan angket siswa dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil pengamatan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran.

3.8.3 Kategorisasi dan Interpretasi Data

Data yang dianalisis dan direfleksi terlebih dahulu dikategorikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui model experiential learning, hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa yang berupa karangan deskripsi dianalisis berdasarkan format penilaian menulis karangan deskripsi. Interpretasi data dilakukan berdasarkan kriteria tingkat keberhasilan perencanaan


(35)

47

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model experiential learning, dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model experiential learning.

3.9Kriteria Penilaian Penulisan Karangan Deskripsi

Untuk mengukur daya serap siswa, pedoman penilaiannya menggunakan penilaian sistem PAP Skala Lima menurut Burhan Nurgiantoro (2001, hlm. 399) yaitu:

Tabel 3.6

Penilaian PAP Skala Lima Interval Tingkat

Penguasaan

Kategori Nilai Keterangan

85-100 A Baik Sekali

75-84 B Baik

60-74 C Cukup

40-59 D Kurang

01-39 E Kurang Sekali

Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dinilai berdasarkan kriteria penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kriteria Penilaian Karangan Siswa

KOMPONEN YANG DINILAI SKALA BOBOT

1 2 3 4 5 1. Diksi (ragam bahasa, arti kata,

penggunaan kata sifat)

2

2. Hasil penginderaan (lihat, dengar, rasa, cium, raba)

2


(36)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4. Penyajian urutan 2

5. Kemampuan melibatkan perasaan pembaca

2

Total skor Nilai Skor maksimum: 5 x 10 = 50

Nilai perolehan siswa : skor perolehan x 100 skor maksimum

Tabel 3.8

Profil Kriteria Penilaian Karangan Deskripsi KOMPONAN

PENILAIAN SKOR PENILAIAN

Pilihan kata (diksi)

4-5 Menggunakan banyak kata sifat, menggambarkan objek semirip mungkin, serta mengandung kiasan yang menarik

3 Menggunakan beberapa kata sifat, kurang menggambarkan objek dengan mirip, serta mengandung kiasan yang cukup menarik

2 Menggunakan sedikit kata sifat, kurang menggambarkan objek dengan mirip, serta mengandung kiasan yang kurang menarik

1 Tidak menggunakan kata sifat, tidak menggambarkan objek dengan mirip, serta tidak mengandung kiasan. Hasil

penginderaan (lihat, dengar, rasa, cium,

raba)

4-5 Tulisan mencerminkan kesan hasil penginderaan, menggunakan empat-lima panca indera

3 Tulisan tidak terlalu mencerminkan kesan hasil penginderaan, menggunakan tiga panca indera 2 Tulisan sedikit mencerminkan kesan hasil


(37)

49

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

penginderaan, menggunakan dua panca indera

1 Tulisan tidak mencerminkan kesan hasil penginderaan hanya menggunakan satu panca indera

Perincian

4-5 Tulisan mengandung ciri-ciri karangan deskripsi yang diuraikan secara terperinci dan teratur

3 Tulisan mengandung sebagian ciri-ciri karangan deskripsi tetapi tidak diuraikan secara terperinci dan teratur

2 Tulisan mengandung sedikit ciri-ciri karangan deskripsi dan tidak diuraikan secara teratur

1 Tulisan tidak mengandung ciri-ciri karangan deskripsi dan tidak diuraikan secara teratur

Penyajian urutan

4-5 Penyajian objek dari atas ke bawah, kanan ke kiri, melibatkan penggambaran watak dan sifat

3 Penyajian objek dari atas ke bawah kemudian urutannya menjadi acak, tetapi masih melibatkan penggambaran watak dan sifat

2 Penyajian objek secara acak, serta kurang melibatkan penggambaran watak dan sifat

1 Penyajian objek tidak jelas, serta tidak melibatkan penggambaran watak dan sifat

Kemampuan melibatkan

perasaan pembaca

4-5 Seluruh paragraf dalam tulisan mampu melibatkan perasaan pembaca sehingga pembaca seolah-olah merasakan apa yang digambarkan penulis.

3 Sebagian besar tulisan mampu melibatkan perasaan pembaca namun pembaca kurang merasakan apa yang digambarkan penulis.

2 Tulisan kurang dapat menghadirkan perasaan pembaca, pembaca hanya merasakan sedikit yang


(38)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

digambarkan penulis.

1 Tulisan tidak mampu melibatkan perasaan pembaca dan pembaca tidak dapat merasakan apa yang digambarkan penulis.


(39)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menjawab beberapa rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan, diantaranya.

Pertama, perencanaan menulis karangan deskripsi berdasarkan pada beberapa hambatan yang dialami siswa dalam menulis karangan deskripsi, diantaranya (1) kurangnya referensi guru dalam menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis karangan deskripsi; (2) kurangnya antusiasme, aktivitas, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis; dan (3) siswa kurang mendapat inspirasi sehingga diperlukan ketekunan dan latihan serta perlu adanya rangsangan untuk menuangkan pengetahuannya secara langsung berdasarkan hasil penglihatannya dan apa yang dirasakan dalam bentuk karangan deskripsi. Peneliti menggunakan model experiential learning dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa. Model experiential learning di kembangkan oleh David Kolbs. Model experiential learning memiliki beberapa tahapan-tahapan. Tahapan tersebut antara lain experience, share, process, generalize, dan apply. Guru menjelaskan teori mengenai hakikat menulis dan teknis menulis karangan deskripsi kepada siswa melalui model experiential learning. Model experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model experiential learning akan berkesan untuk siswa disebabkan dalam model ini siswa menuangkan pengalamannya sendiri dalam bentuk lisan ataupun tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Experiential learning menggunakan pengalaman sendiri sehingga memudahkan siswa menuangkan dan mengembangkan kemampuan menulisnya.


(40)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kedua, Metode yang digunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Keempat tahap tersebut membentuk satu siklus. Berdasarkan proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model experiential learning, kegiatan pembelajaarannya selama tiga siklus yang disimpulkan dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, jurnal siswa dan angket. Penelitian ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa melalui model experiential learning telah berhasil dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dari kemampuan menulis karangan deskripsi siswa yang mengalami peningkatan dan penampilan guru di kelas setiap siklusnya semakin baik dengan refleksi yang dilakukannya.

Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning dilakukan sebanyak tiga siklus; dan (3) hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Setelah mengikuti proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Pada siklus ke I nilai rata-rata siswa adalah 61.21, pada siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70.4, namun belum melebihi KKM, dan pada siklus ke III nilai rata-rata siswa meningkat dan melebihi KKM menjadi 81.94. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis deskripsi dengan baik.

Model experiential learning mampu meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi, karena model experiential learning memudahkan siswa


(41)

135

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menuangkan pengetahuannya ke dalam tulisan berdasarkan pengalamannya secara langsung sesuai keinginannya.


(42)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian, peneliti mengemukakan saran, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model experiential learning terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya dalam menulis deskripsi disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam model experiential learning. Penelitian mengenai pendekatan model experiential learning dapat lebih berkembang dan menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.

2. Kelemahan model experiential learning yang ditemukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu masih ada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti berharap agar penelitian selanjutnya mampu membangkitkan motivasi siswa dalam menulis deskripsi.


(43)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. dan Senny S. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Arikunto, Suharsimi dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiman, I. (2010). Model Pembelajaran Experiental Learning [daring]. Tersedia dalam http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-experiental-learning.html?m=1. [Diakses pada 25 Januari 2014].

Cahyani, I. (2008). Peran Experiential Learning dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar BIPA [daring]. Tersedia dalam

http://www.ialf.edu/kipbipa/paper/CahyaniIsah.doc./ [Diakses pada 20 Februari 2014]

Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, G. (1981). Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.

Kosasih, E. (2008). Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrana Widya Bandung.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakrta: BPFE.

Pangelista, L. (2011). “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas X-F SMA

Laboratorium Percontohan Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Rahman, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Deduktif Siswa SMA (Suatu Penelitian Experimen terhadap Siswa Ketas X SMA Negeri


(44)

137

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

9 Bandung). Penelitian. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Semi, A. (2007). Dasar- dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdikarya.

Tarigan, H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardani & Kuswara. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yunus, M. & Suparno. (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.


(1)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini menjawab beberapa rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti mendapatkan beberapa kesimpulan, diantaranya.

Pertama, perencanaan menulis karangan deskripsi berdasarkan pada beberapa hambatan yang dialami siswa dalam menulis karangan deskripsi, diantaranya (1) kurangnya referensi guru dalam menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis karangan deskripsi; (2) kurangnya antusiasme, aktivitas, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis; dan (3) siswa kurang mendapat inspirasi sehingga diperlukan ketekunan dan latihan serta perlu adanya rangsangan untuk menuangkan pengetahuannya secara langsung berdasarkan hasil penglihatannya dan apa yang dirasakan dalam bentuk karangan deskripsi. Peneliti menggunakan model experiential learning dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh siswa. Model experiential learning di kembangkan oleh David Kolbs. Model

experiential learning memiliki beberapa tahapan-tahapan. Tahapan tersebut antara

lain experience, share, process, generalize, dan apply. Guru menjelaskan teori mengenai hakikat menulis dan teknis menulis karangan deskripsi kepada siswa melalui model experiential learning. Model experiential learning adalah suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model experiential learning akan berkesan untuk siswa disebabkan dalam model ini siswa menuangkan pengalamannya sendiri dalam bentuk lisan ataupun tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Experiential

learning menggunakan pengalaman sendiri sehingga memudahkan siswa


(2)

134

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kedua, Metode yang digunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas model Hopkins yang pelaksanaan tindakannya terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Keempat tahap tersebut membentuk satu siklus. Berdasarkan proses pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model experiential learning, kegiatan pembelajaarannya selama tiga siklus yang disimpulkan dalam lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, jurnal siswa dan angket. Penelitian ini menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa melalui model experiential learning telah berhasil dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dari kemampuan menulis karangan deskripsi siswa yang mengalami peningkatan dan penampilan guru di kelas setiap siklusnya semakin baik dengan refleksi yang dilakukannya.

Ketiga, hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential learning telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model experiential

learning dilakukan sebanyak tiga siklus; dan (3) hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Setelah mengikuti proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan model

experiential learning siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung mengalami

peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai siswa. Pada siklus ke I nilai rata-rata siswa adalah 61.21, pada siklus ke II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70.4, namun belum melebihi KKM, dan pada siklus ke III nilai rata-rata siswa meningkat dan melebihi KKM menjadi 81.94. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu menulis deskripsi dengan baik.

Model experiential learning mampu meningkatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi, karena model experiential learning memudahkan siswa


(3)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

menuangkan pengetahuannya ke dalam tulisan berdasarkan pengalamannya secara langsung sesuai keinginannya.


(4)

136

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian, peneliti mengemukakan saran, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model experiential learning terbukti mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya dalam menulis deskripsi disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang terdapat dalam model experiential learning. Penelitian mengenai pendekatan model experiential learning dapat lebih berkembang dan menjadi alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.

2. Kelemahan model experiential learning yang ditemukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu masih ada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti berharap agar penelitian selanjutnya mampu membangkitkan motivasi siswa dalam menulis deskripsi.


(5)

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. dan Senny S. (2005). Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Arikunto, Suharsimi dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Budiman, I. (2010). Model Pembelajaran Experiental Learning [daring]. Tersedia dalam http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-experiental-learning.html?m=1. [Diakses pada 25 Januari 2014].

Cahyani, I. (2008). Peran Experiential Learning dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar BIPA [daring]. Tersedia dalam http://www.ialf.edu/kipbipa/paper/CahyaniIsah.doc./ [Diakses pada 20 Februari 2014]

Depdikbud. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, G. (1981). Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.

Kosasih, E. (2008). Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: CV Yrana Widya Bandung.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakrta: BPFE.

Pangelista, L. (2011). “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas X-F SMA

Laboratorium Percontohan Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian.

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Rahman, A. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Experiential Learning

dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Deduktif Siswa SMA (Suatu Penelitian Experimen terhadap Siswa Ketas X SMA Negeri


(6)

137

Juwita, 2014

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Experiential Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

9 Bandung). Penelitian. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FPBS UPI.

Semi, A. (2007). Dasar- dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdikarya.

Tarigan, H. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardani & Kuswara. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yunus, M. & Suparno. (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.