PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI MASSA JENIS.

(1)

BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI MASSA JENIS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Oleh: Mutiara Mathari

NIM 1100350

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI MASSA JENIS

Oleh: Mutiara Mathari

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Mutiara Mathari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

©Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

Mutiara Mathari, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMP

PADA MATERI MASSA JENIS Mutiara Mathari

NIM. 1100350

Pembimbing I : Dr. Muslim, M.Pd. Pembimbing II : Mimin Iryanti, S.Si., M.Si. Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif dan pemecahan masalah. Akan tetapi pada kenyataannya, kemampuan tersebut belum mampu memenuhi harapan yang diinginkan baik dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif tersebut dan prestasi belajar siswa. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif yaitu model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan metode

brainstorming. Siswa dibiasakan untuk menyelesaikan masalah dengan cara

bertukar pikiran dan melakukan penyelidikan secara langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming dalam mata pelajaran IPA-Fisika pada materi massa jenis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimental. Desain penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Sampel yang diambil adalah salah satu kelas VII yang ada di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.Instrumen penelitian terdiri dari tes kemampuan berpikir kreatif berbentuk uraian dan tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa diukur berdasarkan perolehan gain yang dinormalisasi (<g>) sedangkan korelasi kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar diukur menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan analisis keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif memiliki nilai gain yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,42 dengan kategori sedang dan peningkatan prestasi belajar siswa memiliki nilai gain yang dinormalisasi (<g>) sebesar 0,44 dengan kategori sedang. Adapun korelasi antara kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar sebesar 0,96 dengan kategori sangat tinggi setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming.


(5)

THE APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL BY USING BRAINSTORMING METODH TOWARD INCREASING JUNIOR

HIGH SCHOOL’S CREATIVE THINKING ABILITY AND LEARNING

ACHIEVEMENT ON DENSITY TOPIC Mutiara Mathari

NIM. 1100350

Supervisor I : Dr. Muslim, M.Pd. Supervisor II : Mimin Iryanti, S.Si., M.Si. Departement of Physics Education, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

Along with development of science and technology, students are required to have a high thinking ability such as critical thinking ability, creative thinking ability and problem solving. But in fact, these ability not able to fulfill the desire both development of student’s creative thinking and learning achievement. Lack of student’s creative thinking ability and learning achievement encourage researcher to conduct research about learning model that can improve quality of learning and ability to creative thinking is problem based learning model by using brainstorming method. Students are taught to solve problem in way to exchange ideas and conduct the investigation directly. This study aims to determine the increasing student’s creative thinking ability and learning achievement after applying problem based learning model by using brainstorming method in physics’s subject on density topic. The method used in this research is pre -experimental method. The design used in this research is one group pretest posttest design. The sample is one of the 7th grade class of junior high school in Bandung. The research’s instrument is creative thinking test with description form and learning achievement test with multiple choice form. The increment of student’s creative thinking ability and learning achievement based on normalized gain (<g>), while correlation of them measured by using product moment correlation. Based of analysis of this study indicate that normalized gain (<g>) of creative thinking ability is 0,42 with medium category, normalized gain (<g>) of student’s learning achievement is 0,44 with medium category, while correlation between student’s creative thinking ability and learning achievement is 0,97 with very high category after applying problem based learning model by using brainstorming method.


(6)

Mutiara Mathari, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE BRAINSTORMING UNTUK

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 5

C. Tujuan Penelitan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 9

B. Metode Brainstorming ... 9

C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Brainstorming... 10

D. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 14

E. Prestasi belajar ... 16

F. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar Siswa ... 18

G. Kajian Materi Massa Jenis ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Metode dan Desain Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Definisi Operasional ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 27


(7)

Mutiara Mathari, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE BRAINSTORMING UNTUK

G. Teknik Pengolahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72


(8)

Mutiara Mathari, 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk dapat memperbaiki karakter suatu bangsa dengan mencerdaskan generasi muda, meningkatkan martabat serta melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk dapat mencapai hal tersebut, lembaga penyelenggara pendidikan berupaya untuk menuangkan kompetensi yang diharapkan mampu dicapai oleh siswa dalam perangkat berisi rancangan yang kita kenal sebagai kurikulum. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka semakin berkembang pula kurikulum menuju arah yang semakin baik dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun 2007 (Kemendiknas, 2007, hlm. 3) mengenai

standar proses menyatakan bahwa “…visi pendidikan adalah terwujudnya sistem pendidikan untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. Hal ini diimplementasikan melalui beberapa pernyataan yang dijadikan sebagai ukuran, patokan, atau acuan dalam pengembangan serta pelaksanaan kurikulum tersebut yang disebut prinsip-prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan No. 22 tahun 2006 (Kemendiknas, 2006). Prinsip-prinsip tersebut diantaranya : 1) Berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya; 2) Beragam dan terpadu; 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; 5) Menyeluruh dan berkesinambungan; 6) Belajar sepanjang hayat; 7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.


(9)

Berdasarkan prinsip kurikulum tersebut, maka salah satunya adalah tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Untuk mencapai hal tersebut, siswa ditanamkan berbagai kemampuan berpikir tingkat tinggi sejak dini yang diantaranya meliputi kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan (Liliasari, 2000). Sejauh ini, berbagai hal telah diupayakan dengan memfokuskan siswa dalam aspek-aspek kognitif, psikomotor, dan afektif serta kegiatan belajar mengajar di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan khususnya kemampuan berpikir kreatif. Akan tetapi pada kenyataannya, kemampuan tersebut belum mampu memenuhi harapan yang diinginkan baik dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif tersebut dan dampaknya terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan siswa pada umumnya sejak menempuh pendidikan di sekolah dasar yang dicerdaskan hanya otak kiri yaitu mengenai kemampuan pengetahuan seperti menghapal dan menghitung, sehingga kemampuan otak kanan seperti kemampuan berpikir kreatif dan intuisi jarang sekali digunakan dan menjadi lemah. Alhasil, siswa lebih kaku dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupa sehari-hari (Sentanu, 2007).

Salah satu penelitian yang dilakukan Hans Jellen dari Universitas Utah, Amerika Serikat dan Klaus Urban dari Universitas Hannover, Jerman (Supriadi, 1994, hlm. 85) menyebutkan bahwa 8 negara yang diteliti berikut adalah urutan negara berdasarkan kemampuan kreatif berturut-turut dari rata-rata skor tertinggi sampai terendah yaitu Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan Indonesia adalah yang terendah. Selain itu hasil studi PISA (Programme for Internasional Students Assessment) (OECD, 2014) mengenai peringkat kemampuan pengetahuan siswa dalam bidang matematika, sains, dan literasi dalam konteks kehidupan nyata yang dimiliki negara Indonesia menunjukkan skor yang berada di bawah rata-rata dan menduduki posisi ke 64 dari 65 padahal soal yang diberikan PISA banyak mengukur kemampuan pemecahan masalah, berargumentasi, berkomunikasi, bernalar dan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kreatif merupakan bagian dari penalaran, sesuai dengan pernyataan Krulik Rudnik (2005), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar, berpikir kritis dan berpikir kreatif serta


(10)

Mutiara Mathari, 2015

menurut Costa berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Liliasari (2000) menyatakan bahwa terdapat 4 pola berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa kemampuan bernalar dan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah.

Guilford (dalam Munandar 1987, hlm. 45) menyatakan bahwa, “Berpikir

kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, namun sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidilkan formal”. Pernyataan tersebut

menunjukkan masih sulitnya implementasi berpikir kreatif siswa di lapangan. Hal ini disebabkan penerapan cara mengajar dengan cara konvensional yang dibiasakan oleh guru dalam mengajarkan konsep, prinsip, hukum-hukum dalam mata pelajaran IPA. Sedangkan, mata pelajaran IPA merupakan bidang studi yang diperoleh dari kegiatan observasi, eksperimen, dan dapat dirumuskan secara empiris. Kebiasaan seperti ini, tentu akan membuat siswa kurang kritis, kreatif, kurang termotivasi, menganggap bahwa mata pelajaran IPA sangat abstrak, dan sulit dipecahkan bila guru tidak mengajarkan siswa melalui aplikasi kehidupan sehari-hari yang sangat dekat dengan siswa. Apabila siswa tidak menyukai dan tertarik mempelajari IPA dari awal hal ini tentu akan berdampak pada hasil belajar siswa kelak.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru yang dilakukan peneliti pada salah satu SMP Negeri di kota Bandung mengenai pembelajaran yang dilakukan bahwa salah satu guru mata pelajaran IPA lebih sering menggunakan cara konvensional untuk mengefektifkan waktu yang terbatas. Pembelajaran yang dilakukan di kelas terkadang dilakukan dalam bentuk diskusi kelas dan siswa kurang dituntut untuk bertanya, menemukan serta memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan IPA. Menurut guru tersebut, untuk siswa kelas VIII sudah dapat secara mandiri melakukan diskusi dan pembelajaran secara kondusif. Namun, untuk kelas VII masih sulit untuk dikondisikan, pertanyaan yang diajukan terkadang tidak sesuai dengan permasalahan atau materi pembicaraan. Guru terkadang membuka pembelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari atau permainan serta


(11)

menggunakan gambar atau animasi, namun hal tersebut masih jarang dilakukan. Hasil observasi dalam hal kemampuan berpikir kreatif siswa masih mengalami kesulitan dalam hal menyampaikan gagasan, ide, mengajukan pertanyaan, peka terhadap suatu masalah, menciptakan hal yang baru dan mengembangkan gagasan orang lain. Adapun hasil wawancara siswa mengenai kemampuan berpikir kreatif masih lemah ketika siswa diberikan beberapa fenomena atau masalah mengenai kehidupan sehari-hari. Siswa pada umumnya menjawab berdasarkan pengetahuan menghapal dari buku pegangan atau sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru. Namun, kemampuan yang lebih tinggi seperti menerapkan konsep dan menganalisis pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari masih cenderung rendah.

Menurut hasil observasi dan wawancara tersebut, ditemukan beberapa masalah pada proses pembelajaran siswa di kelas dan kemampuan berpikir kreatif siswa terkait model pembelajaran yang dilakukan guru terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah terkait dengan materi IPA khususnya fisika. Siswa mengalami kesulitan untuk bertanya sesuai dengan materi dan menjawab permasalahan yang diajukan dan ketika soal yang diberikan diubah bentuknya atau tidak seperti yang biasa dicontohkan oleh guru, hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif siswa masih kurang.

Berdasarkan beberapa studi di atas, guru disarankan mengembangkan pembelajaran yang berpusat kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar adalah model pembelajaran berbasis masalah disertai metode brainstorming. Suradijono (2004) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Sehingga melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa tidak hanya dapat meningkatkan prestasi belajar saja namun keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya adalah kemampuan


(12)

Mutiara Mathari, 2015

berpikir kreatif. Pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi alternatif dalam mengajar untuk membantu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif baik individu dalam berbagai bidang pendidikan seperti bidang fisika (Sulaiman, dkk. 2013). Sedangkan metode brainstorming mengajarkan siswa untuk bertukar pikiran dan mengungkapkan gagasan atau ide tanpa kritik atau komentar.

Fang (2013, hlm. 8) menyatakan bahwa “Brainstorming is a creativity

technique in which a group of people (or an individual person) spontaneously generates a set of ideas to find the solution to a particular problem” yang berarti bahwa brainstorming merupakan teknik kreatif dari kelompok kecil yang secara spontan menghasilkan berbagai ide untuk menemukan solusi dari masalah khusus. Peran guru dalam metode pembelajaran ini bukan hanya sebagai pengajar, namun sebagai fasilitator, pelatih, dan mentor untuk membimbing siswa mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming yang akan penulis tuangkan dalam skripsi dengan judul “Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa SMP pada materi massa jenis” untuk melihat apakah penerapan metode tersebut mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan terhadap prestasi belajar siswa. B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model pembelajaran

berbasis masalah dengan metode brainstorming untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa SMP pada materi massa jenis?” Dari rumusan masalah ini, bila diperinci lebih khusus lagi maka akan diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(13)

1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming selama proses pembelajaran?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming pada materi massa jenis?

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming pada materi massa jenis?

4. Bagaimana korelasi kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming pada materi massa jenis?

C. Tujuan Penelitan

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming pada materi massa jenis untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif dan prestasi belajar siswa SMP pada materi massa jenis. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming selama proses pembelajaran

b. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming pada materi massa jenis

c. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming pada materi massa jenis

d. Mengetahui korelasi kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar siswa SMP setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming pada materi massa jenis


(14)

Mutiara Mathari, 2015 D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Dapat dijadikan sebagai kajian dalam pengembangan konten materi ajar IPA-Fisika

b. Dapat dijadikan langkah yang digunakan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran terkait dengan materi ajar IPA-Fisika

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

Bab I merupakan pendahuluan dan bagian awal dari skripsi yang terdiri dari: 1) Latar belakang penelitian; 2) Rumusan masalah penelitian; 3) Tujuan penelitian; 4) Manfaat penelitian; 5) Struktur organisasi skripsi.

Bab II merupakan kajian pustaka/landasan teoritis yang berisi mengenai penjelasan konteks penelitian yang dilakukan. Pada bab ini peneliti menampilkan teori dan hasil penelitian yang relevan sebagai perumusan pertanyaan penelitian, tujuan, dan hipotesis. Bab II terdiri dari pembahasan teori-teori dan konsep dalam penelitian yang diangkat.

Bab III merupakan metode penelitian yang berisi alur penelitian yang dirancang peneliti. Bab III terdiri dari: 1) Metode dan desain penelitian; 2) Populasi dan sampel; 3) Definisi operasional; 4) Prosedur penelitian; 5) Instrumen penelitian; 6) Analisis instrumen tes; 7) Teknik pengolahan data.


(15)

Bab IV merupakan temuan dan pembahasan yang berisi mengenai pembahasan hasil penelitian untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada bab ini peneliti menampilkan pengolahan atau analisis data, pemaparan data hasil penelitian, dan pembahasan data penelitian.

Bab V merupakan simpulan dan rekomendasi yang berisi penafsiran peneliti terhadap hasil penelitian serta rekomendasi yang dapat diberikan pada hasil penelitian tersebut. Terdapat dua alternatif cara penulisan pada bab ini, yaitu dengan cara butir demi butir atau dengan uraian padat. Bab V terdiri dari: 1) Simpulan; 2) Rekomendasi


(16)

Mutiara Mathari, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design yaitu variabel luar dapat ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen/variabel terikat hasil penelitian (Sugiyono, 2012, hal. 74). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest design yaitu suatu kelompok diberikan tes sebelum diberi perlakuan (treatment) dan setelah diberi perlakuan (treatment) tanpa adanya kelompok pembanding. Perlakuan dalam hal ini merupakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming. Desain penelitian disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain penelitian one group pretest posttest design

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Keterangan :

O1 : skor pretest (sebelum diberikan perlakuan)

X : pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming

O2 : skor posttest (setelah diberikan perlakuan)

Pada penelitian ini siswa diberikan perlakuan selama dua kali pembelajaran. Sebelumnya siswa diberikan dahulu pretest untuk mengetahui kemampuan awal yaitu kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar. Selanjutnya siswa diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming. Setelah perlakuan, siswa diberikan lagi posttest untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa dan korelasinya.


(17)

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII pada salah satu SMP Negeri di kota Bandung pada tahun pelajaran 2015-2016. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian adalah siswa kelas VII-F sebanyak 39 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling jenis simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Simple random sampling merupakan salah satu jenis probablility sampling yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, sehingga anggota populasi dianggap homogen. (Sugiyono, 2012)

C. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming adalah model pembelajaran yang menuntut siswa belajar memecahkan masalah dengan cara bertukar pikiran, ide, gagasan antar teman kelompoknya menggunakan tahap-tahap metode ilmiah untuk dapat menghasilkan ide yang bermutu guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah denga metode brainstorming meliputi 7 tahap yaitu: 1) Orientasi masalah atau isu; 2) Menjelaskan teknis brainstorming; 3) Mengorganisasi siswa untuk belajar secara berkelompok; 4) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok; 5) Mengurutkan ide dalam kelompok; 6) Menyajikan data; 7) Analisis dan evaluasi proses pemecahanan masalah. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming diamati dengan menggunakan lembar observasi.

2. Kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir dan sekumpulan keterampilan yang dapat dipelajari, dikembangkan dan digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari dengan menghasilkan gagasan baru dari mengkombinasikan, mengubah atau


(18)

Mutiara Mathari, 2015

mengemukakan kembali gagasan yang sudah ada. Kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan instrumen tes uraian berupa pemecahan masalah yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Indikator kemampuan berpikir kreatif meliputi 4 aspek yaitu 1) Keaslian (originality); 2) Kelancaran (fluency); 3) Keluwesan (flexibility); 4) Merinci (elaboration).

3. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh setelah melalui proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok yang dapat diukur dengan menggunakan instrumen tes berupa soal pilihan ganda yang dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap-tahap tersebut akan dirinci sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, peneliti menentukan isi materi atau materi yang akan diujikan saat penelitian. Peneliti merumuskan masalah melalui studi pendahuluan dengan melakukan observasi mengenai model pembelajaran yang diterapkan pada saat pembelajaran dan wawancara terhadap guru fisika kelas VII, lalu peneliti melakukan studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan mengenai model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming. Kemudian, peneliti melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Setelah hal tersebut dilakukan, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen tes kemampuan berpikir kreatif berupa tes uraian dan tes prestasi belajar berupa pilihan ganda Kemudian instrumen tersebut dijudgement oleh dosen ahli, lalu diuji cobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi tersebut. Selanjutnya peneliti mengolah data dan melakukan analisis terhadap hasil jawaban siswa meliputi analisis validitas, reliabilitas, taraf


(19)

kemudahan, dan daya pembeda, sehingga dapat ditentukan soal yang layak dikembangkan dan digunakan pada penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, subjek penelitian melakukan pretest yaitu tes kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar sebelum diberikan treatment. Selanjutnya peneliti memberikan treatment yaitu menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming. Keterlaksanaan pembelajaran ini diskor oleh beberapa observer menggunakan lembar obsevasi. Kemudian peneliti memberikan posttes kepada subjek penelitian untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar .

3. Tahap Akhir

Dalam tahap ini, peneliti mengolah data yaitu tes kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar, keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Kemudian peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan menyusun laporan hasil penelitian. Alur penelitian disajikan pada Gambar 3.1.


(20)

Mutiara Mathari, 2015 Studi pendahuluan

Studi literatur

Merumuskan masalah

Kemampuan berpikir kreatif dan prestasi

belajar siswa

Model pembelajaran berbasis masalah dengan

metode brainstorming solusi

Menyusun RPP

Menyusun instrumen

Judgement instrumen oleh

dosen ahli

Uji coba instrumen

Pretest

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming


(21)

Gambar 3.1. Alur penelitian

E. Intrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari keterlaksanaan model pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif, dan prestasi belajar. Berikut uraian masing-masing instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Instrumen penelitian

No. Sumber Jenis Teknik Alat

1 Observer

Keterlaksanaan model

pembelajaran

Daftar

checklist Lembar observasi

2 Siswa

Tes kemampuan berpikir kreatif siswa Tes uraian, penilaian sikap dan keterampilan

Lembar soal dan lembar jawaban, format penilaian sikap dan keterampilan

2 Siswa Tes prestasi belajar

siswa

Tes pilihan ganda

Lembar soal dan lembar jawaban

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming diukur menggunakan lembar observasi. Lembar observasi meliputi

pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Lembar observasi berbentuk daftar

checklist dan memuat kolom “ya” dan “tidak” serta diisi oleh observer yang

mengamati proses pembelajaran di dalam kelas.).

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif siswa diukur menggunakan tes berbentuk uraian, penilaian sikap dan keterampilan. Tes berbentuk uraian meliputi aspek kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari keaslian (originality), kelancaran


(22)

Mutiara Mathari, 2015

(fluency), keluwesan (flexibility), dan merinci (elaboration). Penilaian sikap dan keterampilan kemampuan berpikir kreatif meliputi pengamatan aktivitas siswa mencakup keempat aspek kemampuan berpikir kreatif. Penilaian sikap dan keterampilan berbentuk daftar checklist bertingkat . Penilaian sikap memuat skala peskoran 1-5 yang menunjukkan rentang konsisten siswa dalam mencapai indikator sikap dan penilaian keterampilan memuat skala peskoran 1-3 yang menunjukkan rentang keterampilan yang dilakukan siswa. Penilaian sikap dan keterampilan diisi oleh observer yang mengamati proses pembelajaran di dalam kelas.

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang dicapai siswa diukur menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat opsi jawaban. Indikator prestasi belajar mengacu pada Bloom revisi meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4) (mengingat) hingga C4 (menganalisis). Tes ini diberikan saat pretest dan posttes.

F. Analisis Instrumen Tes

1. Teknik Analisis Instrumen

Analisis yang dilakukan terhadap instrumen tes kemampuan berpikir kreatif dan tes prestasi belajar yaitu meliputi 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) taraf kemudahan; dan 4) daya pembeda yang dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

a. Validitas

Validitas adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Scarvia.B. Anderson (dalam JICA, 2001) mengemukakan bahwa tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan korelasi product momen dengan angka kasar (Pearson dalam Arikunto , 2012).


(23)

Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan validitas tes berbentuk pilihan ganda dan uraian (Arikunto, 2012) sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa

Klasifikasi validitas instrumen tes disajikan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Klasifikasi validitas instrumen tes

Koefisien Korelasi Kriteria validitas 0,80 < r  1,00 Sangat tinggi 0,60 < r  0,80 Tinggi 0,40 < r  0,60 Cukup 0,20 < r  0,40 Rendah 0,00 < r  0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2012) b. Reliabilitas

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Skor reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas.


(24)

Mutiara Mathari, 2015

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan metode belah dua (split half method) ganjil genap karena instrumen yang digunakan berbentuk pilihan ganda dan jumlah soal adalah genap.

Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda (Arikunto, 2012 sebagai berikut:

) 1 ( 2 2 / 1 2 / 1 2 / 1 2 / 1 11 r r r r r   Keterangan: 11

r = reliabilitas instrumen

 2 / 1 2 / 1 r

r korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Adapun untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian menggunakan persamaan Alpha (Arikunto, 2012) sebagai berikut:

= −∑ �

Keterangan:

= reliabilitas tes = jumlah soal

∑ � = jumlah varians skor tiap item � = varians total

Klasifikasi reliabilitas instrumen tes disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Klasifikasi reliabilitas instrumen tes Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 < r  1,00 Sangat tinggi 0,60 < r  0,80 Tinggi 0,40 < r  0,60 Cukup 0,20 < r  0,40 Rendah 0,00 < r  0,20 Sangat rendah


(25)

(Arikunto, 2012)

c. Taraf kemudahan

Taraf kemudahan adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Arikunto, 2012). Indeks kemudahan ini umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar antara 0,00-1,00. Semakin besar indeks tingkat kemudahan, maka semakin mudah soal tersebut.

Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan taraf kemudahan tes berbentuk pilihan ganda (Arikunto, 2012):

= �� Keterangan:

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun untuk mengetahui taraf kemudahan tes berbentuk uraian menggunakan persamaan sebagai berikut:

= �̅ � Keterangan:

P = indeks kemudahan �̅ = skor rata-rata � � = skor maksimal soal

Klasifikasi taraf kemudahan instrumen tes disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Klasifikasi taraf kemudahan instrumen tes


(26)

Mutiara Mathari, 2015

Skor X Kriteria Tingkat Kemudahan

0,00 Terlalu Sukar

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar 0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang 0,71 ≤ P < 1,00 Mudah

1,00 Terlalu Mudah

(Arikunto, 2012)

d. Daya pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu instrumen tes untuk membedakan antara kelompok atas (menguasai materi yang ditanyakan) dengan kelompok bawah (belum menguasai materi yang ditanyakan). Semakin tinggi indeks daya pembeda artinya semakin mampu instrumen tes tersebut membedakan siswa kelompok atas dan kelompok bawah.

Berikut adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan daya pembeda berbentuk pilihan ganda (Arikunto, 2012) sebagai berikut:

B B A A

J B J B

D 

Keterangan:

D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyak peserta kelompok atas

JB = banyak peserta kelompok bawah

Adapun untuk mengetahui daya pembeda tes berbentuk uraian menggunakan persamaan sebagai berikut:

= �̅ − �̅


(27)

Keterangan:

D = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu �̅ = skor rata-rata kelompok atas

�̅ = skor rata-rata kelompok bawah � � = skor maksimal soal

Klasifikasi daya pembeda instrumen tes disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Klasifikasi daya pembeda instrumen tes Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00 – 0,20 jelek (poor) 0,20 – 0,40 cukup (satisfactory) 0,40 – 0,70 baik (good) 0,70 – 1,00 baik sekali (excellent)

Negatif soal dibuang

(Arikunto, 2012) 2. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu VIII-A dan VIII-C dengan jumlah total siswa 38 orang di sekolah tempat penelitian. Siswa yang diuji coba telah mempelajari mengenai materi yang dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini. Instrumen yang diuji coba adalah tes kemampuan berpikir kreatif berbentuk uraian dengan jumlah soal 6 buah dan tes prestasi belajar berbentuk pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 20 buah. Berikut merupakan rekapitulasi hasil uji coba instrumen meliputi validitas, reliabilitas, taraf kemudahan, dan daya pembeda disajikan pada Tabel 3.7. dan Tabel 3.8.

Tabel 3.7.

Rekapitulasi data hasil uji instrumen tes kemampuan berpikir kreatif


(28)

Mutiara Mathari, 2015

Soal Kemudahan

Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria 1a

0,69 Cukup

0,72 Sedang 0,57 Sedang 0,23 Cukup Dipakai

1b 0,74 Sedang 0,71 Mudah 0,48 Baik Dipakai

1c 0,75 Sedang 0,33 Sedang 0,16 Jelek Diperbaiki

2 0,59 Sedang 0,26 Sukar 0,22 Cukup Dipakai

3 0,40 Sedang 0,46 Sedang 0,21 Cukup Dipakai

4 0,49 Sedang 0,64 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

Tabel 3.8.

Rekapitulasi data hasil uji instrumen tes prestasi belajar No.

Soal

Reliabilitas Validitas Taraf Kemudahan

Daya Pembeda Ket Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria

1

0,79 Cukup

0,42 Sedang 0,58 Sedang 0,42 Baik Dipakai

2 0,45 Sedang 0,32 Sedang 0,21 Cukup Dipakai

3 0,46 Sedang 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dipakai

4 0,45 Sedang 0,45 Sedang 0,47 Baik Dipakai

5 0,44 Sedang 0,37 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

6 0,40 Sedang 0,84 Mudah 0,31 Cukup Dipakai

7 0,41 Sedang 0,53 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

8 0,50 Sedang 0,74 Mudah 0,42 Baik Dipakai

9 0,45 Sedang 0,61 Sedang 0,47 Baik Dipakai

10 0,45 Sedang 0,61 Sedang 0,47 Baik Dipakai

11 0,50 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

12 0,40 Sedang 0,58 Sedang 0,21 Cukup Dipakai

13 0,44 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

14 0,46 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

15 0,52 Sedang 0,68 Sedang 0,53 Baik Dipakai

16 0,41 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

17 0,54 Sedang 0,53 Sedang 0,63 Baik Dipakai

18 0,46 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

19 0,42 Sedang 0,58 Sedang 0,42 Baik Dipakai

20 0,48 Sedang 0,68 Sedang 0,42 Baik Dipakai

Berdasarkan Tabel 3.7. diperoleh analisis dari 6 butir soal yang digunakan terdapat 5 butir soal dapat dipakai dan 1 butir soal perlu diperbaiki. Untuk soal 1c memiliki pertimbangan tidak dipakai karena indikator pencapaian kemampuan berpikir kreatif sudah dapat dicapai oleh soal 1a dan 1b sehingga soal dapat tidak


(29)

dipakai. Berdasarkan Tabel 3.8. diperoleh analisis dari 20 soal yang digunakan terdapat 20 butir soal dapat dipakai.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan diperoleh melalui berbagai rangkaian kegiatan, maka data tersebut diolah agar menghasilkan data yang matang. Pengolahan data pada penelitian ini meliputi peningkatan kemampuan berpikir kreatif, peningkatan prestasi belajar, korelasi kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar, dan keterlaksanaan model pembelajaran.

1. Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming diperoleh melalui lembar observasi. Dalam lembar observasi

disediakan kolom kritik dan saran berupa keterangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan serta kelemahan yang terjadi selama pembelajaran dapat diketahui sehingga untuk proses pembelajaran berikutnya dapat lebih baik. Adapun persentase data lembar observasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

% = ∑ ��� � � � � � � x 100%

Setelah data lembar observasi diolah, kemudian diinterpretasikan seperti yang disajikan pada tabel 3.9.

Tabel 3.9. Interpretasi tingkat keterlaksanaan model pembelajaran

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tidak ada kegiatan yang terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Koswara, dalam Didin Aminudin 2013, hlm. 32) Keterangan:


(30)

Mutiara Mathari, 2015

KM = Keterlaksanaan model pembelajaran

2. Kemampuan Berpikir Kreatif

Untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kreatif pada siswa menggunakan gain ternormalisasi kemudian dikategorikan pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Mengolah skor untuk soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian dengan cara menghitung skor yang benar dibagi dengan skor maksimum.

Untuk menentukan peningkatan skor maka digunakan perhitungan gain skor.

Gain skor dicari dengan cara menghitung terlebih dahulu skor pretest dan posttes

pada hasil treatment. Adapun rumus untuk menentukan gain skor dengan cara:

Gain (peningkatan skor) = ∑ −

� � −

(Hake, 1998, hlm. 54)

Berikut merupakan interpretasi gain skor ternormalisasi disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Interpretasi gain skor ternormalisasi

Skor gain ternormalisasi <g> Kriteria

,7 Tinggi

,7 > < � > , Sedang

, Rendah

(Hake, 1998, hlm. 55) Selain menentukan peningkatan skor, kemampuan berpikir kreatif mengukur sikap dan keterampilan. Penilaian sikap memuat skala 1-5 yang menunjukkan rentang konsisten siswa dalam mencapai indikator sikap dan penilaian keterampilan memuat skala 1-3 yang menunjukkan rentang keterampilan yang dilakukan siswa. Skor tersebut dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut:


(31)

Setelah data sikap dan keterampilan diolah, kemudian diinterpretasikan seperti yang disajikan pada tabel 3.11.

Tabel 3.11. Interpretasi sikap dan keterampilan siswa

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tidak ada kegiatan yang terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

3. Prestasi Belajar

Untuk mengukur tes prestasi belajar pada siswa menggunakan gain ternormalisasi kemudian dikategorikan pada kategori tinggi, sedang, dan rendah. Mengolah skor untuk soal prestasi belajar dalam bentuk pilihan ganda dengan cara memberi skor 1 pada jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah atau tidak diisi. Sehingga skor yang diperoleh sama dengan jumlah jawaban yang benar. Untuk menentukan peningkatan maka digunakan perhitungan gain skor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tes kemampuan berpikir kreatif.

4. Korelasi Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Prestasi Belajar

Korelasi kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar diperoleh menggunakan rumus korelasi product moment. Product moment dari Pearson digunakan apabila variabel X dan Y sama-sama kontinyu dan pengukurannya dengan skala interval (Panggabean, 2001). Kontinyu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa data hasil penelitian tidak memiliki angka yang bulat. Tetapi merupakan bilangan yang memiliki lebih dari dua angka seperti decimal. Sedangkan skala interval adalah bahwa data yang digunakan dapat dikategorikan menurut range yang pasti. Teknik korelasi diguunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut


(32)

Mutiara Mathari, 2015

adalah sama (Sugiyono, 2012). Cara menentukan koefisien korelasi dapat dengan menggunakan persamaan:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rxy        

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Adapun persyaratan untuk menentukan korelasi product moment yaitu data yang digunakan berdistribusi normal dan homogen. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui populasi data yang digunakan berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas untuk mengetahui populasi data yang digunakan memiliki karakteristik yang sama Untuk menentukan uji normalitas dengan menggunakan persamaan:

 = ∑ − �

� �=

1) Apabila  ℎ� < , maka data berdistribusi normal 2) Apabila  ℎ� > , maka data tidak berdistribusi normal Keterangan:

 = koefisien normal = frekuensi pengamatan � = frekuensi diharapkan


(33)

=

1) Apabila ℎ� < , maka data homogen 2) Apabila ℎ� > , maka data tidak homogen

Keterangan:

= standar deviasi varians yang lebih besar = standar deviasi varians yang lebih kecil

Untuk mengetahui signifikansi atau taraf kepercayaan suatu korelasi yaitu apakah antar variabel saling mempengaruhi, maka dilakukan uji signifikasi sebagai berikut:

= √ −

1) Apabila ℎ� < , maka ada pengaruh antar variabel 2) Apabila ℎ� > , maka tidak ada pengaruh antar variabel

Keterangan:

t = taraf kepercayaan r = korelasi hitung n = jumlah siswa


(34)

Mutiara Mathari, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming yang dilaksanakan guru dan siswa sudah terlaksana cukup baik

dengan rata-rata presentase keterlaksaan yang didapat sebesar 91,34%.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming berada pada kategori sedang. Peningkatan untuk aspek keaslian termasuk pada kategori tinggi, sedangkan aspek kelancaran, keluwesan, dan merinci termasuk pada kategori sedang.

3. Peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming berada pada kategori sedang. Peningkatan untuk aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis) termasuk pada kategori sedang.

4. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar siswa, yaitu sebesar 0,96 dengan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif siswa maka prestasi siswa akan meningkat.

B. Rekomendasi

Penelitian yang dilaksanakan ini masih jauh dari penelitian yang sempurna. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk memfasilitasi, memudahkan


(35)

siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan menambah wawasan serta pengetahuan dalam meningkatkan prestasi belajar

2. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk materi atau konsep lain yang bersifat abstrak dan matematis yang sangat sulit untuk dipahami oleh siswa.

3. Dalam upaya mengembangkan, mengimplementasikan, merancang model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming ini diperlukan dasar-dasar teori serta penelitian relevan yang mendukung untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa. 4. Peran guru sebagai fasiliatator dan perancang model pembelajaran harus

menguasai sintaks dan pengelolaan kelas agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

5. Guru lebih menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak kaku, dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga terjalin hubungan komunikasi yang harmonis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(36)

Mutiara Mathari, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Al-khatib, B.A. (2012). The Effect of Using Brainstorming Strategy in Developing Creative Problem Solving Skills among Female Students in Princess Alia University College.

American International Journal of Contemporary Research. Volume 2. Nomor 10.

Aminudin, D. (2013). Profil Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMP

pada Konsep Gerak. (Skripsi). Sarjana FPMIPA, Universitas Guruan Indonesia.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen. Revisi Taksonomi Bloom. Diterjemahkan oleh: Agung

Prihantoro. YogyakartaL Pustaka Belajar.

Anwar, M.N., dkk.(2012). Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary School Students. International Interdisciplinary Journal of

Education, 1(3), hlm.44-47.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Guruan. Jakarta:Bumi Aksara.

Clegg, P. (2008). Creativity and Critical Thinking in The Globalised University. Innovations

in Education and Teaching International. Volume 45. Nomor 3. Taylor 7 Francis.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fang, Ning. (2013). Increasing high school students interest in STEM education through collaborative brainstorming with yo-yos. Journal of STEM education, 14(4), hlm. 8-14. Getzels, J. W. & Jackson P. W. (1962).Creativity and intelligence: Explorations with gifted

students. New York: Wiley.

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomungtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.

Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa Hilgard, E.R. dan Bower G.H. (1975). Theories of learning. Englewood Cliffs, New York:


(37)

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press

Ismail. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran konstekstual. Surabaya: tidak diterbitkan Krulik, S. & Rudnick, J. A. (1995).The New Sourcebook for Teaching Reasoning

andProblem Solving in Elementary School. Needham Heights, Massachusetts: Allyn &

Bacon.

Liliasari.(2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA.Proceeding Nasional Science Education

Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Johnson, S. (2010). Where Good Ideas Come From. New York: Riverhead books.

Karnes, M. B., dkk. (1961). Factors associated with underachievement and overachievement

of intellectually ifted children. Champaign, IL: Champaign Community Unit Schools.

Liliasari.(2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding Nasional Science Education

Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Love. (2012). Is your gold jewelry real? See gold buying guide. [Online]. Tersedia: http://hottestfashiononline.com/gold-buying-guide/

Kemendiknas. (2006). Permendiknas No. 22 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kemendiknas. (2007). Permendiknas No.41 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Munandar, U.(1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Depdiknas dan Rineka Cipta.


(38)

Mutiara Mathari, 2015

News, ABC. (2010). An Ocean of Fire. [Berkas Video]. Tersedia: http://m.youtube.com/watch?v=XoE82VIjqn4

Northern Illinois University, Faculty Development and Instructional Design Center. (2012).

Brainstorming. [Online]. Diakses dari: www.niu.edu/facdev.com

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

OECD 2010. (2009). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Permormance in Reading, Mathematic and Science (Volume I).OECD.

Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. JICA: Bandung

Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang Pelajar

Rusman. (2014). Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-7.

Sentanu, E. (2007). Quantum Ikhlas: The Power of Positive Feeling. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sperry. R. W. (1968). Hemisphere disconnection and unity in conscious awareness.

American Psychologist. 23. hlm 723-733.

Sugiyono.(2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulaiman F., Coll R.K., Hassan S. (2013). Comparison using PBL and Online Learning for

Undergraduate Physics’ Students for Creative Thinking. Proceeding of the World Science, Engineering and Art Studies (WSEAS). Kuala Lumpur.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Suradijono, SHR. (2004). Problem Based Learning: Apa dan bagaimana? Makalah Seminar

Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran:Pendekatan Problem Based Learning berbasis ICT (Information and Communication Technology). Yogyakarta

UCMAS, Canada Inc. (2007-2015). Left Brain vs Right Brain. [Online]. Tersedia: http://ucmas.ca/our-programs/whole-brain-development/left-brain-vs-right-brain/

Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Edisi ke 3. Diterjemahkan oleh: Prasetio L. & Rahmad W. Jakarta: Erlangga


(39)

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta

Widodo, A. (2006). Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Jurnal

Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI. Volume 3. Nomor 2. Hlm, 18-29.

Wiradi. (2010). Makna dan Pengertian Analisis. [Online]. Diakses dari: www.anneahira.com/pengertian-analisis.htm


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode

brainstorming yang dilaksanakan guru dan siswa sudah terlaksana cukup baik

dengan rata-rata presentase keterlaksaan yang didapat sebesar 91,34%.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming berada pada kategori sedang. Peningkatan untuk aspek keaslian termasuk pada kategori tinggi, sedangkan aspek kelancaran, keluwesan, dan merinci termasuk pada kategori sedang.

3. Peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming berada pada kategori sedang. Peningkatan untuk aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan),

dan C4 (menganalisis) termasuk pada kategori sedang.

4. Terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kreatif terhadap prestasi belajar siswa, yaitu sebesar 0,96 dengan kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif siswa maka prestasi siswa akan meningkat.

B. Rekomendasi

Penelitian yang dilaksanakan ini masih jauh dari penelitian yang sempurna. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:


(2)

siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan menambah wawasan serta pengetahuan dalam meningkatkan prestasi belajar

2. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk materi atau konsep lain yang bersifat abstrak dan matematis yang sangat sulit untuk dipahami oleh siswa.

3. Dalam upaya mengembangkan, mengimplementasikan, merancang model pembelajaran berbasis masalah dengan metode brainstorming ini diperlukan dasar-dasar teori serta penelitian relevan yang mendukung untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar siswa. 4. Peran guru sebagai fasiliatator dan perancang model pembelajaran harus

menguasai sintaks dan pengelolaan kelas agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

5. Guru lebih menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, tidak kaku, dan memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga terjalin hubungan komunikasi yang harmonis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al-khatib, B.A. (2012). The Effect of Using Brainstorming Strategy in Developing Creative Problem Solving Skills among Female Students in Princess Alia University College.

American International Journal of Contemporary Research. Volume 2. Nomor 10.

Aminudin, D. (2013). Profil Konsistensi Representasi dan Konsistensi Ilmiah Siswa SMP

pada Konsep Gerak. (Skripsi). Sarjana FPMIPA, Universitas Guruan Indonesia.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen. Revisi Taksonomi Bloom. Diterjemahkan oleh: Agung

Prihantoro. YogyakartaL Pustaka Belajar.

Anwar, M.N., dkk.(2012). Relationship of Creative Thinking with the Academic Achievements of Secondary School Students. International Interdisciplinary Journal of

Education, 1(3), hlm.44-47.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Guruan. Jakarta:Bumi Aksara.

Clegg, P. (2008). Creativity and Critical Thinking in The Globalised University. Innovations

in Education and Teaching International. Volume 45. Nomor 3. Taylor 7 Francis.

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Dimyati & Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fang, Ning. (2013). Increasing high school students interest in STEM education through collaborative brainstorming with yo-yos. Journal of STEM education, 14(4), hlm. 8-14. Getzels, J. W. & Jackson P. W. (1962).Creativity and intelligence: Explorations with gifted

students. New York: Wiley.

Hake, R.R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomungtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.

Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa Hilgard, E.R. dan Bower G.H. (1975). Theories of learning. Englewood Cliffs, New York:


(4)

Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa University Press

Ismail. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction). Makalah disajikan pada pelatihan TOT Pembelajaran konstekstual. Surabaya: tidak diterbitkan Krulik, S. & Rudnick, J. A. (1995).The New Sourcebook for Teaching Reasoning

andProblem Solving in Elementary School. Needham Heights, Massachusetts: Allyn &

Bacon.

Liliasari.(2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA.Proceeding Nasional Science Education

Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Johnson, S. (2010). Where Good Ideas Come From. New York: Riverhead books.

Karnes, M. B., dkk. (1961). Factors associated with underachievement and overachievement

of intellectually ifted children. Champaign, IL: Champaign Community Unit Schools.

Liliasari.(2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Proceeding Nasional Science Education

Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve the Problems. Malang: JICA-IMSTEP FMIPA UM.

Love. (2012). Is your gold jewelry real? See gold buying guide. [Online]. Tersedia: http://hottestfashiononline.com/gold-buying-guide/

Kemendiknas. (2006). Permendiknas No. 22 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Kemendiknas. (2007). Permendiknas No.41 tentang Standar Proses. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Munandar, U.(1987). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Depdiknas dan Rineka Cipta.


(5)

News, ABC. (2010). An Ocean of Fire. [Berkas Video]. Tersedia: http://m.youtube.com/watch?v=XoE82VIjqn4

Northern Illinois University, Faculty Development and Instructional Design Center. (2012).

Brainstorming. [Online]. Diakses dari: www.niu.edu/facdev.com

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

OECD 2010. (2009). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Permormance in Reading, Mathematic and Science (Volume I).OECD.

Panggabean, L. (2001). Statistika Dasar. JICA: Bandung

Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang Pelajar

Rusman. (2014). Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. PT. Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-7.

Sentanu, E. (2007). Quantum Ikhlas: The Power of Positive Feeling. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sperry. R. W. (1968). Hemisphere disconnection and unity in conscious awareness.

American Psychologist. 23. hlm 723-733.

Sugiyono.(2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulaiman F., Coll R.K., Hassan S. (2013). Comparison using PBL and Online Learning for

Undergraduate Physics’ Students for Creative Thinking. Proceeding of the World Science, Engineering and Art Studies (WSEAS). Kuala Lumpur.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta. Suradijono, SHR. (2004). Problem Based Learning: Apa dan bagaimana? Makalah Seminar

Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran:Pendekatan Problem Based Learning berbasis ICT (Information and Communication Technology). Yogyakarta

UCMAS, Canada Inc. (2007-2015). Left Brain vs Right Brain. [Online]. Tersedia: http://ucmas.ca/our-programs/whole-brain-development/left-brain-vs-right-brain/

Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. Edisi ke 3. Diterjemahkan oleh: Prasetio L. & Rahmad W. Jakarta: Erlangga


(6)

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta

Widodo, A. (2006). Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Jurnal

Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI. Volume 3. Nomor 2. Hlm, 18-29.

Wiradi. (2010). Makna dan Pengertian Analisis. [Online]. Diakses dari: www.anneahira.com/pengertian-analisis.htm