MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA PADA MATERI PENCEMARAN AIR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP.

(1)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA

PADA MATERI PENCEMARAN AIR

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR

DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

OLEH:

IIS RISWANTI

1007036

PENDIDIKAN BIOLOGI SL

PROGRAM PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM S-2

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dab saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(3)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA PADA MATERI PENCEMARAN AIR

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

Oleh : Iis Riswanti

1007036

DISETUJUI OLEH : Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd NIP. 194907131976031002

Mengetahui

Ketua Program Studi IPA

Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si NIP. 195807121983032002


(4)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Model Pembelajaran Berbasis Fenomena

pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa antara yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena dengan model pembelajaran konvensional pada materi pencemaran air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian Pretest Postest Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester II pada salah satu SMP Negeri di Soreang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 80 siswa. Instrumen yang digunakan berupa skala motivasi belajar, lembar soal uraian kemampuan berpikir kreatif, skala tanggapan siswa dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena tidak berbeda signifikan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh nilai statistik hitung Mann Whitney sebesar 0,12 untuk postes motivasi belajar siswa, sedangkan nilai statistik hitung t-test 0,66 untuk postes kemampuan berpikir kreatif siswa. Semua hasil uji statistik melebihi signifikansi 0,05. Siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran berbasis fenomena.

Kata kunci : motivasi belajar, kemampuan berpikir kreatif dan model pembelajaran berbasis fenomena


(5)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Phenomenal Based Instruction Model In Water Pollution Concept to Enhancing Junior High School Students Learning Motivation

and Creative Thinking Skills

Abstract

This research was aimed to compare students’s learning motivation and creative thinking

skills between whose using phenomenal base instruction model with conventional learning model in water pollution concept. The research method was quasi experimental with Pretest Postest Control Group Design. The sum of the sample were eighty students at the second semester of seventh grade in one of junior high school in Soreang academic year 2011/2012 .

Student learning motivation scale, creative thinking skills test, and teacher’s and student’s

response scale were used as instrument. The result of Mann-Whitney statistics was 0,12 for posttest of student’s learning motivation and the result of t-test was 0,66 for posttest of creative thinking skills. All statistical test exeed 0,05. The result showed that there was no significant differences between students with phenomenal based instruction model and conventional model. The respons of phenomenal based instruction model were positively shown by students and teachers.

Key word : learning motivation, creative thinking skills and phenomal base instruction model


(6)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR FOTO viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

1. Rumusan Masalah 3

2. Pertanyaan Penelitian 3

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN 5

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Model Pembelajaran Berbasis Fenomena 5

B. Motivasi Belajar 8

C. Kemampuan Berpikir Kreatif 17

D. Materi Pencemaran Air 19

E. Kerangka Pemikiran 23

F. Hipotesis Penelitian 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 24

1. Lokasi Penelitian 24

2. Subjek Penelitian 24

a. Populasi 24

b. Sampel 24

B. Desain Penelitian 24

C. Metode Penelitian 25

D. Definisi Operasional 25

E. Instrumen Penelitian 27

F. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen 28

G. Teknik Pengumpulan Data 31

H. Analisis Data 31

iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35

A. Hasil Penelitian 35


(7)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 39

3. Angket 43

B. Pembahasan 47

1. Motivasi Belajar Siswa 47

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 50

3. Angket 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 57

A. Kesimpulan 57

B. Saran 58


(8)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah 6

2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Fenomena 7

2.3 Keterampilan Proses Berpikir Kompleks 18

2. 4 Indikator dan Ciri-Ciri Berpikir Kreatif 19

2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 20

3.1 Desain Penelitian 24

3.2 Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian 27

3.3 Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 29 3.4 Rekapitulasi Analisis Skala Motivasi Belajar Siswa 30 4.1 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Motivasi Belajar Siswa 36

Kelas Kontrol

4.2 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Motivasi Belajar Siswa 36 Kelas Eksperimen

4.3 Rekapitulasi Uji Statistik Motivasi Belajar Siswa 38 4.4 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan Berpikir 40

Kreatif Siswa Kelas Kontrol

4.5 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan Berpikir 40 Kreatif Siswa Kelas Eksperimen

4.6 Rekapitulasi Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 42 4.7 Persentase Hasil Skala Tanggapan Siswa Berdasarkan Respon Positif 43

dan Negatif

4.8 Persentase Hasil Skala Tanggapan Guru Berdasarkan Respon Positif 45 dan Negatif


(9)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Teori Harapan dalam Motivasi Siswa 14

4.1 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Motivasi Belajar 35 Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

4.2 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Motivasi Belajar Siswa 37 Kelas Kontrol

4.3 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Motivasi Belajar Siswa 37 Kelas Eksperimen

4.4 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 39 Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

4.5 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Indikator Berpikir Kreatif Siswa 41 Kelas Kontrol

4.6 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Indikator Berpikir Kreatif Siswa 41 Kelas Eksperimen

4.7 Persentase Hasil Skala Tanggapan Siswa Berdasarkan Respon Positif 44 dan Negatif

4.8 Persentase Hasil Skala Tanggapan Guru Berdasarkan Respon Positif 46 dan Negatif


(10)

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR FOTO

Foto

1. Foto Alat Peraga Pencemaran Tanah 134

2. Foto Alat Peraga Pencemaran Air 134

3. Foto Alat Peraga Pencemaran Udara 135

4. Foto Kegiatan Pendahuluan Pertemuan I Kelas Eksperimen 136 5. Foto Pengamatan Pencemaran Lingkungan Sekolah 1 Kelas Eksperimen 136 6. Foto Pengamatan Pencemaran Lingkungan Sekolah 2 Kelas Eksperimen 137 7. Foto Diskusi Kelompok Pertemuan I Kelas Eksperimen 137 8. Foto Demonstrasi Pencemaran Air Pertemuan II Kelas Eksperimen 138 9. Foto Diskusi Kelompok Pertemuan II Kelas Eksperimen 138 10.Foto Diskusi Kelompok 1 Pertemuan I Kelas Kontrol 139 11.Foto Diskusi Kelompok 2 Pertemuan I Kelas Kontrol 139 12.Foto Diskusi Kelompok 1 Pertemuan II Kelas Kontrol 140 13.Foto Diskusi Kelompok 2 Pertemuan II Kelas Kontrol 140


(11)

1

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 (BNSP,,2006) yang menegaskan bahwa

“proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif…”. Kenyataan di lapangan, banyak siswa SMP yang kurang berminat mempelajari IPA dan menganggapnya sebagai suatu mata pelajaran yang sukar dipahami. Hal serupa disampaikan oleh Wartono (2003), menurutnya, hambatan dalam mempelajari IPA ini bersumber pada kurangnya motivasi siswa dalam mempelajarinya. Anggapan siswa tentang IPA sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, menjadi salah satu faktor yang akhirnya menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Hal ini tentu tidak sesuai dengan harapan, karena apabila motivasi belajar siswa rendah dapat menyebabkan tidak akan tercapainya keberhasilan proses pembelajaran.

Pembelajaran biologi dilapangan biasanya menggunakan metode konvensional, pada metode ini keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar masih kurang. Tidak mengherankan apabila konsep yang telah tertanam tidak akan bertahan lama dan akan mudah hilang lagi. Pada umumnya proses pembelajaran yang berlangsung masih didominasi oleh guru, sehingga siswa lebih bersikap dan bertindak pasif. Siswa lebih banyak menunggu sajian materi dari guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan. Kondisi proses pembelajaran yang memaksimalkan peran dan keterlibatan guru serta meminimalkan peran dan keterlibatan siswa akan mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pembelajaran (Pribadi, 2009).

Model pembelajaran berbasis fenomena ini dikembangkan dari suatu model pembelajaran berbasis masalah (PBM) yang merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran berbasis fenomena digunakan


(12)

2

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

untuk memahami dan menerapkan konsep pada masalah teoritis, percobaan di laboratorium, pengkajian lingkungan dan pengkajian teknologi (Darliana, 2008).

Kreativitas sangat perlu dikembangkan pula pada siswa sekolah tingkat menengah. Kreativitas siswa akan berkembang jika keterampilan berpikir kreatif siswa dikembangkan pula dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Keterampilan berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran terbuka yang menjajaki berbagaimacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah (Munandar, 1999). Diharapkan dengan dikembangkannya kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, maka siswa akan mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan berbagai alternatif pemecahan masalah. Sehingga siswa belajar untuk berpikir secara divergen bukan secara konvergen.

Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar (Slameto, 2010). Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan (Pribadi, 2009). Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2010).

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekolah menengah pertama dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Salah satu kompetensi dasar yang termuat pada standar kompetensi ketujuh kelas VII semester genap berisi bahwa siswa dapat mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Materi pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi yang bersifat fenomena, yang biasa siswa amati dan temukan di lingkungan sekitarnya. Kata kerja mengaplikasikan pada kompetensi dasar tersebut di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa kata kerja operasional yang akan menuntun siswa beserta guru untuk melakukan proses


(13)

3

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna, diantaranya menugaskan, menentukan, menerapkan, menyelidiki, maupun melaksanakan.

Konsep pencemaran air memiliki sifat materi yang ril dan aplikatif, karena konsep ini terjadi dalam kehidupan nyata sehari-hari. Siswa akan lebih memahami konsep ini apabila melakukan kegiatan yang nyata mengenai pencemaran air ini, sehingga diharapkan dapat memperoleh data yang akurat tentang bahayanya pencemaran lingkungan serta mampu menyimpulkan dan memprediksi bagaimana cara untuk menghindari dan mencegah atau meminimalisir terjadinya pencemaran air. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian untuk menerapkan model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran air untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

B. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah perbedaan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP antara yang menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena dengan model pembelajaran konvensional pada materi pencemaran air?”

2. Pertanyaan Penelitian

Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimanakah perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air?

b. Bagaimanakah perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena


(14)

4

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air?

c. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran air?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran berbasis fenomena dalam meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pencemaran air, serta mengidentifikasi tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran tersebut.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Terutama dalam pengembangan proses belajar mengajar khususnya dalam penggunaan model - model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa, serta sebagai masukan atau acuan bagi penelitian yang sejenis atau lebih luas sifatnya.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh penerapan model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah di sekolah menengah pertama, memberikan alternatif strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa.


(15)

24

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung. 2. Subjek Penelitian

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII dari sepuluh kelas yang ada di SMPN 2 Soreang Kabupaten Bandung pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII B di SMPN 2 Soreang Kabupaten Bandung pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang diambil melalui metode random purposive sampling.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest Postest Control Group Design (Arikunto, 2002), untuk mengetahui adanya perbedaan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa, dengan rancangan seperti tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen T1 X1 T2

Pembanding T1 X2 T2


(16)

25

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Keterangan :

T1 = pretes untuk mengetahui motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi pencemaran air.

X 1 = kelompok eksperimen dengan perlakuan pembelajaran menggunakan model berbasis fenomena pada materi pencemaran air. X 2 = kelompok kontrol dengan perlakuan pembelajaran menggunakan

model pembelajaran konvensional pada materi pencemaran air.

T2 = postes untuk mengetahui motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena pada materi pencemaran air.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau eksperimen semu (Arikunto, 2002).

D. Definisi Operasional

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran maka perlu dijelaskan mengenai definisi dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Definisi operasinal variabel yang dimaksud adalah:

a. Model Pembelajaran Berbasis Fenomena

Model pembelajaran berbasis fenomena yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang didahului dengan penyajian fenomena sebagai wahana untuk mengenalkan dan menanamkan konsep biologi terkait fenomena berupa pengamatan pencemaran tanah, air dan udara yang ada di lingkungan sekitar sekolah dan tempat tinggal siswa, mengorganisasikan


(17)

26

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

siswa untuk belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan diskusi kelompok dengan panduan LDS, memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan menganalisis serta mengevaluasi proses penjelasan fenomena terkait percemaran air khususnya. Keterlaksanaan model pembelajaran ini diamati melalui penggunaan lembar observasi. (Lampiran H)

b. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah umumnya, yaitu didominasi oleh metode ceramah saat menyajikan materi pencemaran tanah, air dan udara, member contoh-contoh penyelesaian soal pencemaran, tanya jawab dan diskusi dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran., serta menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa.

c. Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah skor hasil tes soal uraian jenjang kognitif dengan indikator kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir asli, dan kemampuan berpikir memerinci pada materi pencemaran air dalam dimensi pengetahuan konseptual yang dibuat oleh peneliti dan telah dijudgement oleh tim ahli serta telah diuji coba terlebih dahulu pada kelas uji coba.

d. Motivasi

Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah motivasi belajar yang dijaring dengan menggunakan instrumen skala motivasi belajar hasil pretes dan postes motivasi belajar biologi pada materi pencemaran air khususnya. Instrumen skala motivasi belajar dibuat oleh peneliti yang telah dijudgement terlebih dahulu oleh tim ahli dan dilakukan uji coba. Indikator motivasi belajar yang digunakan pada aspek intrinsik berupa adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita masa depan, serta aspek ekstrinsik indikatornya berupa penghargaan dalam


(18)

27

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar dan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

E. Instrumen Penelitian

Ada beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, baik data utama maupun data pendukung. Berikut ini jenis instrumen, topik kajian dan sumber data untuk penelitian ini.

Tabel 3.2

Instrumen yang Digunakan dalam Penelitian

No Instrumen Topik Kajian Sumber

Data 1 RPP

( Lampiran A1 - A6 )

Disusun berdasarkan sintaks model pembelajaran berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah di kelas eksperimen, dan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol

RPP dikembangkan oleh peneliti dengan dijudgement oleh ahli pendidikan. Kurikulum KTSP SMP, Silabus Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII

2 Skala tanggapan ( Lampiran C5 – C8 )

Tanggapan siswa mengenai model berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah yang telah dilaksanakan

Tanggapan guru mengenai model berbasis fenomena dengan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang telah dilaksanakan

Siswa

Guru

3 Skala motivasi belajar siswa kelas VII materi pencemaran air ( Lampiran C1 dan C2 )

 Motivasi belajar siswa sebelum dan setelah melakukan

pembelajaran menggunakan model berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah.


(19)

28

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No Instrumen Topik Kajian Sumber

Data 4 Butir soal essay

bermuatan kemampuan berpikir kreatif ( Lampiran C3 dan C4 )

Kemampuan keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah melakukan

pembelajaran menggunakan model berbasis fenomena dengan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah.

Siswa

F. Hasil Analisis dan Uji Coba Instrumen

Suatu tes mempunyai ciri yang baik apabila alat pengukur tersebut memenuhi persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis (Arikunto, 2003). Selain itu, suatu soal dikatakan baik apabila mempunyai taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal yang baik (Arikunto, 2003).

Maka dari itu instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data pada subjek penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba pada kelas yang bukan subjek penelitian, kemudian dilakukan analisis data meliputi daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas butir soal. Butir soal tersebut dianalisis menggunakan program anates versi 4,0 untuk program uraian. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut untuk digunakan pada penelitian.

1. Validitas

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes untuk mengukur suatu konsep tertentu (Arikunto, 2010). Alat ukur yang baik harus memiliki kesahihan yang baik. Soal disebut sahih/valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2003).

Berdasarkan hasil uji coba soal terhadap validitas soal (Lampiran B1 dan B2), maka validasi 10 soal kemampuan berpikir kreatif siswa dan 30 soal skala motivasi belajar siswa, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.


(20)

29

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau mudahnya soal yang digunakan. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran uji coba 10 soal kemampuan berpikir kreatif siswa dan 30 soal skala motivasi belajar siswa (Lampiran B3 dan B4) hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. 3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal ini dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2003). Berdasarkan hasil analisis daya pembeda 10 soal kemampuan berpikir kreatif siswa dan 30 soal skala motivasi belajar siswa (Lampiran B5 dan B6) hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.

4. Reliabilitas

Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2003). Dari hasil uji coba instrumen soal uraian diperoleh data hasil perhitungan reliabilitas soal untuk kemampuan berpikir kreatif yaitu sebesar 0,76 (katagori tinggi) sedangkan untuk skala motivasi siswa hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,71 (katagori tinggi) (dapat dilihat pada lampiran B5 dan B6). Dari hasil pengolahan uji coba 10 soal uraian kemampuan berpikir kreatif dan skala motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.

Tabel 3.3

Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif

No Validitas Taraf

kesukaran

Daya

Pembeda Reliabilitas Keputusan

1 Tidak signifikan Sedang Jelek

0,76 (katagori

tinggi)

Tidak Dipakai

2 Signifikan Sedang Cukup Dipakai

3 Sangat signifikan Sedang Baik Dipakai

4 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak


(21)

30

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No Validitas Taraf

kesukaran

Daya

Pembeda Reliabilitas Keputusan

5 Tidak Signifikan Sedang Jelek

0,76 (katagori

tinggi)

Tidak Dipakai

6 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak

Dipakai

7 Sangat Signifikan Sedang Jelek Direvisi

8 Sangat Signifikan Mudah Cukup Dipakai

9 Signifikan Sedang Cukup Dipakai

10 Tidak Signifikan Sedang Cukup Tidak

Dipakai

Tabel 3.4

Rekapitulasi Analisis Skala Motivasi Belajar Siswa

No Validitas Taraf kesukaran

Daya

Pembeda Reliabilitas Keputusan

1 Sangat signifikan Sedang Cukup

0,71 (katagori

tinggi)

Dipakai

2 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak Dipakai

3 Tidak Signifikan Sangat Mudah

Jelek Tidak Dipakai

4 Sangat Signifikan Mudah Cukup Dipakai

5 Sangat Signifikan Mudah Jelek Direvisi

6 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

7 Sangat Signifikan Mudah Jelek Direvisi

8 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

9 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

10 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

11 Sangat Signifikan Sedang Cukup Dipakai

12 Sangat Signifikan Sedang Jelek Direvisi

13 Tidak Signifikan Sangat Mudah

Jelek Tidak Dipakai

14 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

15 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

16 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

17 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak Dipakai

18 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

19 Sangat Signifikan Sedang Cukup Dipakai

20 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak Dipakai

21 Sangat Signifikan Sangat Mudah

Cukup Dipakai

22 Sangat Signifikan Mudah Jelek Direvisi

23 Sangat Signifikan Mudah Jelek Direvisi

24 Tidak Signifikan Sedang Jelek Tidak Dipakai


(22)

31

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu No Validitas Taraf

kesukaran

Daya

Pembeda Reliabilitas Keputusan

26 Tidak Signifikan Mudah Jelek

0,71 (katagori

tinggi)

Tidak Dipakai

27 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

28 Signifikan Mudah Jelek Direvisi

29 Sangat Signifikan Mudah Jelek Direvisi

30 Tidak Signifikan Mudah Jelek Tidak Dipakai

Berdasarkan hasil analisis butir soal uraian uji coba instrumen kemampuan berpikir kreatif dan skala motivasi belajar siswa, maka peneliti menentukan sebanyak lima soal uraian kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari indikator kemampuan berpikir lancar, berpikir asli dan berpikir memerinci serta 12 butir skala motivasi belajar siswa yang terdiri dari indikator adanya hasrat dan keinginan berhasil (tiga butir), indikator adanya dorongan dan kebutuhan belajar (tiga butir) dan indikator adanya harapan dan cita-cita masa depan (empat butir) untuk aspek intrinsik serta sebanyak dua butir untuk indikator adanya lingkungan belajar yang kondusif dari aspek ekstrinsik sebagai alat untuk mengambil data dan terlebih dahulu melakukan revisi dengan bimbingan dosen pembimbing sebelum akhirnya digunakan untuk mengambil data pada kelas subjek penelitian. (dapat dilihat pada Lampiran D1, D2, D3 dan D4)

G. Teknik Pengumpulan Data

Data motivasi belajar siswa dijaring dengan menggunakan instrumen skala motivasi yang berisi 12 pernyataan terbuka terdiri dari aspek intrinsik dengan tiga indikatornya dan aspek ekstrinsik dengan satu indikatornya, serta penilaian dengan menggunakan Skala Likert. Data kemampuan berpikir kreatif siswa dijaring dengan menggunakan soal uraian sebanyak lima butir soal yang mewakili indiator-indikatornya.

Tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena dijaring juga dengan menggunakan instrument skala tanggapan siswa dan guru, yang masing-masing secara berurutan terdiri dari 12 pernyataan terbuka tentang tanggapan siswa dan 13 pernyataan terbuka tentang tanggapan guru.


(23)

32

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu H. Analisis Data

Analisis dilakukan terhadap data yang telah terkumpul dan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul dalam penelitian. Sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik. Pengolahan data statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.0 Windows dan Microsoft Excel 2007. Analisis data dengan statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memberi skor pada pretes dan postes yang mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dan motivasi belajar siswa. Untuk analisis data secara kuantitatif skala motivasi belajar terlebih dahulu dilakukan penyekoran dari skala Likert yaitu dengan cara menjumlahkan skor tiap jawaban pernyataan pada angket yang diberikan. Jawaban sangat setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS) 2, dan sangat tidak setuju (STS) 1untuk pernyataan positif sedangkan untuk pernyataan negatif penskoran dilakukan sebaliknya. (Sugiyono, 2009).

b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi

Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan setelah perlakuan penerapan pembelajaran dengan pendekatan nilai dianalisis dengan cara membandingkan skor pretes dan postes. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus g factor (N-Gains) dengan rumus :

g =

(Hake dalam Meltzer, 2002)

Keterangan :

Spost = skor postes Spre = skor pretes Smaks = skor maksimum Kriteria tingkat Gain :

g > 0,7 : tinggi 0,3<g≤0,7 : sedang g ≤ 0,3 : rendah


(24)

33

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu c. Melakukan uji Normalitas dan Homogenitas

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan pada data hasil pretes dan postes sehingga dapat diketahui apakah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 for windows, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov atau dengan rumus :

x2 =

(Ruseffendi, 2005) Keterangan :

fo = frekuensi dari hasil observasi fe = frekuensi dari hasil estimasi 2) Uji homogenitas

Uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene Statistik pada program SPSS 20 for windows atau dengan menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus :

F =

(Russefendi, 2005) Kriteria :

Pada taraf signifikansi alpha, variansi sampel dikatakan homogeni jika Fmaks< Ftabel = (1-α)Fk;n-1 (Sujana, 2005)

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata, setelah data diuji ternyata berdistribusi normal dan homogen dengan menggunakan bantuan program SPSS 20.0.

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian rerata skor pretes dan postes dilakukan berdasarkan hipotesis statistik sebagai berikut :

H0 = tidak terdapat perbedaan skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol


(25)

34

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

H1 = terdapat perbedaan skor pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Uji hipotesis dilakukan pula untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian rerata skor pretes dan postes dilakukan berdasarkan hipotesis statistik sebagai berikut : H0 = tidak terdapat perbedaan skor pretes dan postes motivasi belajar

antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = terdapat perbedaan skor pretes dan postes motivasi belajar antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Hasil uji normalitas dan homogenitas data pretes dan postes kemampuan berpikir kreatif berdistribusi normal dan homogen sehingga yang digunakan adalah uji t. Uji t digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata pada sampel kecil. Uji t dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows.

Hasil uji normalitas dan homogenitas data pretes dan postes motivasi belajar siswa berdistribusi normal akan tetapi tidak homogen sehingga yang digunakan adalah Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata pada sampel yang tidak homogen. Uji t dan uji Mann-Whitney dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows.

e. Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan dua rata-rata skor pretes dan postes motivasi belajar dan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan dilakukan uji prasyarat, yaitu data hasil pretes dan postes dinormalisasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik menggunakan SPSS versi 20.0.

Data yang diperoleh melalui skala tanggapan siswa dan guru tentang model pembelajaran berbasis fenomenal dikonversi menjadi skala kuantitaif, untuk data yang bersifat positif, katagori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi (4), makin menuju STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur angsur menurun dari skala 4-1. Sebaliknya untuk skor yang bersifat negatif, katagori STS diberi skor tertinggi, makin menuju SS skor juga menurun. (Sugiyono, 2009)


(26)

57

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air ternyata tidak berbeda secara signifikan.

Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air.

Berdasarkan hasil data skala tanggapan siswa, secara keseluruhan siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang berlangsung melalui model pembelajaran berbasis fenomena.

Hasil data skala tanggapan guru secara keseluruhan memberikan respon yang positif juga terhadap pembelajaran yang berlangsung melalui model pembelajaran berbasis fenomena. Model pembelajaran berbasis fenomena ini dianggap cocok dan dapat digunakan dalam materi biologi lainnya, juga dianggap dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru.

Motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model berbasis fenomena ternyata tidak berbeda dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan model konvensional, hal ini terjadi karena setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan tetapi siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model berbasis fenomena mendapatkan keterampilan-keterampilan yang tidak dimiliki oleh siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan model konvensional yaitu yang berupa keterampilan melakukan pengamatan (observasi) terhadap fenomena, keterampilan menuliskan data hasil pengamatan fenomena beserta interpretasinya, keterampilan merumuskan masalah berdasarkan hasil pengamatan suatu fenomena,


(27)

58

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

keterampilan mengkomunikasikan kesimpulan hasil diskusi serta kemampuan menganalisis dan mengevaluasi proses penjelasan suatu fenomena.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan hambatan yang dialami selama proses penelitian, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru ,siswa maupun peneliti lain tentang penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena ini. Bagi guru diupayakan agar penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena digunakan lebih kontinyu dan dikolaborasikan dengan metoda yang tepat sehingga dapat merangsang motivasi belajar siswa baik dari aspek intrinsik dan ekstrinsik serta kemampuan berpikir kreatif siswa agar dapat menemukan konsep dasar dari materi yang dipelajarinya dari berbagai dimensi.

Siswa diharapkan dapat meningkat motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatifnya, disebabkan guru sering melatih keterampilannya dalam menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena tidak hanya pada materi IPA tertentu saja sehingga siswa tidak termotivasi hanya karena berharap diberi penghargaan oleh guru atau orang tua akan tetapi melakukannya karena memang merasa perlu akan ilmu untuk dijadikan modal untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Butir soal yang digunakan untuk menjaring data hasil penelitian sebaiknya dibuat sebanyak mungkin dan mencakup setiap indikator dari variabel yang ditelitinya, sehingga setelah dilakukan analisis terhadap hasil uji coba akan diperoleh sejumlah soal yang cukup representatif untuk tiap variabel penelitian yang akan dilakukan.


(28)

59

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

As’ad, M. (2003). Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogjakarta: Liberty.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Beyer, L.E. (Ed.). (1996). Creating democratic classrooms: The struggle to integrate theory and practice. New York: Teachers College Press.

BNSP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan Formal. Jakarta: Dharma Bhakti.

Bojovic, V. (2003). Physical Phenomena In Preschool And Elementary Education Teaching And Learning Activities.

http://web.uniud.it/Cird/girepseminar2003/abstracts/pdf/bojovic1.pdf. [21 Januari 2012]

Costa, A.L. (2001). Developing Mind. A Resource book for teaching thinking. (3rd edn) (Alexandria, VA, Assiciation for Supervision and Curriculum Development).

Dahar, R.W. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darliana. (2008). Analisis Objek Dan Fenomena Fisika SMP Dan Pembelajarannya. Bandung: PMPTK-P4TKIPA

D e g e n g , N . S . ( 1 9 9 0 ) . Desain Pembelajaran: Teori ke

Terapan. M a l a n g : P r o y e k P e n u l i s a n

B u k u T e k s F P S - I K I P M a l a n g .

Djamarah, S.B dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ekici, G. (2010). Factors affecting biology lesson motivation of high school students. Proceeding. Elsevier Ltd. www. Science direct.com.


(29)

60

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hotang, L. Br., Rusdiana, D., dan Hamidah, I. (2010). Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.

Ibrahim, M. dkk. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA. Kuswadi. (2004). Cara Mengukur Kepuasan Kerja Karyawan. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berfikir Kritis dan Kreatif). Laporan penelitian hibah bersaing IX.2002. Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning in Physics: A Possible “Hidden Variable in

Diagnostic Pretest Scores”. 1259-1268. (Online) Tersedia:

http://ips.alp.org/ajp. [30 November 2009]

Munandar, S.C.U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nawawi, H. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ngalim, P. M. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Novak, J.D. (1979). Meaningful Receptional Learning As a Basic for Rational Thinking. In lewson, A. (ed). (1980). AETS Yearbook, The Psikologi of teaching for Thinking and creativity.Colombus, Ohio: ERIC Information Analysis Center for science, Mathematics and environmental education. Puspitasari, D.E. (2009). Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan

Lingkungan dalam Perspektif Hukum Lingkungan”. Mimbar Hukum. 21. (1). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.


(30)

61

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Presseisen, B.Z. (2001). Thinking Skill: meanings and models revisited, in: A. L. Costa (Ed.) Developing minds: a resource book for teaching thinking (3rd edn) (Alexandria, VA, Associationfor supervision and curriculum Development Publications)

Pribadi, B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk

meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Saptoto, R. (2008). Bagaimana Mengajari Siswa Agar Kreatif. [online]. Tersedia: http://staff.ugm.ac.id/. [7 November 2010]

Simanjuntak, P.J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi 2001. Jakarta: FE UI.

Slameto, (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Starko, A.J. (2009). Creativity in the Classroom. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Sudibyo, E. (2002). Beberapa model pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sujana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supriadi, D. (1997). Mengangkat Citra dan Martabat Guru.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Triyanto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno,H. B. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


(31)

62

Iis Riswanti, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Pencemaran Air untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Usman, M. Uzer. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wartono. (2003). “Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di SD dalam Khazanah Pengayaan IPA”. Majalah Pendidikan IPA. 1. (2),31. Bandung: IMARIPA PPs dan PPs IKIP Bandung.

Yasa, D.(2008). Pembelajaran Konvensional.

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/14/ pembelajaran-konvensional.html. [11 Juni 2013]

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Bandung: Tesis UPI.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air ternyata tidak berbeda secara signifikan.

Kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model berbasis fenomena tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model konvensional pada materi pencemaran air.

Berdasarkan hasil data skala tanggapan siswa, secara keseluruhan siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang berlangsung melalui model pembelajaran berbasis fenomena.

Hasil data skala tanggapan guru secara keseluruhan memberikan respon yang positif juga terhadap pembelajaran yang berlangsung melalui model pembelajaran berbasis fenomena. Model pembelajaran berbasis fenomena ini dianggap cocok dan dapat digunakan dalam materi biologi lainnya, juga dianggap dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru.

Motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model berbasis fenomena ternyata tidak berbeda dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan model konvensional, hal ini terjadi karena setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan tetapi siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model berbasis fenomena mendapatkan keterampilan-keterampilan yang tidak dimiliki oleh siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan model konvensional yaitu yang berupa keterampilan melakukan pengamatan (observasi) terhadap fenomena, keterampilan menuliskan data hasil pengamatan fenomena beserta interpretasinya, keterampilan


(2)

keterampilan mengkomunikasikan kesimpulan hasil diskusi serta kemampuan menganalisis dan mengevaluasi proses penjelasan suatu fenomena.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dan hambatan yang dialami selama proses penelitian, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru ,siswa maupun peneliti lain tentang penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena ini. Bagi guru diupayakan agar penggunaan model pembelajaran berbasis fenomena digunakan lebih kontinyu dan dikolaborasikan dengan metoda yang tepat sehingga dapat merangsang motivasi belajar siswa baik dari aspek intrinsik dan ekstrinsik serta kemampuan berpikir kreatif siswa agar dapat menemukan konsep dasar dari materi yang dipelajarinya dari berbagai dimensi.

Siswa diharapkan dapat meningkat motivasi belajar dan kemampuan berpikir kreatifnya, disebabkan guru sering melatih keterampilannya dalam menggunakan model pembelajaran berbasis fenomena tidak hanya pada materi IPA tertentu saja sehingga siswa tidak termotivasi hanya karena berharap diberi penghargaan oleh guru atau orang tua akan tetapi melakukannya karena memang merasa perlu akan ilmu untuk dijadikan modal untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Butir soal yang digunakan untuk menjaring data hasil penelitian sebaiknya dibuat sebanyak mungkin dan mencakup setiap indikator dari variabel yang ditelitinya, sehingga setelah dilakukan analisis terhadap hasil uji coba akan diperoleh sejumlah soal yang cukup representatif untuk tiap variabel penelitian yang akan dilakukan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, M. (2003). Psikologi Industri: Seri Sumber Daya Manusia. Yogjakarta: Liberty.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Beyer, L.E. (Ed.). (1996). Creating democratic classrooms: The struggle to integrate theory and practice. New York: Teachers College Press.

BNSP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan Formal. Jakarta: Dharma Bhakti.

Bojovic, V. (2003). Physical Phenomena In Preschool And Elementary Education Teaching And Learning Activities.

http://web.uniud.it/Cird/girepseminar2003/abstracts/pdf/bojovic1.pdf. [21 Januari 2012]

Costa, A.L. (2001). Developing Mind. A Resource book for teaching thinking. (3rd edn) (Alexandria, VA, Assiciation for Supervision and Curriculum Development).

Dahar, R.W. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darliana. (2008). Analisis Objek Dan Fenomena Fisika SMP Dan Pembelajarannya. Bandung: PMPTK-P4TKIPA

D e g e n g , N . S . ( 1 9 9 0 ) . Desain Pembelajaran: Teori ke

Terapan. M a l a n g : P r o y e k P e n u l i s a n B u k u T e k s F P S - I K I P M a l a n g .

Djamarah, S.B dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ekici, G. (2010). Factors affecting biology lesson motivation of high school students. Proceeding. Elsevier Ltd. www. Science direct.com.


(4)

Hotang, L. Br., Rusdiana, D., dan Hamidah, I. (2010). Pembelajaran Berbasis Fenomena pada Materi Kalor untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.

Ibrahim, M. dkk. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA. Kuswadi. (2004). Cara Mengukur Kepuasan Kerja Karyawan. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berfikir Kritis dan Kreatif). Laporan penelitian hibah bersaing IX.2002. Meltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning in Physics: A Possible “Hidden Variable in

Diagnostic Pretest Scores”. 1259-1268. (Online) Tersedia:

http://ips.alp.org/ajp. [30 November 2009]

Munandar, S.C.U. (1985). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Munandar, S.C.U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nawawi, H. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ngalim, P. M. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Novak, J.D. (1979). Meaningful Receptional Learning As a Basic for Rational Thinking. In lewson, A. (ed). (1980). AETS Yearbook, The Psikologi of teaching for Thinking and creativity.Colombus, Ohio: ERIC Information Analysis Center for science, Mathematics and environmental education. Puspitasari, D.E. (2009). Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan

Lingkungan dalam Perspektif Hukum Lingkungan”. Mimbar Hukum. 21. (1). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.


(5)

Presseisen, B.Z. (2001). Thinking Skill: meanings and models revisited, in: A. L. Costa (Ed.) Developing minds: a resource book for teaching thinking (3rd edn) (Alexandria, VA, Associationfor supervision and curriculum Development Publications)

Pribadi, B. A. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk

meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media

Saptoto, R. (2008). Bagaimana Mengajari Siswa Agar Kreatif. [online]. Tersedia: http://staff.ugm.ac.id/. [7 November 2010]

Simanjuntak, P.J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Edisi 2001. Jakarta: FE UI.

Slameto, (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Starko, A.J. (2009). Creativity in the Classroom. London: Lawrence Erlbaum Associates.

Sudibyo, E. (2002). Beberapa model pengajaran dan Strategi Belajar dalam Pembelajaran Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sujana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supriadi, D. (1997). Mengangkat Citra dan Martabat Guru.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Triyanto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.


(6)

Usman, M. Uzer. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Wartono. (2003). “Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di SD dalam Khazanah Pengayaan IPA”. Majalah Pendidikan IPA. 1. (2),31. Bandung: IMARIPA PPs dan PPs IKIP Bandung.

Yasa, D.(2008). Pembelajaran Konvensional.

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/14/ pembelajaran-konvensional.html. [11 Juni 2013]

Vestari, D. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Fenomena dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan Cahaya dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMP. Bandung: Tesis UPI.