KONSTRUKSI BUKU AJAR INTERAKSI ANTAR-MOLEKUL MENGGUNAKAN KONTEKS PRINTER INKJET UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA.

(1)

Widya Nurfebriani, 2013

KONSTRUKSI BUKU AJAR INTERAKSI ANTAR-MOLEKUL MENGGUNAKAN KONTEKS PRINTER INKJET UNTUK MENCAPAI

LITERASI SAINS SISWA SMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

Widya Nurfebriyani 0807601

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Widya Nurfebriani, 2013

KONSTRUKSI BUKU AJAR INTERAKSI

ANTAR-MOLEKUL MENGGUNAKAN

KONTEKS PRINTER INKJET

UNTUK MENCAPAI

LITERASI SAINS SISWA SMA

Oleh Widya Nurfebriyani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Widya Nurfebriyani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Widya Nurfebriani, 2013

KONSTRUKSI BUKU AJAR INTERAKSI ANTARMOLEKUL MENGGUNAKAN KONTEKS INKJET PRINTER UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA

SMA Oleh:

WIDYA NURFEBRIYANI 0807601

DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK UJIAN SIDANG OLEH:

Pembimbing I

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 1966112111991031002

Pembimbing II Dr . Hernani, M. Si. NIP. 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 1966112111991031002


(4)

Widya Nurfebriani, 2013

ABSTRAK

This research was conducted to obtain reconstructed teaching material to achieve

senior high students’ science/chemistry literacy in intermolecular forces. The

method used was descriptive, which also contained qualitative and quantitative aspects. The characteristic of developed teaching material contained pedagogic aspect so the learning process fulfilled the criteria of easy to teach and easy to achieve. Besides that, it was also able to compose teaching material within the applied contexts, the developed material contained science literacy dimension, which were content and context, affective and competency. It appeared in the interlinking of intermolecular forces with applied contexts of inkjet printer

technology in students’ daily life. Experts’ responses were obtained regarding the utilizing of developed teaching material. The instruments consisted of clarification

of micro proposition to text analysis, which was experts’ questionnaire to assess

the suitability to science, the suitability to students’ cognitive development and

suitability to indicator and experts’ response to teaching material. The CVR value

was 0,933, which means that the construction of teaching material was categorized as easy to read.

Keywords: science literacy, construction of teaching material, inkjet printer, intermolecular forces

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh buku ajar yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA pada materi interaksi antarmolekul. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif memuat aspek kualitatif juga kuantitatif. Karakteristik buku ajar yang dikembangkan memuat aspek pedagogi sehingga proses pembelajaran memenuhi kriteria mudah-diajarkan dan mudah-dijangkau. Karakteristik buku ajar dapat mengkompositkan materi pembelajaran dengan konteks aplikasinya, materi pembelajaran yang dikembangkan mengandung dimensi literasi sains yang terdiri atas konten dan konteks, sikap dan kompetensi. Karakteristik buku ajar yang dikembangkan nampak pada materi interaksi antarmolekul yang mengkaitkan dengan aplikasi konteks teknologi inkjet printer yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Melalui penelitian ini diperoleh tanggapan ahli terhadap penggunaan buku ajar yang telah dikembangkan. Instrumen yang digunakan terdiri dari instrumen klarifikasi proposisi mikro terhadap analisis wacana berupa angket tanggapan ahli untuk mengetahui kesesuain terhadap proposisi tahap keilmuan, kesesuain terhadap perkembangan kognitif siswa dan kesesuaian terhadap pendidikan (indikator) serta tanggapan ahli terhadap buku ajar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai CVR sebesar 0,933 sehingga konstruksi buku ajar dikategorikan memiliki kualitas mudah dibaca,


(5)

Widya Nurfebriani, 2013

Kata kunci: Literasi sains, konstruksi buku ajar, inkjet printer, interaksi antarmolekul.


(6)

iv

Widya Nurfebriani, 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Penjelasan Istilah ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Ajar ... 7

B. Fungsi Buku Ajar ... 8

C. Kriteria Buku Ajar ... 9

D. Struktur Keilmuan Menurut Analisis Wacana ... 10

E. Pemroduksian Wacana ... 12

F. Eksplanasi Ilmiah dan Eksplanasi Pedagogis ... 15

G. Literasi sebagai Pengembangan Buku Ajar ... 16

H. Deskripsi Materi... 19

1. ... Tinja uan Konteks Pembelajaran ... 19


(7)

v

Widya Nurfebriani, 2013

2. ... Tinja

uan Konten Kimia ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

B. Alur Penelitian ... 37

C. Instrumen Penelitian ... 40

D. Teknik Analisis Data... 41

1. ... Data Pengembangan Buku Ajar ... 41

2. ... Data Angket untuk Guru ... 41

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ... Kara kteristik Rekonstruksi Buku Ajar Interaksi Antar-Molekul Menggunakan Konteks Printer Inkjet ... 44

B. ... Tang gapan Ahli terhadap Buku Ajar yang Dikembangkan ... 62

1. ... Penil aian Terhadap Buku Ajar ... 62

2. ... Kom entar dan Saran Ahli terhadap Buku Ajar ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 67

B. Rekomendasi ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72


(8)

vi


(9)

vii

Widya Nurfebriani, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 ... Titik didih, Momen dipol dan Massa molekul ... 26 2.2 ... Visk ositas cairan ... 33 3.1 ... Form

at Analisis Wacana Buku Teks ... 38 3.2 ... Krite ria Penelian Angket Tanggapan ... 41 4.1 ... Form

at Analisis Wacana Buku Teks ... 44 4.2 ... Stand

ar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 46 4.3 ... Dafta

r Buku yang Digunakan untuk Tinjauan Materi Konten ... 49 4.4 ... Dafta

r Buku yang Digunakan untuk Tinjauan Materi Konteks ... 50 4.5 ... Data


(10)

viii

Widya Nurfebriani, 2013

DAFTAR GAMBAR

2.1 ... Hubu

ngan Antara Aspek Sintaktaktikal dan Aspek Subtantif ... 12 2.2 ... Mode

l Struktur Makro ... 15 2.3 ... Peme

taan Hubungan Antara Eksplanasi Ilmiah dan

Eksplanasi Pedagogi... 16 2.4 ... Mapp

ing Teknologi Inkjet ... 20 2.5 ... Siste m Inkjet DOD ... 20 2.6 ... Repr esentasi dari Print Head Thermal ... 21 2.7 ... Repr

esentasi dari Print Head Piezoelectric ... 22 2.8 ... Siste


(11)

ix

Widya Nurfebriani, 2013

2.9 ... Bent

uk Tetesan pada Kertas ... 23

2.10 ... Intera ksi Intramolekul dan Interaksi antarmolekul dalam HCl ... 24

2.11 ... Intera ksi Dipol-Dipol dalam Keadaan Padat ... 25

2.12 Interaksitarik-menarik Dipol-dipol pada Senyawa HCl .... 25

2.13 Ikatan Hidrogen pada Air dan Amonia ... 27

2.14 Proses Pembentukan Interaksi Dispersi London ... 29

2.15 Proses terbentuknya DipolTerinduksi ... 30

2.16 Tegangan Permukaan dalam Cairan ... 32

2.17 Tetesan Tinta Menempel di Kertas ... 32

3.1 Tiga Komponen Rekonstruksi Pendidikan ... 35

3.2 Langkah-Langkah Menuju Struktur Konten Untuk Pembelajaran ... 36

3.3 Alur Penelitian ... 37

4.1 Tampilan Buku Ajar Pada Tahap Kontak ... 58

4.2 Tampilan Buku Ajar Pada Tahap Kuriositi ... 58

4.3 Contoh Tampilan Buku Ajar Pada Tahap Elaborasi ... 59

4.4 Contoh Tampilan Buku Ajar Pada Tahap pengambilan keputusan (decision making phase) ... 60

4.5 Contoh Buku ajar Pada Tahap (nexus) pengambilan intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari (dekontekstualisasi) ... 61

4.6 Contoh Tampilan Buku Ajar Pada Tahap (nexus) mengaplikasikannya pada konteks yang lain (rekontekstualisasi) ... 61

4.7 Contoh Tampilan Buku Ajar Pada Tahap evaluasi ... 62

4.8 Contoh Tampilan Buku Ajar perlu perbaikan ... 64

4.9 Contoh Tampilan Buku Ajar setelah perbaikan ... 64

4.10 Contoh Tampilan Buku Ajar perlu perbaikan ... 65

4.11 Contoh Tampilan Buku Ajar setelah perbaikan ... 65


(12)

x

Widya Nurfebriani, 2013


(13)

xi

Widya Nurfebriani, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1.2 ... Tabel Validasi Indikator Kognitif danTujuan ... 77 1.4 ... Tabel

Validasi Indikator Sikap danTujuan ... 92 2.1 ... Peng halusan Teks Dasar ... 99 2.2 ... Penur

unan Proposisi Mikro Dan Makro ... 175 2.3 ... Struk

tur Makro ... 201 2.4 ... Struk

tur Makro Rekonstruksi ... 203 2.5 ... Lesso

n Sequence Map ... 205 2.6 ... Peta

Konsep ... 206 3.1 ... Form

at Validasi Analisis Wacana Buku ... 207 3.2 ... Form

at Validasi Tanggapan Ahli ... 231 4.1 ... Peng olahan Data ... 235


(14)

xii


(15)

1 Widya Nurfebriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik harus mampu membimbing siswanya agar bisa berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan pengajaran sains harus bertujuan membangun siswa untuk mengetahui sains yang terus berkembang sepanjang waktu dan juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan persiapan yang penting bagi generasi muda untuk hidup dalam masyarakat modern. Hal ini memungkinkan seorang individu untuk berpartisipasi secara penuh dalam sebuah masyarakat di mana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang signifikan. Pemahaman sains dan teknologi ini juga memberdayakan individu untuk berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik di mana masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka. (OECD, 2009).

Hasil studi Program for International Student Assesment (PISA) tahun 2009 yang diikuti oleh 65 negara menunjukkan hal yang memprihatinkan. Berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia pada penguasaan literasi sains yakni sebesar 383, menempatkan Indonesia pada rangking ke-57 dari 65 negara partisipan. Analisis yang dilakukan oleh Firman (2007) berdasarkan data hasil tes PISA Nasional 2006, dikemukakan beberapa temuan diantaranya:

1) Capaian literasi peserta didik rendah, dengan rata-rata sekitar 32% untuk keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks.


(16)

2

Widya Nurfebriani, 2013

2) Terdapat keragaman antar propinsi yang relatif rendah dari tingkat literasi sains peserta didik Indonesia.

Hal tersebut menunjukan, kemampuan penguasaan terhadap empat aspek sains yaitu konten/konsep sains, kompetensi sains, konteks aplikasi sains, dan sikap sains (literasi sains) siswa SMA di Indonesia masih berada pada kategori rendah. Faktor utama tingkat literasi sains yang rendah ini diduga disebabkan pembelajaran yang diterapkan di tingkat satuan pendidikan tidak kontekstual, terlalu teoritis, dan siswa tidak diperkenalkan dengan kondisi lingkungan yang sebenarnya. Akibatnya, siswa menganggap ilmu pengetahuan alam menjadi sangat abstrak dan tidak aplikatif dalam kehidupan mereka.

Dewasa ini teknologi nano telah menjadi isu keseharian. Para ahli teknologi nano menargetkan bahwa pada tahun 2020 sebagian besar teknologi akan berbasis pada skala nanometer (Abdullah, 2009). Ambrogi, et. al. (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran teknologi nano dapat memberikan hasil pembelajaran yang positif, tidak hanya kognitif tetapi juga sikap terhadap sains. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kimberly, et. al., (2010) menunjukan bahwa melalui pembelajaran teknologi nano, masyarakat umum dapat memahami keterkaitan ukuran nano partikel dengan warna suatu material yang dihasilkan.

Bukan hal yang mudah untuk mengenalkan teknologi nano kepada para pelajar, khususnya kepada pelajar di tingkat sekolah menengah. Sebetulnya teknologi nano merupakan konsep lanjutan yang akan dipelajari di tingkat perguruan tinggi, sehingga perlu adanya model pembelajaran, bahan ajar, media dan penilaian yang tepat jika ingin dikenalkan sejak dini pada tingkat sekolah menengah.

Indonesia sebagai negara berkembang tentunya harus siap bersaing dengan negara-negara maju seperti halnya Amerika, sehingga teknologi nano yang akan menjadi dasar perkembangan sains dan teknologi harus dikenalkan sejak dini kepada para calon penerus bangsa, dalam hal ini siswa SMA. Penggunaan sains dan teknologi nano sebagai konteks pembelajaran kimia diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa menyangkut aspek konten, proses, konteks aplikasi, dan sikap


(17)

3

Widya Nurfebriani, 2013

terhadap sains (Laherto, 2010). Aspek konten dan konteks aplikasi merujuk pada penguasaan pengetahuan, aspek proses merujuk pada kemampuan berfikir (tingkat tinggi) dan aspek sikap terhadap sains merujuk pada karakter.

Sesuai dengan kemajuan teknologi, lingkungan keseharian siswa sangat akrab dengan komputer. Komputer memiliki beberapa perangkat penunjung salah satunya adalah printer. Printer merupakan perangkat keras yang digunakan untuk proses pencetakan. Printer memiliki beberapa jenis diantaranya adalah inkjet printer dan dot-metrix. Salah satu teknologi printer yang sedang berkembang adalah sistem inkjet printer. Sistem inkjet printer terdiri atas Drop On Demand (DOD) dan Continous Inkjet (CIJ). Teknologi inkjet printer Drop On Demand (DOD) diantaranya yaitu,

thermal inkjet (modus panas) dan piezo inkjet (modus getar), (Hudd, 2009). Teknologi yang berbasis ink-jek printer menyediakan konteks aplikasi yang cukup untuk mengembangkan pemahaman interaksi antar molekul, karena dapat mewakili pemikiran yang bertingkat dalam sains, termasuk di dalamnya kimia. Ilmu kimia sebagai salah satu disiplin ilmu sains membutuhkan interpretasi perubahan-perubahan materi yang dapat diobservasi pada tingkat mikroskopis pada konteks interaksi antar molekul.

Interaksi antar molekul merupakan salah satu materi yang memerlukan gambaran molekuler dalam proses pembelajarannya agar memudahkan siswa dalam memahami materi. Kesulitan siswa dalam memahami materi interaksi antar molekul kemungkinan disebabkan oleh pembelajaran yang tidak kontekstual dan buku-buku ajar yang digunakan selain tidak kontekstual, eksplanasi yang ada juga masih terlalu ilmiah. Siswa akan memahami bahan ajar dari buku daripada sumber belajar lainnya. Hal ini disebabkan informasi dalam buku dapat dibaca berulang kali, direnungkan, dibedah dan didiskusikan. Untuk meningkatkan fungsi buku sebagai sumber informasi, pesan yang disampaikan melalui buku perlu dirancang, disusun, dan disajikan dalam bentuk yang tidak saja menarik secara visual tetapi juga mudah dimengerti membantu siswa mengaitkan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar mereka.


(18)

4

Widya Nurfebriani, 2013

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah buku ajar interaksi antar molekul menggunakan konteks inkjet printer yang dikembangkan dalam proses pencapaian literasi sains/kimia siswa SMA?” Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut:

1. Bagaimana karakteristik buku ajar interaksi antar molekul menggunakan konteks inkjet printer yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA?

2. Bagaimana tanggapan guru, terhadap konstruksi buku ajar yang telah dikembangkan?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan buku ajar yang dapat mencapai literasi sains siswa SMA, pada materí interaksi antarmolekul. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan. Model rekonstruksi pendidikan terdiri dari tiga komponen yaitu, yaitu, 1) klarifikasi analisis wacana, 2) penelitian mengajar dan belajar, dan 3) implementasi dan evaluasi serta hubungannya yang saling berkaitan. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen 1) klarifikasi analisis wacana.

D. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh:

1. Buku ajar interaksi antar molekul menggunakan konteks inkjet printer yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA


(19)

5

Widya Nurfebriani, 2013

2. Informasi tentang karakteristik buku ajar interaksi antar molekul menggunakan konteks inkjet printer yang direkonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru, tersedianya Buku ajar yang berorientasi konteks yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran. Diperoleh pula buku ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2. Bagi siswa, buku yang dikembangkan dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

3. Bagi lembaga pendidikan terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi peneliti, memberikan motivasi kepada peneliti lain untuk mengembangkan

buku ajar serupa pada konten dan konteks lain.

F. Penjelasan Istilah

Sebagai upaya menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan penjelasan terhadap istilah-istilah sebagai berikut:

1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).

2. Inkjet printer adalah teknologi mencetak yang menggunakan modus panas dan getar yang berfungsi untuk menghasilan cetakan baik berupa tulisan ataupun gambar dari komputer pada media kertas atau yang sejenisnya (Hudd, 2010). 3. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang

mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya


(20)

6

Widya Nurfebriani, 2013

kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi serta iklim dalam konteks global (PISA-OECD dalam Firman, 2007).

4. Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA-OECD dalam Firman, 2007).

5. Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2009).`

6. Sikap Sains adalah respon terhadap isu-isu sains (menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan untuk penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk bertindak secara bertanggung jawab) (PISA–OECD, 2009).


(21)

34

Widya Nurfebriani, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian yang dilakukan memuat aspek kualitatif juga kuantitatif. Menurut Syaodih (2011) penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan, (Duit, Komorek, dan Wilbers, 1997; Komorek dan Duit, 2004; Stavrou, Duit, dan Komorek, 2008). Model ini didesain dengan tujuan spesifik menyediakan kerangka teori untuk merekonstruksi fakta sains. Model rekonstruksi pembelajaran menggabungkan penelitian pendidikan analitik dan empirik dengan perkembangan solusi pembelajaran praktis. Satu dari ide fundamental model tersebut adalah struktur konten untuk pelajaran tidak bisa diambil secara langsung dari struktur konten sains, tetapi secara spesial direkonstruksi dengan memperhatikan tujuan pembelajaran baik kognitif dan perspektif siswa. Menurut model ini, ketika mengembangkan solusi pembelajaran, materi konten sains dan konsepsi siswa harus seimbang dan dihubungkan bersama-sama secara hati-hati. Seperti diperlihatkan pada gambar 3.1. model ini memiliki tiga komponen yaitu klarifikasi analisis wacana, penelitian mengajar dan belajar, dan implementasi danevaluasi dan hubungannya yang saling berkaitan.


(22)

35

Widya Nurfebriani, 2013

Gambar 3.1. Tiga Komponen Rekonstruksi Pendidikan (Duit, 2012)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil komponen yang pertama yaitu klarifikasi dan analisis wacana. Komponen ini menyangkut proses analisis mengubah pengetahuan manusia (kebudayaan) seperti pengetahuan bidang spesifik menjadi pengetahuan untuk sekolah yang melibatkan literasi sains pada siswa. Pada komponen ini, struktur konten pada bidang tertentu diubah menjadi struktur konten untuk pembelajaran (gambar 3.2). Kedua struktur secara substansi berbeda. Struktur konten sains untuk topik tertentu mungkin secara tidak langsung diganti menjadi struktur konten untuk pembelajaran. Konten tersebut dibuat sesederhana mungkin agar dapat diterima oleh siswa, tetapi juga memperkayanya dengan meletakkannya ke dalam konteks yang membuat siswa mengerti dan menambah rasa ingin tahu.

Implementasi dan Evaluasi:

Setting Autentik Mengajar dan Belajar di Kelas

3

Klarifikasi dan Analisis Wacana: Klarifikasi Materi

Subyek dan Re-Konstruksi

1

Penelitian Mengajar dan Belajar: Pra-Konsepsi Siswa dan Konsepsi Guru


(23)

36

Widya Nurfebriani, 2013

Gambar 3.2. Langkah-Langkah Menuju Struktur Konten Untuk Pembelajaran Klarifikasi dan Analisis Wacana

Klarifikasi Materi Subyek dan Konstruksi Didaktik-Pedagogis

Struktur Konten Sains

(Eksplanasi Ilmiah)

Elementarisasi

Ide Dasar Konten (Proposisi Makro-Mikro)

Re-Konstruksi

Struktur Konten Pembelajaran

(Eksplanasi Pedagogis)


(24)

37

Widya Nurfebriani, 2013

B. Alur Penelitian

Alur Penelitian adalah rencana tentang pengumpulan dan analisis data agar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif serta sesuai dengan tujuan penelitian (Nasution, 1991). Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian, seperti digambarkan pada gambar 3.3

Gambar 3.3. Alur Penelitian Validasi

Telaah Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA

Telaah Kepustakaan Literasi Sains

Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif melalui Telaah Konteks, Konten, dan

Aspek Kompetensi PISA 2009

Perumusan Indikator dan Tujuan Pembelajaran melalui Telaah Konteks, Konten, dan Aspek Sikap

PISA 2009

Revisi

Buku Ajar

Pengolahan Data

Kesimpulan

Tidak valid Valid

Tidak valid Klarifikasi dan Analisis Wacana

Validasi Revisi

Valid

Angket

Telaah Kepustakaan Pembelajaran Literasi Sans

Revisi

Tidak valid


(25)

38

Widya Nurfebriani, 2013

Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.3, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Telaah standar isi mata pelajaran kimia SMA yaitu dengan cara menganalisis materi pada standar isi mata pelajaran kimia SMA dan buku-buku teks kimia.

b. Telaah kepustakaan yang berhubungan literasi sains

c. Telah kepustakaan yang berhubungan dengan pembelajaran literasi sains.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melaksanakan semua tahap di tahap persiapan kemudian masuk ke tahap pelaksanaan, yaitu :

a. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan kompetensi.

Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dirumuskan setelah konteks dan konten ditelaah. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek Kognitif disesuaikan dengan SK, KD, Konteks, Konten dan Kompetensi PISA 2009.

b. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap sains melalui telaah konteks, konten dan sikap.

Indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap dirumuskan setelah konteks dan konten ditelaah. Indikator dan Tujuan Pembelajaran Aspek sikap disesuaikan dengan SK, KD, Konteks, Konten dan Aspek Sikap PISA 2009.

c. Melakukan validasi perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan aspek sikap sains.

d. Pemroduksian wacana


(26)

39

Widya Nurfebriani, 2013

Tabel 3.1 Format Analisis Wacana Buku Teks

Teks Asli Proses

Penghalusan

Teks Dasar Hasil Penghalusan

Pada proses analisis wacana dan penjelasan materi pokok interaksi antarmolekul menggunakan konteks inkjet printer, wacana yang dianalisis berupa wacana konten interaksi antarmolekul dilakukan melalui buku-buku teks kimia [Brady, (2005), Chang, (2004), Brown, (2009), dan Johari, (2008)], dan wacana konteks teknologi inkjet printer dilakukan melalui buku, jurnal, [Hudd, (2010), dan Smith, (2010)].

Dalam pemproduksian wacana yang pertama dilakukan adalah pembentukan struktur kognitif. Pembentukan struktur kognitif ini terdiri atas pembentukan analisis dasar dan penghalusan wacana yang menghasilkan teks luaran. Tahap selanjutnya adalah pembentukan struktur makro. Sebelum struktur makro terbentuk dilakukan penurunan mikro dan makro. Kemudian dibentuk struktur makro.

Proses selanjutnya adalah penyusunan lesson sequence map berdasarkan urutan materi pada buku ajar dan disesuaikan dengan tahapan-tahapan pembelajaran STL. Kemudian dilakukan rekonstruksi proposisi mikro yang telah disusun pada proses pembuatan analisis wacana disesuaikan dengan lesson squence map.

e. Melakukan validasi proposisi mikro hasil analisis wacana.

Proposisi mikro hasil analisis wacana divalidasi oleh ahli materi subyek dan ahli pedagogi materi subyek.


(27)

40

Widya Nurfebriani, 2013

f. Merekonstruksi proposisi makro hasil validasi menjadi buku ajar berdasarkan prinsip reduksi didaktik dan langkah-langkah pembelajaran STL.

g. Melakukan validasi buku ajar hasil rekonstruksi. Draft buram buku ajar divalidasi oleh ahli materi subyek dan ahli pedagogi materi subyek.

h. Melakukan revisi buku ajar berdasarkan masukan hasil validasi. i. Membuat instrumen penelitian berupa angket untuk guru.

Instrumen penelitian mencakup aspek isi, kemudahan memahami konten dan konteks buku ajar.

j. Validasi dan perbaikan instrumen.

Instrumen hasil validasi diperbaiki sesuai saran dari validator. k. Uji kelayakan

Uji kelayakan pada buku ajar dilakukan dengan memberikan angket kepada subyek penelitian (Guru kimia). Untuk mengetahui tanggapan guru kimia sebagai praktisi pendidikan terhadap isi buku ajar serta memberikan tanggapan terhadap kesesuaian konten dengan konteks yang telah dikembangkan. Format penilaian buku ajar mengadaptasi format penilaian lesson plan menurut De Jong (2004).

3. Tahap Akhir

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengumpulan data hasil penelitian, pengolahan data, perbaikan buku ajar, analisis, lalu menarik kesimpulan dan saran.

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah pada Bab I maka digunakan instrumen penelitian berupa lembar validasi, buku ajar dan angket.

Berikut ini adalah rincian jenis instrumen yang digunakan: 1. Lembar validasi


(28)

41

Widya Nurfebriani, 2013

a. Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dengan SK, KD, konteks, konten dan kompetensi PISA 2009. b.Lembar validasi kesesuaian indikator dan tujuan pembelajaran aspek

sikap dengan SK, KD, konten, serta aspek sikap PISA 2009.

c. Lembar validasi terhadap buku ajar yang dikembangkan berdasarkan katergori kesesuain standar isi pendidikan nasional, kesesuain aspek kogntif dan kesesuain pada proposisi mikro hasil analisis wacana.

2. Angket

Angket yang digunakan yaitu angket yang berisi respon guru kimia, yang di dalamnya mencakup aspek tampilan, kemudahan, kaitan konteks terhadap konten, dan pengaruh penggunaan buku ajar terhadap pembelajaran.

D. Teknik Analisis Data

1. Data Pengembangan Buku ajar

Data yang diperoleh dari hasil pengembangan berupa langkah-langkah pengembangan buku ajar serta hasil validasi buku ajar yang dijelaskan melalui analisis deskriptif.

2. Data Angket Untuk Guru

Data dari angket dikelompokkan dan diolah. Hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas buku ajar yang dikembangkan dan untuk memperbaiki buku ajar, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas buku ajaryang dikembangkan, juga mendapatkan buku ajaryang telah diperbaiki.

Angket untuk guru dianalisis dengan cara : a) Kriterian penilian tanggapan responden


(29)

42

Widya Nurfebriani, 2013

Tabel 3.2 Kriteria Penelian Angket Tanggapan

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

b) Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah

1. Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)

CVR

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya

N : total respon Ketentuan

a) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden maka nilai CVR = -

b) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden). d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total

reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

2. Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunkan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.


(30)

43

Widya Nurfebriani, 2013

3. Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

0-0,33 = tidak sesuai 0,34-0,67= sesuai

0,68-1 = sangat sesuai


(31)

67

Widya Nurfebriani, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Buku ajar hasil rekonstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut: a.Memuat aspek pedagogik dalam mengorganisasi konten interaksi

antarmolekul yang disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa agar proses pembelajaran memenuhi kriteria mudah-diajarkan dan mudah-dijangkau.

b. Mengkompositkan (menggabungkan) materi interaksi antarmolekul dengan konteks aplikasi yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Konteks yang dipilih sesuai dengan isu sosio-ilmiah yang diangkat pada pembelajaran berupa perkembangan teknologi inkjet printer. c.Buku ajar menggunakan tahapan pembelajaran mengikuti

tahapan-tahapan pembelajaran STL yang telah dilengkapi tahap decision making.

2. Tanggapan ahli terhadap buku ajar yang dikembangkan adalah baik dilihat dari segi kemaraikan gambar terhadap isi buku ajar serta kesesuaian konten dengan konteks.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, disarankan hal-hal berikut untuk dilakukan.

a. Penelitian selanjutnya melakukan rekonstruksi terhadap analisis wacana dalam hal kejelasan dan ketepatan kalimat.

b. Mengimplementasikan buku ajar yang telah di rekonstruksi oleh peneliti pada setting otentik di kelas.


(32)

68 Widya Nurfebriani, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2009). Pengantar Nanosains. Bandung : ITB.

Ambrogi,P. et. al. (2008). “Make sense of nanochemistry and

nanotechnology”. Chemistry Education Research and Practice. Vol 9, 5–

10

Brady, J. E. (2005). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi ke 5 Jilid 2

(Penterjemah : Maun, S et.al dari: General Chemistry). Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Brown, et. al. (2009). Chemistry Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia

Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2

(Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial Concept). Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Duit, R. et. al. (2012). The Model Of Educational Reconstruction – A Framework For Improving Teaching And Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe: Retrospective and Prospective, 5, 13–37. Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil

PISA Nasional tahun 2006. Puspendik

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.

Laherto, A. (2012). Nanoscience Education For Scientific Literacy Opportunities And Challenges In Secondary School And In Out Of

-School Settings. Finland: Department of Physics Faculty of


(33)

69

Widya Nurfebriani, 2013

Lawshie, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.

Magdassi, S. (2009). The Chemistry Of Inkjet Ink. World Scientific Publishing. Chapter 1. 3-18.

Munawar, A. (2008). Teknik Refil Inkjet, Teknik Refil Laser dan Proses Pembuatan Tinta Inkjet. Jakarta : Pendidikan dan Pelatihan Refil Catridge.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: CV Alfabeta.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie

im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. [online]. Tersedia :

http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010]

OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I)

[online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Mei 2011]

Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora Penerbit Buku Pendidkan.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodelogi, dan Analisis.

Bandung: PT. Andira

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Sunarya , Y dan Agus, S . (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Toharudin, U. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.


(34)

70

Widya Nurfebriani, 2013

Tarigan, D. dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. Bandung :Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

42

Tabel 3.2 Kriteria Penelian Angket Tanggapan

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

b) Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah

1. Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)

CVR

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya

N : total respon Ketentuan

a) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden maka nilai CVR = -

b) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden). d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total

reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

2. Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunkan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.


(2)

43

3. Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI

Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka 0-1. Angka tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

0-0,33 = tidak sesuai 0,34-0,67= sesuai

0,68-1 = sangat sesuai


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Buku ajar hasil rekonstruksi mempunyai karakteristik sebagai berikut: a.Memuat aspek pedagogik dalam mengorganisasi konten interaksi

antarmolekul yang disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa agar proses pembelajaran memenuhi kriteria mudah-diajarkan dan mudah-dijangkau.

b. Mengkompositkan (menggabungkan) materi interaksi antarmolekul dengan konteks aplikasi yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Konteks yang dipilih sesuai dengan isu sosio-ilmiah yang diangkat pada pembelajaran berupa perkembangan teknologi inkjet printer. c.Buku ajar menggunakan tahapan pembelajaran mengikuti

tahapan-tahapan pembelajaran STL yang telah dilengkapi tahap decision making.

2. Tanggapan ahli terhadap buku ajar yang dikembangkan adalah baik dilihat dari segi kemaraikan gambar terhadap isi buku ajar serta kesesuaian konten dengan konteks.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, disarankan hal-hal berikut untuk dilakukan.

a. Penelitian selanjutnya melakukan rekonstruksi terhadap analisis wacana dalam hal kejelasan dan ketepatan kalimat.

b. Mengimplementasikan buku ajar yang telah di rekonstruksi oleh peneliti pada setting otentik di kelas.


(4)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2009). Pengantar Nanosains. Bandung : ITB.

Ambrogi,P. et. al. (2008). “Make sense of nanochemistry and

nanotechnology”. Chemistry Education Research and Practice. Vol 9, 5–

10

Brady, J. E. (2005). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi ke 5 Jilid 2

(Penterjemah : Maun, S et.al dari: General Chemistry). Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Brown, et. al. (2009). Chemistry Contexts Edisi 11. Australia : Pearson Education Australia

Chang, R. (2004). Kimia dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2

(Penterjemah: Achmadi, S. S dari: General Chemistry : The Essensial Concept). Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Duit, R. et. al. (2012). The Model Of Educational Reconstruction – A Framework For Improving Teaching And Learning Science. Sci. Educ. Res. and Pract. in Europe: Retrospective and Prospective, 5, 13–37. Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil

PISA Nasional tahun 2006. Puspendik

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1), 1-12.

Laherto, A. (2012). Nanoscience Education For Scientific Literacy Opportunities And Challenges In Secondary School And In Out Of -School Settings. Finland: Department of Physics Faculty of ScienceUniversity of Helsink. Dissertation.


(5)

69

Lawshie, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575.

Magdassi, S. (2009). The Chemistry Of Inkjet Ink. World Scientific Publishing. Chapter 1. 3-18.

Munawar, A. (2008). Teknik Refil Inkjet, Teknik Refil Laser dan Proses Pembuatan Tinta Inkjet. Jakarta : Pendidikan dan Pelatihan Refil Catridge.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: CV Alfabeta.

Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., Ralle B. (2002). “Chemie

im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic

development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium

Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. [online]. Tersedia :

http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010]

OECD. (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I)

[online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Mei 2011]

Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora Penerbit Buku Pendidkan.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-Dasar Pemrograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Siregar, N. (1998). Penelitian Kelas: Teori, Metodelogi, dan Analisis.

Bandung: PT. Andira

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Sunarya , Y dan Agus, S . (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Toharudin, U. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: PT.Humaniora.


(6)

70

Tarigan, D. dan H.G. Tarigan. (2009). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Tim Penyusun. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Toharudin, U. (2010). Kajian Pengembangan Bahan Ajar Berorientasi Literasi Sains Untuk Pendidikan Dasar. Bandung :Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.