PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG.

(1)

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Musik

Oleh

Grevi Widiani Tanujaya 1102826

PROGRAM STUDI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA

DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG

Oleh

Grevi Widiani Tanujaya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan S

e

ni dan Desain

© Grevi Widiani Tanuajaya2015

Universitas Pendidikan Indonesia November 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Grevi Widiani Tanujaya

1102826

PENGALAMAN MUSIKAL REMAJA JALANAN DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing Utama

Dr. Hj. Susi Gustina, M. Si. NIP 196708221992022001

Pembimbing Pendamping

Dr. Sandie Gunara, M. Pd. NIP 198105042005021001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Musik

Drs. Agus Firmansah, M. Pd. NIP 196208301995121001


(4)

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan sebuah studi deskriptif terhadap “Pengamen Remaja” di Komunitas Seniman Bangun Pagi. Berjudul “Pengalaman Musikal Pengamen Remaja di Komunitas Seniman Bangun Pagi Bandun”. Pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan pengalaman musikal pada pengamen remaja. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah peneliti mengungkap tentang peranan KSBP terhadap pengalaman musikal pengamen remaja. Untuk menjawab rumusan masalah, peneliti berusaha mengumpulkan data dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data yang dikumpul diolah melalui teknik orientasi, reduksi, dan seleksi. Hasil temuan penelitian ini adalah pegalaman musikal pengamen remaja dan Komunitas Seniman Bangun Pagi Bandung. Pengalaman

musikal pengamen remaja didapatkan dari berbagai lingkungan, keluarga, sekolah atau kelompok. Umumnya pengalaman musikal yang mereka dapatkan yaitu di jalanan dan didapatkan dari lingkungan kelompok. Komunitas Seniman Bangun Pagi merupakan salah satu wadah yang menampung kreativitas pengamen remaja. Peranan Komunitas Seniman Bangun Pagi dapat dirasakan berdampak positif kepada perkembangan pengamen remaja baik dari segi musikalitas nya maupun segi norma dan sikap. Tujan dari Komunitas Seniman Bangun Pagi pada akhirnya ingin mengembalikan para remaja jalanan ini ke lingkungan yang seharusnya mereka tinggal yaitu di lingkungan keluarga dan sekolah. Semua temuan tersebut diharapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak, sehingga dapat berdampak positif bagi para pengamen remaja di jalanan.

ABSTRACT

This research is a descriptive study of the "Young Busker" in Komunitas Seniman Bangun Pagi (Rise and Shine Artists Community) with the title "The Musical Experience of Young Busker in Komunitas Seniman Bangun Pagi Bandung". The main issue examined in this study relates to a musical experience in young busker. The motivation behind this study is the researcher revealed about the role of KSBP (the abbreviation of Komunitas Seniman Bangun Pagi) against the musical experience of young busker. In answering the problem formulation, the researcher tried to do the data collection by observation, interview, and documentation. All data collected is processed through orientation techniques, reduction, and selection. The finding of this research is the musical experience of young busker and Komunitas Seniman Bangun Pagi, Bandung. The musical experience of young busker gained from a variety of environments, family, school or group. The young busker, generally, obtained the musical experience from the streets and the group environment. Komunitas Seniman Bangun Pagi is one of forum that holds the creativity of young busker. Role of Komunitas Seniman Bangun Pagi can be perceived as positive impact on the development of young busker, both in terms of their musicality and in terms of their norms and attitudes. The final purpose of Komunitas Seniman Bangun Pagi is they want to bring back the street teenagers to their environment where they live, that is in their family and school environment. All these findings are expected have benefits for all parties, so this will have a positive impact for young busker in the street.


(5)

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR FOTO ... x

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Struktur Organisasi ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengalaman Musikal ... 6

B. Musik dan Identitas Kelompok Remaja ... 8

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 13

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 16

C. Teknik Pengumpulan Data ... 17

D. Analisis Data ... 22

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 21


(6)

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

1. Deskripsi Pengalaman Musik yang diberikan KSBP pada Pengamen Remaja

(anggotanya ... 21

2. Deskripsi Peranan KSBP dalam Mengorganisir Pengamen Remaja ... 31

3. Deskripsi Aplikasi Pengalaman Musik Pengamen Remaja di Jalan ... 40

B. Pembahasan Penelitian ... 45

1. Pengalaman Musikal Pengamen Remaja di KSBP ... 45

2. Peranan KSBP dalam Mengorganisir Pengamen Remaja ... 49

3. Aplikasi Musik Pengamen Remaja di Jalan ... 53

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 58

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULAN

A. Latar Belakang Penelitian

Remaja adalah bagian dari lapisan masyarakat yang harus mendapatkan pendidikan yang layak menuju masyarakat dewasa. Melalui proses pendidikan yang layak tersebut, remaja akan mendapatkan beragam ilmu dan pengalaman yang penting untuk mempersiapkan diri sebagai anggota masyarakat yang dewasa. Untuk menjadi anggota masyarakat dewasa, tentunya remaja diharapkan dapat memiliki keterampilan, kemampuan, kepribadian yang seimbang, serta dapat menyelesaikan permasalahan-permasalan hidup yang akan dihadapi. Semuanya itu akan bermanfaat lebih bagi diri sendiri, keluarga bahkan orang lain.

Namun mendapatkan pendidikan yang layak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak remaja belum mendapatkan pendidikan yang layak sehingga tumbuh kembangnya tidak berjalan dengan baik. Salah satu faktor remaja tidak mendapatkan pendidikan, khususnya remaja dari keluarga kurang mampu yaitu faktor sosial ekonomi, seperti kesulitan membeli buku, atau biaya pendidikan yang mahal. Meskipun pemerintah mengadakan pendidikan gratis, tapi pada kenyataannya tidak gratis sepenuhnya.

Para orang tua harus mempersiapkan biaya untuk pendidikan anak-anak mereka, seperti membeli alat tulis, buku paket belajar, seragam sekolah. Semuanya itu mengeluarkan biaya sendiri. Kenyataan ini, mengakibatkan remaja-remaja yang tidak mampu tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak.

Sebagian remaja yang tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak lebih banyak memilih menjadi pengamen, dan terpaksa hidup di jalanan. Dalam prosesnya, para remaja tersebut sering menghadapi kerasnya kehidupan di jalanan, seperti bersaing dalam mendapatkan uang atau tempat mengamen. Ada baiknya remaja jalanan ini di lindungi dan di perhatikan keberadaannya oleh pemerintah, agar mereka tidak merasa tersisihkan dari kalangan masyarakat pada umumnya.

Pada kenyataannya pemerintah masih belum bisa menangani pengamen remaja tersebut yang sangat membutuhkan uluran tangan dari pihak-pihak tertentu untuk dapat mengangkat kehidupan mereka ke taraf yang lebih baik.


(8)

2

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kenyataan memperlihatkan bahwa ada sebagian masyarakat yang menilai pengamen remaja dari perspektif yang negatif. Misalnya, pengamen remaja identik dengan kasus pencopetan, penjambretan, atau dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras (miras). Walaupun kenyataan ini memang ada, tapi tidak semua pengamen remaja melakukan hal-hal yang negatif tersebut.

Fakta menunjukkan ada pengmen-pengamen remaja yang berprestasi dan memiliku bakat yang baik. Salah satunya adalah pengamen-pengamen remaja yang tergabung dalam Komunitas Seniman Bangun Pagi (KSBP) di kota Bandung.

Umumnya remaja yang tergabung dalam KSBP Bandung memiliki musikalitas yang patut dihargai. Kemampuan musik mereka dapat diamati ketika mereka sedang mengamen di jalan atau tempat makan di pinggir jalan, seperti warung kaki lima.

Seniman Bandung yang di prakarsai oleh Uwie Prabu inilah yang membentuk KSBP sebagai media penyaluran bakat para calon ataupun seniman yang sulit mendapatkan ruang untuk berekspresi. Bukan hanya di bidang seni musik saja tetapi berbagai format seni lainnya seperti seni lukis, kriya, dan lainnya. Hanya saja lebih difokuskan kepada musik.

KSBP pun memiliki program pelatihan seni bagi mereka yang ingin mempelajarinya dan masih berjalan hingga saat ini. Sehingga remaja jalanan yang tidak memiliki nilai di lingkungan masyarakat secara luas, setelah mengikuti pelatihan musik dan memiliki pengalaman-pengalamannya dalam bermusik akan merubahnya menjadi bagian masyarakat yang memiliki nilai lebih, dan dapat menjadikan mereka lebih mandiri dalam mengembangkan diri untuk mengangkat taraf hidup yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pengalaman musikal pengamen remaja tersebut. Dalam hal ini di ambil judul “PENGALAMAN MUSIKAL REMAJA JALANAN DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG”.


(9)

3

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah penelitian ini akan memfokuskan pada, pengalaman musikal para pengamen remaja di KSBP Bandung. Pertanyaan penelitian yang dikemukakan adalah:

1. Pengalaman musik apa saja yang dimiliki oleh para pengamen remaja sebelum menjadi Anggota KSBP Bandung?

2. Bagaimana peranan KSBP Bandung dalam mengorganisir para pengamen remaja?

3. Bagaimana para pengamen remaja mengaplikasikan pengalaman musik mereka di jalan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai pengalaman musik dan kegiatan para pengamen remaja di KSBP, Bandung.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk memaparkan, mendeskripsikan secara rinci beberapa masalah yang berkaitan dengan penelitian tentang :

1. Pengalaman musik remaja jalanan di komunitas SBP Bandung. 2. Motivasi dibentuknya komunitas SBP

3. Motivasi remaja jalanan dalam mengikuti kegiatan bermusik di komunitas SBP.

4. Kegiatan remaja jalanan di komunitas SBP.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi :

1. Peneliti

Dapat menambah pengalaman langsung dan menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana kegiatan para pengamen remaja dalam kegiatan bermusik


(10)

4

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mereka dijalan. Dapat menambah rasa solidaritas sebagai peneliti kepada musisi jalanan, bisa menghargai dan mensyukuri atas karunia yang Tuhan beri bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan nasib yang sama beruntungnya.

2. Komunitas Seniman Bangun Pagi

Semoga dapat menambah eksistensi komunitas Seniman Bangun Pagi sebagai sarana yang mewadahi potensi-potensi remaja jalanan, dan semakin terus berkembang lebih baik.

3. Remaja Jalanan dan Masyarakat Umum

Semoga dengan adanya pelatihan musik di komunitas SBP ini, remaja jalanan yang putus sekolah tidak patah semangat untuk menjadi remaja yang tumbuh lebih baik. Sehingga tidak ada lagi remaja jalanan yang berlaku kriminal terhadap masyarakat umum, seperti mencopet, menjambret atau sebagainya karena remaja jalanan ini telah diberikan keahlian melaui musik untuk bisa menjalani hidup lebih baik lagi tanpa merugikan masyarakat umum lainnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai dari bab I hingga bab V.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi yang terdiri dari, latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II berisi uraian tentang kerangka pemikiran. Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting, kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, pembahasan teori-teori dan konsep serta turunannya dalam bidang yang sedang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek dan temuannya, dan posisi teoritis peneliti yang berkenaan dengan masalah pengalaman musikal pada sebuah komunitas.


(11)

5

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berisi tentang metode apa yang digunakan dalam proses penelitian. Serta penjabaran yang rinci tentang metode penelitian, partisipan dan tempat penelitian teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang temuan penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian secara detail dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bab V berisi tentang simpulan yang merupakan poin-poin inti dari jawaban pertanyaan penelitian, implikasi adalah dampak yang dapat ditimbulkan dari penelitian ini dan rekomendasi yang merupakan saran dan masukan untuk peneliti sendiri dan masyarakat luas.


(12)

13

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan objek studi agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam sebuah penelitian, maka metode penelitian dianggap penting dalam sebuah penelitian. Maka dari itu dengan memperthatikan tujuan dan objek penelitian, penulis memilih metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Data-data yang penulis gali berupa kegiatan latihan dan pengalaman musik pengamen remaja di KSBP Bandung. Kegiatan tersebut merupakan proses pelatihan para pengamen remaja dalam bermusik dan menggali pengalaman musik mereka sebelum masuk KSBP sampai setelah masuk KSBP.

Sumber data berasal dari para pendiri sekaligus pelatih di KSBP. Pendiri atau pelatih akan berlaku sebagai informan atau narasumber. Sampel penelitian ini adalah para remaja jalanan yang merupakan anggota dari KSBP.

Ciri dari penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen dalam Sugiyono (2011, hlm. 21) adalah sebagai berikut:

Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is teh key instrument. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than member. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Qualitative research are tend to analyze their data inductively. “Meaning” is of essential to the qualitative approach.”

Berdasarkan pada karakteristik diatas dapat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa gambar atau kata-kata, bukan angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses suatu kejadian daripada hasil atau akibat kejadian tersebut. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif akan dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna sesuatu yang esensial dibalik data yang teramati.


(13)

14

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan pendapat para ahli tersebut, penelitian dilakukan dengan mengangkat sebuah fenomena yang ada. Kemudian peneliti menggunakan beberapa sudut pandang dan sumber untuk mengumpulkan data-data yang valid. Dengan kata lain, peneliti harus terjun langsung ke dalam lingkungan yang menjadi tempat penelitian berlangsung. Dalam penelitian kali ini peneliti mengangkat tentang pengalaman musikal pengamen remaja guna untuk lebih memahami fenomena yang terjadi pada pengamen remaja dan proses belajar mereka dalam mendapatkan pengalaman musik dan kemudian di deskripsikan.

Adapun skema tahapan pada penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Bagan 3. 1 Desain Penelitian (Sumber: Grevi Widiani Tanujaya, 2015)


(14)

15

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand tour question. Pada tahapan ini peneliti mendeskripsikan tentang kegiatan para pengamen remaja di KSBP, mendengarkan yang mereka diskusikan selama proses latihan, merasakan yang mereka alami selama terlihat oleh peneliti dan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan proses latihan mereka.

2. Tahap reduksi/fokus, pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Peniliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru.

3. Tahap seleksi, pada tahap ini penliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih terperinci. Setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data informasi yang didapat, maka peneliti dapat menemukan tema dengan menyusun data menjadi sebuah kesatuan yang utuh dari sebuah pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara seksama apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.

Sejalan dengan landasan tersebut, pengalaman musikal pengamen remaja diteliti dengan maksud lebih melihat proses pengamen remaja dalam mendapatkan pengalaman musik mereka dibandingkan dengan melihat hasilnya. Proses belajar yang baik akan menghasilkan outcome yang baik pula, begitupun sebaliknya. Dalam hal ini tentunya para pembimbing dan lingkungan berpengaruh besar pada proses belajar para anggota pengamen remaja di KSBP ini. Kemudian pada prosesnya, peneliti sebagai instrumen penelitian, sehingga pada akhirnya semua temuan diteliti dan dicatat.

Proses memperoleh data dan informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi dan seleksi) tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai cara dan berbagai sumber. Maka metode ini dianggap sebagai metode yang tepat


(15)

16

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk diterapkan pada penelitian dalam memahami pengalaman musik pengamen remaja.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan penelitian

Partisipan atau subjek penelitian merupakan sumber informasi data-data yang dibutuhkan penulis untuk memahami permasalahan. Pada penelitian ini peneliti memiliki partisipan yang terdiri atas anggota pengamen remaja dan pelatih atau pembimbing KSBP Bandung yaitu Uwi Prabu, Yohanes Ludwig Alexander dan Arian. Para pengamen remaja yang menjadi anggota KSBP memiliki rentang usia 19 – 21 tahun.

Anggota KSBP ini merupakan remaja yang hidup dan mencari nafkah dijalanan. Anggota KSBP yang sebagian besar menjadi pengamen remaja memilki pengalaman bermusik yang berbeda-beda. Ada yang sudah mendapatkan pengalaman musik sebelum menjadi anggota KSBP yang mereka dapatkan saat masih sekolah, ada yang mereka dapatkan selama mengamen dijalanan sebelum masuk KSBP, bahkan ada juga yang mendapatkan pengalaman musik setelah bergabung dengan KSBP. Meski demikian pengamen remaja yang berada di KSBP memiliki prestasi tersendiri dikalangan pengamen-pengamen jalanan di Bandung.

2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Komunitas Seniman Bangun Pagi Bandung pada awalnya di Jalan Teuku Angkasa No. 40, namun selanjutnya peneliti melakukan penelitian di Jalan Cikapundung Timur. KSBP merupakan komunitas yang berdiri secara independen yang didirikan oleh para seniman jalanan di daerah Sungai Cikapundung.

Seperti komunitas musik pada umumnya, KSBP menarik orang-orang jalanan menjadi anggotanya. Namun berbeda dari komunitas lainnya, KSBP membekali anggotanya dengan pelatihan-pelatihan musik serta pemahaman tentang pengetahuan moral dan norma. Kemudian ingin mengembalikan kembali para remaja jalanan ini ke tempat di mana seharusnya mereka berada, yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan yang lebih baik lagi.


(16)

17

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pengumpulan Data

Disamping perlu menggunakan metode yang tepat dalam penelitian, peneliti juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan untuk memperoleh data yang objektif. Marshall dan Rossmann dalam Sugiyono (2011, hlm. 309) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in dept interviewing, document review.”

Berdasarkan pernyataan Marshall dan Rossmann tersebut dapat dikatakan bahwa metode perangkat yang diandalkan oleh peneliti kualitatif dalam memperoleh informasi diantaranya adalah partisipasi pada kondisi yang alamiah, observasi langsung, wawancara yang mendalam dan memperhatikan kembali dokumen yang ada.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik pada gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang digunakan yaitu dengan menggunakan observasi langsung. Sementara itu, Marshall dalam Sugiyono (2011, hlm. 310) menyatakan bahwa “through the researchers learn about behavior and meaning attached to those behavior.” Melaui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Pada metode penelitian kualitatif observasi yang dilakukan terjadi secara partisipatif. Observasi partisipatif dilakukan agar peneliti dapat mengamati apa yang dilakukan oleh seseorang, mendengar apa yang orang katakan dan berperan serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Stainback dalam Sugiyono (2011, hlm. 311) bependapat bahwa “in participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say and participates in their activities.” Dalam observasi partisipan, peneliti mengobservasi apa yang orang-orang lakukan, mendengar apa yang orang-orang-orang-orang bicarakan dan berpartisipasi dalam aktivitasnya. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi sebagai bahan penelitian.


(17)

18

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Observasi dilakukan pada saat penelitian berlangsung sehingga peneliti dapat mengetahui situasi dan kondisi serta kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di KSBP. Pengamatan yang penulis lakukan pada penelitian ini yaitu berkenaan dengan proses mendapatkan pengalaman musik para pengamen remaja di KSBP.

Observasi pertama bertujuan untuk mengawali proses pengumpulan data untuk mencari tahu data apa saja yang bisa didapat yang akan membantu peneliti menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan. Observasi kedua dan seterusnya bertujuan untuk mengumpulkan data-data dari hasil latihan bernusik di KSBP dengan fokus kepada para pengamen remajanya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik terpenting dalam penelitian kualitatif. Esterbeg dalam Sugiyono (2011, hlm. 317) mendefinisikan wawancara sebagai “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about particular topic.” Wawancara merupakan pertemuan antara dau orang untuk bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan jawaban, berakhir pada sebuah komunikasi dan konstruksi tentang makna pada topik tertentu.

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari narasumber yang relevan dengan masalah yang diteliti dan melengkapi berbagai data yang diperoleh dalam penelitian ini. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur merupakan jenis wawancara dengan tujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam pelaksanaannya lebih bebas dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada narasumber atau informan.

Panduan tersebut digunakan agar memudahkan wawancara untuk menggali informasi-informasi dan data-data secara terstruktur dan terarah. Improvisasi pada wawancara dilakukan dilapangan bila diperlukan untuk mengungkap informasi yang lebih dalam.

Dengan wawancara ini penulis mendapatkan informasi yang tidak dapatkan pada saat observasi, namun tentu saja masih ada kaitannya dengan aoa


(18)

19

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan, diantaranya pendiri, pelatih dan beberapa anggota pengamen remaja di KSBP (yang dapat menunjang pada fokus penelitian).

Wawancara dilakukan dengan pendiri sekaligus pelatih di KSBP Bandung, yaitu Uwie Prabu, Yohanes Ludwig Alexander dan beberapa dari anggota pengamen remaja KSBP. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur agar peneliti dapat melakukan improvisasi bilamana data yang dibutuhkan berkembang ketika melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah agar mendapatkan data-data mengenai proses belajar dan pengalaman musik pengamen remaja di KSBP, Bandung.

Foto 3. 1 Wawancara bersama Uwi Prabu pendiri sekaligus pelatih KSBP (dok. Grevi Widiani Tanujaya, 2015)

3. Metode Dokumenter

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Bungin (2011, hlm. 124) mengatakan bahwa, “metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis”. Catatan peristiwa masa lalu sangat menunjang dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 82) menegaskan bahwa “metode dokumenter merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif”.


(19)

20

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pendapat diatas, metode dokumenter merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian, baik berupa dokumen-dokumen pribadi maupun dokumen resmi.

Mengkaji dokumen-dokumen seperti catatan harian, laporan, data yang tersimpan di web site, maupun foto-foto dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian observasi dan wawancara, akan lebih/dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.

Dokumentasi seperti mem-foto, merekam video dilakukan peneliti dengan menggunakan kamera hand phone dan digital camera. Alat perekam untuk merekam audio menggunakan voice recorder dari hand phone.

D. Analisis data

Analisis merupakan suatu kegiatan untuk memahami sesuatu lebih dalam,

sedangkan ‘data’ merupakan objek yang dikumpulkan selama penelitian kualitatif

berlangsung. Analisis data ialah bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dari proses inilah data menjadi bisa dilihat keberartian dan kebermaknaannya. Setelah data terkumpul melalui catatan lapangan hasil observasi catatan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang dilakukan, kemudian data tersebut diolah, dianalisis serta di interpretasikan sehingga data dapat memberikan makna yang bisa mengungkap masalah-masalah yang diteliti. Bodgan dan Biklen (dalam Moeong, 2011, hlm. 248) menjelaskan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(20)

68

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah mengamati kemudian menganalisis secara sistematis dengan tahapan umum ke khusus, maka peneliti mendapatkan kesimpulan yang berisi tentang uraian, penjelasan dari rumusan masalah sehingga dapat menjawab semua pertanyaan penelitian. Berdasarkan uraian dan penjelasan pad bab IV, peneliti menyimpulkan tentang pengalaman-pemgalaman musikal pengamen remaja di KSBP Bandung.

Masing-masing pengamen remaja yang tergabung pada KSBP, memiliki pengalaman musikal yang berbeda-beda. Dari mulai latar belakang kehidupan yang berbeda sampai permasalahan masing-masing remaja yang berbeda pula. Pengalaman musikal yang mereka dapatkan pada umumnya dari lingkungan sekolah dan teman-teman sekelompoknya. Sebelum bergabung dengan KSBP para pengamen remaja ini sudah ada yang mendapatkan pengetahuan dan teknik dasar dalam bermusik ada juga yang belum memilikinya.

Peranan KSBP dalam mengorganisir para pengamen remaja dengan visi, misi dan tujuannya yaitu memberikan pelatihan musik dan membangun mental para pengamen remaja agar memiliki kepercayaan diri. Hal ini dilakukan agar para pengamen remaja di KSBP tidak menjadi pengamen biasa tetapi pengamen yang memang memiliki musikalitas dan sikap yang baik dan patut dihargai oleh masyarakat luas.

Setelah ditempa dengan proses latihan, belajar di KSBP. Mereka pun diwajibkan untuk melakukan aksi atau unjuk gigi atas kemampuanya dalam bermusik. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan musik yang diselenggarakan oleh KSBP yang melibatkan seluruh anggota KSBP maupun pengamen jalanan lannya. Mereka dituntut untuk menampilkan segala kemampuan mereka dalam bermusik sesuai dengan apa yang telah didapat dari KSBP. Setelah itu mereka aplikasikan tehadap kegiatan-kegiatan lain dikehidupan sehari-harinya. Tujuan akhirnya KSBP ingin mengembalikan para remaja terlepas


(21)

69

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai pengamen atau bukan, mereka harus kembali kepada lingkungan yang seharusnya mereka tinggal yaitu keluarga dan sekolah.

B. Implikasi

Di dalam sebuah penelitian, hasil yang didapatkan selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini, kelebihan yang dimaksud adalah dapat memberikan manfaat yang nyata dan memberikan nilai guna untuk kepentingan berbagai pihak, antara lain peneliti mendapatkan pengalaman melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh para pengamen remaja dan mengetahui tentang pengalaman musikal mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula dapat berguna bagi lembaga pendidikan maupun masyarakat secara umum. Penelitian ini diharapkan dapat merubah sudut pandang terhadap pengamen remaja bahwa tidak semua pengamen atau remaja jalanan memiliki perilaku yang negatif. Dengan begitu kita dapat saling menghargai satu sama lain dan menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, alangkah lebih baiknya apabila dalam pelatihan di KSBP, diberikan jadwal kegiatan latihan secara tetap sehingga secara tidak lansgung akan melatih dan memebentuk kedisplinan para anggota KSBP. Dan lebih memudahkan untuk para peneliti selanjutnya yang akan meneliti KSBP agar dapat menyesuaikan penelitian secara tepat waktu sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Di dalam penelitian ini, masih banyak kekurangan, segala kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan titik awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. Setiap bentuk tindak lanjut dari penilainan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan menyempurnakan kekurangan bagi penelitian sebelumnya, sehingga penelitian selanjutnya memiliki nilai kegunaan yang lebih untuk setiap pemanfaatannya.


(22)

Grevi Widiani Tanujaya, 2015

PENGALAMAN MUSIKAL PENGAMEN REMAJA DI KOMUNITAS SENIMAN BANGUN PAGI BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anna, F., & Harold, A. (2013). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Adler. (1993). Teori – teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta (ID): Kanisius Chirs, W. (2012)

Inglis & Hugson (2005). Culture in Everyday Life. [eBook]. Tersedia: http://www.ebookstore.tandf.co.uk/.

Junaeni, Ani. (2010). Tentang Remaja Termarjinalkan. [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Linsey (1998). Musik sebagai Kreativitas. [online]. Tersedia: http://linseypollak.com/wordpress/biography/biography/

Lomax (2009). Minette Mans. [eBook]. Tersedia: http://www.springer.com/series/6199

Luccas, Mc. (2005). Music Culture in the United States. [eBook]. Tersedia: www.routledge.co.uk

Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jakarta (ID): Erlangga Tajfel & Turner (2015). Teori Identitas Sosial. [Online]. Tersedia:

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=teori+tentang+identitas+sosial+atau+ kelompok ., http://www.kompasiana.com/


(1)

Observasi dilakukan pada saat penelitian berlangsung sehingga peneliti dapat mengetahui situasi dan kondisi serta kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di KSBP. Pengamatan yang penulis lakukan pada penelitian ini yaitu berkenaan dengan proses mendapatkan pengalaman musik para pengamen remaja di KSBP.

Observasi pertama bertujuan untuk mengawali proses pengumpulan data untuk mencari tahu data apa saja yang bisa didapat yang akan membantu peneliti menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan. Observasi kedua dan seterusnya bertujuan untuk mengumpulkan data-data dari hasil latihan bernusik di KSBP dengan fokus kepada para pengamen remajanya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik terpenting dalam penelitian kualitatif. Esterbeg dalam Sugiyono (2011, hlm. 317) mendefinisikan wawancara sebagai “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about particular topic.” Wawancara merupakan pertemuan antara dau orang untuk bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan jawaban, berakhir pada sebuah komunikasi dan konstruksi tentang makna pada topik tertentu.

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari narasumber yang relevan dengan masalah yang diteliti dan melengkapi berbagai data yang diperoleh dalam penelitian ini. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur merupakan jenis wawancara dengan tujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam pelaksanaannya lebih bebas dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada narasumber atau informan.

Panduan tersebut digunakan agar memudahkan wawancara untuk menggali informasi-informasi dan data-data secara terstruktur dan terarah. Improvisasi pada wawancara dilakukan dilapangan bila diperlukan untuk mengungkap informasi yang lebih dalam.

Dengan wawancara ini penulis mendapatkan informasi yang tidak dapatkan pada saat observasi, namun tentu saja masih ada kaitannya dengan aoa


(2)

yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan, diantaranya pendiri, pelatih dan beberapa anggota pengamen remaja di KSBP (yang dapat menunjang pada fokus penelitian).

Wawancara dilakukan dengan pendiri sekaligus pelatih di KSBP Bandung, yaitu Uwie Prabu, Yohanes Ludwig Alexander dan beberapa dari anggota pengamen remaja KSBP. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur agar peneliti dapat melakukan improvisasi bilamana data yang dibutuhkan berkembang ketika melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah agar mendapatkan data-data mengenai proses belajar dan pengalaman musik pengamen remaja di KSBP, Bandung.

Foto 3. 1 Wawancara bersama Uwi Prabu pendiri sekaligus pelatih KSBP (dok. Grevi Widiani Tanujaya, 2015)

3. Metode Dokumenter

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Bungin (2011, hlm. 124) mengatakan bahwa, “metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis”. Catatan peristiwa masa lalu sangat menunjang dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Sugiyono (2014, hlm. 82) menegaskan bahwa “metode dokumenter merupakan pelengkap dari


(3)

Berdasarkan pendapat diatas, metode dokumenter merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian, baik berupa dokumen-dokumen pribadi maupun dokumen resmi.

Mengkaji dokumen-dokumen seperti catatan harian, laporan, data yang tersimpan di web site, maupun foto-foto dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian observasi dan wawancara, akan lebih/dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.

Dokumentasi seperti mem-foto, merekam video dilakukan peneliti dengan menggunakan kamera hand phone dan digital camera. Alat perekam untuk merekam audio menggunakan voice recorder dari hand phone.

D. Analisis data

Analisis merupakan suatu kegiatan untuk memahami sesuatu lebih dalam, sedangkan ‘data’ merupakan objek yang dikumpulkan selama penelitian kualitatif berlangsung. Analisis data ialah bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dari proses inilah data menjadi bisa dilihat keberartian dan kebermaknaannya. Setelah data terkumpul melalui catatan lapangan hasil observasi catatan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang dilakukan, kemudian data tersebut diolah, dianalisis serta di interpretasikan sehingga data dapat memberikan makna yang bisa mengungkap masalah-masalah yang diteliti. Bodgan dan Biklen (dalam Moeong, 2011, hlm. 248) menjelaskan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(4)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah mengamati kemudian menganalisis secara sistematis dengan tahapan umum ke khusus, maka peneliti mendapatkan kesimpulan yang berisi tentang uraian, penjelasan dari rumusan masalah sehingga dapat menjawab semua pertanyaan penelitian. Berdasarkan uraian dan penjelasan pad bab IV, peneliti menyimpulkan tentang pengalaman-pemgalaman musikal pengamen remaja di KSBP Bandung.

Masing-masing pengamen remaja yang tergabung pada KSBP, memiliki pengalaman musikal yang berbeda-beda. Dari mulai latar belakang kehidupan yang berbeda sampai permasalahan masing-masing remaja yang berbeda pula. Pengalaman musikal yang mereka dapatkan pada umumnya dari lingkungan sekolah dan teman-teman sekelompoknya. Sebelum bergabung dengan KSBP para pengamen remaja ini sudah ada yang mendapatkan pengetahuan dan teknik dasar dalam bermusik ada juga yang belum memilikinya.

Peranan KSBP dalam mengorganisir para pengamen remaja dengan visi, misi dan tujuannya yaitu memberikan pelatihan musik dan membangun mental para pengamen remaja agar memiliki kepercayaan diri. Hal ini dilakukan agar para pengamen remaja di KSBP tidak menjadi pengamen biasa tetapi pengamen yang memang memiliki musikalitas dan sikap yang baik dan patut dihargai oleh masyarakat luas.

Setelah ditempa dengan proses latihan, belajar di KSBP. Mereka pun diwajibkan untuk melakukan aksi atau unjuk gigi atas kemampuanya dalam bermusik. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan musik yang diselenggarakan oleh KSBP yang melibatkan seluruh anggota KSBP maupun pengamen jalanan lannya. Mereka dituntut untuk menampilkan segala kemampuan mereka dalam bermusik sesuai dengan apa yang telah didapat dari KSBP. Setelah itu mereka aplikasikan tehadap kegiatan-kegiatan lain dikehidupan


(5)

sebagai pengamen atau bukan, mereka harus kembali kepada lingkungan yang seharusnya mereka tinggal yaitu keluarga dan sekolah.

B. Implikasi

Di dalam sebuah penelitian, hasil yang didapatkan selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada penelitian ini, kelebihan yang dimaksud adalah dapat memberikan manfaat yang nyata dan memberikan nilai guna untuk kepentingan berbagai pihak, antara lain peneliti mendapatkan pengalaman melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh para pengamen remaja dan mengetahui tentang pengalaman musikal mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan pula dapat berguna bagi lembaga pendidikan maupun masyarakat secara umum. Penelitian ini diharapkan dapat merubah sudut pandang terhadap pengamen remaja bahwa tidak semua pengamen atau remaja jalanan memiliki perilaku yang negatif. Dengan begitu kita dapat saling menghargai satu sama lain dan menumbuhkan rasa solidaritas terhadap sesama.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, alangkah lebih baiknya apabila dalam pelatihan di KSBP, diberikan jadwal kegiatan latihan secara tetap sehingga secara tidak lansgung akan melatih dan memebentuk kedisplinan para anggota KSBP. Dan lebih memudahkan untuk para peneliti selanjutnya yang akan meneliti KSBP agar dapat menyesuaikan penelitian secara tepat waktu sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Di dalam penelitian ini, masih banyak kekurangan, segala kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan titik awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. Setiap bentuk tindak lanjut dari penilainan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan menyempurnakan kekurangan bagi penelitian sebelumnya, sehingga penelitian selanjutnya memiliki nilai kegunaan yang lebih untuk setiap pemanfaatannya.


(6)

Anna, F., & Harold, A. (2013). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama.

Adler. (1993). Teori – teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta (ID): Kanisius Chirs, W. (2012)

Inglis & Hugson (2005). Culture in Everyday Life. [eBook]. Tersedia: http://www.ebookstore.tandf.co.uk/.

Junaeni, Ani. (2010). Tentang Remaja Termarjinalkan. [Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Linsey (1998). Musik sebagai Kreativitas. [online]. Tersedia: http://linseypollak.com/wordpress/biography/biography/

Lomax (2009). Minette Mans. [eBook]. Tersedia:

http://www.springer.com/series/6199

Luccas, Mc. (2005). Music Culture in the United States. [eBook]. Tersedia: www.routledge.co.uk

Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jakarta (ID): Erlangga

Tajfel & Turner (2015). Teori Identitas Sosial. [Online]. Tersedia:

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=teori+tentang+identitas+sosial+atau+

kelompok ., http://www.kompasiana.com/