PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA LUAS DAERAH JAJARGENJANG.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA LUAS DAERAH JAJARGENJANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Aulia Herlisnawati 1004187

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA LUAS DAERAH JAJARGENJANG

Oleh

Aulia Herlisnawati

Sebuahskripsidiajukanuntukmemenuhisalahsatusyarat memperolehgelarSarjanapadaFakultas Ilmu Pendidikan

© Aulia Herlisnawati 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhyaatausebagian, dengandicetakulang, difoto kopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis.


(3)

PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PADA LUAS DAERAH JAJARGENJANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

Dr. Karlimah, M.Pd. NIP. 196101221987032001

PEMBIMBING II

Dindin Abdul MuizLidinillah, S.Si., S.E., M.Pd. NIP.197901132005011003

Mengetahui

Ketua Program StudiPGSD UPI KampusTasikmalaya

Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 195206281981031001


(4)

PENERAPAN PENDEKATAN INVESTIGASI TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA

LUAS DAERAH JAJARGENJANG

Aulia Herlisnawati, Karlimah, Dindin Abdul Muiz Lidinillah

Program S-I PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Abstrak

Kemampuan pemecahan masalah harus menjadi fokus dalam pelajaran matematika di sekolah, khususnya di sekolah dasar. Dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, perlu adanya strategi khusus yang bisa dijadikan cara untuk memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dikarenakan masih banyak siswadengan kemampuan pemecahan masalah matematika yang sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui pendekatan investigasi dan tanpa pendekatan investigasi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi

experiment desainposttest-only dengan populasi siswa kelas IV SD di kecamatan Cihideung

kota Tasikmalaya. Sampel terdiri dari dua kelas yaitu kelas IVA SDN Nagarawangi 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IVB SDN Nagarawangi 2 sebagai kelas kontrol. Instrumen pengumpulan data melalui penyusunan soal posttest kemampuan pemecahan masalah tentang luas daerah jajargenjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan pendekatan investigasi termasuk kedalam kategori sangat tinggi; (2) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tanpa menggunakan pendekatan investigasi termasuk kedalam kategori rendah; (3) proses pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi lebih berpusat pada siswa; (4) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan pendekatan investigasi lebih tinggi dari siswa yang tanpa menggunakan pendekatan investigasi.


(5)

IMPLEMENTATION OF INVESTIGATION APPROACH

TOWARDS PROBLEM SOLVING ABILITY ON BROAD AREA

OF PARALLELOGRAM

Aulia Herlisnawati, Karlimah, Dindin Abdul Muiz Lidinillah

Program S-I PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Abstract

Problem solving skills should be a focus in math at school, particularly in an elementary schools. To solve the question of problem solving, it needs a specific strategies which can be used as a way to facilitate students in solving mathematical problems easier. Due to the many students with mathematical problem solving ability is very low, so this study aims to describe students' mathematical problem solving skills through investigation approach and without investigation approach. The method used is a quasi experimentdesign posttest-only using a population of fourth grade elementary students in CihideungTasikmalaya. The sample of this study consists of two classes, class IVA of SDN Nagarawangi 2 as the experimental group and class IVB SDN Nagarawangi 2 as the control group. The instrument of data collection is through posttest questions of problem solving ability about the area of parallelogram. The results of this research showed that: (1) the students’ ability in solving the mathematic problem using an investigation approach included into a high category (2) the students’ ability in solving mathematic problem without using investigation approach included into a low category; (3) the learning process by using a mathematical approach is students centered-learning; (4) the students’ ability in solving mathematic problem using investigation approach is higher than without using investigation approach.


(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 11

1. Hakikat Matematika di Sekolah Dasar ... 11

a. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 11

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 12

c. Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 13

2. Pendekatan Investigasi ... 17

a. Pengertian Investigasi Matematika ... 17

b. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi ... 18

c. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi ... 19

d. Manfaat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi ... 22

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 22

4. Tinjauan Materi Luas Daerah Jajargenjang ... 24

5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

B. Kerangka Pemikiran ... 27

C. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 29

1. Lokasi Penelitian ... 29


(7)

v

3. Sampel Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 30

C. Metode Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional Variabel ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 32

F. Proses Pengembangan Instrumen... 39

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Analisis Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 49

2. Analisis Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 52

3. Analisis Deskripsi Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

4. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dalam Menjawab Soal ... 63

5. Uji Normalitas ... 70

6. Uji Homogenitas ... 70

7. Uji Beda Dua Rata-rata ... 71

8. Data Hasil Observasi ... 72

B. Pembahasan ... 77

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Meteri Luas Daerah Jajargenjang Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 77

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Meteri Luas Daerah Jajargenjang Tanpa Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 79

3. Proses Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 81

4. Hasil Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Mendapat Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Investigasi dan Tanpa Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 89

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 95


(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil PISA 2009 ... 3

1.2 Analisi Hasil TIMSS dan PIRLS ... 4

2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Luas Daerah Jajargenjang ... 24

3.1 Kisi-kisi Soal Pemecahan Masalah ... 33

3.2 Lembar Observasi Guru Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 35

3.3 Lembar Observasi Siswa Menggunakan Pendekatan Investigasi ... 37

3.4 Rubrik Kriteria Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 38

3.5 Kriteria Validitas Instrumen ... 40

3.6 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ... 40

3.7 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 41

3.8 Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 42

3.9 Kriteria Daya Pembeda Instrumen... 43

3.10 Daya Pembeda Tiap Butir Soal... 43

3.11 Interval Kategori ... 44

3.12 Interval Kategori Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah ... 46

4.1 Interval Kategori Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 50

4.2 Data Statistik Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 51

4.3 Interval Kategori Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 52

4.4 Data Statistik Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 53

4.5 Data Statistik Tahap Pemahaman Masalah (M1) Kelas Eksperimen ... 55

4.6 Data Statistik Tahap Perencanaan Penyelesaian Masalah (M2) Kelas Eksperimen ... 56

4.7 Data Statistik Tahap Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) Kelas Eksperimen ... 57

4.8 Data Statistik Tahap Pengecekan Jawaban (M4) Kelas Eksperimen ... 58

4.9 Data Statistik Tahap Pemahaman Masalah (M1) Kelas Kontrol ... 59

4.10 Data Statistik Tahap Perencanaan Penyelesaian Masalah (M2) Kelas Kontrol ... 60

4.11 Data Statistik Tahap Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) Kelas Kontrol ... 61

4.12 Data Statistik Tahap Pengecekan Jawaban (M4) Kelas Kontrol ... 62

4.13 Data Pemahaman Masalah (M1) dalam Pemecahan Masalah Matematika ... 64

4.14 Data Pe rencanaan Penyelesaian Masalah (M2)dalam Pemecahan Masalah Matematika ... 65


(9)

vii

4.16 Data Pengecekan Jawaban (M4) ... 68

4.17 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 70

4.18 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Grafik Capaian Rata-rata Skor Siswa Peserta TIMSS Indonesia

Bidang Matematika... 7

2.1 Garis Kontinum Isu Matematika sebagai Bahan yang Dipelajari ... 15

2.2 Garis Kontinum Metode sebagai Strategi Penyampaian Bahan Matematika ... 15

2.3 Garis Kontinum Siswa sebagai Subjek yang Mempelajari Matematika ... 16

2.4 Model Tiga Dimensi Sosok Matematika ... 17

2.5 Pembelajaran dengan Pendekatan Investigasi ... 20

2.6 Model Aktivitas Terbuka: Interaksi Proses Kognitif ... 21

2.7 Jajargenjang ABCD ... 25

2.8 Jajargenjang ABCD ... 25

2.9 Jajargenjang ABCD ... 25

2.10 Persegi Panjang ABCD... 25

2.11 Jajargenjang ABCD ... 25

2.12 Jajargenjang ABCD ... 26

2.13 Jajargenjang ABCD ... 26

2.14 Persegi Panjang EE1CD ... 26

3.1 Segitiga ABC ... 34

3.2 Persegi Panjang BCDE ... 34

3.3 Jajargenjang HIJK ... 35

3.4 Persegi Panjang ... 35

4.1 Diagram Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 50

4.2 Grafik Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen . 52 4.3 Diagram Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 53

4.4 Grafik Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 54

4.5 Grafik Persentase Pemahaman Masalah (M1) ... 65

4.6 Grafik Persentase Perencanaan Penyelesaian Masalah (M2) ... 66

4.7 Grafik Persentase Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) ... 68

4.8 Grafik Persentase Pengecekan Jawaban (M4) ... 69

4.9 Pendahuluan dengan Masalah... 73

4.10 Mengklarifikasi Masalah ... 74

4.11 Mendesain Investigasi ... 74

4.12 Melaksanakan Investigasi ... 75

4.13 Merangkum Hasil Temuan ... 75

4.14 Perwakilan Kelompok Menyampaikan Hasil Diskusi ... 76

4.15 Tanggapan Kelompok Lain ... 76

4.16 Penyimpulan ... 76

4.17 Tahap Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 79

4.18 Tahap Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 80

4.19 Tahap Pemahaman Masalah ... 84


(11)

ix

4.21 Tahap Pelaksanaan Rencana Penyelesaian ... 85 4.22 Tahap Pengecekan Jawaban ... 86 4.23 Diagram Hasil Perbandingan Rata-rata Skor Posttest


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A. Instrumen Penelitian ... 96

Lampiran B. Hasil Uji Coba Instrumen ... 102

Lampiran C. Perangkat Pembelajaran ... 112

Lampiran D. Hasil Penelitian ... 165

Lampiran E. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 193

Lampiran F. Administrasi Penelitian ... 204 Lampiran G. Dokumentasi Penelitian


(13)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu matematika memberikan sumbangan dalam kemajuan teknologi yang semakin canggih. Tidak hanya itu, peranan matematika sering kita jumpai dalam berbagai sektor kehidupan, seperti transaksi jual beli, kegiatan perbank-an, transportasi, pembayaran pajak, maupun dalam perhitungan luas daerah. Melihat dari peran matematika yang sangat penting, karena itulah matematika dipelajari dalam setiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Perguruan Tinggi.

Tujuan diajarkannya matematika di jenjang SD berdasarkan Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006, hlm. 148), adalah sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Merujuk pada tujuan yang tercantum di dalam BSNP, sangat jelas terlihat bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang tercantum dalam BSNP, dimaksudkan dalam pembelajaran matematika agar dapat mengembangkan


(14)

2

kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Dalam tujuan matematika tersebut menunjukkan bahwa penguasaan matematika tidak hanya pemahaman konsep saja, tetapi berupa kemampuan proses matematika siswa. Selaras dengan tujuan kurikulum di Indonesia, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000, hlm. 29) menetapkan bahwa lima kemampuan proses yang harus dikuasai siswa melalui pembelajaran matematika adalah:“(1) problem solving (pemecahan masalah); (2) reasoning and proof (penalaran dan pembuktian); (3) communication (komunikasi); (4) connections (koneksi) dan (5) representation (representasi).”

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Menurut Kusuma (2013, hlm. 7) merujuk pada kerangka Kurikulum 2013, rincian dari tujuan tingkat satuan pendidikan sekolah dasar, adalah:

(1) domain kognitif (pengetahuan): memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain, (2) domain afektif (sikap): memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain, (3) domain psikomotor (keterampilan); memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Mengingat bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum, maka dari itu pemecahan masalah perlu diajarkan pada jenjang pendidikan dasar. Salah satu contoh, pada silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas 1 sekolah dasar mata pelajaran matematika tema keluarga, semester I kompetensi dasarnya dapat dilihat sebagai berikut BSNP (2008, hlm. 18) “1.4 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20.” Hal ini selaras dengan pendapat Sulistyowati (2009, hlm. 1) yang menyatakan bahwa “pemecahan masalah merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak dini.” Hal ini berarti pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan pada siswa sekolah dasar. Hal ini bertujuan agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang terus berkembang.


(15)

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.22 tahun 2006, BSNP (2006, hlm. 147) mengungkapkan bahwa “...pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika...”. Pernyataan tersebut jelas terlihat bahwa pada dasarnya pembelajaran matematika di sekolah dasar difokuskan agar siswa dapat memecahkan masalah. Namun dalam kenyataannya sulit bagi siswa untuk dapat memecahkan soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah matematika. Dikutip dari pengembangan Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) (2012, hlm. 33) berdasarkan hasil Program for International Student Assessment (PISA) disebutkan bahwa“hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara negara lain banyak yang sampai level empat, lima, bahkan enam.” Berikut tabel lebih lengkap tentang hasil PISA.

Tabel 1.1

Hasil PISA2009, Kemendikbud (2012, hlm. 33)

Dari tabel 1.1, dapat dijelaskan bahwa siswa Indonesia dalam menguasai mata pelajaran matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan bahasa secara umum hanya menguasai sampai level tiga saja, sedangkan negara lain seperti


(16)

4

Singapura, Thailand, Jepang, Korea dll dapat menguasai sampai level empat, lima bahkan enam.

Berdasarkan analisis hasil Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS)tahun 2007 dan 2011, Kemendikbud (2012, hlm. 35) mengungkapkan bahwa “ Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.” Berikut tabel lebih lengkap tentang hasil TIMSS dan PIRLS.

Tabel 1.2

Analisis Hasil TIMSS dan PIRLS, Kemendikbud (2012, hlm. 35)

Hasil terakhir dari PISA pada tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Hasil TIMSS pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat 38 dari 42 negara. Hasil analisis PIRLS pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat 41 dari 45 negara. Hasil analisis Secara umum dari hasil PISA, TIMSS dan PIRLSdapat ditentukan bahwa Indonesia selalu memperoleh nilai di bawah rata-rata dibanding dengan negara lain.


(17)

Di dalam dokumen Kurikulum 2013 disebutkan bahwa berdasarkan hasil studyTIMSS, Muna (2012, hlm. 9) mengungkapkan bahwa:

siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi.

Dasar penilaian yang dilakukan TIMSS dikategorikan ke dalam empat domain matematika yaitu bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Hampir setengah dari topik-topik yang diujikan, ternyata materi geometri lebih sering muncul dibanding dengan materi matematika yang lain. Hal ini diperkuat oleh pendapat Mullis (dalam Meilina, 2013, hlm. 2) bahwa ‘seluruh negara-negara peserta ditanya atau dites tentang 39 topik dalam matematika dengan 14 topik diantaranya adalah berkaitan dengan geometri.’ Matematika khususnya geometri, sebenarnya memiliki banyak sisi manarik untuk diungkapkan. Tetapi, hal tersebut belum dapat ditunjukkan dalam proses pembelajaran matematika.

Pembelajaran geometri memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam matematika. Menurut Abdussakir (dalam Meilina, 2013, hlm. 6) menyebutkan bahwa:

pada dasarnya geometri menempati peluang yang lebih besar dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain karena ide-ide geometri sudah dikenal siswa sebelum mereka masuk sekolah seperti garis, bidang dan ruang , namun bukti-bukti di lapangan menujukkan hasil belajar geometri masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Upaya lain yang dapat digunakan untuk menimbulkan minat dan semangat adalah dengan memberikan kasus ringan atau masalah yang dapat merangsang investigasi dalam geometri. Dengan demikian tugas guru adalah membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah sehingga kemampuan dalam memahami konteks masalah dapat terus berkembang.

Menghadapi permasalahan di atas, diperlukan alternatif pembelajaran yang tidak hanya menghafalkan rumus tetapi kebermaknaan dari materi pembelajaran tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Turmudi (2008, hlm. 23) mengemukakan bahwa:


(18)

6

adanya suatu pendekatan pembelajaran yang mengubah pandangan-pandangan mengenai cara memperoleh pengetahuan, yaitu dari penyampaian rumus-rumus definisi prosedur dan algoritma menjadi penyampaian konsep-konsep melalui konteks bermakna dan berguna bagi siswa.

Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan, memungkinkan siswa dapat menyimpulkan secara logis, memberikan penjelasan menggunakan gambar, fakta,sifat dan hubungan yang ada, memperkirakan solusi, menguji dan membuat generalisasi.

“Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi mendorong siswa dapat bekerja bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif rasa percaya diri dapat lebih meningkat.” (Setiawan, 2008, hlm. 10). Proses ini dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Investigasi secara bahasa artinya penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (KBBI Online, 2008). Bastow, at al, 1984 (dalam Lidinillah, 2011, hlm. 13) mengemukakan bahwa:

Investigasi matematika adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong suatu aktivitas percobaan (experiment), mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat dan menguji kesimpulan/dugaan (conjecture) dan membuat suatu generalisasi.

Kegiatan investigasi matematika ini dapat menjadi latihan pengembangan kemampuan proses siswa. Hal ini selaras sebagaimana dikemukakan oleh Lidinillah (2009, hlm. 8) bahwa “kegiatan investigasi matematika di sekolah dasar dapat dilakukan untuk tahap penanaman konsep atau pengembangan kemampuan siswa.”

Penelitian sebelumnya telah banyak dilaksanakan tentang pendekatan investigasi. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Japa dengan judul Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliunu. Dari penelitiannya menunjukkan bahwa cara belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan investigasi matematika, dan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika terbuka mengalami peningkatan. Hal itu dapat ditunjukkan dengan


(19)

hasil dari 35 orang sis orang) sudah mampu

Salah satu mate sekolah dasar yaitu te ternyata siswa Indone geometri. Hal ini mengungkapkan bahw penurunan capaian pr Indonesia.

Grafik Capa

Dikaitkan deng pada tahun 2011 sis sepuluh poin pada d dianggap sulit dalam sulit dalam pembelaja Pembelajaran matem sekedar menghafal ru dihadapkan pada soal

siswa yang menjadi subjek penelitian, sebanya u mencapai kategori baik atau sangat baik. ateri yang dianggap sulit dalam pembelajaran tentang geometri. Berdasarkan hasil TIMSS p onesia mengalami penurunan prestasi, khususn i didukung oleh pendapat Machmud (2 hwa “...siswa peserta TIMSS dari Indonesia re prestasi...”. Berikut grafik pencapaian skor r

Gambar 1.1

paian Rata-rata Skor Siswa Peserta TIMSS Ind Bidang Matematika

ngan penelitian ini, pada grafik di atas dapat siswa Indonesia mengalami penurunan penc a domain geometri. Artinya bahwa materi g

m pembelajaran matematika.Salah satu materi lajaran matematika di sekolah dasar yaitu tenta ematika tentang materi luas daerah, seringka rumus tanpa memahami maknanya. Akibatn

al problem solving tentang luas daerah maka si

nyak 68, 57 % (24

ran matematika di S pada tahun 2011 usnya pada materi (2013, hlm. 4) relatif mengalami r rata-rata peserta

ndonesia

pat dilihat bahwa, encapaian prestasi i geometri masih teri yang dianggap ntang luas daerah. kali siswa hanya tnya ketika siswa a siswa mangalami


(20)

8

kesulitan. Berdasarkan observasi di lapangan, hasil wawancara dengan salah satu guru di SDN Nagarawangi 2, ternyata guru mengalami kesulitan dalam menjelaskan luas daerah jajargenjang. Siswa kurang memahami posisi letak alas dan tinggi. Asumsi siswa menyebutkan bahwa yang dikatakan alas jajargenjang selalu berada pada posisi bawah (horizontal), sedangkan tinggi selalu berada pada posisi memanjang ke atas (vertikal). Dengan menyajikan materi luas daerah jajargenjang dengan menggunakan pendekatan investigasi, maka siswa akan lebih tertantang untuk mengembangkan rasa ingin tahu, berani bertanya, mengemukakan pendapat, dan dapat mengemukakan ide-ide dalam mencari penyelesaian masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah dasar dengan upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan pendekatan investigasi, dengan judul “Penerapan Pendekatan Investigasi terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Luas Daerah Jajargenjang”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

2. Cara mengajar guru yang konvensional kurang memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi dalam latar belakang, maka penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar melalui penerapan pendekatan investigasi dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar pada materi luas daerah jajargenjang menggunakan pendekatan investigasi?

2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar pada materi luas daerah jajargenjang tanpa menggunakan pendekatan investigasi?


(21)

3. Bagaimana proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan investigasi?

4. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi lebih tinggi daripada yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar pada materi luas daerah jajargenjang menggunakan pendekatan investigasi.

2. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar pada materi luas daerah jajargenjang tanpa menggunakan pendekatan investigasi. 3. Mengetahui proses pembelajaran metematika dengan menggunakan

pendekatan investigasi.

4. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan pembelajaran matematika khususnya di sekolah dasar, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknik penyajian materi dalam pembelajaran, selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat diantaranya. a. Bagi siswa

1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2) Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.


(22)

10

b. Bagi guru

1) Memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan keterampilan memilih pendekatan yang bervariasi.

2) Guru termotivasi melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.

c. Bagi peneliti

1) Akan diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian, sehingga akan diperoleh suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

2) Mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khususnya tentang konsep matematika yang abstrak dalam bentuk konkret.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organsasi dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada bab ini membahas mengenai teori-teori sebagai landasan teoretis, penelitian terdahulu yang relevan, menunjang penelitian, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III metode penelitian, pada bab ini berisi penjabaran mengenai lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, bab ini membahas mengenai pengolahan dan pembahasan data hasil temuan. Bab V simpulan dan saran, pada bab ini membahas mengenai pemaknaan terhadap hasil analisis temuan.


(23)

29

METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012, hlm. 2) adalah “cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu.” Metode penelitian berupa serangkaian cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Jenis-jenis metode penelitian sangat beragam, disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gelaja yang diamati.

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Nagarawangi 2 berada di kecamatan Cihideung, kota Tasikmalaya, provinsi Jawa Barat.

2. Subjek populasi

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus I (satu) Nagarawangi, kecamatan Cihideung, kota Tasikmalaya.

3. Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SDN Nagarawangi 2 yang berjumlah 32 orang dan siswa kelas IVB SDN Nagarawangi 2 yang berjumlah 32 orang. Dari SD tersebut, siswa kelas IVA menjadi kelas eksperimen dan siswa kelas IVB menjadi kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 85) mengemukakan bahwa “sampilng purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”


(24)

30

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental design dengan jenis posttest-only control design. Pola desainnya sebagai berikut.

Keterangan:

X : perlakuan atau treatment

O1 : hasil observasi kelas eksperimen

O2 : hasil observasi kelas kontrol

Desain penelitian posttest-only control design pada dasarnya merupakan bentuk dari true experimenta design dimana kelompok kontrol dan sampel dipilih secara acak atau random. Dengan mempertimbangkan kendala dalam penelitian yaitu mengenai waktu, dana, dan tenaga oleh karena itu peneliti tidak menggunakan true experimental design, tetapi menggunakan quasi experimental designdengan desain posttest-only control design.

Pada penelitian ini tidak diadakan pretest tetapi hanya menggunakan posttest setelah pembelajaran. Alasan pemilihan desain ini merujuk pada pengertian masalah dalam pembelajaran matematika yaitu apabila suatu soal telah diberikan kepada siswa kemudian diberikan lagi, berarti soal tersebut bukan merupakan masalah bagi siswa.

Penelitian ini akan meneliti dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen akan diberi perlakuan atau treatment yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi. Sedangkan kelas kontrol akan dilakukan pembelajaran matematika konvensional. Pengaruh adanya perlakuan atau treatment adalah (O1 : O2). Pengaruh atau

treatment akan dianalisis menggunakan uji t. Uji t adalah uji yang digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan bentuk quasi experimental.“Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat

X O1


(25)

berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” (Sugiyono, 2012, hlm. 77). Metode quasi experimental digunakan karena waktu pelaksanaan penelitian relatif singkat, dan kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Pemilihan menggunakan metode quasi experimental karena dalam penelitian ini diberi perlakuan pada subjek penelitian untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 38) mengemukakan bahwa “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam penelitian ini. Penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan investigasi, sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. Adapun definisi operasioanl variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan Investigasi

Pendekatan investigasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan siswa mengkonstruksi kemampuan matematika, melalui pengamatan, penyelidikan untuk memberikan jawaban atas dugaan yang telah dirumuskan. 2. Kemapuan Pemecahan Masalah Matematika

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kecakapan atau keahlian yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemecahan masalah dilakukan melalui tahapan berpikir yang disebut dengan heuristik. Heuristik adalah suatu langkah berpikir dan upaya untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah


(26)

32

matematika. Langkah-langkah tersebut merupakan bagian dari kemampuan pemecahan masalah matematika.

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan dengan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 102) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa tes yang didukung dengan lembar observasi untuk menghimpun data.

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian yang diambil dari bahasa Perancis kunoyang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Sedangkan menurut Arikunto ( 2006, hlm. 53) mengemukakan bahwa “tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Adapun soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tipe subjektif/soal kemampuan pemecahan masalah dalam bentuk uraian. Keunggulan tes tipe subjektif/uraian adalah siswa dituntut untuk menjawab soal lebih rinci, maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Soal tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas IV sekolah dasar yang digunakan adalah sebagai berikut.

Standar Kompetensi : 4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : 4. 1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. 4. 2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

Adapun kisi-kisi instrumen tentang soal kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut.


(27)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Soal Pemecahan Masalah

No. Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator Soal

Nomor Soal

(a) (b) (c) (d) (e)

1 4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah.

4.1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. Siswa dapat menyatakan konsep luas daerah jajargenjang. 1 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan luas daerah

jajargenjang.

2, 4

Siswa dapat

menyelesaikan soal menghitung luas daerah jajargenjang yang diarsir dalam persegi panjang.

3

Siswa dapat

menentukan luas daerah jajargenjang, dan mengkonfersikan satuan.

5

Berikut adalah soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika dengan jumlah soal sebanyak lima butir.

1. Diketahui tinggi jajargenjang adalah 5 cm. Jika alas jajargenjang 20 cm lebih panjang dari tingginya, berapa luas daerah jajargenjang tersebut?


(28)

34

Gambar 3.1 Segitiga ABC Tentukan luas daerah yang berwarna merah!

3. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang, seperti gambar berikut ini. Diketahui luas daerah persegi panjang BCDE adalah 63 cm2. Berapa luas daerah yang diarsir?

Gambar 3.2 Persegi Panjang BCDE

4. Luas daerah jajargenjang HIJK adalah 28 cm2 . Panjang HL adalah 3 cm, dan panjang KL adalah 4 cm. Berapa panjang LI?

4 cm 5 cm

A B

C

B C

D E


(29)

Gambar 3.3 Jajargenjang HIJK

5. Jalur rel kereta api akan melewati daerah persawahan yang berbentuk persegi panjang seperti gambar di bawah ini! Berapa meter luas lahan yang terkena jalur rel kereta api?

Gambar 3.4 Persegi Panjang

Sedangkan, lembar observasi digunakan untuk tambahan deskripsi kegiatan pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi. Lembar observasi diisi oleh observer yakni guru kelas. Format lembar observasi yang digunakan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Lembar Observasi Guru Menggunakan Pendekatan Investigasi

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah tersedia!

No. Aktivitas Guru Ya Tidak Rekomendasi

(a) (b) (c) (d) (e)

1 Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar.

I

J K

L 3 cm

4 cm

H

1 km


(30)

36

Tabel 3.2. (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d) (e)

2 Langkah 1:

Pendahuluan dengan masalah.

Guru membuat siswa termotivasi untuk belajar dengan baik, menyampaikan apersepsi dan tujuan

pembelajaran. 3 Langkah 2:

Mengklarifikasi masalah. Guru membimbing siswa untuk mengembangkan proses berpikir dan

memahami masalah dengan pertanyaan matematika yang terdapat dalam masalah. 4 Langkah 3:

Mendesain investigasi. Guru membimbing siswa berdiskusi untuk memilih pemecahan masalah yang tepat.

5 Langkah 4:

Melaksanakan investigasi. Guru membimbing siswa dalam menguji hipotesis, dan mengemukakan ide dalam menyelesaikan masalah. 6 Langkah 5:

Merangkum hasil temuan. Guru membimbing siswa berdiskusi kelompok untuk mengecek hasil temuan dan mengkomunikasikan hasil temuan di depan kelas 7 Guru melaksanakan evaluasi

yang menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematika.


(31)

Tabel 3.3

Lembar Observasi Siswa Menggunakan Pendekatan Investigasi

Berilah tanda ceklis (√) pada kolom yang sudah tersedia!

No. Aktivitas Siswa Ya Tidak Rekomendasi

1 Siswa dikondisikan untuk siap belajar.

2 Langkah 1:

Pendahuluan dengan masalah.

Siswa termotivasi dan antusias untuk mengikuti proses pembelajaran. 3 Langkah 2:

Mengklarifikasi masalah. Siswa dibimbing guru untuk menjawab pertanyaan

matematika yang terdapat dalam masalah.

4 Langkah 3:

Mendesain investigasi. Siswa berdiskusi untuk memilih pemecahan masalah yang tepat.

5 Langkah 4:

Melaksanakan investigasi. Siswa menguji hipotesis, dan mengemukakan ide dalam menyelesaikan masalah. 6 Langkah 5:

Merangkum hasil temuan. Siswa berdiskusi kelompok untuk mengecek hasil temuan dan mengkomunikasikan hasil temuan di depan kelas 7 Siswa melaksanakan evaluasi

yang menekankan pada kemampuan pemecahan masalah matematika.

Untuk mengembangkan instrumen yang digunakandalam mengukur variabel penelitian ini yakni kemampuan pemecahan masalah matematika, terlebih dahulu dibuat rubrik kriteria penilaian instrumen kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai berikut.


(32)

38

Tabel 3.4

Rubrik Kriteria Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

No. Aspek Nilai Skor

Max. Respon Terhadap Masalah Skor

(a) (b) (c) (d) (e)

1 Pemahaman Masalah 15 Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal

0

Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi salah semua

5

Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi benar sebagian.

10

Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan baik dan benar

15

2 Perencanan Penyelesaian Masalah

35 Tidak ada rencana penyelesaian 0 Rencana yang dibuatnya salah 5 Rencana yang dibuatnya benar

tapi tidak sesuai 10 Rencana yang dibuat benar tapi

tidak efisien 15

Rencana yang dibuatnya

benar,sesuai,dan efisien 35 3 Pelaksanaan Rencana

Penyelesaian 35

Tidak ada penyelesaian sama

sekali 0

Ada penyelesaian tapi masih

salah 5

Menggunakan cara yang benar

tapi isinya salah 10 Penyelesaian kurang lengkap

atau kurang sempurna 15 Cara penyelesaian benar dan

hasilnya benar 35

4 Pengecekan Jawaban

15

Tidak ada pengecekan jawaban 0 Pengecekan hanya dilakukan

pada proses membuat cara penyelesaian yang baru tapi masih salah


(33)

Tabel 3. 4 (Lanjutan)

(a) (b) (c) (d) (e)

Pemeriksaan dilakukan dengan benar serta membuat cara penyelesaian yang baru dan menjawab masalah pokok dengan benar

15

Jumlah Skor Keseluruhan 100

*Aspek penilaian evaluasi merujuk pada penilaian yang digunakan oleh Pranita (dalam Sugiarti, 2012, hlm. 34).

Keterangan :

- Skor 100 untuk setiap item soal apabila telah menunjukkan langkah–langkah penyelesaian yang lengkap yang sesuai penilaian pada tabel.

- Skor = aspek 1 + aspek 2 + aspek 3 + aspek 4 F. Proses Pengembangan Instrumen

Menurut Arikunto (2006, hlm. 57) mengemukakan bahwa instrumen yang baik harus memiliki syarat sebagai berikut: “(1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4) praktikabilitas dan (5) ekonomis.” Agar instrumen penelitian baik, maka peneliti akan menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (2006, hlm. 58) mengemukakan bahwa “validitas merupakan kata benda.” Dimana jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Untuk menguji validitas instrumen dapat menggunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut.

= (∑ ) − (∑ )(∑ )

( . ∑ − (∑ ) )( . ∑ − (∑ ) )

Keterangan:

rxy = koefisien validitas anatara variabel x dan variabel y

X = skor setiap butir soal masing-masing siswa Y = skor total masing-maisng siswa


(34)

40

Kriteria validitas instrumen disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.5

Kriteria Validitas Instrumen Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,6 Cukup 0,20 < r ≤ 0, 4 Rendah

r ≤ 0,20 Sangat Rendah Dikutip dari Arikunto ( 2006, hlm. 75)

Proses perhitungan lebih rinci terdapat dalam lampiran. Berikut akan disajikan rekapan hasil uji validitas dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal

No. Soal r hitung r tabel Keterangan Kriteria

1 0,781 0,361 Valid Tinggi

2 0,683 0,361 Valid Tinggi

3 0,806 0,361 Valid Sangat Tinggi 4 0,867 0,361 Valid Sangat Tinggi

5 0,791 0,361 Valid Tinggi

2. Reliabilitas Soal

Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan hasil tes. Untuk mengetahui apakah sebuah tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisienreliabilitasnya. Semakin tinggi koefisien reliabilitas suatu tes (mendekati satu), maka makin tinggi pula keajegan atau ketepatannya. Dalam perhitungan reliabilitas instrumen dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

= ( − 1) 1 −∑

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item dalam instrumen ∑ = jumlah varians skor tiap item


(35)

Berikut akan ditampilkan tabel kriteria reliabilitas instrumen. Tabel 3.7

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Reliabilitas

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

0,70 ≤ r11< 0,90 Reliabilitas tinggi

0,40 ≤ r11< 0,70 Reliabilitas sedang

0,20 ≤ r11< 0,40 Reliabilitas rendah

r11< 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Dikutip dari Guilford ( dalam Sugiarti, 2012, hlm. 38)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Microsoft Excel2010 (Ms. Excel) diperoleh hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,84. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan termasuk ke dalam kategori tinggi. Hasil selengkapnya terdapat pada lampiran.

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu dalam bentuk indeks. Tingkat kesukaran atau disebut juga dengan indeks kesukaran (difficulty indexI) adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran butir soal. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinu) mulai dari 0,00 sampai dengan 1,00. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Indeks kesukaran dari tiap butir soal dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

IK =

Keterangan:

IK = Indeks Kesukaran X = Rata-rata Skor SMI = Skor Maksimal Ideal

Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks


(36)

42

kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. (Arikunto, 2006, hlm. 207).

Klasifikasi indeks kesukaran berdasarkan pendapat (Arikunto, 2006, hlm. 210) adalah sebagai berikut.

0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar 0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang 0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah

Dengan bantuan program Microsoft Excel2010 (Ms. Excel) diperoleh perhitungan indeks kesukaran tiap butir soal kemampuan pemecahan masalah matematika yang disajikan pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah No.Soal Indeks Kesukaran Keterangan

1 0,59 Sedang

2 0,61 Sedang

3 0,51 Sedang

4 0,44 Sedang

5 0,46 Sedang

4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2006, hlm. 211) mengemukakan bahwa “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).” Untuk mengetahui daya pembeda soal dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Daya Pembeda (DP) = – Keterangan:

! = Rata-rata siswa kelompok atas

" = Rata-rata siswa kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun Kriteria daya pembeda seperti diungkapkan Arikunto (2006: hlm. 218) disajikan pada tabel 3.9 berikut ini.


(37)

Tabel 3.9

Kriteria Daya Pembeda Instrumen Koefisien Daya Pembeda Kriteria

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek (poor) 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik (good) 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali (excellent)

DP ≤ 0, 00 Tidak baik

Berdasarkan perhitungan dengan bantuan program Microsoft Excel2010(Ms. Excel) diperoleh hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal sebagai berikut.

Tabel 3.10

Daya Pembeda Tiap Butir Soal No.Soal Daya Pembeda Keterangan

1 0,27 Cukup

2 0,27 Cukup

3 0,33 Cukup

4 0,40 Cukup

5 0,46 Baik

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda terhadap data hasil uji coba instrumen yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang telah dibuat layak digunakan untuk penelitian. G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 137) mengemukakan bahwa “pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.” Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, observasi dan dukomentasi. Tes digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika. Tes diberikan kepada kelas yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi yaitu kelas eksperimen dan kelas yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi yaitu kelas kontrol. Lembar observasi digunakan untuk tambahan deskripsi kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan investigasi. Adapun dokumentasi digunakan sebagai pendukung dalam laporan.


(38)

44

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian yang dilakukan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Persiapan. Dalam tahap ini langkah yang dilakukan adalah. a. Mengecek nama dan identitas pengisi

b. Mengecek kelengkapan data c. Mengecek macam isian data

2. Tabulasi. Dalam tahap ini langkah yang dilakukan adalah pemberian skor terhadap hasil tes yang diberikan kepada siswa, kemudian mentabulasi setiap data yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Dalam penelitian ini menggunkan uji statistik komparasi, yaitu uji t dua variabel bebas. Analisis komparasi (Uji t) digunakan untuk memprediksi perbandingan atau perbedaan dua variabel bebas. Dalam hal ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah terhadap skor hasil postes.

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum masing-masing variabel. Proses analisis deskripsi ini adalah mengolah data dari setiap variabel dengan bantuan komputer program Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui gambaran umum setiap variabel berdasarkan kategori tertentu. Sedangkan programStatistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 untuk mengetahui data deskriptif setiap variabel dan untuk mempermudah pada proses uji hipotesis.

Interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 adalah interval kategori menurut Cece Rahmat & Solehudin (dalam Sugiarti, 2012, hlm: 42) dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.11 Interval Kategori

No. Interval Kategori


(39)

(Lanjutan)

2 ideal+ 0,5 #$%&'( ≤ X < ideal+ 1,5 #$%&'( Tinggi

3 ideal‒ 0,5 #$%&'( ≤ X < ideal + 0,5 #$%&'( Sedang

4 ideal‒ 1,5 #$%&'( ≤ X < ideal‒ 0,5 #$%&'( Rendah

5 X < ideal‒ 1,5 #$%&'( Sangat Rendah

Keterangan:

$%&'( : Skor maksimal

ideal = $%&'(

#$%&'( =

) $%&'(

Berdasarkan soal posttest yang terdiri dari lima soal dan setiap soal memiliki skor tertinggi 100, maka diperoleh data untuk menentukan $%&'(,

idealdan #$%&'( sebagai berikut.

a. Perhitungan $%&'(

$%&'( = item instrumen × skor tertinggi

= 5 × 100 = 500

b. Perhitungan ideal

ideal = × $%&'(

= × 500 = 250

c. Perhitungan #$%&'( #$%&'( = )× ideal

=

)× 250

= 83,33

Data hasil posttest dikategorikan menjadi lima kategori dengan perhitungan sebagai berikut.

a. Sangat tinggi = X ≥ ideal+ 1,5 #$%&'(

= X ≥ 250 + (1,5 × 83,33) = X ≥ 250 + 124,995 = X ≥ 374,995


(40)

46

b. Tinggi = ideal+ 0,5 #$%&'(≤ X < ideal+ 1,5 #$%&'(

= 250 + (0,5 × 83,33) ≤ X < 250 + (1,5 × 83,33) = 250 + 41,665 ≤ X < 250 + 124,995

= 291,665 ≤ X < 374,995

c. Sedang = ideal‒ 0,5 #$%&'(≤ X < ideal+ 0,5 #$%&'(

= 250 ‒ (0,5 × 83,33) ≤ X < 250 + (0,5 × 83,33) = 250 ‒ 41,665 ≤ X < 250 + 41,665

= 208,335 ≤ X < 291,665

d. Rendah = ideal‒ 1,5 #$%&'(≤ X < ideal‒ 0,5 #$%&'(

= 250 ‒ (1,5 × 83,33) ≤ X < 250 ‒ (0,5 × 83,33) = 250 ‒ 124,995 ≤ X < 250 ‒ 41,665

= 125,005 ≤ X < 208,335 e. Sangat Rendah = X < ideal‒ 1,5 #$%&'(

= X < 250 ‒ (1,5 × 83,33) = X < 250 ‒ 124,995 = X < 125,005

Dari perhitungan di atas interval kategori posttest kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12

Interval Kategori Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah

Kategori Interval

Sangat Tinggi X ≥ 374,99

Tinggi 291,66 ≤ X < 374,99 Sedang 208,33 ≤ X < 291,66 Rendah 125 ≤ X < 208,33 Sangat Rendah X < 125

b. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui data yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal, maka data dianalisis menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik nonparametrik. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Perhitungan


(41)

dilakukan bantuan komputer program SPSS 16.0.Hipotesis statistik yang diajukan adalah:

*+ : data posttest berasal dari sampel yang berdistribusi normal. *' : data posttest berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka *+ diterima. b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka *+ ditolak. 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui homogen atau tidaknya suatu varians.Dalam hal ini adalah data hasil belajar siswa yang mendapatakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan investigasi. Uji homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Levene dengan mengajukan hipotesis statistik sebagai berikut.

*+ : data posttest berasal dari sampel yang variansnya sama (homogen)

*' : data posttest berasal dari sampel yang variansnya berbeda (tidak

homogen).

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya sebagai berikut.

a. Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka *+ diterima. b. Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka *+ ditolak. 3. Uji perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan rata-rata data posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut.

*+: µ1≤ µ2 : rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi lebih rendah atau sama dengan yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi.


(42)

48

*': µ1> µ2: rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi lebih tinggi dari yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi. Pengolahan data dilakuakn dengan ketentuan berikut ini.

a. Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka pengolahan data dilakukan dengan uji-t. Menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria mengujiannya sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig.)> 0,05, maka *+ diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.)< 0,05, maka *+ ditolak.

b. Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka pengolahan data dilakuakan dengan uji-t’. Menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

1) Jika harga ,-$ ./0<,'1&(, maka *+ diterima. 2) Jika harga ,-$ ./0 ≥, '1&(, maka *+ ditolak.

c. Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dilakukan dengan uji Mann Withney. Menggunakan taraf signifikansi 5%, dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka *+ diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka *+ ditolak.


(43)

89

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analissi data serta pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa.

1. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi luas daerah jajargenjang menggunakan pendekatan investigasi termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi luas daerah jajargenjang tanpa menggunakan pendekatan investigasi termasuk ke dalam kategori rendah.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi diawali dengan pendahuluan masalah, klarifikasi masalah, mendesain investigasi, pelaksanaan investigasi, dan merangkum pembelajaran, kegiatan tersebut lebih berpusat pada siswa.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran berikut ini.

1. Kepada pihak sekolah, kiranya berkenan untuk merintis dan mengembangkan penelitian sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika.

2. Kepada guru, kiranya berkenan menggunakan pendekatan investigasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika, sehingga diharapkan siswa dapat menemukan dan pengalami


(44)

90

pengetahuannya, serta dapat lebih aktif, kreatif, imajinatif dan kritis melalui aktivitas investigasi.

3. Bagi peneliti, dapat mencoba melakukan penelitian dengan menggunakanpendekatan investigasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi luas daerah jajargenjang.


(45)

91

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N &Maulana. (2009). Pemecahan masalah matematika. Bandung: UPI PRESS.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bailey, J. (2007). Mathematical Investigations: a primary teaacher educator’s narrative journey of professional awareness. Dalam J. Watson &K Beswick (Eds). Proceedings of the 30th Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of Australia. Waikato: Merga Inc.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP. (2008). Model silabus tematik kelas I. Jakarta: BSNP.

Cambridge Dictionaries Online (2008). Cambridge dictionaries online. [Online]. Tersedia di http://dictionary.cambridge.org/Diakses 15 Januari 2014.

Chasanah, I.N. (2011). Kegiatan investigasi pada pendekatan realistic mathematics education (RME) untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis dalam bidang konten siswa kelas VIII smp n 1 Galur (RSBI) Kulon Progo.(Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Copes, L. (2008). Discovering geometry: an investigative approach. Emeryville: Key Curriculum Press.

Isrok’atun. (2010) Konsep pembelajaran pada materi peluang guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Jurnal Pendidikan Dasar, 14(2), hlm. 12-16.

Japa, I.G.N. (2008). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika terbuka melalui investigasi bagi siswa kelas V sd 4 Kaliuntu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 2 (1), hlm. 60-73.


(46)

92

KBBI Online. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di : http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Diakses 5 Januari 2014.

Kemendikbud. (2012). Pengembangan kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di:

http://fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/03/Pengembangan-Kurikulum-2013-versi-lengkap.pdfDiakses 9 Desember 2013.

Kusuma, D. C. (2013). Analisis komponen-komponen pengembangan kurikulum 2013 pada bahan uji publik kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di:

http://berita.upi.edu/files/2013/04/Jurnal-Analisis-Komponen-Pengembangan-Kurikulum-2013.pdf Diakses 9 Desember 2013.

Lidinillah, D. (2009). Investigasi matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11 (1), hlm.1-13.

Lidinillah. (2011). Paradigma pembelajaran matematika dengan pendekatan

investigatif: sebuah kerangka teoritis. [Online]. Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/KD- TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-

TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20Matematika %20dengan%20Pendekatan%20Investigatif-%20Kerangka%20Teoritis.pdf Diakses 3 Januari 2014.

Machmud, T. (2013). Peningkatan kemampuan komunikasi, pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa smp melalui pendekatan problem-centered learning dengan strategi scaffolding. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Meilina, A. (2013). Desain didaktis konsep luas daerah belah ketupat pada

pembelajaran matematika SMP. [Online]. Tersedia di:

http://repository.upi.edu/2828/4/S_MTK_0902084_Chapter1.pdf Diakses 22 Januari 2014.

Muna. (2012). Dokumen kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di : http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wpcontent/uploads/sites/65/2013/03/dok umen-kurikulum-2013.pdf Diakses 9 Desember 2013.


(47)

NCTM. (2000). Principle and standards for school mathematic. Virginia: NCTM.

Pujiati & Sigit T.G. (2009). Pembelajaran pengukuran luas bangun datar dan volum bangun ruang di sd. Sleman: Departemen Pendidikan Nasional.

Setiawan. (2006). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiarti, Y.A. (2012). Pengaruh pendekatan investigasi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada sifat-sifat bangun datar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Tasikmalaya.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dkk. (2001). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sulistyowati, E. (2009). Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

sd/mi. [Online]. Tersedia di:

http://digilib.uin-suka.ac.id/8033/1/ENDANG%20SULISTYOWATI%20PEMECAHAN%2 0MASALAH%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20MATEMATIKA%2 0SDMI.pdf Diakses 24 November 2013.

Susanto, Ahmad. (2013). Teori belajar & pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: KENCANA.

Syaban, M. (2008). Penerapan pembelajaran investigasi dalam pembelajaran

matematika. [Online]. Tersedia di:

http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com.content&do.pdf=1&id=19. Diakeses 24 November 2013.

TIMSS & PIRLS. (2011). Overview TIMSS and PIRLS 2011 achievement. [Online]. Tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011-Achievement.pdfDiakses 22 Januari 2014.


(48)

94

Turmudi. (2008). Landasan filsafat dan teori pembelajaran matematika (berparadigma eksploratif dan investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Windayana, H., Pranata, O.H., & Supriyadi.(2010). Geometri dan pengukuran. Bandung: UPI PRESS.

Widjajanti, D.B. (2009) Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasisiwa calon guru matematika: apa dan bagaimana mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 3 (2). hlm. 402- 413.

Yeo, J.B.W & Yeap, B.H. (2009).Mathematical investigation : task, process and

activity.[Online]. Tersedia di:http://math.nie.edu.sg/bwjyeo/

publication/METechnicalReport2009MathematicalInvestigation_ ME200901. pdf.Diakses 3 Januari 2014.

Yeo, J.B.W & Yeap, B.H. (2010). Characterising the cognitive processes in

mathematical investigation.[Online]. Tersedia di:

http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/jbwyeo.pdf. Diakses 3 Januari 2014.


(1)

89

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analissi data serta pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa.

1. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi luas daerah jajargenjang menggunakan pendekatan investigasi termasuk ke dalam kategori sangat tinggi.

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi luas daerah jajargenjang tanpa menggunakan pendekatan investigasi termasuk ke dalam kategori rendah.

3. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan investigasi diawali dengan pendahuluan masalah, klarifikasi masalah, mendesain investigasi, pelaksanaan investigasi, dan merangkum pembelajaran, kegiatan tersebut lebih berpusat pada siswa.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan investigasi secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan siswa yang mendapat pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan investigasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran berikut ini.

1. Kepada pihak sekolah, kiranya berkenan untuk merintis dan mengembangkan penelitian sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama pada pembelajaran matematika.

2. Kepada guru, kiranya berkenan menggunakan pendekatan investigasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika, sehingga diharapkan siswa dapat menemukan dan pengalami


(2)

90

pengetahuannya, serta dapat lebih aktif, kreatif, imajinatif dan kritis melalui aktivitas investigasi.

3. Bagi peneliti, dapat mencoba melakukan penelitian dengan menggunakanpendekatan investigasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi luas daerah jajargenjang.


(3)

91

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N &Maulana. (2009). Pemecahan masalah matematika. Bandung: UPI PRESS.

Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bailey, J. (2007). Mathematical Investigations: a primary teaacher educator’s narrative journey of professional awareness. Dalam J. Watson &K Beswick (Eds). Proceedings of the 30th Annual Conference of the Mathematics Education Research Group of Australia. Waikato: Merga Inc.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP. (2008). Model silabus tematik kelas I. Jakarta: BSNP.

Cambridge Dictionaries Online (2008). Cambridge dictionaries online. [Online]. Tersedia di http://dictionary.cambridge.org/Diakses 15 Januari 2014.

Chasanah, I.N. (2011). Kegiatan investigasi pada pendekatan realistic mathematics education (RME) untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis dalam bidang konten siswa kelas VIII smp n 1 Galur (RSBI) Kulon Progo.(Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Copes, L. (2008). Discovering geometry: an investigative approach. Emeryville: Key Curriculum Press.

Isrok’atun. (2010) Konsep pembelajaran pada materi peluang guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Jurnal Pendidikan Dasar, 14(2), hlm. 12-16.

Japa, I.G.N. (2008). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika terbuka melalui investigasi bagi siswa kelas V sd 4 Kaliuntu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 2 (1), hlm. 60-73.


(4)

92

KBBI Online. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di : http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php Diakses 5 Januari 2014.

Kemendikbud. (2012). Pengembangan kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di:

http://fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/03/Pengembangan-Kurikulum-2013-versi-lengkap.pdfDiakses 9 Desember 2013.

Kusuma, D. C. (2013). Analisis komponen-komponen pengembangan kurikulum 2013 pada bahan uji publik kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di:

http://berita.upi.edu/files/2013/04/Jurnal-Analisis-Komponen-Pengembangan-Kurikulum-2013.pdf Diakses 9 Desember 2013.

Lidinillah, D. (2009). Investigasi matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11 (1), hlm.1-13.

Lidinillah. (2011). Paradigma pembelajaran matematika dengan pendekatan

investigatif: sebuah kerangka teoritis. [Online]. Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/KD- TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-

TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Pembelajaran%20Matematika %20dengan%20Pendekatan%20Investigatif-%20Kerangka%20Teoritis.pdf Diakses 3 Januari 2014.

Machmud, T. (2013). Peningkatan kemampuan komunikasi, pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa smp melalui pendekatan problem-centered learning dengan strategi scaffolding. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Meilina, A. (2013). Desain didaktis konsep luas daerah belah ketupat pada

pembelajaran matematika SMP. [Online]. Tersedia di:

http://repository.upi.edu/2828/4/S_MTK_0902084_Chapter1.pdf Diakses 22 Januari 2014.

Muna. (2012). Dokumen kurikulum 2013. [Online]. Tersedia di : http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wpcontent/uploads/sites/65/2013/03/dok umen-kurikulum-2013.pdf Diakses 9 Desember 2013.


(5)

NCTM. (2000). Principle and standards for school mathematic. Virginia: NCTM.

Pujiati & Sigit T.G. (2009). Pembelajaran pengukuran luas bangun datar dan volum bangun ruang di sd. Sleman: Departemen Pendidikan Nasional.

Setiawan. (2006). Model pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiarti, Y.A. (2012). Pengaruh pendekatan investigasi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada sifat-sifat bangun datar. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Tasikmalaya.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. dkk. (2001). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Sulistyowati, E. (2009). Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

sd/mi. [Online]. Tersedia di:

http://digilib.uin-suka.ac.id/8033/1/ENDANG%20SULISTYOWATI%20PEMECAHAN%2 0MASALAH%20DALAM%20PEMBELAJARAN%20MATEMATIKA%2 0SDMI.pdf Diakses 24 November 2013.

Susanto, Ahmad. (2013). Teori belajar & pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: KENCANA.

Syaban, M. (2008). Penerapan pembelajaran investigasi dalam pembelajaran

matematika. [Online]. Tersedia di:

http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com.content&do.pdf=1&id=19. Diakeses 24 November 2013.

TIMSS & PIRLS. (2011). Overview TIMSS and PIRLS 2011 achievement. [Online]. Tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/data-release-2011/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-2011-Achievement.pdfDiakses 22 Januari 2014.


(6)

94

Turmudi. (2008). Landasan filsafat dan teori pembelajaran matematika (berparadigma eksploratif dan investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Windayana, H., Pranata, O.H., & Supriyadi.(2010). Geometri dan pengukuran. Bandung: UPI PRESS.

Widjajanti, D.B. (2009) Kemampuan pemecahan masalah matematis mahasisiwa calon guru matematika: apa dan bagaimana mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 3 (2). hlm. 402- 413.

Yeo, J.B.W & Yeap, B.H. (2009).Mathematical investigation : task, process and

activity.[Online]. Tersedia di:http://math.nie.edu.sg/bwjyeo/

publication/METechnicalReport2009MathematicalInvestigation_ ME200901. pdf.Diakses 3 Januari 2014.

Yeo, J.B.W & Yeap, B.H. (2010). Characterising the cognitive processes in

mathematical investigation.[Online]. Tersedia di:

http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/jbwyeo.pdf. Diakses 3 Januari 2014.