KONSEP LAKI-LAKI DALAM LEKSIKON TUTURAN PALANG PINTU BETAWI DI KAMPUNG SETU BABAKAN, DKI JAKARTA: Kajian Antropolinguistik.
KONSEP LAKI-LAKI DALAM LEKSIKON TUTURAN PALANG PINTU BETAWI DI KAMPUNG SETU BABAKAN, DKI JAKARTA
(Kajian Antropolinguistik)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
oleh Indrayadi
0906497
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2014
(2)
KONSEP LAKI-LAKI DALAM LEKSIKON
TUTURAN PALANG PINTU BETAWI DI
KAMPUNG SETU BABAKAN, DKI JAKARTA
Oleh Indrayadi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Indrayadi 2014
Universitas Pendidikan Indonesia September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN Indrayadi
KONSEP LAKI-LAKI DALAM LEKSIKON TUTURAN PALANG PINTU BETAWI DI KAMPUNG SETU BABAKAN, KELURAHAN SRENGSENG SAWAH, KECAMATAN
JAGAKARSA, PROPINSI DKI JAKARTA
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Dadang S. Anshori,M.Si. Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.
NIP :19720403199903 1 002 NIP : 19771209 200501 1 001
Mengetahui, Ketua Jurusan
Dr.Dadang S. Anshori,M.Si. NIP : 19720403199903 1 002
(4)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi di Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Propinsi DKI Jakarta (Kajian Antropolinguistik)”. Penelitian ini mengkaji tentang leksikon yang terdapat pada tuturan palang pintu Betawi yang mencerminkan konsep laki-laki. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena lunturnya tradisi pernikahan adat Betawi di tengah kehidupan masyarakatnya sendiri. Melihat kondisi masyarakat Betawi yang lebih suka menggunakan tradisi pernikahan dari adat lain, misalnya adat Sunda, Jawa, Barat, atau adat campuran karena mereka dan keturunannya sudah bercampur baur dengan suku lain dan mengutamakan sisi kepraktisan. Sementara itu, ada pihak lain yang berusaha melestarikan tradisi pernikahan adat Betawi, sayangnya perspektif pelakunya tidak sesuai dengan masyarakat asli. Jadi, tidak dapat dimungkiri tradisi pernikahan adat Betawi lambat laun tidak dikenal oleh masyarakatnya sendiri. Ada tiga rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini: 1) bagaimana bentuk lingual leksikon tuturan PPB pernikahan adat; 2) bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon tuturan PPB pernikahan adat; 3) bagaimana referensi leksikon tuturan PPB pernikahan adat yang mencerminkan konsep laki-laki. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu mengklasifikasi dan mendeskripsikan bentuk leksikon tuturan PPB pernikahan adat, dan mendeskripsikan referensi leksikon tuturan PPB pernikahan adat yang mencerminkan konsep laki-laki. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang berisi catatan leksikon yang diperoleh selama observasi dan daftar pertanyaan untuk wawancara kepada informan. Kedua instrumen penelitian ini dapat membantu dalam penganalisisan dan pencarian data. Teori yang melandasi penelitian ini meliputi antropolinguistik, bentuk lingual, posisi antropologi dalam ilmu linguistik. Data yang diperoleh pada penelitian ini dalam bentuk lisan. Sumber data diperoleh melalui tuturan lisan dari juru adat pernikahan dan pihak calon pengantin dari kedua pihak. Hasil penelitian pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat adalah bentuk-bentuk lingual dari leksikon tuturan PPB pernikahan adat, seperti bentuk lingual berupa kata, frasa, sinonim, antonim, repetisi, makna figuratif. Selanjutnya, leksikon tuturan PPB pernikahan adat diklasifikasi dan dideskripsikan berdasarkan medan makna yang timbul. Pada akhirnya, dari deskripsi dan klasifikasi itu ditemukan referensi leksikon tuturan PPB pernikahan adat yang mencerminkan konsep laki-laki. Adapun saran untuk peneliti selanjutnya, yaitu tradisi tuturan PPB pernikahan adat tidak hanya mencakup bentuk lingual leksikon tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas.
(5)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kata kunci : leksikon, tuturan palang pintu Betawi, tradisi
ABSTRACT
This study titled "Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi in Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Jagakarsa, DKI Jakarta (Antropolinguistik Study)". This study examines the lexicon is contained in the speech Betawi doorstop that reflect the concept of the male. This research is motivated by the phenomenon of the erosion of traditional Betawi traditional wedding in the midst of their own community life. Seeing the condition of the Betawi people who prefer to use a custom wedding traditions of others, such as indigenous Sundanese, Javanese, West, or a custom mix because they and their descendants have mixed with other tribes and prioritizing practicality side. Meanwhile, there are others who are trying to preserve Betawi traditional wedding tradition, unfortunately perspective of the perpetrator is not in accordance with the native peoples. Thus, it can not be denied Betawi traditional wedding traditions gradually recognized by the people themselves are not. There are three formulation of the problem which will be studied in this research: 1) how the shape of the lingual lexicon PPB custom wedding speech; 2) how the classification and description PPB custom wedding speech lexicon; 3) how the reference lexicon PPB custom wedding speech that reflects the concept of the male. The purpose of this study, ie classifying and describing shapes PPB custom wedding speech lexicons, and describes reference lexicon PPB custom wedding speech that reflects the concept of the male. The research method used in this study is a qualitative method. The research instrument used in this study observation sheet that contains records obtained during the observation lexicon and a list of questions to interview the informant. Both of these research instruments can assist in analyzing and searching the data. The theory underlying this research include antropolinguistik, lingual form, position in the science of linguistic anthropology. The data obtained in this study in an oral form. Sources of data obtained through verbal utterances of interpreter custom wedding and bridal party candidate from both parties. The results of research on speech lexicon PPB is a custom wedding lingual forms from the lexicon PPB custom wedding speech, such as the lingual shape in the form of words, phrases, synonyms, antonyms, repetition, figurative meaning. Furthermore, PPB custom wedding speech lexicon are classified and described in terms of fields of meaning that arise. In the end, from the description and classification of the found reference lexicon PPB custom wedding speech that reflects the concept of the
(6)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
male. The suggestions for further research, namely PPB custom wedding speech tradition includes not only the shape of the lingual lexicon. Therefore, this study needs to be followed up with a similar study, but with a broader scope.
(7)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI DAN BEBAS
PLAGIARISME... i
ABSTRAK... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR DIAGRAM... vii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Masalah Penelitian... 3
C. Tujuan Penulitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Sistematika Penulisan... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN IHWAL ANTROPOLINGUISTIK A. Kajian Pustaka... 7
B. Ihwal Antropolinguistik... 8
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 30
(8)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rancangan Penelitian... 31
C. Metode Penelitian... 32
D. Definisi Operasional... 32
E. Instrumen Penelitian... 33
F. Teknik Pengumpulan Data... 34
G. Teknik Analisis Data... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah dan Perkembangan Tradisi Buke Palang Pintu dalam pernikahan adat Betawi... 38
B. Bahasa Betawi... 40
C. Deskripsi Data Penelitian... 42
D. Bentuk Lingual Leksikon Tuturan PPB... 42
E. Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon Tuturan PPB... 67
F. Referensi Leksikon Tuturan PPB yang Mencerminkan Konsep Laki-laki... 83
BAB V PENUTUP A. Simpulan... 87
B. Saran... 88
(9)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM
DIAGRAM
Diagram 2.1 Hubungan ilmu- ilmu lain dengan Antropologi...28 Diagram 3.1 Rancangan Penelitian... 31
(10)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Teks Pantun Sanggar Sirih Dareh
...92
Teks Pantun Sanggar Batavia...97
Teks Pantun Sanggar Si Pitung...103
Lembar Observasi I...108
Lembar Observasi II...119
Lembar Observasi III...135
(11)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuturan adalah kalimat yang diujarkan oleh seseorang untuk menyampaikan maksud tertentu. Tuturan merupakan bentuk komunikasi lisan seseorang kepada mitra tutur dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang sering menuturkan sesuatu kepada mitra tutur.
Tuturan, bahasa, dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat. Adapun budaya tidak akan hidup jika tanpa bahasa, dan bahasa itu hidup di dalam suatu kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu, tuturan digunakan sebagai sarana untuk mengujarkan bahasa dari penutur kepada mitra tutur yang berada di wilayah kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, tuturan dan bahasa dapat mencerminkan suatu budaya atau cara pandang masyarakat tertentu. Dengan mempelajari bahasa dan tuturannya secara intensif, dapat diketahui sifat, karakter, cara berpikir, dan cara pandang dari suatu masyarakat.
Menurut Kridalaksana (2001: 222), tuturan merupakan kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Maksudnya, tuturan adalah pemakaian satuan bahasa seperti kalimat atau sebuah kata oleh seorang penutur tertentu pada situasi tertentu.
Adapun peristiwa tutur yang muncul dalam penelitian ini di antaranya kegiatan berbalas pantun antara pihak calon pengantin pria dan pihak calon pengantin wanita sebelum mengucapkan ikrar pada tradisi pernikahan adat Betawi. Masyarakat Betawi adalah masyarakat multikultur sehingga kekayaan
(12)
2 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa, seni, dan budaya yang ada di dalamnya sangat beragam, salah satunya berbalas pantun. Pada umumnya, masyarakat ini senang berkelakar pada saat senggang sehingga dirinya dan orang lain merasa terhibur. Maka dari itu, mereka sebagian besar berprofesi sebagai Juru Pernikahan Adat, pelawak, dan penyiar radio.
Sebagai contoh peristiwa tutur pada tradisi pernikahan adat Betawi adalah sebagai berikut:
Pihak CPW: brenti...brenti bang! Nih ade ape pake bawe rombongan segale, mao ngungsi ape mao demo?
Kayu gelondongan kayu cendane Anak belande mati di tangsi
Nih rombongan dari mana mao kemane Liwat sini kudu permisi
Pihak CPP : maapin bang,.. saye rombongan dari kebayoran, kalo kedatengan aye kagak ngenakin di ati sudare-sudare semuenye. Sebelomnye saye ucapin Assalamu’alaikum
Pihak CPW : Wa’alaikum salam Pihak CPP : Begini bang!
Orang tue upame keramat
Kalo ngomong jangan nyakitin ati
Saye dateng ama bang Jaenal dengan segale hormat Mohon ditrime dengan seneng ati
Kegiatan berbalas pantun antara mempelai laki-laki dengan mempelai perempuan seperti contoh diatas merupakan tradisi palang pintu betawi. Palang pintu betawi adalah tradisi lamaran dalam pernikahan adat Betawi, tradisi ini dahulunya disebut nyapun yang berarti melakukan prosesi lamaran pihak laki-laki kepada pihak perempuan secara santun. Adapun tradisi ini terdiri atas : Seserahan,
(13)
3 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelantunan sike dan pencak silat memakai pantun melayu Betawi yang saling berbalas.
Masyarakat Betawi melakukan kegiatan berbalas pantun untuk mengisi waktu luang yang penuturannya diselingi ungkapan-ungkapan nasihat. Ungkapan-ungkapan nasihat yang dituturkan saat berbalas pantun, yaitu nasihat tentang pendidikan, ekonomi, kebudayaan, agama, dan pernikahan. Kegiatan berbalas pantun masyarakat Betawi dapat dijumpai di kampung Setu Babakan, kelurahan Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, DKI Jakarta. Masyarakat kampung Setu Babakan begitu percaya bahwa perkataan orangtua itu harus diikuti, dan diteladani karena orangtua merupakan wakil dari Tuhan.
Penelitian yang berkaitan dengan tuturan telah banyak dilakukan, hanya objek penelitiannya saja berbeda. Berdasarkan wawasan peneliti, penelitian terhadap tuturan berbalas pantun pada pernikahan belum dilakukan. Adapun beberapa penelitian serupa mengenai tuturan yang dilakukan belum ada yang mengambil tuturan pernikahan adat sebagai objek kajiannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tergerak untuk mengkaji lebih dalam tuturan dalam pernikahan adat Betawi, bagaimana bentuk lingualnya, bagaimana klasifikasi pada tuturannya dan bagaimana referensi tuturan yang mencerminkan konsep laki-laki dalam pernikahan adat Betawi. Penelitian ini dapat memberikan gambaran nilai-nilai budaya yang terdapat pada tuturan palang pintu pernikahan adat Betawi. Inilah yang menjadikan penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti.
B. Masalah Penelitian
Dalam bagian ini akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, (3) rumusan masalah.
(14)
4 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut
1) Masyarakat yang melaksanakan tradisi tuturan palang pintu pernikahan adat Betawi berkurang.
2) Nilai-nilai budaya dalam kaitannya dengan pernikahan di masyarakat Betawi sudah bergeser.
3) Terjadi perbedaan perspektif tentang tradisi palang pintu pernikahan adat antara masyarakat Betawi masa lalu dan masa kini.
4) Tipikal masyarakat Betawi yang mudah akrab dengan pendatang membuat palang pintu tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang sakral.
2. Batasan Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi hanya pada beberapa aspek berikut ini. 1) Penggunaan tuturan palang pintu pernikahan adat Betawi, selanjutnya disebut
PPB pernikahan adat yang menjadi fokus pada penelitian ini berlokasi di Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Provinsi DKI Jakarta karena tradisi-tradisi di kampung ini masih ada, di mana para pemuka masyarakatnya masih mau melaksanakan pernikahan adat walaupun hanya saat acara tertentu.
2) Penelitian ini akan ditekankan pada deskripsi dan analisis leksikon tuturan PPB pernikahan adat Betawi, klasifikasi dan deskripsi yang mencerminkan konsep laki-laki dalam masyarakat Betawi di kampung Setu Babakan dilihat dari tuturan palang pintu yang digunakan.
(15)
5 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Sumber data diperoleh dari observasi lapangan leksikon tuturan PPB dan wawancara dengan tiga penuturnya yang dapat memberikan informasi perihal leksikon tuturan PPB pernikahan adat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah bentuk lingual leksikon tuturan PPB pernikahan adat?
2) Bagaimanakah klasifikasi dan deskripsi leksikon tuturan PPB pernikahan adat?
3) Bagaimanakah referensi leksikon tuturan PPB yang mencerminkan konsep laki-laki dalam pernikahan adat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang muncul, tujuan penelitian ini menjelaskan dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengetahui bentuk lingual leksikon tuturan PPB pernikahan adat,
2) Mengetahui klasifikasi dan deskripsi leksikon tuturan PPB pernikahan adat, 3) Mengetahui referensi leksikon tuturan PPB yang mencerminkan konsep
laki-laki dalam pernikahan adat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
(16)
6 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan bahasa, data tentang bentuk lingual sebuah leksikon, terutama leksikon pernikahan adat. Selain itu penelitian ini dapat menjadi referensi untuk peneliti lain dalam hal kajian Antropolinguistik.
.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan gambaran akan nilai-nilai yang terdapat pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat;
2) Menjadi referensi untuk penggunaan leksikon tuturan pernikahan adat khususnya leksikon tuturan PPB pernikahan adat di kampung Setu Babakan; 3) Memperkaya dokumentasi tertulis, khususnya leksikon tuturan pernikahan
adat;
4) Menjadi salah satu acuan dalam penelitian leksikon tuturan pada kajian antropolinguistik;
5) Memberikan informasi dan wawasan dari segala hal yang berkaitan dengan leksikon tuturan pernikahan adat Betawi di kampung Setu Babakan.
E. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Pada bab 1 diuraikan secara berurutan 1) latar belakang penelitian, 2) masalah penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian, dan 5) sistematika penulisan. Setelah itu, pada bab 2 diuraikan teori-teori dalam penelitian ini, yaitu 1) kajian pustaka, 2) ihwal antropolinguistik, 3 definisi antropolinguistik, 4) bahasa, 5) budaya, 6) tuturan, 7) leksikon, 8) bentuk lingual, dan 9) posisi antropologi dalam ilmu linguistik.
(17)
7 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan,
dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun bab 3 diuraikan 1) tempat dan subjek penelitian, 2) rancangan penelitian, 4) metode penelitian, 5) batasan operasional, 6) teknik pengumpulan data, dan 7) teknik analisis data. Selanjutnya, dalam bab 4 dipaparkan 1) gambaran umum tempat penelitian, 2) bahasa betawi, 3) bentuk lingual leksikon tuturan PPB di Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Provinsi DKI Jakarta, 4) Klasifikasi dan deskripsi leksikon tuturan PPB di Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Provinsi DKI Jakarta, 5) cerminan referensi konsep laki-laki dalam leksikon tuturan PPB di Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta. Akhirnya, penelitian ini ditutup pada bab 5 yang berisi 1) simpulan dan 2) saran.
(18)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Propinsi DKI Jakarta. Lokasi ini dipilih karena daerah itu merupakan pemukiman penduduk asli Betawi. Mereka masih setia menuturkan pantun, baik untuk hiburan sore maupun pernikahan. Oleh karena itu, mempelajari budaya Betawi langsung dari penuturnya lebih mudah karena masyarakat Betawi di Kampung Setu Babakan ini masih menuturkan pantun secara konsisten sesuai tradisi sesepuh setempat.
Data penelitian ini meliputi berbagai jenis pantun berbentuk teks ataupun lisan yang pernah digunakan ataupun sering digunakan. Oleh karena itu, data penelitian ini peneliti kelompokkan menjadi dua yaitu data primer (utama) dan data sekunder (penunjang). Data primer penelitian ini diambil dari leksikon tuturan PPB. Data lesikon yang diperoleh secara lisan dari juru adat di lapangan akan direkam, dicatat dan dimasukkan dalam kartu data. Sementara, data sekunder (penunjang), yaitu data berupa teks pantun dari buku milik sanggar PPB. Data tersebut diperoleh dari empat orang responden yang terdiri atas: dua orang juru adat, seorang calon pengantin pria, dan seorang calon pengantin wanita. Data ini di analisis guna memperoleh bentuk lingual leksikon tuturan PPB, klasifikasi leksikon tuturan PPB, referensi leksikon yang mencerminkan konsep laki-laki dalam pernikahan adat Betawi.
(19)
31 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Rancangan penelitian ini digambarkan dalam bentuk diagram yang
disesuaikan dari model interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) sebagai berikut.
Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi di Kampung Setu
Babakan , DKI Jakarta
Pengumpulan Data 1) Observasi Partisipan 2) Observasi Periodik ke
Lapangan
3) Wawancara Mendalam
Penyajian Data 1) Pemaparan Bentuk
Lingual LTPPB 2) Pemaparan Klasifikasi
LTPPB
3) Pemaparan Referensi LTPPB
Penafsiran Data untuk Cerminan Konsep Laki-Laki
Penyimpulan Data
1) Bentuk Lingual LTPPB 2) Klasifikasi LTPPB 3) Referensi LTPPB
Hasil Analisis
Konsep Laki-Laki Orang Betawi dalam Pernikahan Adat
(20)
32 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.1 Diagram Rancangan Penelitian
Keterangan: Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan. Data penelitian yang dihasilkan adalah data yang memang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari penulis. Penulis hanya menafsirkan data yang berkaitan dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya (Bogdan, 1975: 82-85, Basrowi, 2009: 91).
Wierzbicka (1994: 1) memaparkan bahwa kajian tentang leksikon tuturan PPB tidak hanya dilakukan terbatas dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks ragam bahasa dan budaya. Kajian leksikon tuturan PPB ini tidak hanya melibatkan konteks bahasa dan kognisi, melainkan juga konteks sosial-budaya. Oleh karena itu, pengkajian masalah ini memakai pendekatan teoretis antropolinguistik.
Pendekatan antropolinguistik dalam kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi. Hymes (Sumarsono, 1993: 19, Kuswarno, 2008: 11) beranggapan bahwa etnografi komunikasi bermaksud untuk memusatkan kerangka acuan karena paparan tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya. Dengan demikian, suatu bahasa mempunyai makna dalam konteks komunikasi. Sebaliknya, jika bahasa tidak dikomunikasikan, bahasa tidak mempunyai makna. Penggunaan model etnografi difungsikan untuk mengungkap cerminan konsep laki-laki yang terdapat dalam leksikon tuturan PPB pada latar yang alami, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif (Spradley, 1997: 11-12). Dengan menggunakan
(21)
33 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode ini, sumber data berlatar alami atau pada konteks keutuhan yang tidak bisa dipahami jika terpisah dari konteksnya dan penulis bertindak sebagai pengumpul data utama (Moleong, 2011: 8-11).
D. Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah “Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi di Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta (Kajian Antropolinguistik)” definisi operasional penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1) Pernikahan adat Betawi merupakan perjanjian sakral antara mempelai pria dengan mempelai wanita dan memakai pedoman dalam masyarakat kampung Setu Babakan yang mengandung hal-hal yang baik dan hal-hal yang dianggap buruk. 2) Tuturan adalah sesuatu yang diujarkan kepada lawan bicara yang memiliki maksud tertentu pada acara pernikahan adat Betawi.
3) Tradisi tuturan palang pintu merupakan prosesi adat pernikahan Betawi saat pihak calon pengantin pria hendak bertemu dengan pihak calon pengantin wanita. 4) Leksikon tuturan palang pintu merupakan sesuatu yang diujarkan oleh pihak calon pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita dalam tradisi tuturan palang pintu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai observer, lembar observasi, alat rekam, catatan lapangan, dan daftar pertanyaan untuk wawancara. Lembar observasi adalah lembaran yang berisi catatan leksikon selama melakukan observasi. Semua informasi tentang leksikon yang ditemukan saat melakukan observasi dicatat pada lembar observasi ini. Berikut ini contoh lembar observasi yang digunakan.
(22)
34 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hari/Tanggal:
Lokasi : No Leksikon Glos Klasifikasi Referensi
Cerminan Konsep laki-laki
Deskripsi
Saat melakukan wawancara kepada informan, penulis telah menyiapkan beberapa pertanyaan tertulis. Pertanyaan tertulis disini adalah panduan bagi penulis dalam melakukan wawancara dengan informan. Langkah selanjutnya, penulis menyiapkan alat bantu berupa kamera digital dan perekam suara sebagai cara untuk pengambilan data saat wawancara dan kemudian mencatat leksikon -leksikon yang dianggap penting pada data penelitian. Di samping itu, dalam melakukan observasi partisipan peneliti juga mengambil foto dan gambar. Ini dilakukan untuk mendapat gambaran umum tentang situasi acara yang tampak pada lingkungan masyarakat Betawi di Kampung Setu Babakan yang masih melaksanakan acara pernikahan adat secara konsisten dengan tradisi warisan leluhurnya hingga sekarang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan dua macam teknik dalam mengumpulkan data, yaitu metode observasi partisipan, metode observasi periodik ke lapangan, dan wawancara mendalam (indepth interview). Kedua macam teknik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
(23)
35 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Observasi Partisipan
Bogdan (Basrowi, 2009: 106) memaparkan metode observasi partisipan adalah penelitian bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan sistematis. Pada penelitian ini metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan. Pada penelitian ini, penulis ikut terjun langsung atau bergabung dengan penutur pantun dalam kegiatan yang dilaksanakan. Penulis mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian. Partisipasi langsung ini dimaksudkan agar penulis dapat memahami segala hal yang menjadi aturan dalam aktivitas penggunaan atau penuturan leksikon. Selain itu juga dimaksudkan agar penulis mendapat informasi langsung bentuk leksikon yang disampaikan saat penuturan PPB tersebut.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat observasi partisipan adalah merekam dan mengamati pelaksanaan kegiatan pernikahan adat Betawi dan penuturan pantun. Hal-hal yang diamati meliputi suasana acara dan kecakapan juru adat dalam menuturkan pantun. Di samping itu, diperhatikan juga tata busana yang dipakai saat berlangsungnya acara dan aturan-aturan yang harus dipatuhi selama penuturan pantun berlangsung. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan ada kemungkinan hal-hal tersebut mengurangi ke sakralan acara pernikahan adat dalam hal penuturan pantun. Dalam pengamatan ini, peneliti mencatat segala hal yang berhubungan dengan acara penuturan PPB yang disampaikan. Setelah peneliti merekam tuturan, kemudian peneliti mentranskripsikan data tersebut dalam bentuk tulisan sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.
(24)
36 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode ini memiliki peran cukup penting dalam penelitian antropolinguistik khususnya budaya secara umum. Metode ini juga terkait dengan metode sebelumnya, yaitu metode observasi partisipan. Metode ini dilakukan sebagai konfirmasi data yang telah didapatkan dari observasi partisipan. Dalam metode ini, peneliti sudah tidak terjun langsung saat penuturan leksikon, melainkan secara berkala melihat perilaku dan tata cara pelaksanaan saat penuturan dilakukan.
3. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Hariwijaya (2007: 73-74) memaparkan wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Wawancara mendalam dilakukan penulis agar informasi yang didapatkan jelas dan akurat. Berdasarkan sifatnya wawancara terbagi dalam dua kategori yakni, wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara terbuka dilakukan dengan para tamu undangan dan juru adat di Kampung Setu Babakan, sedangkan wawancara tertutup dilakukkan dengan Abang Abdul, Abang Taufik, dan Abang Bachtiar selaku penutur leksikon PPB pernikahan adat. Berdasarkan sifat pertanyaan yang digunakan, wawancara juga dibagi dua jenis yaitu wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup adalah wawancara yang pertanyaannya terfokus dan sudah ada jawabannya. Sedangkan wawancara terbuka, pertanyaan yang diajukan lebih bebas kepada informan.
(25)
37 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah semua data dikumpulkan, kemudian di analisis melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi. 1). transkripsi diikuti dengan terjemahan bebas, 2). Analisis berdasarkan konteks, 3). analisis berdasarkan klasifikasi, 4). Analisis leksikon dan fungsi bahasa dalam tuturan PPB pernikahan adat, 5). Menginterpretasikan referensi leksikon cerminan konsep laki-laki pada masyarakat Betawi di Kampung Setu Babakan.
Transkripsi merupakan kegiatan menyalin leksikon tuturan PPB yang diucapkan secara lisan ke dalam bentuk teks tulis. Terjemahan bebas memiliki arti bahwa peneliti mengartikan atau menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam tuturan secara bebas. Penerjemahan perlu dilakukan sebab dialek yang digunaan saat penuturan begitu beragam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penerjemahan guna memberikan pemahaman terhadap pembaca lain.
Pada tahap klasifikasi juga akan ditemukan beragam leksikon yang mencerminkan konsep laki-laki tuturan PPB pernikahan adat di Kampung Setu Babakan. Klasifikasi juga memperlihatkan bentuk bahasa secara umum sampai bentuk makna yang berbeda dalam tiap tuturannya. Selanjutnya, analisis referensi leksikon tuturan PPB dilakukan dengan memanfaatkan metode penafsiran (interpretation) oleh penulis.
Beberapa komponen yang didapat dari wawancara dan identifikasi leksikon tuturan PPB pernikahan adat masyarakat Betawi menjadi dasar pada penulis untuk menafsirkan mengenai referensi leksikon penutur PPB pernikahan adat tentang leksikon pernikahan adat Betawi di Kampung Setu Babakan. Hal itu dikarenakan, beberapa atau hampir semua penutur leksikon tidak memberikan jawaban secara langsung mengenai harapan mereka menggunakan leksikon. Jawaban yang diberikan sifatnya tertutup. Dalam penelitian budaya, metode interpretatif menjadi sifat yang cukup penting. Sesuai dengan definisi penelitian kebudayaan yang dipaparkan oleh Geertz (1992, Zakiyuddin, 2011: 250) bahwa
(26)
38 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian kebudayaan senantiasa terbuka kemungkinan untuk menganalisis
(27)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
PENUTUP A. Simpulan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas serta berdasarkan analisis yang telah diungkapkan pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Melalui pemaparan bentuk lingual, dapat diketahui bahwa bentuk lingual leksikon tuturan PPB pernikahan adat di Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta terdapat tujuh bentuk lingual, yaitu kata, frasa, sinonim, antonim, repetisi, metafora, dan metonimi. Bentuk lingual berupa kata yang ditemukan ada lima kategori, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang utuh, kata ulang berubah bunyi, dan kata ulang berimbuhan. Sementara itu, bentuk lingual berupa frasa yang ditemukan ada tiga kategori, yaitu frasa setara, frasa bertingkat, dan frasa idiomatik. Selanjutnya, bentuk lingual berupa sinonim yang ditemukan ada dua kategori, yaitu sinonim morfem bebas dengan morfem terikat dan sinonim kata dengan kata. Selanjutnya, bentuk lingual berupa antonim yang ditemukan ada tiga bentuk, yaitu antonim mutlak, antonim kutub, dan antonim hubungan. Kemudian, bentuk lingual berupa repetisi yang ditemukan ada tiga kategori, yaitu repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, dan repetisi anafora. Sementara itu, bentuk lingual berupa metafora yang ditemukan ada tiga kategori, yaitu metafora bercitra antropomorfik, metafora bercitra hewan, dan metafora bercitra abstrak ke konkret. Terakhir, bentuk lingual berupa metonimi yang ditemukan ada dua kategori, yaitu metonimi relasi tempat dan metonimi relasi penemu.
Klasifikasi leksikon tuturan PPB pernikahan adat diuraikan berdasarkan medan makna, sehingga ditemukan lima klasifikasi yaitu, leksikon yang menyatakan aktivitas, leksikon yang menyatakan cara, leksikon yang menyatakan ungkapan, leksikon yang menyatakan pelaku, dan leksikon yang menyatakan alat.
(28)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
88 Pada klasifikasi leksikon tuturan PPB pernikahan adat dideskripsikan juga tentang penafsiran dari masing-masing leksikon berdasarkan sudut pandang masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta sehingga dapat diketahui cerminan konsep laki-laki di masyarakat Betawi.
Referensi leksikon cerminan konsep laki-laki pada tuturan PPB pernikahan adat, ditemukan empat bentuk cerminan leksikon, yaitu referensi leksikon buah-buahan, referensi leksikon hewan, referensi leksikon makanan, dan referensi leksikon tumbuhan. Seperti yang ditunjukkan pada bentuk cerminan referensi tumbuhan, yaitu pu’un waru yang memiliki simbol penolak bala dan diartikan bahwa calon pengantin pria harus bisa mempertahankan rumah tangganya dan menjadi penenang bagi calon pengantin wanita jika ada gangguan dari pihak lain.
B.Saran
Ada beberapa saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini. Pertama, penilitian hanya difokuskan pada bentuk lingual leksikon tuturan PPB pernikahan adat. Sementara itu, tradisi tuturan PPB pernikahan adat tidak hanya mencakup bentuk lingual leksikon tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian serupa, tetapi dengan ruang lingkup yang lebih luas.
Kedua, leksikon tuturan PPB pernikahan adat dengan subklasifikasinya, yaitu leksikon yang menyatakan aktivitas, cara, ungkapan, pelaku, dan alat menunjukkan sudut pandang masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta tentang laki-laki dalam tradisi tuturan PPB pernikahan adat. Namun, penelitian ini tidak mengungkap lebih jauh latar belakang terjadinya sudut pandang tersebut. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang terjadinya sudut pandang tentang laki-laki di masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, Provinsi DKI Jakarta.
(29)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta: Hanindita.
Afidah, Novianti Nuri. 2012. “Mantra Dangdan Banjarsari: Konsep Cantik Orang Sunda di Banjarsari”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.
Andi, Saputra Yahya. 2000. Siklus Betawi: Upacara dan Adat Istiadat. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Betawi.
Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Yogyakarta: Insan Madani.
Basrowi, H.M. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Beekman, John. And John Callow. 1974. Translating The Words of God. USA: Zondervan Publishing House.
Br, Gm. Haseprinta. 2007. “Tindak Tutur dalam Pernikahan Adat Batak Karo: Kajian Sosio Pragmatik”. Skripsi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara.
Chaer, Abdul. 2006. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hariwijaya, M. 2007. Metodologi & Teknik Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
(30)
90 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jaenuddin, dkk. 2011. “Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda di Kampung Naga
Tasikmalaya” Kajian Antropolinguistik. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung: Widia Padjajaran
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI-Press.
Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhadjir. 2000. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Panjaitan. 2006. “Perspektif Hukum Islam dalam pelaksanaan pernikahan adat Betawi di Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Provinsi DKI Jakarta: Studi Hukum Syari’ah”. Skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Parani, Yulianti. 2011. Seni Pertunjukkan Indonesia. Jakarta: Penerbit Nalar.
(31)
91 Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Saidi, Ridwan. 1997. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya. Jakarta: Gunara Kata.
Saidi, Ridwan. 1994. Orang Betawi dan Moderenisasi Jakarta. Jakarta: Lembaga Studi Informasi Pembangunan.
Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.
Siregar. 2007. “Fungsi dan Makna Wacana Mangulosi dalam Pernikahan Adat
Batak Toba” Skripsi Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra
Utara.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Wierzbicka, Anna. 1994. Semantics & Lexical universals: Theory & Empirical Findings. Amsterdam: John Benjamins Publishing.
(32)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR OBSERVASI II
Nama Sanggar : Sanggar Batavia
Hari/Tanggal: 8 Maret 2014
Lokasi : Kampung Setu Babakan
No Leksikon Glos Klasifikasi Referensi
Konsep
Laki-laki
Deskripsi
1 Ati Hati Leksikon
yang menyatakan aktivitas
- merupakan bahasa
etnis Betawi yang
mendapat pengaruh
dari penduduk
Melayu-Tionghoa
yang berdomisili di Setu Babakan. Pada tuturan PPB sanggar
Batavia, ati
menginterpretasikan
makna permohonan
secara hormat pihak
calon mempelai laki
-laki untuk masuk ke wilayah pihak calon mempelai perempuan
2 Bekalang
tenah
kepasrahan pada
-Nya jika
menghadapi
lawan yang cukup
Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Masyarakat Betawi
selain pandai mengaji juga dikenal pandai bekelai, ini terlihat
(33)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tangguh dari legenda
masyarakat bernama Si Pitung dan Si
Jampang yang
menurut kepercayaan
orang betawi
memiliki ilmu silat
berdasarkan ajaran
islam. Pada tuturan PPB sanggar batavia,
bekalang tenah
menginterpretasikan
makna jawara
berserah diri
memohon
pertolongan dari yang maha kuasa agar diberikan
kemampuan untuk
memenangkan pertarungan.
3 Bekelai Berkelahi Leksikon
yang menyatakan cara
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan sejak kecil
sudah diajarkan
bekelai oleh orangtua atau kerabatnya, hal
(34)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini dilakukan untuk mempertahankan diri jika suatu saat akan terjadi hal yang tidak
diinginkan. Selain
itu, bekelai menurut
cara pandang
masyarakat Betawi
adalah keterampilan
hidup yang wajib
dimiliki karena
memiliki tujuan
melatih ketahanan
dan kebugaran tubuh. Pada tuturan PPB
sanggar batavia,
pihak calon
mempelai wanita
meminta pihak calon mempelai pria untuk bekelai karena ingin melihat usaha dalam memperjuangkan pujaan hatinya.
4 Berame-rame Bersama-sama Leksikon
yang menyatakan
- Masyarakat Betawi
dikenal dengan
(35)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cara saat menghadiri
acara-acara
kemeriahan, seperti
acara pernikahan,
pelepasan salah satu keluarga yang akan berangkat haji dan sunatan. Pada tuturan PPB sanggar batavia,
berame-rame
menginterpretasikan makna pergi bersama
ke tempat
pernikahan.
5 Kojor Babak belur Leksikon
yang menyatakan pelaku
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan memiliki
keyakinan pantang
menyerah dalam hal
apapun, termasuk
dihadapkan dengan
lawan yang tangguh. Pada saat penuturan PPB, pihak calon
mempelai laki-laki
menyebutkan kata
(36)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kampung pihak calon
mempelai wanita
merasa gentar. Selain itu, penuturan kata kojor dalam leksikon tuturan PPB sebagai
sindiran terhadap
penampilan fisik
jaware tersebut.
6 Libas dipukul tanpa
ampun
Leksikon yang menyatakan cara
- Saat jaware
memperlihatkan
maenan pada raje
mude, ia merasa
yakin raje mude
dapat dikalahkan dan
gagal menikah
dengan calon
mempelai wanita.
Raje Mude tidak mau dikalahkan telak oleh jaware, ia memberi
ungkapan balasan.
Pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat, libas
menginterpretasikan
(37)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berusaha sampai titik
penghabisan agar
dapat menikah
dengan calon
mempelai wanita
yang dipilihnya.
7 Unjuk Tunjuk Leksikon
yang menyatakan ungkapan
- Pada leksikon
tuturan PPB
pernikahan adat,
jaware dan raje mude saling adu argumen sebelum
mengeluarkan
maenan yang
digunakan untuk
bekelai. Jaware
menantang raje mude untuk memberi unjuk soal maenan nya. Pada tahap seperti ini
tuturan PPB
pernikahan adat
berlangsung seru,
karena terjadi aksi
bekelai antara
(38)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8 Biji mata sepasang bola
mata
Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan dikenal
mahir bekelai,
sebelum mulai
pertarungan didahulukan
ungkapan pembuka. Pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat,
biji mata
menginterpretasikan
makna jangan
memandang rendah
kemampuan orang
lain secara sekilas.
9 Dodol makanan
tradisional khas
Betawi yang
dipengaruhi oleh
etnis Melayu
-Tionghoa.
Leksikon yang menyatakan ungkapan
Makanan Bahan baku
pembuatan yang
terdiri dari ketan,
gula merah, gula
pasir dan santan
harus dimasak di atas tungku dengan kayu bakar kayu selama delapan jam. Pada
pernikahan adat
(39)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hantaran wajib
diberikan pihak calon
mempelai laki-laki
kepada pihak calon mempelai perempuan untuk menikah. Pada leksikon tuturan PPB, dodol
menginterpretasikan
makna melakukkan
pekerjaan secara
bersama-sama.
10 Elu kata ganti orang
kedua, yaitu
kamu
Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Elu pada masyarakat
Betawi adalah hasil interaksi secara turun
temurun dengan
bangsa Melayu
-Tionghoa yang
tinggal di Batavia
atau Jakarta. Elu
dipakai masyarakat
Betawi di kampung Setu Babakan sebagai
bentuk keakraban
antar satu dengan yang lain, hampir serupa dengan maneh
(40)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di masyarakat sunda. Pada penuturan PPB pernikahan adat, elu
digunakan untuk
menunjukkan sapaan antara jaware dengan pihak raje mude.
11 Kondangan acara kemeriahan Leksikon
yang menyatakan ungkapan
- Masyarakat Betawi
kampung Setu Babakan menyebutkan kondangan dalam acara pernikahan adat dan sunatan. Menurut cara pandang
masyarakat setempat, kondangan
merupakan acara yang berisi
serangkaian prosesi adat, dilaksanakan oleh keluarga Betawi berstatus sosial tinggi, sebagai ajang pertemuan pihak penyelenggara dengan masyarakat
(41)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekitar dan melibatkan tokoh agama. Masyarakat Betawi selalu datang ke kondangan karena disana mereka dapat merasakan
keberkahan dan melihat hiburan yang diberikan
penyelenggara dengan adanya prosesi adat seperti tuturan PPB.
12 Tlunjung bagian dari jari
tangan yang
berupa telunjuk.
Leksikon yang menyatakan alat
- Saat raje mude
berhadapan dengan
jaware dalam
leksikon tuturan PPB
pernikahan adat,
masing-masing
memberi unjuk
jurusnya.
13 Badik senjata tradisional
masyarakat
Betawi yang
berbentuk mirip
Leksikon yang menyatakan alat
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan
(42)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan senjata
rencong yang
dipakai
masyarakat Aceh.
sebagai alat ketika beraktivitas di kebun,
badik digunakan
untuk mengupas
kelapa, menyisir
daun-daun kering
yang menempel di pohon, dan sebagai
perlengkapan saat
tuturan PPB
pernikahan adat. Raje mude dan jaware
saling berhadapan
memperlihatkan
maenan di depan
pihak calon
mempelai wanita.
Saat terjadi
pertarungan sengit,
raje mude
mengeluarkan badik
untuk memukul
mundur jaware.
14 Maenan Ilmu silat dalam
masyarakat Betawi
Leksikon yang menyatakan alat
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan dikenal jago bekelai. Sejak kecil
(43)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka diajarkan
mengaji dan bekelai
oleh orangtua
maupun kerabatnya, hal ini dimaksudkan untuk pertahanan diri
jika hidup di
masyarakat dan
sebagai keterampilan saat hidup bersama
pasangannya kelak.
Saat belajar bekelai, setiap guru memiliki jurus tertentu yang
menonjol. Istilah
ilmu ini disebut
maenan. Pada
leksikon tuturan PPB
pernikahan adat,
maenan digunakan
oleh jaware saat
bekelai dengan raje mude.
15 Kpelan
monyet
pukulan monyet Leksikon
yang menyatakan alat
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan, sejak kecil
(44)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bekelai oleh orangtua maupun kerabatnya. Setiap guru memiliki jurus tertentu yang
dikuasai. Pada
leksikon tuturan PPB
pernikahan adat,
kpelan monyet
digunakan sebagai
ungkapan dari jaware kepada raje mude saat bekelai di depan
pihak calon
mempelai wanita.
16 Kembang
klape
hiasan menyerupai
pohon kelapa
yang dibuat dari kertas karton tipis
warna-warni dan
disematkan pada
batang pu’un
waru.
Leksikon yang menyatakan alat
Makanan Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan memiliki
keyakinan bahwa
memilih calon
pasangan laki-laki
harus yang baik
perlakunya, berilmu, dan taat terhadap
agama. Hal ini
dimaksudkan agar
usia pernikahan
(45)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan menghasilkan
keturunan yang baik
dari segi lahir
maupun batin dan
bermanfaat bagi
keluarganya. Setelah
syarat-syarat lamaran
dipenuhi oleh pihak
raje mude,
perwakilan laki-laki
dari pihak calon
mempelai wanita
membawa kembang klape sebagai simbol penerimaan lamaran.
17 Jala jaring berukuran
besar yang
digunakan untuk menangkap hasil laut di perairan air tawar
Leksikon yang menyatakan alat
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan dikenal
sebagai ahli budidaya ikan dalam keramba. Ikan hasil budidaya,
ditempatkan pada
jala. Selanjutnya,
diberikan pakan
setiap pagi dan sore hari. Pada leksikon
(46)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernikahan adat, jala
digunakan oleh
jaware kepada raje mude saat bekelai.
18 Palang pintu penghalang yang
dibuat dari dua bilah kayu pu’un waru.
Leksikon yang menyatakan alat
- Jaware kampung
bekelai dengan raje mude, di belakangnya ada yang bertugas
membawa palang
pintu . Begitu jaware
kampung berhasil
dikalahkan dan lagu
sikeh dapat
dinyanyikan raje
mude sesuai pakem, Palang Pintu sudah dibuka.
19 Reme perasaan
sombong yang
dimiliki seseorang terhadap lawannya Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan, menjunjung tinggi sikap ramah
dan keterbukaan.
Reme menurut cara pandang masyarakat
Betawi kampung
Setu Babakan adalah
(47)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dijauhi, karena akan
menjauhkan dari
rezeki. Pada leksikon
tuturan PPB
pernikahan adat,
reme digunakan oleh
pihak raje mude
kepada jaware
sebagai ungkapan
tidak memandang
remeh kepada
orangtua calon
mempelai wanita
melalui jaware.
20 Plaga-plugu sikap ragu
terhadap
kemampuan yang dimilikinya
Leksikon yang menyatakan pelaku
- Masyarakat Betawi
kampung Setu
Babakan selalu
berpegang teguh
terhadap apapun yang
diyakininya, seperti
agama, kemampuan
bertahan hidup, dan
jodoh pilihannya.
Menurut cara
pandang masyarakat betawi kampung setu
(48)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah sikap yang
dekat dengan
keburukan dan tidak
dicontohkan dalam
agama. Pada leksikon
tuturan PPB
pernikahan adat,
plaga-plugu
menginterpretasikan
makna ungkapan
jaware kepada raje
mude agar yakin
terhadap kemampuan yang dimilikinya.
21 Peda makanan khas
Melayu-Sunda
yang dibuat dari
ikan kembung
hasil pengasinan.
Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Peda adalah makanan
yang selalu tersedia di dapur masyarakat
Betawi kampung
Setu Babakan, karena bahan baku dan cara
pembuatannya yang
mudah. Peda yang
sudah siap olah,
biasanya dibuat pepes atau digoreng dan
dimakan bersama
(49)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pernikahan adat, Peda
digunakan sebagai
sajian untuk para tamu. Pada leksikon
tuturan PPB
pernikahan adat, peda
digunakan oleh
jaware kepada raje
mude sebagai
ungkapan akan
mengalahkan raje
mude sehingga gagal
menikah dengan
pihak calon
(50)
Indrayadi, 2014Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR OBSERVASI III
Nama Sanggar : Sanggar Si Pitung
Hari/Tanggal: 14 Maret 2014
Lokasi : Kampung Setu Babakan No Leksikon Glos Klasifikasi Referensi
Konsep Laki-laki
Deskripsi
1 Lagu sikeh nyanyian
berdasarkan ayat suci al qur’an
Leksikon yang menyatakan aktivitas
- Anak-anak Betawi kampung Setu Babakan memiliki kebiasaan membaca al qur’an setelah subuh, zhuhur, dan setelah isya dengan bimbingan guru agama. Saat menyongsong bulan puasa, lebaran, dan hari raya kurban, anak-anak betawi oleh gurunya belajar nyanyian lagu sikeh. Saat belajar nyanyian pertama kali, ayat al qur’an yang digunakan adalah al baqarah, al maidah, dan yunus. Hal ini dimaksudkan agar
(51)
Indrayadi, 2014Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka hendak membangun rumah tangga dapat membimbing
pasangannya dalam aspek keagamaan. Pada Tuturan PPB sanggar si pitung, lagu sikeh menginterpretasikan makna pria betawi harus menjadi pemimpin dunia akhirat bagi pasangan hidupnya.
2 Syarat Pertame tahapan yang harus dipenuhi pihak raje mude untuk menikah dengan sang calon
Leksikon yang menyatakan aktivitas
- orangtua calon mempelai wanita memberikan syarat -syarat yang harus dipenuhi pihak raje mude untuk
meminang anaknya. Pernyataan tersebut diungkapkan saat pihak raje mude dihadapkan dengan jaware kampung calon mempelai
(52)
Indrayadi, 2014Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wanita. Pada tahap ini juga sebagai seleksi dari orangtua calon mempelai wanita dalam hal memilih pasangan hidup bagi anaknya. 3 Serepan nyawa tahapan yang
harus dipenuhi pihak raje mude untuk menikah dengan sang calon.
Leksikon yang menyatakan cara
- Pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat, orangtua calon
mempelai wanita memberikan syarat -syarat yang harus dipenuhi pihak raje mude untuk
meminang anaknya. Pernyataan tersebut diungkapkan saat pihak raje mude dihadapkan dengan jaware kampung calon mempelai wanita. Pada tahap ini juga sebagai seleksi dari orangtua calon mempelai wanita dalam hal
(53)
Indrayadi, 2014Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memilih pasangan hidup bagi anaknya. 4 Ari-ari jalur makananan
pada janin yang terletak di rahim wanita.
Leksikon yang menyatakan ungkapan
- Saat raje mude dihadang oleh jaware untuk memohon izin masuk ke wilayah calon mempelai wanita, terlebih dulu memakai ungkapan pembuka dari jaware. Ari-ari pada leksikon tuturan PPB pernikahan adat digunakan sebagai ungkapan balasan dari raje mude kepada jaware yang menginterpretasikan makna, jika hendak meminang wanita carilah informasi perihal asal-usulnya.
(54)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teks Pantun Palang Pintu Betawi Sanggar Batavia
Permohonan izin pihak calon pengantin pria masuk kediaman pihak calon pengantin wanita
Rumeh gedong rumeh belande
Pagernye kawat tapi kekunci
Saye gak mau tau ini rombongan asalnye darimane
Yang jelas kalo liwat kampung sini kudu permisi
Makan sekuteng di pasar jumat Beli dodol di kramat jati
Saye ama rombongan dateng dengan segale hormat Mohon ditrime dengan seneng ati
Makan buah kenari
jangan ditelen ame biji-bijinye
Elu dateng kmari
Saye pengen tau ape hajatnye
Pegi kondangan berame-rame Ngelewatin sawah sebrangin kali
(55)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kalo kagak hormat tapi rase reme
Kagak bakal saye ame rombongan dateng kmari
Pengajuan syarat dari pihak calon pengantin wanita kepada pihak calon pengantin pria
Jalan jalan ke kemayoran Ati ati jalannye licin
Daripade abang ame rombongan gak ksampean Mendingan kite berantemin
Biar baju kepalang basah
Kalo nasi udeh jadi bubur Biar saye mati bekalang tenah
Tetep abang saye pukul mundur
Kude lumping dari tangerang
Jalan ke sawah nemu gang buntu
Siap siap pasang kuping yang terang Jaware abang saye adepin atu atu
Buah duren tajem kulitnye
(56)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Brapapun abang punye jaware
saye libasin atu atu
Ikan belut mati ditusuk Dalem kuali kudu masaknye
Brubung saye punye palang pintu kagak diijinin masuk
Sebelom abang penuin syarat syaratnye
Pak lurah beli kelape
Buat disimpen di teras depan
Asal tau aje saye unjukkin para jaware
Biar diunjukkin nih anak buah saye punye maenan
Jawara Saling Menunjukkan Jurus Maen lilin sambil makan sawi
Men lilin sambil brebah Elu liat gue jaware betawi
Yang kalo kluarin kpelan monyet kebelah
Mulung badik gak kepalang Dipoles tlunjung bawahnye rata
(57)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jangan ampe ini badik pindah ke biji mata
Tanggal tujuh bulan satu
Mancing peda dapet satu
Elu kalo bekelai jangan plaga plugu
Entar gue sungkurin ke setu
Tepung singkong tepung trigu
Diusir terbang ke awan
Elu disini jangan blagu
Kalo lagi panas kepaksa gue lawan
Kembang goyang kembang klape Dimakan abis kagak besise
Elu jangan blagu ame temen gue
Entar gue kluarin maenan itu jaware udah kojor semue
Kali cilincing kali krukut
(58)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abang semue saye jamin pade takut
Nih saye kluarin buntelan kentut
Pu’un bringin pu’un kecambah Tanem empat dalem sebidang
Abang ngomong terus entar mulutnye basah
Saye adepin maenan abang
Liatin saye nih anak menteng
Rumehnye atap atasnye loteng
Elu disini jangan pade petantang petenteng
Gue libas pake maenan entar mukenye pade mateng
Gambang kromong dari teluk naga
Dibawa ke batavia kagak pulang pulang Elu itu jangan omong segede jala
Gue siap kluarin maenan dari kwitang
Pihak calon pengantin wanita minta dibawakan sike Orang betawi emang kesohor tukang pukul
(59)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abang jangan arepin saye kalo bisenye Cuma mukul
Saye kepengen laki yang bise ngaji
Tumbuk ketan jadinye uli Ulinye juge kudui ditapen
Betaun-taun anak kampung gue pinter ngaji
Lagu yang abang minta aye bawain
Pihak calon pengantin wanita memberi izin pihak calon pengantin pria masuk kediamannya
Buah mangge bukan sembarang mangge
Buahnye satu tulung petikin
Saye bangge bukan sembarang bangge Mantu yang begini yang saye arep arepin
Informan
Nama : Taufik Abdullah
TTL : Depok, 4 Mei 1971
Pendidikan Terakhir : Madrasah Aliyah
Alamat : Jln. Tebet Barat Dalam III RT/01/03 Jakarta.
(60)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teks Pantun Palang Pintu Betawi Sanggar Si Pitung
Permohonan izin pihak calon pengantin pria masuk kediaman pihak calon pengantin wanita
Kayu gelondongan kayu cendane Anak Belande mati di tangsi
Nih rombongan darimane mao kemane Liwat sini kudu permisi
Orang tue umpame keramat
Kalo ngomong jangan nyakitin ati
Saye dateng ame bang Adly dan orangtuenye dengan segale hormat
Mohon diterime dengan senang ati
Liat diatas si burung nuri Terbang tinggi ame kawannye
Kalo emang bang Adly udeh niat dateng kemari
Saye kepengen tau ape tujuannye
Kagak salah abang tanem ari ari
Tapi sayang udeh kagak ade lampunye Kagak salah abang Adly dateng kemari
(61)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bang yang di cinte uman atu atunye
Ampe dimane tetep die belain
Biar kate neng laila udeh ade yang punye
Ampe mati tetep die jadiin
Pengajuan syarat dari pihak calon pengantin wanita kepada pihak calon pengantin pria Mendingan abang pegi ke Cikini
Daripade ke senayan
Mendingan abang pegi dari tempat ini
Daripade maksudnye kagak kesampean
Ibarat baju udeh kepalang basah Masak nasi udeh jadi bubur
Biar kate saye mati bekalang taneh
Setapak kagak bakalan saye mundur
Laen dulu laen sekarang
Care orang cari mantu Pasang kuping biar terang
Adepin dulu saye punye palang pintu Jawara saling menunjukkan jurus Awan putih adenye diatas
(62)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Awan item nongolnye waktu ujan
Abang punye jaware papan atas
Yang siap adepin palang pintu neng laila di depan
Bintang bekulit seawan awan
Gak keliatan karena tempatnye di hulu
Nih kenalin bang jiben sang jagoan Siap adepin jaware abang atu atu
Si pitung Rawa belong
Terbangnye tinggi kaya kalong batu
Si pitung gak takut lawan elu sampe bolong
Paling serepan nyawa elu tinggal atu
Bang jawi bajunye belang belang
Celananye biru tapi gak kumel
Gue orang betawi malu bukan kepalang Dikalain elu yang makan bekatul
Makan sate jangan ditusuk
Ade kendang cine namenye gong coy Ati ati elu jangan duduk duduk
(63)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Buah kelape di pu’un ade delapan
Dipetik kudu pake galah
Ayo kite bekelai di depan
Siape tau ade yang langsung kalah
Pihak calon pengantin wanita minta dibawakan sike Buah delime dikupas kupasin
Jambu mede dipinggir rawe
Syarat pertame udah dipenuin
Tapi masih ade syarat kedue
Kalo mao gelap tandenye bedug magrib kudu dipukul
Artinye kite orang kudu masuk rume gini ari Saye emang orang betawi bukan uman jago pukul
Tapi saye bise juga ngaji
Orang idup pasti diuji
Sembayang lime waktu kudu taatin
Kalo abang emang bise ngaji Lagu sikeh Saye minte di tarikin
Kalo ngaji kudu dipake
(64)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kalo abang minte lagu sikeh ke saye
Nih ari juge Saye tarikin
Pihak calon pengantin wanita memberi izin pihak calon pengantin pria masuk kediamannya
Buah naga disimpen busuk
Buah delime beli dari Angke Saye sekeluarge ijinin masuk
Saye terime dengan tangan terbuke
Makan kecapi makan kesemek
Jangan ditelen ame biji bijinye
Saye seneng dibolein masuk
Dengan segale hormat saye mao duduk ame neng laila disampingnye
Informan
Nama : Bachtiar
TTL : Jakarta, 16 Maret 1971
Pendidikan Terakhir : SLTA
(1)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abang jangan arepin saye kalo bisenye Cuma mukul
Saye kepengen laki yang bise ngaji
Tumbuk ketan jadinye uli Ulinye juge kudui ditapen
Betaun-taun anak kampung gue pinter ngaji Lagu yang abang minta aye bawain
Pihak calon pengantin wanita memberi izin pihak calon pengantin pria masuk kediamannya
Buah mangge bukan sembarang mangge Buahnye satu tulung petikin
Saye bangge bukan sembarang bangge Mantu yang begini yang saye arep arepin
Informan
Nama : Taufik Abdullah TTL : Depok, 4 Mei 1971
Pendidikan Terakhir : Madrasah Aliyah Alamat : Jln. Tebet Barat Dalam III RT/01/03 Jakarta.
(2)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teks Pantun Palang Pintu Betawi Sanggar Si Pitung
Permohonan izin pihak calon pengantin pria masuk kediaman pihak calon pengantin wanita
Kayu gelondongan kayu cendane Anak Belande mati di tangsi
Nih rombongan darimane mao kemane Liwat sini kudu permisi
Orang tue umpame keramat Kalo ngomong jangan nyakitin ati
Saye dateng ame bang Adly dan orangtuenye dengan segale hormat Mohon diterime dengan senang ati
Liat diatas si burung nuri Terbang tinggi ame kawannye
Kalo emang bang Adly udeh niat dateng kemari Saye kepengen tau ape tujuannye
Kagak salah abang tanem ari ari Tapi sayang udeh kagak ade lampunye Kagak salah abang Adly dateng kemari Tapi sayang neng laila udeh ade yang punye
(3)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bang yang di cinte uman atu atunye
Ampe dimane tetep die belain
Biar kate neng laila udeh ade yang punye Ampe mati tetep die jadiin
Pengajuan syarat dari pihak calon pengantin wanita kepada pihak calon pengantin pria Mendingan abang pegi ke Cikini
Daripade ke senayan
Mendingan abang pegi dari tempat ini Daripade maksudnye kagak kesampean
Ibarat baju udeh kepalang basah Masak nasi udeh jadi bubur
Biar kate saye mati bekalang taneh Setapak kagak bakalan saye mundur
Laen dulu laen sekarang Care orang cari mantu Pasang kuping biar terang
Adepin dulu saye punye palang pintu Jawara saling menunjukkan jurus Awan putih adenye diatas
(4)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Awan item nongolnye waktu ujan
Abang punye jaware papan atas
Yang siap adepin palang pintu neng laila di depan
Bintang bekulit seawan awan
Gak keliatan karena tempatnye di hulu Nih kenalin bang jiben sang jagoan Siap adepin jaware abang atu atu
Si pitung Rawa belong
Terbangnye tinggi kaya kalong batu
Si pitung gak takut lawan elu sampe bolong Paling serepan nyawa elu tinggal atu
Bang jawi bajunye belang belang Celananye biru tapi gak kumel
Gue orang betawi malu bukan kepalang Dikalain elu yang makan bekatul
Makan sate jangan ditusuk
Ade kendang cine namenye gong coy Ati ati elu jangan duduk duduk
(5)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Buah kelape di pu’un ade delapan
Dipetik kudu pake galah Ayo kite bekelai di depan
Siape tau ade yang langsung kalah
Pihak calon pengantin wanita minta dibawakan sike Buah delime dikupas kupasin
Jambu mede dipinggir rawe Syarat pertame udah dipenuin Tapi masih ade syarat kedue
Kalo mao gelap tandenye bedug magrib kudu dipukul Artinye kite orang kudu masuk rume gini ari
Saye emang orang betawi bukan uman jago pukul Tapi saye bise juga ngaji
Orang idup pasti diuji
Sembayang lime waktu kudu taatin Kalo abang emang bise ngaji Lagu sikeh Saye minte di tarikin
Kalo ngaji kudu dipake Jangan uman didengerin
(6)
Indrayadi, 2014
Konsep laki-laki dalam leksikon tuturan palang pintu betawi di kampung setu babakan, dki jakarta(kajian antropolinguistik)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kalo abang minte lagu sikeh ke saye
Nih ari juge Saye tarikin
Pihak calon pengantin wanita memberi izin pihak calon pengantin pria masuk kediamannya
Buah naga disimpen busuk Buah delime beli dari Angke Saye sekeluarge ijinin masuk Saye terime dengan tangan terbuke
Makan kecapi makan kesemek Jangan ditelen ame biji bijinye Saye seneng dibolein masuk
Dengan segale hormat saye mao duduk ame neng laila disampingnye
Informan Nama : Bachtiar
TTL : Jakarta, 16 Maret 1971 Pendidikan Terakhir : SLTA