Studi Deskriptif Mengenai Profil Multiple Intelligence Pada Siswa Kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung.
i
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran mengenai profil
Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung. Sampel
diperoleh dengan metode purposive sampling sebanyak 21 orang siswa. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Multiple Intelligence yang disusun
oleh Lisa Imelia (2005) dan dimodifikasi peneliti berdasarkan teori Multiple
Intelligence dari Gardner (1983) Alat ukur berbentuk checklist yang terdiri dari 40
item. Uji validitas dan realibilitas dilakukan dengan menggunakan pengujian content
validity.
Kesimpulan yang diperoleh adalah profil Multiple Intelligence pada siswa
kelas 4 SD Kuntum Cemerlang Bandung sangat beragam. Aspek Kecerdasan yang
paling berkembang adalah kecerdasan Spasial, diikuti oleh aspek Logis-Matematis,
Kinestetis. Aspek kecerdasan Musikal, Interpersonal, Intrapersonal dan Naturalis
pun berkembang dengan cukup baik. Namun, aspek kecerdasan Linguistik masih
kurang berkembang.
Peneliti mengajukan saran agar penelitian dikembangkan menjadi penelitian
komparatif sehingga dapat lebih jelas menganalisi perbedaan antara metode
pengajaran berbasis Multiple Intelligence dengan yang berbasis non – Multiple
Intelligence. Bagi pihak sekolah agar mengembangkan kurikulum dan metode
pengajaran yang lebih mengembangkan aspek Linguistik, sekolah juga perlu
memperkenalkan konsep kecerdasan dari Gardner tentang Multiple Intelligence
kepada orang tua siswa. Bagi orang tua agar berkonsultasi kepada pihak sekolah
sehingga dapat menerapkan metode pengajaran di luar sekolah yang dapat
mengembangkan aspek-aspek kecerdasan berdasarkan teori Multiple Intelligence.
(2)
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR BAGAN ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.3.1 Maksud Penelitian ... 7
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian... 8
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8
1.5 Kerangka Pemikiran ... 8
(3)
iii
Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Multiple Intelligence...18
2.1.1 Pengertian Multiple Intelligence ...18
2.1.2 Delapan Kecerdasan Multiple Intelligence...18
2.1.2.1 Kecerdasan Linguistik ...19
2.1.2.2 Kecerdasan Matematis-Logis...19
2.1.2.3 Kecerdasan Spasial...20
2.1.2.4 Kecerdasan Kinestetis-Jasmani...20
2.1.2.5 Kecerdasan Musikal...20
2.1.2.6 Kecerdasan Interpersonal...21
2.1.2.7 Kecerdasan Intrapersonal...21
2.1.2.8 Kecerdasan Naturalis...21
2.1.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Multiple Intelligence...22
2.1.4 Pendorong dan Penghambat Kecerdasan...22
2.1.5 Pengaruh Lingkungan yang Menghambat Perkembangan
Kecerdasan ... ... 23
2.1.6 Kriteria Multiple Intelligence ... 25
2.1.7 Konsep Multiple Intelligence ... 28
2.2 Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak ... 29
2.2.1 Perkembangan Fisik Pada Masa Pertengahan dan Akhir Anak ... 30
2.2.2 Perkembangan Kognitif Pada Masa Pertengahan dan Akhir Anak ... 31
(4)
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ... 34
3.2 Prosedur Penelitian... 34
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35
3.3.1 Variabel Penelitian ... 35
3.3.2 Definisi Operasional ... 35
3.4 Alat Ukur ... 37
3.4.1 Alat Ukur Multiple Intelligence... 37
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41
3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 41
3.5.1 Validitas Alat Ukur... 41
3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 41
3.6 Teknik Analisis Data...42
3.7 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 42
3.7.1 Populasi Sasaran ... 42
3.7.2 Karakteristik Populasi ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Gambaran Populasi ... 44
4.1.2 Hasil Penelitian ... 45
(5)
v
Universitas Kristen Maranatha
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 55
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR RUJUKAN ... 58
(6)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ...37
Tabel 4.1 Gambaran Sampel ...43
Tabel 4.2 Profil Multiple Intelligenve siswa siswi kelas 4SD ...55
(7)
vii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 16
Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ... 33
(8)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Ukur
(9)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Proses belajar adalah unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Sepanjang
kehidupannya manusia akan terus mengalami proses belajar. Menurut Bell-Gredler
(dalam Udin S. Winataputra, 2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.
Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua
melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Ada beberapa ciri proses belajar, yaitu
belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.
Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor). Perubahan itu
merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini dapat
berupa interaksi fisik dan psikis. Hasil perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat
menetap.
Proses belajar dimulai sejak anak berada dalam keluarga dan kemudian berlanjut
ke pendidikan formal berjenjang yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak hingga
Perguruan Tinggi. Dengan bersekolah, seseorang akan mengalami proses pembelajaran
serta memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan. Dalam kegiatan belajar akan
(10)
2
Universitas Kristen Maranatha
terdapat proses pembelajaran. Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner (dalam Udin S.
Winataputra, 2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Sekolah Dasar merupakan masa transisi dari pendidikan TK yang sebagian besar
waktu anak dihabiskan dengan bermain, ke arah pendidikan yang lebih menuntut
kemampuan dan penyesuaian diri yang lebih tinggi. Masa ini merupakan masa
perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupan (Santrock, 2002). Pada usia ini, pertumbuhan fisik anak telah banyak
berkembang, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka
dapat melompat dengan kaki kiri dan kanan secara bergantian, dapat mengendarai
sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan dapat mengkoordinasi tangan dan mata
untuk memegang pensil maupun menggunakan gunting. Dari sisi sosial, perkembangan
anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain ialah mereka telah dapat
mengenali dirinnya sebagai perempuan atau laki-laki, mulai berkompetisi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, mampu berbagi, dan mandiri. (Santrock, 2002). Dari sisi
emosi, anak pada usia ini sudah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, dapat
mengontrol emosi, mampu berpisah dengan orang tua dan mulai belajar tentang konsep
nilai misalnya benar dan salah. Perkembangan kecerdasan anak usia Sekolah Dasar
ditunjukkan dengan kemampuan melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat
terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara,
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman tentang ruang dan waktu.
(11)
3
Universitas Kristen Maranatha
Proses belajar dikaitkan erat dengan prestasi dan kecerdasan. Teori tentang
kecerdasan telah banyak diungkapkan oleh banyak ahli terdahulu, salah satunya adalah
Weschler yang mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau kapasitas global dari
individu untuk bertindak dengan maksud untuk berfikir secara operasional, berbaur
dengan lingkungan secara efektif (Weschler, 1944). Sedangkan menurut Gardner,
kecerdasan didefinisikan sebagai “…biopsychological potential to process information
that can be activated in a cultural setting to solve problems or create products that are
of value in a culture” (Gardner, 1999:34). Bila diartikan, kecerdasan menurut Gardner
adalah potensi biopsikologis seseorang untuk memproses informasi yang dapat
dipraktikkan di masyarakat untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang
berarti di masyarakat. Seorang anak bukan hanya dituntut untuk belajar di sekolah tetapi
juga dituntut dan didorong untuk berprestasi. Anak akan diberi “label” cerdas apabila
memiliki nilai yang baik dalam pelajaran matematika, bahasa atau science. Kecerdasan
dipatok dan terbatas dalam suatu angka yang tercantum dalam buku rapot bulanan atau
semester. Hal ini menjadi pencetus bagi Gardner untuk memunculkan sebuah ide baru
yang dapat mendefinisikan kecerdasan secara lebih luas. Kecerdasan tidak hanya
terbatas pada kemampuan menghapal ataupun kemampuan berhitung. Kecerdasan tidak
hanya memiliki arti yang sempit seperti yang dikemukakan oleh banyak ahli
sebelumnya.
Howard Gardner (1983), memaparkan bahwa ada tujuh kecerdasan yang dimiliki
oleh manusia yang kemudian disebut Multiple Intelligence. Multiple Intelligence
menurut Gardner terdiri dari tujuh aspek yaitu verbal linguistic, logical mathematical,
(12)
4
Universitas Kristen Maranatha
visual spatial, body kinesthetic, musical rythmic, interpersonal, intrapersonal.
Selanjutnya tujuh kecerdasan tersebut dikembangkan oleh Gardner dengan
menambahkan kecerdasan ke-8, yaitu naturalist (Armstrong, 2002). Gardner
menggunakan istilah multiple untuk menggambarkan bahwa kecerdasan sesorang dapat
dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya melalui kecerdasan linguistik dan matematis
yang selama ini lebih ditekankan oleh banyak sekolah dan orang tua. Setiap orang
memiliki kedelapan aspek kecerdasan tersebut, hanya derajatnya saja yang berbeda
antara satu individu dengan individu yang lainnya. Salah satu sekolah yang
mempraktikkan konsep kecerdasan dari Gardner ini adalah adalah Sekolah Kuntum
Cemerlang, Bandung.
Sekolah Kuntum Cemerlang berdiri sejak tahun 2005, berlokasi di wilayah
Bandung Utara dengan lingkungan yang sangat asri. Pohon-pohon yang rindang, sungai
yang mengalir dan udara yang sejuk menjadi suasana yang khas di Sekolah Dasar ini.
Sekolah yang belum lama berdiri ini memiliki 1 kelas dalam setiap tingkatnya, saat ini
tingkat tertinggi di sekolah ini adalah kelas 6 SD. Sekolah Kuntum Cemerlang
menggunakan Kurikulum Nasional yang dikombinasikan dengan metode pembelajaran
Kuntum Cemerlang yang "Atraktif Terpadu". Berdasarkan konsep Multiple Intelligence
metode pembelajaran Kuntum Cemerlang mengajak siswa untuk menemukan bakat,
keunikan, menumbuhkan karakter serta ditantang untuk mengembangkan dirinya. Di
Sekolah Dasar Kuntum Cemerlang, Explorative Learning (pembelajaran melalui
eksplorasi) adalah dasar pendekatan pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. Melalui
eksplorasi, anak akan banyak menemukan alternatif dan dapat melihat sesuatu dari
(13)
5
Universitas Kristen Maranatha
banyak sudut pandang. Siswa juga akan dapat mempersepsikan suatu hal atau masalah
dari beberapa pendekatan, sehingga ia akan mendapat gambaran yang menyeluruh
mengenai hal atau masalah yang dihadapi(
www.sekolahkuntumcemerlang.com
, diakses
28 Oktober 2010). Dengan suasana belajar yang sangat mendukung keaktifan anak, di
Sekolah Dasar Kuntum Cemerlang kecerdasan tidak selalu diukur melalui angka
ulangan yang tinggi namun juga melalui berbagai hal lain misalnya karangan ilmiah
yang sangat imajinatif, percobaan-percobaan sains, pekan ilmiah, dan presentasi.
Metode Kuntum Mekar dikembangkan oleh M. Agus Moeliono sejak tahun
1989. Konsep ini berpusat pada proses pembelajaran totalitas yang menyentuh
Intelligence Quotient (IQ), Creative Quotient (CQ), Emotional Intelligence (EI),
Spiritual Intelligence (SI), Adversity Quotient (AQ) dan Social Quotient (SQ) serta
penyemaian karakter positif melalui berbagai kegiatan anak yang atraktif. Dengan
metode tersebut, banyak pelajaran dan cara pengajaran yang mendorong perkembangan
Mulitple Intelligence siswa di sekolah ini karena ke-8 aspek Multiple Intelligence
berkaitan erat dengan proses pembelajaran totalitas.
Dengan adanya pembelajaran eksploratif di sekolah, pelajaran pun menjadi
menarik. Misalnya pada saat pelajaran Lingkungan Hidup, saat siswa mempelajari
tentang jenis-jenis akar, siswa diberi tugas oleh guru yang bersangkutan untuk mencari
tanaman di sekitar kemudian membawanya ke dalam kelas. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kecerdasan naturalis. Selain itu siswa juga dibagi ke dalam
kelompok kecil yang mendukung pengembangan kecerdasan interpersonal. Ada
(14)
6
Universitas Kristen Maranatha
berbagai metode pembelajaran unik yang dapat ditemukan di sekolah ini yang dapat
mendukung pengembangan Multiple Intelligence. Pelajaran menarik lainnya adalah
pelajaran merancang. Pada pelajaran ini siswa diberi suatu tema, contohnya “Kota Masa
Depan”. Setiap siswa akan diberi satu set lego, kemudian mereka diminta untuk
merancang sebuah benda yang berhubungan dengan tema tersebut. Kegiatan ini
dilaksanakan secara individual maupun berkelompok, kegiatan ini dapat mendorong
kecerdasan spasial, kinestetik dan interpersonal.
Sekolah Kuntum Cemerlang memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Sekolah ini
mempunyai fasilitas umum seperti lapangan tenis, lapangan basket, kolam renang, ruang
komputer. Di sini juga terdapat ruang hati tangguh, yang merupakan tempat
dilakukannya aktivitas motorik kasar atau kegiatan yang membantu membentuk
kelenturan tubuh dan otot-otot utama, serta meningkatkan ketahanan tubuh. Ada pula
ruang eksplorasi yang selain berisi berbagai alat bantu pembelajaran, juga terdapat
ribuan keping koleksi lego. Selain itu ada ruang musik yang di dalamnya terdapat
alat-alat musik seperti drum, angklung dan organ.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh tingkat kelas Sekolah Dasar di
Kuntum Cemerlang, kelas 4 adalah kelas yang memiliki jumlah siswa terbanyak.
Berdasarkan survei awal, di kelas ini juga terdapat siswa-siswa berprestasi dalam bidang
membaca puisi, membuat karangan ilimah dan juga presentasi. Hasil wawancara awal
dengan pihak wali kelas, kelas ini terdiri atas siswa-siswa dengan berbagai macam
(15)
7
Universitas Kristen Maranatha
karakter dan bakat. Keaktifan dan rasa ingin tahu yang besar sangat terlihat pada
siswa-siswa kelas 4 ini.
Berbagai kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Kuntum Cemerlang diadakan untuk
menampung minat dan bakat anak. Ada kegiatan bermusik, olahraga, dan menari.
Kegiatan-kegiatan ini dapat mendorong pertumbuhan kecerdasan musikal, kinestetis dan
interpersonal. Berdasarkan metode pembelajaran yang unik dan mendukung
pengembangan aspek-aspek Multiple Intelligence, peneliti tertarik untuk meneliti siswa
kelas 4SD Kuntum Cemerlang.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari penelitian ini ingin diketahui profil Multiple Intelligence pada siswa kelas
IV SD Kuntum Cemerlang.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud Penelitian :
-
Memperoleh gambaran Multiple Intelligence siswa kelas IV SD Kuntum
Cemerlang.
Tujuan Penelitian:
-
Untuk memperoleh gambaran tentang konstelasi Multiple Intelligence siswa
yang ditinjau dari delapan aspek kecerdasan Gardner yaitu, verbal linguistic,
logical mathematical, visual spatial, body kinesthetic, musical rhythmic,
interpersonal, intrapersonal, naturalist.
(16)
8
Universitas Kristen Maranatha
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoretis
Adapun kegunaan ilmiah penelitian ini adalah :
-
Memberikan informasi tentang profil Multiple Intelligence siswa kelas IV SD
berdasarkan Teori Gardner bagi bidang Psikologi Pendidikan.
-
Memberikan masukan bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian
lanjutan tentang Multiple Intelligence.
1.4.2
Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis penelitian ini adalah :
-
Bagi Sekolah : Memberikan informasi kepada guru dan pihak sekolah tentang
profil kecerdasan siswanya yang berguna sebagai indikator tercapai atau tidaknya
Visi Misi Sekolah.
-
Bagi orang tua : Memberikan informasi mengenai kecerdasan anak yang berguna
sebagai pertimbangan dan masukan bagi orang tua untuk mendukung usaha
pengembangan Multiple Intelligence anak-anak mereka.
1.5
Kerangka Pemikiran
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah
berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Gardner (1983) memberi label “Multiple”
(jamak atau majemuk) pada luasnya makna kecerdasan. Gardner (1983) memaparkan
kecerdasan ke dalam 7 aspek yaitu, Linguistic Intelligence, Logical-Mathematical
(17)
9
Universitas Kristen Maranatha
Intelligence, Spatial Intelligence, Bodily – Kinesthetic Intelligence, Musical Intelligence,
Interpersonal Intelligence, Intrapersonal Intelligence dan kemudian menambahkan
aspek ke-8 yaitu, Naturalist Intelligence (1999). Selanjutnya, Chatib (2009)
menegaskan bahwa kecerdasan seseorang adalah proses kerja otak seseorang sampai
orang itu menemukan kondisi akhir terbaiknya, yang bisa berbeda-beda antara orang
yang satu dengan yang lain.
Linguistic Intelligence merupakan kemampuan menggunakan kata secara
efektikf baik secara lisan (misalnya mendongeng, berbicara, menjadi orator atau menjadi
politisi) maupun tertulis (misalnya menjadi sastrawan, menulis naskah drama, menjadi
editor, dan jurnalis seperti wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan
memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa dalam dimensi pragmatik atau
pemanfaatan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa mencakup
retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan
tertentu), mnemonik / hafalan (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi),
eksplanasi (penggunaan bahasa untuk memberi informasi), dan metabahasa (penggunaan
bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Di Sekolah Kuntum Cemerlang, siswa kelas
IV SD yang cerdas dalam aspek ini dapat mengarang dengan baik dalam pelajaran
bahasa, membuat puisi, berbicara dengan tata bahasa yang baik, berpidato di depan
teman-teman dan melakukan presentasi dengan baik.
Logical-Mathematical Intelligence merupakan kemampuan memanipulasi
angka dengan baik (misalnya kemampuan dalam pelajaran matematika, sebagai akuntan
pajak, sebagai ahli statistik) dan melakukan penalaran yang tepat (misalnya menjadi
(18)
10
Universitas Kristen Maranatha
ilmuwan, memrogram komputer, atau menjadi ahli logika). Kecerdasan ini meliputi
kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat),
fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan
matematis-logis ini antara lain: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan,
generalisasi, penghitungan, dan pengujian hipotesis. Siswa kelas IV SD Kuntum
Cemerlang yang menonjol dalam aspek ini memiliki kemampuan berhitung yang baik,
memiliki nilai yang baik dalam pelajaran matematika dan pelajaran yang berkaitan
dengan hitung menghitung. Siswa yang cerdas dalam aspek ini pun mampu mengerjakan
soal-soal yang cukup rumit, misalnya dalam pelajaran matematika, siswa mampu
menyelesaikan persoalan matematika berbentuk soal cerita dengan baik. Siswa juga
mampu memahami transaksi jual beli dengan menggunakan uang.
Aspek selanjutnya adalah Spatial Intelligence. Spatial Intelligence adalah
kemampuan mempersepsi dunia spasial – visual secara akurat (misalnya kemampuan
pramuka seperti membaca kompas, menjadi pemandu) dan mentransformasikan persepsi
dunia spasial-visual tersebut (misalnya kemampuan sebagai dekorator interior, menjadi
arsitek, sebagai seniman). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk,
ruang dan hubungan antarunsur tersebut, juga meliputi kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat
dalam matriks spasial. Siswa kelas IV SD yang menonjol dalam kecerdasan ini mampu
menggambar dan mewarnai dengan baik, melukis benda yang ada di lingkungan,
membuat patung ataupun mendesain pada pelajaran keterampilan.
(19)
11
Universitas Kristen Maranatha
Bodily – Kinesthetic Intelligence adalah kemampuan menggunakan tubuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaan (misalnya berakting, menjadi pemain
pantomim, menjadi atlet atau penari) dan keterampilan menggunakan tangan untuk
menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya kemampuan sebagai perajin, pematung,
ahli-mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik
yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, kemampuan menerima rangsangan
(proprioceptive) dan hal yang berkaitan dengan sentuhan (tactile & haptic). Siswa kelas
IV SD Kuntum Cemerlang yang memiliki kecerdasan ini biasanya aktif, sering bergerak,
kadang kala membuat masalah dalam kelas ataupun mengganggu teman sekelasnya.
Siswa yang cerdas dalam aspek ini juga menyukai segala bentuk aktivitas yang
melibatkan gerak tubuh, misalnya olahraga ataupun kesenian yang melibatkan gerakan,
seperti seni tari.
Musical Intelligence, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal,
dengan cara mempersepsi (misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya
sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya sebagai komposer), dan mengekspresikan
(misalnya sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola
titinada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. SD Kuntum
Cemerlang menyediakan fasilitas yang cukup banyak untuk pengembangan kecerdasan
ini, baik dalam pelajaran seni musik, ekstrakurikuler biola dan juga pentas seni yang
menampilkan keterampilan anak-anak dalam menari mengikuti irama musik dan
bermain musik. Siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang yang memiliki kemampuan yang
(20)
12
Universitas Kristen Maranatha
menonjol dalam aspek ini mampu memainkan alat musik dengan baik, memiliki nilai
yang baik dalam pelajaran seni musik, dan senang menyanyi.
Aspek keenam yang dikemukakan oleh Gardner adalah Interpersonal
Intelligence, merupakan kemampuan untuk mempersepsi dan membedakan suasana hati,
maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap
ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda
interpersonal dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan
pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan
tindakan tertentu). Siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang yang menonjol dalam
kecerdasan ini senang bergaul dan mencari teman, baik yang seusia maupun tidak
seusia. Dalam bergaul, cenderung lebih aktif untuk membuka percakapan, mengajak
anak lain bermain ataupun bersemangat saat diajak bermain oleh teman lainnya, juga
memiliki empati yang besar terhadap temannya.
Intrapersonal Intelligence merupakan kemampuan untuk memahami diri
sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran
akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan serta kemampuan
berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri. Siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang
yang menonjol dalam kecerdasan ini memiliki motivasi yang tinggi, menyadari
kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya. (misalnya pandai menyanyi, pandai
membaca puisi, ataupun kurang pandai bergaul), mengetahui perasaan-perasaan dan
(21)
13
Universitas Kristen Maranatha
penghayatan yang berlangsung dalam dirinya. Siswa ini biasanya senang menulis jurnal
atau buku harian.
Aspek kecerdasan terakhir adalah Naturalist Intelligence. Naturalist
Intelligence merupakan keahlian mengenali dan mengategorikan spesies-flora dan fauna
di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan pada fenomena alam
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung). Siswa kelas IV SD Kuntum
Cemerlang yang menonjol dalam kecerdasan ini dapat menyebutkan nama-nama
tumbuhan yang ada di sekitar mereka, menyebutkan nama-nama hewan dengan tepat,
memiliki ketertarikan lebih untuk mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
alam ataupun lingkungan hidup serta senang merawat tumbuhan dan hewan.
Berdasarkan konsep Multiple Intelligence (Gardner, 1983) setiap orang akan
memiliki kedelapan aspek kecerdasan, hanya taraf dari setiap kecerdasan pada setiap
orang bisa berbeda-beda. Seorang individu mungkin menonjol di salah satu aspek
kecerdasan, kurang menonjol di aspek kecerdasann lainnya, ataupun menonjol di
beberapa aspek kecerdasan. Menurut Thomas Armstrong (2002) perkembangan Multiple
Intelligence dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor biologis, sejarah hidup
pribadi serta latar belakang kultural dan historis. Faktor biologis, termasuk di dalamnya
faktor keturunan atau genetik dan luka atau cedera otak sebelum, selama dan setelah
kelahiran. Anak yang lahir prematur atau pernah sakit keras selama bayi memiliki
kemungkinan gangguan kecerdasan. Faktor keturunan pada siwa SD Kuntum Cemerlang
ini akan berpengaruh pada bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa.
(22)
14
Universitas Kristen Maranatha
Faktor kedua adalah sejarah hidup pribadi, termasuk di dalamnya
pengalaman-pengalaman dengan orangtua, guru, teman sebaya, kawan-kawan, dan orang lain, baik
yang mendukung (crystallizing experiences) maupun yang menghambat perkembangan
kecerdasan (paralyzing experiences). Crystallizing experiences adalah “titik balik”
dalam perkembangan bakat dan kemampuan orang. Titik balik yang dimaksud adalah
keadaan di mana seseorang menyadari bakat yang dimilikinya. Seringkali titik balik ini
terjadi pada awal masa kanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup.
Sebaliknya, istilah pengalaman yang menghambat (paralyzing experiences) digunakan
untuk menyebut pengalaman yang “mematikan” kecerdasan. Pengalaman yang
melumpuhkan seringkali berupa perasaan malu, rasa bersalah, takut, kemarahan dan
emosi negatif lain yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan kecerdasan anak.
Anak yang dibesarkan dan dididik dengan pujian akan lebih percaya diri dan selalu
berani untuk mencoba serta mengembangkan bakat yang dimilikinya, namun jika
seorang anak ditegur secara kasar dan merasa dipermalukan oleh guru di kelas saat ia
berusaha aktif atau menjawab suatu pertayaan yang diajukan, anak tersebut akan
cenderung menarik diri, kurang percaya diri dan tidak akan mencoba lagi
mengembangkan bakat yang mungkin ada dalam dirinya.
Faktor terakhir yang mempengaruhi kecerdasan adalah latar belakang kultural
dan historis, termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Latar
belakang kultural berbicara tentang kebudayaan yang ada di sekitar lingkungan individu
yang mempengaruhi perkembangan individu. Budaya ini akan sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan seseorang. Anak yang dibesarkan dalam budaya Barat akan
(23)
15
Universitas Kristen Maranatha
lebih individualis, yang mungkin kurang mendukung perkembangan kecerdasan
interpersonalnya. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dalam budaya Timur yang
menjunjung tinggi kolektivisme (kebersamaan) yang menekankan budaya gotong
royong, tenggang rasa, akan mendukung perkembangan kecerdasan interpersonal dan
intrapersonal. Latar belakang historis mencakup peristiwa signifikan yang terjadi pada
saat seseorang dilahirkan dan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, seperti
peperangan, bencana alam, kondisi politik dan ekonomi yang sangat tidak stabil.
Misalnya anak yang lahir pada masa resesi ekonomi nasional akan berbeda dengan anak
yang lahir bukan pada masa resesi. Pertumbuhan, kecukupan pemberian gizi dan fasilitas
yang diberikan oleh keluarga dalam masa resesi dan tidak resesi akan berbeda. Fasilitas
yang diberikan oleh orang tua / tempat di mana seorang anak tumbuh akan sangat
menentukan perkembangan kecerdasan anak. Anak dari keluarga yang mampu dan
cukup gizi perkembangan kecerdasannya akan lebih baik dibandingkan dengan anak
yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dan kurang gizi.
(24)
16
Universitas Kristen Maranatha - faktor biologis
- Sejarah hidup pribadi : orang tua, guru, teman sebaya
- Latar belakang kultural
Multiple Intelligence
Profil Mutliple Intelligence siswa kelas IV SD “Kuntum Cemerlang” Siswa kelas IV
SD Kuntum Cemerlang
Metode Kuntum Mekar
1.1Skema Kerangka Pemikiran
1.6 Asumsi
Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka asumsi yang
diturunkan adalah :
1.
Setiap siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang memiliki delapan aspek
kecerdasan, hanya derajatnya saja yang berbeda-beda.
- Verbal Linguistic - Logical Mathematical - Visual Spatial
- Body Kinestetic - Musical Rhythmic - Interpersonal - Intrapersonal - Naturalist
(25)
17
Universitas Kristen Maranatha
2.
Akses ke sumber daya alam, faktor historis-kultural, faktor geografis, faktor
keluarga dan faktor situasional akan mempengaruhi perkembangan Multiple
Intelligence siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang.
3.
Berdasarkan Visi Misi Sekolah, profil kecerdasan Multiple Intelligence siswa
akan mendukung pengembangan seluruh aspek Multiple Intelligence, yaitu
verbal linguistic, logical mathematical, visual spatial, body kinesthetic, musical
rhythmic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalist.
4.
Profil Multiple Intelligence siswa diperoleh dengan melihat derajat dari delapan
aspek kecerdasan, yaitu verbal linguistic, logical mathematical, visual spatial,
(26)
55
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat
suatu gambaran mengenai profil Multiple Intelligence siswa kelas 4SD Kuntum
Cemerlang dengan kesimpulan sebagai berikut:
1)
Profil Multiple Intelligence ke-21 siswa kelas 4SD Kuntum Cemerlang
sangat beragam. Dari ke-21 siswa, 7 orang siswa memperoleh skor yang
tinggi pada 2 aspek kecerdasan, 5 orang siswa memperoleh skor tinggi
pada 3 aspek kecerdasan, 4 orang siswa memperoleh skor tinggi pada 4
aspek kecerdasan, 3 orang siwa memperoleh skor tinggi pada 1 aspek
kecerdasan dan 2 orang siswa memperoleh skor tinggi pada 5 aspek
kecerdasan.
2)
Berdasarkan skor total terlihat aspek kecerdasan yang mendapatkan total
skor yang tertinggi adalah kecerdasan Spasial (skor 79), diikuti dengan
kecerdasan Kinestetis dan Logis-Matematis (skor 74). Sedangkan aspek
kecerdasan yang mendapatkan skor total terendah adalah aspek kecerdasan
Linguistik (skor 56).
3)
Perkembangan Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum
Cemerlang tampak berkaitan dengan faktor keturunan, sejarah hidup
pribadi dan latar belakang kultural. Orang tua merupakan figur modelling
(27)
Universitas Kristen Maranatha
56
yang sangat kuat bagi siswa kelas 4SD Kuntum Cemerlang. Hampir
seluruh anak bercita-cita sama dengan profesi orang tuanya.
4)
Visi Misi yang ditetapkan sekolah sudah mendukung pengembangan
kecerdasan Spasial, Kinestetis, Logis-Matematis, Musikal, Interpersonal,
Intrapersonal dan Naturalis, namun belum cukup mengembangkan
kecerdasan Linguistik.
5.2 Saran
1)
Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian komparatif sehingga
dapat lebih jelas menganalisis perbedaan antara metode pengajaran
berbasis Multiple Intelligence dengan yang berbasis Non-Multiple
Intelligence.
2)
Bagi sekolah agar lebih memperhatikan kurikulum dan metode pengajaran
yang mengembangkan aspek kecerdasan Linguistik. Sekolah juga dapat
memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada orang tua siswa tentang
Multiple Intelligence dalam upaya pengembangannya agar orang tua dapat
mengambil pesan dalam mengembangkan Multiple Intelligence anaknya.
3)
Bagi guru dan orang tua hendaknya mencari pengetahuan tentang Multiple
Intelligence dan bagi orang tua khususnya, hendaknya berkonsultasi
kepada pihak sekolah tentang Multiple Intelligence agar dapat mengenali
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, agar dapat menerapkan metode
pembelajaran di luar sekolah yang dapat mendorong perkembangan
Multiple Intelligence siswa.
(28)
57
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne. Psychological Testing. 6
thEdition. New York : Macmillan
Publishing Co., 1990.
Armstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple
Intelligences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
Feldman, D.H. 1980. Beyond Universals in Cognitive Development. Norwood, NJ
: Ablex
Gardner, H. 1983 Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences. New
York : Basic Books
Gardner, H. (1999b). Intelligence reframed : Multiple Intelligences for the 21
stCentury. New York : Basic books
Graziano, A. M. & Raulin, M. L. 2000. Research Methods : A Process of Inquiry.
4
thedition. Needham Heights : Allyn & Bacon.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Santrock, John W. 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga
Walters,J., & Gardner, H. 1986. The crystallizing experience : Discovery of and
intelllectual gift. Dalam R. Sternberg & J. Davidson (Ed.), Conceptions and
giftedness. New York : Cambridge University Press.
Weschler, David. 1944. The Measurement of Adult Intelligence. 3rd edition.
Waverly Press, inc. United States of America.
(29)
58
DAFTAR RUJUKAN
Imelia, Lisa. 2005. Alat Ukur Multiple Intelligence untuk siswa SMP
en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_multiple_intelligences
www.sekolahkuntumcemerlang.com
, diakses 28 Oktober 2010
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-pembelajaran.html
,
diakses 2 Oktober 2010
(1)
16
Universitas Kristen Maranatha - faktor biologis
- Sejarah hidup pribadi : orang tua, guru, teman sebaya
- Latar belakang kultural
Multiple Intelligence
Profil Mutliple Intelligence siswa kelas IV SD “Kuntum Cemerlang” Siswa kelas IV
SD Kuntum Cemerlang
Metode Kuntum Mekar
1.1Skema Kerangka Pemikiran
1.6 Asumsi
Berdasarkan pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka asumsi yang diturunkan adalah :
1. Setiap siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang memiliki delapan aspek kecerdasan, hanya derajatnya saja yang berbeda-beda.
- Verbal Linguistic - Logical Mathematical - Visual Spatial
- Body Kinestetic - Musical Rhythmic - Interpersonal - Intrapersonal - Naturalist
(2)
17
Universitas Kristen Maranatha 2. Akses ke sumber daya alam, faktor historis-kultural, faktor geografis, faktor keluarga dan faktor situasional akan mempengaruhi perkembangan Multiple
Intelligence siswa kelas IV SD Kuntum Cemerlang.
3. Berdasarkan Visi Misi Sekolah, profil kecerdasan Multiple Intelligence siswa akan mendukung pengembangan seluruh aspek Multiple Intelligence, yaitu
verbal linguistic, logical mathematical, visual spatial, body kinesthetic, musical rhythmic, interpersonal, intrapersonal, dan naturalist.
4. Profil Multiple Intelligence siswa diperoleh dengan melihat derajat dari delapan aspek kecerdasan, yaitu verbal linguistic, logical mathematical, visual spatial,
(3)
55
Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka didapat suatu gambaran mengenai profil Multiple Intelligence siswa kelas 4SD Kuntum Cemerlang dengan kesimpulan sebagai berikut:
1) Profil Multiple Intelligence ke-21 siswa kelas 4SD Kuntum Cemerlang sangat beragam. Dari ke-21 siswa, 7 orang siswa memperoleh skor yang tinggi pada 2 aspek kecerdasan, 5 orang siswa memperoleh skor tinggi pada 3 aspek kecerdasan, 4 orang siswa memperoleh skor tinggi pada 4 aspek kecerdasan, 3 orang siwa memperoleh skor tinggi pada 1 aspek kecerdasan dan 2 orang siswa memperoleh skor tinggi pada 5 aspek kecerdasan.
2) Berdasarkan skor total terlihat aspek kecerdasan yang mendapatkan total skor yang tertinggi adalah kecerdasan Spasial (skor 79), diikuti dengan kecerdasan Kinestetis dan Logis-Matematis (skor 74). Sedangkan aspek kecerdasan yang mendapatkan skor total terendah adalah aspek kecerdasan Linguistik (skor 56).
3) Perkembangan Multiple Intelligence pada siswa kelas 4 SD Kuntum Cemerlang tampak berkaitan dengan faktor keturunan, sejarah hidup pribadi dan latar belakang kultural. Orang tua merupakan figur modelling
(4)
Universitas Kristen Maranatha
56
yang sangat kuat bagi siswa kelas 4SD Kuntum Cemerlang. Hampir seluruh anak bercita-cita sama dengan profesi orang tuanya.
4) Visi Misi yang ditetapkan sekolah sudah mendukung pengembangan kecerdasan Spasial, Kinestetis, Logis-Matematis, Musikal, Interpersonal, Intrapersonal dan Naturalis, namun belum cukup mengembangkan kecerdasan Linguistik.
5.2 Saran
1) Bagi peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian komparatif sehingga dapat lebih jelas menganalisis perbedaan antara metode pengajaran berbasis Multiple Intelligence dengan yang berbasis Non-Multiple
Intelligence.
2) Bagi sekolah agar lebih memperhatikan kurikulum dan metode pengajaran yang mengembangkan aspek kecerdasan Linguistik. Sekolah juga dapat memberikan penyuluhan dan pengetahuan kepada orang tua siswa tentang
Multiple Intelligence dalam upaya pengembangannya agar orang tua dapat
mengambil pesan dalam mengembangkan Multiple Intelligence anaknya. 3) Bagi guru dan orang tua hendaknya mencari pengetahuan tentang Multiple
Intelligence dan bagi orang tua khususnya, hendaknya berkonsultasi
kepada pihak sekolah tentang Multiple Intelligence agar dapat mengenali kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, agar dapat menerapkan metode pembelajaran di luar sekolah yang dapat mendorong perkembangan
(5)
57
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, Anne. Psychological Testing. 6th Edition. New York : Macmillan Publishing Co., 1990.
Armstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple
Intelligences di Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
Feldman, D.H. 1980. Beyond Universals in Cognitive Development. Norwood, NJ : Ablex
Gardner, H. 1983 Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences. New York : Basic Books
Gardner, H. (1999b). Intelligence reframed : Multiple Intelligences for the 21st
Century. New York : Basic books
Graziano, A. M. & Raulin, M. L. 2000. Research Methods : A Process of Inquiry. 4th edition. Needham Heights : Allyn & Bacon.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Santrock, John W. 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Walters,J., & Gardner, H. 1986. The crystallizing experience : Discovery of and
intelllectual gift. Dalam R. Sternberg & J. Davidson (Ed.), Conceptions and giftedness. New York : Cambridge University Press.
Weschler, David. 1944. The Measurement of Adult Intelligence. 3rd edition. Waverly Press, inc. United States of America.
(6)
58
DAFTAR RUJUKAN
Imelia, Lisa. 2005. Alat Ukur Multiple Intelligence untuk siswa SMP
en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_multiple_intelligences
www.sekolahkuntumcemerlang.com, diakses 28 Oktober 2010
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-pembelajaran.html,
diakses 2 Oktober 2010