PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN WISATA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GRAFIK ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Fokus Permasalahan ……… 11

C. Tujuan Penelitian ……….. 12

D. Kegunaan Penelitian ……… 12

E. Kerangka Pemikiran ……….. 13

F. Definisi Istilah ……… 16

G. Anggapan Dasar ……… 17

H. Hipotesis ………. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pariwisata ……….. 19

B. Pemberdayaan Masyarakat ……… 24

1. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata ……… 30

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat …………. 31

C. Sosial Ekonomi Masyarakat ……… 32

1. Pendidikan ……….. 33

2. Konsep Pendapatan/Keuntungan secaraEkonomi (provitability) ………….. 41

D. Partisipasi Masyarakat ……… 44


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……….. 54

B. Populasi dan Sampel ……… 55

1. Populasi ………. 55

2. Sampel ……….. 56

C. Variabel Penelitian ………. 58

D. Teknik Pengumpulan Data ………. 61

1. Observasi Lapangan ………. 61

2. Penelitian Kepustakaan ……….. 63

E. Teknik Pengolahan Data ……….. 63

1. Editing Data ……… 63

2. Koding ……… 64

3. Tabulasi ………. 64

3. Pengharkatan ………. 64

F. Teknik Analisis Data ……… 82

1. Pengharkatan (scorring) ……….. 82

2. Chi Square (Kai Kuadrat-Chi²) ……… 83

3. Analisis SWOT ………. 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Nias Selatan ……… 89

B. Gambaran Sosial dan Budaya Masyarakat Sorake ………. 94

1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ……….. 96

2. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan dan Pekerjaan ………. 96

3. Kondisi Kawasan Wisata Sorake ……… 97

C. Hasil Penelitian Kawasan Wisata ………. 114

1. Hasil observasi ………. 114

2. Segmentasi Wisatawan ……….. 120

3. Segementasi Responden Masyarakat Kawasan Wisata ………. 135

4. Hasil Uji Chi Square ………. 152

5. Upaya Pengembang Kawasan Wisata ………. 155

6. Analisis SWOT ……….. 158


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ... 170 B. Rekomendasi ... 175 DAFTAR PUSTAKA ... 178 LAMPIRAN-LAMPIRAN:

I : Alat Pengumpul Data

II : Tempat Berbagai Objek Kawasan Wisata Kabupaten Nias Selatan III : Skore Penelitian

IV : Photo ragam Objek Wisata Kabupaten Nias Selatan V : Surat-surat izin penelitian dan rekomendasi


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sektor pembangunan yang menarik perhatian di banyak negara adalah bidang pariwisata. Pariwisata diharapkan dapat memacu dan memobilisasi pertumbuhan ekonomi masyarakat, devisa negara, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah wisata itu sendiri.

Pada hakikatnya kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang diakibatkan oleh perjalanan manusia secara perorangan maupun kelompok dengan berbagai maksud, kecuali untuk menetap dan mencari nafkah (dalam IUOTO 1968). Sebagai suatu sistem, kepariwisataan meliputi kegiatan-kegiatan yang terjadi sebelum perjalanan selama perjalanan dan sampai pulang kembali, pariwisata mempunyai keterkaitan luas termasuk pemanfaatan objek, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat.

Fenomena pariwisata pada hakikatnya merupakan kebutuhan naluriah manusia untuk mengetahui, mencari, mempelajari, menemukenali, mengalami, dan menikmati sesuatu yang tidak ditemui di tempat tinggalnya baik yang bersifat alami maupun budaya. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber daya alam, budaya, sarana dan prasarana diperlukan melalui prinsip membangun sekaligus melestarikan. Pariwisata telah tumbuh menjadi suatu


(5)

industri raksasa, dimana pariwisata dunia diprediksikan akan mengalami pertumbuhan tiga kali lipat dalam 15 tahun ke depan. Dengan demikian, pariwisata diperkirakan akan menjadi industri terbesar di dunia pada tahun 2020. Menurut World Travel dan Tourism Council, wisatawan bakal membelanjakan uangnya sekitar lima miliar dollar AS setiap hari. Pariwisata ini juga banyak menciptakan peluang kerja, melibatkan banyak industri dan berbagai kesempatan berusaha. Selain itu, sub sektor kegiatan dalam pariwisata semakin luas dan beragam. Pada tahun 2002 saja, WTO mengidentifikasi 10 (sepuluh) top segmen pasar dalam dunia pariwisata yaitu, (1) sun and beach tourism; (2) sport tourism (3) adventure tourism (4)

nature-based tourism (5) culture tourism (6) urban tourism (7) rural tourism

(8) cruisis (9) theme parks, dan (10) meeting and conference tourism. Banyak negara mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan negaranya. Demikian pula Indonesia yang memiliki banyak keragaman sumber daya pariwisata yang penting bagi sektor ini.

Dari sudut pandang ekonomi, pariwisata memberikan manfaat besar karena dapat : (1) menciptakan peluang dan lapangan kerja, (2) menghasilkan devisa, (3) meningkatkan pendapatan, (4) meningkatkan PDB, (5) mengembangkan infrastruktur, (6) memanfaatkan produk dan sumberdaya lokal dalam pengembangannya, (7) mendorong kegiatan ekonomi, (8) meningkatkan keragaman (diversifikasi) kegiatan ekonomi, (9) memeratakan pembangunan, dan (10) memiliki efek pengganda yang besar.


(6)

Dari sudut pandang sosial, pariwisata diyakini dapat digunakan untuk mengurangi kemiskinan dan perekat sosial, yang pencanangannya telah dimulai pada hari pariwisata dunia tahun 2003. Keunggulan sektor ini yaitu (1) memiliki potensi lebih besar untuk link dengan pengusaha lokal karena konsumen datang ke daerah tujuan wisata, (2) intensif tenaga kerja dan penyerapan tenaga wisata relatif tinggi, (3) potensial pada negara-negara miskin dan wilayah yang tidak memiliki daya saing komoditi ekspor, dan (4) produk wisata dapat dikembangkan berdasarkan sumber daya alam dan budaya yang merupakan aset yang dimiliki masyarakat lokal (Pitana, 2008:2). Dari perspektif kebudayaan, pariwisata sangat penting bagi Indonesia, karena pariwisata dapat memperluas pendidikan dan cakrawala kebudayaan. Peran penting pariwisata terhadap budaya suatu bangsa telah secara tegas dinyatakan (dalam CSD- meeting, 2004) yang menyebutkan „...tourism is to preserve culture and environment, and as a bridge for world peace‟. Karena

itu, secara kultural sektor pariwisata berfungsi sebagai berikut : 1. Memperkuat penjagaan/pemeliharaan tradisi dan pusaka budaya.

2. Meningkatkan daya tarik wisata melalui pertunjukkan seni dan budaya, yang berdampak pada penyerapan seniman lokal : penari, penyanyi, pelukis, dan lain-lain, sehingga dapat memperkaya khasanah kebudayaan. 3. Mengurangi hambatan bahasa, kelas sosial, rasialis, politik, dan

keagamaan.

4. Menciptakan citra positif suatu destinasi di mata dunia 5. Mendorong terbentuknya komunitas global

6. Mendukung terwujudnya saling memahami dan perdamaian internasional. 7. Mendorong masyarakat untuk memiliki budaya berwisata. (Pitana,

2008:3).

Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah dalam pengembangan pariwisata, mengingat potensi wilayah Indonesia kaya akan sumberdaya


(7)

alam, budaya dan hasil peninggalan sejarah yang dapat dijadikan objek wisata dan semua itu secara tidak langsung merupakan modal pembangunan.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata adalah Nias Selatan. Nias Selatan adalah Kabupaten yang baru dimekarkan pada tahun 2003. Dengan umur yang masih muda dan masih dalam tahap pembenahan di segala bidang, pariwisata menjadi salah satu sektor andalan dan diharapkan dapat berkembang dan banyak dikunjungi wisatawan. Kepulauan Nias secara keseluruhan memiliki berbagai objek wisata seperti objek wisata alam, bahari, seni/karya, sejarah dan aktivitas ekonomi masyarakat khususnya pertanian.

Salah satu kawasan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Nias Selatan adalah kawasan Pantai Sorake Kecamatan Teluk Dalam. Pantai Sorake memiliki pantai yang baik untuk berolahraga surfing. Selain itu kawasan Sorake juga memilki potensi wisata budaya yang cukup menarik dan beragam. Wisata budaya tersebut berupa keaslian budaya yang eksotik terkandung dalam keseharian kehidupan masyarakat Nias yang bermukim di gugusan pulau yang berjejer di sepanjang pulau Sumatera. Obyek wisata seni/karya budaya berupa warisan seni tradisional yang unik dan memiliki ciri khas seperti seni tari, seni ukir, olah raga tradisonal dan lain-lain. Obyek wisata sejarah terdiri atas budaya megalitik yang telah ada berabad silam. Monumen dalam berbagai hasil karya ukir pada batu merupakan bukti bahwa Nias Selatan memendam sejarah kemegahan masa lampau yang besar


(8)

nilainya. Rumah adat tradisional dengan arsitekturnya yang tinggi nilai seninya dan mengagumkan.

Potensi yang dimiliki oleh Sorake perlu dukungan masyarakat. Pengembangan masyarakat adalah proses yang ditunjukkan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui peran aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri.

Pulau Nias yang telah dilanda bencana alam pada dekade Maret 2005 yang lalu, hingga kini masih dalam tahap pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Berbagai dimensi pembangunan tersebut perlu ditangani secara serius agar proses pemulihan berjalan lancar.

Terjadinya bencana alam berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten Nias Selatan seperti yang terdapat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1

Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Nias Selatan Periode 2003 - 2006

Sumber:

http://sumut.bps.go.id/nisel/?q=content/perkembangan-jumlah-wisatawan-yang-berkunjung-ke-kabupaten-nias-selatan, 22 Juli 2009


(9)

Dilihat dari Gambar 1.1, jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke Kabupaten Nias Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2004. Namun pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup tajam dan mengalami peningkatan yang kurang berarti untuk tahun berikutnya (2006). Demikian juga dengan jumlah wisatawan asing pada tahun 2003 sampai pada tahun 2006 mengalami peningkatan yang kurang berarti pula.

Sebagai pembanding atas kunjungan wisata yang masuk wilayah Sumatera Utara, yaitu bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Sumatera Utara melalui pintu masuk Bandara Polonia Medan pada tahun 2006 mencapai 109.554 orang atau mengalami lonjakan dibanding tahun sebelumnya (2005) sebanyak 106.083 orang. Wisatawan yang datang langsung ke Sumatera Utara sebagian besar berasal dari negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura. Wisatawan yang berasal dari Malaysia mencapai 68.327 orang atau 62,34 persen dari total seluruh wisatawan asing yang berkunjung ke Sumut. Wisatawan Singapura mencapai 7.126 orang atau 6,50 persen. Selebihnya turis asing tersebut datang dari Belanda (5.759 orang), Amerika Serikat (3.426 orang), Taiwan (2.516 orang), Australia (2.310 orang), Jerman (2.097 orang) dan Inggris (2.019 orang). (http://sumut.bps.go.id/f_brs/BRS, data BPS Sumatera Utara 2009, 27 Juni 2009).

Dalam rentang waktu 2003-2007 sejak Kabupaten Nias Selatan belum menjadi satu kabupaten daerah administratif perkembangan jumlah


(10)

wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Nias dapat dilihat pada Tablel 1.1 sebagai berikut

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten Nias Periode 2003-2007

Tahun Wisatawan Jumlah Tingkat

Persentase Asing Domestik

[1] [2] [3] [4] [5]

2003 540 6 278 6 818 14.26

2004 323 3 132 3 455 7.23

2005 93 2 033 2 126 4.45

2006 144 14 186 14 330 29.97

2007 39 21 044 21 083 44.10

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias

http://sumut.bps.go.id/nias/?q=node/27, browsing tanggal 27 Juni 2009 Jumlah wisatawan meningkat tajam dan peningkatan tersebut tampaknya berkorelasi dengan peningkatan jumlah hotel dan restoran (Tabel 1.2) .

Tabel 1.2

Jumlah Hotel dan Restoran Tahun 2004-2007

Tahun Hotel Restoran Jumlah Bintang Bukan Bintang

2004 1 25 25 51

2005 1 27 25 53

2006 1 30 26 57

2007 1 31 29 61


(11)

Setiap pembangunan, selayaknya dapat meningkatkan partisipasi dalam sektor ekonomi, memperluas lapangan kerja dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi angka pengangguran di Kabupaten Nias Selatan mengalami peningkatan, sejak tahun 2006 sampai tahun 2008. Sementara dalam rentang tahun yang sama pertumbuhan ekonomi terus menurun. Keadaan ini berbanding terbalik dengan jumlah kunjungan wisata dan pertumbuhan pariwisata khususnya hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat pada Tablel 1.3 di bawah ini tentang tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nias Selatan.

Tabel 1.3

Prosentase Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nias Selatan 2006 – 2008

Prosentase Tingkat Pengangguran

Prosentase Pertumbuhan Ekonomi Tahun

2006

Tahun 2007

Tahun 2008

Tahun 2006

Tahun 2007

6,44% 6,71% 7,17% 6,14% 5,12%

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan

Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 di atas adalah data yang menunjukkan Kabupaten Nias Selatan secara khusus, sedangkan Tabel 1.4 adalah tabel yang menjelaskan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut penduduk umur 15 tahun ke atas di Kabupaten Nias Selatan apabila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Propinsi Sumatera Utara, seperti terlihat pada Tabel 1.4 di bawah ini.


(12)

Tabel 1.4

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas menurut

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2005 - 2006

Kode

Area Kabupaten/Kota

T P A K T P T

2005 2006 2005 2006

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kabupaten

01 N i a s 86,04 79,20 7,22 5,71

02 Mandailing Natal 74,45 70,48 8,51 10,36

03 Tapanuli Selatan 77,23 73,34 8,49 9,13

04 Tapanuli Tengah 74,93 70,53 12,19 10,94

05 Tapanuli Utara 81,47 77,46 2,80 4,31

06 Toba Samosir 80,26 71,88 9,22 10,69

07 Labuhan Batu 66,81 61,09 12,56 13,52

08 Asahan 66,93 65,06 10,85 10,74

09 Simalungun 78,02 69,34 13,32 12,86

10 Dairi 88,32 83,98 3,59 3,19

11 Karo 85,92 83,03 7,19 7,00

12 Deli Serdang 67,28 64,47 11,90 13,47

13 Langkat 72,09 62,52 14,91 13,31

14 Nias Selatan 80,20 83,61 4,78 4,23

15 Humbang Hasundutan 81,11 81,04 2,58 3,05

16 Pakpak Bharat 86,07 84,85 8,81 8,40

17 Samosir 83,23 75,48 5,33 4,63

18 Serdang Bedagai 70,86 64,28 7,42 9,62

19 Batu Bara x x X x

Kota

71 Sibolga 63,33 59,67 20,96 16,86

72 Tanjung Balai 70,61 60,74 15,30 15,80

73 Pematang Siantar 68,38 61,01 15,12 15,04

74 Tebing Tinggi 64,87 59,93 15,92 13,67

75 Medan 66,91 62,21 12,46 15,01

76 Binjai 66,34 59,67 16,44 15,39

77 Padang Sidempuan 63,97 62,74 16,97 15,16

Sumatera Utara 71,94 66,90 10,98 11,51

Keterangan x) Masih bergabung dengan Kabupaten Induk (Asahan) Sumber:


(13)

Pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), penduduk Umur 15 Tahun ke atas menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2005 – 2006 bahwa TPAK Kabupaten Nias Selatan memiliki tingkat yang paling rendah, sementara tingkat TPT Kabupaten Nias Selatan menunjukkan nomor urut ke empat setelah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada grafik 1.2 di bawah ini:

Grafik 1.1

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas menurut

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2005 - 2006

Sumber:

http://sumut.bps.go.id/?kdbsek=179&pilih=vstasek, 23 Juli 2009

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 N i a s Ma n d ai li n g N at al T ap an u li S e lat an T ap an u li T e n g ah T ap an u li U ta ra T o b a S am o si r La b u h an B at u A sah an S im al u n g u n D ai ri K ar o D e li S e rd an g La n g k a t N ias S e lat an H u m b an g H as u n d u ta n P a k p ak B h ar at S am o si r S e rd an g B e d ag ai B at u B ar a S ib o lg a T an ju n g B al ai P e m at an g S ian ta r T e b in g T in g g i Me d an B in jai P a d an g S id e m p u an

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke

atas menurut Kabupaten/Kota Tahun 2006

Kabupaten T P A K 2005 2006 2005 2006


(14)

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk diteliti lebih mendalam tentang Pengembangan Kawasan Wisata Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Wisata Sorake di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan).

B. Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana potensi kawasan wisata yang terdapat di Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan?

2. Bagaimana upaya pengembang kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dengan pemberdayaan masyarakat? 3. Bagaimana hubungan pengembangan kawasan wisata Sorake Kecamatan

Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dengan pemberdayaan masyarakat?

4. Bagaimana hubungan kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas, dan kemenarikan objek menurut versi wisatawan di kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dengan partisipasi masyarakat?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Potensi kawasan wisata Sorake yang terdapat di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

2. Mengetahui upaya pengembangan kawasan wisata Sorake terhadap pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

3. Mengetahui faktor pengembangan Kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat khususnya bagi pemerintah daerah dan masyarakat kawasan wisata di Kabupaten Nias Selatan untuk membahas, menggali, mengemukakan dan menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama yang berkaitan dengan pengembangan kawasan wisata dan peningkatan pendapatan masyarakat.


(16)

3. Di sisi lain hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memperkaya literatur tentang pengembangan potensi wisata dan pemberdayaan masyarakat yang dirasa masih kurang hingga saat ini.

E. Kerangka Pemikiran

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku yaitu kata “pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Kata Wisata yang berarti perjalanan, berpergian, bersinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu maka pariwisata diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1996:112) dan menurut Freuler yang dikutip Yoeti (1996:115) merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut.

Pariwisata dalam arti modern merupakan fenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan. Pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, berputar-putar, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara artinya bukan untuk tinggal menetap mencari nafkah, berusaha, melainkan semata-mata untuk melakukan rekreasi atau relaksasi di suatu tempat dengan keinginan yang beraneka ragam. Agar tercapai tujuan dari pariwisata tersebut, suatu daerah wisata haruslah menyediakan layanan


(17)

dan fasilitas yang memuaskan bagi para wisatawan, untuk itu masyarakat lokal harus diberdayakan.

Pemberdayaan merupakan upaya mentransformasikan kesadaran masyarakat, sehingga masyarakat mau dan mampu mengambil bagian secara aktif untuk mendorong terjadinya perubahan. Pemberdayaan harus didasarkan pada prinsip keberpihakan kepada masyarakat marjinal, karena mereka berada dilapisan sosial paling bawah, sehingga memiliki posisi yang mampu memecahkan masalah untuk merubah posisi mereka.

Dengan demikian pemberdayaan tidak semata-mata diarahkan kepada perbaikan kualitas hidup jangka pendek baik dalam konteks ekonomi (peningkatan kesejahteraan ekonomi) maupun sosial (pendidikan, kesehatan dan lain-lain) tetapi secara strategi harus mengarah kepada proses untuk mendapatkan transformasi tatanan kehidupan.

Pemberdayaan masyarakat harus dapat menjawab kebutuhan praktis dan strategis (kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang).

1. Kebutuhan praktis

a. Menjawab kebutuhan mendesak yang mendasar. b. Menyentuh kondisi konkrit/nyata.

c. Menghindari persoalan struktur sosial yang timpang.

d. Kebutuhan-kebutuhan yang semata-mata yang berasal dari penguatan peran reproduksi dan produksi kesehatan.

2. Kebutuhan strategis


(18)

b. Mengarah pada usaha mengubah relasi kekuasaan c. Kejelasan sistem

d. Mengarah pada pembangunan tatanan baru (penataan usaha produksi masyarakat).

Pembangunan dan pengembangan pariwisata diharapkan dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar kawasan pariwisata. Pemberdayaan masyarakat diupayakan melalui kapasitas sumberdaya manusia. Diharapkan dengan adanya pengembangan kawasan wisata maka pemberdayaan masyarakat tercapai sehingga menghasilkan masyarakat yang berdaya yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mempunyai kesempatan berusaha untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. Demikian pula dengan adanya peningkatan sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat akan tercipta masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan mampu berfikir dan menerima berbagai perubahan dengan cara pandang dan pola berfikir yang positif. Dengan peningkatan pendidikan diharapkan masyarakat memiliki keahlian dan kemampuan untuk mengembangkan dirinya sehingga tercapai taraf hidup menjadi lebih baik.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat digambarkan konseptualisasi analisis penelitian sebagai berikut :


(19)

Gambar 1.2

Konseptualisasi Penelitian

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan interpretasi, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :

1. Potensi wisata : adalah peluang atau kelebihan suatu tempat untuk diberdayagunakan sebagai tempat wisata.

2. Pengembangan kawasan wisata : langkah-langkah atau upaya nyata yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha atau masyarakat untuk

PENGEMBANGAN POTENSI KAWASAN

WISATA

1. Kemenarikan Objek : a. Iklim

b. Morfologi c. Luas

d. Budaya masyarakat (kesenian, adat stiadat, legenda, pakaian, perumahan, upacara-upacara, situs sejarah) e. Keragaman objek 2. Sarana dan Prasarana :

a. Akomodasi b. Telekomunikasi c. Restoran

d. Hotel/penginapan e. Media hiburan 3. Aksesibilitas :

a. Jalan b. Biaya

c. Waktu Tempuh d. Keterbukaan ke berbagai tempat

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Sosial Ekonomi :

a. Pendidikan 1) Budaya 2) Keterampilan b. Pendapatan

1) Mata Pencaharian 2) Penghasilan

2. Partisipasi Masyarakat : a. Ikut mempromosikan

kepariwisataan di kawasan Sorake b. Bentuk partisipasi

budaya

c. Usaha di bidang kepariwisataan d. Keamanan e. Kebersihan f. Menciptakan dan

memelihara iklim dan suasana yang kondusif bagi kepariwisataan atau kenyamanan


(20)

meningkatkan sarana dan prasarana penunjang objek dan daya tarik wisata, sehingga kebutuhan wisatawan terpenuhi selama lawatannya. 3. Kawasan wisata : daerah dengan luasan tertentu yang menjadi pusat

pelayanan wisata

4. Pemberdayaan masyarakat : merupakan proses mengajak masyarakat agar mengetahui potensi yang dimiliki untuk dikembangkan dan menemukan serta menggali permasalahan yang ada, agar bisa diatasi secara mandiri oleh masyarakat itu sendiri

5. Partisipasi Masyarakat : Peranserta masyarakat secara aktif dalam proses pengembangan pariwisata di Kabupaten Nias Selatan

G. Anggapan Dasar

Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitan ini adalah : 1. Potensi yang ada di kawasan wisata Sorake memiliki daya tarik sebagai

daerah wisata sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat dari potensi tersebut.

2. Upaya pengembangan kawasan wisata Sorake meliputi kemenarikan objek, sarana dan prasarana, dan aksesibilitas memberi dampak terhadap pemberdayaan masyarakat.


(21)

H. Hipotesis

1. Ha1 : Terdapat hubungan antara pengembangan kawasan wisata berupa

kemenarikan objek dengan pemberdayaan masyarakat.

2. H01 : Tidak terdapat hubungan antara pengembangan kawasan wisata

berupa kemenarikan objek dengan pemberdayaan masyarakat. 3. Ha2 : Terdapat hubungan antara pengembangan kawasan wisata berupa

sarana dan prasarana dengan pemberdayaan masyarakat.

4. H02 : Tidak terdapat hubungan antara pengembangan kawasan wisata

berupa sarana dan prasarana dengan pemberdayaan masyarakat. 5. Ha3 : Terdapat hubungan antara pengembangan potensi kawasan wisata

berupa aksesibilitas dengan pemberdayaan masyarakat.

6. H03 : Tidak terdapat hubungan antara pengembangan potensi kawasan

wisata berupa aksesibilitas dengan pemberdayaan masyarakat. 7. Ha4 : Terdapat hubungan pengembangan potensi kawasan wisata yang

meliputi kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas dan kemenarikan objek menurut versi wisatawan dengan pemberdayaan masyarakat.

8. H04 : Tidak terdapat hubungan pengembangan potensi kawasan wisata

yang meliputi kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas dan kemenarikan objek menurut versi wisatawan dengan pemberdayaan masyarakat.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan survey, dokumentasi dan observasi yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan atau melukiskan fenomena dan hubungan antar fenomena yang diteliti secara sistematis. Metode survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data, sedangkan metode deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran terhadap fenomenal sosial tertentu. (Singarimbun, 1989:3).

Penelitian ini tidak membuat hipotesis, namun demikian dapat dilakukan penskoran dalam pengolahan data dan menilai setiap variabel-variabel yang berhubungan dengan perlakuan atau manipulasi terhadap variabel-variabel penelitian tersebut. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi dan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang dilihat dilapangan sebagaimana adanya.

Pelaksanaan metode penelitian ini tidak terbatas sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut. Analisis yang digunakan dalam penginterpretasian tersebut


(23)

menggunakan analisis melalui pengharkatan (scorring) untuk mengetahui nilai pada masing-masing karakteristik setiap parameter serta dapat ditentukan peringkatnya dengan pembobotan (weight), analisis Chi Square (Kai kuadrat-Chi²) untuk mengetahui adanya hubungan variabel, yaitu variabel pengembangan potensi kawasan wisata dengan variabel pemberdayaan masyarakat, dan analisis SWOT untuk mengetahui peluang, tantangan, ancaman dan kelemahan kemudian disusun strategi pengembangannya, selain itu semua data yang diperoleh memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti untuk mendapatkan asumsi dalam setiap keputusan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam memecahkan masalah, langkah yang penting adalah menentukan populasi karena menjadi sumber data dan sekaligus sebagai objek penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua kasus individu dan gejala yang ada di daerah penelitian. (Sumaatmadja, 1988:112).

Sesuai dengan permasalah yang diteliti, populasi dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kategori, yaitu meliputi 1) Masyarakat kawasan wisata Sorake yang ada di Desa Botohilitanö Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dengan jumlah kepala keluarga 350 KK 2) Wisatawan, adalah responden wisatawan yang berkunjung di kawasan


(24)

wisata Sorake dan 3) Pengembang kawasan wisata Sorake yang terdiri atas Tokoh Masyarakat/Stakeholder (LSM)/Pemerintah. Adapun tujuan penjaringan data dari masyarakat dan tokoh masyarakat ialah untuk mengetahui respon terhadap pariwisata dan kesiapan para pengembang dalam pengembangan potensi yang ada di kawasan wisata Sorake. Responden Wisatawan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar minat dan ketertarikan wisawatan untuk berkunjung di kawasan wisata tersebut.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari semua objek atau individu-individu yang terwakili dari semua populasi. Sementara sampel wisatawan diperoleh secara aksidental di lapangan. Sampel aksidental adalah teknik yang digunakan pada penentuan sampel kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut ditemui cocok sebagai sumber data. (Sugiono, 2003:23).

Dalam mengambil sampel responden wisatawan disesuaikan dengan keberadaan wisatawan pada saat dilakukan survey. Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan yang datang di kawasan wisata Sorake rata-rata dalam sebulan 300 orang, pemilihan sampel dilakukan dengan teknik aksidental sebanyak 15 orang.

Sampel masyarakat adalah orang yang tinggal di kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan yang terdiri


(25)

atas petani atau nelayan 1421 orang, pelajar dan mahasiswa 1045 orang, pegawai negeri 30 orang, pegawai swasta 43 orang dan pengusaha 111 orang. Menurut Umar (2002:78) perhitungan jumlah sampel dari populasi yang terdiri dari masyarakat, wisatawan dan para pengembang dapat dilakukan dengan rumus Slovin:

� = �

(1 +�. 2)

Dimana :

n = jumlah sampel N = populasi

e = persen kesalahan yang diinginkan atau ditolelir (biasanya 10%) maka :

�= 2950

(1 + 2950. 0,12)

� = 2950

(1 + 2950. 0,01 )

n = 99,95  100

Berdasarkan rumus pengambilan sampel diatas, maka sampel ditentukan sebesar 100 diambil sesuai proporsional random dari masing-masing jenis populasi. Populasi dibagi n hitung dan didistribusikan dengan besaran populasi sehingga dari formulasi di atas diperoleh hasil total dan distribusi sampel responden seperti tercantum pada Tabel 3.1 di bawah ini.


(26)

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No. Jenis Populai

Sampel yang diambil 1. Pengembang (Pemerintah, Tokoh

Masyarakat/LSM/, stakeholder/Pengembang) 15 2.

Masyarakat Kawasan Wisata (Pedagang, Pengrajin/petani/penutur budaya,

Mahasiswa/Pelajar, dan surfer maupun guide)

69,5  70

3. Wisatawan 15

Total 100 Sumber : Hasil Penelitian, diolah

Dari Tabel 3.1 terlihat jumlah sampel yang diambil berdasarkan proporsi jenis populasi. Populasi yang sangat heterogen ini, maka sampel diambil dan dipilih secara homogen dengan proporsi masing-masing kategori populasi sebesar 5% sehingga total sampel yang diambil dari seluruh populasi adalah sebesar 100 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun, 1989:48). Pada dasarnya data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 variabel yaitu;

1. Pengembangan kawasan wisata adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang objek dan daya tarik wisata sehingga kebutuhan wisatawan dapat dipenuhi dengan baik, meliputi dimensi: (1) kemenarikan objek, (2) sarana dan prasarana, (3) aksesibilitas.


(27)

2. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan dalam proses pengembangan pariwisata, meliputi dimensi : (a) sosial ekonomi masyarakat, (b) partisipasi masyarakat.

Untuk lebih jelasnya variabel tersebut disajikan dalam Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian berikut ini.


(28)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Skala Item Instrumen

Potensi

kawasan wisata (X)

1) Kemenarikan Objek

2) Sarana dan Prasarana 3) Aksesibilitas 1) Iklim 2) Morfologi 3) Luas 4) Budaya Masyarakat 5) Keragaman Objek 1) Akomodasi 2) Telekomunikasi 3) Restoran 4) Hotel/penginapan 5) Media hiburan

1) Jalan 2) Biaya 3) Jarak tempuh 4) Keterbukaan ke

bergai tempat Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal

1 s/d 5 6 s/d 13 14, 15 16,17,18 19,20 21 s/d 34 1 s/d 5 6 s/d 10 11 s/d 17 18 s/d 23 24 s/d 28 1 s/d 6 7 8,9,10 11 Observasi Pemberdayaan masyarakat (Y) 1) Sosial ekonomi 2) Partisipasi masyarakat 1) Pendidikan 2) Budaya 3) Keterampilan 4) Mata Pencaharian 5) Pendapatan 1) Keikutsertaan

dalam kegiatan kepariwisataan 2) Kesadaran akan

potensi yang dimiliki

3) Menciptakan iklim dan suasana yang kondusif bagi kepariwisataan 4) Keterbukaan akses

kepada berbagai peluang (opportunities) Ordinal Ordinal Nominal Nominal Rasio Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal 1,2 3,4 5 s/d 13 14 s/d 17 18 s/d 20 1 s/d 12

13,14,15, 16 17,18,19

20,21,22

Kuesioner

Sumber : Dari berbagai sumber, dimodifikasi

Berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian pada tabel 3.2 di atas terdapat angket yang ditujukan kepada wisatawan sebagai alat dalam melihat seberapa besar potensi yang ada untuk dinikmati para wisatawan di kawasan wisata ini yang meliputi kemenarikan objek, fasilitas atau sarana prasarana


(29)

dan aksesibilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan, artinya untuk melihat pengembangan potensi wisata kawasan Sorake diukur melalui angket yang disebar kepada wisatawan sebagai jawaban menurut versi wisatawan. Sedangkan untuk melihat pemberdayaan masyarakat diukur melalui angket yang disebar kepada responden masyarakat yang ada di kawasan wisata, tokoh masyarakat, LSM, pemerintah dan stakeholder (angket lampiran I).

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang menunjang terhadap penelitian ini, menggunakan teknik sebagai berikut.

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan, yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke daerah atau lokasi penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan langsung dengan masalah yang akan diteliti berupa data primer yang diperlukan dalam penelitian ini berhubungan dengan data variabel pengembangan kawasan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat, dengan alat :

a. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan terstruktur yang ditujukan pada

responden yang terpilih sebagai sampel. Penggunaan kuesioner ini untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan kawasan wisata. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat kawasan wisata Sorake, Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan dan wisatawa yang berkunjung di kawasan wisata tersebut.


(30)

b. Observasi, bertujuan untuk melihat dari dekat masalah-masalah yang

berhubungan dengan pokok bahasan, sehingga dapat diketahui sejauhmana pengaruh pengembangan kawasan pariwisata terhadap pemberdayaan masyarakat. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam observasi lapangan ini adalah daftar cheklist dan daftar isian pengamatan.

c. Wawancara, dilakukan pada pihak-pihak terkait yang ada

relevansinya dengan ruang lingkup penelitian, seperti masyarakat, wisatawan, pemerintah, dan stakeholder. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden baik aparat pemerintah atau dinas pariwisata daerah penelitian maupun kepada penduduk kawasan wisata Sorake dan juga kepada para wisatawan yang berkunjung di kawasan wisata ini. Wawancara yang dilakukan kepada pemerintah untuk memperoleh data mengenai upaya-upaya dalam mempertahankan, mengembangkan dan mengelola keberadaan kawasan wisata. Wawancara kepada wisatawan untuk mengetahui seberapa menariknya potensi yang ada di kawasan wisata, dan wawancara kepada masyarakat kawasan wisata Sorake untuk mengetahui seberapa besar dampak dari daerah tersebut menjadi kawasan wisata dapat menunjang sosial ekonomi masyarakatnya.


(31)

2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan, yaitu mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh informasi sebagai landasan pemikiran dalam penulisan ini. Penelitian kepustakaan ini diperlukan untuk mengumpulkan data sekunder dalam menunjang, melengkapi, dan meyempurnakan data primer. Teknik pengumpulan data skunder adalah dengan cara mempelajari dari jurnal, laporan dari instansi terkait serta karya tulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini, seperti data dari BPS, Dinas Pariwisata, website dan lain-lain.

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahapan kerja yaitu pengolahan data yang dilakukan melalui proses:

1. Editing Data

Editing adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah terkumpul tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses dan diolah lebih lanjut. Hal-hal yang diteliti dalam melakukan editing data adalah melalui memeriksa kelengkapan pengisian angket, memperjelas keterbatasan tulisan, kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, mengkoreksi kembali satuan yang digunakan responden dalam menjawab pertanyaan dalam angket.


(32)

2. Koding

Koding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut macamnya. Koding data dilakukan secara konsisten mengingat ini akan menentukan realibilitas. Setelah koding dilaksanakan, selanjutnya menghitung frekwensi dengan menghitung data yang sudah dikoding sesuai kategori dan kelasnya.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel, untuk melihat frekwensi dipergunakan teknik persentase.

4. Pengharkatan (scorring) dan pembobotan (weight)

Pengharkatan dan pembobotan adalah teknik pengolahan data melalui pengharkatan terhadap beberapa parameter dari setiap dimensi variabel yang dinilai meliputi hasil observasi, kondisi kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas dalam pengembangan potensi kawasan wisata dan sosial ekonomi serta partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat, pengharkatan ini sebagai berikut:

a. Harkat kelas hasil observasi

1) Kemenarikan objek menurut observasi

Pengharkatan Kemanarikan objek yang dilakukan selama observasi dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.


(33)

Tabel 3.3

Harkat Kelas Kemenarikan Objek menurut Observasi No. Parameter Nilai/Kelas 1. Kondisi Iklim secara

umum

Baik Cukup Sedang Kurang

4 3 2 1

2. Suhu 28 - 34 24– 27 20 - 23 < 19

4 3 2 1

3. Curah hujan 1000 –

1500mm /tahun

1501 – 2000mm

/tahun

2001 – 2500 mm/tahu n > 2500 mm/tahu n

4 3 2 1

4. Pengaruh suhu Tidak

ada

Kecil Sedang Besar

4 3 2 1

5. Jenis pasir Pasir

putih Pasir hitam Pasir campur lumpur Lumpur

4 3 2 1

6. Panjang pantai > 5 km 4 3 < 1 km

4 3 2 1

7. Keragaman aktivitas wisata - Surfing - Berenang - Diving - Snorkeling - Hiking

> 3 2 1 Tidak

ada

4 3 2 1

8. Variasi bentang alam - Bukit

- Gunung - Lembah - Gua - Air terjun - Hutan

> 3 2 1 Tidak

ada

4 3 2 1

9. Cinderamata yang dibeli -

Pernak-pernik/Asesories - Patung/benda ukir - Pakaian

- Makanan khas olahan - Minuman khas

> 3 2 1 Tidak

ada


(34)

10 Tingkat pencemaran - Udara - Air - Sampah - Mesin/pabrik Tidak ada

Kecil Sedang Besar

4 3 2 1

11. Kerawanan bencana - Gempa - Tsunami - Longsor - Badai - Banjir Tidak ada

Kecil Sedang Besar

4 3 2 1

12. Keamanan - Premanismen - Pungli

- Pencurian - Kekerasan bagi

wisatawan

- Pemaksaan sesuatu ke wisatawan

- Rawan konflik

Tidak ada

1 2 >3

4 3 2 1

13. Keragaman objek alam - Gunung

- Hutan lindung - Gua

- Pantai/laut - Air terjun

> 3 2 1 Tidak

ada

4 3 2 1

14. Keragaman objek budaya - Kesenian

- Atraksi budaya - Rumah adat - Batu Megalith - Upacara adat - Lompat batu

Ada > 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada

4 3 2 1

15. Frekwensi pagelaran budaya

- Pesta Pekan Raya Adat (fondrakö) - Pesta Ya’ahowu - Owasa (Panen, Nikah,

Meninggal,

pengangkatan/penguk uhan kepala adat)

1 tahun 2 kali

1 tahun 1 kali

2 tahun 1 kali

3 tahun 1 kali

4 3 2 1


(35)

Berdasarkan perolehan pengharkatan dan tingkat kelas dukungan kemenarikan objek tersebut, maka dapat ditentukan kelas-kelas potensi.

Penentuan kelas potensi dukungan pengembangan kawasan wisata terhadap pemberdayaan dilakukan dengan menentukan panjang interval dari hasil perhitungan skor masing-masing variabel dengan menggunakan rumus interval, sebagai berikut (Lampiran III):

� = � �

Keterangan:

P = Panjang interval R = Rentang/jangkauan K = Banyaknya kelas

Besarnya nilai masing-masing kriteria merupakan jumlah dari unsur-unsur pada kriteria tersebut, nilai masing-masing kriteria menjadi pilihan salah satu kondisi yang terdapat pada setiap butir angket yang sesuai dengan kondisi jawaban responden tersebut. Setelah dilakukan pengharkatan terhadap pengembangan kawasan wisata dan pemberdayaan masyarakat, maka selanjutnya melakukan suatu pemerian atau analisis akan pengembangan kawasan wisata dan pemberdayaan masyarakat kawasan wisata tersebut yang berpedoman pada harkat dan parameter-parameter yang telah ditentukan.


(36)

Analisis atau pemerian ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat dukungan faktor-faktor tersebut berdampak terhadap eksistensi kawasan wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemerian atau analisis ini memiliki ketentuan kelas sebagai berikut:

Kelas 1 : Sangat mendukung atau Tinggi Kelas 2 : Mendukung atau Sedang

Kelas 3 : Kurang mendukung atau Rendah

Kriteria pengharkatan dari masing-masing parameter penelitian ini dapat dilakukan prosedur penentuan kelas dukungan seperti Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4

Prosedur penentuan kelas Dukungan pada faktor Kemenarikan Objek hasil Observasi

No/ Kelas Tingkat penilaian Jenjang rata-rata/harkat Pemerian/Analisis 1. Potensi Tinggi/ Sangat baik/ Sangat mendukung

45 – 60

Suatu kawasan yang mempunyai kemenarikan objek sangat baik dan sangat menarik, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan 2. Potensi Sedang/ Baik/ Mendukung

31 – 45

Suatu kawasan yang mempunyai kemenarikan objek baik dan menarik, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan 3. Potensi Rendah/ Kurang baik/ Kurang Mendukung

15 – 30

Suatu kawasan yang kurang memiliki dukungan

kemenarikan objek berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber


(37)

Berdasarkan prosedur perhitungan data penelitian yang diperoleh, bahwa bobot parameter kemenarikan objek menurut observasi berada pada rentang bobot minimum adalah 15 dan bobot maksimum 60.

2) Sarana prasarana menurut observasi

Pengharkatan Sarana prasarana yang dilakukan menurut observasi dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5

Harkat Kelas Sarana Prasarana menurut Observasi No. Unsur Parameter Nilai/Kelas 1. Sarana wisata secara umum

- Tourist information center

- Peta wisata (tourist map) - Rambu-rambu wisata - Pusat pemantauan

Baik Sedang Kurang

3 2 1

2. Sarana Akomodasi - Hotel

- Non hotel

- Agen perjalanan wisata

Ada > 4 3 2

3 2 1

3. Rumah makan - Restoran

- Kedai/warung makan - Cafe

Baik Sedang Kurang

3 2 1

4. Ketersediaan air bersih - PAM

- Sumur - Pancuran

Baik Sedang Kurang

3 2 1

5. Ketersediaan tenaga listrik - PLN

- Generator - Petromaks

Baik Sedang Kurang

3 2 1

6. Sarana komunikasi - Warung telepon - Telepon umum - Handy talky

- Warung internet

Baik, Ada > 3

Sedang, Ada 2

Kurang Ada 1


(38)

7. Sarana kesehatan dan keselamatan

- Klinik - Puskesmas - P3K - Ambulance

Baik, Ada > 3

Sedang, Ada 2

Kurang Ada 1

3 2 1

8. Sarana keamanan - Pos polisi - Pos kamling - Pos pemantauan

Baik Sedang kurang

3 2 1

9. Sarana hiburan - Panggung

terbuka/karaoke - Diskotik/Bar/Pub - Hiburan Tradisional

Baik Sedang Kurang

3 2 1

10. Sarana kebersihan - Tong sampah - Petugas kebersihan - Truk pengangkut sampah

Baik Sedang Kurang

3 2 1

Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan perolehan pengharkatan dan tingkat harkat kelas dukungan terhadap sarana prasarana tersebut, maka dapat ditentukan kelas potensi dukungan dengan ketentuan seperti Tabel 3.6 berikut ini.


(39)

Tabel 3.6

Prosedur penentuan kelas Dukungan pada faktor Sarana Prasarana hasil Observasi No/ Kelas Tingkat penilaian Jenjang rata-rata/harkat Pemerian/Analisis 1. Potensi Tinggi/ Sangat baik/ Sangat mendukung

23 – 30

Suatu kawasan yang sangat tinggi atau sangat baik tingkat dukungan faktor Sarana prasarana terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan 2. Potensi Sedang/ Baik/ Mendukung

15 – 22

Suatu kawasan yang sedang atau baik tingkat dukungan faktor Sarana prasarana terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

3. Potensi Rendah/ Kurang baik/ Kurang Mendukung

7 – 14

Suatu kawasan yang kurang baik tingkat dukungan faktor Sarana prasarana terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan prosedur perhitungan data penelitian yang diperoleh, bahwa bobot parameter sarana dan prasaran hasil observasi berada pada rentang bobot minimum adalah 10 dan bobot maksimum 30.

3) Aksesibilitas menurut observasi

Aksesibilitas merupakan faktor penting dalam menunjang kepariwisataan, maka dilakukan pengharkatan Aksesibilitas menurut observasi seperti terdapat pada Tabel 3.7 berikut ini.


(40)

Tabel 3.7

Harkat Kelas Aksesibilitas menurut Observasi No. Unsur Parameter Nilai/Kelas 1. Kualitas jalan raya di

kawasan wisata Baik, beraspal Sedang, batu Kurang, tanah

3 2 1

2. Lebar jalan di kawasan wisata

Baik > 4 m Sedang 4 meter

Kurang 3 meter

3 2 1

3. Frekwensi transportasi umum di kawasan wisata

Baik > 5 kali

Sedang 4 kali

Kurang < 4 kali

3 2 1

4. Waktu tempuh yang dibutuhkan menuju kawasan wisata dari ibu kota kabupaten

Baik < 20 menit

Sedang 30 menit

Kurang > 60 menit

3 2 1

5. Keterbukaan aksesibilitas jalan keberbagai tempat wisata lain Baik, tersedia Sedang, tersedia Kurang, tidak tersedia

3 2 1

6. Sarana transportasi ke kawasan wisata a. Bus

b. Truk c. Motor

d. Beca dayung/mesin e. Sepeda

Ada > 3 Ada 2 Ada 1

3 2 1

Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan perolehan pengharkatan dan tingkat kelas dukungan aksesibilitas tersebut, maka prosedur penentuan kelas potensi dukungan dengan ketentuan seperti Tabel 3.8 berikut ini.


(41)

Tabel 3.8

Prosedur penentuan kelas dukungan pada faktor Aksesibilitas hasil Observasi No/ Kelas Tingkat penilaian Jenjang rata-rata/harkat Pemerian/Analisis 1. Potensi Tinggi/ Sangat baik/ Sangat mendukung

14 - 18

Suatu kawasan yang sangat tinggi atau sangat baik tingkat dukungan faktor aksesibilitas terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

2.

Potensi Sedang/ Baik/ Mendukung

9 - 13

Suatu kawasan yang baik tingkat dukungan faktor aksesibilitas terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

3.

Potensi Rendah/ Kurang baik/

Kurang Mendukung

4 – 8

Suatu kawasan yang kurang baik tingkat dukungan faktor aksesibilitas terhadap eksistensi kawasan wisata, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan prosedur perhitungan data penelitian yang diperoleh sebagaimana Tabel 3.8 di atas, bahwa bobot parameter aksesibilitas hasil observasi berada pada rentang bobot minimum 6 dan bobot maksimum 18.


(42)

b. Segmentasi Responden Wisatawan

Perjalanan yang dilakukan wisatawan merupakan bidang yang perkembangannya sangat tergantung pada kondisi dan keadaan lingkungan tujuan wisata tersebut. Untuk mengetahui segmentasi wisatawan yang berkunjung di kawasan wisata yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu melalui tingkat persentase yang meliputi:

1) Identitas responden wisatawan, untuk mengetahui sejauh mana jangkauan objek wisata ini, maka pertanyaan tentang daerah asal, jenis kelamin dan usia wisatawan penting untuk diketahui.

2) Tingkat sosial ekonomi responden wisatawan, untuk mengetahui motivasi wisatawan terhadap suatu objek wisata yang dikunjungi, hal ini dilihat dari segi pendidikan, pekerjaan, pendapatan atau segi biaya yang dikeluarkan selama berwisata di kawasan wisata ini. 3) Respon responden wisatawan terhadap kawasan wisata, hal ini


(43)

Tabel 3.9

Harkat Kelas Respon Wisatawan terhadap Kawasan Wisata Sorake

No Parameter Nilai/Kelas 1. Kondisi iklim di kawasan

wisata

Sangat nyaman

Sedang Kurang nyaman

3 2 1

2. Kondisi keamanan di kawasan wisata

Baik, aman

Sedang Kurang aman

3 2 1

3. Jenis cinderamata yang dibeli

a. Asesories/pernak-pernik b. Benda ukir

c. Bahan pakaian d. Makanan khas olahan e. Minuman khas f. Berbagai Anyaman

> 3 2 1

3 2 1

4. Kegiatan selama berkunjung di kawasan wisata

a. Surfing b. Berenang c. Diving d. Snorkeling e. Hiking f. Mancing

> 3 2 1

3 2 1

5. Kemenarikan objek wisata selama berkunjung di kawasan wisata Sorake

Baik Sedang Kurang

3 2 1

6. Penggunaan fasilitas atau Sarana prasarana selama berkunjung di kawasan wisata

Baik Sedang Kurang

3 2 1

7. Kemudahan memperoleh kebutuhan di kawasan wisata

Baik Sedang Kurang

3 2 1

Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Selain data respon responden wisatawan terhadap kawasan wisata Sorake, terdapat beberapa indikator yang menjelaskan kepuasaan responden wisatawan dengan melihat karakteristik dalam


(44)

mengunjungi kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan sebagaimana Tabel 3.10 di bawah ini dengan ketentuan, yaitu TB (Tidak Baik), KB (Kurang Baik), B (Baik), CB (Cukup Baik), SB (Sangat Baik).

Tabel 3.10

Harkat Kelas Indikator dukungan yang menjelaskan Kepuasan Wisatawan

No. Indikator SB CB B KB TB 5 4 3 2 1

1. Masyarakat menyambut dengan ramah kedatangan wisatawan

2. Masyarakat menjaga dan mengutamakan kebersihan lingkungan dan kawasan wisata 3. Masyarakat menjaga keamanan dan

kenyamanan selama berada di kawasan wisata 4. Masyarakat menampilkan suasana yang sejuk,

segar dan alami

5. Keindahan alam menjadi daya tarik utama wisatawan

6. Masyarakat mengutamakan pelayanan kepada setiap wisatawan

7.

Masyarakat sangat membantu kesulitan wisatawan selama berkunjung di kawasan wisata

8.

Kemudahan aksesibilitas selama berkunjung di kawasan wisata sehingga mendukung

kelancaran kunjungan wisata

Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan perolehan tingkat harkat kelas Tabel 3.9 dan Tabel 3.10 di atas, jawaban responden yang cukup beragam menjadi kunci jawaban terhadap hal-hal yang mendukung eksistensi kawasan wisata sebagai tujuan kunjungan wisatawan, maka dapat ditentukan kelas-kelas potensi dukungan dengan ketentuan seperti Tabel 3.11 berikut ini.


(45)

Tabel 3.11

Prosedur Penentuan Kelas dukungan respon Wisatawan No./

Kelas

Tingkat penilaian

Jenjang

rata-rata/harkat Pemerian/analisis

1.

Tinggi/ Sangat baik

47 - 62

Suatu kawasan yang sangat baik atau tinggi dukungan terhadap keberadaan kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

2. Sedang/

Baik 31 - 46

Suatu kawasan yang tingkat dukungannya sedang sehingga keberadaan kawasan wisata ini dapat disebut sebagai daerah tujuan wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

3.

Rendah/ Kurang

baik

15 - 30

Suatu kawasan yang kurang baik atau rendah tingkat dukungan terhadap

keberadaan kawasan wisata sebagai daerah tujuan wisata berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan prosedur penentuan kelas dukungan responden wisatawan pada data penelitian yang diperoleh pada Tabel 3.11 di atas bahwa bobot parameter berada pada rentang bobot minimum 15 dan bobot maksimum 62.


(46)

c. Segmentasi Responden Masyarakat Kawasan Wisata

Menawarkan wisata tidak hanya menawarkan kemenarikan objek, fasilitas atau sarana prasarana yang mewah dan lengkap maupun aksesibiltas yang baik dan yang memadai, akan tetapi menawarkan kesan dan kenang-kenangan dalam arti yang mendalam. Responden masyarakat dalam penelitian ini sebagai klien yang diberdayakan. Dalam melaksanakan pengkajian lebih jauh, maka perlu diketahui antara lain:

1) Identitas responden masyarakat, dalam penelitian ini perlu untuk mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, maka pertanyaan tentang jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan masyarakat penting untuk diketahui.

2) Segmentasi responden masyarakat kawasan wisata ditinjau dari segi sosial ekonomi dalam penelitian inipun perlu untuk mengetahui sejauh mana tingkat partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat yang tinggal di kawasan wisata, hal ini dilihat dari keterampilan yang dimiliki, penguasaan bahasa asing, bentuk keterampilan yang dimiliki non kerajinan, dan bentuk-bentuk usaha yang dilakukan di kawasan wisata ini.

3) Partisipasi responden masyarakat yang tinggal di kawasan wisata perlu diteliti lebih jauh lagi dalam pemberdayaan masyarakat


(47)

melalui potensi yang ada di kawasan ini, hal ini dilakukan melalui pengharkatan seperti Tabel 3.12 di bawah ini.

Tabel 3.12

Harkat kelas dukungan yang meliputi Partisipasi Masyarakat No. Unsur/Sub-unsur Nilai (kelas) 1. Ikut mempromosikan

kepariwisataan di kawasan Sorake Ikut/ sangat aktif Ikut/ kurang aktif Kadang -kadang aktif Tidak aktif/tidak ikut sama sekali

4 3 2 1

2. Bentuk partisipasi budaya

- Sebagai panitia budaya

- Sebagai peserta pameran

- Sebagai peserta sanggar

- Sebagai duta wisata - Penyebar brosur/pamflet Ikut/ sangat aktif > 3 Ikut/ kurang aktif 2 Kadang -kadang aktif 1 Tidak ikut sama sekali

4 3 2 1

3. Usaha di bidang pariwisata

- Akomodasi - Restoran - Asesories - Rental mobil - Rental alat renang - Rental speed boat

Ada, > 4 Ada, 3 Ada 2 Ada 1

4 3 2 1

4. Keamanan Ikut,

sangat aktif/rutin

Ikut, kurang aktif/kurang rutin Kadang -kadang ikut Tidak ikut sama sekali

4 3 2 1

5. Kebersihan Ikut,

sangat aktif Ikut, kurang aktif Kadang -kadang Tidak ikut sama sekali

4 3 2 1

6. Ketertiban, kenyamanan dan keteraturan

Ikut, sangat aktif/rutin

Ikut, kurang aktif/kurang rutin Kadang -kadang ikut Tidak ikut sama sekali


(48)

Berdasarkan perolehan tingkat harkat kelas dukungan partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat tersebut, maka dapat ditentukan kelas-kelas potensi dukungan dengan ketentuan seperti Tabel 3.13 berikut ini.

Tabel 3.13

Prosedur penentuan kelas Dukungan

terhadap faktor Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat No/

Kelas

Tingkat penilaian

Jenjang

rata-rata/harkat Pemerian/Analisis 1.

Tinggi/Sangat baik/Sangat mendukung

18 - 24

Suatu kawasan yang mempunyai partisipasi masyarakat sangat baik, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

2. Sedang/Baik/

mendukung 11 - 17

Suatu kawasan yang mempunyai partisipasi masyarakat baik, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

3.

Rendah/Kurang Baik/Kurang

Mendukung

4 - 10

Suatu kawasan yang mempunyai partisipasi masyarakat kurang baik, berdasarkan parameter-parameter yang ditetapkan

Sumber: Data diolah, yang diadaptasi dari berbagai sumber

Berdasarkan prosedur perhitungan data penelitian yang diperoleh, bahwa bobot parameter partisipasi masyarakat sebagai faktor pemberdayaan masyarakat berada pada rentang bobot, yaitu bobot minimum 6 dan bobot maksimum 24. Tingkat partisipasi yang baik akan manjadikan masyarakat kawasan wisata tersebut mandiri dan memiliki kemampuan dalam memanfaatkan potensi yang ada di kawasan wisata tersebut.


(49)

d. Upaya Para Pengembang

Para pengembang dalam hal ini adalah meliputi Pemerintah, Tokoh Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan para stakeholder. Dalam mengoptimalkan potensi wisata di kawasan Sorake, keterlibatan peran masyarakat setempat sangat penting. Partisipasi sangatlah diperlukan bagi pengembangan kawasan wisata dalam pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata ini. Demikian pula dengan upaya para pengembang dalam mengembangkan potensi yang ada di kawasan wisata ini. Untuk mengetahui upaya pemerintah dan peran tokoh masyarakat perlu diketahui upaya menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat, upaya peningkatan pengetahuan sektor industri kecil yang mendukung kepariwisataan, dan upaya dalam meningkatkan sadar wisata kepada masyarakat.

Sementara untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan jawaban responden dan fenomena dilapangan maka di analisis menggunakan persentase dengan menghitung jumlah atau jawaban responden di kawasan wisata Sorake, yaitu baik sebagai masyarakat, wisatawan, pemerintah dan stakeholder dalam melihat potensi kawasan wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata Sorake Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan.

Rumus persentase yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan rumus:

� (%) =


(50)

Keterangan: P = Persentase

f = frekuensi dari setiap jawaban

n = jumlah seluruh frekuensi alternatif jawaban yang menjadi pilihan responden

Tabel 3.14

Penilaian analisis persentase Persetase Kriteria

0% Tidak ada dukungan 1% - 24% Sebagian kecil mendukung

25% - 49% Kurang dari setengahnya mendukung 50% Setengahnya mendukung

51% - 74% Lebih dari setengahnya mendukung 75% -99% Sebagian besar mendukung

100% Seluruhnya mendukung Sumber: Nuryana, 2008

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode teknik analisis melalui scorring, Chi Square, dan analisi SWOT. 1. Pengharkatan (scorring)

Teknik analisis data dengan cara scorring adalah teknik analisis data kuantitatif yang digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing karakteristik setiap parameter dari sub-sub variabel agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya. Parameter yang dinilai meliputi potensi kawasan wisata berupa kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas dan pemberdayaan masyarakat yang meliputi sosial ekonomi dan partisipasi masyarakat.


(51)

Pemberian skor ditujukan untuk menganalisis beberapa parameter keberadaan karakteristik suatu kawasan wisata. Kriteria pengharkatan diperoleh melalui adaptasi dari Pedoman Penyusunan Analisis Daerah Operasi Objek Wisata Alam, Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam (1996:12).

2. Chi Square (Kai Kuadrat-Chi²)

Chi square dilakukan untuk menguji laporan dengan kenyataan (expected versus observerd) atau untuk menganalisis apakah ada pengaruh baris dengan kolom (Wijaya, 2001:32). Dalam penelitian ini chi square dipakai untuk meneliti hubungan variabel yang menentukan pengembangan kawasan wisata berupa kemenarikan objek, sarana prasarana, aksesibilitas, dan kemenarikan objek menurut versi wisatawan dengan pemberdayaan masyarakat. Kriteria pengujian jika chi kuadrat hitung > chi kuadrat tabel maka terdapat hubungan yang signifikan atau sig <  = 5%, sebaliknya jika chi kuadrat hitung < chi kuadrat tabel, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan atau sig >  = 5%.

3. Analisis SWOT

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT, dengan melihat kecenderungan jawaban responden, dan sumber data lainnya, kemudian dianalisis. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi,


(52)

berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan (Rangkuti, 2005:19).

Menurut Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah (1999), berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat empat alternatif strategi yang tersedia yaitu strategi SO, WO, ST,dan WT. Matriks SWOT digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.15

Format Matriks SWOT Eksternal/

Internal

Peluang (Opportunity)

Ancaman (Treaths) Kekuatan

(Strenght) SO strategies ST strategies Kelemahan

(Weakness) WO strategies WT strategies Sumber: Rangkuti, 2005.

Keterangan Matriks SWOT tersebut sebagai berikut:

a. SO strategies: ini merupakan situasi yang menguntungkan. Obyek penelitian memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy).


(53)

b. ST strategies: dalam situasi ini obyek penelitian menghadapi berbagai ancaman, tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

c. WO strategies: dalam situasi ini obyek penelitian menghadapi peluang pasar yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pada situasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. WT strategies: ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, sehingga obyek penelitian harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Analisis SWOT yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan diagram analisis SWOT seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Diagram ini digunakan untuk membandingkan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan untuk melihat strategi yang cocok dengan kondisi internal dan eksternal.


(54)

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT

Penjelasan untuk masing-masing kuadran di atas adalah sebagai berikut: Kuadran 1: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Memiliki beberapa peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan beberapa peluang yang ada. Kondisi ini mendukung diterapkannya strategi pertumbuhan yang agresif (grouth oriented strategy).

Kuadran 2 : Kekuatan yang dimiliki menghadapi kondisi lingkungan eksternal yang tidak menguntungkan, tetapi meskipun menghadapi berbagai ancaman, namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN

INTERNAL

KELEMAHAN EKSTERNAL 1. Mendukung

strategi agresif 3. Mendukung

strategi turn

around

2. Mendukung strategi diversifikasi

4. Mendukung strategi defensif


(55)

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3: Menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak juga menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi pada kuadran ini adalah meminimalkan kelemahan-kelemahan internal.

Kuadran 4: Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Kondisi ini menyebabkan harus diambilnya strategi atau mengalihkan keterlibatan secara langsung yang diidentifikasi dalam analisis SWOT.

Analisis ini menolong untuk memahami mengenai apa saja sumber kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Teori ini juga menyarankan bagaimana dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada dan dalam menghadapi ancaman, selain juga mengenai bagaimana menghindari dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.

Maksud dari analisis SWOT ini ialah untuk meneliti dan menentukan dalam hal manakah "obyek":

1. Kuat (sehingga dapat dioptimalkan ) 2. Lemah (sehingga dapat segera dibenahi)

3. Kesempatan-kesempatan di luar (untuk dimanfaatkan) 4. Ancaman-ancaman dari luar (untuk diantisipasi)


(56)

Hasil analisa metoda analisis SWOT adalah memberikan arahan/rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kawasan Sorake, Teluk Dalam, Nias Selatan merupakan salah satu obyek wisata di Nias Selatan yang memiliki potensi tinggi dan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan kepariwisataan. Potensi tersebut berupa:

a. Potensi kemenarikan objek, daerah wisata ini menarik karena didukung oleh potensi alam yang terdiri dari iklim, suhu dan pengaruh suhu yang baik, jenis pasir yang indah, tingkat pencemaran yang masih rendah dan tersedia toko cinderamata yang memiliki berbagai pernak-pernik dan assesoris yang unik, keragaman aktivitas wisata dan variasi bentang alam. Selain itu menariknya daerah ini juga didukung oleh keragaman flora dan fauna, pohon, dan keindahan alam dan pantai juga menyemarakkan potensi alam kawasan Sorake. Dukungan juga tidak terlepas dari keaslian budaya tradisional dan peninggalan sejarah/budaya, adat istiadat, rumah tempat tinggal atau rumah adat, pakaian adat dan kesenian tradisional. Selain itu juga didukung oleh seringnya dilaksanakan pagelaran budaya di kawasan Sorake.


(58)

Kemenarikan objek hasil observasi dengan pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi memiliki nilai chi square 10.947, chi square tabel sebesar 5,99 dan probabilitas (sig.) 0,004 hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan.

b. Potensi sarana dan prasarana, tingkat potensi sarana dan prasarana sangat memadai untuk mendukung daerah wisata Sorake, fakta ini didukung oleh sarana akomodasi dan rumah makan yang memadai. Serta didukung tersedianya tenaga listrik, sarana komunikasi, fasilitas kesehatan dan keselamatan yaitu adanya puskesmas dan rumah sakit, dan pihak keamanan yang senantiasa menjaga keamanan daerah kawasan wisata Sorake. Sarana prasarana yang ada di kawasan wisata Sorake berdasarkan hasil observasi dengan pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakat memiliki nilai chi square 10.231, chi square tabel sebesar 5,99 dan probilitas (sig.) 0,006 hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan.

c. Potensi aksesibilitas, potensi ini sangat tinggi dalam mendukung daerah wisata Sorake. Kenyataan ini didukung oleh berbagai faktor, diantaranya kondisi dan kualitas jalan raya di kawasan wisata ini sudah baik, ditambah dengan lebar jalan kawasan wisata dan tersedianya transportasi umum juga akses transportasi ke kawasan wisata baik. Hubungan aksesibilitas disuatu kawasan wisata berdasarkan hasil observasi dengan pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi masyarakatnya memiliki nilai chi square 11.000,


(59)

chi square tabel 7,81 dan probabilitas (sig.) 0,012 hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan.

d. Potensi kemenarikan objek dilihat dari sudut pandang wisatawan, bahwa kondisi iklim di kawasan wisata Sorake sangat baik, banyaknya jenis cinderamata yang dapat dibeli, banyaknya aktivitas yang dilakukan selama kunjungan di kawasan wisata, dan memiliki daya tarik objek wisata yang dikunjungi. Selain itu, wisatawan memperoleh kepuasan dari segi keramahtamahan yang dimiliki masyarakat berupa usaha menjaga keamanan dan kenyamanan, kebersihan lingkungan dan didukung kepuasan akan lingkungan alam yang indah. Hubungan kemenarikan objek kawasan wisata menurut versi wisatawan terhadap pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi memiliki nilai chi square 9.526, chi square tabel 5,99 dan probabilitas (sig.) 0,009 hal ini menunjukan terdapatnya hubungan yang signifikan.

Potensi-potensi tersebut di atas dapat digunakan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dicapai dengan adanya keterpaduan dan kesinergian antara masyarakat, pemerintah, media masa, dan pengusaha pariwisata atau para stakeholder. Sesuai dengan potensi wisata di kawasan wisata, maka arah pengembangan obyek wisata maupun daya tarik wisata diwujudkan dalam bentuk perencanaan kawasan, pengelolaan lingkungan, sosial ekonomi dan budaya, memberikan manfaat langsung dengan


(60)

menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha kepada masyarakat.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pemberdayaan masyarakat di kawasan wisata Sorake sangat baik dan mendukung untuk dijadikan sebagai modal pengembangan daerah kawasan wisata. Hal ini didukung oleh adanya partisipasi masyarakat dalam mempromosikan kepariwisataan di kawasan Sorake, memberikan kontribusi dalam bentuk aktifitas kebudayaan, melakukan usaha di bidang pariwisata sebagai wujud dalam meningkatkan taraf hidup, serta didukung oleh partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan dan kebersihan lingkangan kawasan wisata.

3. Hasil penelitian yang dilakukan bahwa hubungan pengembangan kawasan wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat menurut hasil analisis chi square bahwa ada hubungan yang signifikan, artinya bahwa potensi kawasan wisata ini dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian dan sumber pendapatan masyarakat di kawasan ini. Bila ditinjau dari masing-masing parameter sarana prasarana dan aksesibilitas bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan, namun secara umum bahwa masih terdapatnya kelemahan dalam pengembangan kawasan ini yaitu masih minimnya fasilitas sarana prasarana dan aksesibilitas dari kriteria yang diharapkan. Hal ini dibutuhkan pengelolaan dan manajemen yang baik oleh para pemegang kebijakan, yaitu pemerintah.


(1)

Gomes, Faustino Cardoso. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Penerbit Andi.

Gouldner, Alvin W. (1999). Studies in Leadership. New York : Harper and Bother.

Hasan, F. (2004). Pembangunan Berwawasan Budaya. Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Hamalik, O. (2000). Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni Bandung. Howel, R dan Uysal, M (1987). Tourism Education in Developing Countries.

Tourism Management.

Irianto, A. (2001). Statistik Pendidikan. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud. Jafari, J. and Richie, B.J.R. (1981). Toward a Framework for Tourism Education

Problem and Prospects. Annals of Tourism Research.

Karyono, A Hari. (2001). Kepariwisataan. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Kartasasmita, G. (2000). Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta. CIDES.

Lazarsfeld, Paul F et, al. (2000). The Two Step Flow of Communication. Urbana: The University of Illinois Press.

Maryani, E. (2008). ”Geografi Perdesaan: Sebuah Ontologi”, dalam Tinjauan Geografis Pengembangan Desa Wisata di Jawa Barat. Yogyakarta: IdeAs Media.

____________, (2004). Diversifikasi Pedesaan Melalui Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Geografi, Vol 4 (7). Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Mubyarto dan Sartono Kartodirjo. (2005). Pembangunan Pedesaan di Indonesia. Yogyakarta: Liberty dan P3PK Universitas Gadjah Mada.

Nazir, Moh. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ndraha, T. (2004). Peranan Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Dharma IIP.

Notoatmojo, A. (1998). Sumber Daya Manusia dan Potensinya, Jakarta: Bina Cipta.


(2)

Nuryana, I. dan Syamril R. (2008). Metode Penelitian Hipotesis. Bandung

Pendit, N.S. (1999). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pierce, J.A dan Robinson, J.R, (2004), Strategic Management, Irwin Inc.

Pitana, IG., dan Gayatri, PG. (2005) Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pitana, IG. et al, (2008). Pariwisata Sebagai Disiplin Ilmu Mandiri: Ditinjau dari Filsafat Ilmu dan Analisis Empiris-Komparatif, Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Budpar Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Poerwadarminta, (2004). Program Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta: PT Tiara Kencana.

Prijono, Tjiptoherijanto dan Rizal Pranarka. (2004). Profesi, Partisipasi dan Pembangunan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkieflimansyah. (1999). Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta

Rangkuti, Freddy. (2005) Analisa SWOT Teknik Membedeah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Ranis, Gustav. (2003). Reducing Poverty: Horizontal Flows Instead of Trickle Down. New York: Prentice Hall.

Redfield, Charles E. (1999). Communication in Management: The Theory Practice Administrative Communication. Chicago: The University of Chicago Press.

Redja, M. (2002). Filsafat Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Riduwan, (2003). Belajar Mudah Penelitian, Alfa Beta, Surabaya.

Sastropoetro, R.A Santoso. (2001). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Pariwisata. Bandung: Penerbit Bandung Alumni.

Siagian, P. Sondang. (1999), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gunung Agung.


(3)

Singarimbun, M. dan Effendi S. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta, LP3ES.

Soedjatmoko. (2005). Model Kebutuhan Dasar, Implikasinya dalam Kebijaksanaan Nasional. Jakarta: PT Gramedia.

Soekadijo, R.G. (2000). Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai “Systemic Lingkage”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (1993). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

____________, (2005). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono dan Eri Wibowo. (2001). Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A. ( 2002). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukardjo, A. J., et al. (2008). Geografi Pedesaan Sebuah Antologi, Yogyakarta: IdeAs Media.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.

Sumodiningrat, Gunawan. (2003). Pemberdayaan Sosial. Jakarta: Teruna Grafika. ____________, (1999), Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowering)

Jakarta. Teruna Grafika.

Suparmoko, M. (2000). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Bina Aksara.

Suparlan, (2004). Aspek Manusia dalam Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Supranto. J. (2004). Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Jakarta: CV Rineka Cipta.

Spillane, James J. (2003). Ekonomi Pariwisata, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Timbergen, Jan. (2003). Rencana Pembangunan. Jakarta: Yayasan Penerbit

Universitas Indonesia.

Tjokroamidjojo, Bintoro, dan Mustopadidjaja. (2003). Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan: Perkembangan Teori dan Penerapannya. Jakarta: LP3ES.


(4)

Umar, Husein. (2002). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo.

Umar, Tirtarahardja dan S.L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Uner Kirdar dan Leonard Silk (ed.) (2001). People: From Impoverishment to Empowerment. New York: New York University Press.

Vembriarto. (2003). Pendidikan Sosial Masyarakat. Jogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.

Wahab, S. (1976). Tourism Management. London: Tourism International Press. Winardi, J. (2001). Kamus Ekonomi. Bandung: Academica.

WTO. (2003). Community-Based Tourism- The Case from Indonesia. Madrid: WTO.

Yoeti, Oka A. (2005). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Edisi Revisi. Jakarta: Pradnya Paramita.

____________, (1996). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Jakarta, Pradnya Paramita.

Zainun, B. (1996). Manajemen dan Motivasi, edisi cetakan ke 2, Jakarta, Balai Aksara.

Makalah/Jurnal

Amoah, V. dan Baum, T. (2003). Tourism Education : Policy and Practice. International Journal of Contemporary Hospitality Management.

Baum, T. (1994). The Development of National Policies for Sustainable Human Resources Development in Tourism. Makalah pada Konferensi Council of Carribien Hospitality School.

Crott, John C. (2004). The Effect of Cultural Distance on Everseas Travel Behavior. Journal of Tourism Research

Ernawati, D. (2002). Tourism Education at The Tertiary Level in Indonesia: AM Explotory Study. International Journal of Tourism Research.


(5)

Fandeli, C. (2005). Pembahasan Kebijakan Pengembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia. Makalah untuk Seminar Nasional Hari Depan Pendidikan Kepariwisataan Indonesia. Bali: STP Bali.

Koster, IW. 2995. Konsolidasi Pendidikan Kepariwisataan Indonesia. Makalah untuk Seminar Nasional Hari Depan Pendidikan Kepariwisataan Indonesia. Bali : STP Bali

Data Internet

Google Earth [Online] Tersedia:http//www.google.com [ 02 Juni 2009]

Ilmu Sosial [Online] Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial, [28 Juni 2009]

Pariwisata sebagai ilmu [Online]

Tersedia:http://www.jurnalpariwisata.com/files/jurnal042/Pariwisata%20S ebagai%20Ilmu%20Dan%20Profesi.pdf [28 Juni 2009]

Pemerintah dan Masyarakat Kurang Koordinasi Dalam Mengelolah Pariwisata

Kota [Online] Tersedia: http://www.

tabloidjubi.wordpress.com/2008/05/05/pemerintah-dan-masyarakat-kurang-koordinasi-dalam-mengelola-parawisata-kota/ [28 Juni 2009]

Setelah Pariwisata Jadi Ilmu Mandiri [Online]

Tersedia:http://www.republika.co.id/koran/131/7403/Setelah_Pariwisata_J adi_Ilmu_Mandiri [28 Juni 2009]

Seville, N.M. (2001). Practical Stragies for Poor Touris: Case Study of Pro-Poor Touris and SNV in Humla District, West Nevpal. PPT Working Paper 3. [online]. Tersedia: http://www.propoortourism.org.uk [1 September 2008]

Sodikin, Amir. (2008). Pariwisata Akhirnya Diakui Sebagai Ilmu [Online] Tersedia:http://www.cetak.kompas.com/read/xml/2008/06/06/00530057/p ariwisata.akhirnya.diakui.sebagai.ilmu [28 Juni 2009]

WTCC. (2002). The Impact of Travel & tourism on Jobs and the Economy-2002.[Online]. Tersedia: http://www.wttc.org [1 September 2008]


(6)

Dokumen

Badan Pusat Statistik (BPS). (2000). Nias Dalam Angka. Nias: Kabupaten Nias. Badan Pusat Statistik (BPS), (2007). Kabupaten Nias Selatan 2007. Nias Selatan:

Kabupaten Nias Selatan.

Disparbud, (1996). Pedoman Penyusunan Analisis Daerah Operasi Objek Wisata Alam, Komisi Koordinasi Objek Wisata Alam, Jawa Barat.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah

Undang-undang nomor 9 tahun 1990 Tentang Penggunaan dan Penyelengaraan Kepariwisataan.

Universitas Pendidikan Indonesia, (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung.


Dokumen yang terkait

Wisata Agraris Merupakan Potensi Dalam Pengembangan Objek Wisata Kawasan Lau Kawar

0 24 56

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

7 28 75

POTENSI OBYEK WISATA AIR TERJUN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KECAMATAN KARE Potensi obyek wisata air terjun dalam rangka pengembangan pariwisata di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.

4 5 14

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK – OBYEK WISATA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA DI Identifikasi Potensi Obyek-obyek Wisata dalam Rangka Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Batang.

0 1 13

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA MATA AIR (UMBUL) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN PARIWISATA Analisis Potensi Obyek Wisata Mata Air (Umbul) dalam Rangka Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.

0 1 13

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 3

Identifikasi Potensi Obyek Wisata dan Analisis Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat di Kawasan Danau Linting Kabupaten Deli Serdang

0 0 13

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA PESISIR PULAU SEBESI

0 1 47