UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM SPEED READING DI KELAS X SMA NEGERI 1 BANDUNG : Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa kelas X-6 di SMA Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 5
1.3Batasan Masalah... 5
1.4Rumusan Masalah ... 5
1.5Tujuan Penelitian ... 6
1.6Manfaat Penelitian ... 7
1.7Anggapan Dasar ... 8
(2)
BAB 2 MEMBACA CEPAT DAN METODE QUANTUM SPEED READING
2.1 Membaca ... 10
2.1.1 Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ... 10
2.1.2 Pengertian Membaca ... 10
2.1.3 Tujuan Membaca ... 11
2.1.4 Aspek-aspek Membaca ... 13
2.2 Membaca Cepat ... 15
2.2.1 Pengertian Membaca Cepat... 15
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Membaca Cepat ... 16
2.3 Quantum Speed Reading ... 16
2.3.1 Manfaat Quantum Speed Reading (QSR) ... 17
2.3.2 Metode Latihan Quantum Speed Reading... 17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian ... 20
3.2 Subjek Penelitian ... 22
3.3 Tempat Penelitian... 22
3.4 Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 23
3.4.1 Tahap Studi Pendahuluan ... 23
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 23
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 25
(3)
3.7 Teknik Pengolahan Data ... 64
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Studi Pendahuluan ... 69
4.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 72
4.2.1 Deskripsi Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 72
4.2.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 73
4.2.3 Analisis Data dan Hasil Pengataman Siklus I ... 77
4.2.3.1 Analisis Kemampuan Efektif Membaca (KEM) Siswa ... 77
4.2.3.2 Analisis Hasil Pengamatan Siklus I ... 81
4.2.4 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 86
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 90
4.3.1 Deskripsi Perencanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 90
4.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 91
4.3.3 Analisis Data dan Hasil Pengataman Siklus II ... 95
4.3.3.1 Analisis Kemampuan Efektif Membaca (KEM) Siswa ... 95
4.3.3.2 Analisis Hasil Pengamatan Siklus II ... 99
4.3.4 Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 102
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 105
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 119
(4)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keberadaannya, pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut sangat berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Dalam kehidupan manusia membaca memiliki peran yang penting, terlebih kemajuan zaman yang sangat pesat menuntut kita untuk dapat memiliki pengetahuan yang lebih luas. Membaca adalah jembatan untuk meraih pengetahuan. Bahkan banyak para ahli pendidikan menyatakan bahwa membaca adalah jantungnya pendidikan.
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca.
Hodgson (dalam Tarigan 2008:7) mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
(5)
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak akan terlaksana dengan baik.
Anderson (dalam Tarigan 2008:7) dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata- kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/ cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari atau memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan dalam pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat dirangsang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa pengalaman, dalam bentuk pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya dengan santai, sesuai dengan kebutuhan apakah sekedar kenikmatan atau penambah pengetahuan. Tetapi dalam era yang maha cepat sekarang, ketika tanpa kita kehendaki tuntutan kehidupan meningkat, pembaca tak lagi boleh hanya sebagai membawa kenikmatan, tetapi sebagai alat pencapai percepatan itu sendiri. Artinya orang wajib mengejar semua informasi. Ia harus memiliki
(6)
keterampilan mengumpulkan data dengan cepat sekaligus benar. Dan disini membaca cepat menjadi utama.
Dalam dunia pendidikan membaca adalah aspek utama yang harus dikembangkan. Selama ini proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa dianggap kurang efektif dan terlalu membuat jenuh siswa. Hal ini menggugah penulis untuk memperbaiki kurangnya efektifitas itu dengan melakukan suatu tindakan dimana setelah diidentifikasi berbagai permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.
Tidak menutup kemungkinan berbagai permasalahan yang ditimbul diakibatkan karena pengajarnya, tetapi banyak hal lain untuk membuktikan pernyataan tersebut. Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan salah satu wujud tindakan untuk memperbaiki permasalahan yang ada, salah satunya adalah membangkitkan minat siswa dalam membaca terutama dalam membaca cepat. Keterampilan membaca cepat perlu ditingkatkan, karena dari sinilah permulaan untuk memahami informasi dan pengetahuan yang semakin hari semakin cepat dan berkembang pula. Dalam hal ini penulis menggunakan metode Quantum Speed Reading dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa.
Asumsi dasar menerapkan Quantum Speed Reading adalah seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, yaitu selama ini proses pembelajaran yang dilakukan guru kepada siswa dianggap kurang efektif dan terlalu membuat jenuh siswa serta memberikan sedikit kontribusi kepada siswa itu sendiri. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara peneliti yang telah dilakukan sebelumnya bahwa tidak adanya metode khusus dalam pembelajaran membaca cepat dan kemampuan siswa pun dalam membaca cepat kurang. Quantum Speed Reading diharapkan dapat meningkatkan minat yang lebih besar untuk belajar membaca, pemahaman siswa terhadap pentingnya membaca, dan meningkatkan kemampuan membaca cepat siswa.
(7)
Quantum speed reading merupakan metode yang memanfaatkan kemampuan otak untuk menangkap beberapa kata sekaligus. Quantum Speed Reading (QSR) adalah teknik yang sama sekali baru untuk membaca buku tanpa melihat halaman atau sebuah bacaan. Membaca cepat tentu saja bukan tujuan, sebab keterpahamanlah tujuan dalam membaca cepat. Quantum Speed Reading adalah metode, metode ini bisa mengangkat kita dalam labirin bacaan yang tak jelas ditengah banjir bahan bacaan saat ini. Quantum Speed Reading bisa pula dikatakan mencari gizi dari sebuah bacaan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk memberikan sedikit solusi bagaimana upaya agar kemampuan membaca siswa dapat ditingkatkan, dan mereka dapat mengimbangi laju bahan bacaan yang semakin hari semakin gencar.
Agar standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru Bahasa Indonesia harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, metode, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan terjemahan dari Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru.
Untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan berjudul UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM SPEED READING DI KELAS X SMA NEGERI 1 BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas terhadap siswa kelas X-6 di SMA Negeri 1 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012).
(8)
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat di SMA Negeri 1 Bandung, yaitu:
1) rendahnya motivasi belajar siswa
2) rendahnya kemampuan membaca cepat siswa
3) kurang efektifnya metode dan teknik pengajaran yang dilakukan guru selama ini.
1.3Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang sebenarnya, maka penulis membatasi permasalahan yaitu memfokuskan penelitian ini pada proses pembelajaran melalui metode Quantum Speed Reading (Studi Penelitian Tindakan Kelas). Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut. 1) Fokus dan pengembangan dalam penelitian ini adalah kompetensi pembelajaran
membaca cepat.
2) Salah satu upaya dalam meningkatkan keterampilan membaca cepat siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung yaitu dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading.
3) Sasaran dalam penelitian ini adalah kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/ 2012.
4) Variabel terikat yang diteliti adalah kemampuan membaca cepat siswa.
1.4Rumusan Masalah
Berpijak dari permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
(9)
1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 ?
2) Bagaimanakah pelaksanaan proses pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012?
3) Bagaimanakah perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012?
4) Bagaimanakah kemampuan membaca cepat siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading ?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan umum dari penelitian ini adalah mendiskripsikan cara pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading di SMA Negeri 1 Bandung. Adapun secara terperinci yaitu sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012.
2) Mendeskripsikan pelaksanaan proses pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012.
(10)
3) Mendeskripsikan perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading pada siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012.
4) Mendeskripsikan kemampuan membaca cepat siswa kelas X-6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012 setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti bagi semua pihak terutama kepada mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, di antaranya :
1) Manfaat secara teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan teori metode pembelajaran dan dapat mengembangkan penerapan metode quantum speed reading dalam proses pembelajaran membaca, khususnya membaca cepat.
2) Manfaat secara praktis a. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi umpan balik bagi guru dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih variatif dan diharapkan dapat bermanfaat untuk menyempurnakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
b. Bagi siswa
Siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman materi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, serta diharapkan penelitian tindakan kelas ini
(11)
dapat dijadikan motivasi untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang Bahasa Indonesia.
c. Bagi peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui suatu metode pembelajaran untuk pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat dikembangkan sebagai alternatif pengembangan pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
d. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran pada sekolah tersebut khususnya dan sekolah lain pada umumnya.
1.7Anggapan Dasar
Anggapan dasar penulis dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut: 1) Memahami ragam wacana tulis dengan membaca cepat merupakan suatu
kompetensi yang perlu diajarkan kepada para siswa kelas X SMA,
2) Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan sebuah pembelajaran,
3) Metode Quantum Speed Reading merupakan metode yang dapat meningkatkan keterampilan membaca, khusunya membaca cepat.
1.8Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan, maka penulis kemukakan definisi operasional untuk istilah yang digunakan.
(12)
1) Quantum speed reading merupakan metode yang mendorong siswa aktif dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Quantum speed reading merupakan metode yang digunakan dalam membaca cepat, kemudian metode ini bagi siswa diharapkan dapat lebih efesien dalam menggunakan waktu dalam belajar.
2) Membaca cepat merupakan suatu proses dalam keterampilan membaca yang menjadikan siswa untuk dapat mengungkapkan isi bacaan dengan cepat dan juga dapat memahami informasi dengan cepat.
(13)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode penelitian tindakan kelas yang didalamnya menggunakan beberapa siklus, sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.
Elliot dalam Syamsuddin dan Vismaya (2009:192) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalamnya. Seluruh prosesnya yang meliputi penelaahan, pendiagnosaan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dampak yang diperlukan. Selanjutnya, Sanjaya (dalam Aqib 2011:144) mengartikan PTK sebagai sebuah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dan hasil yang diharapkan dari variabel- variabel yang diteliti, yaitu penggunaan metode Quantum Speed Reading dalam
(14)
pembelajaran membaca cepat di kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandung.
Terdapat beberapa alasan mengapa PTK digunakan dalam penelitian ini sebagai metode pemecahan masalah. Arikunto (2009:110) mengemukakan penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
1) Inkuiri reflektif. PTK berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari- hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian beradasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven).
2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar sekolah (guru), tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.
3) Reflektif. PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering menggunakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih mengutamakan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
Prosedur pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan tindakan model Hopskin. Alur penelitiannya sebagai berikut.
(15)
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Jhon Elliot dalam Arikunto (2009:16)
3.2Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, kolaboratif, yaitu bersifat praktis berdasarkan permasalahan dalam membaca cepat di SMA Negeri 1 Bandung kelas X-6. Subjek pelaku tindakan 1 adalah guru Bahasa Indonesia. Subjek penerima tindakan adalah 39 siswa kelas X6 SMA Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2011/2012.
3.3Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandung kelas X-6 tahun ajaran 2011/2012.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan
SIKLUS II
Refleksi
Pengamatan
(16)
3.4Langkah-langkah Pengumpulan Data 3.4.1 Tahap Studi Pendahuluan
Peneliti melakukan kegiatan studi pendahuluan atau penelitian awal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan membaca cepat siswa. Berikut hal- hal yang dilakukan dalam penelitian awal.
1) Wawancara dengan guru tetap Bahasa Indonesia di kelas X6 SMA Negeri 1 Bandung.
2) Observasi langsung dengan melihat kemampuan membaca cepat siswa 3.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan penilitian tindakan kelas ini diuraikan pada beberapa tahap penelitian pada tiap siklus.
1) Perencanaan
Perencanaan pada siklus I didasri atas permasalahan- permasalahan yang peneliti dapatkan dari studi pendahuluan. Kemudian, peneliti melakukan tahapan berikut:
a) menganalisis berbagai alternative pemecahan- pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi pembelajaran;
b) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan indikator- indiator hasil belajar sesuai dengan SKKD dalam Standar Isi; c) menyiapkan materi pembelajaran dan media pembelajaran yang menunjang
(17)
d) merencanakan tindakan dengan metode Quantum Speed Reading;
e) menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar. 2) Pelaksanaan (tindakan)
Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan.
3) Observasi
Tahap obervasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran. Pada tahap ini observer dengan cekatan dan secara teliti mengamati baerbagai tindakan dalam pembelajaran. Hal yang dilakukan oleh observer adalah mengamati hal- hal berikut:
a) aktivitas siswa b) aktivitas guru
c) kendala yang dihadapi, yang mencakup berbagai aspek baik siswa, guru, media, metode dan hal- hal yang menunjang kegiatan pembelajaran lainnya d) ketuntasan belajar klasikal.
4) Analisis dan refleksi
Proses terakhir yang dilakukan peneliti dalam siklus I adalah menganalisis berbagai kendala yang diamati observer, kemudian melakukan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan tersebut guna dijadikan sebagai bahan untuk menentukan rencana tindakan pada siklus-siklus berikutnya.
(18)
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelititan ini dilakukan dengan cara tes dan observasi penelitian yang bersumber dari data yang ada. Teknik yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman dari masing- masing siswa dalam membaca wacana sebanyak 3 wacana yang diambil dari berbagai sumber media maupun sumber online. Pembagianya adalah satu wacana dalam siklus 1, satu wacana dalam siklus 2 dan satu wacana dalam siklus 3. Wacana tersebut disesuaikan dengan tingkat keterbacaan siswa kelas X yaitu bertemakan pendidikan di Indonesia.
Dalam pnelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda (soal objektif) sebanyak 10 butir soal yang disesuaikan dengan 7 jenjang ranah kognitif anatomi pertanyaan membaca (taksonomi bloom) yang meliputi: 1) jenjang ingatan (memori) yang menuntut siswa mengingat kembali hal- hal
yang secara faktual ada dalam wacana;
2) jenjang terjemahan (translasi) yang menuntut siswa mengubah lambang ke lambang lain baik berupa verbal ke verbal, verbal ke gambar, ataupun sebalinya;
3) jenjang tafsiran (interpretasi) yang menuntut siswa menghubungkan makna bacaan dari suatu bagian dengan bagian lainnya karena tidak ada jawaban yang terperinci mengenai pertanyaan tersebut (tersirat/implisit);
4) jenjang terapan (aplikasi) yang menuntut siswa memindahkan makna yang tertuang dalam konteks kehidupan sehari-hari;
(19)
5) jenjang rincian (analisis) yang menuntut siswa untuk memahami makna bagian-bagian sebuah wacana atau memahami langkah logis penulis, sehingga sampai pada suatu kesimpulan;
6) jenjang simpulan (sintetis) yang menuntut siswa untuk mampu menghubungkan dan menggeneralisasikan antara hal-hal, konsep, masalah atau pendapat yang terdapat didalam wacana;
7) jenjang nilaian (evaluasi) yang menuntut siswa untuk mampu memberikan penilaian yang berkaitan dengan wacana yang dibacanya, baik yang menyangkut isi atau permasalahan yang dikemukakan maupun cara penuturan wacana itu sendiri.
3.6Instrumen Penelitian
Instumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah sebagai berikut. 1) Instrumen pembelajaran. Instrumen pembelajaran yang digunakan sebagai
acuan belajar-mengajar adalah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP ini merupakan lembaran mengenai panduan pengajaran dan jalannya pembelajaran serta segala sesuatu yang diperlukan dalam proses pembelajaran (RPP terlampir).
(20)
2) Instrumen pengumpulan data. Dalam instrumen pengumpulan data seperti yang disebutkan diawal, pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan nontes. Dalam penilitian ini tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda. Sedangkan nontes dengan menggunakan kegiatan wawancara, observasi, catatan lapangan/harian dan jurnal siswa.
Dari kegiatan tersebut, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan atau catatan harian, jurnal siswa dan lembar tes pilihan ganda. a. Lembar Observasi
Observasi dilakukan terhadap dua objek, yakni observasi aktivitas guru serta observasi aktivitas siswa. Agar memudahkan dan membuat hal yang diobservasi terstruktur, maka kriteria catatan observasi disusun dalam sebuah format observasi.
1. Lembar observasi guru
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Berikut format lembar observasi aktivitas guru.
Format Observasi Aktivitas Guru
Siklus ke- : Hari, tanggal : Observer :
(21)
No Hal diamati Kurang (1) Cukup (2) Baik (3) Sangat baik (4)
1 Kemampuan membuka
pelajaran
a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Melakukan apersepsi d. Memberi acuan meteri
yang akan diajarkan
2 Sikap guru dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Antusiasme mimik dalam
penampilan
c. Tidak melakukan gerakan
yang mengganggu
perhatian siswa
d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas
3 Penguasaan materi
pembelajaran
a. Kejelasan memosisikan membaca cepat dengan materi lainnya yang terkait b. Penyajian bahan ajar
sesuai/ relevan dengan tujuan pembelajaran
c. Kejelasan dalam memberikan contoh
d. Mencerminkan penguasaan materi ajar secara proporsional
4 Implementasi langkah- langkah pembelajaran
a. Penyajian meteri membaca cepat sesuai dengan langkah- langkah yang tertuang dalam RPP
(22)
mencerminkan komunikasi guru-siswa
c. Antusiasme dalam menanggapi respon siswa
d. Cermat dalam
memanfaatkan waktu sesuai dengan alokasi yang direncanakan
5 Penggunaan media
pembelajaran
a. Memperhatikan prinsip penggunaan media
b. Tepat saat penggunaan media pembelajaran
c. Terampil dalam
mengoperasikan media d. Membantu kelancaran
proses pembelajaran 6 Evaluasi
a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek membaca
b. Melakukan evaluasi sesuai dengan butir soal membaca cepat
c. Melakukan evaluasi sesuai dengan alokasi yang telah direncanakan
d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang
7 Kemampuan menutup
pembelajaran
a. Meninjau kembali/ menyimpulkan materi membaca cepat yang telah diajarkan
b. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa c. Menugaskan kegiatan
(23)
d. Menginformasikan materi ajar berikutnya
Jumlah nilai aspek
2. Lembar observasi siswa
Lembar aktivitas siswa ini digunakan untuk mengetahui dan memantau respons atau reaksi siswa dalam pembelajaran membaca cepat yang dilakukan siswa dengan menggunakan metode Quantum Spee Reading. Observasi ini meliputi minat, perhatian, partisipasi dan kegiatan lain yang dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, kemudian lembar aktivitas siswa tersebut digunakan sebagai bahan refleksi terhadap pembelajaran. Berikut format lembar observasi aktivitas siswa.
Format observasi aktivitas siswa
Siklus : Hari, tanggal : Observer :
No Hal yang diamati Kurang (1) Cukup (2) Baik (3) Sangat baik (4) 1 Respons dan antusias siswa
terhadap pembelajaran membaca cepat
2 Keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca cepat 3 Kesesuaian pertanyaan yang
diajukan siswa terhadap materi membaca cepat
4 Keberanian dan kecakapan siswa dalam menjawab pertanyaan
(24)
yang diajukan guru
5 Bekerja sama dengan siswa lain
6 ketepatan siswa
mengaplikasikan metode Quantum Speed Reading dalam pembelajaran membaca cepat 7 Kondisi kelas saat proses
pembelajaran berlangsung 8 Perilaku siswa saat pembelajaran
berlangsung
9 Mengikuti proses pembelajaran sampai akhir
b. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek yang penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan dimaksudkan untuk mengungkapkan temuan- temuan selama proses pembelajaran berlangsung sebagai bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Berikut adalah format catatan lapangan yang digunakan peneliti.
Pertemuan
(25)
c. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan kepada sisa pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal siswa ini digunakan untuk memeroleh data mengenai respon siswa terhadap embelajaran membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading. Data tersebut pula dapat membantu untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada pembelajaran berikutnya. Berikut jurnal siswa yang digunakan peneliti.
Jurnal Siswa
Nama: Kelas: Hari, tanggal:
1. Bagaimanakah pendapatmu mengenai penjelasan yang telah disampaikan oleh guru?
a. Sangat jelas b. Cukup jelas c. Tidak jelas Alasan:
……… ……… ………
2. Hal menarik apa yang kamu dapatkan dalam pembelajaran hari ini? ……… ……… ………
(26)
d. Lembar Kemampuan Siswa
Dalam penelitian ini lembar tes siswa yang digunakan peneliti adalah berupa teks wacana kecepatan membaca cepat siswa. Lembar tes kemampuan tersebut berupa teks wacana disertai dengan lembar soal pilihan ganda yang harus dijawab siswa dalam waktu yang telah ditentukan. Penilaian hasil tes dilakukan di akhir proses pembelajaran. (soal terlampir).
Dalam menentukan kemampuan membaca cepat siswa serta pemahaman siswa terhadap wacana, peneliti terlebih dahulu menghitung tingkat keterbacaan teks siswa dengan menggunakan grafik Fry. Lembar tes kemampuan pemahaman siswa terhadap wacana, berikut kisi- kisi soal tes wacana.
No Wacana
Aspek Soal
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 Jumlah 1 Masalah Pendidikan Paling
Utama di Indonesia
1,2 3 5,6 4 10 8,9 7 10
2 Pendidikan Mahal 1,2 5 3,4 8,9 7 6 10 10
Keterangan:
K1 = Pertanyaan Ingatan K2 = Pertanyaan Terjemahan K3 = Pertanyaan Tafsiran K4 = Pertanyaan Terapan K5 = Pertanyaan Rincian
(27)
K6 = Pertanyaan Simpulan
K7 = Pertanyaan Nilaian/Evaluasi
Wacana 1
Masalah Pendidikan Paling Utama Di Indonesia
Kita semua tentu tahu bahwa Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara yang kaya raya, namun seumber daya manusianya masih lemah dalam pendidikan. Hal ini diakui oleh banyak orang di dunia, bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Boleh dibilang, pendidikan di Indonesia adalah salah satu yang kurang maju dari semua negara di dunia.
Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah pendidikan di Indonesia yang masih sangat sulit untuk diatasi. Adapun beberapa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah, (1) Mahalnya Biaya Pendidikan. Inilah masalah utama pendidikan di negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal inilah yang kemudian banyak memunculkan fenomena putus sekolah dikalangan anak- anak Indonesia. Jangankan untuk sekolah swasta, untuk sekolah negeri pun biaya pendidikannya tetap tinggi. Opsi bantuan BOS yang diberikan oleh pemerintah pun masih belum bisa mengatasi masalah mahalnya biaya pendidikan ini. (2) Kurangnya Pemerataan Pendidikan di Indonesia. Bagi sebagian orang pendidikan adalah hal yang biasa, namun bagi banyak orang yang berada di wilayah terpencil, pendidikan adalah barang mewah dan sangat berharga. Kenapa? Karena memang di negara yang menganut paham
(28)
desentralisasi ioni, pendidikan lebih difokuskan di wilaya- wilayah pokok yang lebih potensial. Hal ini yang kemudian menimbulkan kurangnya pemerataan dan menjadikan kesenjangan dalam pendidikan. (3) Rendahnya Kualitas Sarana dan Prasarana Pendidikan. Kita tentu sudah banyak mendengar berita tentang sekolah roboh atau sekolah rusak karena bangunanya yang sudah lapuk, namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. (4) Masih Rendahnya Kesejahteraan Guru. Salah satu acuan yang bisa diukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan adalah tingkat kesejahteraan para guru. Namun apa bisa dikata, di Indonesia masih banyak guru yang dibayar dengan upah yang kurang layak atau bahkan tidak layak. Walaupun banyak orang beranggapan bahwa guru itu adalah profesi yang mewah, namun tetap saja masih banyak yang belum bisa menerima hassil jerih payahnya secara adil. (5) Rendahnya Prestasi Siswa. Dari penelitian Balitbang, daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar 30 % dari semua materi yang diajarkan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kurangnya kepedulian dalam dunia pendidikan dan juga masih kurangnya pengetahuan para siswa tentang arti sebuah pendidikan. (462 kata)
Sumber: www.diknas.org
Berdasarkan langkah- langkah pengukuan keterbacaan teks menggunakan grafik Fry, maka cara menghitung keterbacaan teks diatas adalah sebagai berikut.
(29)
1) Kata ke-100 jatuh pada kata banyak 2) Kata ke-100 dicetak tebal
3) Jumlah suku kata dari awal sampai kata ke-100 adalah 232 suku kata. Hasil perhitungan suku kata ini kemudian dikali 0.6 hasilnya sama dengan 139. 4) Jumlah kalimat dari awal sampai kata ke-100 adalah 7 kalimat. Angka
tersebut diperoleh karena kata banyak (kata ke-100) posisinya berada di kata ke-5 dari 13 kata yang terdapat pada kalimat ke-7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa panjang kalimat hingga kata ke-100 adalah 7 5/13. Angka tersebut jika diubah kedalam bentuk desimal menjadi 7, 83.
5) Angka 139 di bagian jumlah suku per seratus kata dan 7, 83 di bagian jumlah kalimat per seratus kata dan garis jumlah kalimat menunjukkan tingkat keterbacaan teks tersebut.
Gambar 3.2 Grafik fry
(30)
Setelah dimasukkan kedalam grafik Fry, wacana tersebut berada pada grade 7. Disimpulkan bahwa wacana ini mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai untuk diberikan kepada pembelajar siswa SMA kelas X.
Berikut disajikan soal objektif yang menjadi instrumen tes pemahaman bacaan dalam wacana ini.
1. Secara garis besar wacana tersebut menceritakan tentang.... a. kecurangan kegiatan ujian nasional
b. kecerobohan pemerintah dalam membangun sumber daya manusia c. masalah utama dalam pendidikan di Indonesia
d. pengetahuan siswa masih kurang dalam hal pengetahuan dan pendidikan 2. Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alam, tetapi
sumber daya manusianya lemah dalam hal.... a. kesehatan
b. pendidikan
c. ketidaksiapan globalisasi d. pembentukan karakter
3. Dibawah ini adalah masalah- masalah utama dalam pendidikan di Indonesia, kecuali....
a. mahalnya biaya pendidikan b. rendahnya prestasi siswa
c. kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia d. rendahnya prestasi guru
(31)
4. Apakah fenomena yang muncul dari hal mahalnya biaya pendidikan?... a. banyak siswa yang putus sekolah
b. pengangguran semakin berkembang c. kesejahteraan pendidik terabaikan d. BOS dapat meringankan beban sekolah
5. Kita tentu sudah banyak mendengar berita tentang sekolah roboh, atau sekolah rusak karena bangunanya yang sudah lapuk namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa ... pendidikan di Indonesia. Jawaban yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang diatas adalah....
a. rendahnya kualitas sarana dan prasarana b. kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia c. rendahya prestasi siswa
d. mahalnya biaya pendidikan
6. Dari penelitian Balitbang, daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar ... dari semua materi yang diajarkan.
Jawaban yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang diatas adalah....
a. 45 % b. 35% c. 30% d. 31%
(32)
7. Salah satu acuan yang bisa diukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan adalah tingkat....
a. kesejahteraan para guru b. kesejahteraan siswa c. kesejahteraan sosial d. pengangguran berkurang
8. Bantuan pemerintah untuk menanggulangi putus sekolah adalah.... a. BLT
b. BOS c. BOSS
d. Dana pinjaman
9. Dalam wacana diatas, masalah utama yang diungkap adalah sebanyak ... masalah.
a. 1 b. 7 c. 3 d. 5
10.Masalah yang terjadi pada pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut, kecuali....
a. mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia
(33)
b. mahalnya biaya pendidikan, kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia
c. rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia, rendahnya prestasi guru, rendahnya prestasi siswa
d. rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan para guru, mahalnya biaya pendidikan.
Wacana 2
Pendidikan Mahal
Pepatah barat kaum kapitalis menyebutkan “tidak ada sarapan pagi yang gratis”. Tampaknya pepatah ini mulai digunakan oleh beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia dalam menjalankan visi pendidikannya. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memasang tarif yang gila-gilaan, akibatnya sebagian besar orang tua dan anak anak lulusan SMA menjadi kelimpungan. Impian untuk dapat mengenyam pendidikan di PTN favorit seakan dihadang ranjau yang membahayakan masa depannya. Ada sebuah fenomena menarik dikalangan PTN besar dan favorit di Indonesia yang terkesan “money oriented”, hanya bersifat materialistis belaka, yang hanya dengan sebuah argumentasi bahwa subsidi dari pemerintah/negara untuk PTN minim sekali dan tidak dapat memenuhi kebutuhan PTN. PTN ini telah membuat kebijakan pembayaran uang kuliah yang sulit
(34)
dijangkau masyarakat umum, tanpa mau berpikir panjang mencari sumber sumber dana alternatif selain “memeras” mahasiswanya.
Pihak PTN berpikir bahwa kampus yang mereka kelola sangat marketable sehingga merekapun mengikuti hukum ekonomi, “biaya tinggi mengikuti permintaan yang naik”. Memang cukup dilematis, disatu sisi masyarakat dan negara selalu ingin meningkatkan kemampuan atau kecerdasan penerus bangsanya tetapi secara paradoks, masyarakat telah dibelenggu oleh biaya pendidikan yang mahal dan membuat seolah olah hanya kaum yang berduitlah yang mampu menyekolahkan anaknya Meski secara resmi pembukaan pasar bebas bidang pendidikan di Indonesia berlaku mulai tahun 2006 namun invasi pendidikan asing yang berimplikasi pada meningkatnya biaya pendidikan sudah lama terasa. Liberalisasi pendidikan terutama pada perguruan tinggi yang dipromosikan oleh WTO (World Trade Organization) sebetulnya dibungkus dengan sesuatu yang positif yakni agar lembaga pendidikan asing bisa memacu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, namun realitas dilapangan tidak sepenuhnya sesuai dengan cita- cita awalnya. Prof. Dr. Sofian Effendi, Rektor UGM mengemukakan bahwa angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2004 hanya 14%, jauh dibawah Malaysia dan Filipina yang sudah mencapai 38-40%. Memang sebuah angka partisipasi pendidikan yang masih dibawah standar. Dan dengan berbekal ini, pendidikan tinggi di Indonesia semakin mahal yang semakin menjauhkan masyarakat menengah ke bawah
(35)
dengan keinginan untuk menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi negeri favorit yang murah.
Sumber: http://www.kmhdi.org Berdasarkan langkah-langkah pengukuan keterbacaan teks menggunakan grafik Fry, maka cara menghitung keterbacaan teks diatas adalah sebagai berikut. 1. Kata ke-100 jatuh pada kata memenuhi
2. Kata ke-100 dicetak tebal
3. Jumlah suku kata dari awal sampai kata ke-100 adalah 252 suku kata. Hasil perhitungan suku kata ini kemudian dikali 0.6 hasilnya sama dengan 151. 4. Jumlah kalimat dari awal sampai kata ke-100 adalah 5 kalimat. Angka
tersebut diperoleh karena kata memebuhi (kata ke-100) posisinya berada di kata ke-37 dari 39 kata yang terdapat pada kalimat ke-5. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa panjang kalimat hingga kata ke-100 adalah 5 37/39. Angka tersebut jika diubah kedalam bentuk desimal menjadi 5,94.
5. Angka 151 di bagian jumlah suku per seratus kata dan 5,94 di bagian jumlah kalimat per seratus kata dan garis jumlah kalimat menunjukkan tingkat keterbacaan teks tersebut.
(36)
Gambar 3.3 Grafik Fry
Setelah dimasukkan kedalam grafik Fry, wacana tersebut berada pada grade 9. Disimpulkan bahwa wacana ini mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai untuk diberikan kepada pembelajar siswa SMA kelas X.
Berikut disajikan soal objektif yang menjadi instrumen tes pemahaman bacaan dalam wacana ini.
1. Secara garis besar wacana diatas menceritakan tentang.... a. partisipasi pendidikan di Indonesia
b. peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
c. mutu pendidikan di Indonesia dibawah Malaysia dan Filipina d. pendidikan di Indonesia mahal
2. Pepatah kaum kapitalis yang mulai digunakan perguruan tinggi di Indonesia adalah....
(37)
a. “tidak ada sarapan pagi yang gratis”
b. “tidak ada makan malam yang gratis”
c. “tidak ada rotan akar pun jadi”
d. “pendidikan itu mahal”
3. Ada sebuah fenomena menarik dikalangan PTN besar dan favorit di Indonesia yang terkesan “...”, hanya bersifat materialistis belaka,
Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang rumpang diatas adalah....
a. money changer b. money money c. money oriented d. materialistis
4. PTN ini telah membuat kebijakan pembayaran uang kuliah yang sulit dijangkau masyarakat umum, tanpa mau berpikir panjang mencari sumber sumber dana alternatif selain “...” mahasiswanya.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang rumpang diatas adalah....
a. memerah b. memeras c. merampas d. merampok
(38)
Istilah inilah yang dipakai oleh PTN, sehingga mereka yang mengelola PTN pun mengikuti hukum....
a. politik b. pidana c. ekonomi d. pasar
6. (1) Tampaknya pepatah ini mulai digunakan oleh beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia dalam menjalankan visi pendidikannya.
(2) Impian untuk dapat mengenyam pendidikan di PTN favorit seakan dihadang ranjau yang membahayakan masa depannya.
(3) akibatnya sebagian besar orang tua dan anak anak lulusan SMA menjadi kelimpungan.
(4) Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memasang tarif yang gila- gilaan,
(5) Pepatah barat kaum kapitalis menyebutkan “tidak ada sarapan pagi yang gratis”.
Susunan paragraf diatas yang tepat adalah.... a. 1, 2, 3, 4, 5
b. 5, 4, 3, 2, 1 c. 5, 1, 4, 3, 2 d. 2, 1, 5, 3, 4
(39)
a. WHO (World Health Organitation) b. WTO (World Trade Organization) c. Unisef
d. Unesco
8. Rektor UGM yang mengemukakan bahwa angka partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2004 hanya 14% adalah....
a. Prof. Dr. Sofian Effendi b. Prof. Dr. Effendi Gazali c. Prof. Dr. Amien Rais d. Prof. Dr. Sunarto
9. Partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia masih dibawah negara.... a. Malaysia dan Brunei Darussalam
b. Malaysia dan Singapura c. Singapura dan Filipina d. Filipina dan Malaysia
10.Partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia masih rendah atau dibawah partisipasi negara- negara tetangga, hal ini merupakan akibat dari... a. kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan perguruan tinggi b. biaya masuk perguruan tinggi negeri terlalu mahal
c. biaya masuk perguruan tinggi negeri sangat murah
(40)
RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah : SMA Negeri 1 Bandung
Kelas : X
Semester : 2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit Siklus : 1
A. Standar Kompetensi Membaca
3. Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit)
C. Indikator Pembelajaran
1) Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit 2) Menemukan ide pokok paragraf dalam teks
(41)
D. Tujuan Pembelajaran
1) Siswa mampu membaca cepat dengan kecepatan 250 kata/menit 2) Siswa mampu menemukan ide pokok paragraf dalam teks
3) Siswa mampu mengaplikasikan Quantum Speed Reading dalam membaca cepat
E. Materi Pembelajaran 1) Lembar teks nonsastra
a. “PendidikanMahal”
b. “Masalah pendidikan paling utama di Indonesia” 2) Tujuan dan manfaat membaca cepat
a. membantu agar dapat dengan cepat mengetahui hal- hal penting dari suatu buku atau artikel
b. menyerap informasi secara cepat
c. mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh dengan waktu yang cepat
d. tidak banyak waktu terbuang karena tidak perlu memerhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan.
3) Metode dan teknik membaca cepat Metode Quantum Speed Reading a. Teknik gerak mata
(42)
Pelatihan mata dimulai dengan cara menggerakan bola mata keatas dan kebawah. Ikuti arah panah pada diagram pelatihan mata dengan mata kita. Secara bertahap atur tempo kecepatannya. Kemudian lakukan gerakan keatas kebawah lalu kekanan dan kekiri.
b. Teknik terbang
Pelatihan ini merupakan latihan teknik pernapasan dan meditasi sederhana dimana kita dapat masuk atau “terbang” kedalam sebuah buku.
c. Teknik relaksasi-konsentrasi-membayangkan
Pelatihan ini dimulai dengan berbaring dan bernapas pendek dan panjang diikuti serta konsentrasi terhadap suatu objek dengan membayangkan diri sendiri sebagai batang atau tongkat atau yang lainnya.
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran A) Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas
2. Guru melakukan presensi terhadap siswa
3. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai 4. Guru memotivasi siswa agar giat membaca cepat
B) Kegiatan Inti
1. Guru memberikan teks/wacana “Pendidikan Mahal”
(43)
3. Siswa melakukan teknik pertama dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik pelatihan gerak mata
4. Siswa secara bersama melatih gerak mata dimulai dengan cara menggerakkan bola mata keatas dan kebawah, kekanan dan kekiri secara bertahap dengan mengatur tempo kecepatannya
5. Siswa melakukan teknik kedua dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik terbang
6. Guru dan siswa secara bersama melatih pelatihan terbang, pelatihan dimulai dengan latihan teknik pernapasan dan meditasi sederhana untuk memudahkan kita untuk dapat masuk atau “terbang” kedalam sebuah wacana
7. Siswa melakukan teknik ketiga dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik relaksasi-konsentrasi-membayangkan
8. Siswa secara bersama melatih pelatihan relaksasi-konsentrasi- membayangkan, pelatihan dimulai dengan bernapas pendek dan panjang yang diikuti dengan membayangkan diri kita masuk kedalam wacana, kemudian kita dapat mengkonfirmasikan apa yang tertulis dalam wacana tersebut
9. Siswa menutup mata setelah melakukan teknik- teknik tersebut, disinilah siswa dapat mengambil pesan dari buku dengan mata tertutup dan dengan membayangkan warna, gambar dan isi dalam wacana tersebut
(44)
11.Siswa melakukan tes dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan pada soal pilihan ganda
C) Kegiatan Akhir
Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kepada siswa apa yang telah dipelajari dan kesulitan yang dihadapi serta menyiapkan untuk memperbaiki pada siklus berikutnya kesulitan yang dihadapi siswa
G. Media dan Sumber Pembelajaran 1) Media
a. Teks “Pendidikan Mahal”
b. Teks “Masalah pendidikan paling utama di Indonesia” 2) Sumber
a. Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
b. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
c. Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo
d. Quantum Speed Reading (QSR). [Online]. Tersedia: http// www. quantumspeedreading. com/ [8 Desember 2011].
(45)
H. Penilaian (Evaluasi) 1. Jenis penilaian a. Tertulis b. Lisan
2. Bentuk instrumen penilaian a. Tes keterampilan membaca cepat b. Soal pilihan ganda
RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah : SMA Negeri 1 Bandung
Kelas : X
Semester : 2
Alokasi waktu : 2 x 45 menit Siklus : 2
A. Standar Kompetensi Membaca
(46)
B. Kompetensi Dasar
3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit)
C. Indikator Pembelajaran
1) Membaca cepat teks dengan kecepatan 250 kata/menit 2) Menemukan ide pokok paragraf dalam teks
3) Mengaplikasikan Quantum Speed Reading
D. Tujuan Pembelajaran
1) Siswa mampu membaca cepat dengan kecepatan 250 kata/menit 2) Siswa mampu menemukan ide pokok paragraf dalam teks
3) Siswa mampu mengaplikasikan Quantum Speed Reading dalam membaca cepat
E. Materi Pembelajaran 1) Lembar teks nonsastra
a. “Pendidikan Mahal”
(47)
2) Tujuan dan manfaat membaca cepat
a. membantu agar dapat dengan cepat mengetahui hal- hal penting dari suatu buku atau artikel
b. menyerap informasi secara cepat
c. mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh dengan waktu yang cepat
d. tidak banyak waktu terbuang karena tidak perlu memerhatikan atau membaca bagian yang tidak kita perlukan.
3) Metode dan teknik membaca cepat Metode Quantum Speed Reading a. Teknik gerak mata
Pelatihan mata dimulai dengan cara menggerakan bola mata keatas dan kebawah. Ikuti arah panah pada diagram pelatihan mata dengan mata kita. Secara bertahap atur tempo kecepatannya. Kemudian lakukan gerakan keatas kebawah lalu kekanan dan kekiri.
b. Teknik terbang
Pelatihan ini merupakan latihan teknik pernapasan dan meditasi sederhana dimana kita dapat masuk atau “terbang” kedalam sebuah buku.
c. Teknik relaksasi-konsentrasi-membayangkan
Pelatihan ini dimulai dengan berbaring dan bernapas pendek dan panjang diikuti serta konsentrasi terhadap suatu objek dengan membayangkan diri sendiri sebagai batang atau tongkat atau yang lainnya.
(48)
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran A. Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas
2. Guru melakukan presensi terhadap siswa
3. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
4. Guru memberikan apersepsi mengenai pembelajaran yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya
5. Guru memotivasi siswa agar giat membaca cepat
B. Kegiatan Inti
1. Guru memberikan teks/wacana “Masalah Pendidikan Paling Utama di Indonesia”
2. Guru memberikan pengarahan dan menginformasikan kesalahan dalam pengaplikasian metode pada pembelajaran siklus I
3. Siswa melakukan teknik pertama dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik pelatihan gerak mata
4. Siswa secara bersama melatih gerak mata dimulai dengan cara menggerakkan bola mata keatas dan kebawah, kekanan dan kekiri secara bertahap dengan mengatur tempo kecepatannya
5. Siswa melakukan teknik kedua dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik terbang
(49)
6. Siswa secara bersama melatih pelatihan terbang, pelatihan dimulai dengan latihan teknik pernapasan dan meditasi sederhana untuk memudahkan kita untuk dapat masuk atau “terbang” kedalam sebuah wacana
7. Siswa melakukan teknik ketiga dalam Quantum Speed Reading yaitu teknik relaksasi-konsentrasi-membayangkan
8. Siswa secara bersama melatih pelatihan relaksasi-konsentrasi- membayangkan, pelatihan dimulai dengan bernapas pendek dan panjang yang diikuti dengan membayangkan diri kita masuk kedalam wacana, kemudian kita dapat mengkonfirmasikan apa yang tertulis dalam wacana tersebut
9. Siswa menutup mata setelah melakukan teknik- teknik tersebut, disinilah siswa dapat mengambil pesan dari buku dengan mata tertutup dan dengan membayangkan warna, gambar dan isi dalam wacana tersebut
10.Siswa melakukan tes membaca cepat 250 kata/menit
11.Siswa melakukan tes dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan pada soal pilihan ganda
C. Kegiatan Akhir
Guru melakukan refleksi dengan menanyakan kepada siswa apa yang telah dipelajari dan kesulitan yang dihadapi serta menyiapkan untuk memperbaiki pada siklus berikutnya kesulitan yang dihadapi siswa
(50)
G. Media dan Sumber Pembelajaran 1) Media
a. Teks “Pendidikan Mahal”
b. Teks “Masalah pendidikan paling utama di Indonesia” 2) Sumber
a. Tim Edukatif. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga
b. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
c. Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo
d. Quantum Speed Reading (QSR). [Online]. Tersedia: http// www. quantumspeedreading. com/ [8 Desember 2011].
H. Penilaian (Evaluasi) 1. Jenis penilaian
a. Tertulis b. Lisan
2. Bentuk instrumen penilaian
a. Tes keterampilan membaca cepat b. Soal pilihan ganda
(51)
Tes Kecepatan Membaca Nama
Kelas
Waktu Membaca ... menit ... detik Jumlah Kata 462 kata
Masalah Pendidikan paling utama di Indonesia
Kita semua tentu tahu bahwa Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara yang kaya raya, namun seumber daya manusianya masih lemah dalam pendidika. Hal ini diakui oleh banyak orang di dunia, bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Boleh dibilang, pendidikan di Indonesia adalah salah satu yang kurang maju dari semua negara di dunia.
Hal ini disebabkan karena banyaknya masalah pendidikan di Indonesia yang masih sangat sulit untuk diatasi. Adapun beberapa masalah utama pendidikan di Indonesia adalah (1) Mahalnya Biaya Pendidikan. Inilah masalah utama pendidikan di negeri ini, yaitu mahalnya biaya pendidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal inilah yang kemudian banyak memunculkan fenomena putus sekolah dikalangan anak- anak Indonesia. Jangankan untuk sekolah swasta, untuk sekolah negeri pun biaya pendidikannya tetap tinggi. Opsi bantuan BOS yang diberikan oleh pemerintah pun masih belum bisa mengatasi masalah mahalnya biaya pendidikan ini. (2) Kurangnya Pemerataan Pendidikan di Indonesia. Bagi sebagian orang pendidikan adalah hal yang biasa, namun bagi banyak orang yang berada di wilayah terpencil, pendidikan adalah barang mewah dan sangat berharga. Kenapa? Karena memang di negara yang menganut paham desentralisasi ioni, pendidikan lebih difokuskan di wilaya- wilayah pokok yang lebih potensial. Hal ini yang kemudian menimbulkan kurangnya pemerataan dan menjadikan kesenjangan dalam pendidikan. (3) Rendahnya Kualitas Sarana dan Prasarana Pendidikan. Kita tentu sudah banyak mendengar berita tentang sekolah roboh atau sekolah rusak karena bangunanya yang sudah lapuk, namun tidak
(52)
mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia. (4) Masih Rendahnya Kesejahteraan Guru. Salah satu acuan yang bisa diukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan adalah tingkat kesejahteraan para guru. Namun apa bisa dikata, di Indonesia masih banyak guru yang dibayar dengan upah yang kurang layak atau bahkan tidak layak. Walaupun banyak orang beranggapan bahwa guru itu adalah profesi yang mewah, namun tetap saja masih banyak yang belum bisa menerima hassil jerih payahnya secara adil. (5) Rendahnya Prestasi Siswa. Dari penelitian Balitbang, daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar 30 % dari semua materi yang diajarkan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kurangnya kepedulian dalam dunia pendidikan dan juga masih kurangnya pengetahuan para siswa tentang arti sebuah pendidikan.
Sumber: www.diknas.org
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar! 1. Secara garis besar wacana tersebut menceritakan tentang....
a. kecurangan kegiatan ujian nasional
b. kecerobohan pemerintah dalam membangun sumber daya manusia c. masalah utama dalam pendidikan di Indonesia
d. pengetahuan siswa masih kurang dalam hal pengetahuan dan pendidikan 2. Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alam, tetapi
sumber daya manusianya lemah dalam hal.... a. kesehatan
b. pendidikan
c. ketidaksiapan globalisasi d. pembentukan karakter
(53)
3. Dibawah ini adalah masalah- masalah utama dalam pendidikan di Indonesia, kecuali....
a. mahalnya biaya pendidikan b. rendahnya prestasi siswa
c. kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia d. rendahnya prestasi guru
4. Apakah fenomena yang muncul dari hal mahalnya biaya pendidikan?... a. banyak siswa yang putus sekolah
b. pengangguran semakin berkembang c. kesejahteraan pendidik terabaikan d. BOS dapat meringankan beban sekolah
5. Kita tentu sudah banyak mendengar berita tentang sekolah roboh, atau sekolah rusak karena bangunanya yang sudah lapuk namun tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Inilah salah satu bukti betapa ... pendidikan di Indonesia. Jawaban yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang diatas adalah....
a. rendahnya kualitas sarana dan prasarana b. kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia c. rendahya prestasi siswa
d. mahalnya biaya pendidikan
6. Dari penelitian Balitbang, daya tangkap materi siswa di Indonesia hanya sekitar ... dari semua materi yang diajarkan.
Jawaban yang tepat untuk melengkapi bagian kalimat yang rumpang diatas adalah....
a. 45 % b. 35% c. 30% d. 31%
(54)
7. Salah satu acuan yang bisa diukur untuk menentukan keberhasilan pendidikan adalah tingkat....
a. kesejahteraan para guru b. kesejahteraan siswa c. kesejahteraan sosial d. pengangguran berkurang
8. Bantuan pemerintah untuk menanggulangi putus sekolah adalah.... a. BLT
b. BOS c. BOSS
d. Dana pinjaman
9. Dalam wacana diatas, masalah utama yang diungkap adalah sebanyak ... masalah.
a. 1 b. 7 c. 3 d. 5
10.Masalah yang terjadi pada pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut, kecuali....
a. mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia
b. mahalnya biaya pendidikan, kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia
c. rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia, rendahnya prestasi guru, rendahnya prestasi siswa
d. rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan para guru, mahalnya biaya pendidikan.
(55)
Tes Kecepatan Membaca Nama
Kelas
Waktu Membaca ... menit ... detik Jumlah Kata 336 kata
Pendidikan Mahal
Pepatah barat kaum kapitalis menyebutkan “tidak ada sarapan pagi yang gratis”. Tampaknya pepatah ini mulai digunakan oleh beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia dalam menjalankan visi pendidikannya. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memasang tarif yang gila-gilaan, akibatnya sebagian besar orang tua dan anak anak lulusan SMA menjadi kelimpungan. Impian untuk dapat mengenyam pendidikan di PTN favorit seakan dihadang ranjau yang membahayakan masa depannya. Ada sebuah fenomena menarik dikalangan PTN besar dan favorit di Indonesia yang terkesan “money oriented”, hanya bersifat materialistis belaka, yang hanya dengan sebuah argumentasi bahwa subsidi dari pemerintah/negara untuk PTN minim sekali dan tidak dapat memenuhi kebutuhan PTN. PTN ini telah membuat kebijakan pembayaran uang kuliah yang sulit dijangkau masyarakat umum, tanpa mau berpikir panjang mencari sumber sumber dana alternatif selain “memeras” mahasiswanya.
Pihak PTN berpikir bahwa kampus yang mereka kelola sangat marketable sehingga merekapun mengikuti hukum ekonomi, “biaya tinggi mengikuti permintaan yang naik”. Memang cukup dilematis, disatu sisi masyarakat dan negara selalu ingin meningkatkan kemampuan atau kecerdasan penerus bangsanya tetapi secara paradoks, masyarakat telah dibelenggu oleh biaya pendidikan yang mahal dan membuat seolah olah hanya kaum yang berduitlah yang mampu menyekolahkan anaknya Meski secara resmi pembukaan pasar bebas bidang pendidikan di Indonesia berlaku mulai tahun 2006 namun invasi pendidikan asing yang berimplikasi pada meningkatnya biaya pendidikan sudah
(56)
lama terasa. Liberalisasi pendidikan terutama pada perguruan tinggi yang dipromosikan oleh WTO (World Trade Organization) sebetulnya dibungkus dengan sesuatu yang positif yakni agar lembaga pendidikan asing bisa memacu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, namun realitas dilapangan tidak sepenuhnya sesuai dengan cita- cita awalnya. Prof. Dr. Sofian Effendi, Rektor UGM mengemukakan bahwa angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2004 hanya 14%, jauh dibawah Malaysia dan Filipina yang sudah mencapai 38-40%. Memang sebuah angka partisipasi pendidikan yang masih dibawah standar. Dan dengan berbekal ini, pendidikan tinggi di Indonesia semakin mahal yang semakin menjauhkan masyarakat menengah ke bawah dengan keinginan untuk menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi negeri favorit yang murah.
Sumber: http://www.kmhdi.org
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar! 1. Secara garis besar wacana diatas menceritakan tentang....
a. partisipasi pendidikan di Indonesia
b. peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
c. mutu pendidikan di Indonesia dibawah Malaysia dan Filipina d. pendidikan di Indonesia mahal
2. Pepatah kaum kapitalis yang mulai digunakan perguruan tinggi di Indonesia adalah....
a. “tidak ada sarapan pagi yang gratis”
b. “tidak ada makan malam yang gratis”
c. “tidak ada rotan akar pun jadi”
(57)
3. Ada sebuah fenomena menarik dikalangan PTN besar dan favorit di Indonesia yang terkesan “...”, hanya bersifat materialistis belaka,
Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang rumpang diatas adalah....
a. money changer b. money money c. money oriented d. materialistis
4. PTN ini telah membuat kebijakan pembayaran uang kuliah yang sulit dijangkau masyarakat umum, tanpa mau berpikir panjang mencari sumber sumber dana alternatif selain “...” mahasiswanya.
Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian paragraf yang rumpang diatas adalah....
a. memerah b. memeras c. merampas d. merampok
5. “Biaya tinggi mengikuti permintaan yang naik”
Istilah inilah yang dipakai oleh PTN, sehingga mereka yang mengelola PTN pun mengikuti hukum....
a. politik b. pidana c. ekonomi d. pasar
6. (1) Tampaknya pepatah ini mulai digunakan oleh beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia dalam menjalankan visi pendidikannya.
(2) Impian untuk dapat mengenyam pendidikan di PTN favorit seakan dihadang ranjau yang membahayakan masa depannya.
(58)
kelimpungan.
(4) Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memasang tarif yang gila- gilaan,
(5) Pepatah barat kaum kapitalis menyebutkan “tidak ada sarapan pagi yang gratis”.
Susunan paragraf diatas yang tepat adalah.... a. 1, 2, 3, 4, 5
b. 5, 4, 3, 2, 1 c. 5, 1, 4, 3, 2 d. 2, 1, 5, 3, 4
7. Organisasi dunia yang mempromosikan liberalisasi pendidikan adalah.... a. WHO (World Health Organitation)
b. WTO (World Trade Organization) c. Unisef
d. Unesco
8. Rektor UGM yang mengemukakan bahwa angka partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2004 hanya 14% adalah....
a. Prof. Dr. Sofian Effendi b. Prof. Dr. Effendi Gazali c. Prof. Dr. Amien Rais d. Prof. Dr. Sunarto
9. Partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia masih dibawah negara.... a. Malaysia dan Brunei Darussalam
b. Malaysia dan Singapura c. Singapura dan Filipina d. Filipina dan Malaysia
10.Partisipasi pendidikan perguruan tinggi di Indonesia masih rendah atau dibawah partisipasi negara- negara tetangga, hal ini merupakan akibat dari... a. kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan perguruan tinggi
(59)
b. biaya masuk perguruan tinggi negeri terlalu mahal c. biaya masuk perguruan tinggi negeri sangat murah
d. kurangnya antusiasme masyarakat terhadap pendidikan perguruan tinggi
3.7Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dimulai dengan menganalisis seluruh data yang didapat dari berbagai sumber, yaitu wawancara dengan siswa dan guru, lembar aktivitas siswa, lembar aktifitas guru dan hasil perhitungan membaca cepat siswa. Pengolahan data ini dilakukan setelah semua data untuk masing- masing siklus terkumpul. Adapun cara pengolahan data adalh sebagai berikut.
1. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi data, peneliti melakukan beberapa langkah kegiatan, langkah- langkah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan tindakan pada setiap siklus. Hal- hal yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi permaslahan menyangkut bahan ajar, media, metode, aktivitas guru dan siswa, evaluasi, kondisi kelas dan minat atau motivasi siswa terhadap pembelajaran membaca cepat menggunakan metode Quantum Speed Reading;
2) Menyusun komponen pembelajaran meliputi pengembangan bahan ajar, media dan evaluasi.
(60)
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan pada tiap siklus. Hal- hal yang dideskripsikan adalah sebagai berikut.
1) Memberikan gambaran umum pembelajaran, mulai dari awal hingga akhir pembelajaran;
2) Mengidentifikasi temuan- temuan dari setiap siklus. c. Menganalisis data dari hasil penelitian
1) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas siswa
Setiap kategori dikelompokkan dalam klasifikasi interpretasi. Berikut merupakan klasifikasi hasil pengamatan aktivitas siswa.
Nilai Interpretasi
0% Tidak ada
1-25% Sebagian kecil 26-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51-75% Sebagian besar
76-99% Pada umumnya
100% Seluruhnya
Setelah mengklasifikasikan hasil pengamatan aktivitas siswa, peneliti menghitung presentase aktivitas siswa untuk setiap aktivitas tindakan dari dua observer dengan rumus sebagai berikut:
(61)
Rata-rata
=
01+ 022
Keterangan : 01 = presentase yang diberikan observer pertama 02 = presentase yang diberikan observer kedua
Presentase akhir aktivitas siswa adalah: Presentase aktivitas siswa
=
���� −����jumlah siswa
× 100%
2) Menganalisis hasil pengamatan aktivitas guru
Data hasil pengamatan aktivitas guru dianalisis berdasarkan pencapaian skala penilaian setiap aspek yang diberikan kedua observer. Hasil analisis ini digunakan sebagai refleksi tindakan pada siklus berikutnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung penilaian observer adalah sebagai berikut:
Nilai aspek
=
��1−��22
Keterangan: NA1 = nilai yang diberikan pengamat pertama untuk satu aspek
NA2 = nilai yang diberikan pengamat kedua untuk satu aspek Presentase Pencapaian Nilai
=
nilai kedua observerjumlah aspek yang din ilai
× 100%
3) Menganalisis hasil perhitungan KEM siswa yang telah dilakukan. Untuk mengukur daya serap siswa, setiap KEM dikategorikan berdasarkan system
(62)
PAP skala lima (Penilaian Acuan Patokan) yang diadaptasi dari Suherman, hal tersebut bertujuan untuk mengukur daya serap siswa (Nuryanti, 2009:31). Berikut sistem PAP skala lima.
Tabel 3.1
Sistem PAP skala lima
Nilai Kategori
91 ≤ A ≤ 100 Baik sekali 76 ≤ B ≤ 90 Baik 56 ≤ C ≤ 75 Cukup 41 ≤ D ≤ 55 Kurang 0 ≤ E ≤ 40 Kurang sekali
4) Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokkan pendapat siswa kedalam kelompok komentar positif, komentar negatif dan komentar biasa. Kemudian mencari presentase jenis komentar untuk setiap tindakan dengan rumus berikut:
Presentase jenis komentar tiap siklus
=
Frekuensi komentarJumlah siswa
× 100
Presentase rata- rata jenis komentar
=
PKS 1+PKS 23
× 100 %
Keterangan: PKS1 adalah presentase komentar pada siklus 1 PKS2 adalah presentase komentar pada siklus 2
(63)
2. Kriteria Penilaian Kemampuan Efektif Membaca
Kecepatan membaca merupakan hal yang sangat penting keberadaannya. Untuk itu, kecepatan membaca menjadi hal yang harus menjadi perhatian dalam penilaian bagi peneliti.
Berdasarkan hasil studi para ahli Amerika, kecepatan yang memadai untuk siswa tingkat akhir sekolah dasar kurang lebih 200 kpm, siswa lanjutan tingkat pertama antara 200-250 kpm, siswa lanjutan tingkat atas antara 250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa antara 325-400 kpm dengan pemahaman isi bacaan siswa 70%. Adapun di Indonesia KEM minimal menurut Hardjasudjana (1999:73) untuk klasifikasi pembaca adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kemampuan Efektif Membaca (KEM) Jenjang Pendidikan Kata Per Menit
SD 150-200 kpm
SLTP 200-250 kpm
SLTA 250-300 kpm
(64)
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil penelitian pada Bab IV, peneliti mengambil beberapa simpulan yang merupakan jawaban atas masalah yang dikaji dalam penelitian ini.
1) Tahap perencanaan pada siklus pertama bertujuan agar siswa mampu memahami pengertian, menemukan ide pokok dan mampu mengaplikasikan Quantum Speed Reading dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) pada pembelajaran membaca cepat. Pembelajaran pada siklus pertama ini merangkan kepada siswa mengenai membaca, membaca cepat dan hal- hal yang menghambat kecepatan membaca. Pada tahap ini peneiti sudah memberikan tindakan atau perlakuan khusus dengan memberikan Quantum Speed Reading. Siswa diberikan lembar pelatihan untuk melatih fokus mata, konsentrasi dan teknik pernapasan mereka sehingga mampu membaca dengan menggunakan Quantum Speed Reading. Lembaran ini berupa cara pelatihan dan gambar pelatihan mata untuk melatih daya konsentrasi dan fokus mata siswa. Tahap perencanaan pada siklus kedua meliputi perbaikan- perbaikan atas masalah- masalah yang timbul pada siklus satu, baik dari aktivitas siswa maupun aktivitas guru. Berdasarkan hasil pengamatan dari observer, hasil analisis skor KEM dan hasil jurnal siswa, peneliti melakukan perbaikan- perbaikan untuk menjadikan pembelajaran selanjutnya agar lebih baik lagi.
(65)
Perbaikan itu di antaranya sebagai berikut: guru (peneliti) lebih efisien dalam melakukan dan mengatur alokasi waktu; mengatur kejelasan suara; menjelaskan materi pada siswa agar tidak terlalu cepat; memberikan pelatihan yang lebih detail; serta lebih intensif memberikan bimbingan kepada seluruh siswa. Selain itu, pada siklus dua ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan untuk melatih pernapasan dan konsentrasi siswa. Hasil pengamatan observer menyatakan bahwa konsentrasi siswa dalam melakukan pelatihan dan pembelajaran membaca cepat harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi pernapasan untuk melatih pernapasa siswa agar lebih dapat berkonsentrasi.
2) Tahap pelaksanaan pada pembelajaran siklus pertama lebih difokuskan pada pengertian, menemukan ide pokok dan mampu mengaplikasikan Quantum Speed Reading dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa pada pembelajaran membaca cepat. Wacana yang digunakan pada siklus satu bertemakan pendidikan. Pada siklus pertama terdapat banyak kekeliruan pada kebiasan membaca cepat siswa. Kekeliruan itu terlihat pada kebiasaan buruk siswa saat membaca diantaranya menggerakkan kepala dan menggunakan alat tunjuk dalam membaca wacana, serta masih banyak siswa yang belum mampu berkonsentrasi dalam kegiatan membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading. Pada siklus dua pembelajaran difokuskan pada kendala-kendala yang menghambat kegiatan membaca cepat pada siklus satu. Wacana yang digunakan pada siklus dua pun bertemakan
(66)
tentang pendidikan. Pada siklus dua ini kemampuan efektif membaca (KEM) siswa meningkat secara signifikan sesuai dengan yang diaharapkan. Peneliti pada siklus dua mencoba memberikan sedikit warna dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan permainan pernapasan yang ditujukan untuk lebih meningkatkan konsentrasi, motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran. 3) Hasil pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan Quantum Speed
Reading umumnya meningkat. Pemilihan metode Quantum Speed Reading sebagai metode pembelajaran membaca cepat dengan variasi lain yang membuat suasana proses pembelajaran lebih menarik sehingga mampu meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa dalam membaca cepat. Pada siklus selanjutnya siswa mampu memerbaiki kesalahan- kesalahan dalam membaca cepat, baik dalam melatih fokus mata dan konsentrasi, kecepatan membaca dan kemampuan siswa dalam memahami wacana. Pada siklus satu sebanyak 42, 1 % (16 orang) termasuk kategori tingkatan siswa SMP; 21 % (8 orang) termasuk kategori tingkatan SMA; 36, 8 % (14 orang) termasuk kedalam kategori tingkatan mahasiswa atau perguruan tinggi; dan rata- rata kemampuan efektif membaca (KEM) siswa mencapai 273,02 kpm. Pada siklus dua, sebanyak 21% (8 orang) siswa termasuk kedalam kategori tingkatan dibawah SMA; 21 % (8 orang) siswa termasuk kategori tingkatan SMA; 57,9 % (22 orang) termasuk kedalam kategori tingkatan mahasiswa atau perguruan tinggi; dan rata- rata kemampuan efektif membaca (KEM) siswa mencapai 339,45 kpm. Pada siklus dua hampir semua siswa atau umumnya siswa mampu meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM)
(67)
dengan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode Quantum Speed Reading berhasil meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa.
5.2 Saran
Sebagai bagian akhir dari skripsi ini, peneliti menyampaikan saran berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut.
1) Untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa diperlukan proses pembelajaran yang berkesinambungan.
2) Salah satu kendala siswa untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca adalah kurangnya pelatihan serta arahan dari guru. Untuk itu diperlukan suatu metode atau pelatihan untuk melatih kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa.
3) Metode yang di dalamnya terdiri atas teknik-teknik atau pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa adalah metode Quantum Speed Reading.
4) Metode Quantum Speed Reading selain dapat digunakan dalam pembelajaran membaca cepat, juga dapat mempermudah siswa dalam mengahadapi soal dalam bentuk teks. Metode Quantum Speed Reading pula dapat mempercepat dan mempermudah siswa dalam menjawab serta menyelesaikan soal dalam waktu yang cepat dengan pemahaman yang baik pula.
(1)
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil penelitian pada Bab IV, peneliti mengambil beberapa simpulan yang merupakan jawaban atas masalah yang dikaji dalam penelitian ini.
1) Tahap perencanaan pada siklus pertama bertujuan agar siswa mampu
memahami pengertian, menemukan ide pokok dan mampu mengaplikasikan
Quantum Speed Reading dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca
(KEM) pada pembelajaran membaca cepat. Pembelajaran pada siklus pertama ini merangkan kepada siswa mengenai membaca, membaca cepat dan hal- hal yang menghambat kecepatan membaca. Pada tahap ini peneiti sudah memberikan tindakan atau perlakuan khusus dengan memberikan Quantum
Speed Reading. Siswa diberikan lembar pelatihan untuk melatih fokus mata,
konsentrasi dan teknik pernapasan mereka sehingga mampu membaca dengan menggunakan Quantum Speed Reading. Lembaran ini berupa cara pelatihan dan gambar pelatihan mata untuk melatih daya konsentrasi dan fokus mata siswa. Tahap perencanaan pada siklus kedua meliputi perbaikan- perbaikan atas masalah- masalah yang timbul pada siklus satu, baik dari aktivitas siswa maupun aktivitas guru. Berdasarkan hasil pengamatan dari observer, hasil analisis skor KEM dan hasil jurnal siswa, peneliti melakukan perbaikan- perbaikan untuk menjadikan pembelajaran selanjutnya agar lebih baik lagi.
(2)
Perbaikan itu di antaranya sebagai berikut: guru (peneliti) lebih efisien dalam melakukan dan mengatur alokasi waktu; mengatur kejelasan suara; menjelaskan materi pada siswa agar tidak terlalu cepat; memberikan pelatihan yang lebih detail; serta lebih intensif memberikan bimbingan kepada seluruh siswa. Selain itu, pada siklus dua ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan untuk melatih pernapasan dan konsentrasi siswa. Hasil pengamatan observer menyatakan bahwa konsentrasi siswa dalam melakukan pelatihan dan pembelajaran membaca cepat harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi pernapasan untuk melatih pernapasa siswa agar lebih dapat berkonsentrasi.
2) Tahap pelaksanaan pada pembelajaran siklus pertama lebih difokuskan pada
pengertian, menemukan ide pokok dan mampu mengaplikasikan Quantum
Speed Reading dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM)
siswa pada pembelajaran membaca cepat. Wacana yang digunakan pada siklus satu bertemakan pendidikan. Pada siklus pertama terdapat banyak kekeliruan pada kebiasan membaca cepat siswa. Kekeliruan itu terlihat pada kebiasaan buruk siswa saat membaca diantaranya menggerakkan kepala dan menggunakan alat tunjuk dalam membaca wacana, serta masih banyak siswa yang belum mampu berkonsentrasi dalam kegiatan membaca cepat dengan menggunakan metode Quantum Speed Reading. Pada siklus dua pembelajaran difokuskan pada kendala-kendala yang menghambat kegiatan membaca cepat pada siklus satu. Wacana yang digunakan pada siklus dua pun bertemakan
(3)
tentang pendidikan. Pada siklus dua ini kemampuan efektif membaca (KEM) siswa meningkat secara signifikan sesuai dengan yang diaharapkan. Peneliti pada siklus dua mencoba memberikan sedikit warna dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan permainan pernapasan yang ditujukan untuk lebih meningkatkan konsentrasi, motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran.
3) Hasil pembelajaran membaca cepat dengan menggunakan Quantum Speed
Reading umumnya meningkat. Pemilihan metode Quantum Speed Reading
sebagai metode pembelajaran membaca cepat dengan variasi lain yang membuat suasana proses pembelajaran lebih menarik sehingga mampu meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa dalam membaca cepat. Pada siklus selanjutnya siswa mampu memerbaiki kesalahan- kesalahan dalam membaca cepat, baik dalam melatih fokus mata dan konsentrasi, kecepatan membaca dan kemampuan siswa dalam memahami wacana. Pada siklus satu sebanyak 42, 1 % (16 orang) termasuk kategori tingkatan siswa SMP; 21 % (8 orang) termasuk kategori tingkatan SMA; 36, 8 % (14 orang) termasuk kedalam kategori tingkatan mahasiswa atau perguruan tinggi; dan rata- rata kemampuan efektif membaca (KEM) siswa mencapai 273,02 kpm. Pada siklus dua, sebanyak 21% (8 orang) siswa termasuk kedalam kategori tingkatan dibawah SMA; 21 % (8 orang) siswa termasuk kategori tingkatan SMA; 57,9 % (22 orang) termasuk kedalam kategori tingkatan mahasiswa atau perguruan tinggi; dan rata- rata kemampuan efektif membaca (KEM) siswa mencapai 339,45 kpm. Pada siklus dua hampir semua siswa atau umumnya siswa mampu meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM)
(4)
dengan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode
Quantum Speed Reading berhasil meningkatkan kemampuan efektif membaca
(KEM) siswa.
5.2 Saran
Sebagai bagian akhir dari skripsi ini, peneliti menyampaikan saran berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut.
1) Untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa diperlukan
proses pembelajaran yang berkesinambungan.
2) Salah satu kendala siswa untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca
adalah kurangnya pelatihan serta arahan dari guru. Untuk itu diperlukan suatu metode atau pelatihan untuk melatih kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa.
3) Metode yang di dalamnya terdiri atas teknik-teknik atau pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan efektif membaca (KEM) siswa adalah metode Quantum Speed Reading.
4) Metode Quantum Speed Reading selain dapat digunakan dalam pembelajaran
membaca cepat, juga dapat mempermudah siswa dalam mengahadapi soal dalam bentuk teks. Metode Quantum Speed Reading pula dapat mempercepat dan mempermudah siswa dalam menjawab serta menyelesaikan soal dalam waktu yang cepat dengan pemahaman yang baik pula.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SMP, SMA,
SMK. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
DePorter, Bobbi., Mark Reardon dan S.S-Nourie. 2011. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Hariwijaya, M. 2011. Speed Reading Jurus Membaca Cepat, Tepat, dan Akurat.
Yogyakarta: Tugu Publisher.
Hardjasudjana, Ahmad Slamet. 1999. Keterampilan Membaca. Jakarta: Depdikbud.
Hernowo. 2003. Quantum Reading Cara Cepat nan Bermanfaat untuk
Merangsang Munculnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning
Center
Mafrukhi. dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Muchlisoh. 1992. Materi Pokok Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 2008. Bandung: UPI
(6)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Syamsudin AR dan Vismaia S.D. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
Tobitani. 2011. Quantum Speed Reading (QSR). [Online]. Tersedia: http// www. quantumspeedreading. com/ [8 Desember 2011].