PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

ANDRIANA KHISBUL FANANI

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK LIMBAH
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap
SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh
ANDRIANA KHISBUL FANANI

Hasil observasi proses pembelajaran biologi selama ini yang disampaikan kurang
menarik siswa, karena hanya disuguhi materi tanpa melibatkan proses penemuan
yang mereka lakukan sendiri, sehingga siswa kurang mengaitkan fakta yang
terjadi dilapangan dengan konsep-konsep sains. Sehubungan dengan itu dilakukan
penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning pada
proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan hasil balajar
siswa.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran QL

terhadap Hasil Belajar siswa pada materi pokok Limbah pada kelas X IPA SMA
Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan.
Desain penelitian ini adalah pretes-postes. Sampel pada penelitian ini adalah
siswa kelas X IPA2 dan X IPA3 yang dipilih secara acak dengan teknik random
sampling. Data kuantitatif berupa data kemampuan hasil belajar siswa pada materi

ANDRIANA KHISBUL FANANI

pokok Limbah yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis
secara statistik menggunakan uji U dengan bantuan program SPSS 11. Data
kualitatif berupa data aktivitas belajar siswaselama proses pembelajaran yang
dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran QL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, ini terlihat pada kelas eksperimen rata-rata nilai
N-gain sebesar 57,91 dan rata-rata nilai N-gain kelas kontrol sebesar .
36,98.Selain itu, rata-rata aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan
sebesar63,66. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas bekerja sama dengan teman,
mengungkapkan ide atau gagasan, dan mempresentasikan hasil diskusi. Skor
tertinggi terdapat pada aspek aktivitas mempresentasikan hasil diskusidan skor
terendah terdapat pada aspek mengungkapkan pendapat. Berdasarkan hasil

penelitian disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran QL
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan pada materi pokok limbah.

Kata kunci: hasil belajar, limbah, quantum learning

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................

I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................
C. Tujuan Penelitian .......................................................................

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
F. Kerangka Pikir ...........................................................................
G. Hipotesis ....................................................................................

1
6
6
6
7
8
10

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Quantum Learning ................................................
B. Hasil Belajar……………………………………………………

11
30


III.

METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................
31
B. Populasi dan Sampel ..................................................................
31
C. Desain Penelitian .......................................................................
32
D. Prosedur Penelitian ....................................................................
32
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ..................................
38
1. Jenis Data ...............................................................................
38
2. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
38
F. Teknik Analisis Data ...................................................................
39
1. Uji Normalitas Data ...............................................................

40
2. Kesamaan Dua Varian.............................................................40
3. Pengujian Hipotesis ...............................................................
41

IV.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian ...........................................................................
B. Pembahasan ................................................................................

42
48

V.

Simpulan Dan Saran
A. Simpulan ....................................................................................
B. Saran ..........................................................................................


58
58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Perangkat Pembelajaran ......................................................................
2. Data Hasil Penelitian ............................................................................
3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ...............................................
4. Foto-Foto Penelitian.............................................................................

61
158
168
185

1

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi
Lozanov, Quantum Learning itu sendiri adalah proses belajar yang nyaman dan
menyenangkan, Quantum Learning merupakan strategi belajar yang bisa
digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran
untuk mendalami apa saja dengan cara yang mantap dan berkesan,caranya
adalah bagai mana seorang pembelajar harus tahu terlebih dahulu gaya belajar
masing masing,gaya berfikir dan bagaimana situasi dirinya dalam menyerap
pelajaran yang disampaikan.Dengan seperti itu maka seorang pembelajar akan
dapat dengan mudah memperoleh hasil yang memuaskan dengan caramudah
dalam mendalami sesuatu. Banyak orang yang sudah merasakan hasilnya
dengan cara Quantum Learning karena semuanya dapat dipahami dengan
mudah, cepat dikaji dan didalami dalam suasana yang menyenangkan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat
menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu
keterampilan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Keterampilan keterampilan tersebut membutuhkan kenyamanan dan menyenangkan dalam
proses belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang


2

dapat mengembangkan cara belajar yang menyenangkan dan berfikir positif.
Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan cara belajar yang
nyaman dan menyenangkan, positif, logis, dan kreatif adalah mata pelajaran
Biologi.

Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor eksternal yaitu
kondisi lingkungan di sekitar siswa atau kondisi diluar diri siswa (Syah, 2010;
Slameto, 2010). Faktor eksternal khususnya faktor sekolah tentunya
berpengaruh secara langsung pada pembelajaran siswa di sekolah. Lingkungan
yang berperan dalam pembelajaran di sekolah salah satunya adalah lingkungan
kelas dimana siswa belajar bersama. Lingkungan yang teratur dan tertata rapi
pastinya akan menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar.
Permasalahan pada proses pembelajaran yang sering terjadi adalah
pembelajaran yang kurang mampu mengelola lingkungan kelas untuk
menumbuhkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga
hasil belajar kurang dapat dicapai secara maksimal.

Faktor eksternal berupa faktor metode mengajar guru juga mempengaruhi

belajar siswa (Slameto, 2010). Syah (2010:3) memperluas faktor metode
mengajar ini dengan istilah faktor pendekatan belajar. Pendekatan
pembelajaran yang baik adalah pendekatan pembelajaran yang dapat
mengembangkan metode ataupun strategi yang optimal sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Proses pembelajaran yang sering dijumpai di
sekolah umumnya dilakukan dengan cara guru menyampaikan pemaparan
materi menggunakan metode ceramah yang diselingi kegiatan tanya jawab di

3

akhir pembelajaran. Metode ceramah memang tidak buruk karena ditambah
metode tanya jawab, namun permasalahan muncul ketika siswa menjadi
kurang berperan aktif dalam pembelajaran.

Keadaan proses belajar yang terlalu tegang,membuat otak cepat lelah, hal
inilah yang diduga menyebabkan proses belajar nyaman dan menyenangkan
belum terwujud secara nyata dan belum memenuhi kebutuhan dalam proses
belajar.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan

januari 2013, proses pembelajaran biologi kelas X SMA N I Sidomulyo
masih menggunakan metode ceramah dan diskusi biasa bahkan dalam
penyampaian materi guru di SMA tersebut jarang menggunakan media
pembelajaran dikarenakan fasilitas sekolah yang kurang memadai. Tidak
efektifnya penggunaan metode tersebut di duga berdampak negatif terhadap
cara membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.Kenyataan tersebut
terlihat dari nilai rata- rata siswa pada materi pokok Limbah tahun pelajaran
2013/2014 baru mencapai 59,02. Hanya 40% siswa yang mendapatkan nilai ≥
75. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa yang harus mencapai nilai ≥ 75. Dengan
demikian kelas tersebut belum mencapai belajar tuntas.Penelitian ini
dilakukan, karena masih belum kreatif nya guru tentang cara belajar yang
nyaman dan menyenangkan.

Hal tersebut dapat dilihat dalam proses pembelajaran, guru juga belum
menyadari bahwa sebenarnya ia belum memunculkan sedikit aspek kecakapan

4

yakni cara belajar yang menyenangkan dan untuk menggali informasi dalam

hal memahami permasalahan dan mengolah informasi dalam membuat
kesimpulan. Penelitian ini juga dilakukan karena masih kurangnya
pengetahuan guru dalam penggunaan media untuk meningkatkan hasil belajar
siswa serta belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya.

QL(Quantum Learning) adalah pengajaran yang dapat mengubah kemampuan
dan bakat alamiah siswa yang dapat bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi
orang lain.Quantum learning juga merupakan orkestrasi bermacam-macam
interaksi yang didalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran
yang mempunyai misi utama untuk mendisain suatu proses belajar yang
menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa.Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa (Ahmad dan Joko:2009.1).

Quantum Learning (QL) merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan
proses orkestrasi dalam kegiatan pembelajaran (DePorter,et al., 2002).
Orkestrasi ini menempatkan guru sebagai konduktor yang mengarahkan siswa
yang berperan sebagai orkestra dalam pembelajaran. Siswa yang memiliki
berbagai potensi diarahkan sesuai dengan karakter dan gaya belajarnya
melalui langkah pembelajaran yang mengakomodasi seluruh metode belajar,
penyajian musik, dan pemanfaatan suasana lingkungan dengan baik sehingga
menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan. QL juga memberikan unsur
belajar efektif dalam aspek-aspeknya yang mampu mengubah kemampuan dan

5

bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan dalam hasil belajar yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri maupun lingkungan.

Beberapa pendekatan yang ditawarkan tersebut tentunya memiliki kelebihan
dan kelemahan. QL merupakan pendekatan yang lebih menarik perhatian bila
dibandingkan dengan pendekatan lain. Hal ini dikarenakan memiliki beberapa
keunggulan dibanding dengan pendekatan lainnya. QL tidak menghilangkan
kebiasaan pembelajaran namun mengkondisikan suasana lingkungan dengan
baik dan menyenangkan serta menambahkan beberapa langkah
pengembangan peran aktif dan potensi siswa melalui seluruh aspek dan
prinsip yang ada didalamnya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan
sekaligus mengurangi masalah internal siswa maupun masalah lingkungan
yang mempengaruhi pembelajaran. Berdasarkan kelebihan yang ada pada QL
dan kondisi pembelajaran di kelas X SMA Negeri I Sidomulyo, maka perlu
diadakan suatu penelitian untuk mengetahui apakah penerapan QL benarbenar dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa di
SMA Negeri 01 Sidomulyo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

6

Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pembelajaran
Quantum Learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa SMA N 01
Sidomulyo ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
Pengaruh penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning terhadap
peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok limbah di SMA N 01
Sidomulyo.

D. Manfaat Penelitian

Setelah diadakannya penelitian ini, maka hasilnya dapat digunakan untuk:

1. Bagi peneliti

: Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru
dalam menerapkan media gambar,dan musik agar
suasana rileks,nyaman dan menyenangkan dalam
pembelajaran biologi dan pembelajaran Quantum
Learning.

2. Bagi guru

: Memberikan wawasan bagi guru untuk menggunakan
Media gambar dan musik dengan pembelajaran Quantum
Learning sebagai alternatif untuk diterapkan dalam
pembelajaran biologi.

3. Bagi siswa

: Memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda

7

dalam mata pelajaran biologi.
4. Bagi Sekolah

: Sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan
media musik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memberi kejelasan dalam penelitian, berikut dikemukakan beberapa
batasan yaitu :
1. Metode pembelajaran Quantum Learning adalah metode pembelajaran
yang nyaman dan menyenangkan,dimana siswa tersebut melihat gambar
yang disajikan melalui power poin dan media musik yang disajikan
sembari menyajikan gambar melalui power poin,efek samping dari
menggunakan media musik tersebut otot-otot mengalami,gelombang otak
dan denyut nadi menjadi turun dan rileks. Relaksasi yang membuat fikiran
selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
2. Indikator peningkatan yang diukur dalam penelitian ini adalah kecakapan
menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan
memecahkan masalah.
3. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok limbah dengan
kompetensi dasar Menganalisis jenis-jenis Limbah Dan Daur ulang
Limbah (KD 4.3)
4. Indikator yang harus dicapai tentang belajar yang nyaman dan
menyenangkan adalah bagaimana siswa tersebut dapat berkonsentrasi
dengan cara metode Quantum Learning.

8

5. Musik yang digunakan dalam proses belajar menggunakan metode
Quantum Learning adalah aliran musik barrack yaitu sejenis musik klasik
instrumental,contohnya yaitu seperti mozard,bach,vivaldi dll.

F. Kerangka Pikir

Pendidikan kecakapan hidup merupakan investasi yang sangat berharga
dalam menghasilkan manusia yang terampil dan berkeahlian dalam bidangbidang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Salah satu
jenis kecakapan yang dapat menunjang kecakapan hidup seseorang adalah
dengan meningkatkan Hasil belajar siswa. Dengan menggunakan
pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.Maka seseorang akan terbiasa
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tenang dan akan lebih
mendahulukan pikiran positif dibanding hanya dengan menggunakan emosi
atau perasaan saja.

Begitu pentingnya memperoleh proses belajar yang nyaman dan
menyenangkan. seharusnya hal ini menjadi salah satu tujuan dari pendidikan,
sehingga peserta didik tidak hanya diciptakan untuk pandai dalam
mengerjakan soal-soal melainkan pandai dalam menyelesaikan masalah hidup
yang dihadapi. Terutama dalam mata pelajaran Biologi, sebagai salah satu
mata pelajaran sains yang muatan materinya lebih banyak sehingga tidak
dimungkinkan siswa untuk menghafalnya. Siswa dituntut untuk lebih
memahami konsep biologi dan mengembangkan daya nalar dalam
mempelajari biologi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.

9

Pemilihan media dan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah
siswa dalam memahami pelajaran Biologi. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk mampu memilih dan menggunakan media dan metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu upaya untuk
mengatasi hal tersebut adalah menggunakan media gambar melalui power
poin dan diiringi menggunakan musik dalam pembelajaran Quantum
Learning.

Penggunaan media gambar yang dikombinasikan dengan music dalam
pembelajaran Quantum Learning akan memunculkan sikap positif dan
motivasi untuk menggali informasi, kecakapan mengolah informasi,
kecakapan mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah.
Sebab dengan media yang nyata pengertian-pengertian yang tadinya bersifat
abstrak dapat menjadi kongkrit. Oleh karena itu, siswa lebih mudah dalam
menggali dan mengolah informasi yang dibutuhkan. Melalui pembelajaran
Quantum Learning, siswa dilatih untuk dapat nyaman dan menyenangkan
dalam proses belajar. Siswa belajar berani bertanya atau mengemukakan
pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan dalam
pembelajaran Quantum Learning dibutuhkan kenyamanan ruang belajar,maka
akan menumbuhkan sikap kreatif pada siswa.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar
yang dikombinasikan dengan musik dalam pembelajaran Quantum Learning
sedangkan variabel terikatnya ialah peningkatan hasil belajar. Hubungan
antara hasil variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut:

10

X

Y

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Keterangan =X ;metode pembelajaran Quantum Learning,Y
;hasil belajar

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode
pembelajaran Quantum Learning terhadap peningkatan hasil belajar
siswa.
H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode
pembelajarn Quantum Leraning terhadap peningkatan hasil belajar
siswa.
.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Quantum Learning
Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke
arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.
Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan
lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.

Dalam proses pembelajaran itu sendiri dikenal beberapa istilah-istilah. Istilahdigunakan metode pembelajaran tertentu istilah tersebut adalah pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, taktik pembelajaran dan model pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya ditentukan suatu strategi
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pebelajaran yang
harus dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual
sehingga untuk mengimplementasikannya (Hamalik, 2004:37).

12

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai
jalan atau alat atau nedia yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Sementara taktik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum
Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang
menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi
cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di
dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai
misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan
siswa (Ahmad dan Joko:2009.1).

Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik
yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang
sudah populer dan umum digunakan. Namun, Bobbi DePorter

13

mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk
membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi
tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).
Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik
berkebangsaan Bulgaria.

Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia).
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.
Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid
di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka
didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi,
ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif
bermunculan.
Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan Quantum learning sebagai “interaksiinteraksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan
kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan
mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam
analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar,
tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan,
inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, Quantum
Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan
NLP dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Termasuk konsep-konsep
kunci dari teori dan strategi belajar, seperti: teori otak kanan/kiri, teori otak

14

triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori
kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman,
belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah sebagai
berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.
Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang
dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan
ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil
penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip
bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap
berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan
“cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan
balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang
sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan,
dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha
merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses
belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan
tepukan.” (Gordon dan driden:2003:1)
Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan
struktur otak manusia bekerja, dibuat metode pembelajaran yang dapat
mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial,
kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, personal, dan intuisi. Bagaimana
mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung

15

dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru,
dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan
yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).( Iwan Sugiarto:2004:4)
Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.
Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional),
misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur
yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,
menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan
holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan
pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan
perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran
spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas
dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang
menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan
kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari
kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan
kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada
penciptaan kehormatan diri.

Dalam kaitan itu pula, antara lain, Quantum Learning mengonsep tentang
“menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan Dari proses inilah,
Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah
menumbuhkan minat, dan belajar aktif membuat simulasi konsep belajar aktif

16

dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi,
menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan anda, mengupayakan
agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini
disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat
melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang
dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri
dari kehidupan.”
Lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap
positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar bagi peserta
didik.Quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik
secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian
rupa, Para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk
mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan
lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan
proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum Learning menekankan
penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai
mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah
informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas Quantum
Learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang
pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan
lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan
tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana

17

yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong
siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar
dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses
otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.
Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk
menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas
lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan
masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan
lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan
semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa
diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam
lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun
gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan
masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan
menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap
proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada
akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan
diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan
situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka
diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru.
Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman,
nyaman dan merasa dihargai” dari siswa.

18

Quantum Learning merupakan pengubahan belajar yang meriah dengan
segala nuansanya. Dan juga menyertakan segala kaitan, interakasi dan
perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Dengan demikian,
Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelasinteraksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.

Quantum Learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat
kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya.
Quantum berarti percepatan atau lompatan. Kerangka pemikiran yang
dibangun oleh ciri pembelajaran Quantum Learning ini adalah adanya sikap
positif yang dibangun dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa
setiap manusia mempunyai kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Ada yang
beranggapan bahwa otak kita sama dengan otak Einstein. Dengan
mempercayai kekuatan pikiran, kita dapat mengetahui dalil tentang otak,
bahwa otak harus dilatih dan tidak masalah jika harus digunakan secara terus
menerus. Kita hanya tinggal memilih saja, ingin memanfaatkan organ yang
paling penting dalam hidup ini atau mengabaikannya sehingga menjadi tidak
berguna.

Dalam Quantum Learning guru sebagai pengajar tidak hanya memberikan
bahan ajar, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswanya, sehingga siswa
merasa bersemangat dan timbul kepercayaan dirinya untuk belajar lebih giat
dan dapat melakukan hal-hal positif sesuai dengan tipe kecerdasan yang
dimilikinya. Cara belajar yang diberikan kepada siswa pun harus menarik dan
bervariasi, sehingga siswa tidak merasa jenuh untuk menerima materi

19

pelajaran. Disamping itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat
membuat suasana kelas menjadi kondusif. Siswa dapat menangkap materi
yang diajarkan dengan mudah karena lebih mudah untuk fokus kepada
penyampaian guru. Pembelajaran pada Quantum Learning menuntut setiap
siswa untuk bisa membaca secara cepat dan membuat ringkasan berupa
catatan. Saat kita belajar adalah saat yang harus dibangun sebagai sesuatu
yang menyenangkan. Maksudnya yaitu ada manfaat yang kita dapat dari
hasil belajar. Ketika kita merasa bahwa ada manfaat yang kita dapat dari
belajar, maka dapat dikatakan proses belajar yang telah kita jalani
memperoleh keberhasilan. Bagaimana proses belajar yang baik? Proses
belajar yang baik harus dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, oleh
karena itu guru harus mencari cara terbaik untuk membuat siswa merasa
nyaman dan bersahabat ketika melakukan kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa fase belajar yang dominan dalam hidup kita yang menunjukan
masa-masa dimana belajar merupakan suatu kebutuhan dan paksaan bagi kita.
Masa-masa awal belajar dimulai pada umur satu tahun, fase dimana kita mau
tidak mau belajar untuk berjalan. Umur dua tahun yaitu fase belajar
berkomunikasi karena keinginan dalam diri untuk bisa berbicara dengan
orang lain. Pada umur lima tahun, kita sudah mulai tahu sekitar 90% katakata yang kita dengar dari orang lain. Enam tahun, fase kita belajar membaca
dan masa-masa penurunan semangat belajar adalah ketika umur tujuh tahu,
fase dimana kita mulai menganggap belajar sebagai sesuatu yang
menyebalkan dan menakutkan. Oleh sebab itu pada masa ini peran orang tua
dan guru sangat dibutuhkan.

20

Sebagai tambahan saja, dalam sehari diperkirakan seorang anak menerima
sekitar 460 komentar negatif dan hanya 75 komentar positif. Hal inilah yang
merupakan kesalahan dari orang-orang terdekat si anak, karena pujian dan
motivasi kurang diberikan kepada anak. Anak akan merasa down karena
merasa kurangnya dukungan dari orang sekitar. Padahal kalau kita telaah,
setiap anak memiliki kecerdasan yang berbagai macam beserta kelebihan dan
kekurangannya. Tidak ada salahnya untuk memberikan dukungan kepada
anak, karena rasa percaya diri yang diperolehnya seorang anak dapat
mengembangkan minat dan bakatnya melalui kecerdasan yang dimilikinya.
Macam-macam kecerdasan yang dimaksud tadi diantaranya yaitu :
kecerdasan linguistik (kecerdasan berbahasa), logika-matematik, visual atau
spasial (mampu mengaitan dan menghubungkan suatu hal secara analiti),
kinestetik (gerak sensor motorik), musikal, intrapersonal (mampu
mengendalikan emosi dan tahu jati dirinya), dan yang terakhir yaitu
interpersonal (bisa berkomunikasi dengan baik dan senang bersosialisasi
dengan orang lain).

Otak manusia tumbuh karena adanya stimulus yang berasal dari sensor
motorik yang memberikan kontak dengan lingkungan. Selain itu juga adanya
sensor emosional-kognitif yang memberikan stimulus misalnya berupa
bermain, meniru, mendongeng dalam diri anak. Sedangkan setiap manusia
akan mencapai tahap yang lebih tinggi dalam tingkat kecerdasannya sesuai
dengan perkembangan otak dan keingintahuannya, yaitu tahap pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli selama bertahuntahun dipercayai otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan

21

dan kiri yang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Pada otak kiri terdapat
bermacam-macam kemampuan, yaitu kemampuan untuk berpikir logis,
sekuensial, linear, rasinal (beralasan), konvergen, dan vertikal. Sedangkan
otak kanan mempunyai kemampuan berpikir secara acak, tidak teratur (fokus
berpindah-pindah), mempunyai sifat yang intuitif artinya pemanfaatan fakta
yang ada dikembangkan menjadi lebih imajinatif, berpikir secara holistic atau
menyeluruh dan terkait, dan pemikirannya divergen dan lateral.

Pendayagunaan otak sangat berpengaruh terhadap tipe belajar yang
ditunjukkan oleh seorang anak. Hal itu dapat dilihat dari seberapa aktif dan
pasif-kah partisipasi seorang anak dalam menikmati kegiatan belajar yang
dilakukannya. Perbedaan yang mencolok diantara keduanya yaitu, pada tipe
anak yang belajar aktif, ia akan belajar apa saja dari setiap situasi yang ada,
memanfaatkan apa yang dipelajari sebagai keuntungan kita, selalu proaktif,
dan bersandar pada kehidupan. Sedangkan tipe pasif merupakan kebalikkan
dari tipe aktif. Hal ini bisa dibilang merupakan hal yang negatif, karena
seorang anak tidak melihat kesempatan belajar yang ada, selalu mengabaikan
peluang berkembang dari apa yang dipelajarinya, reaktif, dan menarik diri
dari kehidupan.

Oleh sebab itu, ada baiknya mengenai betapa pentingnya manfaat belajar
harus disampaikan kepada peserta didik sehingga siswa tahu apa saja hal-hal
positif yang ia peroleh dari belajar. Dan juga agar siswa nantinya
meningkatkan kemampuan belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan yang
lebih luas, sehingga akan timbul pilihan hidup yang lebih banyak, maka

22

akhirnya akan timbul rasa percaya diri yang menjadi kekuatan pribadinya.
Untuk menciptakan rasa percaya diri tersebut dapat dilakukan dengan cara
yang sangat mudah, yaitu setiap selesai atau berhasil mengerjakan suatu
tugas, kita bisa merayakannya. Karena perayaan memberikan perasaan
keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah
berikutnya. Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal sangat diperlukan
guna menunjang motivasi belajar seorang siswa (Slamet: 2003:5).

Dalam hal ini penataan ruang belajar sangat berpengaruh kenyamanan belajar
siswa. Penataan lingkungan belajar meliputi perabotan, pencahayaan, musik,
alat bantu visual, penempatan, temperature, tanaman, kenyamanan yang
diciptakan oleh siswa maupun guru, dan suasana hati yang timbul dari
semuanya itu. Kondisi belajar yang menyenangkan dapat juga dilakukan di
rumah, misalnya belajar sambil mendengarkan musik. Keuntungan yang
diperoleh dari hal ini yaitu denyut nadi dan tekanan darah menjadi turun dan
gelombang otak menjadi lambat sehingga kita akan merasa tenang dan rileks.
Mudah saja menemukan gaya belajar yang kita miliki, karena cara belajar
yang kita miliki merupakan gabungan dari cara kita menyerap informasi, cara
mengatur informasi, dan cara mengolah informasi yang kita dapat. Jika
belajar dilakukan dengan bergantung pada kecerdasan anak, maka akan dapat
dikelompokkan modalitas belajar, diantaranya yaitu dengan cara melihat
(visual), dengan cara mendengar (auditorial), dan dengan cara melalui
gerakan (kinestetik), atau ada cara belajar terbaru yang saat ini sudah
diaplikasikan oleh berbagai kalangan yaitu yang biasa kita kenal dengan
sebutan mind-mapping (peta pikiran) (Toni dan Barry:24:6). Banyak manfaat

23

dari mind-mapping ini, salah satu diantaranya yaitu dapat mempermudah dan
meringkas materi yang banyak muatannya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama proses pelaksanaan
pembelajaran Quantum Learning yakni dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Guru memberikan informasi mengenai apa saja manfaat yang diperoleh
setelah mempelajari materi tipe data dasar, tipe data bentukan, runtunan,
dan pemilihan untuk diri siswa dan manfaat untuk mempelajari materi
berikutnya.
2) Penataan lingkungan belajar
Lingkungan belajar dibuat senyaman mungkin, seperti penerangan yang
cukup, posisi duduk yang nyaman, sirkulasi udara yang baik, memutar
musik mozart dan barok yang dapat membuat rileks otak namun dapat
memberikan semangat dalam belajar.
3) Memupuk sikap juara
Memberikan pujian terhadap siswa yang mampu menyelesaikan tugasnya
dengan baik, serta memberikan dorongan semangat terhadap siswa yang
belum mampu menyelesaikan tugas dengan baik agar lebih giat lagi
berlatih.
4) Bebaskan gaya belajarnya
Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada gaya belajar kinestetik,
siswa diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuan
kinestetiknya.
5) Jadikan anak lebih kreatif

24

Siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah sesuai dengan
apa yang telah mereka pahami, serta diberikan soal yang harus
diselesaikan secara estafet sehingga siswa mampu bekerja sama dengan
baik dan mampu melanjutkan rangkaian jawaban soal yang telah dijawab
oleh teman sebelumnya.
6) Melatih kekuatan memori anak
Siswa diberikan latihan soal secara bertahap untuk melatih kemampuan
memorinya.
7) Rayakan
Setelah selesai, maka siswa merayakannya. Guru memberikan selamat
kepada siswa dan setiap siswa memberikan selamat kepada siswa yang
lain. Suasana kelas diakhiri dengan tepuk tangan bersama seluruh anggota
kelas

Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Quantum
Learning ini ialah: Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing
siswa, melatih berpikir nyaman dan menyenangkan. Dan kekuranganya
memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif (Kiranawati,
2007:1).

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak
proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Suatu proses belajar

25

mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari
proses belajar mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang
diungkapkan Djamarah dan Zain (2006: 105) sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik
secara individual maupun kelompok.

Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil
belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses
belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh
siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan
intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif Djamarah dan Zain
(2006: 105).

Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil
belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut
berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi
verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep

26

dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak,
konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep
dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi
non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal
dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan
peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan
verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan
dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsepkonsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsipprinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan
masalah atau di dalam kreatifitas (Slameto, 1991: 131).

Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
perilaku sebagai berikut:

27

1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari.
3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk
meghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil
belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok,
ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan
tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada
akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran
yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah
diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil
belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.
Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal
ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar
tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.

28

Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan
perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut
berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses pembelajaran
diharapkan dapat memberikan keberhasilan yang memuaskan baik bagi
sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Akan tetapi pada
kenyataannya dalam usaha pencapaian tujuan tersebut terkadang tidak
berjalan dengan lancar, sehingga dapat menghambat kemajuan belajar.
Hambatan inilah yang harus diketahui agar dapat dihindarkan sehingga tidak
menimbulkan kegagalan. Menurut Syah (2002:132) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik)
1.

Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi
kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan dan sebagainya.

2.

Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi
rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat,
minat, dan motivasi peserta didik.

b. Faktor Eksternal(faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik)
1.

Lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi, dan temanteman sekelas, masyarakat, tetangga, teman bermain, orang tua dan
keluarga peserta didik itu sendiri.

29

2.

Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu.

30

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan di SMA NEGERI I Sidomulyo pada semester
genaptahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian pada bulan Februari 2012

B. Populasi dan Sampel

1.

Populasi dalam penelitian ini berhubungan dengan sumber data yang
digunakan dalam penelitian itu sendiri. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas X di SMA Negeri 01 Sidomulyo.

2.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X3 sebagai kelas kontrol yang telah dipilih secara
acak (cluster randomsampling). Cluster random sampling adalah populasi
tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompokkelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono,
2005:127).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain pretest-postest
kelompok non ekuivalen. Pada desain penelitian ini kelompok eksperimen

31

(X.2) diberi perlakuan penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning
dan kelompok kontrol (X.3) menggunakan metode diskusi. Pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol mendapat tes awal dan tes akhir. Struktur
desainnya sebagai berikut:

Kelompok

tesawal

perlakuan

tesakhir

X2

O1

X

O2

X3

O1

C

O2

Gambar 1. Desain pretes-postes kelompok non- ekuivalen.
; X3= kelas eksperimen; C = perlakuan eksperimen dengan metode
QL ; O1 = tesawal; O2 = tesakhir (modifikasi dari Riyanto,
2001:43 Keterangan: X2= kelas kontrol; X = perlakuan dengan
metode diskusi).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Pra Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke fakultas untuk observasi
ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat di adakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkansampelpenelitianuntukkelas kontroldankelaseksperimen.

32

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari tes awal dan tes akhir.
f. Membuat lembar observasi kegiatan belajar mengajar berupa lembar
observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan.
g. Membentukkelompokdiskusipadakeduakelaseksperimendankelaskontrol
yang bersifatheterogenberdasarkannilaiakademiksiswa, 2
siswadengannilaitinggi, 1 siswadengannilaisedang, dan2siswadengannilai
yang rendah. Setiapkelompokterdiridari5 orang siswa (Lie, 2004 : 42).
Nilaidiperolehdaridokumentasipada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
Quantum Learning dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
Kelas eksperimen dengan menggunakan metode Quantum Learning.
a. Pendahuluan
1. Guru memberikan tes awal berupa soal pilihan jamak(pertemuan 1).
2. Guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
dan indikator pembelajaran. Guru menggali pengetahuan awal siswa
(apersepsi) dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan I) :
”Pernahkah kamu melihat sampah yang berserakan di lingkunganmu?
Apa yang terjadi jika sampah tersebut berserakan? Bisakah sampah

33

tersebut dimanfaatkan oleh kita? “ (Pertemuan II): Berapa macam
sampahkah yang dapat kita manfaatkan?
3. Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan:
(Pertemuan I) : ”Siswa diberikan penegasan bahwa sebagian sampah
yang ada disekitar kita dapat kita manfaatkan. Hal ini dapat terbukti
bahwa plastic dapat didaur ulang kembali menjadi bahan pembungkus
untuk sebagai keperluan contoh botol sampo,botol minuman dan masih
banyak lg produknnya. (Pertemuan II): :”Siswa diberi penegasan
bahwa limbah tersebut dapat di daur ulang dan memiliki produk hasil
dari daur ulang tersebut cotohnya kertas,gelas,alumunium,baja dan
plastik .
4. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama
membahas tujuan dan langkah langkah daur ulang limbah . Pertemuan
kedua membahaslimbah yang dapat didaur ulang dan hasil produknya
dan membuat produk daur ulang.

b. Kegiatan inti
1. Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2. Guru menunjukkan/memperlihatkan musik dan menyampaikan
materi yang berkaitan dengan materi pokok limbah(pertemuan I),
tujuan daur ulang dan langkah langkah daur ulang(pertemuan II),
limbah yang dapat didaur ulang dan produk hasilnya.

34

3. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi limbah;
(pertemuan I), tujuan daur ulang

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK PERANAN MANUSIA DALAM KESEIMBANGAN EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Kab. Lampung Ten

2 27 54

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think Pair Share (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM ( Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 7 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 98

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 47

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 20 124

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 6 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MEDIA MAKET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 60