PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELOMPOK BERMAIN BERDASARKAN DEVELOPMENTALLY APPROPRIATE PRACTICE :Studi kasus pada 8 anak di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN ………...……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 8

1. Batasan Masalah ………... 8

2. Rumusan Masalah ………. 12

C. Tujuan Penelitian ……… 13

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ………... 13

1. Manfaat Ilmiah ……….. 13

2. Manfaat Praktis ………. 13

E. Asumsi Penelitian ………... 14

F. Metode Penelitian ……..………. 15


(2)

BAB II PERKEMBANGAN ANAK DAN DEVELOPMENTALLY

APPROPRIATE PRACTICE ……….….… 17

A. Masa Perkembangan Kanak-Kanak ………. 17

1. Ciri-ciri Masa Kanak-Kanak ……….. 17

2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Kanak-Kanak ………. 18

3. Perkembangan Perilaku Anak Normal ………... 21

B. Anak Usia Dini ………. 23

1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini ……….… 23

2. Bermain Pada Anak Usia Dini ……… 27

C. Developmentally Appropriate Practice ……… 29

1. Pengertian Developmentally Appropriate Practice ……… 29

2. Filosofi Developmentally Appropriate Practice ………. 30

3. Pembelajaran Berbasis Perkembangan ……… 31

4. Nilai Penting Developmentally Appropriate Practice ……… 33

5. Pedoman Rancangan Developmentally Appropriate Practice …… 34

6. Pengembangan Kurikulum Developmentally Appropriate Practice 41 7. Inovasi Kurikulum Developmentally Appropriate Practice ……… 43

8. Kurikulum Perencanaan (Possibilities Plans) ………. 44


(3)

D. Konsep Dasar Bimbingan ………. 46

1. Hakikat dan Tujuan Bimbingan Perkembangan Anak Usia Dini … 46 2. Prinsip-Prinsip dan Fungsi Bimbingan Perkembangan ………….. 49

3. Ragam Layanan, Strategi dan Lingkup Garapan Bimbingan ……. 52

BAB III METODE PENELITIAN ………. 56

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 56

B. Desain Penelitian ……….. 57

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….... 58

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ………... 59

1. Instrumen Observasi Perkembangan Anak ………. 59

2. Instrumen Rambu-Rambu Developmentally Appropriate Practice . 63 3. Data Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Mingguan ……….. 74

4. Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……… 75

E. Subyek dan Lokasi Penelitian ……… 76

1. Sampel Penelitian ………. 76

2. Lokasi Penelitian ……….. 78

F. Pengumpulan Data ………. 78

G. Prosedur dan Teknik Analisis Data ……… 80

1. Tahap Persiapan ……… 80

2. Tahap Pelaksanaan ……… 81


(4)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 82

A. Kondisi Objektif Happy Kids Playgroup ……….. 82

1. Profil Umum Happy Kids Playgroup ……….. 82

2. Gambaran Umum Kids Centre ……… 83

3. Visi dan Misi Happy Kids Playgroup – Kids Centre ……….. 84

4. Jumlah Siswa Happy Kids Playgroup ………. 85

5. Struktur Organisasi Kids Centre dan Pelita Nusantara School …… 85

6. Potret Kegiatan di Happy Kids Playgroup ………... 88

B. Temuan Penelitian ………. 90

1. Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……… …….………. 90

a. Perkembangan motorik kasar ……….. 90

b. Perkembangan motorik halus ……….. 92

c. Perkembangan kognitif ……… 94

d. Perkembangan bahasa dan komunikasi ………... 95

e. Perkembangan sosial-emosional ……….. 97

2. Rambu-Rambu Rancangan Developmentally Appropriate Practice 99 a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli ………. .. 99

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran … 102 c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak …... 106

d. Assesmen pembelajaran dan perkembangan anak ………... 110


(5)

BAB V. Pembahasan……… 112

1. Perkembangan Anak Happy Kids Playgroup …….………. 113

a. Perkembangan motorik kasar ……….. 114

b. Perkembangan motorik halus ……….. 116

c. Perkembangan kognitif ……… 117

d. Perkembangan bahasa dan komunikasi ………... 119

e. Perkembangan sosial-emosional ……….. 120

2. Pelaksanaan Program Sesuai Rambu-Rambu Rancangan DAP …… 121

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli ………. .. 122

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran …. 124 c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak …... 126

d. Assesmen pembelajaran dan perkembangan anak ………... 128

e. Memperkokoh hubungan timbal-balik dengan keluarga …………. 129

3. Program Bimbingan untuk Mengoptimalkan Perkembangan Anak .. 131

a. Rasional ………. 131

b. Tujuan ……… 132

c. Materi dan Bentuk Kegiatan ………. 133

d. Personel ………. 135

e. Sarana ……… 135

f. Waktu ……… 135


(6)

BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. 138

A. Kesimpulan ……….……… 138

B. Rekomendasi ………... 139

1. Program Studi Bimbingan dan Konseling ………. 139

2. Kids Centre ……… 140

3. Guru Happy Kids Playgroup ………. 140

4. Orang tua ………... 140

5. Peneliti Selanjutnya ………... 141

DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

Perkembangan Perilaku Anak Normal ……….... 22

Ciri-Ciri Kegiatan Bermain ………. 28

Jadwal Setengah Hari ……….. 45

Jadwal Satu Hari Penuh ………... 46

Observasi Perkembangan Anak ………... 60

Rambu-Rambu Rancangan DAP ………. 64

Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ………... 74

Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak ……….. 76

Tingkat Perkembangan Anak ………. 77

Identitas Subyek Penelitian ………. 77

Jadwal Kegiatan Happy Kids Playgroup ……… 88

Perkembangan Motorik Kasar ……… 91

Perkembangan Motorik Halus ……… 92

Perkembangan Kognitif ………. 94

Perkembangan Bahasa dan Komunikasi ……… 96

Perkembangan Sosial dan Emosional ……… 97

Dimensi Menciptakan Masyarakat Pembelajaran yang Peduli ..…….. 100

Dimensi Pengajaran yang Memperkaya Perkembangan dan Pembelajaran ………...… 102


(8)

Dimensi Mengembangkan Kurikulum yang sesuai

Perkembangan Anak ……….. 106 Dimensi Assesmen Pembelajaran dan Perkembangan Anak ………. 110 Dimensi Memperkokoh Hubungan Timbal-Balik dengan Keluarga .. 111 Materi dan Bentuk Kegiatan Program Layanan Responsif

dan Perencanaan Individual ………. 134 4.13. Evaluasi Perkembangan Anak ……… 136


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan

Desain Penelitian ……… 57 4.1. Struktur Organisasi ………... 87


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Filosofi DAP ………... 31

Konsep dan Hubungan Antara Dimensi DAP ……… 34

Pengembangan Kurikulum ………. 41


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang handal baik dari segi fisik maupun psikis untuk menghadapi tantangan globalisasi. Sumber daya manusia tersebut perlu dipersiapkan sejak usia dini melalui pendidikan yang tepat agar dapat berkembang optimal. Oleh karena itu, pendidikan sejak usia dini merupakan tulang punggung bagi keberhasilan bangsa Indonesia di masa mendatang perlu dipersiapkan sebaik mungkin.

Pendidikan anak usia dini baru memiliki arti dan peran dalam menciptakan manusia yang adaptabilitas yang terus-menerus terhadap globalisasi apabila memiliki kurikulum yang tepat. Kurikulum sebagai salah satu unsur sistem pendidikan nasional menempati posisi yang strategis dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional (Faisal Jalal, 2000: 7). Pada tahun 2002, kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini yang dikeluarkan oleh Direktorat PADU dimaksudkan sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan mendesak di lapangan. Kurikulum nasional Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” yang berbasis pada kemampuan anak sesuai dengan usia dan perkembangannya.


(12)

Adapun alasan perlunya kurikulum yang didasarkan pada kemampuan anak sesuai dengan usia dan perkembangannya karena terjadinya ketidaksesuaian dalam pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak di masa mendatang. Ada beberapa ketidaksesuaian pembelajaran pada anak usia dini seperti yang disebutkan di bawah ini.

1. Proses pembelajaran cenderung diarahkan pada penguasaan kemampuan yang bersifat akademik, seperti membaca, menulis, berhitung dan penguasaan bahasa Inggris. Anak dituntut untuk mampu menguasai kemampuan tersebut sebelum masuk sekolah dasar.

2. Prinsip belajar melalui bermain (learning by play) masih belum dipersepsikan secara memadai oleh guru. Pembelajaran yang dilakukan guru belum memenuhi prinsip tersebut dengan bukti banyaknya anak yang tidak bergairah, bosan, dan malas belajar.

3. Guru belum mampu memberikan perlakuan yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Pelaksanaan pembelajaran masih berorientasi pada guru sebagai penyampai materi atau informasi dibandingkan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

4. Banyak guru yang tidak memiliki kualifikasi sebagai guru anak usia dini karena latar belakang pendidikan yang non-kependidikan. Hal ini berdampak kurangnya pemahaman guru akan karakteristik perkembangan dan permasalahan anak serta minimnya kemampuan guru dalam


(13)

melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas ( Ernawulan Syaodih, 2003: 2 – 4).

Akibat dari proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan pada anak-anak usia dini telah menimbulkan berbagai macam kesulitan belajar (learning disabilities) dikemudian hari saat memasuki sekolah formal, seperti SD. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999) bahwa untuk dapat menguasai ketrampilan akademik maka ketrampilan belajar perkembangan anak merupakan ketrampilan prasyarat atau ketrampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu. Salah satu penyebab kesulitan belajar karena kurangnya pemahaman guru terhadap aspek ketrampilan belajar perkembangan anak.

Kesulitan belajar perkembangan terjadi karena proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan pada anak usia dini, misalnya anak yang dipaksa untuk belajar akademik seperti membaca, menulis dan berhitung sebelum waktunya. Berdasarkan hasil observasi di beberapa kelompok bermain (playgroup) di kota Bandung tampak telah memasukkan kegiatan menulis dan membaca dalam kurikulum pada anak-anak usia dini. Kurikulum yang terlampau menekankan pada aspek akademik membuat kurangnya rangsangan yang berkaitan dengan ketrampilan belajar perkembangan anak, seperti perkembangan motorik kasar, motorik halus, kognitif, bahasa, dan sosial-emosi melalui kurikulum yang berpusat pada bermain.

Dalam rangka mengoptimalkan ketrampilan belajar perkembangan anak dan memenuhi karakteristik anak yang merupakan individu unik yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan


(14)

usaha yaitu memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan-dorongan dan dukungan kepada anak. Untuk dapat melakukannya dengan optimal maka para pendidik perlu menyiapkan suatu kurikulum yang sistematis. Oleh karena itu, perlu merencanakan dan mengembangkan program untuk anak usia dini yang berkaitan dengan aspek perkembangan anak yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak (Dr. Siskandar, 2000: 26). Bernet (1995) menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang terbaru secara jelas memperlihatkan bahwa program pendidikan usia dini yang berkualitas tinggi serta yang sesuai dengan perkembangan anak (developmentally appropriate) akan menghasilkan efek positif secara jangka panjang maupun jangka pendek pada perkembangan kognitif dan sosial anak.

Menurut dr. Fasli Jalal, Ph.D (2000) bahwa kurikulum nasional pendidikan anak usia dini dengan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” berbasis pada kemampuan anak, sesuai dengan usia dan perkembangannya, untuk berbagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini hendaknya sama. Setiap anak di lembaga pendidikan apapun, termasuk keluarga memiliki hak yang sama untuk dikembangkan kemampuannya. Kurikulum untuk anak usia dini sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut.

1. Berpusat pada anak, artinya anak merupakan sasaran kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik.

2. Mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial-emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan kepribadian.


(15)

3. Memperhatikan perbedaan individual anak, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya. Pengembangan program harus memperhatikan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan anak (developmentally appropriate program).

Namun pada kenyataannya kurikulum nasional pendidikan anak usia dini dengan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” hanya digunakan oleh beberapa taman bermain swasta yang ada di Bandung atau digunakan oleh taman bermain yang berada di bawah direktorat PADU. Hal ini karena kurangnya sosialisasi membuat taman bermain lainnya masih menggunakan pendekatan lama yang menekankan aspek akademik. Selain itu, adanya kebebasan pendidikan dalam memilih program yang sesuai dengan tujuan lembaganya membuat lembaga tersebut memilih pendekatan lainnya.

Salah satu taman bermain swasta yang memilih menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” adalah Happy Kids Playgroup di Kids Centre. Setiap tindakan guru dalam membantu anak belajar dan berkembang diharapkan berdasarkan kepada standar perilaku profesional guru, sebagai komitmen terhadap nilai-nilai fundamental perkembangan anak usia dini. Standar perilaku tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Mengapresiasikan anak sebagai sesuatu yang unik dan berada dalam tahapan siklus kehidupan manusia yang amat berharga; menghargai kehidupan anak saat ini dan bukan semata-mata sebagai persiapan untuk kehidupan masa yang akan datang.


(16)

2. Mendasarkan tindakan pendidikan kepada pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak.

3. Mengapresiasi dan mendukung ikatan yang kuat antara anak dan keluarga. 4. Mengakui bahwa cara terbaik memahami anak harus dalam konteks

keluarga, budaya, dan masyarakat.

5. Menghargai martabat, kemuliaan dan keunikan setiap individu anak.

6. Membantu anak dan orang dewasa mencapai perkembangan potensinya secara optimal dalam konteks hubungan yang didasari kepercayaan, respek dan penerimaan yang positif. (Feeney & Kipnis, 1993; 3 dalam Sue Bredekamp & Carol Copple, 1997; 7)

Adapun pelaksanaan program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids PlaygroupKids Centre diwujudkan dalam pengembangan wilayah pembelajaran (learning areas) dengan menggunakan kurikulum yang terstruktur sesuai panduan pembelajaran berbasis perkembangan dari Pam Schiller dan Kay Hastings (1998). Pengalaman dalam satu wilayah belajar dapat memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan sejumlah kompetensi, ketrampilan dan konsep di dalam wilayah-wilayah belajar lainnya. Setiap wilayah pembelajaran dijabarkan ke dalam sejumlah topik kegiatan inti sebagai rambu-rambu bagi pengembangan lingkungan pembelajaran. Ragam kegiatan inti dapat dikembangkan secara terus-menerus melalui kolaborasi antara guru-guru dan guru-orang tua (Sunaryo Kartadinata, 2003: 1-2, 13). Wilayah pembelajaran terdiri dari beberapa ruang, seperti rumah pohon, gymnasium, gua,


(17)

perpustakaan, ruang audio-visual, dan ruang musik yang terdapat di Happy Kids Playgroup – Kids Centre.

Selain itu, Happy Kids Playgroup melakukan asesmen perkembangan dan belajar anak yang dilakukan dengan cara observasi pada saat proses kegiatan berlangsung secara berkelanjutan. Observasi dilakukan oleh seorang observer pada setiap kelas dengan di bawah bimbingan tim konsultan psikologi. Informasi juga diperoleh dari orang tua yang dijaring melalui wawancara dan buku penghubung. Hasil asesmen dinyatakan secara deskriptif dan dicatat dari hari ke hari. Hasil tersebut akan diberikan kepada orang tua pada setiap akhir kegiatan di hari Jumat.

Tugas guru di Happy Kids Playgroup adalah melakukan pengecekan dan validasi atas perkembangan setiap anak dengan jalan mengamati perilaku anak sehari-hari, memberikan bantuan khusus kepada anak-anak tersebut secara individual dengan hati-hati dan tetap berpegangan pada prinsip keterpaduan perkembangan anak, serta melakukan pencatatan atas setiap bantuan yang diberikan atas perkembangan yang tampak melalui buku penghubung. Selanjutnya, orang tua akan memberikan masukan terhadap hasil observasi guru di kelas setiap harinya.

Tampaknya Happy Kids Playgroup berupaya menerapkan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” dalam program pembelajaran pada anak-anak usia dini. Namun dalam kenyataannya tentu adanya hambatan dalam mewujudkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam program “Developmentally Appropriate Practice” baik dari segi kurikulum, proses


(18)

pembelajaran, asesmen maupun penilaian hasil perkembangan dan belajar anak. Hal ini karena perlunya perangkat baik fisik, seperti peralatan dan ruang kelas yang memadai serta sumber daya manusia yang handal berkaitan dengan kompetensi guru dalam mengajar di kelas. Penilaian yang sistematis terhadap program pendidikan kelompok belajar yang menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” maka dapat diketahui gambaran kesesuaian dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan selama proses pembelajaran serta gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup.

Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif mengenai pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Batasan tentang masa anak usia dini cukup bervariasi. Pada pandangan mutakhir yang umum dianut di negara maju dengan istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0 – 8 tahun. Bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (1 – 3), taman kanak-kanak (kindergarten), kelompok bermain (playgroup) dan masa bayi (Ernawulan Syaodih, 2003: 8).


(19)

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Montenssori (Elizabeth B. Hurlock, 1978: 13) berpendapat bahwa usia 3 – 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terpenuhi maka anak akan mengalami kesukaran dalam berbahasa pada periode selanjutnya. Masa sensitif anak pada usia ini mencakup sensitif terhadap keteraturan lingkungan, mengeksplorasi lingkungan dengan lidah dan tangan, sensitif untuk berjalan, sensitif terhadap obyek-obyek kecil dan detail, serta terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. Selain itu, Kartini Kartono (1986: 113 dalam Ernawulan Syaodih, 2003: 15 – 18) mengungkapkan ciri khas lainnya pada masa kanak-kanak, yaitu : bersifat egosentris naif, relasi sosial yang masih primitif, kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan, serta sikap hidup yang fisiognomis.

Uraian yang berkaitan dengan ciri-ciri anak diperlukan dalam menjelaskan program pendidikan anak usia dini yang menggunakan pendekatan

developmentally appropriate practice agar dapat mengambil keputusan secara profesional tentang keberadaan anak dan pendidikannya yang didasarkan pada tiga jenis informasi penting yang meliputi pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak; kekuatan, minat, dan kebutuhan di dalam kelompok; dan konteks sosial-budaya dimana anak hidup (Sue Bredekamp & Carol Copple, 1997: 8 – 9). Program Developmentally Appropriate Practice (DAP) yang


(20)

disusun oleh The National Association for the Education of Young Children (NAEYC) maka kegiatan program pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini, seperti yang diuraikan berikut ini.

a. Pada program pendidikan usia dini selain meningkatkan perhatian terhadap hal-hal yang bersifat akademis, juga menekankan pada penyediaan lingkungan yang aman, yang mendukung bagi perkembangan anak, baik fisik, sosial, emosional dan kognitif.

b. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pendidikan usia dini berdasarkan pada konsep kesesuaian perkembangan yang mempunyai tiga dimensi, yaitu kesesuaian usia, kesesuaian individual dan kesesuaian sosial-budaya.

c. Konsep kesesuaian perkembangan dapat dilakukan pada 4 komponen pendidikan usia dini yaitu rambu-rambu program, interaksi anak dengan orang dewasa, hubungan antara rumah dan program serta evaluasi perkembangan anak.

d. Rambu-rambu belajar disusun sesuai dengan perkembangan anak dan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan, minat, dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda pada anak secara individual. Rambu-rambu tersebut sesuai dengan perkembangan mencakup aspek perkembangan fisik, emosi, sosial dan kognitif anak melalui program terpadu.

e. Dengan pendekatan terpadu, dimana rambu-rambu menekankan belajar sebagai proses interaksi, guru hendaknya menyiapkan lingkungan bagi anak


(21)

untuk belajar melalui penjelajahan aktif dan ada interaksi dengan orang dewasa, dengan teman sebaya dan benda-benda sekitarnya.

f. Proses interaksi dengan orang lain dan benda-benda di lingkungannya menyebabkan anak belajar. Oleh karena itu, kegiatan belajar dan materi harus konkrit, nyata dan sesuai dengan kehidupan anak.

g. Proses belajar terjadi ketika anak menyentuh, mengenal, mencoba dengan benda-benda dan saat berinteraksi dengan orang lain.

h. Strategi pengajaran diciptakan dengan menyediakan lingkungan yang memberikan kesempatan agar anak dapat berpartisipasi aktif melalui kegiatan-kegiatan permainan dan pengalaman nyata untuk memotivasi dan memperoleh belajar yang bermakna.

Untuk mengarahkan program pembelajaran agar sesuai dengan

developmentally appropriate practice tersebut maka dibutuhkan rambu-rambu dalam membuat keputusan pembelajaran yang berbasis perkembangan sebagai indikator dari proses pembelajaran tersebut. Rambu-rambu developmentally appropriate practice terdiri dari lima dimensi berikut ini.

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli

b. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran c. Mengembangkan kurikulum yang sesuai

d. Asesmen pembelajaran dan perkembangan anak e. Mengokohkan hubungan timbal-balik dengan keluarga


(22)

Program pembelajaran yang dilakukan untuk pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak dapat dicapai melalui program

developmentally appropriate practice yang digunakan agar memacu perkembangan motorik, kognitif, bahasa-komunikasi dan sosial-emosional yang digunakan sebagai indikator keberhasilan dari proses pembelajaran yang dicapai oleh anak. Kondisi ini sesuai dengan pendidikan yang dilakukan Happy Kids Playgroup dalam melakukan pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar anak yang mencakup perkembangan motorik (motorik kasar, motorik halus, sensori-motor), kognitif (persepsi pendengaran dan penglihatan), bahasa-komunkasi, dan sosial-emosional.

Pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain yang menggunakan pendekatan Developmentally Appropriate Practice bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup

serta gambaran mengenai kesesuaian proses pembelajaran dengan rambu-rambu rancang DAP.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimana gambaran pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup telah sesuai dengan rambu-rambu rancangan program yang telah ditetapkan ?


(23)

b. Bagaimana gambaran perkembangan 8 anak yang mengikuti program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di Happy Kids Playgroup Kotamadya Bandung.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi bagi ilmu bimbingan dan konseling dengan konsentrasi pendidikan anak usia dini mengenai gambaran pelaksanaan program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” pada anak playgroup.

b. Bahan acuan bagi peneliti lain yang tertarik pada program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice”.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada lembaga pendidikan yang tertarik untuk menggunakan pendekatan “Developmentally Appropriate Practice” dalam mengembangkan anak didiknya.


(24)

b. Memberikan informasi bagi konselor dalam memberikan konseling perkembangan (developmental counseling) pada orang tua dari anak yang mengikuti program pendidikan berdasarkan “Developmentally Appropriate Practice” di kelompok bermain.

c. Memberikan informasi bagi tenaga profesional, seperti guru playgroup mengenai pentingnya pendidikan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak (Developmentally Appropriate Practice).

d. Memberikan informasi bagi orang tua dalam memberikan bimbingan belajar yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

E. Asumsi Penelitian

1. Anak playgroup berada pada masa perkembangan usia dini yang memiliki ciri-ciri dan tugas perkembangan tertentu sesuai dengan usianya.

2. Program pendidikan Happy Kids Playgroup berdasarkan developmentally appropriate practice dapat membantu perkembangan anak yang mencakup motorik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional agar dapat berfungsi secara optimal.

3. Pelaksanaan program pendidikan Happy Kids Playgroup berdasarkan

developmentally appropriate practice sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan.


(25)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada 8 anak Happy Kids PlaygroupKids Centre. Tujuannya adalah untuk melihat gambaran pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan

developmentally appropriate practice pada anak Happy Kids Playgroup telah sesuai dengan rambu-rambu rancangan DAP serta gambaran perkembangan anak di Happy Kids Playgroup.

Adapun teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Observasi perkembangan anak sesuai dengan panduan develomentally appropriate practice pada 8 anak yang dipilih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

2. Observasi dan wawancara berdasarkan rambu-rambu rancangan

developmentally appropriate practice.

3. Mengumpulkan data dari observer dan guru di kelas untuk dianalisa selanjutnya.


(26)

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sekolah Happy Kids Playgroup yang merupakan bagian dari Kids Centre di jalan Sukaasih No. 61A, Bandung. Adapun jumlah sampel penelitian adalah 8 anak yang memenuhi karakteristik yang mengikuti pendidikan di Happy Kids PlaygroupKids Centre. Usia anak yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi individu yang penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan individu tersebut. Pendekatan ini juga dapat memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan menggali berbagai macam faktor sekaligus (Creswell, 1994; Patton, 1990; Strauss, 1987; Taylor & Bogdan, 1984). Sesuai dengan sifat penelitian tersebut maka peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan memberikan kuesioner pada guru.

Peneliti berupaya mengamati anak Happy Kids Playgroup – Kids Centre mengikuti program pendidikan kelompok bermain berdasarkan developmentally appropriate practice. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan program pendidikan yang berdasarkan developmentally appropriate practice pada anak Happy Kids Playgroup telah sesuai dengan berdasarkan rambu-rambu rancangan DAP yang telah ditetapkan. Selain itu untuk memperoleh gambaran empirik dan akurat dalam menangkap fenomena-fenomena atau pola perkembangan umum pada 8 anak Happy Kids Playgroup – Kids Centre, baik yang berlangsung saat lampau maupun saat ini.


(28)

B. Desain Penelitian

Gambaran desain penelitian kualitatif sesuai dengan kondisi lapangan serta memperhatikan temuan-temuan kejadian yang muncul di lapangan maka sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian disusun seperti bagan 3.1. di bawah ini.

Bagan 3.1. Desain Penelitian

Anak Happy Kids

Playgroup

Rambu-rambu Rancangan DAP

Program Pembelajaran

DAP

Perkembangan Anak Playgroup

a. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli b. Pengajaran yang memperkaya

perkembangan dan pembelajaran c. Mengembangkan kurikulum yang

sesuai perkembangan anak d. Pengukuran pembelajaran dan

perkembangan anak

e. Mengokohkan hubungan timbal-balik dengan keluarga

1. Motorik 2. Bahasa 3. Kognitif 4. Sosial-emosional


(29)

C. Variabel Penelitian dan Definisi Peristilahan

Upaya memperjelas fokus pembahasan yang hendak diteliti dan untuk menyamakan pandangan tentang berbagai variabel dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menegaskan definisi peristilahan dari variabel penelitian sebagai berikut ini.

Program Developmentally Appropriate Practice

Developmentally Appropriate Practice” adalah tindakan guru kelompok bermain dalam melaksanakan pendidikan di kelas didasari oleh pengetahuan tentang perkembangan dan belajar anak; kekuatan, minat, dan kebutuhan setiap anak di dalam kelompok; serta pengetahuan mengenai konteks sosial-budaya dimana anak hidup sehingga dapat membantu anak dalam mencapai tingkat perkembangan dari kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa-komunikasi, kognitif, dan sosial-emosional secara optimal sesuai dengan usia perkembangannya.

Upaya untuk mengarahkan pelaksanaan program pendidikan agar sesuai dengan developmentally appropriate practice tersebut maka dibutuhkan rambu-rambu dalam membuat keputusan pembelajaran berbasis perkembangan. 1. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli

2. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran 3. Mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan anak 4. Asesmen pembelajaran dan perkembangan anak


(30)

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Ada dua instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) instrumen untuk mengetahui perkembangan anak yang terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa-komunikasi, kognitif, dan sosial-emosional; (2) instrumen untuk mengetahui rambu-rambu dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli, pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran, mengembangkan kurikulum yang sesuai, asesmen pembelajaran dan perkembangan anak serta mengokohkan hubungan timbal-balik dengan keluarga.

1. Instrumen Observasi Perkembangan Anak

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi perkembangan anak sesuai dengan panduan developmentally appropriate practice pada 8 anak yang dipilih berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Instrumen ini bertujuan sebagai indikator dari keberhasilan anak dalam mencapai aspek perkembangan setelah mengikuti pendidikan di Happy Kids Playgroup.


(31)

Tabel 3.1

Observasi Perkembangan Anak

Observasi Perkembangan Anak

Petunjuk :

Beri tanda checklist (V) pada item yang ditampilkan anak dan berikan N pada item yang tidak ada kesempatan untuk diobservasi.

Item Bukti Tanggal

1. Perkembangan Motorik Kasar

____ Berjalan tanpa melihat kaki; berjalan mundur; lari dengan langkah cepat; berputar dan berhenti dengan baik.

____ Menaiki anak tangga dengan kedua kaki dan memegang susur tangga dengan tangan untuk keseimbangan.

____ Melompat dengan langkah rendah; kurang mempertimbangkan dengan baik dalam melompati sasarannya. ____ Menunjukkan peningkatan koordinasi; mulai menggerakkan tangan dan kaki untuk memutar atau mengendarai sepeda roda tiga; kadang-kadang lupa untuk melihat secara langsung sehingga menabrak benda.

____ Merasakan berat dan kecepatan benda, seperti melempar bola tetapi masih ada ketakutan yang

kurang realistik dalam menghayati kemampuannya.

____ Berdiri dengan satu kaki tidak secara terus-menerus; keseimbangan dengan tingkat kesulitan pada balok titian yang rendah (lebar 4 inci) dan melihat kaki.

____ Bermain aktif (mencoba dengan anak yang lebih tua) dan

membutuhkan istirahat bila kelelahan.

2. Perkembangan Motorik Halus

____ Memasukkan pasak ke dalam kotak pasak, memasukkan manik-manik dalam benang (meronce),

menuangkan cairan.

____ Membangun menara dari balok; secara mudah menyusun puzzle dengan keseluruhan obyek yang diwakili dari tiap potongnya.


(32)

____ Mudah lelah jika banyak

menggunakan koordinasi tangan yang dibutuhkan.

____ Menggambar bentuk, seperti lingkaran; mulai merancang obyek, seperti rumah atau gambar; mengambar obyek yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

____ Memegang crayon atau spidol dengan jari-jari yang menggengam. ____ Tidak dapat memakai baju tanpa bantuan tetapi butuh bantuan dipakaikan; tidak dapat mengancing dengan trampil secara menyeluruh tetapi mengancing secara perlahan.

3. Perkembangan Kognitif

____ Anak masih berpikir simbolik. ____ Anak masih bersifat egosentris yaitu kecenderungan

melihat berdasarkan sudut

pandangannya sendiri; memusatkan perhatian hanya pada satu elemen atau situasi saja; konkrit.

____ Anak mampu untuk melihat hubungan sebab-akibat dari dua kejadian berdasarkan kedekatan dalam waktu secara logis.

____ Anak dapat mengorganisasi informasi ke dalam konsep-konsep.

____ Anak mampu melakukan klasifikasi.

4. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

____ Memperlihatkan peningkatan kosa kata secara tetap, antara 2000 – 4000 kata; cenderung menyama- ratakan arti dan susunan kata yang disesuaikan dengan kebutuhan. ____ Menggunakan kalimat-kalimat sederhana antara 3 – 4 kata untuk mengungkapkan kebutuhannya. ____ Mempunyai kesulitan bertukar giliran berbicara dalam percakapan; cepat mengubah topik pembicaraan. ____ mengalami kesulitan dalam melafalkan kata, seringkali keliru antara kata satu dengan kata lainnya.

____ Menyukai permainan jari yang sederhana dan irama serta mempelajari kata-kata dari lagu yang kata-katanya diulang-ulang. ____ Mengadaptasi pembicaraan dan gaya bicara komunikasi non-verbal untuk pendengarnya dengan cara


(33)

yang dapat diterima sesuai budaya tetapi tetap harus diingatkan agar sesuai konteksnya.

____ Banyak bertanya dengan kata siapa, apa, dimana dan mengapa tetapi memperlihatkan banyak kebingungan dengan responnya terhadap beberapa pertanyaan. ____ Memakai bahasa untuk

mengorganisasikan pemikirannya, menghubungkan dua ide dengan kalimat yang digabungkan; banyak berlebihan memakai kata-kata, seperti tetapi, karena, dan kapan; jarang sekali bisa tepat memakai kata-kata yang berhubungan dengan waktu, seperti sebelum, sampai, sesudah.

____ Dapat menceritakan cerita sederhana tetapi harus mengulangi urutannya agar dapat memasukkan idenya dalam setiap kejadian; sering lupa inti dari cerita dan lebih suka fokus pada bagian yang disenangi saja.

5. Perkembangan Sosial dan Emosional

____ Bergantung pada pengalaman sebelumnya dengan teman sebaya, dapat dilihat dari permainan paralel yang digunakan sampai anak terbiasa dengan anak-anak lain, atau dapat berteman dengan permainan yang terpola (bermain dengan teman yang hampir sebaya, mengobrol dan bermain dengan mainan, tapi terpisah tanpa maksud yang mengarah pada perilaku). ____ Memperlihatkan kesulitan menunggu giliran dan berbagi mainan, bentuk aktivitas permainan yang sering berubah; kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan teman sebaya masih berkurang, biasanya memerlukan bantuan untuk menyelesaikan masalah bila masalah itu terjadi. ____ Berperilaku lebih kooperatif daripada anak batita dan ingin menyenangkan orang dewasa (bisa kembali pada tingkah laku batita, seperti mengisap jempol, mendorong, memukul, menangis jika ia tidak bahagia dengan situasi sosialnya).


(34)

____ Dapat bermain dengan yang lain dan berespon positif apabila terdapat kondisi yang menyenang- kan menyangkut alat-alat, ruang dan pengawasan (kurang dapat bersikap prososial apabila hal-hal tersebut tidak mencukupi). ____ Dapat mengikuti permintaan yang sederhana, senang diperlakukan seperti orang dewasa sekali-kali, tetapi masih meletakkan benda dalam mulut yang dapat membahayakan dan bisa pergi kemana-mana bila tidak diawasi dengan baik.

____ Dapat mengekspresikan perasaan- perasaannya dengan kuat, seperti takut dan afeksi, menunjukkan kegembiraaan dan suka humor.

2. Instrumen Rambu-Rambu Developmentally Appropriate Practice

Instrumen yang berupa kuesioner ini berisikan rambu-rambu rancangan

developmentally appropriate practice untuk pendidikan prasekolah yang akan diberikan kepada guru. Tujuan instrumen ini sebagai indikator untuk mendapatkan gambaran kesesuaian pelaksanaan program pendidikan Happy Kids Playgroup dengan rambu-rambu yang ditetapkan.


(35)

Tabel 3.2

Rambu-Rambu Rancangan DAP

RAMBU-RAMBU RANCANGAN DAP

HAPPY KIDS PLAYGROUP Petunjuk :

Beri tanda checklist (V) pada item di sebelah kanan yang telah Ibu/Bapak lakukan sesuai dengan rambu-rambu DAP dan berikan keterangan pada kolom sebelah kiri.

Item Bukti Appropriate dan

Inappropriate Practice

1. Menciptakan masyarakat pembelajaran yang peduli.

____ Guru memastikan bahwa kelas-kelas atau kelompok-kelompok anak berfungsi sebagai komunitas yang peduli. Mereka menolong anak-anak belajar bagaimana menjadi positif, menjalin hubungan yang membangun dengan orang dewasa dan anak-anak lain. Guru mendukung anak-anak memulai persahabatan mereka dan memberikan kesempatan bagi anak- anak untuk belajar satu sama lainnya seperti orang dewasa.

____ Untuk mengembangkan percaya diri dan perasaan positif pada anak-anak melalui belajar, guru memberikan kesempatan pada mereka untuk menyelesaikan tugas yang bermakna dan berpartisipasi untuk belajar dari pengalaman mereka yang berhasil dan yang masih belum ditantang untuk berhasil mengerjakan dengan mengesampingkan kemampuan- kemampuan perkembangan mereka. ____ Guru mengenal setiap anak dengan baik dan mendesain aktivitas berdasarkan pengetahuan mereka terhadap kemampuan setiap anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan pendekatan belajarnya. Berespon terhadap perbedaan-perbedaan individual, seperti kemampuan- kemampuan dan minat anak adalah terbukti jelas dalam kurikulum, interaksi dengan orang dewasa dan lingkungan (dimana foto setiap anak dengan keluarganya dan hasil kerja anak-anak ditampilkan dan disediakan tempat untuk dimiliki setiap anak).


(36)

____ Guru menggunakan banyak

strategi untuk membangun kelompok yang mempunyai rasa kesatuan komunitas. Anak-anak kadang-kadang bekerja dalam kelompok yang semuanya dapat saling mengenali, seperti membuat lukisan dinding untuk kelas atau merencanakan acara-acara kejutan untuk orang tua. Guru mengajak anak-anak mendemonstrasi- kan pengalaman mereka yang secara jelas bernilai untuk setiap anak, misalnya mengirimkan kartu ‘kami rindu padamu’ pada teman sekelas yang sakit.

____ Guru menerima kebudayaan dan bahasa setiap anak sehingga

setiap anak merasa diterima dan terikat rasa saling memiliki. Sumbangan keluarga dan kelompok budaya setiap anak diperkenalkan dan dinilai oleh anak lainnya. Anak-anak belajar untuk menghormati dan menghargai

persamaan dan perbedaan diantara banyak orang.

____ Guru memperkenalkan nilai dari bekerja dan bermain secara kolaboratif. Guru menyediakan banyak kesempatan pada anak untuk bekerja dalam kelompok kecil, kelompok-kelompok fleksibel diciptakan oleh anak-anak secara informal atau diorganisir oleh guru. Seluruh waktu kelompok digunakan sebagai kesempatan untuk membangun rasa kesatuan dan berbagi tujuan, seperti membaca buku, bercerita (tentang pengalaman anak-anak), memecahkan masalah dalam kelompok, memperhati- kan kehadiran dengan bertanya ‘siapa yang tidak masuk hari ini?’ Selama anak-anak menemui apa yang anggota dari kelompok pikirkan, berkata dan ciptakan, pengetahuan dan pengertian setiap anak akan bertumbuh dan mengalami perubahan.

____ Anak-anak yang tidak mampu atau dengan kebutuhan belajar khusus dimasukkan ke dalam kelas yang secara sosial, intelektual, dan

secara fisik dan memerlukan dukungan. Dan memastikan bahwa kebutuhan individual mereka ada dalam konteks, kalau memungkinkan anak-anak yang kurang memiliki kemampuan


(37)

mendapatkan terapi dan pelayanan lain dalam kelas yang teratur untuk memelihara rasa keberlangsungan dan untuk mendukung rasa dimiliki dan diterima oleh kelompoknya.

2. Pengajaran yang memperkaya perkembangan dan pembelajaran.

____ Guru merencanakan dan mempersiap- kan lingkungan belajar yang membantu perkembangan inisiatif anak-anak membuat anak-anak aktif

bereksplorasi dengan alat-alat dan menjalin hubungan yang terus-menerus dengan anak lainnya, orang dewasa dan aktivitas lainnya. Dalam memilih alat- alat dan perlengkapan guru

mempertimbangkan tingkat

perkembangan anak dan konteks budaya anak. Contohnya lokasi geografi dari program dan latar belakang anak-anak. ____ Guru menjaga keselamatan,

lingkungan yang sehat dan pengawasan yang hati-hati. Mereka mengantisipasi dan menghindari kecelakaan atau masalah sebelum masalah itu terjadi. Guru-guru menjaga keselamatan anak- anak, sementara juga mendorong anak- anak untuk melakukan yang mampu mereka lakukan sendiri. Guru mendukung anak-anak mengambil resiko sesuai usianya dengan melindungi keselamatannya, contoh mengawasi mereka mengenakan kacamata debu dengan aman seperti mereka menggunakan alat yang sebenarnya dalam pekerjaan tukang kayu atau anak-anak bereksplorasi dengan perlengkapan memanjat dengan jangkar yang aman dan alat-alat dilengkapi bantalan yang cukup memadai pada tempatnya.

____ Guru mengorganisir jadwal harian untuk mengikuti alternatif periode yang aktif dan waktu tenang, nutrisi yang cukup dan waktu tidur siang (untuk anak-anak yang lebih kecil). Guru mengalokasikan waktu yang lebih panjang (sekitar satu jam) untuk anak- anak bermain dan membuat proyek mereka. Anak-anak memiliki banyak waktu untuk bereksplorasi dan belajar tentang lingkungan, menginvestigasi apa yang menjadi rasa keingintahuan mereka dan bereksperimen dengan


(38)

sebab dan akibat dari suatu hubungan. ____ Guru merencanakan berbagai

macam pengalaman belajar melalui alat- alat dan orang-orang yang relevan dengan pengalaman kehidupan anak- anak sendiri dan yang menunjukkan minat mereka, berhubungan dengan belajar dan perkembangan konseptual. Alat-alat yang termasuk tapi tidak dibatasi, seperti balok dan bahan konstruksi lainnya, alat-alat pentas dan permainan drama, alat-alat seni dan modeling, air dan pasir dengan alat untuk mengukur, serta alat-alat untuk aktivitas sederhana.

____ Guru memberikan kesempatan

kepada anak-anak untuk merencanakan dan menyeleksi aktivitas mereka sendiri diantara banyak variasi area belajar dan proyek yang bisa mereka dapatkan, didasarkan pada tujuan-tujuan program dan informasi tentang berbagai variasi minat dan kemampuan anak-anak. Mengikuti minat mereka sendiri, anak- anak memilih dari berbagai macam aktivitas mereka sendiri, termasuk yang khas tapi tidak dibatasi seperti bermain drama, konstruksi, sains atau

matematika, permainan dan puzzle, buku dan alat perekam, komputer, seni dan musik. Guru juga menggunakan berbagai macam alat dan pengalaman dalam membuat rancangan

aktivitas untuk mencapai tujuan, misalnya bermain drama dengan tema rumah makan termasuk literasi (menu atau daftar pesanan) dan peralatan yang berhubungan dengan matematika (bermain menggunakan uang, pembayaran tunai).

____ Guru mendorong perkembangan ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi anak-anak dengan berbicara kepada mereka sepanjang hari, berbicara dengan jelas dan mendengar respon-respon mereka, dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berbicara satu sama lainnya. Guru mengikutsertakan anak- anak secara individual dan kelompok dalam percakapan tentang pengalaman- pengalaman nyata mereka, proyek- proyek dan peristiwa yang terjadi sekarang, mereka mendorong anak-anak


(39)

untuk menggambarkan hasil atau ide- ide mereka dan mereka berespon dengan penuh perhatian terhadap inisiatif yang disampaikan anak-anak. ____ Sesuai dengan kapasitas perkembangan anak, guru memasukkan pengalaman- pengalaman untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mendengarkan secara aktif dan mengamati, seperti anak-anak mendengarkan teman seusianya menceritakan suatu kejadian dan kemudian diberikan kesempatan bertanya untuk klarifikasi atau

memberikan respon dari ide-ide mereka sendiri.

____ Guru memperhatikan dan berinteraksi dengan anak-anak, baik secara individual maupun kelompok kecil dalam semua konteks (termasuk rencana guru dan pengalaman belajar yang dipilih anak-anak) untuk memaksimal- kan pengetahuan mereka tentang apa yang dapat dilakukan anak-anak dan apa yang setiap anak dapat kerjakan dengan atau tanpa pengawasan, atau asisten pendukung lainnya. Untuk menolong anak-anak memperoleh ketrampilan dan pemahaman baru, guru-guru menyeleksi dari tingkatan strategi, seperti bertanya, menawarkan isyarat atau gagasan, mendemostrasikan ketrampilan ditambah dengan alat yang lebih kompleks, atau memberikan ide-ide pada suatu situasi, atau memberikan kesempatan untuk kerjasama dengan teman sebaya.

____ Guru menstimulasi dan mendukung perjanjian anak-anak dalam permainan dan aktivitas yang dipilih anak. Guru memperluas pemikiran dan belajar anak dengan aktivitas inisiatif anak dengan mengajukan masalah, pertanyaan, membuat gagasan, menambah tugas yang kompleks dan memberikan informasi, alat-alat dan asisten jika diperlukan untuk membolehkan anak menggabungkan pelajaran dan bergerak maju pada level pekerjaan berikutnya. ____ Guru memberikan banyak kesempatan kepada anak-anak untuk belajar bekerjasama dengan yang lain dan membangun pengetahuan secara sosial sama juga mengembangkan


(40)

ketrampilan sosial, seperti bekerja sama, menolong, negosiasi dan berbicara dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah. Guru membantu

perkembangan ketrampilan sosial dan ketrampilan memecahkan masalah kelompok di setiap waktu melalui modeling, pengajaran kelompok dan strategi lainnya.

____ Guru menggambarkan keingintahuan anak-anak dan ingin membuat dunia mereka diterima untuk memotivasi mereka menjadi terlibat dalam aktivitas belajar yang menarik. Guru memberikan dorongan verbal dengan cara yang tulus dan berhubungan dengan tugas atau perilaku yang sebenarnya, mengakui pekerjaan anak-anak dengan komentar yang spesifik, seperti ‘saya lihat kamu menggambar kakak perempuan kamu lebih besar dari kakak laki-lakimu’. ____ Guru memfasilitasikan pengembangan ketrampilan sosial, kontrol diri dan pengaturan diri anak-anak dengan menggunakan teknik bimbingan positif, seperti model dan mendorong

tingkah laku yang diharapkan, mengalihkan anak-anak pada aktivitas yang dapat diterima, menetapkan batas yang jelas dan mencegah perilaku yang merugikan. Harapan-harapan guru menghargai perkembangan kemampuan anak-anak. Guru dengan sabar

menyadari bahwa tidak setiap pelanggaran kecil memerlukan respon.

3. Mengembangkan kurikulum yang sesuai.

____ Tujuan kurikulum menunjukan belajar dalam semua area perkembangan, seperti fisik, sosial, emosional, bahasa, keindahan dan intelektual.

____ Isi kurikulum dari berbagai disiplin ilmu, seperti matematika, ilmu alam, atau pelajaran sosial diintegrasikan melalui tema, proyek-proyek permainan dan pengalaman belajar lainnya, sehingga konsep pemahaman anak-anak berkembang dan dapat membuat hubungan antar disiplin ilmu. Contohnya eksplorasi pola-pola matematika, anak-anak menggunakan seni, musik, objek dalam alam, balok- balok dan alat-alat lainnya.

____ Kurikulum dirancang untuk


(41)

eksplorasi dan mendapatkan konsep kunci dan alat-alat dari pertanyaan berbagai disiplin ilmu yang dapat dipahami dan diterima pada usia mereka. Contohnya pengalaman sains, termasuk kesempatan anak-anak bereksplorasi dan melihat secara langsung perubahan-perubahan dan gejala alam. Guru yang mengetahui banyak tentang rangkaian kesatuan dari perkembangan dan belajar untuk anak-anak prasekolah dalam setiap konteks area. Contohnya guru- guru mengerti rangkaian kesatuan dari membaca cepat dan mendukung anak- anak, seperti mereka belajar mengenal nama-nama huruf dan mendengar suara dan menyamakan ritme dari kata-kata. ____ Guru merencanakan dan melaksanakan kurikulum yang saling berkaitan untuk membantu anak-anak mencapai perkembangan yang penting dan tujuan belajar. Mereka menggambarkan pengetahuan mereka dari isinya, apa yang menarik anak-anak pada usianya dan isi dari penglaman anak-anak. Mereka juga mengenali bahwa belajar dari pengalaman lebih efektif ketika kurikulum mau mendengarkan minat dan ide yang muncul dari anak-anak. ____ Guru merencanakan kurikulum yang mau mendengarkan keadaan spesifik dari pengalaman anak-anak.

Kebudayaan yang bermacam-macam dan aktivitas yang tidak membedakan jenis kelamin dan peralatan disediakan untuk membantu anak-anak secara individu mengembangkan identitas diri yang positif, membangun pemahaman tentang konsep-konsep baru dengan membangun diatas pengetahuan sebelumnya dan menciptakan sharing yang berarti dan untuk memperkaya kehidupan semua anak-anak dengan menerima, menghormati dan

menghargai perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Buku dan gambar, termasuk orang-orang dari ras, usia dan kemampuan yang berbeda dan kedua gender dalam berbagai peran. ____ Guru menggunakan pendekatan yang bermacam-macam dan menyediakan kesempatan setiap hari untuk membantu anak mengembangkan bahasa dan


(42)

ketrampilan membaca. Anak-anak melalui pengalaman-pengalaman bermakna, seperti mendengarkan puisi, melakukan perjalanan lapangan, mendikte cerita-cerita, melihat grafik kelas dan cetakan lain yang digunakan; berpartisipasi dalam drama dan pengalaman lain yang memerlukan komunikasi, berbicara secara informal dengan anak-anak lain dan orang-orang dewasa; dan bereksperimen dengan tulisan melalui gambar, menyalin dan menggunakan ejaan yang mereka temukan. Orang-orang dewasa membacakan setiap hari untuk anak- anak dalam konteks yang bervariasi, seperti buku laporan individual,

membimbing membaca untuk kelompok kecil adakalanya sama baiknya dengan waktu cerita untuk kelompok besar. Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kesadarannya, rasa dalam bercerita, penghargaan literatur, dan pemahaman dari berbagai macam kata yang digunakan dalam tulisan, sambil mempelajari huruf nama-nama khusus dan mendengar bunyi kombinasi huruf-huruf dan mengenali kata-kata yang penuh arti bagi mereka (seperti nama mereka, nama teman, kata saya mencintai kamu dan penggunaan kata yang umum digunakan seperti keluar). ____ Guru menggunakan berbagai strategi untuk membantu anak-anak

mengembangkan konsep dan

ketrampilan dalama matematika, ilmu alam, pelajaran sosial, kesehatan, dan area lainnya melalui aktivitas-aktivitas yang penuh arti. Contohnya guru merancang aktivitas untuk anak-anak dalam mencari solusi dari masalah yang konkrit, membangun dengan balok- balok, mengukur pasir, air atau menakar masakan; mengamati dan merekam perubahan lingkungan; bekerja dengan kayu dan peralatannya; mengklasifikasi benda-benda dengan maksud tertentu, mengeksplorasi binatang, tumbuhan, air, roda-roda dan jari-jari;

menggunakan alat-alat seni, musik, pergerakkan dan bentuk lain untuk menggambar yang mereka lihat, memahami dan merasakan; belajar dan berlatih dengan rutin kehidupan yang


(43)

sehat.

____ Anak-anak diberi kesempatan setiap hari untuk menghargai dan

mengekspresikan keindahan melalui seni dan musik. Anak-anak

bereksperimen dan menikmati berbagai macam variasi dari bermain drama, musik dan dansa. Berbagai macam alat seni seperti spidol, crayon, cat, dan clay sangat sesuai untuk ekspresi yang kreatif dan menggambarkan ide-ide dan perasaan-perasaan.

____ Anak-anak memiliki kesempatan sepanjang hari untuk bergerak bebas dan menggunakan ototnya untuk aktivitas gerakan-gerakan yang direncanakan. Aktivitas yang direncanakan di dalam ruang atau di luar ruangan termasuk keseimbangan, lari, lompat dan gerakan penuh semangat lainnya, disediakan untuk meningkatkan pemahaman anak-anak tentang gerakan dan mendukung perkembangan motorik kasarnya. ____ Anak-anak memiliki kesempatan sepanjang harinya untuk mengembang- kan ketrampilan motorik halusnya melalui aktivitas permainan, seperti pegboards, memasukan manik-manik ke benang, rangkaian konstruksi, puzzle, menggambar, melukis, memahat tanah liat, menggunting dan aktivitas yang mirip lainnya, seperti yang rutin menuangkan jus atau berpakaian sendiri.

____ Anak-anak mempunyai kesempatan dan guru-guru mendukung untuk

mendemonstrasikan dan melatih perkembangan ketrampilan bantu diri atau kemandirian, seperti memakai baju, toileting, dan makan sendiri, menggosok gigi, mencuci tangan dan mengambil mainan. Guru harus sabar ketika kadang-kadang ada yang menggompol, memuntahkan makanan dan pekerjaannya tidak selesai.

4. Asesmen pembelajaran dan perkembangan anak

____ Guru menggunakan penilaian dari observasi kemajuan anak-anak, pemeriksaan contoh pekerjaan anak- anak dan dokumentasi perkembangan mereka dan belajar untuk mengadaptasi


(44)

kurikulum untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan belajar secara individual,

mengidentifikasi anak-anak mana yang memiliki masalah belajar atau

perkembangan komunikasi dengan orang tua dan mengevaluasi keefektivan program.

____ Setiap program masuk dalam usia setiap anak tanpa menghiraukan tingkat perkembangan dan pelajaran yang lebih dahulu dari setiap anak. Guru bekerja sama untuk menolong semua anak berkembang dan belajar, mengikuti instruksi untuk kebutuhan

perkembangan dan tingkat perkembangan anak-anak secara individual. Keputusan-keputusan yang memiliki dampak utama pada anak-anak didasarkan pada berbagai sumber informasi, termasuk yang diperoleh guru, orang tua dan spesialis melalui observasi yaitu jika informasi ini dapat diaplikasikan untuk diidentifikasi, didiagnosis dan direncanakan untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus atau ketidakmampuan.

5. Memperkokoh hubungan timbal balik dengan keluarga.

____ Guru bekerja bersama dengan para orang tua berkomunikasi secara teratur untuk membangun pengertian yang menguntungkan dan memastikan bahwa kebutuhan belajar dan perkembangan anak-anak terpenuhi. Mereka mau mendengarkan orang tua, mencoba untuk mengerti tujuan-tujuan dan kesenangan untuk anak-anak mereka dan menghormati perbedaan budaya dan keluarga.

____ Guru dan orang tua bekerjasama untuk mengambil keputusan tentang

bagaimana mendukung perkembangan dan belajar anak-anak yang baik atau untuk mengatasi masalah atau

perbedaan pendapat yang timbul. Guru mengumpulkan dan menggabungkan pengetahuan orang tua tentang anak- anak mereka ke dalam pengukuran, evaluasi dan prosedur perencanaan yang terus-menerus.

____ Orang tua biasanya ikut dalam program dan mendorong kunjungan ke rumah oleh guru-guru. Kesempatan orang tua


(45)

untuk berpartisipasi diatur untuk mengakomodasikan jadwal orang tua. Orang tua mempunyai kesempatan untuk terlibat dengan cara yang nyaman bagi mereka, seperti mengamati membacakan buku untuk anak-anak atau berbagi ketrampilan atau hobi.

3. Data Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Mingguan

Data ini diperoleh dari hasil pengamatan observer selama di kelas setiap harinya dan dituangkan dalam bentuk laporan mingguan kepada orang tua sejak akhir bulan juli hingga awal bulan desember, seperti tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3

Hasil Evaluasi Perkembangan Anak Aspek Psikologi Bulan Juli – Desember

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Motorik Kasar Motorik Halus Sensori-Motor Persepsi Pendengaran Persepsi Penglihatan Bahasa Komunikasi Bahasa Konseptual Sosialisasi

Penilaian yang dilakukan oleh observer dibagi dalam 5 kategori yaitu baik (B), cukup baik (CB), cukup (C), kurang (K) dan tidak merespon (NR). Adapun aspek psikologi yang diamati meliputi 8 aspek dengan gambaran kegiatan sebagai berikut.

a. Motorik kasar meliputi duduk, melempar, melompat, jongkok, berjinjit, lari, jalan dan tepuk tangan.


(46)

b. Motorik halus meliputi mewarnai, menempel, menghubungkan garis, menulis, bermain puzzle, meronce dan lego.

c. Sensori-motor meliputi konsep arah (lateralisasi), membedakan perabaan, organisasi tubuh dalam ruang, keseimbangan, deskriminasi taktil.

d. Persepsi pendengaran meliputi mengikuti perintah/tidak, memusatkan perhatian, mengingat bunyi, deskriminasi bunyi, koordinator suara-motor. e. Persepsi penglihatan meliputi membedakan bentuk, gambar-latar, dan daya

ingat penglihatan.

f. Bahasa-komunikasi meliputi kosa-kata, berbicara lancar dengan kalimat sederhana, artikulasi, komunikatif dengan teman dan guru, dapat menjelaskan kembali, dan berani menjawab pertanyaan.

g. Bahasa konseptual meliputi konsep bilangan, pengetahuan umum, klasifikasi dan deskriminasi, reasoning sederhana (sebab-akibat).

h. Sosialisasi meliputi bermain sendiri atau kelompok, pemahaman norma, berani tampil, membantu teman dan guru.

4. Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak

Laporan hasil evaluasi perkembangan anak selama seminggu juga berbentuk uraian perilaku anak selama di kelas yang dianggap penting oleh observer untuk disampaikan kepada orang tua, seperti tabel 3.4. berikut ini.


(47)

Tabel 3.4

Deskripsi Hasil Evaluasi Perkembangan Anak

Aspek Psikologi Deskripsi Perkembangan Anak

Mampu Cukup Mampu Kurang Mampu

Motorik Kasar Motorik Halus Sensori-Motor Persepsi Pendengaran Persepsi Penglihatan Bahasa Komunikasi Bahasa Konseptual Sosialisasi

E. Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Sampel Penelitian

Subyek penelitian ini adalah 8 anak playgroup yang mengikuti pendidikan di Happy Kids Playgroup – Kids Centre kotamadya Bandung. Pemilihan kedelapan anak tersebut berdasarkan teknik purposive sampling

karena ke-8 anak tersebut dianggap representatif untuk mendapatkan informasi yang diinginkan berdasarkan tingkat perkembangan dari kemampuan yang dimiliki anak, yaitu kemampuan di atas rata-rata, kemampuan rata-rata dan kemampuan di bawah rata-rata usianya. Informasi tingkat perkembangan anak tersebut diperoleh dari penilaian guru kelas, seperti gambaran tabel 3.5 dibawah ini.


(48)

Tabel 3.5

Tingkat Perkembangan Anak

Inisial Motorik Kasar

Motorik Halus

Daya Tangkap

Daya Ingat

Bahasa Emosi Kemandirian Relasi sosial

C B B B B B C C C

Sl B C C C B B B B

R B B B B C C C C

Sh B B C C B C C C

Ss B B B B B K K K

H B B C C B C C C

A B K K K K C C C

Ar C K K K C C B K

Kedelapan anak yang menjadi subyek penelitian ini berusia 3 – 4 tahun yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

developmentally appropriate practice di Happy Kids Playgroup – Kids Centre.

Adapun identitas kedelapan anak yang menjadi subyek penelitian berdasarkan keurutan tingkat perkembangan kemampuan anak, seperti tertera pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Identitas Subyek Penelitian

No. INISIAL PANGGILAN TANGGAL LAHIR JENIS KELAMIN

1 PC C 09 – 01 – 2002 Perempuan

2 SMPZ Sl 15 – 06 – 2002 Perempuan

3 RW R 03 – 03 – 2002 Laki-laki

4 SFN Sh 31 – 01 – 2002 Perempuan

5 KHN Ss 05 – 01 – 2002 Perempuan

6 HBR H 10 – 03 – 2002 Laki-laki

7 AG A 05 – 07 – 2002 Laki-laki


(49)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah sekolah Happy Kids Playgroup yang merupakan bagian dari Kids Centre di jalan Sukaasih No. 61A, Bandung. Adapun pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini sebagai berikut.

a. Sekolah Happy Kids Playgroup menggunakan program developmentally appropriate practice yang merupakan model pendidikan termuktahir pada saat ini sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut.

b. Belum pernah ada penelitian mengenai program developmentally appropriate practice di sekolah Happy Kids Playgroup tersebut.

c. Lokasi sekolah Happy Kids Playgroup yang cukup strategis berada di kota Bandung sehingga penelitian dapat dilakukan dengan intensif.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Pengumpulan data observasi perkembangan anak

Proses pengumpulan data mengenai perkembangan anak dilaksanakan selama 6 bulan dan status perkembangan ini dikatakan valid selama pengamatan data dari akhir bulan juli 2005 sampai bulan januari 2006. Proses pengumpulan data dibagi dalam 2 tahapan yaitu pada 3 bulan pertama, peneliti meminta informasi dari guru dan observer mengenai perkembangan anak yang bertujuan untuk menentukan tingkat perkembangan kemampuan anak dari akhir bulan Juli hingga akhir bulan September. Peneliti juga melakukan wawancara pada staff dan guru


(50)

berkaitan dengan pengisian data penunjang. Selanjutnya, dilakukan observasi untuk melihat perkembangan anak selama 3 bulan berikutnya yaitu dari bulan Oktober hingga bulan Desember untuk melihat ada/tidaknya kemajuan perkembangan kemampuan pada anak yang di observasi tersebut.

2. Strategi multi-metode

Beberapa paduan teknik seperti wawancara ke guru, observer dan staf, observasi, studi dokumenter yang menggunakan kamera dan handycam. Observasi dilakukan dengan merujuk pada pedoman observasi yang ada di dalam buku developmentally appropriate practice in Early Childhood Programs dari Sue Bredekamp dan Carol Copple.

3. Pencatatan bahasa subyek

Peneliti mencatat bahasa subyek penelitian dari apa yang dilihat untuk mendapatkan rumusan yang rinci, didengar dan ditangkap tanpa memberikan interpretasi apapun agar pencatatan lebih obyektif dan akurat.. 4. Pencatatan data mekanik

Peneliti menggunakan alat perekam baik kamera foto digital maupun handycam digital pada kegiatan yang dilakukan anak-anak dalam melakukan observasi untuk menjaga keakuratan informasi dari subyek penelitian.

5. Pengumpulan data asesmen mingguan dari observer kelas

Hasil asesmen yang dilakukan setiap minggu oleh observer yang ada di kelas dikumpulkan oleh peneliti untuk dianalisis dan dibandingkan dengan


(51)

hasil observasi untuk mengetahui perkembangan anak yang mengikuti program developmentally appropriate practice ini.

G. Prosedur dan Teknik Analisis Data

Prosedur penelitian ini mengikuti tiga langkah pokok, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : a. Melakukan studi pendahuluan dan penjajagan awal ke Happy Kids

Playgroup di kota Bandung. Studi pendahuluan dan penjajagan awal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang situasi dan kondisi Happy Kids Playgroup sehingga peneliti mendapat kepastian bahwa tempat ini sesuai dijadikan tempat penelitian. Penjajagan awal ini penting dilakukan untuk melakukan pendekatan dengan staf, guru, dan anak-anak yang mengikuti pendidikan di Happy Kids Playgroup.

b. Mengurus perizinan guna memperoleh izin operasional penelitian maka peneliti mengajukan permohonan ke Program Pasca-sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

c. Peneliti melakukan kunjungan kembali ke Happy Kids Playgroup guna menyampaikan izin formal dari Program Pasca-sarjana UPI. Pada kunjungan ini dibicarakan tentang proses pelaksanaan penelitian, penentuan fokus penelitian serta anak yang akan dijadikan subyek penelitian.


(52)

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan kegiatan orientasi (penciptaan

rapport), eksplorasi (pengumpulan data utama melalui observasi perkembangan anak) serta melengkapi (pengumpulan data penunjang. Dari ketiga tahapan penelitian ini diperoleh temuan penelitian yang pada dasarnya terdiri dari data utama dan data penunjang. Data utama adalah data yang diperoleh sesuai dengan dan untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian, yaitu meliputi gambaran perkembangan anak dan rambu-rambu perancangan DAP. Sementara data penunjang adalah data yang diperoleh untuk menunjang objektivitas dan keakuratan data utama. Data penunjang dalam penelitian ini menampilkan kondisi objektif Happy Kids Playgroup yang meliputi sejarah dan profil umum, susunan organisasi, kondisi fisik (sarana dan prasarana), jumlah staf, dan potret kegiatan di Happy Kids Playgroup.

3. Tahap Akhir Penelitian

Tahap akhir penelitian ini merupakan kegiatan penyempurnaan dan pengolahan data penelitian. Data yang ditemukan dianalisis secara cermat, disusun, dikategorikan secara sistematik dan diinterpretasikan berdasarkan kerangka pikir yang objektif. Selanjutnya dibuat keputusan analisis yang dituangkan dalam bentuk laporan hasil akhir penelitian.


(53)

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian berkaitan dengan perkembangan 8 anak Happy Kids Playgroup serta pelaksanaan program pendidikan kelompok bermain berdasarkan developmentally appropriate practice sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan maka dilakukan analisis dalam menjawab pertanyaan penelitian. Gambaran status perkembangan ke-8 anak dan hasil wawancara dengan guru berkaitan dengan rancangan rambu-rambu program

developmentally appropriate practice tersebut dinyatakan valid selama pengamatan data dari akhir bulan Juli sampai bulan Januari 2006. Selanjutnya disusun program bimbingan dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak agar sesuai dengan usia perkembangannya.

1. Perkembangan Anak Happy Kids Playgroup

Para ahli pendidikan percaya bahwa setiap periode perkembangan memiliki tugas perkembangannya masing-masing. Havighurst (Blocher, 1974:64) mendefinisikan tugas perkembangan sebagai berikut :

Developmental task is a task which arises at or about period in the life of the individual, succesful achievement of which leads to his happiness and to success with later tasks, while failure leads to unhappiness in the individual, dissapproval by the society, and difficulty with later tasks.

Maksudnya, bahwa tugas perkembangan itu merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan


(54)

kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.

Sekaitan dengan pendidikan anak usia dini, tugas perkembangan ini hendaklah dijadikan sebagai dasar atau rambu-rambu dalam penyusunan materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai. Tujuannya, tentu saja agar anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka secara optimal dan terhindar dari kegagalan. Hurlock (1990) juga menyatakan bahwa jika anak gagal dalam upaya mencapai tugas perkembangannya bisa mengakibatkan dua kemungkinan yang serius, yaitu (1) anak dinilai oleh teman sebayanya dan orang tua sebagai anak yang terlambat perkembangannya dan penilaian ini bisa membuat anak yang bersangkutan memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri, dan pada akhirnya membuat anak memiliki gambaran diri yang negatif (negatif self-image); dan (2) fondasi untuk tahap perkembangan berikutnya menjadi kurang kuat sehingga sulit mengejar ketertinggalan perkembangan dari teman sebayanya. Akibatnya lebih lanjut adalah perasaan tidak mampu bersaing dengan teman-teman seusianya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi anak berkaitan dengan status perkembangan 8 anak dengan tiga tingkat kemampuan perkembangan yang berbeda, yaitu kemampuan di atas rata-rata, kemampuan rata-rata dan kemampuan di bawah rata-rata usianya. maka diperoleh gambaran sebagai berikut.


(55)

a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik adalah proses memperoleh ketrampilan dan pola gerakan yang dilakukan anak untuk mengendalikan tubuh (Hidayat, 2003;22). Menurut Moeslichatoen (1999) bahwa ketrampilan koordinasi otot kasar merupakan kegiatan gerak seluruh tubuh atau bagian besar tubuh yang meliputi belajar (latihan) merangkak, melempar, meloncat, koordinasi keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, ketahanan, menendang, melompat, meloncat dan melempar.

Berdasarkan temuan penelitian bahwa perkembangan motorik kasar yang umumnya sudah dikuasai dengan baik oleh 8 anak playgroup, terutama yang berkaitan dengan aktivitas seperti berjalan, berlari, menaiki anak tangga, dan mengendarai sepeda roda tiga. Namun 4 dari 8 anak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, seperti berjalan diatas balok titian sepanjang 3 meter dengan lebar 20 cm. Anak yang mengalami kesulitan untuk berjalan diatas balok titian tersebut terdiri dari 2 anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dan 2 anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata usianya. Selain itu, diketahui bahwa terdapat 4 dari 8 anak yang mengalami kesulitan untuk aktivitas melompat dengan dua dan satu kaki yang terdiri dari 1 anak dengan kemampuan diatas rata-rata, 1 anak dengan kemampuan rata-rata dan 2 anak dengan kemampuan dibawah rata-rata (tabel 4.2). Kesulitan anak dalam melakukan aktivitas koordinasi dan keseimbangan tubuh tersebut dikarenakan adanya pengalaman


(1)

Tabel 4.13

Evaluasi Perkembangan Anak

Observasi Perkembangan Anak

Petunjuk :

Beri tanda checklist (V) pada item yang ditampilkan anak dan berikan N pada item yang tidak ada kesempatan untuk diobservasi.

Item Bukti Tanggal

1. Perkembangan Motorik Kasar ____ Berjalan tanpa melihat kaki; berjalan mundur; lari dengan langkah cepat; berputar dan berhenti dengan baik.

____ Melompat dengan langkah rendah; kurang mempertimbangkan dengan baik dalam melompati sasarannya. ____ Berdiri dengan satu kaki tidak secara terus-menerus; keseimbangan dengan tingkat kesulitan pada balok titian yang rendah (lebar 4 inci) dan melihat kaki.

2. Perkembangan Motorik Halus

____ Memasukkan pasak ke dalam kotak pasak, memasukkan manik-manik dalam benang (meronce),

menuangkan cairan.

____ Membangun menara dari balok; secara mudah menyusun puzzle dengan keseluruhan obyek yang diwakili dari tiap potongnya. ____ Mudah lelah jika banyak

menggunakan koordinasi tangan yang dibutuhkan.

____ Menggambar bentuk, seperti lingkaran; mulai merancang obyek, seperti rumah atau gambar; mengambar obyek yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

3. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

____ Memperlihatkan peningkatan kosa kata secara tetap, antara 2000 – 4000 kata; cenderung menyama- ratakan arti dan susunan kata yang disesuaikan dengan kebutuhan. ____ Menggunakan kalimat-kalimat sederhana antara 3 – 4 kata untuk mengungkapkan kebutuhannya. ____ Mempunyai kesulitan bertukar giliran berbicara dalam percakapan;


(2)

cepat mengubah topik pembicaraan. ____ mengalami kesulitan dalam melafalkan kata, seringkali keliru antara kata satu dengan kata lainnya.

____ Mengadaptasi pembicaraan dan gaya bicara komunikasi non-verbal untuk pendengarnya dengan cara yang dapat diterima sesuai budaya tetapi tetap harus diingatkan agar sesuai konteksnya.

____ Banyak bertanya dengan kata siapa, apa, dimana dan mengapa tetapi memperlihatkan banyak kebingungan dengan responnya terhadap beberapa pertanyaan. ____ Memakai bahasa untuk

mengorganisasikan pemikirannya, menghubungkan dua ide dengan kalimat yang digabungkan; banyak berlebihan memakai kata-kata, seperti tetapi, karena, dan kapan; jarang sekali bisa tepat memakai kata-kata yang berhubungan dengan waktu, seperti sebelum, sampai, sesudah.

____ Dapat menceritakan cerita sederhana tetapi harus mengulangi urutannya agar dapat memasukkan idenya dalam setiap kejadian; sering lupa inti dari cerita dan lebih suka fokus pada bagian yang disenangi saja.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta dan Departemen P & K.

Albrecht, Kay & Miller, Linda G. (2000). Innovations The Comprehensive Toddler Curriculum. Beltsville: Gryphon House, Inc.

Beaty, J.J. (1996). Skill for Preschool Teachers. Englewood Cliffs, N.J.: Prectice-Hall, Inc.

Blocher, Donald, H. (1974). Developmental Counseling. New York: John Willey & Sons.

Borden, M.A. (Terj. Ary Nilandari). (2001). Smart Start Panduan Lengkap Memilih Pendidikan Prasekolah Balita Anda. Bandung: Kaifa.

Bredekamp, Sue & Copple, Carol. (1997). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs. Washington : NAEYC.

Creswell, J.W. (1994). Research design: Quantative and qualitative approach. London: Sage Publication.

Dinas Pendidikan Proyek Pengembangan PADU. (2003). Pedoman Satuan PADU Sejenis. Bandung.

Eliason, Claudia & Loa t. Jenkins. (1990). A Pratical guide to Early Childhood Curriculum. New York: Macmillan College Publishing Company. Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis, and Use.

USA: Allyn and Bacon.

Gunarsa, Singgih D. (1981). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Handojo, Y. (2003). Autisma: Petunjuk Praktis & Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis & Perilaku lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer – Kelompok Gramedia.

Helms, D. B & Turner, J.S. (1986). Exploring Child Behavior. New York: Longmans Green and Co.


(4)

Hidayat, Heri. (2003). Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung: Katarsis.

Hornsby, Beve. (1984). Overcoming Dyslexia. Singapore: PG Publishing Pte,Ltd.

Hurlock, Elizabeth B. (1978). Developmental Psychological : A Life Span Approach. USA: McGraw-Hill, Inc.

Isenberg, Joan P. & Jalongo, Mary r. (1993). Creative Expression and Play in the Early childhood Curriculum. New York: Macmillan Publishing Company.

Jalal, Fasli. (2000). Kurikulum Generik Untuk Anak Usia Dini. Buletin PADU : Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini.

Joyce, Bruce & Weil, Marsha. (1980). Model of Teaching. New Jersey: Prentice Hall.

Lagoni, L.S., et al. (1996). Good Times with Guidance and Displine.

http://www.nncc.org?Series/goog.time.guid.html. (4 Februari 2006).

Lerner, Janet W. (1988). Learning Disabilities: Theories, Diagnosis, and Teaching Strategies. New Jersey: Houghton Mifflin Company.

Kartadinata, Sunaryo. (2003). Developmentally Appropriate Practice : Pendekatan Pembelajaran Berbasis Perkembangan. Bandung: Al Mabrur.

Mallory, Bruce L & New, Rebecca S. (1994). Diversity & Developmentally Appropriate Practice : Challenges For Early Childhood Education. Columbia University: Teachers College Press.

Morrison, G.S. (1988). Early Childhood Education Today. Ohio: Merrill Publishing Company.

Mueslichatoen. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Muro, J.J & Terry Kottman. (1995). Guidance and Counseling in Elementary and Middle School. Iowa: Brown and Benchmark Publisher.


(5)

Musfiroh, Tadkiroatun. (2004). Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intelligences Anak Usia Taman Kanak-Kanak). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Subdit PGTK dan PLB.

Nurihsan, Juntika. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Edisi Kedua. Bandung: Jurusan PPB FIP Bekerjasama UPT LBK UPI.

Nurihsan, Juntika & Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Patmonodewo, Soemiarti. (2000). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Departemen P & K bekerjasama dengan Penerbit Rineka Cipta.

Posavac, Emil J. & Raymond, Carey G. (1992). Program Evaluation: Methods and Case Studies. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park: Sage Publishers.

Owens, R.E. (1984). Language Development: An Introductions. Ohio: Merril.

Schiller, Pam & Hastings, Kay. (1998). The Complete Resource Book : Early Childhood Curriculum. Maryland: Gryphon House.

Siskandar. (2000). Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk anak Usia Dini. Buletin PADU: Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia.

Solehuddin, M. (2005). Bimbingan Anak Usia Dini: Optimalisasi Kesiapan Belajar atau Belajar Anak. Dalam Mamat Supriatna & A. Juntika Nurihsan (Editor). Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizki Press.

Supriadi, Dedi. (2002). Memetakan Kembali Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Anak Dini Usia. Dalam Buletin PADU, Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. Edisi 03, Desember 2022. Jakarta: Direktorat PADU.

Supriadi, Dedi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Strauss, A. L. (1987). Qualitative Analysis for Social Scientists. New York: Cambridge University Press.


(6)

Syaodih, Ernawulan. (2003) Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Taylor, S. J & Bogdan, R. (1984). Introduction to qualitative research methods: The search for meaning (2nd ed.) New York: John Wiley & Sons.

Tanpa nama pengarang dalam www.itss299.ed.psu. (2004). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Education.

Yusuf, Syamsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.