PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI : Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat.

(1)

(Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2

Padalarang Bandung Barat)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Dasar Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : Gia Nikawanti NIM. 1200948

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Karakter Disiplin Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat)” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmuwan.

Atas pernyataan ini, saya sanggup menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dari karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,


(3)

PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN PADA ANAK USIA DINI (Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang

Bandung Barat)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing : Pembimbing

Dr. M. Solehuddin, M.Pd, M.A. NIP. 1962 0208 1986 011002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

(5)

Character Education Discipline In Early Childhood

(A Case Study of Play Group Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat) Gia Nikawanti (1200948)

Thesis Elementary Education Program UPI Bandung (2015)

ABSTRACT

Discipline is the way people teach children about moral behavior accepted by the group. But when disciplining children, most people regard discipline as something that is rigid so that impressed force the child to follow the rules set immediately. Discipline needs to be instilled at an early age because it will affect the moral development of children in the future. In order to discipline the child is not wrong, it is necessary to the implementation of character education proper discipline. The purpose of this study was to obtain a specific picture on the implementation of character education discipline in play group Cikal Gemilang 2. This study uses a case study with a purposive sampling technique. Subjects in this study consisted of students, teachers, head master, operational managers and parents of students in play group Cikal Gemilang 2. The results found that the play group Cikal Gemilang 2 looks already well disciplined character education at school. Learning activities in play group Cikal Gemilang 2 is designed as an interactive learning called holistic. Disciplinary character that appears in play group Cikal Gemilang 2 has begun to develop in each child. This means that children have started showing some signs of behavior consistent discipline in everyday.


(6)

Pendidikan Karakter Disiplin Pada Anak Usia Dini

(Studi Kasus Pada Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat)

Gia Nikawanti (1200948)

Tesis Program Studi Pendidikan Dasar UPI Bandung (2015).

ABSTRAK

Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan pada anak mengenai perilaku moral yang diterima oleh kelompok. Namun ketika mendisiplinkan anak, kebanyakan orang menganggap disiplin sebagai sesuatu yang bersifat kaku sehingga terkesan memaksa anak untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dengan segera. Disiplin perlu ditanamkan sejak usia dini karena hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan moral anak di masa yang akan datang. Agar penanaman disiplin pada anak tidak keliru, maka perlu adanya penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran khusus tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager operasional dan orang tua siswa di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Hasil penelitian menemukan bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terlihat sudah menyelenggarakan pendidikan karakter disiplin. Kegiatan belajar di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dirancang menyenangkan yang disebut sebagai pembelajaran interaktif holistik. Karakter disiplin yang muncul di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 sudah mulai berkembang pada setiap anak. Artinya anak sudah mulai konsisten memperlihatkan berbagai tanda perilaku disiplin di kehidupan sehari-hari.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……...………... i

UCAPAN TERIMAKASIH ..………... ii

ABSTRAK ….………... iii

DAFTAR ISI ..………... v

DAFTAR TABEL …..………... viii

DAFTAR BAGAN ………... ix

DAFTAR GAMBAR .………... x

BAB I PENDAHULUAN …..………... 1

A. Latar Belakang ……...………... 1

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah Penelitian ..………... 7

C. Tujuan Penelitian …...………... 8

A. Manfaat Penelitian ….………... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA .………... 10

A. Karakter Disiplin ………... 10

B. Pendidikan Karakter Disiplin .………... 13

C. Prinsip Pendidikan Karakter Anak Usia Dini ………... 21

D. Prinsip Penyelenggaraan Kelompok Bermain ……...………... 23

E. Komponen Penyelenggaraan Kelompok Bermain ….………... 24

F. Kerja Sama Antara Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat Dalam Melaksanakan Pendidikan Karakter …...……... 27

G. Strategi Pembelajaran Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Anak Usia Dini …….………...33

H. Metode Dalam Pendidikan Karakter Disiplin Anak Usia Dini ……..………... 40

I. Evaluasi Dalam Pendidikan Karakter Disiplin Anak Usia Dini ……..………... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …..………... 44


(8)

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ………... 44

C. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ………... 47

D. Fokus Penelitian …….………....48

E. Instrumen Penelitian ..………... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ….………... 51

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……...………... 54

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………... 70

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ..………... 71

A. Profil Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 71

B. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Disiplin Di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ….………... 73

1. Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 73

a. Landasan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….… 79

b. Tujuan dan Target Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ….………... 81

c. Proses dan Langkah-langkah Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….. 82

2. Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 87

a. Strategi dan Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 111

b. Pihak-Pihak yang Terlibat dan Peran Sertanya Dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……….… 121

c. Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 128 d. Permaslahan dan Solusi Dalam Pelaksanaan Pendidikan


(9)

Karakter Disiplin di Kelompok Bermain

Cikal Gemilang 2 ……..……… 135

3. Evaluasi Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ……..………... 157

a. Proses Evaluasi Pembelajaran ………...157

b. Proses Evaluasi Program ………...161

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 165

A. Kesimpulan ………... 165

B. Rekomendasi ………... 166

C. Implikasi ………... 167

DAFTAR PUSTAKA ………... 168

BIBLIOGRAPHY ………. 172


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Lembar Observasi ………..………... 52

3.2 Proses Coding Perencanaan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………. 56

4.2 Skema Pembelajaran Holistik Cikal Gemilang 2 ………... 110

4.3 Karakter Disiplin Pada Anak ……...………... 128

4.4 Karakter Disiplin Jenjang Sekolah dan Kelas …..……….. 130

4.5 Hambatan dan Solusi Dalam Proses Penanaman Pendidikan Karakter Disiplin ……….. 135


(11)

DAFTAR BAGAN

Halaman 2.1 Komponen Karakter Yang Baik ...………...16 4.1 Lingkaran Landasan Pendidikan Karakter

Disiplin Cikal Gemilang 2 ………..… 79 4.2 Teknik Penyusunan Kurikulum Ala Cikal Gemilang 2 …...…………... 83


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Halaman Luar Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2 ………... 71

4.2 Aktivitas Anak Di Dalam Kelas …..………... 72

4.3 Aktivitas Anak Pada Saat Bermain Papan Seluncur ………... 72

4.4 Kegiatan Anak Melaksanakan Presensi Secara Mandiri .………... 89

4.5 Orang Tua Menitipkan Tas Anak Kepada Guru ..………... 99

4.6 Guru Sedang Memasukan Tas Anak Ke dalam Loker ….………... 100

4.7 Ibu Guru Mengingatkan Anak Untuk Mencium Tangan .………... 102

4.8 Membiasakan Anak Mencium Tangan Guru Sebelum Pulang ………... 103

4.9 Kegiatan Berdoa Sebelum Memulai Pembelajaran …….………... 103

4.10 Kegiatan Mencucui Tangan …...………... 106

4.11 Kegiatan Makan Bersama Guru dan Anak ..………. 107


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral anak. Setiap anak memiliki potensi memahami aturan yang berkembang pada setiap tahap kehidupannya. Disiplin diperlukan untuk membantu penyesuaian pribadi dan sosial anak. Lickona (2013) menjelaskan bahwa melalui disiplin anak dapat belajar berperilaku sesuai dengan cara yang disetujui oleh lingkungan sosial.

Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan pada anak mengenai perilaku moral yang diterima oleh kelompok. Namun ketika mendisiplinkan anak, kebanyakan orang menganggap disiplin sebagai sesuatu yang bersifat kaku sehingga terkesan memaksa anak untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dengan segera. Mereka tidak menyadari bahwa disiplin adalah suatu proses belajar yang berlangsung sepanjang waktu.

Maka dari itu dapat dikatakan disiplin sangat penting pengaruhnya dalam proses pembentukan perilaku anak. Disiplin perlu ditanamkan sejak usia dini karena hal tersebut akan berpengaruh pada perkembangan moral anak di masa yang akan datang. Agar penanaman disiplin anak tidak keliru, maka perlu adanya penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin yang tepat oleh orang tua dan guru sehingga anak dapat berperilaku dengan tepat.

Morrison (2012) menjelaskan bahwa bagi anak usia dini keterampilan yang penting dalam kesuksesan di sekolah dan kehidupannya berawal dari adanya kemampuan dasar anak untuk belajar berdisiplin.


(14)

Keterampilan dasar berdisiplin di sini berarti kemampuan untuk mengikuti peraturan dalam setiap kegiatan di sekolah.

Menurut Rimm (2003) penanaman disiplin perlu dimulai sejak dini. Disiplin bukanlah pengekangan terhadap anak dan bukan juga pemberian kebebasan mutlak terhadap anak. Disiplin mengarahkan agar anak belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasanya kelak. Disiplin diri diharapkan akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang.

Ketika orang tua atau guru terlalu mengekang dan menggunakan hukuman dalam mendisiplinkan anak, maka hal tersebut akan sangat mempengaruhi pribadi anak dalam bersikap kelak sehingga anak akan tumbuh menjadi individu yang kaku, penakut, tidak berani untuk berekspresi, menjadi individu yang pemarah dan juga agresif. Sebaliknya pemberian kebebasan yang berlebihan akan mengarahkan anak menjadi impulsif dan terlibat pergaulan bebas pada saat remaja.

Disiplin pada anak tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya proses pendidikan. Proses tersebut berawal dari adanya penanaman nilai-nilai perilaku disiplin yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak. Dengan pemberian penanaman nilai-nilai kedisiplinan anak akan mendapatkan pengetahuan secara utuh tentang kedisiplinan. Ketika anak sudah mendapatkan pengetahuan tentang kedisiplinan secara utuh maka anak akan menyadari bahwa disiplin penting bagi kehidupannya akhirnya anak akan dengan suka rela melakukan perilaku berdisiplin.

Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Vladimir (2012) menjelaskan bahwa orang tua dan guru berperan penting dalam menanamkan disiplin pada anak, karena orang tua dan guru adalah lingkungan terdekat anak. Peraturan disiplin yang diterapkan pada anak harus membentuk suatu kesepakatan antara rumah dan sekolah. Dengan


(15)

demikian peraturan yang diterapkan harus bersifat konsisten dan teratur sehingga dapat menjadi pedoman yang jelas bagi anak dalam berperilaku.

Sudewo (2011) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu yaitu tidak egois, jujur dan, disiplin. Ketiganya harus ada dan tidak bisa ditawar-tawar karena hal tersebut adalah prinsip dasar. Menurutnya, apabila salah satu tidak dipenuhi maka gagallah individu tersebut menjadi individu yang berkarakter. Jika seorang individu mempunyai sifat egois, maka ia akan menjadi seorang perusak dalam suatu kelompoknya; indivdu yang tidak jujur akan menghancurkan kepercayaan; dan individu yang tidak disiplin akan mengakibatkan rentetan kelambatan yang merusak sistem di lingkungannya.

Pada saat ini tiga karakter dasar tersebut khususnya karakter disiplin semakin terkikis. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya beberapa masalah yang dihadapi oleh generasi muda Indonesia saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Novita (2012) tentang pelaksanaan penanaman disiplin pada salah satu Taman Kanak-Kanak (TK) di kota Padang menemukan bahwa pelaksanaan penanaman disiplin yang dilakukan oleh guru dan pihak sekolah kurang dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anak namun terlihat dibiarkan saja oleh guru atau pihak sekolah yaitu adanya anak yang datang terlambat ke sekolah, tidak memberi salam serta membalas salam, makan pada saat belajar, keluar ruangan tanpa permisi, tidak merapikan alat mainan setelah digunakan, absen tanpa informasi, tidak mau mendengarkan intruksi guru, dan ribut ketika belajar.

Kasus selanjutnya dapat dilihat dari hasil peneltian yang dilakukan oleh Sutrisno (2009) tentang perilaku pelanggaran disiplin siswa di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian tersebut dilakukan kepada


(16)

siswa Kelas XI di salah satu SMA Negri kota Malang. Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen sekolah, informasi wali kelas serta guru Bimbingan dan Konseling (BK) ternyata perilaku pelanggaran disiplin di sekolah yang masih banyak dilakukan oleh para siswa adalah terlambat datang ke sekolah dan membolos.

Kasus terbaru yang berhubungan dengan pelanggaran perilaku disiplin yaitu berita yang didapat dari media Online SoloPos pada tanggal 21 April 2014. Kasus tersebut memberitakan tentang sejumlah siswa tingkat SMA/SMK di Boyolali yang merayakan kelulusan Ujian Nasional (UN) dengan melakukan aksi konvoi dan corat-coret seragam sekolah. Padahal sebelumnya telah ada larangan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (DISDIKPORA) kepada para siswa tingkat SMA/SMK untuk tidak melakukan aksi mencorat-coret seragam sekolah dan melakukan konvoi di hari kelulusan Ujian Nasional (UN) (Yustiningsih, 2014).

Berbagai fenomena di atas mengindikasikan bahwa saat ini masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda sedang mengalami suatu krisis karakter bangsa. Salah satu solusi untuk membangun karakter bangsa adalah melalui pendidikan yang tepat. Pendidikan dianggap berperan penting dalam membangun generasi baru yang lebih baik. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi bangsa dalam berbagai aspek yang dapat mengurangi berbagai masalah karakter bangsa.

Pemberian pendidikan karakter harus melalui suatu proses. Proses pendidikan karakter tersebut terdiri dari nilai operatif, yaitu suatu nilai yang mempengaruhi individu dalam melakukan sebuah tindakan. Karakter individu akan berperoses ketika suatu nilai menjadi suatu kebaikan. Suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Lickona membagi tiga proses dalam pembentukan karakter yang saling berhubungan satu sama lainnya yaitu:


(17)

(1) Pengetahuan moral, (2) Perasaan moral, dan (3) Perilaku moral (Lickona, 2013).

Pendidikan pada masa kanak-kanak adalah pendidikan yang paling efektif. Dimulainya pendidikan karakter pada usia dini diharapkan dapat membentuk insan yang berkarakter kuat dan cerdas sehingga mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada saat ini pendidikan diharapkan untuk mampu membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Dengan demikian pendidikan karakter perlu dilakukan secara konkrit sedari dini.

PAUD dianggap penting dalam membangun karakter suatu individu. Hal tersebut terbukti dari hasil studi yang dilakukan oleh University of Otago di New Zealand yang meneliti lebih dari 1000 anak yang berusia 3 tahun selama 23 tahun. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa sejak usia 3 tahun, seorang anak sudah dapat diprediksi bagaimana karakternya kelak ketika dewasa hal tersebut dapat dilihat dari pengaruh pemberian pendidikan karakter yang ditanamkan di sekolah dan di rumah. Anak yang telah mendapatkan pendidikan karakter sejak usia dini nantinya akan tumbuh menjadi remaja yang berkarakter pula sehingga akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, dan perilaku seks bebas (Megawangi, 2011).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Gultom (2013) yang menyatakan bahwa PAUD memegang peranan penting dalam membangun karakter anak. PAUD merupakan jenjang pendidikan awal yang dapat


(18)

membentuk anak Indonesia menjadi manusia Indonesia seutuhnya yaitu insan yang beriman, bertakwa, disiplin, mandiri serta mempunyai kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam sambutan pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-67 di Gedung Kemdikbud Jakarta. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia M. Nuh memaparkan perihal pembangunan pendidikan karakter Bangsa. Nuh, memaparkan beberapa hal yang dinilainya sangat mendesak untuk ditanamkan dan diperkuat melalui dunia pendidikan dan kebudayaan nasional. Hal tersebut mengenai pentingnya semua pihak dalam membangun dan memperkuat karakter bangsa di berbagai jenjang pendidikan (Indra, 2012).

Menyadari semua itu, Kementerian Pendidikan Nasional menyelengarakan pendidikan karakter di seluruh jenjang pendidikan termasuk di lembaga-lembaga PAUD. Salah satu karakter yang diprioritaskan muncul adalah karakter disiplin. Pendidikan karakter di lembaga PAUD menekankan pada pembiasaan kehidupan sehari-hari yang bernuansa karakter. Dengan kata lain penanaman karakter pada anak usia dini tidak dalam bentuk pembelajaran tersendiri, tetapi luluh dalam aktivitas harian anak (Kemendiknas, 2012).

Salah satu lembaga PAUD yang menerapkan pendidikan karakter sejak dini adalah kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Hal ini didapatkan peneliti dari hasil studi pendahuluan di lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara terlebih dahulu kepada kepala sekolah, salah seorang dari tim penyusun kurikulum dan guru. Peneliti mendapatkan fakta bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu lembaga PAUD di daerah Bandung Barat yang bernuansakan pendidikan


(19)

karakter. Salah satu karakter yang diharapkan muncul pada anak adalah karakter disiplin.

B. Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka munculah rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter disiplin pada kelompok bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

a. Apa landasan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

b. Apa tujuan dan target pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

c. Bagaimana proses dan langkah-langkah perencanaan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

2. Bagaimana Implementasi pendidikan karakter disiplin pada kelompok bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

a. Bagaimana strategi dan metode pelaksanaan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2? b. Pihak-pihak siapa sajakah yang terlibat dalam penyelenggaraan


(20)

Gemilang 2? Serta apa saja peran dari masing-masing pihak yang terlibat tersebut?

c. Perilaku disiplin seperti apa yang sudah terlihat di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

d. Apa saja permasalahan yang dialami dalam penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

e. Bagaimanakah cara pihak-pihak tersebut dalam menanggulangi permasalahan yang dialami dalam penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2? 3. Bagaimana Evaluasi pendidikan karakter disiplin pada kelompok

bermain anak di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

a. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

b. Siapa saja yang melakukan evaluasi pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengeksplorasi secara mendalam gambaran khusus tentang bagaimana penyelenggaran pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 mulai dari melakukan perancangan kurikulum, mengimplentasikan pendidikan karakter disiplin tersebut di sekolah hingga bagaimana kelompok bermain cikal Gemilang 2 melaksanakan evaluasi yang berkaitan dengan pendidikan karakter disiplin.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini memberikan manfaat berupa pengetahuan tentang gambaran khusus penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dan memberikan gambaran tentang


(21)

perilaku disiplin yang muncul di kelompok bermain baik perilaku yang dimunculkan oleh anak maupun oleh para warga sekolah.

Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan ide berupa konsep bahwa pendidikan karakter harus dikembangkan melalui proses pembelajaran yang bermakna dalam rangka pembentukan kepribadian unggul dengan memperhatikan berbagai aspek perkembangan anak mulai dari aspek kognitif, psikomotor, dan afeksi. Dengan dimulainya penanaman pendidikan karakter diusia dini diharapkan bukan hanya membentuk anak menjadi insan yang cerdas namun dapat membentuk anak menjadi insan yang berkarakter kuat di masa yang akan datang.

2. Manfaat penelitian secara praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang proses kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini, sehingga guru dapat membuat jadwal kegiatan pembelajaran secara tersusun berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter disiplin untuk anak usia dini. Penelitian ini juga dapat membantu para pendidik untuk memunculkan kekreatifitasan dalam menggunakan strategi, metode, dan evaluasi yang tepat berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter disiplin anak usia dini.

Penelitian ini bermanfaat pula bagi para orang tua dalam memunculkan kesadaran orang tua untuk mampu meberikan pengasuhan dan pendidikan yang tepat kepada anak karena tugas orang tua bukan hanya sekedar memelihara dan melindungi anak. Orang tua juga wajib dalam mengarahkan tingkah laku anak, salah satunya dengan cara menanamkan nilai-nilai karakter khususnya karakter disiplin sedari dini kepada anak.

Penanaman karakter disiplin yang dilakukan orang tua kepada anak dapat membantu mengenalkan anak untuk belajar berperilaku tertib di rumah


(22)

maupun di lingkungan sekitarnya. Penelitian ini juga dapat membantu orang tua dalam mengenali karakteristik perilaku disiplin anak, sehingga orang tua dapat mengetahui cara-cara yang tepat dalam menanamkan pendidikan karakter disiplin kepada anak di rumah. Sehingga anak dapat memahami pentingnya berperilaku disiplin serta mampu mengimplementasikan perilaku disiplin tersebut di sekolah maupun dikehidupannya sehari-hari.

3. Manfaat penelitian lebih lanjut

Penelitian ini dapat menjadi salah satu refrensi bagi penelitian lanjutan yang ingin mengkaji tentang bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin dalam ranah pendidikan anak usia dini baik dalam mengkaji perancangan kurikulum, strategi, metode, ataupun penggunaan evaluasi yang tepat sehingga dapat memberikan temuan baru guna memperkaya temuan yang sudah ada sebelumnya.


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Partisipan Penelitian

Penelitian dilakukan di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat yang beralamatkan di Jl. Gadobangkong No.167 b. Kelompok bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu PAUD yang menanamkan pendidikan karakter dalam proses pembelajarannya. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager

operasional dan orang tua siswa di kelompok bermain Cikal Gemilang 2.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan dari perilaku yang diamati oleh peneleliti secara utuh (holistik) (Sukmadinata, 2005). Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal tersebut disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

Metode penelitian studi kasus digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dari suatu fenomena yang unik yaitu suatu data khas yang mengandung makna. Makna dalam metode penelitian studi kasus adalah data sebenarnya, yaitu data pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.

Seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2013) pendekatan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus adalah metode untuk mengumpulkan makna mendalam dari suatu fenomena yang unik. Metode studi kasus biasanya difokuskan pada suatu program, proses, aktivitas atau


(24)

sekelompok individu pada seting waktu dan tempat tertentu yang dianggap mempunyai keunikan atau kekhasan.

Adapun langkang-langkah dalam menggunakan metode penelitian studi kasus yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada langkah-langkah yang dijelaskan oleh Creswell (2013, hlm. 120-121) seperti berikut:

1. Mengidentifikasi kasus yang akan diteliti. Langkah awal dalam melakukan penelitian studi kasus yaitu peneliti harus jeli dalam menangkap fenomena yang sedang menjadi isu atau permasalahan penting yang berkembang di lingkungan masyarakat sehingga diperlukan suatu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Dalam hal ini fenomena yang sedang menjadi isu atau permasalahan penting dalam pendidikan di Indonesia salah satunya adalah tentang pentingnya penanaman pendidikan karakter. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya beberapa masalah yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia saat inikhususnya karakter disiplin yang sedikit demi sedikit sudah mulai terkikis.

2. Memilih kasus yang paling menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang pendidikan karakter khususnya pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini. Alasan peneliti tertarik meneliti tentang pendidikan karakter disiplin karena menurut rujukan dari literatur dan teori-teori yang dibaca oleh peneliti menyatakan bahwa disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi pembentukan perilaku moral anak dengan demikian dapat dikatakan disiplin sangat penting pengaruhnya dalam proses pembentukan perilaku anak di masa yang akan datang.

3. Mengeksplor secara intensif dan mendalam tentang kasus yang akan diteliti serta mengurus perizinan penelitian. Setelah terlebih dahulu mengidentifikasi dan memilih kasus untuk diteliti, tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mencari informasi secara itensif dan mendalam tentang pendidikan karakter disiplin. Peneliti mencari informasi tentang pendidikan karakter disiplin melalui pencarian jurnal yang relevan dengan


(25)

topik yang akan diteliti, mendalami membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan pendidikan karakter disiplin khususnya karakter disiplin pada anak usia dini, dan yang terakhir mencari sekolah yang menerapkan pendidikan karakter sebagai basis pendidikanya. Setelah itu peneliti meminta persetujuan pihak sekolah agar sekolah tersebut bersedia untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan di lapangan untuk mencari informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah tersebut. Hasil dari melakukan studi awal adalah peneliti mendapatkan fakta bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 adalah salah satu lembaga PAUD di daerah Bandung Barat yang bernuansakan pendidikan karakter. Hal ini didapat dari informasi hasil wawancara peneliti dengan salah seorang tim kurikulum. Salah satu karakter yang diharapkan muncul pada anak adalah karakter disiplin.

Maka setelah peneliti melakukan studi pendahuluan di lapangan dan mendapatkan data yang cukup relevan tersebut, barulah peneliti melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih mendalam tentang bagaimana proses sekolah tersebut mengimplementasikan pendidikan karakter khususnya karakter disiplin. Penelitian tersebut mulai dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan Oktober 2014.

4. Melakukan analisis data. Setelah pengambilan data di lapangan selesai dan data telah terkumpul hal yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan penganalisisan data yang berawal dari dikumpulkan terlebih dahulu data-data mentah berupa gambar, dokumen, video, hasil wawancara, dan hasil observasi. Lalu mempersiapkan data untuk dianalisis, membaca keseluruhan data, men-coding data, mendeskripsikan hasil peng-codingan data, dan terakhir menginterpretasikan data tersebut.


(26)

5. Melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian yang telah didapat. Setelah data selesai dianalisis secara deskriptif, langkah terakhir adalah melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak sekolah untuk dijadikan sebagai lesson learned. Selain melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian tersebut kepada pihak sekolah dalam hal ini peneliti juga harus melaporkan dan mempersentasikan hasil penelitian kepada pihak lecture expert (pengajar ahli) yaitu dosen pembimbing dan dosen penguji sebagai pertanggung jawaban hasil karya tulis ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti.

C. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam metode penelitian studi kasus adalah purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan langsung dengan fenomena yang akan diteliti. Tujuan dari purposive sampling adalah untuk mengambil sampel sesuai dengan fenomena yang menunjukan kategori, sifat, dan karakteristik sehingga nantinya akan menjawab masalah penelitian.

Seperti yang dijelaskan oleh Sukmadinata (2005) bahwa teknik

purposive sampling memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya

dengan kasus atau fenomena yang akan diteliti secara mendalam. Pada penelitian ini yang dipilih menjadi sampel penelitian untuk memberikan informasi yang mendalam tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager operasional dan orang tua siswa.


(27)

Alasan peneliti memilih sampel penelitian yang terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, manager operasional dan orang tua siswa adalah karena pembentukan karakter anak merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak baik peran dari keluarga maupun sekolah seluruh pihak harus berjalan secara integrasi. Proses pendidikan karakter dipandang sebagai usaha sadar dan terencana. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, memupuk nilai-nilai etika baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat.

Dengan demikian pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru yang mempengaruhi karakter siswa. guru membantu membentuk watak siswa. hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru menyampaikan materi, bagaiman guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait begitupun dengan peran pihak keluarga dalam pembentukan karakter anak. Keluarga khususnya orang tua berperan sebagai basis pendidikan karakter, keluarga adalah komunitas pertama di mana manusia sejak usia dini belajar konsep baik buruk pantas tidak pantas benar dan salah. Dengan kata lain dikeluargalah seseorang sejak dia sadar lingkungan belajar tata nilai atau moral. Tata nilai yang diyakini sesorang tercermin dalam karakternya, maka dikeluargalah proses pendidikan karakter berawal. Maka dari itu pihak keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dalam melaksanakan pendidikan karakter karena anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula.

D. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif pada dasarnya tidak dimulai dari sesuatu yang kosong tanpa suatu dasar permaslahan, tetapi dilakukan berdasarkan presepsi seorang peneliti terhadapt suatu masalah yang akan ditelitinya. Masalah dalam penelitian kualitatif dinamakan “fokus”. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (1995) bahwa penelitian kualitatif harus mempunyai arah atau fokus dalam pengerjaannya. Seorang peneliti harus tahu persis data mana yang perlu


(28)

dikumpulkan atau data mana yang harus diabaikan walaupun mungkin menarik untuk diteliti.

Maka dari itu data yang tidak relevan tidak perlu dimasukan kedalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan. Jadi, dengan penetapan fokus penelitian yang tepat peneliti dapat membuat keputusan yang tepat sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif dalam mengumpulkan suatu data penelitian. Pada penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada proses penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 mulai dari bagaimana melakukan perencanaan merancang kurikulum, mengimplementasikannya, sampai dengan melakukan evaluasi. E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi isntrumen penelitian adalah peneliti sendiri, dimana peneliti berperan sebagai pencari tahu alamiah dalam mengumpulkan data yang bergantung pada dirinya sendiri yaitu sebagai alat pengumpul data. Seperti yang dijelaskan oleh Creswell (2008) peran peneliti sebagi instrument penelitian dalam penelitian kualitaif adalah keterlibatan peneliti dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Peneliti bertugas untuk mengidentifikasi secara langsung pengalaman-pengalaman yang muncul dari fenomena yang ditelitinya.

Pada aktivitas penelitian, peneliti berperan menjadi “anggota”

kelompok subjek yang diteliti sehingga peneliti tidak lagi dipandang sebagai

“peneliti asing” tetapi sudah menjadi individu yang dapat dipercaya di dalam

lingkungan yang sedang diteliti dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi yang cukup lama dengan sebjek dalam situasi tertentu sehingga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk dapat memandang kebiasaan, proses, dan aktivitas yang dilakukan oleh subjek.

Peran peneliti sebagai instrument penelitian merupakan peran yang cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus mulai dari menyusun perencanaan, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya melaporkan atau mempersentasikan hasil penelitiannya sehingga peneliti ikut


(29)

serta dalam semua proses penelitian. Maka dari itu karena peran peneliti sebagai instrument penelitian sangat penting untuk mengetahui kualitas keberhasilan dari hasil penelitian yang ditelitinya, peneliti harus mempunyai karakteristik seperti berikut (Moleong, 1995, hlm. 121-123):

1. Responsive. Dalam melakukan penelitian diwajibkan bagi para peneliti

kualitatif untuk mampu berperilaku responsive terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan objek penelitiannya.

2. Dapat menyesuaikan diri. Peneliti sebagai instrument penelitian harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang menjadi objek penelitiannya. Terlebih dahulu peneliti mempelajari pola-pola, aktivitas, dan karakteristik lingkungan penelitian utnuk dapat menyatu dengan susana lingkungan penelitiannya.

3. Menekankan keutuhan. Peran peneliti sebagai instrument penelitian harus mampu memunculkan dan memanfaatkan imajenasi dan kekreativitasannya dalam memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan. Jadi peneliti harus menyadari akan adanya kesinambungan di mana ia memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang nyata, benar, dan mempunyai arti.

4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. Pada saat peneliti melakukan fungsinya sebagai pengumpul data dengan menggunakan berbagai cara tentu saja peneliti sudah dibekali dengan pengetahuan yang mendukungnya untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya. Peneliti dalam penelitian kualitatif harus mempunyai pengetahuan yang kaya dalam mendukung pelaksanaan penelitiannya karena pengetahuan adalah aspek penting bagi terciptanya hasil penelitian yang berkualitas.


(30)

5. Memproses data secepatnya. Kemampuan lain yang harus dimiliki oleh peneliti kualitaif adalah mampu memproses data dengan cepat dan tepat. Setelah memperoleh data peneliti menyusun kembali secara inkuiri data tersebut tidak boleh menundanya karena akan berpengaruh pada hasil penelitian yang menjadi bias di mana data tersebut sudah tidak alamiah lagi tetapi sudah terkontaminasi dengan pandangan yang tidak objektif atau dapat disebabkan karena faktor lupa memproses data.

6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan. Peneliti kualitatif harus mampu menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden. Sering hal itu terjadi apabila informasi yang diberikan oleh subjek berubah maka secepatnya peneliti harus mengetahuinya kemudian berusaha menggali dalam lagi apa yang melatar belakangi perubahan informasi dari subjek atau responden tersebut.

7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan idiosinkartik. Peneliti sebagai instrument penelitian harus mempunyai kemampuan untuk menggali informasi yang sebelumnya tidak direncanakan atau tidak terduga. Peneliti tidak boleh menghindari informasi yang diberikan oleh subjek atau respondennya seharusnya peneliti harus mencari tahu dan berusaha menggalinya lebih dalam sehingga dapat memungkinkan peneliti mendapatkan penemuan atau pengetahuan yang baru dari informasi yang tidak terduga tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mengacu pada fenomena kasus yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung, untuk melihat prosesnya dan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas (Moleong, 1995). Dalam hal ini fenomena yang akan diteliti secara mendalam oleh peneliti adalah tentang proses penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini di kelompok bermain Cikal


(31)

Gemilang 2 Padalarang Bandung Barat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti, dilakukan dengan cara seperti berikut:

 Wawancara, merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual maupun kelompok (Moleong, 1995). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara secara terbuka, karena apabila mengggunakan wawancara secara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai. Cara demikian tidak terlalu sesuai dengan penelitian kualitatif yang biasanya berpandangan tebuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya dilakukan wawancara terbuka sehingga para subjek yang diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelumnya peneliti meminta izin apakah para subjek bersedia untuk diwawancarai serta meminta izin untuk merekam hasil wawancara tersebut dengan mengggunakan alat perakam yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.

Selama melakukan wawancara pada setiap subjek, biasanya peneliti melakukannya secara langsung dengan menggunakan model wawancara tidak terstruktur. Namun dikarenakan ada salah seorang subjek yaitu orang tua siswa yang berhalangan untuk melakukan wawancara secara langsung dengan peneliti akhirnya wawancara dilakukan melalui e-mail dengan persetujuan dari kedua belah pihak dan diketahui oleh manager

operasional Cikal Gemilang 2.

 Studi dokumentasi, merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Moleong, 1995). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi dokumentasi dengan melakukan perekaman video dan mengumpulkan gambar yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi selama pengamatan dengan menggunakan kamera poto. Selain itu peneliti juga mengkaji dokumen-dokumen tertulis yang dimiliki oleh sekolah


(32)

berupa buku pedoman kurikulum Cikal Gemilang, buku komunikasi pihak sekolah dengan orang tua, rapport siswa, dan buku laporan evaluasi milik Cikal Gemilang.

 Observasi, adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Creswell, 2008). Pada kegiatan penelitian ini, peneliti menjadi observer atau langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas subjek di lokasi penelitian. Dalam proses observasi, peneliti merekam secara visual melalui video, mengambil gambar dan mencatat aktivitas lingkungan penelitian secara langsung dan mandiri.

Tabel. 3. 1. Lembar Observasi

Pada saat penelitian, dipastikan peneliti mendapatkan suatu masalah dalam melakukan proses pengambilan data. Pada dasarnya peneliti tidak dapat melakukan proses pengamatan sambil membuat catatan atau sambil mengadakan wawancara secara mendalam dengan subjeknya sekaligus. Oleh karena itu, Moleong (1995, hlm. 100-101) memaparkan beberapa petunjuk tentang cara mengingat pengambilan data yang telah dilakukan oleh peneliti. Cara-cara untuk mengingat data yang telah diambil adalah sebagai berikut: 1. Buatlah catatan secepatnya, jangan menunda-nunda pekerjaan. Makin

ditunda, makin sukar diingat maka makin besar kemungkinan data bisa hilang atau terbuang.

2. Jangan berbicara dengan orang lain terlebih dahulu tentang hasil pengamatan sebelum peneliti menuangkannya kedalam catatan lapangan.

Catatan Observasi

No. coding : CO. 1

Hari/Tanggal/Bulan/Tahun :

Waktu Pengamatan :

Lokasi :

Deskripsi Pengamat :


(33)

Hal ini menghindari terjadinya bias antara hasil yang alamiah dari pengamatan dilapangan dengan presepsi dari orang lain yang mempengaruhi keobjektivitasan peneliti.

3. Usahakan agar tidak terjadi gangguan sewaktu peneliti menulis, mengetik, atau mendengarkan serta menyalin hasil rekaman dari alat perekam. Biarkan alur berpikir dan mengingat hal atau peristiwa yang terjadi mengalir dengan bebas dan lancar.

4. Usahakan untuk menggambarkan dalam diagram keadaan fisik yang diamati atau struktur organisasi yang ditemui tuliskan secara urut peristiwa langkah demi langkah sesuai dengan apa yang terjadi sewaktu diamati. 5. Buatlah garis besar yang berisi judul-judul tentang sesuatu yang ditemui

dalam suatu pengamatan atau wawancara yang cukup lama dilakukan. 6. Dalam jadwal yang disusun hendaknya disisakan banyak waktu sesudah

pengamatan atau wawancara yang dipergunakan untuk menulis catatan lapangan.

7. Mencatat apa yang dilakukan oleh subjek secara verbatim hendaknya dilakukan secara teliti, namun jika ada yang telupa hal tersebut jangan dijadikan suatu masalah atasi hal tersebut dengan jalan menuliskan seperti contoh berikut: Subjek seperti mengatakan ”……..……….” atau Subjek

pernah mengutarakan “………..”.

8. Sering apa yang dikatakan atau yang diamati terlupakan sesudah beberapa hari berlalu. Jika teringat, segera catat kembali untuk kemudian dimasukan kembali ke dalam catatan lapangan. Oleh karena itu, pada setiap saat peneliti hendaknya senantiasa membawa buku memo khusus untuk mencatat hasil temuan.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga memberikan arti yang signifikan


(34)

terhadap analisis serta menghasilkan hubungan keterkaitan antara pola dimensi yang diteliti.

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema pokok dari suatu penelitian (Moleong, 1995).

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan melakukan analisis terhadap data-data yang berupa catatan lapangan, rekaman, dokumen, dan hasil wawancara secara mendalam. Langkah sistematis yang dilakukan peneliti dalam pengolahan dan penganalisisan data merujuk dari Creswell (2010, hlm. 277) seperti berikut:

1. Mengumpulkan data mentah. Data mentah tersebut dapat berupa data lapangan, gambar, transkripsi, video, hasil observasi, hasil wawancara dan lain-lain.

2. Mempersiapkan data untuk dianalisis. Setelah selesai mengumpulkan seluruh data mentah, peneliti mensortir data-data mana sajakah yang termasuk data- data penting dari hasil observasi, data dari hasil wawancara dan data dari hasil pengumpulan dokumen-dokumen yang dibutuhkan guna penelitian tersebut.

3. Membaca keseluruhan data. Selesai mensortir data-data penting yang dilakukan berikutnya adalah membaca keseluruhan data penting tersebut. Membaca keseluruhan data bertujuan untuk membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan. General sense atau pencarian gagasan umum tentang data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peneliti fokus mencari gagasan umum yang mendalam tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini di Cikal Gemilang 2 lewat data-data yang telah diperoleh selama penelitian.

4. Men-coding data. Langkah selanjutnya menganalisis data lebih detail dengan melakukan coding. Coding merupakan proses mengolah materi


(35)

atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan tahapan dalam pengambilan data berupa tulisan dari hasil wawancara atau gambar dari hasil mengobservasi yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan data lalu mensegmentasi kalimat-kalimat atau gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori dengan berpijak pada literatur yang mendukung atau common sense yang relevan dengan penelitian.Literatur yang dibaca dan dipakai peneliti untuk mendukung penelitian adalah literatur-literatur seputar pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini. Selanjutnya langkah terakhir dalam melakukan coding data adalah melabeli kategori-kategori dengan istilah khusus yang pastinya dapat dimengerti oleh peneliti sendiri yang bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam membaca data.

Tabel 3.2. Proses Coding

Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Disiplin di Kelompok Bermain Cikal Gemilang 2


(36)

 Merancang kurikulum

kelompok bermain Cikal Gemilang 2

 Kurikulum dikembangkan secara mandiri dengan

menambahkan unsur pendidikan karakter, akhlak mulia dan kepemimpinan

 Melakukan perancangan pengelolaan kelompok bermain yang berhubungan dengan pembuatan tata tertib

kelompok bermain Cikal Gemilang 2

 Pihak sekolah melakukan

sosialisasi seluruh komponen

program tersebut kepada pihak orang tua melalui sebuah komite

1.Perancangan kurikulum

Pendidikan Karakter

1. Perencanaan

pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2


(37)

orang tua Cikal Gemilang 2 yang disebut dengan Organisasi orang tua FORMASI-GM  Kegiatan pembelajaran mengacu pada Permendiknas No. 58 Tahun 2009

 Pendidikan

karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 berlandaskan pada ketauhidan 2. Landasan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2

 Tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dalam menanamkan pendidikan karakter disiplin yaitu ingin membiasakan anak untuk hidup tertib, rapih, dan mandiri

3. Tujuan dan target pendidikan karakter disiplin di

kelompok bermain Cikal Gemilang 2


(38)

 Targetnya adalah anak dimasa yang akan datang akan dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, serta menghormati dirinya sendiri dan orang lain

 Membiasakan anak

melaksanakan presensi secara mandiri bertujuan untuk

membiasakan anak berdisiplin dan sekaligus

mengajarkan anak untuk mengenal namanya sendiri sambil belajar mengenalkan huruf

Menyusun tujuan

 Menyusun Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

 Menyusun

4. Proses dan langkah-langkah

perencanaan

pendidikan karakter disiplin di kelompok


(39)

Kompetensi Isi

 Menyusun Standar Isi

bermain Cikal Gemilang 2

 Datang ke sekolah tepat waktu

 Anak-anak dibiasakan untuk melaksanakan presensi secara mandiri dengan cara memasukan poto miliknya ke dalam sebuah amplop yang bertuliskan namanya yang ditempel di samping papan tulis

 Anak-anak

mengikuti kegiatan pembelajaran setiap harinya

 Mengerjakan tugas sesuai intruksi guru

 Menyelesaikan tugas tepat waktu

5. Menaati Peraturan 2.Implementasi pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2


(40)

meminjam mainan pada teman

 Melaksanakan

Toilet Training  Bersabar

menunggu giliran untuk bermain

 Menyimpan tas di tempatnya

 Menyimpan alas kaki di tempatnya

 Mengucapkan salam

 Mencium tangan guru

 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

 Tidak ribut saat kegiatan

pembelajaran

Mencucui tangan sebelum dan sesudah makan

7. Tertib

Menghabiskan makanan/minuman

Membereskan mainan ke tempatnya


(41)

Membereskan alat tulis/belajarnya sendiri

Pembelajaran dirancang menyenangkan yang disebut sebagai pembelajaran interaktif holistic

 Proses pembelajaran dilakukan melalui komunikasi dua arah antara guru dengan masing-masing anak

 Metode yang digunakan oleh mereka dalam menanamkan karakter disiplin dimulai dengan pemberian keteladanan

Memberikan pembiasaan dengan memperlihatkan contoh teladan yang diberikan

9. Strategi dan metode pelaksanaan

pendidikan karakter disiplin di

kelompok bermain Cikal Gemilang 2


(42)

oleh guru kepada anak

 Kelompok bermain Cikal Gemilang 2 tidak

meberlakukan

punishmen atau

hukuman kepada anak dalam proses menanamkan kedisiplinannya tetapi memberikan suatu konsekuensi serta motivasi

 Para guru menciptakan susana ceria dan gembira yaitu dengan melakukan aktivitas bermain

 Subsistem keluarga unggul dalam membangun karakter anak

 Subsistem sekolah efektif membekali kompetensi

 Subsistem masyarakat menguatkan

10.Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan karakter displin


(43)

kepemimpinan

Pihak sekolah mengharapkan psikolog yang dimiliki lembaga ikut andil dalam perancangan kurikulum ataupun perancangan program untuk kelompok bermain Cikal Gemilang 2

 Mencoba menghubungi pihak psikolog untuk melakukan pertemuan guna membicarakan bahwa sekolah mengharapkan dan membutuhkan peran psikolog tersebut untuk bekerjasama dalam menyusun

kurikulum dan program di tahun ajaran baru nanti

 Masih ada anak yang tidak mau

11.Permasalahan dan Solusi Dalam Pelaksanaan Pendidikan


(44)

menyimpan tasnya ke dalam loker namun dihari berikutnya dia mau menyimpan tasnya ke dalam loker

 Terlihat masih ada anak yang berebut mainan atau tidak meminta izin meminjam mainan dari temannya

 Terlihat masih ada anak yang ribut saat kegiatan pembelajaran (mengobrol dan mengajak bermain teman yang lain)

Terlihat masih ada anak yang tidak mau membereskan alat tulis/belajarnya sendiri

 Memberikan anak motivasi agar mau mengikuti perintah guru dengan memberikan semangat kepada


(45)

anak

 Memberikan pengertian secara bijaksana sesuai dengan bahasa dan pola pikir anak

 Memberikan pujian ketika anak sudah mau melakukan atau melaksanakan perintah dari guru

 Mengajarkan perilaku merawat barang sendiri

 Membujuk anak dengan lembut dan penuh kesabaran

Memberikan gambaran sebab akibat dari perbuatan yang dilakukan anak sesuai dengan tahapan perkembangan pemikiran anak

 Orang tua mengungkapkan bahwa salah satu hambatan dalam


(46)

menanamkan kedisiplinan pada anaknya adalah faktor dari dirinya sendiri yang terkadang kurang sabar dalam menghadapi sang anak

 Orang tua

mengatakan bahwa terkadang sulit menyiapkan anak di rumah untuk pergi ke sekolah

Memberi tahu anak dengan cara

memberi contoh perilaku disiplin

 Memaklumi perilaku anak yang masih belum konsisten

 Membujuk anak dengan sabar agar anak mau

berperilaku disiplin

 Evaluasi proses pendidikan

12.Proses evaluasi pembelajaran

3. Evaluasi pendidikan karakter disiplin di


(47)

karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 didasarkan pada indikator yang telah dibuat dalam kurikulum

 Pengevaluasian dilakukan secara rutin melalui observasi, unjuk kerja, penugasan, fortopolio, dan catatan anecdot yang dilakukan oleh guru serta dari hasil pelaporan buku komunikasi sekolah dan orang tua

 Dalam

pengevaluasian observasi, unjuk kerja dan

penugasan dilakukan sehari-hari kepada anak ketika

pembelajaran berlangsung

kelompok bermain Cikal Gemilang 2


(48)

Pengevaluasian menggunakan buku penghubung

komunikasi yang didalamnya berisikan kegiatan dan perkembangan anak di sekolah

 Evaluasi hasil dilakukan setiap 6 bulan sekali dilaporkan pada orang tua melalui pelaporan hasil perkembangan anak yang disebut dengan raport

 Mengadakan kegiatan diskusi bersama dan saling tukar menukar pengalaman mereka ketika melakukan kegiatan

pembelajaran di sekolah

Saling shareing tentang buku yang sudah dibaca

13. Proses Evaluasi Program


(49)

berkaitan tentang dunia anak atau buku yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini

Pengevaluasian yang dilakukan setiap hari oleh guru melalui observasi dan catatan anaecdot

14. Pihak – pihak yang melaksanakan evaluasi pembelajaran

 Pada kegiatan evaluasi program para guru, manager

operasional, dan

kepala sekolah saling tukar

menukar informasi tentang program yang telah dikerjakan

15. Pihak- pihak yang melaksanakan evaluasi program

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 66 data yang berkaitan dengan penelitian tentang penyelenggaran pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini yang dilakukan peneliti di kelompok bermain Cikal Gemilang 2. Data-data tersebut selanjutnya dirinci ke dalam coding yang dibuat oleh peneliti berdasarkan hasil membaca dan mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Dari hasil pengcodingan tersebut ditemukan 15 coding data yang kemudian dimasukan ke dalam 3 tema berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian yaitu tentang


(50)

perencanaan pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2, implementasi pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2, dan evaluasi pendidikan karakter disiplin di kelompok bermain Cikal Gemilang 2.

5. Menghubungkan secara deskripsi hasil data yang telah di coding. Setelah mengidentifikasi tema-tema selama proses coding, peneliti mengaitkan tema-tema ke dalam suatu rangkaian cerita dan mengembangkannya dengan teori atau literatur pendukung yang relavan sesuai dengan topik penelitian.

6. Menginterpretasikan data. Langkah yang terakhir peneleliti harus menyajikan kembali data yang sudah dideskripsikan dalam bentuk narasi. Peneliti menyampaikan analisis interpretasi data meliputi pembahasan tentang kronologi topik peristiwa yang diteliti. Menggambarkan kronologi topik peristiwa secara spesifik yang ditinjau dari penilaian pribadi peneliti dan dari hasil perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori pendukung.

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemerikasaan keabsahan data pada penelitian kualitatif berlangsung selama proses penelitian. Peneliti harus fokus kepada pengambilan data yang mendalam sehingga akan membantu peneliti dalam melakukan serta mengetahui bahwa data yang di teliti valid dan reliable.


(51)

Pada penelitian kualitatif pemeriksaan keabsahan data bertujuan untuk melaksanakan keinkuirian yang sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai dan mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan temuan yang diteliti (Creswell, 2008).

Peneliti melakukan teknik pemerikasaan keabsahan data yaitu dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai dengan pemeriksaan keabsahaan data yang dipakai dalam penelitian kualitatif seperti berikut :

1. Membercheck, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data (Creswell, 2013). Tujuan dari membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain melakukan membercheck kembali kepada para partisipan peneliti juga melakukan membercheck kepada salah seorang tim penyusun kurikulum dan petugas keamanan di Cikal Gemilang untuk mengetahui secara lebih mendalam kesesuaian data-data dan menambah informasi yang sudah didapatkan sebelumnya dari para partisipan.

2. Judging expert, adalah proses pemeriksaan data dimana peneliti

menanyakan atau meminta saran terlebih dahulu dengan ahli yang berkompeten dalam penelitian yang sedang diteliti. Dalam hal ini peneliti meminta saran dan berdiskusi terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. 3. Memperpanjang Pengamatan, berarti peneliti kembali kelapangan untuk

melakukan pengamatan yang lebih mendalam (Creswell, 2013). Peneliti melakukan pencarian informasi kembali kepada sumber data sehinga hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang di sembunyikan.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok bermain Cikal Gemilang 2 terlihat sudah menyelenggarakan pendidikan karakter disiplin. Karakter disiplin yang muncul di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 sudah mulai berkembang pada setiap anak. Artinya anak sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku disiplin dan perilaku tersebut mulai konsisten dilakukan. Kelompok bermain Cikal Gemilang 2 mengimplentasikan proses pendidikanya melalui peran serta dari tiga komponen yang saling mendukung terciptanya pendidikan karakter pada anak. Tiga komponen tersebut terdiri dari subsistem keluarga unggul yang membangun karakter anak, subsistem sekolah yang membekali kompetensi, dan subsistem masyarakat yang menguatkan kepemimpinan.

Dalam mendukung terciptanya sekolah yang berkarakter kegiatan belajar di kelompok bermain Cikal Gemilang 2 dirancang menyenangkan yang disebut sebagai pembelajaran interaktif holistik. Pembelajaran interaktif holistik dirancang untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik maupun mental melalui komunikasi dua arah yang sehat dan sederajat antara guru dengan masing-masing anak. Kegiatan belajar menjadi aktivitas yang direnacanakan, terarah, terkontrol dan bertujuan. Belajar diawali dengan semangat yang tinggi. Rasa aman dan nyaman diutamakan dalam proses pembelajarannya, anak tidak dipermalukan jika melakukan kesalahan dan selalu mendapatkan dukungan disetiap aktivitas pembelajaran.


(53)

B. Rekomendasi 1. Bagi Pihak Sekolah

Diharapkan untuk dapat lebih solid bekerja sama dengan para tim ahli yang dimiliki oleh sekolah dalam merancang komponen pembelajaran khususnya dalam memperkuat pendidikan karakter pada anak. Dengan adanya kerjasama yang solid antara kepala sekolah, manager operasinal, guru dan para tim ahli diharapkan sekolah dapat merancang komponen program pembelajaran berbasis pendidikan karakter khususnya dalam menanamkan pendidikan karakter disiplin yang lebih mukthair dan lebih efektif baik dari segi strategi, metode, maupun evaluasi.

2. Bagi Pihak Guru

Di dalam menanamkan pendidikan karakter disiplin pada anak guru harus lebih tegas dan jangan terlalu memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak. Ketika ada anak yang meminta untuk dibawakan tasnya menuju loker seharusnya guru dapat memahami dan sadar bahwa anak tersebut sebenarnya sudah dapat melakukannya sendiri. Berilah kesempatan dan kepercayaan pada anak bahwa ia dapat melakukannya sendiri tanpa harus dibantu. Cara lain yang lebih menarik perhatian anak yaitu guru dapat menempelkan poto dan nama anak dengan menggunakan huruf berwarna warni pada setiap loker sehingga anak akan mempunyai loker tasnya masing-masing. Diharapkan dengan melakukan cara tersebut anak akan bersemangat membawa tasnya sendiri untuk dimasukan ke dalam loker dan yang lebih penting lagi cara tersebut dapat membuat anak belajar konsisten untuk berperilaku disiplin.

3. Bagi Pihak Keluarga

Di dalam mendisiplinkan anak diharapkan orang tua tidak hanya mendidik melalui kata-kata saja jadilah contoh teladan yang baik dalam menanamkan karakter disiplin untuk anak di rumah. Sebenarnya


(54)

pembentukan karakter awal pada anak adalah di lingkungan keluarga. Berusahalah menjadi panutan yang positif bagi anak, sebab anak belajar banyak dari apa yang dilihatnya. Karakter orang tua yang diperhatikan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Mendidik anak berdisiplin melalui contoh teladan, artinya menanamkan karakter yang baik dalam mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan harapan orang tua.

4. Bagi Pihak Masyarakat

Diharapkan dapat membantu terjadinya proses pendidikan karakter disiplin di lingkungan masyarakat dengan memberikan penguatan karakter berupa dukungan moril dari masyarakat. Penguatan tersebut dapat berwujud dalam bentuk kegiatan keseharian yang menekankan pada penciptaan lingkungan dan tingkah laku masyarakat yang tertib serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman seperti tidak melajukan kendaraan dengan kencang disekitar jalan raya yang terhubung dengan lingkungan sekolah, parkir kendaraan dengan teratur, serta tidak sembarangan berjualan di depan lingkungan sekolah sehingga tidak mengganggu warga sekolah dalam beraktivitas.

C. Implikasi

Penelitian ini memiliki keterbatasan, mulai dari keterbatasan waktu penelitian sampai dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti. Peneliti belum dapat mencari tahu pihak siapa sajakah yang ikut andil dalam merancang kurikulum selain tim perancang kurikulum,

manager operasional, dan guru di kelompok bermain Cikal Gemilang 2

serta apa tugas dari masing-masing pihak tersebut berkaitan dengan perancangan kurikulum berbasis pendidikan karakter khususnya dalam penanaman karakter disiplin. Maka dari itu diharapkan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin dapat mengkesplor lebih dalam lagi tentang bagaimana sekolah merancang kurikulum siapa sajakah pihak-pihak yang turut andil


(55)

dalam merancang kurikulum dan apa peran serta dari pihak-pihak tersebut di dalam pelaksanaan perancangan kurikulum berbasis pendidikan karakter khususnya dalam perancangan penanaman pendidikan karakter disiplin.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2008). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah: Bandung. Sinar Baru Algensindo

Asmani, Ma’mur, Jamal. (2011). 7 Tips Apalikasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva press

Bredekamp, Sue. & Coople, Carol. (2011). Developmentally Appropriate

Paractice : In Early Childhood Program Serving Children from Brith Trhough Age 8 Thrid Edition. Washington: National Asociation for The

Education of Young Children

Creswell, W. John. (2008). Educational Research: Planing, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson

Education

______________. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

_______________. (2013). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing

Among Five Approaches. Washington DC: Sage

Chareles, C, M. (2011). Building Classroom Discipline. USA : Pearson

Dikdas. (2011). Prespektif: Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul. Jakarta: Buletin Policy Brief Edisi 4 juli 2011 Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional

Farida, Anna. Rois, Suhud, Ahmad, Edi, S. (2012). Sekolah yang Menyenagkan

Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa. Bandung :

Nuanasa Cendikia

Fitri, Zaenul, Agus. (2012). Pendidikan karakter Berbasis Nilai & Etika di

Sekolah. Jogjakarta :Ar-Ruzz Media

Gauvain, Mary. & Parke, D. Ross. (2009). Child Psychology A Contemporary

Viewpoint. California: MC Graw Hill

Georgi. & Clarke, Ann. (2014). Reward and Punisment. [Online]. Diakses dari http://families.naeyc.org/families-today/reward-and-punishment

Gultom, Lisonda, Aemi. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter Pada

Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar. Bandung: Proseding

Konfrensi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar SPS UPI Menyongsong Generasi Emas 2045


(57)

Haryati, Nur. Maryatun, Budi, Ika. (2010). Pengembangan Program Pendidikan

Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY

Indra, Akuntono. (2012). Mendesak Pembangunan Karakter Bangsa Lewat

Pendidikan. [Online]. Diakses dari

http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/07/08410914

Kemendikbud. (2012). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendiknas. (2012). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Usia dini, Kementrian Pendidikan Nasional

__________. (2011). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Kesuma, Dharma. Johar, Permana, & Triana, Cepi. (2012). Pendidikan Karakter:

Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Rosda

Lickona, Thomas. (2013). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Megawangi, Ratna. (2011). Pendidikan Karakter di PAUD Melalui Pendidikan

Holistik Berbasis Karakter .[Online]. Diakses dari

http://nagaripetualang.wordpress.com/2011/10/09/pendidikan-karakter-di-paud/

Moleong, Lexy. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Mulyasa,E.H. (2012).ManajemenPendidikanKarakter. Jakarta: BumiAksara. Morrison. S. George. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: Edisi

Kelima. Jakrata: PT. Indeks

Novita, Wirma. (2012). Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman

Kanak-Kanak Adhyaksa XXVI Padang. Jakarta: Pesona PAUD Vol 1.


(58)

Nixon, Elizabeth. (2009). Parenting Styles and Discipline: Children’s

Prespectives A Developmental Approach. Dublin: Center For Social and

Educational Research, Dublin Institute of Technology

Permendiknas. (2009). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional

Purkey, W, William. (1986). Positive Discipine: A Pocketful of Ideas. Ohaio: NMSA

Rimm, Sylvia. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak

Prasekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Santrock, W, John. (2007). Child Development. Dallas: Mc Graw Hill ---. (1995). Life Span Development. Jakarta: Erlangga

Shin, Lisa. Liden, Sharon. & Holmes, M, Robyn. (2013). Children Thinking

Styles, Play, and Acedmic Performance. USA: American Journal of Play,

Volume 5, number 2

Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga

Sudewo, Erie. (2011). Best Practice Character Building: Menuju Indonesia Lebih

Baik. Jakarta: Republika

Sujiono, Nurini, Yuliani. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Sukiyadi, Didi. Nurhasanah. & Al Rasjid, Djedjen. (2006). Kurikulum Dan

Pembelajaran: Bandung. UPI PRESS

Sukmadinata, Nana, Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Suroso. & Khafid, Muhammad. (2007). Pengaruh Disiplin Belajar dan

Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Ekonomi. Semarang: Jurnal

Pendidikan Ekonomi, Volume 2 No. 2 Juli 2007

Sutrisno, Heru. (2009). Kasus Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa Di Sekolah

Ditinjau Dari Kerangka Teori Sosiologi Fungsionalisme. Malang: Jurnal

Pendidikan Inofatif, Jilid 4, Nomor 2, Maret 2009


(59)

Thornton, Stephen J. & Flinders, David J. (2004). The Curriculum Studies Reader. USA :Taylor & Francis Books, Inc

Vladimir. (2012). A Caring Place for Your Toddler Families and Teachers. [Online]. Diakses dari http://families.naeyc.org/accredited-article/caring-place-your-toddler

Wayson, W. William. (1985). Teaching Self-Discipline. Ohio: The Ohio State University

Yustiningsih, Rini. (2014). Pengumuman UN SMA 2014: Di Boyolali, Seragam

Dicorat-coret dan Knalpot Digeber. [Online]. Diakses dari

http://www/solopos.com/2014/05/21/pengumuman-un-sma-2014-di-boyolali-seragam-dicorat-coret-kenalpot-digeber-508954solopos.com Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana


(1)

pembentukan karakter awal pada anak adalah di lingkungan keluarga. Berusahalah menjadi panutan yang positif bagi anak, sebab anak belajar banyak dari apa yang dilihatnya. Karakter orang tua yang diperhatikan melalui perilaku nyata merupakan bahan pelajaran yang akan diserap anak. Mendidik anak berdisiplin melalui contoh teladan, artinya menanamkan karakter yang baik dalam mendisiplinkan anak agar berperilaku sesuai dengan harapan orang tua.

4. Bagi Pihak Masyarakat

Diharapkan dapat membantu terjadinya proses pendidikan karakter disiplin di lingkungan masyarakat dengan memberikan penguatan karakter berupa dukungan moril dari masyarakat. Penguatan tersebut dapat berwujud dalam bentuk kegiatan keseharian yang menekankan pada penciptaan lingkungan dan tingkah laku masyarakat yang tertib serta menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman seperti tidak melajukan kendaraan dengan kencang disekitar jalan raya yang terhubung dengan lingkungan sekolah, parkir kendaraan dengan teratur, serta tidak sembarangan berjualan di depan lingkungan sekolah sehingga tidak mengganggu warga sekolah dalam beraktivitas.

C. Implikasi

Penelitian ini memiliki keterbatasan, mulai dari keterbatasan waktu penelitian sampai dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki peneliti. Peneliti belum dapat mencari tahu pihak siapa sajakah yang ikut andil dalam merancang kurikulum selain tim perancang kurikulum,

manager operasional, dan guru di kelompok bermain Cikal Gemilang 2

serta apa tugas dari masing-masing pihak tersebut berkaitan dengan perancangan kurikulum berbasis pendidikan karakter khususnya dalam penanaman karakter disiplin. Maka dari itu diharapkan bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang penyelenggaraan pendidikan karakter disiplin dapat mengkesplor lebih dalam lagi tentang bagaimana sekolah merancang kurikulum siapa sajakah pihak-pihak yang turut andil


(2)

dalam merancang kurikulum dan apa peran serta dari pihak-pihak tersebut di dalam pelaksanaan perancangan kurikulum berbasis pendidikan karakter khususnya dalam perancangan penanaman pendidikan karakter disiplin.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2008). Pengembangan Kurikulum Di Sekolah: Bandung. Sinar Baru Algensindo

Asmani, Ma’mur, Jamal. (2011). 7 Tips Apalikasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva press

Bredekamp, Sue. & Coople, Carol. (2011). Developmentally Appropriate

Paractice : In Early Childhood Program Serving Children from Brith Trhough Age 8 Thrid Edition. Washington: National Asociation for The

Education of Young Children

Creswell, W. John. (2008). Educational Research: Planing, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson

Education

______________. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

_______________. (2013). Qualitative Inquiry & Research Design Choosing

Among Five Approaches. Washington DC: Sage

Chareles, C, M. (2011). Building Classroom Discipline. USA : Pearson

Dikdas. (2011). Prespektif: Pendidikan Karakter Menuju Bangsa Unggul. Jakarta: Buletin Policy Brief Edisi 4 juli 2011 Jendral Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional

Farida, Anna. Rois, Suhud, Ahmad, Edi, S. (2012). Sekolah yang Menyenagkan

Metode Kreatif Mengajar dan Pengembangan Karakter Siswa. Bandung :

Nuanasa Cendikia

Fitri, Zaenul, Agus. (2012). Pendidikan karakter Berbasis Nilai & Etika di

Sekolah. Jogjakarta :Ar-Ruzz Media

Gauvain, Mary. & Parke, D. Ross. (2009). Child Psychology A Contemporary

Viewpoint. California: MC Graw Hill

Georgi. & Clarke, Ann. (2014). Reward and Punisment. [Online]. Diakses dari http://families.naeyc.org/families-today/reward-and-punishment

Gultom, Lisonda, Aemi. (2013). Implementasi Pendidikan Karakter Pada

Pendidikan Anak Usia Dini dan Sekolah Dasar. Bandung: Proseding

Konfrensi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar SPS UPI Menyongsong Generasi Emas 2045


(4)

Haryati, Nur. Maryatun, Budi, Ika. (2010). Pengembangan Program Pendidikan

Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY

Indra, Akuntono. (2012). Mendesak Pembangunan Karakter Bangsa Lewat

Pendidikan. [Online]. Diakses dari

http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/07/08410914

Kemendikbud. (2012). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Kemendiknas. (2012). Pedoman Pendidikan Karakter Pada Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Usia dini, Kementrian Pendidikan Nasional

__________. (2011). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum. (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi

Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Kesuma, Dharma. Johar, Permana, & Triana, Cepi. (2012). Pendidikan Karakter:

Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Rosda

Lickona, Thomas. (2013). Educating For Character: Mendidik Untuk Membentuk

Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Megawangi, Ratna. (2011). Pendidikan Karakter di PAUD Melalui Pendidikan

Holistik Berbasis Karakter .[Online]. Diakses dari http://nagaripetualang.wordpress.com/2011/10/09/pendidikan-karakter-di-paud/

Moleong, Lexy. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Mulyasa,E.H. (2012).ManajemenPendidikanKarakter. Jakarta: BumiAksara. Morrison. S. George. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini: Edisi

Kelima. Jakrata: PT. Indeks

Novita, Wirma. (2012). Pelaksanaan Penanaman Disiplin Pada Anak Di Taman

Kanak-Kanak Adhyaksa XXVI Padang. Jakarta: Pesona PAUD Vol 1.


(5)

Nixon, Elizabeth. (2009). Parenting Styles and Discipline: Children’s

Prespectives A Developmental Approach. Dublin: Center For Social and

Educational Research, Dublin Institute of Technology

Permendiknas. (2009). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Nasional. Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional

Purkey, W, William. (1986). Positive Discipine: A Pocketful of Ideas. Ohaio: NMSA

Rimm, Sylvia. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak

Prasekolah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Santrock, W, John. (2007). Child Development. Dallas: Mc Graw Hill ---. (1995). Life Span Development. Jakarta: Erlangga

Shin, Lisa. Liden, Sharon. & Holmes, M, Robyn. (2013). Children Thinking

Styles, Play, and Acedmic Performance. USA: American Journal of Play,

Volume 5, number 2

Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga

Sudewo, Erie. (2011). Best Practice Character Building: Menuju Indonesia Lebih

Baik. Jakarta: Republika

Sujiono, Nurini, Yuliani. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Sukiyadi, Didi. Nurhasanah. & Al Rasjid, Djedjen. (2006). Kurikulum Dan

Pembelajaran: Bandung. UPI PRESS

Sukmadinata, Nana, Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Suroso. & Khafid, Muhammad. (2007). Pengaruh Disiplin Belajar dan

Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Ekonomi. Semarang: Jurnal

Pendidikan Ekonomi, Volume 2 No. 2 Juli 2007

Sutrisno, Heru. (2009). Kasus Perilaku Pelanggaran Disiplin Siswa Di Sekolah

Ditinjau Dari Kerangka Teori Sosiologi Fungsionalisme. Malang: Jurnal

Pendidikan Inofatif, Jilid 4, Nomor 2, Maret 2009


(6)

Thornton, Stephen J. & Flinders, David J. (2004). The Curriculum Studies Reader. USA :Taylor & Francis Books, Inc

Vladimir. (2012). A Caring Place for Your Toddler Families and Teachers. [Online]. Diakses dari http://families.naeyc.org/accredited-article/caring-place-your-toddler

Wayson, W. William. (1985). Teaching Self-Discipline. Ohio: The Ohio State University

Yustiningsih, Rini. (2014). Pengumuman UN SMA 2014: Di Boyolali, Seragam

Dicorat-coret dan Knalpot Digeber. [Online]. Diakses dari

http://www/solopos.com/2014/05/21/pengumuman-un-sma-2014-di-boyolali-seragam-dicorat-coret-kenalpot-digeber-508954solopos.com Zubaedi. (2012). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana