PROBLEM PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG KARYA SURYADI WS (Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

(1)

commit to user i

PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG

SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG

KARYA SURYADI WS

( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh: LILIS KARMIATI

C0107030

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

(3)

(4)

commit to user iv

Nama : Lilis Karmiati Nim : C 0107030

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul PROBLEM-PROBLEM SOSIAL DALAM CERBUNG SING KENDHANG LAN SING NGANDHANG KARYA SURYADI Ws adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 09 Mei 2011

Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user v

MOTTO

Menjaga lisan adalah hal yang sangat sulit namun akan sangat bermanfaat. Guru berharga dalam kehidupan adalah pengalaman.


(6)

commit to user vi

Ayah dan Ibu,

Pak Sarwoko dan Ibu Sugiyem sebagai orang tua angkat, serta kekasihku.


(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya

Suryadi Ws ( Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra). Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis tidak akan banyak berarti tanpa adanya bantuan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah memberi izin dan dorongan kepada penulis.

3. Dra. Sundari, M.Hum, sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Christiana D.W. M.Hum, sebagai pembimbing kedua atas bimbingan, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini

5. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum, sebagai Pembimbing Akademis atas motivasi dan bimbingan pada masa perkuliahan.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal selama perkuliahan.


(8)

commit to user viii

yang menjadi bahan kajian dalam penulisan skripsi ini, dan juga telah membantu dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku yang selalu baik, mengerti, menjadi tempat berbagi baik suka dan duka serta memberi dukungan yang membuatku bertahan dalam segala keadaan.

12. Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007. Terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin. Semoga kita semua berhasil dan sukses dalam berbagai bentuk kehidupan serta tercapai segala apa yang dicita-citakan dan diimpikan selama ini. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk apapun, semoga Tuhan selalu memberikan berkah dan karunia-Nya atas segala amal kebaikan dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 09 Mei 2011 Penulis


(9)

commit to user ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Pendekatan Struktural ... 14

1. Tema ... 16

2. Alur ... 17

3. Penokohan ... 18

4. Latar/ setting... 20

5. Amanat ... 21


(10)

commit to user x

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Bentuk Penelitian ... 26

B. Sumber Data dan Data ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data... 28

1. Teknik Analisis Struktur ... 28

2. Teknik Wawancara ... 28

3. Teknik Kepustakaan ... 29

D. Teknik Analisis Data ... 30

1. Reduksi Data ... 30

2. Sajian Data ... 31

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi ... 31

BAB IV PEMBAHASAN ... 33

A. Tinjauan Pengarang ... 33

1. Riwayat Hidup Pengarang ... 33

2. Kedudukan dalam Keluarga ... 34

3. Kiprah dalam Dunia Seni dan Sastra ... 36

B. Analisis Struktural Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ... 42

1. Tema ... 42

2. Alur ... 44

a. Situation ... 45

b. Generating Circumtances ... 46

c. Rising Action ... 47

d. Climax ... 48

e. Denoument ... 49

3. Penokohan ... 50


(11)

commit to user xi

b. Sri Mulya ... 54

c. Darmaya ... 59

4. Latar atau Setting... 64

a. Latar Tempat ... 64

b. Latar Waktu ... 70

c. Latar Sosial... 74

5. Amanat ... 76

6. Keterkaitan Antarunsur Struktural ... 77

C. Analisis Sosiologi Sastra berupa Problem-problem Sosial serta Sikap Budaya Pengarang dalam Menanggapi Problem-probem Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws ... 79

1. Problem Sosial bidang Agama ... 79

2. Problem Sosial bidang Ekonomi ... 92

3. Problem Sosial tentang Cinta ... 106

D. Fungsi Sosial Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws Bagi Masyarakat ... 124

BAB V PENUTUP... 134

A. Simpulan ... 134

B. Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 137


(12)

commit to user xii

Cerbung : Cerita bersambung

RRI : Radio Republik Indonesia SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SPG : Sekolah Pendidikan Guru SR : Sekolah Rakyat

STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan TVRI : Televisi Republik Indonesia UGM : Universitas Gadjah Mada Ws : Warnasukardja


(13)

commit to user xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sinopsis Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws.

Lampiran 2 : Surat Ijin Wawancara.


(14)

commit to user xiv

Lilis Karmiati. C 0107030. Problem-problem Sosial dalam Cerbung Sing Kendhang

lan Sing Ngandhang Karya Suryadi Ws. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ? (2) Bagaimana problem-problem sosial berupa agama, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang ? (3) Bagaimana fungsi sosial cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan unsur struktural berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang. (2) Mendeskripsikan problem-problem sosial berupa agama, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang menanggapi problem sosial dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang. (3) Mendeskripsikan fungsi sosial cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang bagi masyarakat.

Manfaat penelitian ini adalah (1) Manfaat teoretis yaitu dapat menambah wawasan teori sastra terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra. (2) Manfaat praktis yaitu dapat dijadikan masukan bagi masyarakat utamanya pembaca terkait dengan aspek agama, ekonomi dan cinta. Pembahasan aspek agama agar dapat memperkuat keimanan, aspek ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian agar dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sastra. Sumber data primer berupa naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang, sedangkan sumber data sekunder adalah pengarang yaitu Suryadi Ws. Data primer berupa data-data struktur yaitu tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta data sosiologi berupa problem-problem sosial yaitu agama, ekonomi dan percintaan yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang. Data sekunder berupa informasi yang didapat dari buku-buku referensi yang relevan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis struktur, teknik wawancara dan teknik kepustakaan. Teknik analisis data meliputi reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.


(15)

commit to user xv

Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan: (1) Ditinjau dari segi struktural, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menunjukkan adanya hubungan saling kait mengkait antar unsur dan membentuk satu kesatuan yang utuh meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat yang memberi makna utuh dan lengkap. Tema mempunyai kaitan dengan unsur amanat, unsur alur mempunyai kaitan dengan unsur penokohan dan unsur penokohan terkait dengan unsur latar/ setting. (2). Dari segi sosiologi sastra, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menampilkan problem-problem sosial yang dominan di antaranya adalah masalah pada bidang agama, ekonomi dan cinta. Pada masalah bidang agama ialah perbedaan pendapat atau pandangan terkait hukum agama Islam tentang peternakan babi yang didirikan di lingkungan mayoritas muslim. Dalam bidang ekonomi, masalah yang muncul berupa pengangguran. Masalah cinta yang muncul adalah kisah perjuangan cinta sejati yang tulus dan cinta ini merupakan cinta yang tidak memandang status sosial. Sebagai pengarang Suryadi Ws juga memberi pandangan-pandangan mengenai problem sosial dan memberi solusi. Problem sosial adalah hal wajar yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat karena pluralitas yang ada sehingga rentan akan konflik. (3). Dari analisis fungsi sosial menunjukkan bahwa cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws merupakan salah satu karya yang unik dan khas serta bernilai bobot baik. Nilai-nilai moral yang ada di dalamnya dapat dijadikan panutan bagi masyarakat, utamanya pembaca sehingga karya ini mempunyai fungsi sosial yang bernilai positif. Fungsi sosial juga menunjukkan bahwa dalam masyarakat sangat rawan konflik.


(16)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai karya cipta pengarang menggambarkan peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang dihasilkan oleh pengarang berdasar pandangan, tafsiran, penilaian serta realitas atau kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Potret kehidupan tersebut berada dalam imajinasi pengarang, baik yang sedang terjadi maupun yang telah terjadi. Hasil dari imajinasi itu bisa dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra merupakan hasil dialog dan kontemplasi serta reaksi pengarang terhadap lingkungan sekitarnya. Lewat karya sastra manusia dapat belajar tentang hakikat hidup dan kehidupan. Pengarang melihat dinamika dalam masyarakat kemudian menjadikannya sebuah inspirasi dan segala problemnya merupakan objek karya sastra. Pengarang dan anggota masyarakat tidak bisa lepas dari problem-problem sosial. Karya sastra tidak lagi berbicara tentang keindahan semata tetapi juga persoalan-persoalan hidup manusia, sehingga menjadikan suatu karya lebih bermakna.

Karya sastra Jawa tidak hanya terdiri dari karya sastra lisan tetapi ada pula karya tulis. Sastra lisan merupakan bentuk sastra yang penyebarannya melalui lisan atau mulut ke mulut secara turun temurun. Sastra lisan contohnya


(17)

commit to user

2

adalah folklor. Folklor sendiri terdiri dari dongeng lisan, legenda dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang menggunakan tulisan sehingga berbentuk teks yang dikemas dalam lembaran-lembaran, episode, bab maupun buku. Sastra tulis contohnya meliputi novel, cerkak/cerita cekak (cerpen/ cerita pendek), geguritan/ puisi, cerita lakon/ drama dan cerbung. Cerbung merupakan rangkaian cerita yang terbagi dalam edisi-edisi/ episode. Cerbung biasanya dimuat dalam surat kabar atau majalah. Sampai saat ini majalah berbahasa Jawa yang masih aktif adalah Panjebar Semangat, Jayabaya dan Joko Lodhang. Cerbung sebagai salah satu jenis karya sastra tulis hasil budaya manusia dan banyak menampilkan hal-hal yang menyangkut kehidupan manusia. Adapula cerbung yang telah dikumpulkan atau dibukukan, sehingga para pembaca tidak harus mengikuti secara episode tetapi bisa langsung utuh ceritanya.

Cerita Sing Kendhang lan Sing Ngandhang juga merupakan salah satu contoh cerbung. Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang adalah karya dari Suryadi Ws, salah satu sastrawan Jawa. Cerbung ini dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat. Cerbung terdiri dari 17 episode, terhitung dari edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 – 25 April 2009. Jika membaca sekilas judulnya, kemungkinan orang/ pembaca akan merasa penasaran. Hal ini disebabkan dari judulnya belum serta merta dapat ditangkap maksudnya. Kendhang artinya terlempar, sedangkan Ngandhang artinya masuk kandang. Secara keseluruhan menjadi ‘yang terlempar dan yang masuk


(18)

kandang’. Apa yang terlempar dan apa yang masuk kandang belum jelas, hal ini akan membuat pembaca merasa penasaran dan ingin membaca cerita utuhnya dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.

Cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menampilkan cerita yang menggambarkan masalah-masalah sosial yang dialami oleh para tokohnya. Masalah-masalah yang dibebankan kepada para tokoh merupakan masalah yang sering terjadi dalam masyarakat. Masalah-masalah yang terkait dengan lingkungan masyarakat biasa disebut dengan problem sosial. Problem sosial merupakan warna tersendiri dalam kehidupan manusia. Hal tersebut bisa terjadi akibat berbagai faktor misalnya saja ketidaksesuaian antara perilaku dengan norma. Problem sosial sendiri bisa terjadi di berbagai sendi dalam masyarakat. Sendi-sendi yang sering terlihat dilanda suatu ketidakharmonisan misalnya adalah bidang perekonomian, percintaan dan agama.

Kehidupan bermasyarakat juga tidak bisa lepas dari adanya unsur agama yang selalu beriringan. Agama mempunyai pengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Hadirnya agama akan menuntun penganutnya menuju jalan yang benar dan sesuai norma. Agama sendiri juga berpengaruh besar terhadap pembentukan moral seseorang. Pada umumnya semakin kuat tingkat keimanan seseorang akan semakin baik pula moralnya. Hal ini


(19)

commit to user

4

dikarenakan agama mempunyai nilai-nilai bagi kehidupan manusia baik secara personal maupun dalam kehidupan sosial. Orang yang beragama akan terikat pada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya. Permasalahan boleh dan tidak inilah yang terlihat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws ini. Tentu saja masalah ini menjadi bagian dari konflik sosial dalam bidang agama atau religi.

Konflik yang berakar agama dihadapi oleh Tegar dan Darmaya. Adapun pandangan keduanya, bisa menyebabkan masyarakat terpecah menjadi dua kubu. Darmaya sendiri adalah calon mertua dari Tegar. Darmaya akan mendirikan peternakan babi, tetapi Tegar tidak menyetujuinya. Tegar merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat Islam. Bagi Tegar peternakan babi yang didirikan Darmaya bertentangan dengan hukum atau ajaran yang pernah ia diterima dalam menjalankan agamanya. Dalam agama Islam, babi merupakan hal yang dilarang atau diharamkan. Tidak hanya air liur yang menyebabkab najis tetapi dagingnya pula sangat dilarang untuk dimakan. Tidak dihalalkan umat Islam memakan daging babi. Hal ini tertulis dengan jelas di beberapa ayat dalam kitab umat Islam yaitu Al Qur’an, salah satunya dalam Surat Al-Maidah ayat 3 yang dengan tegas mengharamkan babi ( Sulaiman Rasjid, 2007: 18). Dengan demikian bagi Tegar menyetujui peternakan babi milik Darmaya sama saja membiarkan hal-hal yang sangat dilarang agamanya berkembang dalam lingkungan masyarakatnya yang


(20)

agamis. Perjuangan Tegar tidak hanya berusaha menyadarkan pemikiran seorang Darmaya tetapi ditambah dengan anak buah Darmaya yang setia. Sedangkan anak buah Darmaya adalah warga yang sekampung dengan Tegar dan dianggap sebagai saudara sendiri. Untuk itu Tegar berusaha menyelesaikan permasalahan dengan sebijaksana mungkin agar masalah tidak semakin keruh.

Dalam cerita juga menceritakan tentang problem sosial yang berkaitan dengan pengangguran atau lapangan pekerjaan. Kepercayaan atau agama seseorang tentunya akan membawa penganutnya ke jalan yang benar. Bekerja adalah salah satu bentuk ibadah. Tetapi sayangnya tidak semua orang beruntung dan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Fenomena pengangguran dalam masyarakat merupakan rahasia umum yang selalu menjadi perbincangan dan tentunya banyak terjadi di masyarakat. Banyak orang, baik yang masih sendiri maupun yang sudah berkeluarga berusaha mempertahankan hidup dengan berbagai jalan. Tanpa berpikir panjang segala pekerjaan diterima, terkadang bisa terjerumus dalam lubang hitam. Banyak warga kampung yang masih menganggur, baik yang masih bujang maupun yang sudah berumah tangga. Terjadi pertentangan pula berkaitan dengan hal ini. Pekerjaan memang sangat dibutuhkan oleh warga kampung tetapi sayangnya objek pekerjaan berupa babi menjadikan perbedaan karena latar masyarakat awalnya adalah beragama Islam..


(21)

commit to user

6

Hal terpenting adalah bekerja, tidak masalah jika harus mengurus babi milik Darmaya asal mendapat penghasilan terutama bagi yang sudah berumah tangga. Peternakan babi milik Darmaya memang bisa menyerap tenaga kerja dalam rangka mengurangi angka pengangguran. Para pekerja bisa sedikit memperbaiki kehidupan ekonominya setelah bekerja di peternakan. Warga yang biasanya tidak pasti kerjanya dan penghasilannya maka bisa bekerja dan merasakan menerima gaji setiap bulan. Ada warga yang dahulu berpakaian lusuh menjadi lain cara berpakaiannya, bajunya berganti-ganti dan banyak yang baru. Sedangkan warga yang dahulu cemas memikirkan kehamilan istrinya menjadi tenang dalam menyambut kelahiran anaknya.

Atas inisiatif Tegar guna mengurangi angka pengangguran di kampung Kauman maka dibuatlah peternakan bebek, walaupun dengan modal pinjaman bank jika dijalankan dengan profesional pasti bisa berhasil. Tentu saja inisiatif Tegar menemui jalan yang baik dan bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan. Warga kampung yang sepaham dengan Tegar mencoba potensi usaha tersebut. Dengan kesabaran dan kegigihan usaha mereka membuahkan hasil. Peternakan bebek ternyata tidak kalah menguntungkan dibanding babi milik Darmaya dan tentunya bebek tidak diharamkan dalam agama mereka. Kehidupan warga menjadi lebih sejahtera dan perekonomian mulai berkembang.

Keberhasilan ekonomi seseorang akan mempengaruhi kehidupannya baik kehidupan sosial maupun pribadinya. Kemapanan ekonomi membuat


(22)

seseorang semakin percaya diri untuk mendapatkan kebahagiaan terutama dalam hal cinta dan selalu berusaha membuat orang yang dicintainya hidup tidak kekurangan. Bagi Darmaya kejayaan bidang ekonomi akan dapat menjaga keutuhan cintanya dengan istrinya. Darmaya sangat mencintai istrinya yaitu Sri Mulya. Sri mulya masih sangat muda dan cantik bahkan hampir seumuran dengan anaknya yaitu Subekti. Darmaya berkeinginan mendirikan peternakan babi dalam rangka meningkatkan penghasilannya. Darmaya merasa takut apabila ia sudah tua dan tidak kaya maka Sri Mulya akan meninggalkannya. Dengan menimbang berbagai kemungkinan keuntungan dari peternakan akhirnya Darmaya mewujudkannya.

Niat baik Darmaya dalam kehidupan cintanya ternyata tidak berbuah manis. Semakin berkembangnya peternakan tersebut malah membuat Darmaya dan Sri Mulya sering bertengkar. Sri Mulya tidak setuju dengan usaha suaminya walaupun sebenarnya itu ditujukan untuk mempertahankan rumah tangganya. Pada akhirnya perceraian menjadi jalan bagi keduanya. Pendirian peternakannya ternyata juga membuat kebahagiaan anaknya yaitu Subekti menjadi pontang-panting. Kekasih Subekti yaitu Tegar tidak menerima keberadaan peternakan yang bertentangan dengan ajaran agamanya dan menggantungkan cinta serta rencana pernikahan mereka yang dulu. Tegar sebenarnya juga tidak tega dan ingin menepati janjinya untuk menikahi Subekti, tetapi baginya peternakan itu bagaikan dinding pemisah yang tinggi. Sri Mulya melamarkan Tegar kepada Darmaya untuk Subekti, dengan syarat


(23)

commit to user

8

peternakan harus ditutup. Darmaya yang masih mencintai mantan istrinya juga mengajukan syarat. Peternakan akan ditutup dan lamaran akan diterima asal Sri Mulya kembali menjadi istrinya. Setelah persetujuan terlaksana ternyata Subekti malah kabur dengan Sarwan karena telah hamil. Dengan demikian rencana pernikahan gagal.

Atas gagalnya acara pinangan itu, Tegar merasa tersakiti tetapi segera hilang rasa itu ketika dalam hatinya timbul keinginan cinta dan niat menjadikan Sri Mulya istrinya. Dengan hati yang tulus Tegar bersedia menerima Sri Mulya yang telah menjadi janda. Walaupun Sri Mulya sendiri juga tidak begitu percaya pada bekas kekasihnya itu, tetapi akhirnya hatinya luluh. Dalam hati Sri Mulya tetaplah Tegar yang ia cintai karena pernikahannya dengan Darmaya tidak diinginkan dan hanya sebagai ungkapan balas budi. Tegar sendiri juga merasa bersalah karena dulu tidak bisa mempertahankan Sri Mulya. Karena rasa yang masih saling cinta itulah mereka bersatu kembali. Hal ini juga menunjukkan sikap Tegar yang tidak memandang status dan mencintai Sri Mulya dengan tulus dan apa adanya.

Cerbung ini dirasa menarik untuk diteliti karena gambaran tentang fakta-fakta sosial yang terdapat di dalamnya beragam sehingga tidak terkesan monoton isi ceritanya. Konflik-konflik tersebut tidak jarang terjadi dalam masyarakat sekarang. Konflik keagamaan yang diangkat oleh pengarang terbilang fenomenal karena terkait dengan kehidupan masyarakat mayoritas Islam yang menghadapi kisruh pertentangan. Sedangkan masalah pertentangan


(24)

intern umat seagama ini sendiri jarang dimunculkan oleh pengarang-pengarang dalam karya-karya pada umumnya. Demikian pula permasalahan ekonomi yang muncul dalam cerita juga memberi warna lain dibanding cerita pada umumnya. Pengarang juga menampilkan kisah cinta yang tidak biasa diangkat dalam cerita lainnya. Kisah cinta yang biasanya hanyalah berkisah tentang pacaran antara kaum muda mudi. Tetapi dalam cerbung ini cerita cinta yang disajikan terbilang unik dan rumit seperti paparan di atas yaitu lika-liku perjuangan cinta sejati yang tanpa memikirkan status. Asumsi-asumsi ini menjadi alasan kuat pengkajian objek berupa cerbung karya Suryadi Ws.

Masyarakat sendiri merupakan bagian dari lingkup sosiologi. Dalam karya sastra pengarang menyajikan cerita yang tidak lepas pula dari unsur masyarakat. Konflik-konflik yang muncul merupakan gejala dalam masyarakat yang ditemukan dalam sebuah karya sastra sehingga penelitian ini lebih tepat menggunakan analisis sosiologi sastra. Analisis akan melalui tahap struktural terlebih dahulu sebagai upaya pembongkaran karya melalui sisi intrinsiknya. Dari sisi intrinsiknya maka penelitian akan menuju pada analisis sosiologi sastra, yaitu berkaitan dengan hal-hal di luar karya itu sendiri atau analisis ekstrinsiknya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kesalahan penulisan pada teks/ naskah asli cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang yang masih menggunakan ejaan lama. Kesalahan ini langsung dibenahi oleh penulis dalam kutipan saat menggunakan data-data tekstual dan teks asli yang disertakan dalam catatan kaki pada setiap halamannya.


(25)

commit to user

10

B. Perumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya perumusan masalah. Perumusan masalah bertujuan agar penelitian bisa terfokus pada masalah yang diangkat dan tidak meluas dari yang seharusnya dibahas. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws? 2. Bagaimanakah problem-problem sosial yang meliputi konflik keagamaan,

ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam menanggapi problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws?

3. Bagaimanakah fungsi sosial cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hasil yang akan dicapai setelah melakukan penelitian terhadap suatu masalah. Berdasar perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah.


(26)

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, setting/ latar dan amanat yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. 2. Mendeskripsikan problem-problem sosial yang meliputi konflik

keagamaan, ekonomi dan percintaan serta sikap budaya pengarang dalam menanggapi problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. 3. Mendeskripsikan fungsi sosial dari cerita bersambung Sing Kendhang lan

Sing Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian diharapkan membawa manfaat. Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis.

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan teori sastra terutama yang terkait dengan teori sosiologi sastra.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat utamanya pembaca terkait dengan aspek keagamaan, ekonomi dan cinta. Pembahasan tentang aspek keagamaan agar dapat memperkuat keimanan, aspek


(27)

commit to user

12

ekonomi dapat memberi solusi dalam memecahkan masalah pengangguran serta aspek percintaan dalam kaitannya mempertahankan cinta yang tulus. Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan bahan refleksi bagi masyarakat tentang dinamika kehidupan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini agar dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

E.

Sistematika Penulisan

Pemaparan sistematika penulisan diperlukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dari sebuah penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Bab yang berisi pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Bab yang berisi tentang landasan teori meliputi pendekatan struktural, pendekatan sosiologi sastra serta teori tentang problem sosial.

Bab III. Bab yang berisi tentang metode penelitian yang meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV. Bab pembahasan yang berisi tentang deskripsi serta analisis data yang meliputi: struktur cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi WS, problem-problem sosial berupa konflik agama, masalah ekonomi dan masalah


(28)

percintaan yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws serta sikap budaya pengarang terhadap problem-problem sosial tersebut dan fungsi sosial dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws bagi masyarakat.

Bab V. Bab penutup yang memuat tentang kesimpulan permasalahan yang telah dibahas serta saran-saran. Sebagai bagian akhir adalah berupa daftar pustaka dan lampiran.


(29)

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

Suatu penelitian sangat memerlukan adanya teori dan pendekatan yang sesuai dengan objek kajian. Dengan teori dan pendekatan yang sesuai akan mempermudah dalam membongkar permasalahan yang ada.

A. Struktural

Pendekatan struktural disebut juga pendekatan objektif, pendekatan formal atau pendekatan analitik, yang bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya. Bila hendak dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa serta hubungan harmonis antaraspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Hal-hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis, pembaca atau lingkungan sosial budaya harus dikesampingkan, karena ia tidak punya kaitan langsung struktur karya sastra tersebut ( Atar Semi, 1993: 67).

Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi


(30)

komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah ( Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36). Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antarunsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi penting dan berarti setelah ada hubungan antarunsur serta sumbangannya terhadap keseluruhan wacana (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36).

Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik. Pendekatan struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar memahami unsur-unsur tertentu karya sastra, namun lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur dan sumbangan apa yang diberikan terhadap sastra yaitu tema, amanat, penokohan, setting dan alur memberikan sebuah gambaran bagi para pembaca (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 37) .

Jadi pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang bertolak dari pembongkaran suatu karya satra melalui struktur intrinsiknya, dalam hal ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta mencari keterjalinan antarunsur tersebut.


(31)

commit to user

16

1. Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang terkandung sebuah cerita ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67). Dalam Burhan pula, menurut Hartoko dan Rahmanto, bahwa tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Sedangkan menurut Brooks, Purser dan Warren dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 125 bahwa tema dalah pandangan hidup tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membangun dasar gagasan utama dari suatu karya sastra. Menurut Panuti Sudjiman, 1990:50, bahwa tema tidak lain adalah gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasar sebuah karya sastra. Tema memberikan gambaran tentang pandangan hidup yang dapat diperoleh setelah membaca atau memberi makna karya sastra tersebut. Tema juga terbagi menjadi tema mayor ( makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum sebuah karya) dan tema minor ( makna tambahan atau makna yang terdapat pada bagian tertentu dari sebuah cerita) ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82-83).

Dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita yang memberi gambaran kehidupan manusia yang diciptakan oleh pengarang.


(32)

2. Alur

Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab-akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian ( Sudjiman, 1990: 4). Menurut Brooks, alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama ( Tarigan, 1993: 126).

Stanton mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Hal senada juga disampaikan oleh Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro ( 2005: 113) pula, bahwa plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Diperkuat lagi oleh Forster bahwa plot adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

Alur atau disebut juga plot merupakan hal yang penting dalam fiksi terutama karya sastra yang berbentuk prosa. Menurut Mochtar Lubis tahapan alur dibedakan menjadi lima tahapan, yaitu:

a. Tahap Situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.


(33)

commit to user

18

b. Tahap Generating Circumtantes: tahap pemunculan konflik, (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

c. Tahap Rising Action: tahap peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya berkembang dan dikembangkam kadar intensitasnya.

d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap Denoument: tahap penyelasaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan (dalam Tarigan, 1993: 128).

Dengan demikian alur adalah pergerakan atau urutan peristiwa yang mempunyai hubungan kausal dalam sebuah cerita.

3. Penokohan

Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin sebuah cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan (Wahyudi Siswanto, 2008: 142). Pengarang harus bisa membuat pelukisan tokoh atau penokohan dengan sebaik mungkin untuk memberikan kesan hidup bagi para pembacanya. Tokoh menurut Panuti Sudjiman, 1990: 79 adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

Menurut Jones, penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165). Sedangkan tokoh ( character) sendiri adalah orang


(34)

(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan ( Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165).

Menurut Mochtar Lubis, pelukisan tokoh dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut:

a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of throught steam or of conscious throught ( melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya).

c. Reaction to events ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian).

d. Direct author analysis ( pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon).

e. Discussion of environment ( pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar pelakon, pembaca akan dapat kesan apakah pelakon itu jorok, bersih, rajin, malas dan sebagainya).

f. Reaction of other about/ to character ( pengarang melukiskan bagaimana

pandangan-pandangan pelakon lain dalam sebuah cerita terhadap pelakon utama itu).

g. Conversation of other about character ( pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama, dengan demikian maka secara tidak langsung pembaca dapat kesan tentang segala sesuatu yang mengenai tokoh utama itu) (dalam Tarigan, 1993: 133-134).

Dengan demikian penokohan adalah pelukisan karakter tokoh dalam sebuah cerita fiksi dengan menggunakan berbagai cara, seperti pelukisan fisik, ingkungan sekitar tokoh dan lain-lain.


(35)

commit to user

20

4. Latar/ setting

Menurut Abrams, latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, termasuk di dalamnya tempat atau ruang serta waktu ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216).

Setting/ latar adalah tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita, yang meliputi setting waktu, tempat dan suasana. Menurut Panuti Sudjiman 1990: 48, latar adalah segala keterangan atau informasi mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Dijelaskan oleh Abrams bahwa latar atau setting menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan ( Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216). Sedangkan unsur latar sendiri meliputi latar tempat, waktu dan sosial.

a. Latar tempat, latar menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi ( dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 227).

Jadi latar atau setting adalah informasi yang berkaitan tentang tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.


(36)

5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar ( Panuti Sudjiman, 1990: 5), serta menurut Burhan Nurgiyantoro, 2005: 322, amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya kepada penikmat karyanya. Amanat akan dapat ditemukan apabila sudah membaca dan memahami suatu karya cerita. Amanat tersebut bisa disampaikan secara implisit maupun eksplisit melalui jalan cerita dan penokohan yang dibentuk oleh pengarang. Jadi amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui hasil karyanya.

B. Sosiologi Sastra

Sastrawan merupakan bagian dari suatu masyarakat. Sastrawan sebagai makhluk sosial dipengaruhi oleh latar belakang sosiologinya yang berupa struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial ( norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi, politik, hukum, agama dan sebagainya ( Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soerjono Soekanto, 2007: 20).


(37)

commit to user

22

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan disebut dengan sosiologi sastra ( Rachmat Joko Pradopo, 2001: 158). Sastra menampilkan kehidupan yang merupakan kenyataan sosial. Tujuan penelitian dengan pendekatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap, utuh dan menyeluruh tentang hubungan timbal balik antara sastrawan, karya sastra dan masyarakat.

Pendekatan sosiologi merupakan cabang penelitian sastra yang reflektif. Penelitian ini ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat ( Suwardi Endraswara, 2011: 77). Sosiologi sastra adalah sastra karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia berasal, kondisi ekonomi serta khalayak yang ditujunya ( KBBI, 2005: 958).

Pendekatan literary sociology ( sosiologi sastra) adalah pendekatan yang bergerak dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra. Pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial sebagai minornya ( Sangidu, 2004: 27).

Rene Wellek dan Austin Warren mengklasifikan sosiologi sastra meliputi:

1. Sosiologi pengarang, berkaitan dengan segala sesuatu tentang pengarang seperti jenis kelamin, umur pengarang, tempat kelahiran pengarang, status sosial pengarang, profesi pengarang, ekonomi pengarang, agama dan


(38)

keyakinan pengarang, tempat tinggal pengarang dan kesenangan pengarang.

2. Sosiologi karya sastra, berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan karya sastra dan hal-hal yang tersirat dalam karya sastra dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Dalam hal ini sosiologi karya sastra dapat mencakup aspek sosial, aspek adat istiadat, aspek religius, aspek etika, aspek moral dan aspek nilai.

3. Sosiologi pembaca, berkaitan dengan masalah pembaca dan dampak sosial karya sastra terhadap masyarakatnya ( dalam Sutejo dan Kasnadi, 2010: 59).

Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan sebuah pendekatan yang menekankan adanya gejala-gejala sosial yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang meliputi aspek sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra dan sosiologi pembaca atau masyarakat.

C. Problem Sosial

Problem sosial merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan hidupnya dan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok dari warga-warga kelompok sosial, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial ( Soerjono Soekanto, 2007: 358). Selanjutnya dijelaskan oleh Soerjono


(39)

commit to user

24

Soekanto bahwa beberapa problem-problem yang penting di antaranya masalah kemiskinan, kejahatan, disorganisasi keluarga, masalah generasi muda, peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, masalah kependudukan, masalah lingkungan dan birokrasi ( 2007: 415).

Problem sosial sering disebut pula dengan konflik sosial. Menurut Simmel bahwa konflik pada akhirnya akan menghancurkan tatanan sosial yang ada. Konflik punya fungsi positif bagi stabilitas sosial dan membantu melestarikan kelompok atau kolektivitas. Lockwood menambahkan bahwa konflik sistem akan muncul ketika institusi-institusi tidak harmonis. Konflik sosial bersifat antar pribadi dan muncul hanya dalam interaksi sosial ( dalam Kamus Sosiologi, 2010: 105-106).

Soerjono Soekanto (2007: 360) mengklasifikasikan sumber dari problem sosial secara umum menjadi empat golongan, yaitu:

1. Faktor ekonomis, antara lain termasuk kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan pelacuran.

2. Faktor biologis antara lain meliputi penyakit bersifat jasmani.

3. Faktor-faktor psikologis, seperti sakit syaraf, jiwa, lemah ingatan, sukar menyesuaikan diri, bunuh diri, dan sebagainya.

4. Faktor kebudayaan seperti masalah perceraian, kenakalan anak-anak, keagamaan dan rasial.


(40)

Jadi problem sosial merupakan ketidaksesuaian antarbagian dalam satu kesatuan yang bisa menyebabkan ketidakaturan bahkan bisa menyebabkan suatu keadaan yang merugikan.


(41)

commit to user

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian sastra. Penelitian sastra dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah berbentuk karya sastra. Menurut Atar Semi, penelitian sastra adalah usaha pencarian pengetahuan dan pemberi maknaan dengan hati-hati dan kritis secara terus menerus terhadap masalah sastra. Penelitian sastra mempunyai objek, metode dan pendekatan yang jelas ( 1993: 18). Metode penelitian sastra merupakan cara penelitian dengan mempertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai kajiannya ( Suwardi Endraswara, 2011: 8). Tujuan dan peranan dari penelitian sastra sendiri adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya ( Pradopo dalam Suwardi Endraswara, 2011: 10). Ditambahkan lagi oleh Suwardi bahwa yang lebih penting adalah agar penelitian mampu mengungkap fenomena dibalik objek sastra sebagai ungkapan hidup manusia. Dengan demikian penelitian merupakan jembatan antara penulis, teks dan pembaca ( 2011: 11).


(42)

B. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder, yaitu:

1. Sumber Data Primer yaitu berupa teks atau naskah dari cerbung berjudul Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. Cerbung ini dimuat dalam majalah berbahasa Jawa Panjebar Semangat sebagai cerita bersambung, edisi 1 – 17, tanggal 3 Januari 2009 sampai dengan 25 April 2009, sebanyak 17 episode.

2. Sumber Data Sekunder yaitu buku-buku referensi yang relevan dengan penelitian dan informan, dalam penelitian ini adalah pengarang cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang yaitu Suryadi Ws.

Data meliputi data primer dan sekunder, sebagai berikut:

1. Data Primer merupakan data pokok dalam penelitian ini yaitu berupa unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta data-data sosiologi sastra berupa problem-problem sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws.

2. Data Sekunder merupakan data-data pendukung penelitian seperti informasi yang didapat dari buku-buku referensi, hasil wawancara pengarang yang berupa rekaman dan foto.


(43)

commit to user

28

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Analisis Struktur

Teknik analisis struktur digunakan untuk mengumpulkan data literer atau data intrinsik teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. Pengumpulan data dengan analisis struktur akan menghasilkan data kategoris yang meliputi data tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, pewawancara menguraikan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut ( Lexy J. Moleong, 2010: 186). Wawancara sendiri ada yang terstruktur dan tidak berstruktur ( Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong, 2010: 189-190). Wawancara merupakan suatu pertemuan tatap muka antarmanusia, khususnya dengan tujuan membicarakan suatu pokok tertentu secara formal. Wawancara bisa menggunakan daftar pertanyaan yaitu salah satu alat yang berguna untuk mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang yaitu Suryadi WS sebagai sumber data sekundernya. Wawancara dilakukan dengan cara terstruktur, artinya penulis menyiapkan pertanyaan berupa daftar pertanyaan. Dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara akan bisa


(44)

meluas dan berkembang dengan sendirinya. Lokasi wawancara adalah rumah dari pengarang yaitu Suryadi Ws yang beralamat di desa Mireng Rt/ Rw. 09/ 03 Trucuk, Klaten. Alat yang digunakan berupa alat perekam manual dan perekam digital berupa Hp. Selain wawancara juga dilakukan pengambilan foto narasumber yang dapat digunakan sebagai bukti sekaligus dokumentasi.

3. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui studi pustaka. Penelitian perpustakaan ( Library Research) merupakan penelitian yang dilakukan di kamar meja peneliti atau di ruang perpustakaan dan peneliti memperoleh data dan informasi tentang objek penelitinnya melalui buku-buku atau alat-alat audiovisual lainnya ( Atar Semi, 1993: 8). Menurut Gay, kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian ( Sevilla dkk, 1993: 31). Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat penyimpanan hasil penelitian yaitu perpustakaan ( Ratna, 2010: 196). Data-data pustaka diperoleh dengan membaca buku-buku, artikel dan referensi lain yang relevan dengan penelitian ini.


(45)

commit to user

30

D. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikannya, memilah-milahnya menjadi satu satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola apa yang penting dan apa saja yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ( dalam Lexy J. Moleong, 2010: 248). Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar ( dalam Lexy J. Moleong, 2010: 280).

Tujuan dari analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan ( Sangidu, 2004: 73). Dalam teknik analisis data ini untuk mendukung penelitian, digunakan teknik analisis interaktif yaitu interaksi tiga komponen utama yang meliputi reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasinya ( Miles dan Huberman dalam HB. Sutopo, 2006: 113).

1. Reduksi data adalah merampingkan data dengan memilih data yang

dipandang penting, menyederhanakan dan mengabstraksikannya ( Sangidu, 2004: 73). Analisis data dimulai setelah mengumpulkan data-data berupa data kategori atau data struktur yang berupa unsur intrinsik dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Selain dari analisis struktur, data-data diperoleh dari teknik wawancara dengan


(46)

pengarang yaitu Suryadi Ws serta dengan teknik kepustakaan, dengan mencari referensi-referensi lain dari buku, artikel dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan yang diangkat. Hasil dari wawancara dan kepustakaan dijadikan sebagai data sosiologi sastra. Dari semua data yang diperoleh maka dilakukan pemilihan data/ reduksi data yang sesuai dan tepat, selain unsur intrinsiknya juga unsur ekstrinsik yaitu mengenai sosiologi sastranya.

2. Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dan sintesis dalam bentuk uraian dari data-data yang terangkat disertai bukti-bukti tekstual yang ada. Data yang telah terpilih dari tahap reduksi data kemudian disajikan. Misalnya data tentang latar/ setting, dari keseluruhan dalam satu naskah/ teks cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws, kemudian dipilih yang sesuai dan disertai bukti tekstual berupa kutipan asli dari naskah.

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi adalah proses setelah pengumpulan data, penelitian mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi maupun sajian datanya. Verifikasi dan simpulan adalah mengecek kembali ( diverifikasi) pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat simpulan-simpulan sementara ( Sangidu, 2004: 74). Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah didapatkan dari reduksi data maupun kegiatan pengumpulan data. Proses penarikan


(47)

commit to user

32

kesimpulan dilakukan setelah data-data pada tahap reduksi data dan sajian data terkumpul dan tersusun. Penarikan kesimpulan tidak bisa sekali jadi, jadi besar kemungkinan terjadi pengulangan proses. Misalnya dalam penelitian terhadap objek cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws adalah menarik kesimpulan tentang keterkaitan antarunsur. Menarik kesimpulan harus melihat data-data struktur berupa tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat. Setelah itu, baru menarik kesimpulan dengan mencari hubungan antarunsur tersebut. Apabila hasil proses ini dirasa kurang memuaskan maka bisa dilakukan pengecekan ulang untuk memantapkan atau sekedar menambahi dan mengurangi kesimpulan sementara.

Teknik analisis data dengan tahapan-tahapan di atas dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.

Pengumpulan data

Penarikan kesimpulan/verifikasi


(48)

commit to user 33

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang

Nama lengkap Suryadi Ws adalah Drs. H. Suryadi Warnasukardja. Beliau lahir di Klaten pada tanggal 01 September 1940. Nama ayahnya adalah Sukardi Warnasukardja dan ibunya bernama Suriyem. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara dan ia adalah satu-satunya anak laki-laki dari orang tuanya. Suryadi bertempat tinggal di desa Mireng Rt/ Rw. 09/ 03 Trucuk, Klaten. Suryadi Ws mengenyam pendidikan dasar di SR Negeri Sabrang Lor, Trucuk lulus tahun 1953. Melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri I Klaten dan lulus tahun 1956. Menempuh pendidikan selanjutnya di SMA Negeri I Surakarta, lulus tahun 1959. Setelah itu melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta tahun 1959, tetapi gagal karena terbentur masalah ekonomi keluarganya dan melanjutkan lagi di Akademi Penilik Kesehatan (Sanitasi) Surabaya ( sekarang menjadi STIKES Surabaya), lulus tahun 1964 dan melanjutkan di Course of Training Methods and Teaching Techniques di Manila, Filipina dan memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) tahun 1965.

Riwayat pekerjaan Suryadi dimulai ketika ia menjadi pegawai di Departemen Kesehatan Jakarta tahun 1965-1966. Setelah itu ia menjadi guru SPG/ SMEA Klaten


(49)

commit to user

34

tahun 1967-2000. Riwayat organisasinya adalah berkecimpung dalam Muhammadiyah, sebagai Ketua Cabang Trucuk tahun 1967-1971 dan Ikatan Haji.

2. Kedudukan dalam Keluarga

Istri dari Suryadi Ws bernama Mulyati ( Hj. Mulyati). Mereka menikah pada tanggal 25 Maret 1968. Istrinya berprofesi sebagai guru SD Sabrang Lor, Trucuk, Klaten. Pernikahannya dikaruniai empat orang anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Sebenarnya Suryadi Ws mempunyai tujuh orang anak, tetapi ada tiga yang telah meninggal dunia. Anak pertama meninggal pada usia tiga tahun karena sakit,anak keempat meninggal saat masih bayi dan anak keenam meninggal usia dua belas tahun / kelas IV SD karena sakit tumor otak.

Peranan Suryadi Ws dalam keluarga adalah sebagai seorang kepala keluarga, seorang suami dan seorang ayah. Suryadi Ws merupakan sosok yang baik dan bertanggung jawab terkait dengan peranannya dalam keluarga. Latar belakang keluarganya yang agamis dan berlatar Jawa terbawa dalam kehidupan rumah tangga. Beliau terbilang sukses dalam mendidik anak-anaknya. Anaknya yang pertama bernama Bambang Wiyono, S.T dan berhasil dalam dunia wiraswasta. Anak kedua bernama Danang Ciptadi, S.T dan menggeluti dunia usaha pula. Anak ketiga adalah dr. Niken Ciptarini, lu lusan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dan bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas. Anak keempat bernama Wara Surastri dan sekarang masih menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP), Universitas Widya Dharma Klaten untuk jurusan bahasa Inggris.


(50)

Anak keempatnya juga yang kelihatannya akan meneruskan karir kesastrawanannya. Dari pendidikan formal dan karir yang dimiliki anak-anaknya tersebut maka terlihat bahwa beliau juga seorang ayah yang memperhatikan pendidikan formal sebagai salah satu bekal masa depan. Beliau dan istri adalah orang tua yang berhasil karena telah mengantar anak-anaknya pada jenjang pendidikan perguruan tinggi dan mampu mandiri serta membuka usaha sesuai dengan minat masing-masing. Dalam menerapkan dunia pendidikan, Suryadi Ws selalu memberikan dan menunjukkan contoh sikap yang baik dan yang bururk, benar dan salah kepada anak-anaknya. Ia menyadari bahwa setiap anak mempunyai sifat dan bakat imitasi, termasuk dari orang tuanya. Anak akan selalu tutwuri pada sikap dan perilaku orang tuanya, karena orang tua adalah sentral perhatian anak. Kesederhanaan yang diajarkannya terlihat pada diri anak-anaknya yang lebih suka hidup sederhana. Sekalipun demikian, Suryadi Ws bukanlah sosok yang otoriter. Ia memberi kebebasan dalam memilih dan mengambil keputusan kepada anak-anaknya. Hal demikian agar merreka dapat mengambil langkah yang bijaksana jika akan menentukan pilihan atau pendapatnya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia keluarga mempunyai andil yang cukup besar dan perjalanan hidupnya, baik sebagai manusia personal maupun seorang seniman. Tentunya banyak pula kejadian-kejadian dan pengalaman hidupnya dalam keluarga yang terbawa dalam karya-karyanya.


(51)

commit to user

36

3. Kiprah dalam Dunia Seni dan Sastra

Kegemaran dari Suryadi Ws memang membaca sejak ia duduk dibangku SR/ SD, baik buku-buku pengetahuan maupun sekedar bacaan umum untuk menambah wawasan. Hal ini terpengaruh oleh kebiasaan ayahnya yaitu membaca koran dan majalah Panjebar Semangat dan kakeknya yaitu Kyai Imandikrama yang sering mendongeng. Dari orang tua dan kakek neneknya pula ia mengenal wayang dan tembang-tembang Jawa. Sejak kecil pula ia sudah mulai senang membaca Serat Wulangreh, Wedhatama, dan novel-novel Jawa.

Awal kepenulisan Suryadi Ws yaitu saat duduk dikelas II SMA, karyanya berupa cerpen yang berjudul Randha Telu dan Wadule Saba Bengi berhasil dimuat dalam majalah Kekasihku (1958). Keseriusannya untuk ketertarikannya dalam dunia sastra dan budaya baru dimulai pada tahun 1971. Ia mulai menulis di majalah bahasa Jawa seperti Jaya Baya dan Panjebar Semangat serta majalah Adil dan Suara Muhammadiyah untuk majalah berbahasa Indonesia. Tulisannya mulai mendapat perhatian di era tahun 1970-an, karena mengikuti sayembara dan berhasil menyabet penghargaan. Karya-karyanya yang mendapat penghargaan antara lain:

a. Bengi Iki Ana Pesta, juara III Lomba Menulis Cerpen berbahasa Jawa tahun 1971.

b. Selamat Belajar Putra Desa, juara I dalam Lomba Menulis Cerita berbahasa Indonesia oleh Departemen Pendiddikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1978. Cerita tersebut kemudian diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1996.


(52)

c. Penganten, juara I (novel terbaik) berbahasa Jawa dalam Lomba Mengarang Novel yang diselenggarakan oleh Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT). Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT) tahun 1979/ 1980.

d. Menuju Pembentukan Wayang Nusantara, juara I dalam Sayembara Menulis

Karya Nonfiksi oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta tahun 1980. Karya tersebut diterbitkan oleh Tiga Serangkai Solo tahun 1981.

e. Omah Warisan, juara III dalam Lomba Penulisan Drama berbahasa Jawa oleh Pengembangan Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT) tahun 1980.

f. Serigala, juara harapan dalam Lomba Penulisan Novel berbahasa Indonesia oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun1980.

g. Anak Lanang, juara II dalam Lomba Seleksi Cerpen oleh penerbit Jaya Baya, Surabaya tahun 1982. Cerpen ini juga meraih juara III dalam seleksi cerpen oleh Proyek Javanologi Yogyakarta tahun 1983.

h. Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, juara I dalam Lomba Penulisan Cerpen oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur tahun 1990.

i. Pusaka, juara I dalam Lomba Penulisan Novel oleh Sanggar Triwida, Jawa Timur

tahun 1990. Novel tersebut kemudian diterbitkan oleh Sinar Wijaya, Surabaya tahun 1993.

j. Bayi, juara III dalam Lomba Penulisan Cerpen oleh Proyek Javanologi


(53)

commit to user

38

Karya-karya yang ia cipatakan beragam bentuknya, baik novel, cerbung, cerpen, tembang jawa, artikel dan mimbar agama. Tidak terhitung jumlahnya tetapi karena keterbatasan dalam inventarisasi serta dokumentasi, maka banyak karya-karya yang tidak terekam dalam ingatan. Hal ini disebabkan oleh tersebarnya karya-karya tersebut dalam banyak majalah. Di bawah ini adalah sedikit data dari karya-karya Suryadi Ws yang berhasil diinventarisasi.

a. Karya dalam bentuk novel

1) Penganten tahun 1980.

2) Pusaka tahun 1988, Penerbit Sinar Jaya Surabaya tahun 1993. 3) Sintru Oh Sintru tahun 1993.

b. Karya dalam bentuk cerpen/cerkak

1) Randha Telu, majalah Kekasihku tahun 1958.

2) Wadule Saba Bengi, majalah Kekasihku tahun 1958.

3) Bengi Iki Ana Pesta tahun 1971.

4) Anak Lanang, majalah Jaya Baya No. 23, tahun XXXVII, 07 Februari 1982.

5) Bayi, tahun 1983.

6) Laire Jabang Bayi, Jaya Baya No. 39, tahun XXXVI, 30 Mei 1982.

7) Gombalasari, Jaya Baya No. 42, tahun XXXVII, 19 Juni 1983.

8) Nalika Takbir Kumandhang Ing Langit, Jaya Baya No. 40, tahun XVI, 31 Mei 1987.


(54)

10)Yayasan Pamekaran Kere-kere (Yamapake), Jaya Baya No. 22, tahun LV, 28 Januari 2001.

Karya-karya dalam bentuk cerkak lainnya tidak terinventarisasi dengan baik, jelas dan lengkap. Hingga saat ini mungkin sudah sekitar 300-an cerpen yang telah diciptakan yang diterbitkan dalam majalah Panjebar Semangat, Jaya Baya dan Jaka Lodhang. Ada salah satu karyanya berupa kumpulan cerkak yang berjudul Morak Marik Katerak Lindhu yang berisi kumpulan cerkak karyanya.

c. Karya dalam bentuk cerbung

1) Pusaka, diterbitkan oleh Jaya Baya, 05 Juni – 09 Oktober tahun 1988. 2) Kinosek ing Lindhu, diterbitkan oleh Jaya Baya tahun 2009.

3) Sing Kendhang lan Sing Ngandhang, diterbitkan oleh Panjebar Semangat tahun

2009.

d. Karya dalam bentuk naskah drama

1) Omah Warisan tahun 1980.

e. Karya dalam bentuk artikel

1) Rekadaya Lestari Mekarake Sastra Jawa, Jaya Baya No. 42, 17 Juni 200, halaman 5 dan 47.


(55)

commit to user

40

Karya-karya yang lain berupa tembang Jawa dan mimbar agama tidak ada yang diinventarisasi oleh Suryadi Ws. Selain karya berbahasa Jawa, ada pula karyanya yang berbahasa Indonesia.

1. Cerita remaja Selamat Belajar Putra Desa tahun 1978.

2. Karya nonfiksi Menuju Pembentukan Wayang Nusantara tahun 1980. 3. Novel Serigala tahun 1980.

Bentuk kiprah dalam dunia seni dari Suryadi Ws yaitu telah berhasil menorehkan sebuah karya yang unik yaitu Wayang Sadat. Beliau adalah penemu dari wayang jenis ini. Wayang Sadat merupakan wayang dalam bentuk Islam. Sadat

merupakan kependekan dari „Sarana Dakwah dan Tabligh‟. Ciri khas Islam sangat

ditonjolkan dalam karya ini, meliputi bentuk wayangnya, lagu tembang dan pengiringnya, seragam pelaku pentas ( dhalang-pengrawit-penyanyi), ceritanya ( perjuangan para wali dan mubaligh menyiarkan Islam di Nusantara) dan teknik pedalangannya ( serupa khotbah dengan alat peraga dan dijalin dalam alur cerita). Wayang ini pernah tampil dalam Pameran Wayang Jawa Tengah dan Pekan Wayang Nasional. Wayang ini biasa ditampilkan di stasiun televisi seperti TVRI Jakarta, Indosiar, TVRI Yogyakarta dan Radio RRI Semarang. Wayang Sadat sudah menjadi salah satu aset nasional. Wayang ini sudah dipajang di museum-museum Yogyakarta, Borobudur, Semarang, Surabaya, Jakarta dan museum negeri Malaysia dan Prancis serta menjadi salah satu koleksi para penggemar wayang di Jepang dan Jerman.


(56)

Karya-karya yang telah diciptakan Suryadi Ws itu menempatkannya menjadi salah satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan produktif. Dalam menulis karya-karyanya, beliau tidak sembarangan atau asal-asalan. Ketika menulis, hasil tulisannya tidak langsung jadi, tetapi melalui proses perbaikan dan perbaikannya tidak hanya sekali kadang sampai berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena terkadang masih timbul rasa tidak puas dari dirinya. Baginya, menulis adalah ekspresi gejolak jiwanya, untuk itu dalam menulis diperlukan perenungan, penghayatan dan pencurahan hati pada tokoh-tokoh dalam cerita fiksinya. Dalam mencari ide cerita, Suryadi Ws terkadang melakukan pengembaraan dalam usahanya mencari ilham cerita, selain dari pengalaman dan kehidupan sehari-harinya.


(57)

commit to user

42

B. Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan tahap awal dalam menganalisis permasalahan dalam sebuah karya sastra. Analisis struktural adalah pembongkaran suatu karya satra melalui struktur intrinsiknya, dalam hal ini meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta mencari keterjalinan antarunsur tersebut. Melalui analisis struktural akan mempermudah analisis ekstrinsik. Analisis strukural sendiri merupakan analisis intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat serta mencari keterjalinan antar unsur tersebut, karena setiap unsur tidak bisa berdiri sendiri, kelimanya merupakan satu kesatuan yang padu. Analisis struktural dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws terinci sebagai berikut.

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita yang memberi gambaran kehidupan manusia yang diciptakan oleh pengarang. Tema dimaksudkan untuk memberitahukan apa yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca. Tema yang terdapat dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws adalah tergolong tema sosial. Hal ini disebabkan karena persoalan-persoalan tersebut bersumber dari masyarakat pada umumnya. Berbicara mengenai aspek keagamaan dalam kehidupan masyarakat memang tidak ada habisnya. Di satu sisi adanya kepercayaan membuat orang atau suatu masyarakat membawa pada satu titik kenyamanan dan berjalan secara harmonis. Di sisi lain hadirnya sebuah sistem


(58)

kepercayaan dan fanatisme justru membawa manusia atau suatu masyarakat menjadi tidak harmonis dan timbul rasa ketidaknyamanan. Hadirnya ketidaknyamanan tersebut juga menyebabkan munculnya konflik-konflik lain dalam masyarakat.

Tema lain adalah tentang cinta. Cinta memang anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada hamba-Nya. Cinta juga merupakan masalah personal atau pribadi, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa cinta juga merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat. Ketika orang jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah, secara tidak langsung orang yang bersangkutan memberi pengumuman kepada masyarakat dengan acara akad nikah, resepsi atau pemberkatan. Terlebih lagi ketika cinta yang berkenaan dengan status sosial. Dalam kenyataan masyarakat, cinta tidak memandang status dan usia. Seorang janda mendapatkan seorang perjaka, seorang duda mendapatkan seorang gadis dan sebagainya. Masyarakat tetap mengakui keberadaan mereka, asal masih dalam garis norma dan kewajaran.

Aspek ekonomi juga mewarnai pula terkait dengan pengangguran. Pengangguran masih menjadi pekerjaan yang tidak kunjung menemui penyelesaian. Angka pengangguran yang semakin meningkat tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai. Terkadang jika tengah terdesak kebutuhan, hal utama adalah bekerja agar mendapat penghasilan, walaupun terkadang pekerjaan yang dipilih tidak sesuai aturan hukum maupun agama. Ada pula yang tetap berpegang teguh pada patokan halal tidaknya suatu pekerjaan, dari segi aturan maupun dari segi hukum agama.


(59)

commit to user

44

Ketiga hal di atas tidak jauh berbeda dengan cerita Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws. Cerbung tersebut menceritakan kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari aspek keagamaan dan cinta yang selalu mewarnai. Betapa besar pengaruh agama dalam setiap perilaku warga masyarakat. Di dalam sebuah keharmonisan kehidupan bermasyarakat, ada saja kerikil-kerikil yang bisa mengganggu. Perbedaan pandangan adalah hal yang wajar dalam masyarakat, tetapi ada kalanya hal tersebut menimbulkan banyak efek disisi lainnya. Demikian dengan cinta yang disajikan. Cinta segitiga dan cinta antara seorang perjaka dengan seorang janda tentunya masih menjadi hal yang sering terjadi dalam masyarakat. Tema dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws secara umum atau tema mayornya bahwa kehidupan masyarakat sangatlah kental namun juga rentan dengan masalah agama. Selain tema mayor, muncul pula tema minor berupa tema cinta dan ekonomi. Kedewasaan dalam menerima perbedaan dan mencari solusi sangat diperlukan dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Ketika solusi yang bijak didapat maka diharapkan bisa membawa keadaan yang positif.

2. Alur

Alur adalah pergerakan atau urutan peristiwa yang mempunyai hubungan kausal dalam sebuah cerita. Tahapan alur dari cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws adalah sebagai berikut.


(60)

a. Tahap Situation/ penyituasian ( pengarang mulai melukiskan keadaan).

Tahap ini dimulai oleh pengarang dengan memperkenalkan para tokoh serta latar secara garis besar. Sebagai awal diperkenalkan tokoh Kyai Saleh. Ia merupakan sosok kakek yang berumur kira-kira 60 tahun. Ia merupakan tokoh masyarakat sekitar serta menjadi panutan karena pengetahuan agama yang dimilikinya. Digambarkan pula bahwa keadaan Kyai Saleh sedang merasa gelisah memikirkan masalah calon mertua dari cucunya. Masalah tersebut terkait dengan peternakan babi dan akan menjadi masalah serius jika memang hal tersebut menjadi kenyataan. Hal tersebut disebabkan oleh keadaan keluarganya yang agamis.

Diperkenalkan pula tokoh Tegar yaitu cucu Kyai Saleh. Tegar adalah pemuda desa yang gagah, berwibawa dan berpengetahuan luas karena gelar sarjana yang disandangnya. Tegar juga merasakan kegelisahan mendengar kabar pendirian peternakan milik calon mertuanya tersebut. Adanya kabar tersebut juga membuat hubungannya dengan kekasihnya sedikit menjauh dan lama-lama menjadi terpisah. Muncul pula sosok Sri Mulya. Sri Mulya adalah istri Darmaya, calon ibu mertua Tegar. Ia masih muda, lebih muda dari pada Tegar karena memang pernikahanannya dengan Darmaya adalah hal yang kurang diinginkan pula, hanya sekedar niat baik membalas budi. Sri Mulya dulunya hanya sebatang kara kemudian diasuh oleh Darmaya. Ketika istri Darmaya meninggal, Sri Mulya diperistri Darmaya karena anaknya yaitu Subekti terlihat akrab dan Sri Mulya bisa ngemong. Pada saat itu Sri Mulya adalah kekasih Tegar, tetapi Tegar juga tidak bisa berbuat apa-apa saat itu.


(61)

commit to user

46

Dengan persamaan pendapat Sri Mulya dan Tegar yang kurang setuju dengan peternakan Darmaya membuat mereka berdua akrab kembali.

Contoh kutipan untuk bagian ini adalah sebagai berikut.

“ Kyai Saleh legog-legog ing kursine, ngadhep meja marmer yasane nalika isih

jaka udakara sewidakan taun kepungkur. ... Kyai Saleh sing saleh iku lagi legeg mikir perkara babi. ... Ora piye-piye. Mung ana babagan anyar sing tuwuh

sajrone kowe lunga telung sasi iki. Darmaya ki arep gawe peternakan babi”. ( PS/

1. Hal 19).

Terjemahan:

“ Kyai Saleh termangu-mangu di kursi, menghadap meja marmer miliknya ketika

masih perjaka kira-kira enampuluh tahun yang lalu. Kyai Saleh yang saleh itu sedang resah memikirkan perkara babi. Tidak apa-apa. Hanya ada hal baru yang muncul selama kamu pergi tiga bulan ini. Darmaya itu akan mendirikan peternakan

babi”.

Kyai Saleh termangu-mangu di kursi, menghadap meja marmer miliknya ketika masih perjaka kira-kira enampuluh yang lalu. Kyai Saleh yang saleh itu sedang bingung memikirkan masalah babi. Tidak apa-apa. Hanya saja ada hal baru yang muncul selama kamu pergi tiga bulan ini. Darmaya akan memdirikan peternakan babi.

b. Tahap Generating Circumtantes/ pemunculan konflik ( peristiwa mulai bergerak). Peristiwa mulai bergerak ketika Tegar menemui kekasihnya yaitu Subekti yang mengiyakan kabar pendirian peternakan ayahnya. Sri Mulya sendiri juga


(62)

menaruh harapan pada Tegar agar bisa menyelesaikan masalah ini secara bijak. Setelah Tegar menemui Darmaya, keduanya beradu pendapat mengenai peternakan tersebut. Mereka saling mempertahankan pendapat dan masing-masing memberikan alasan yang kuat. Tegar berasal dari keluarga yang agamis, untuk itu Darmaya tetap berpesan agar adanya peternakan tidak mempengaruhi hubungan Tegar dengan Subekti, anaknya. Apapun hasilnya Darmaya lakukan tak lain untuk Subekti, anak tunggalnya dan nantinya akan jadi milik Tegar pula jika sudah menikah. Alasan Darmaya lainnya adalah statusnya yang sudah cukup umur dan sudah pensiun dari jabatannya, padahal istrinya Sri Mulya masih muda dan cantik jika sampai tidak bisa membiayai hidupnya, Darmaya takut Sri Mulya meninggalkannya. Muncul pula Sarwan, tangan kanan Darmaya yang tidak lain adalah teman Tegar dulu. Sarwan sendiri diam-diam menyukai Subekti dan ingin memisahkan Tegar dengan Subekti.

Tahap ini dibuktikan dengan kutipan berikut.

“ Bekti nyawang priya kekasihe iku. Batine wis nggraita wiwit biyen menawa calon

sisihane iku mesthi ora sarujuk anane babi ing omahe bapakne”. ( PS/ 1. Hal 20).

Terjemahan:

“ Bekti memandang pria kekasihnya itu. Batinnya sudah menduga dari dulu jika

calon pendampingnya itu pasti tidak setuju adanya babi di rumah bapaknya”.

c. Tahap Rising Action ( Keadaan mulai Memuncak).

Pada tahap ini dapat digambarkan ketika Darmaya tetap kokoh dengan pendiriannya untuk membuat peternakan. Darmaya mendirikan peternakan tersebut


(1)

commit to user

133

Selaras dengan perkembangan jaman, maka perkembangan gender pun juga bergerak. Peran wanita dalam cerbung telah mengalami peningkatan seperti terlihat dalam masa-masa sekarang. Berkaitan dengan sosok wanita, tokoh janda Sri Mulya juga merupakan salah satu upaya memperbaiki segi gender. Wanita yang notabene adalah orang lebih pantas ada dirumah, ditampilkan sebagai wanita yang mempunyai sosok kepemimpinan. Tokoh Sri Mulya bahkan merupakan salah satu yang mempunyai andil besar dalam menyelesaikan konflik kampung. demikian pula dalam masyarakat bahwa wanita sekarang mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, terkait pekerjaan dan jabatan sehingga tidak jarang wanita akan memimpin laki-laki dalam konteks tertentu. Dengan demikian karya ini juga merupakan motor penggerak semangat kepada para wanita untuk tetap berkarya dan berani menunjukkan kualitas masing-masing individu. Bahwasanya wanita dapat mengembangkan diri sesuai potensi yang dimiliki dan tidak harus berkecil hati jika bersaing dengan lawan jenisnya.

Berbagai asumsi di atas dapat menunjukkan bahwa cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws ini mempunyai fungsi sosial yang kuat dan bermanfaat bagi masyarakat. Selain berfungsi dalam hal estetika juga memberikan banyak fungsi sosial baik secara langsung maupun tak langsung. Fungsi sosial yang muncul adalah adanya nilai-nilai dalam berbagai segi kehidupan dan karya ini mampu memberi gambaran keadaan masyarakat pada suatu masa, utamanya dewasa ini. Dengan berbagai fungsi yang dimiliki tentunya memberikan nilai bobot yang baik terhadap karya tersebut terkait sumbangan terhadap hajat hidup orang banyak.


(2)

commit to user 134

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis sosiologi sastra mengenai problem sosial dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws sebagai berikut .

1. Ditinjau dari segi struktural, cerbung karya Suryadi Ws menunjukkan adanya hubungan yang erat, saling kait mengkait antarunsur dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar/ setting dan amanat mencerminkan makna yang utuh dan lengkap. Tema mempunyai kaitan dengan unsur amanat, karena amanat merupakan pemecahan dari tema. Unsur alur mempunyai kaitan dengan unsur penokohan, yakni perubahan karakter tokoh-tokoh dalam cerita mengikuti pergerakan alurnya. Unsur penokohan terkait dengan unsur latar/ setting, dimana karakter para tokoh dalam cerita sesuai dengan latar/ setting yang digunakan dalam cerita. Dengan demikian hubungan antarunsur dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws ini saling kait mengkait dan membentuk satu kesatuan yang utuh.

2. Dari segi sosiologi sastra, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws menampilkan kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.


(3)

Problem-commit to user

135

problem sosial yang dominan di antaranya adalah masalah pada bidang agama, ekonomi dan cinta. Pada masalah bidang agama ialah perbedaan pendapat atau pandangan terkait hukum agama Islam tentang peternakan babi yang didirikan di lingkungan mayoritas muslim. Dalam bidang ekonomi, masalah yang muncul berupa pengangguran. Masalah cinta yang muncul adalah kisah perjuangan cinta sejati yang tulus oleh pemuda dan janda, cinta ini merupakan cinta yang tidak memandang status sosial. Permasalahan yang nampak dalam cerita sangat sering terjadi di masyarakat, dibutuhkan sikap yang saling menghargai, saling menghormati, toleransi serta kedewasaan dalam menyikapinya. Dengan demikian problem sosial yang muncul dalam cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

karya Suryadi Ws adalah realitas yang lekat dengan masyarakat dan menitik beratkan pada aspek agama, ekonomi dan cinta, namun lebih mendominasi pada bidang agama dan cinta. Sebagai seorang pengarang dan anggota masyarakat, Suryadi Ws juga memberi pandangan-pandangannya serta solusi-solusi dalam upaya menanggapi problem-problem sosial yang muncul dalam cerbung karyanya tersebut.

3. Berdasarkan analisis fungsi sosial, cerbung Sing Kendhang lan Sing Ngandhang

karya Suryadi Ws menunjukkan fungsi sosial yang sangat kuat dan bermanfaat serta dapat dijadikan panutan bagi masyarakat pembaca. Penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa yang sesuai di dalam cerbung dapat menjadi contoh bagi masyarakat pembaca bahwa adanya tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Cerbung ini memberikan pandangan yang lebih positif mengenai cinta,


(4)

kebebasan dan gender terhadap masyarakat pembaca, misalnya kebebasan yang bertanggung jawab, memperbaiki stigma janda yang buruk dan perbaikan peran wanita dalam dunia kerja. Cerbung juga memberikan seruan kepada masyarakat pembaca mengenai sikap yang harus terbuka, saling menghargai dan agar bersikap lebih bijaksana apabila terjadi konflik, terutama dalam bidang keagamaan. Dengan permasalahan yang khas dan berbeda serta nilai-nilai yang terkandung menjadikan karya ini mempunyai nilai bobot yang baik. Fungsi sosial juga menunjukkan bahwa dalam masyarakat sangatlah rawan konflik.

B. Saran

Bertolak dari simpulan di atas maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.

1. Dengan hasil penelitian ini dapat memberikan pengaruh sikap positif bagi masyarakat apabila muncul problem sosial utamanya yang terkait dengan masalah keagamaan, ekonomi dan cinta. Masyarakat dapat bersikap arif dan bijaksana serta tidak mudah terprovokasi apabila lingkungannya sedang tergolak masalah.

2. Peneliti menyarankan pula agar ada penelitian atau tindak lanjut pada objek cerbung

Sing Kendhang lan Sing Ngandhang karya Suryadi Ws ini melalui segi lain seperti semiotika, psikologi sastra dan feminisme. Tentunya penelitian selanjutnya haruslah mengungkap masalah-masalah yang lebih menarik.


(5)

commit to user

137

DAFTAR PUSTAKA

Abercrombie, Nicholas dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmadi Sofyan. 2006. Bidadari Cantik Lahir Batin, Kiat Cerdas dan Terapi Menuju Kehidupan Islami. Jakarta: Lintas Pustaka.

Atar Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Burhan Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

H.B Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Henry Guntur Tarigan. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Kasnadi dan Sutejo. 2010. Kajian Prosa: Kiat Menyisir Dunia Prosa. Ponorogo dan Yogyakarta: Spectrum dan Pustaka Felicha.

Lexy J. Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munandar Sulaeman. 1998. Ilmu Budaya Dasar, Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.

Nyoman Kutha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Panuti Sudjiman. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.

Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J. B. Woltres Uitgevers Maatschappij.


(6)

Rachmat Joko Pradopo. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat.

Yogyakarta: Unit Penerbitan Asia Barat.

Sevilla, Consuelo G. dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press.

Siti A Ismiati. 2005. Suryadi, Sosok dan Kreatifitasnya. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Sulaiman Rasjid. 2007. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suryadi WS. 2009. Cerbung ”Sing Kendhang Lan Sing Ngandhang”. Edisi 1 – 17 Tanggal 3 Januari 2009 – 25 April 2009. Majalah Panjebar Semangat. Suwardi Endraswara. 2011. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Widyatama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.