Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI

ESTIMASI DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR
KOMODITAS KERTAS INDONESIA KE NEGARA
ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)

LUTHFAN FAHMI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Daya Saing
dan Determinan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara Organisasi
Kerjasama Islam (OKI) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Luthfan Fahmi
NIM H54110064

ABSTRAK
LUTHFAN FAHMI. Estimasi Daya Saing dan Determinan Ekspor Komoditas
Kertas Indonesia ke Negara OKI. Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.
OKI dibentuk untuk menyelenggarakan pasar bersama antar negara Islam.
Ekspor Indonesia ke negara OKI dominan pada empat komoditas utama. Kertas
adalah satu dari empat komoditas utama yang di ekspor Indonesia ke negara OKI.
Kertas menjadi produk yang potensial untuk dikembangkan karena tidak ada
negara anggota OKI lain yang merupakan produsen dan eksportir kertas terbesar
dunia seperti Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing
komoditas kertas menggunakan metode RCA dan EPD, serta menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi ekspor menggunakan Gravity model. Hasil analisis
RCA menunjukkan produk kertas Indonesia memiliki daya saing komparatif yang
kuat pada 18 negara tujuan OKI. Hasil EPD menunjukkan produk kertas
Indonesia memiliki daya saing kompetitif pada beberapa negara tujuan OKI.
Variabel pengaruh ekspor adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan,

harga ekspor, nilai tukar riil, jarak ekonomi, dan populasi negara tujuan. Variabel
GDP Indonesia, jarak ekonomi dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor. Variabel harga ekspor, populasi dan GDP negara OKI tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor.
Kata Kunci : Daya Saing, Determinan Ekspor, Gravity Model, Kertas, OKI

ABSTRACT
LUTHFAN FAHMI. Analysis of Competitiveness and Determinant that Affects
Indonesian Paper Export Trade to OIC Countries. Supervised by IRFAN
SYAUQI BEIK.
OIC formed to organize multilateral trade system between Islamic
countries. There are four dominant commodity export of Indonesia that has a big
quantities to OIC market. Paper (commodity) is the one of them. Paper has been
crowned and becomes potential product to be developed at, because no other OIC
countries has the same paper productivity and export like Indonesia. The purpose
of this research is to analyze competitiveness of paper commodities from
Indonesia at OIC market with RCA and EPD methods and analyzes the factors
that affect export quanity with Gravity models. RCA analysis shows Indonesian
paper products have a strong competitiveness in 18 OIC countries. EPD analysis
shows that Indonesian paper products have strong market position in some of OIC

countries. Gravity analysis shows the real GDP of Indonesia, Remoteness Index
and exchange rate index have significant effects for exports flow. Price index,
market population and GDP of OIC importer variables are not influence exports
flow.
Keywords: Competitiveness, Export Determinant, Gravity Model, OKI, Paper

ESTIMASI DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR
KOMODITAS KERTAS INDONESIA KE NEGARA
ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)

LUTHFAN FAHMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai syarat kelulusan gelar sarjana ekonomi. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah perdagangan, dengan judul Estimasi Daya Saing dan
Determinan Ekspor Kertas Indonesia ke Negara OKI. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 hingga bulan Juni 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik selaku
pembimbing atas semua arahan, motivasi, dukungan dan ilmu yang diberikan,
kepada ibu Dr. Tanti Novianti sebagai penguji utama, dan ibu Ranti Wiliasih SP
M.SI selaku penguji dari Komisi Akademik. Selain itu, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada bapak Kholifah dan bapak Salahuddin El
Ayyubi, Lc, MA selaku mentor dan teman diskusi yang telah memberi
masukannya dalam penelitian ini, dan juga kepada semua dosen ekonomi syariah
atas ilmunya. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh teman angkatan 48
ekonomi syariah IPB terutama Mega, Syifa, Mimi, Dika, Ziad, Ridwan, Rizha,

Akbar, Wido dan Shofiyanto atas saran dan bantuanya dalam proses penyelesaian
penelitian ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk keluarga inti, yakni
kedua orang tua, Bapak (Edy Fasichin) dan Ibu (Umi Hayati), Adik pertama
(Dinan), dan adik kedua (Lola) yang telah berada di surga-Nya. Terakhir penulis
mengucapkan terima kasih pula kepada teman-teman terdekat pada organisasi
kampus yang pernah diikuti yaitu dari BEM FEM IPB Prioritas yaitu Dendi,
Amin, Kak Rian, Kak Dila, Dina dan dari Aiesec IPB Batch 2014 yaitu Reza,
Angga, Adly, Maudi, Meska dan Melinda yang telah memberikan doa, dukungan
semangat dan rasa persaudaraan yang telah terjalin sejak masa pengurusan dan
kuliah sampai penelitian ini selesai.
Bogor, September 2016
Luthfan Fahmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

6

Tujuan Penelitian


6

Manfaat Penelitian

7

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori

8
8

Penelitian Terdahulu

16


Kerangka Pemikiran

18

Hipotesis Penelitian

20

METODE PENELITIAN

20

Jenis dan Sumber Data

20

Metode Analisis dan Pengolahan Data

21


Pemilihan Model Panel Data Melalui Uji Kesesuaian

24

Definisi Operasional Variabel

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

28

Perkembangan Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara OKI Importir
Utama
28
Analisis Daya Saing Produk Kertas Indonesia di Pasar Negara OKI

30


Faktor-faktor Memengaruhi Ekspor Komoditas Kertas Indonesia ke Negara
OKI
34
SIMPULAN DAN SARAN

38

Simpulan

38

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

40

LAMPIRAN


43

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1 Data 10 Negara Produsen Kertas Terbesar Dunia (Jenis Writting and
Printing Paper) Tahun 2011-2014
2 Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto
atas dasar Harga Konstan (2000) menurut lapangan usaha pada tahun
2011-2014 (dalam Trilliun Rupiah)
3 Data 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Komoditas Kertas Indonesia
2010-2014 (ragam jenis olahan kertas)
4 Sumber Data
5 Kategori posisi pasar
6 Hasil perhitungan RCA
7 Hasil perhitungan EPD
8 Hasil Estimasi Gravity Model Ekspor kertas Indonesia ke Negara OKI

3

4
5
21
23
30
31
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Pertumbuhan total volume ekspor Indonesia ke negara OKI 2011-2014
Kurva konsep dasar perdagangan internasional
Alur Diagram kerangka pemikiran
Kuadran posisi pasar bedasarkan analisis EPD
Agregat volume ekspor kertas Indonesia ke 18 negara OKI selama
2008-2014
6 Perkembangan ekspor komoditas kertas Indonesia ke negara OKI
selama tahun 2008-2014

2
9
19
22
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data (Ln) variabel dependen dan Independen ekspor kertas Indonesia
ke negara OKI
2 Hasil analisis daya saing komparatif (RCA) komoditas kertas Indonesia
ke negara OKI
3 Hasil analisis daya saing kompetitif (EPD) komoditas kertas Indonesia
ke negara OKI
4 Hasil estimasi model terbaik dengan bentuk FEM
5 Pengujian statistik dalam pemilihan model terbaik
6 Uji model regresi pada tiga asumsi klasik

43
45
46
47
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap negara di dunia memiliki keterbatasan untuk memenuhi semua jenis
kebutuhan masyarakatnya sendiri. Hal tersebut terjadi karena kondisi geografis
yang berbeda sehingga tidak semua sumberdaya tersedia lengkap dan setiap
negara memiliki kekhasan jenis sumberdaya sendiri (natural advantage). Karena
itu, diperlukan kerja sama dengan negara lain melalui kegiatan perdagangan untuk
bisa memenuhi kebutuhan. Kegiatan perdagangan mencerminkan tingkat
kemakmuran yang ada pada masyarakat. Perdagangan internasional merupakan
kegiatan pertukaran barang dalam sistem ekonomi terbuka antara dua negara dari
negara dengan suplai produksi berlebih ke negara yang membutuhkan suplai
barang dan jasa. Keuntungan yang negara peroleh dari kegiatan perdagangan,
yakni peningkatan konsumsi barang jasa dan pencapaian produksi yang lebih
efisien untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, negara melakukan
perdagangan juga memiliki tujuan untuk mencapai skala ekonomi/economic of
scale yang direncanakan (Salvatore 1997).
Islam sebagai agama universal memandang perdagangan sebagai hal
penting. Ketika membangun masyarakat baru di Madinah, Rasulullah
menempatkan pilar ekonomi dan perdagangan sebagai yang utama setelah dasar
agama. Dalam Al-quran disebutkan bahwa perniagaan merupakan jalan yang
diperintahkan Allah untuk menghindarkan manusia dari cara yang batil dalam
melakukan pertukaran barang untuk pemenuhan kebutuhan, seperti yang disebut
dalam hadist dibawah :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan ketetapan di
antara kamu,...” (QS An-nisa [4]: 29).

Aktivitas perdagangan antar negara terjadi sejak lampau seperti jalur
sutera hingga masa sekarang. Pada masa setelah perang dunia berakhir banyak
negara hancur dan membutuhkan suplai kebutuhan pokok. Hal tersebut membuat
aktivitas perdagangan barang antar negara mulai terjadi secara intensif dan
organisasi dagang internasional mulai dibentuk. Organisasi dagang internasional
bertugas menaungi kegiatan perdagangan antar negara anggota dan menetapkan
regulasi yang terkait di dalamnya. Organisasi-organisasi tersebut adalah ITO
(International Trade Organization), WTO (World Trade Organization) atau
GATT (General Agreement of Tariff and Trade), hingga juga ada organisasi
perdagangan regional khusus seperti APEC (Asia Pacific Economic
Coorperation) dan OIC (Organization of Islamic Conference). Negara yang
memiliki mayoritas penduduk muslim memiliki organisasi dagang internasional
yang tergabung kedalam OKI (Organisasi Konferensi/Kerjasama Islam).

2
OKI dibentuk tahun 1957 pada awalnya untuk memperjuangkan
perlindungan terhadap hak dan kepentingan negara muslim. Seiring waktu,
kerjasama tersebut mengarah pada hal yang lebih kompleks. Salah satu bentuk
kesepakatannya yaitu kerjasama ekonomi dan perdagangan intra negara muslim
yang mengarah pada pembentukan pasar bersama antar negara Islam. Indonesia
bergabung dengan OKI sejak tahun 1969. Data 5 tahun terakhir dari 2010 hingga
2014 menunjukkan total ekspor Indonesia ke negara OKI memiliki tren yang
meningkat walaupun fluktuatif. Agregasi nilai seluruh komoditas ekspor
Indonesia ke negara organisasi dagang tersebut tahun 2010 adalah 18.4 miliar
US$ dan meningkat menjadi 24.7 miliar US$ pada tahun 2014 meskipun sempat
turun pada tahun 2013.

Sumber : ITC Trademark 2015 (diolah)

Gambar 1 Pertumbuhan total volume ekspor Indonesia ke negara OKI 2011-2014
Selama beberapa tahun terakhir ekspor Indonesia ke negara OKI
didominasi oleh 4 komoditas utama. Posisi pertama dan kedua dominan oleh
produk minyak, yaitu produk animal, vegetable fats and oil, cleavage product
dengan kode Harmonized System (HS 15) sebesar 6.3 milliar US$ dan kode (HS
27) pada produk mineral fuels, oils, distillation product sebesar 4.27 milliar US$.
Kertas (HS 48) berada di posisi empat dengan nilai ekspor 1.12 miliar US$
dibawah produk vehicle other than railway, tramway (HS 87). Dari beberapa
komoditas primadona tersebut, kertas sebenarnya dapat menjadi produk yang
paling potensial untuk dikembangkan Indonesia untuk pasar OKI. Hal itu dapat
ditinjau dengan indikator secara empiris dan normatif. Secara faktual, tidak ada
negara di lingkup perdagangan OKI yang menjadi pesaing Indonesia sebagai
produsen kertas terbesar dunia. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki
keunggulan komparatif untuk menghasilkan banyak produk hasil alam yang tidak
bisa diproduksi oleh negara non-tropis (Saptana et al 2006).
Untuk komoditas minyak sendiri dalam lingkup OKI sudah ada beberapa
negara produsen minyak terbesar dunia seperti Aljazair, Brunei, Iran, Kuwait,
Bahrain, Qatar, dan Arab Saudi (Azizah 2014). Data yang dihimpun dari
Trademap juga menunjukkan bahwa eksportir utama produk tersebut ke OKI
adalah Arab Saudi. Kemudian untuk produk kendaraaan (HS 87) pada dasarnya
bukan merupakan produk asli yang berasal dari kekayaan alami Indonesia,
melainkan produk dari pabrik Jepang atau negara lain yang dirakit secara

3
Completely Knocked Down (CKD) di dalam negeri dan kemudian di ekspor ulang.
Untuk komoditas minyak hewan dan nabati, Malaysia yang merupakan eksportir
terbesar ke OKI. Sementara untuk ragam produk kertas dan pulp HS 48, Indonesia
menempati posisi pertama eksportir produk tersebut ke OKI dengan total nilai
ekspor US$ 3.8 milliar dollar dan memiliki presentase 44% dari total ekspor dunia
ke OKI selama 5 tahun terakhir (Trademap 2016).
Data tahun 2011 hingga 2014 menunjukkan Indonesia berada pada
peringkat 6 negara produsen kertas dunia dengan rata-rata nilai produksi sebesar 4
juta ton setiap tahun. Cina menjadi produsen utama kertas dunia membawahi
Indonesia dan negara lain dengan nilai produksi yang jauh diatas kompetitor.
Produksi kertas yang tinggi di Indonesia didukung oleh ketersediaan lahan Hutan
Tanaman Industri (HTI) sebagai media tanam bahan baku. Kertas berasal dari
pohon-pohon hutan, terutama dari pohon Akasia dan Eukaliptus. Indonesia
memiliki luas HTI sekitar 4.2 juta ha yang telah termanfaatkan untuk industri
kertas dan berbagai produk olahan hasil hutan lain. (Handayani 2008).
Tabel 1 Data 10 Negara Produsen Kertas Terbesar Dunia (Jenis Writting and
Printing Paper) Tahun 2011-2014
Jumlah Produksi kertas (ribu ton)
No.

Negara
2011

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Cina
Amerika
Jepang
Jerman
Finlandia
Indonesia
Kanada
Swedia
Korea Selatan
Brazil

25039
17617
8765
7932
7045.5
4761
3771
3347
3278
2745
Sumber: FAOSTAT 2016 (diolah)

2012
25789
16754
8420
7675
6366
4862
3311
3434
2558
2667

2013
25389
16141.2
8576
7151
6117.8
4862
3466
3278
2557
2621

2014
25389
15363
8491
7125
5811.8
4862
3268
3067
2557
2616

Total
Produksi
4 tahun
101606
65875.2
34252
29883
25341.1
19347
13816
13126
10950
10649

Selain itu, industri kertas merupakan salah satu subsektor yang penting
kontribusinya untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Industri kertas dan
percetakan termasuk sektor industri pengolahan untuk kategori non-migas. Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa industri ini memiliki rata-rata
kontribusi pada tahun 2011-2014 sebesar 4.3% dari total seluruh kontribusi PDB
Indonesia untuk sektor industri pengolahan non-migas. Nilai kontribusi kertas
untuk PDB mencapai 27 Trilliun Rupiah pada tahun 2011 dan meningkat menjadi
29 Trilliun pada tahun 2014. Nilai kontribusi ini akan terus meningkat dengan
bertambahnya kapasitas produksi dan stabilitas jumlah ekspor pada periode waktu
berikutnya.

4
Tabel 2 Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap produk domestik bruto
atas dasar Harga Konstan (2000) menurut lapangan usaha pada tahun
2011-2014
Sektor Industri Pengolahan

Rata-rata
Kontribusi

(dalam Trilliun Rupiah)

(%)

2011

2012

2013

2014

587.00

624.74

662.83

698.19

1). Makanan, minuman
dan tembakau

174.6

187.787

194.063

208.106

29.72

2). Tekstil, kulit & Alas
Kaki

56.13

58.528

62.077

63.537

9.34

3). Kayu & hasil hutan
lainnya.

19.428

18.818

19.981

21.447

3.10

4). Kertas dan Barang
Cetakan

27.931

26.604

27.787

29.495

4.35

5). Pupuk, Kimia &
Barang dari karet

75.658

83.599

85.45

86.531

12.87

6). Semen & Barang
galian bukan logam

17.425

18.784

19.347

19.641

2.92

8.916

9.438

10.092

10.516

1.51

202.892

217.153

240.032

254.565

35.55

4.08

4.034

4.006

4.363

0.64

B. Total Industri Non Migas

7). Logam Dasar Besi &
Baja
8). Alat Angkut, Mesin &
Peralatannya
9). Barang lainnya

_

Sumber : BPS 2015

Indonesia memiliki pasar ekspor kertas di negara importir yang tersebar
pada seluruh benua yakni Asia, Amerika, bahkan Eropa dan Timur tengah. Data
BPS menunjukkan dari sepuluh negara tujuan prioritas untuk ekspor komoditas
kertas Indonesia, dua diantaranya merupakan anggota negara anggota OKI yaitu
Malaysia dan Iran. Nilai Ekspor ke negara dua anggota OKI tersebut terlihat
fluktuatif. Ekspor kertas ke Malaysia menempati posisi kedua dari 10 negara
tujuan ekspor utama Indonesia dengan total volume sebesar 1.8 juta ton selama
lima tahun pada kurun waktu 2010-2014. Selanjutnya ekspor kertas ke Iran berada
pada posisi sembilan dari 10 negara tujuan utama dengan total volume sebesar
484 ribu ton pada kurun waktu yang sama, selama 5 tahun. Nilai ekspor kertas ke
Iran berada pada posisi puncak pada tahun 2011 sebesar 114 ribu ton dan sejak itu
terus menurun hingga tahun 2014. Data ekspor Malaysia juga menunjukkan
penurunan sejak berada di posisi tertinggi pada tahun 2012 sebesar 398 ribu ton
sampai tahun 2014 berada pada nilai 340 ribu ton. Melihat potensi ekspor kertas
ke negara OKI ini, Indonesia harus memiliki strategi untuk dapat menstabilkan
nilai ekspor di dua negara tersebut dan kemudian dapat membuka celah untuk
melakukan peningkatan ekspor kertas ke negara OKI yang lain.

5
Tabel 3 Data 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Komoditas Kertas Indonesia
2010-2014 (ragam jenis olahan kertas)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Volum Ekspor Kertas (Ribu ton)

Negara
Jepang
Malaysia
Vietnam
Amerika
Tiongkok
Singapura
Taiwan
Australia
Iran
Hongkong

2010
447.5
343
258.9
267.1
193.8
132.5
117.1
168
101.3
80.6

2011
487.2
384.4
287.9
249
237.9
180.1
140.9
141.7
114.3
86.5

2012
515
398.7
307
270.1
170.2
182.1
155.7
125.8
87.4
87.5

2013
461
364.1
356.1
284.8
117.5
171.3
134.2
107.2
96.4
57.3

2014
410
340.9
343.3
451.8
128.3
136.8
129.1
101.2
84.6
37.3

Total
ekspor
5 Tahun
2320.9
1831.1
1553.2
1522.8
847.7
802.8
677
643.9
484
349.2

Sumber : BPS 2015 (diolah)

Kontribusi total ekspor dua negara OKI tersebut bisa menjadi dukungan
peluang bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ekspor kertas ke
negara non-tradisional yang selama ini rentan pada isu dumping dan memberi
tuduhan kualitas. Isu Green Economics dengan ketat terus diusung oleh dunia
internasional sebagai pencegahan kerusakan alam yang terjadi akibat aktivitas
ekonomi. Hasil kesepakatan konferensi ITTO (International Tropical Timber
Organization) pada tahun 1990 menetapkan bahwa tahun 2000 merupakan awal
diberlakukan kebijakan Ecolabelling pada produk kayu untuk memenuhi standar
kualitas dan sistem manajemen lingkungan. Semua produk kayu tropis yang
diperdagangkan harus berasal dari hutan yang diproduksi secara lestari (Suratmo
2000). Kebijakan ekolabel akan berdampak pada daya saing terkait dengan
perubahan biaya produksi dan akses pasar internasional terkait dengan standar
kualitas serta status dampak lingkungan. Tujuan standarisasi tersebut terkadang
dimanfaatkan oleh negara maju yang juga produsen kertas untuk memberi barrier
pasar untuk negara berkembang yang memiliki teknologi produksi yang terbatas.
Dalam hal ini Indonesia juga pernah mendapat tuduhan dumping kualitas dari
beberapa negara, diantarannya dari Korea tahun 2009, Jepang tahun 2012, dan
Amerika tahun 2015 (Kementrian Perindustrian). Hal tersebut merupakan tuduhan
sepihak yang digunakan untuk menghambat perdagangan.
Pentingnya kertas bagi kehidupan manusia tidak lepas dari kegunaannya.
Kertas merupakan bahan utama pembuatan buku sebagai media tulis. Berbagai
institusi menggunakan produk kertas seperti perkantoran atau pendidikan.
Perkembangan dunia pendidikan menjadikan kebutuhan konsumsi kertas
meningkat. Kertas digunakan untuk perkantoran dan kegiatan usaha untuk media
administrasi. Selain itu fungsi kertas adalah sebagai sarana dalam menyebarkan
dakwah syar’i sebagai media cetak Al-quran dan buku-buku agama. Jumlah
konsumsi kertas dunia menunjukkan kenaikan positif selama beberapa tahun
terakhir, pada tahun 2011 sebesar tercatat konsumsi kertas dunia mencapai 690
juta ton dan meningkat menjadi 703 juta ton pada tahun 2012 (Dewi 2015). Walau
teknologi gadget dengan layar seperti laptop ataupun Smartphone berkembang

6
sebagai media baca manusia, namun permintaan untuk komoditas kertas tidak
terlalu turun secara signifikan.
Perumusan Masalah
Tuduhan dan isu dari negara lain yang pernah menyerang produk kertas
Indonesia membuat nilai ekspor komoditas tersebut menjadi tidak stabil di negara
importir. Karena itu pemerintah harus bisa mencari target baru dari negara tujuan
ekspor kertas tradisional sebagai strategi diversifikasi pasar. Negara OKI menjadi
salah satu alternatif bagi pasar komoditas kertas Indonesia. Sebagai salah satu
negara eksportir kertas dunia, Indonesia harus mampu menjaga pasar dari isu agar
nilai ekspor terus positif. Selain itu diversifikasi negara tujuan ekspor tradisional
juga dilakukan untuk memperluas pangsa pasar ekspor dan mengurangi resiko
penurunan ekspor (Siska 2015).
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki keuntungan alamiah yang
bersifat mutlak karena pohon Akasia dan Eukaliptus bisa berkembang lebih cepat
dibandingkan dengan di negara subtropis. Hanya butuh waktu enam tahun untuk
panen (Nugroho 2009). Hal itu sesuai dengan teori Adam Smith yang mengatakan
bahwa suatu negara yang memiliki keuntungan alamiah (natural advantage) dan
keuntungan mutlak (absolute advantage) pada suatu komoditas dapat melakukan
spesialisasi produksi di perdagangan internasional untuk komoditas itu. Indonesia
bisa melakukan spesialisasi sebagai negara eksportir utama produk kertas di
lingkup OKI karena dukungan kemampuan spesialisasi tersebut, selain itu tidak
ada negara anggota OKI lain yang memiliki hutan tropis industri seluas Indonesia
menjadikan peluang spesialisasi tersebut semakin absolut.
Dengan dukungan data produksi kertas dan upaya untuk meningkatan
kapasitas nilai ekspor ke OKI dan diversifikasi pasar tujuan ekspor komoditas
kertas Indonesia, maka kajian tentang kinerja daya saing dan faktor pengaruh
ekspor kertas menjadi hal yang perlu dianalisis untuk tinjauan strategi penetrasi
pasar kertas Indonesia ke Negara OKI dari negara tujuan ekspor tradisional. Dari
uraian tersebut beberapa rumusan masalah yang dapat dibentuk adalah:
1. Bagaimana kinerja perkembangan ekspor kertas Indonesia ke negara
tujuan anggota OKI?
2. Bagaimana tingkat daya saing komoditas kertas Indonesia dengan
komoditas serupa dari negara lain di pasar negara OKI?
3. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat ekspor kertas
indonesia ke negara OKI?
Tujuan Penelitian
Bedasarkan uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Menjelaskan perkembangan ekspor komoditas kertas Indonesia ke dunia
dan negara anggota OKI.
2. Mengestimasi nilai daya saing komoditas kertas Indonesia terhadap ekspor
ke negara anggota OKI.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor komoditas kertas
Indonesia ke negara anggota OKI.

7
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran tentang potensi
ekspor kertas Indonesia ke negara OKI. Hasil analisis dapat menjadi masukan
bagi pemerintah untuk membangun strategi kebijakan ekspor ke negara tujuan
non-tradisional dan juga penelitian ini diharap dapat menjadi referensi bagi
akademisi untuk penelitian berikutnya yang terkait perdagangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengacu pada latar belakang perumusan masalah dan tujuan yang telah
dijelaskan, penelitian ini akan menganalisis daya saing komoditas kertas
Indonesia di negara OKI yang dilihat dari metode Revealed Comparative
Advantage (RCA) dan Export Produk Dynamic (EPD). Selain itu penelitian ini
juga akan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kertas
Indonesia secara umum menggunakan analisis Gravity Model sehingga dapat
menjadi rumusan strategi kebijakan yang dapat mendukung pencapaian
peningkatan daya saing dan kapasitas ekspor komoditas kertas Indonesia ke
negara OKI. Lalu disamping analisis kuantitatif, sebagai tambahan juga akan
diberikan tinjauan deskriptif tentang perdagangan dari segi syariah Islam dalam
penelitian ini. Data sekunder menggunakan sumber ITC Trademap dengan kode
Harmonized System 4 digit. Periode yang dilihat pada analisis daya saing RCA
dan EPD ekspor komoditas kertas di pasar OKI adalah 7 tahun (2008-2014)
menggunakan data 8 tahun dari tahun 2007 hingga 2014. Periode yang digunakan
untuk analisis determinan ekspor adalah selama 8 tahun dengan data yang yang
sama, yaitu data tahun 2007 hingga 2014.
Penelitian ini memfokuskan pada 18 negara anggota OKI tujuan dengan
agregasi volume ekspor kertas terbesar, diantaranya yaitu Saudi Arabia, Iran,
Qatar, Brunei, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UAE). Pemilihan sampel negara
tujuan bedasarkan quota sampling, dimana pemilihan sampel dilakukan melalui
klasifikasi populasi bedasarkan proporsi tertinggi dari total nilai ekspor komoditas
kertas ke seluruh negara anggota OKI yang telah mewakili sebagai mayoritas
populasi. Komoditas kertas dipilih yaitu jenis Uncoated paper for wrinting and
printing pada kode HS 4802 (4 digit) yang dipilih bedasarkan kuota terbesar dari
seluruh jenis kertas yang di ekspor dan ketersediaan kontinuitas data. Selain itu
pada posisi daya saing, negara yang akan dijadikan perbandingan yaitu Cina yang
merupakan ekportir kertas nomor dua ke pasar OKI berdasarkan data yang
dihimpun dari sumber terkait. Analisis daya saing dilakukan untuk melihat peta
kekuatan pasar kertas Indonesia dengan negara Cina di pasar OKI yang
selanjutnya menjadi pembahasan dan hasil penelitian.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Konsep Perdagangan Internasional dalam tinjauan umum dan Islam
Dalam tinjauan konvensional terdapat tiga paham aliran yang pernah
menjadi dasar teori perdagangan Internasional (Soelistyo 1987). Ketiga paham
tersebut adalah paham Merkantilisme, aliran Klasik dan pemikiran HekscherOhlin yang merupakan teori modern perdagangan yang umum dipakai saat ini.
Merkantilisme menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi negara akan meningkat
jika mampu menumpuk logam emas yang banyak di dalam negeri dari surplus
perdagangan internasional dan menekan impor barang lain. Surplus logam
didalam negeri akan meningkatkan jumlah uang dan modal agar aktivitas ekonomi
domestik dapat tumbuh. Ekspor logam mulia dilarang, tenaga kerja dilarang
bermigrasi, modal dan bahan mentah produksi tidak boleh di ekspor serta
pemerintah memegang penuh monopoli perdagangan. Hal tersebut dilakukan agar
terbentuk negara yang menguasai pasar dengan kuat dan tidak tersaingi akibat
berkembangnya faktor produksi di negara lain.
Setelah itu berkembang teori klasik yang terbentuk dari sejumlah kritik
terhadap kebijakan di zaman merkantilisme. Kaum klasik mengatakan bahwa
penumpukan logam dalam negeri akan berimbas pada peningkatan jumlah uang
beredar dan hal tersebut berakibat naiknya harga barang dalam negeri. Hal itu
kemudian akan berdampak pula pada tingkat daya saing dan permintaan ekspor.
Mereka berpendapat bahwa perdagangan internasional yang dilakukan tidak
terhalang dan tanpa hambatan pemerintah (Laisses-Faire) akan membuat setiap
negara untuk melakukan spesialisasi komoditas unggulan. Spesialisasi dilakukan
pada komoditas yang dapat diproduksi oleh negara tersebut secara lebih efisien
karena dari keunggulan mutlak (natural advantage) yang dimiliki baik itu berupa
kondisi alam geografis, tenaga kerja ataupun kekayaan modal. Spesialisasi
perdagangan dapat memberikan gain of trade yang timbul berupa kenaikan
produksi serta konsumsi barang jasa, hal tersebut juga dapat memberikan alokasi
penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih efisien (Adam Smith dalam
Soelistyo 1987).
Teori H-O merupakan model kontemporer untuk perdagangan antara dua
negara. Perbedaan teori ini dengan pemahaman klasik yakni terdapat bentuk lanjut
dari konsep spesialisasi negara karena keuntungan alamiah. Menurut Ohlin, tiap
negara memiliki intensitas relatif penggunaan faktor produksi yang berbeda-beda
(the relative abundancy of endowments from factors of production). Misalkan dua
negara bisa dipaksa menghasilkan dua jenis barang yang sama namun tiap negara
akan lebih fokus untuk memproduksi barang dengan intensitas produksi yang
lebih berlimpah dan mengimpor barang dengan intensitas produksi yang kurang
efisien. Perbedaaan harga dan penawaran terjadi tiap negara pada dua jenis
komoditas akibat perbedaan faktor produksi relatif tersebut, kemudian
perdagangan antar kedua negara akan membuat keseimbangan harga dan
penawaran sama-sama bergeser kearah titik equilibrium. Selain itu teori H-O juga
menekankan perihal biaya transportasi yang menjadi faktor penting perdagangan
karena jarak lokasi atau geografis antar negara. Biaya tersebut direpresentasikan

9
sebagai jarak ekonomi dan menjadi dalam salah satu indikator dalam konsep
‘gravitasi’ yang menjadi standar model untuk analisis perdagangan kontemporer.

Gambar 2 Kurva konsep dasar perdagangan internasional
Keterangan:
PA
DA
X
PB
DB
M
P*
Q*

: Harga domestik di negara A (pengekspor) sebelum adanya perdagangan
internasional.
: Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)
tanpa adanya perdagangan internasional.
: Kuantitas barang komoditi yang diekspor negara A.
: Harga domestik di negara B (pengimpor) sebelum adanya perdagangan
internasional.
: Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)
tanpa adanya perdagangan internasional.
: Kuantitas barang komoditi yang diimpor oleh negara B (pengimpor).
: Harga keseimbangan antar kedua negara setelah perdagangan internasional.
: Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana
jumlah yang diekspor (ES) selaras dengan jumlah yang diimpor (ED).

Sementara itu tinjauan Islam dalam konsep perdagangan internasional
didasarkan dari hukum muamalah sederhana antar dua pihak (mikro) dan dapat
diambil hukumnya untuk lingkup perdagangan yang lebih luas secara makna
keumuman dalil. Semua perdagangan pada dasarnya adalah mubah/diperbolehkan
selama hal tersebut berada dalam jalur syara’ yakni segala hal kebaikan yang tidak
kontradiktif dengan segala yang dilarang Allah SWT. Hukum tersebut termakjul
dalam kaidah fikih dasar tentang jual beli yaitu:

“Pada dasarnya hukum asal suatu muamalah itu diperbolehkan sampai ada dalil yang
mengharamkannya.” (Nawawi 2012).

Beberapa tinjauan ayat dalam Al-quran dapat dikolaborasikan dan diambil
maknanya secara keumuman dalil untuk menerangkan tentang perdagangan
internasional. Pada surat Al-baqarah ayat 30 menyatakan bahwa manusia
diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Selain itu pada surat Al-hujurat
ayat 13 Allah menerangkan bahwa manusia tercipta bermacam suku dan bangsa
untuk saling mengenal. Makna ‘khalifah’ yakni manusia diberi tanggung jawab
untuk menggali potensi kekayaan alam yang ada dimuka bumi dan mengelolanya
dengan baik untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan beribadah kepada Allah.
Makna ‘saling mengenal’ pada surat Al-hujurat ayat 13 yaitu manusia harus
berkelana ke penjuru dunia untuk dapat menjalin silaturahmi dengan sesama dan
menggali rezeki dari wilayah yang luas. Kedua gabungan ayat tersebut

10
mengandung penafsiran bahwa sesungguhnya Allah memerintah umat muslim
untuk menjadi pemain pasar perdagangan yang saling menolong dengan sesama
dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak hanya menjangkau market domestik
namun juga market global.

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi,...
(QS Al-baqarah [2]: 30).

“Hai manusia, sesungguhnya Aku menciptakan kamu dengan bermacam suku dan bangsa
dengan tujuan untuk saling mengenal, dan yang paling mulia di sisi Allah diantara kamu
ialah yang paling bertakwa.” (QS Al-hujurat [49]: 13).

Jauh sebelum masa Adam Smith atau merkantilisme, ekonom muslim Ibnu
Khaldun merumuskan bahwa perdagangan antar dua wilayah terjadi karena
adanya perbedaan permintaan barang antar keduanya, teori ini disebut dengan
teori Market Interdependence atau ketergantungan pasar. Jika satu wilayah
memiliki permintaan barang dengan jumlah yang lebih sedikit dari suplai, maka
negara tersebut akan mengirim barang ke wilayah yang memiliki lebih banyak
permintaan untuk dijual (Azizah 2014). Ibnu Khaldun bersama Ibnu Taimiyah
sepakat mendukung perdagangan bebas antar negara dengan syarat pasar bekerja
secara alami tanpa ada hambatan. Definisi bebas tersebut dijelaskan pada
beberapa faktor yaitu: Informasi yang lengkap terkait komoditas termasuk harga,
keleluasaan masuk keluar pasar, tidak ada penimbunan (Ihtikar) dan jenis barang
yang diperdagangkan tidak melanggar syariat. Penetapan harga dan tingkat
permintaan juga harus bekerja sempurna tanpa adanya intervensi, hal tersebut
terdapat pada ucapan Rasulullah Saw di kota Madinah yang diriwayatkan dalam
hadist berikut:
“sesungguhnya Allah-lah sang pemilik ketetapan, Dia-lah yang yang maha melapangkan dan
menahan rejeki, kelak saat aku menemui-Nya, tak seorang pun dari kalian yang menuntutku akan
kezaliman harta. ” (Ensiklopedi Hadist Masterpiece Muhammad. Payande 2011)

Ucapan Rasul tersebut mengandung pengertian bahwa harga pasar itu
terjadi sesuai kehendak Allah yang sunatullah atas mekanisme perubahan supply
dan demand. Konsep tersebut mirip seperti yang dirumuskan oleh Adam Smith
tentang invinsible hands yakni keseimbangan pasar yang diatur oleh tangantangan tak terlihat. Walaupun tidak sama, namun kedua konsep tersebut
mengandung arti harfiah sejenis mengenai proses tetapan keseimbangan harga
yang terjadi secara impersonal. Selain itu, Islam meninjau perdagangan tidak
hanya pada komoditi namun juga fokus pada subjeknya. Status hukum komoditi
yang diperdagangkan akan mengikuti status hukum pedagang. Hukum

11
dagang/jual-beli adalah termasuk pada hukum terhadap kepemilikan hartanya,
bukan hanya hukum terhadap harta yang dimiliki (Rusydiana 2009).
Daya Saing
Terbentuknya konsep spesialisasi dari kegiatan perdagangan internasional
mendorong masing-masing negara untuk memiliki komoditas unggulan. Daya
saing dimiliki pada setiap komoditas yang diproduksi suatu negara sebagai salah
satu kriteria kemampuan produk tersebut untuk berhadapan dengan produk sejenis
dari negara lain di pasar internasional. Konsep daya saing sering dikaitkan dengan
produktivitas dan dimana terdapat perhitungan tingkat output yang dihasilkan
untuk setiap input yang digunakan. Terdapat berbagai faktor yang dapat
menentukkan dayasaing yaitu faktor produksi, faktor pemasaran, faktor keuangan,
faktor sumber daya manusia dan lingkungan bisnis (Porter 1990).
Kriteria faktor yang membentuk daya saing suatu produk dibagi menjadi
faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung terdiri dari mutu
komoditi, biaya produksi atau harga jual, intensitas promosi, penentuan saluran
pemasaran, dan layanan purna-jual (after sales service). Intinya faktor langsung
merupakan kondisi internal dan alur proses yang ada pada kegiatan perdagangan
tersebut. Faktor tidak langsung merupakan kondisi sarana pendukung ekspor dari
lingkup luar proses perdagangan, contohnya fasilitas transportasi dan fasilitas
birokrasi dari pemerintah atau lembaga perdagangan dunia (Amir 2004).
Selain itu faktor penting lain seperti masalah lingkungan dan sosial juga
menjadi salah satu faktor yang turut menentukan daya saing produk pada masa
sekarang karena adanya tuntutan pasar yang mengarah kepada produk hijau dan
pengembangan masyarakat (Rosadi 2005). Kemampuan produk untuk masuk
pasar dan bertahan direfleksikan pada tingkat permintaan yang tinggi oleh
konsumen luar negeri dan nilainya yang cenderung stabil apabila pasar dimasuki
oleh kompetitor. Masing-masing negara berusaha untuk meningkatkan dayasaing
produk barang dan jasa agar dapat masuk dan mempertahakan produk barang dan
jasa negara ke pasar internasional. Keberhasilan dayasaing suatu negara akan
terjadi apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif dalam produktivitas, efisiensi, dan profitabilitas, yang secara global
akan membentuk spesialisasi pada setiap negara tersebut.
Teori Keunggulan Komparatif
Konsep mengenai keunggulan komparatif merupakan implementasi lanjut
dari adanya spesialisasi dalam perdagangan internasional, yakni kondisi dimana
setiap negara akan memproduksi komoditi yang dinilai lebih efisien dibanding
negara lain. Masing-masing kelompok paham, merkantilisme atau klasik dan
modern memiliki persepsi yang berbeda mengenai konsep keunggulan komparatif
karena setiap paham memiliki pandangan dasar yang berbeda juga tentang
bagaimana negara melakukan hubungan internasional atau perdagangan dengan
negara lain. Konsep yang dibentuk paham modern memiliki kesamaan persepsi
dan merupakan bentuk pelengkap dari konsep klasik. Menurut pandangan
Merkantilisme, keunggulan komparatif negara dicapai saat impor ditekan
serendah mungkin dan melakukan ekspor sebanyak mungkin disertai menambah
persediaan logam di dalam negeri.

12
Adam Smith yang merupakan tokoh kaum klasik menyatakan bahwa
keunggulan komparatif diperoleh dari produksi dengan kondisi yang efisien
dibanding negara lain apabila negara tersebut melakukan spesialisasi. Produk
yang memiliki keunggulan absolut akan membentuk spesialisasi dan impor dari
negara lain akan dilakukan pada produk yang tidak memiliki keunggulan absolut.
Spesialisasi ini akan membentuk kondisi penggunaan sumber daya yang lebih
efisien dan akan meningkatkan output negara tersebut.
Pada abad 19 David Ricardo mengemukakan teori keunggulan komparatif
dalam bentuk lebih lengkap. Ricardo menyatakan suatu negara akan tetap
melakukan perdagangan ke luar negeri meskipun yakni kondisi yang kurang
efisien dalam memproduksi kedua komoditi dibanding negara lain. Negara
tersebut masih bisa melakukan spesialisasi dalam ekspor komoditi yang memiliki
kerugian absolut lebih kecil. Selain itu keuntungan di kedua negara masih dapat
diperoleh selama rasio harga antar kedua negara memiliki perbedaan ketika terjadi
perdagangan dengan tidak adanya perdagangan. Faktor upah tenaga kerja
(Labour Efficiency) dalam produksi suatu komoditi akan memengaruhi biaya
produksi dan harga komoditi (Salvatore 1996).
Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dinilai memiliki
efisiensi dalam sudut pandang ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis
karena kondisi suatu pasar akan terus berubah dengan meningkatnya pihak
pengekspor yang masuk ke pasar. Selain itu banyak faktor lain di luar kondisi
pasar yang memengaruhi keunggulan komparatif untuk berubah. Suatu negara
yang memiliki keunggulan komparatif di sektor tertentu harus mampu
mempertahankan dan menghadap persaingan pasar dengan negara lain.
Teori Keunggulan Kompetitif
Era globalisasi dan perkembangan teknologi berimplikasi pada terbukanya
pasar bebas dengan kondisi persaingan yang lebih kompleks bagi pelaku ekspor.
Menurut Porter, dalam jurnal berjudul The Competitive Advantage of Nation
tahun 1990 mengemukakan bahwa keunggulan suatu negara tidak bergantung
pada spesialisasi dan jumlah faktor produksi saja, tetapi juga ditentukan oleh
kemampuan para produsen untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang
mampu masuk dalam persaingan pasar internasional.
Dibutuhkan formulasi strategi dalam membangun kemampuan bersaing
suatu negara di pasar internasional untuk menutupi kondisi alami yang
menghambat keunggulan. Dalam pendekatannya, Porter mencetuskan empat
faktor penentu yang harus dipenuhi negara agar memiliki keunggulan kompetitif
yang dikenal sebagai Porter’s Diamond. Empat faktor tersebut adalah faktor
produksi (production factor), kondisi permintaan suatu negara (demand
condition), adanya industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif
(related and supporting indsutry), serta kondisi struktur kompetisi dan persaingan
industri (firm strategy and structure). Selain keempat faktor utama diatas, terdapat
dua faktor yang memengaruhi interaksi antara empat interaksi tersebut yaitu
faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government factor).
Faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan daya saing dalam teori
Porter tersebut.

13
Ekspor dan Impor
Konsep mengenai ekspor dan impor merupakan implikasi kegiatan dari
dilakukannya perdagangan internasional. Ekspor merupakan kegiatan menjual
keluar barang dari suatu negara ke negara lain dalam perjanjian dagang
internasional secara legal, sedangkan impor merupakan kegiatan memasukan atau
membeli barang dari suatu negara ke negara lain dalam perdagangan internasional
secara legal (Pradipta 2014). Kebijakan ekspor dilakukan untuk peningkatan
devisa melalui income dari penjualan barang ke luar negeri, sementara kebijakan
impor dilakukan untuk usaha melindungi keseimbangan pasokan kebutuhan
domestik dan penghematan devisa (Hady 2004). Apabila dilihat dari sisi
pengeluaran suatu negara, kegiatan ekspor dan impor dalam perdagangan
internasional merupakan salah satu komponen pembentukan PDB (Salvatore
1997).
Aktivitas perdagangan internasional yang terwujud pada kegiatan ekspor
sangat penting untuk meningkatkan daya saing produsen dalam negeri untuk bisa
mengembangkan pasar lebih luas dari lingkup domestik. Kegiatan impor juga
dibutuhkan produsen terutama pada impor bahan baku dan teknologi yang belum
ada dari suplier dalam negeri. Promosi ekspor dipandang sebagai salah satu faktor
utama dalam strategi pembangunan jangka panjang yang dapat menyumbang
pertumbuhan ekonomi. Donald (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga alasan
ketika perusahaan atau negara memutuskan untuk mengekspor barang, yaitu untuk
memperoleh keuntungan dari hasil penjualan ekspor, mempertahankan harga
kompetitif di pasar dalam negeri karena suplai yang terjaga dan tidak berlebih,
dan memperluas penetrasi pada lingkup konsumen baru.
Peraturan dalam negeri yang memuat pasal tentang ekspor dan impor
diatur dalam undang-undang kepabeanan Kementrian Perdagangan Republik
Indonesia nomor 10 tahun 1995 yang kemudian diubah ke UU no 17 tahun 2006.
UU tersebut dalam pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan
mengeluarkan barang dari wilayah pabean. Kemudian pasal 1 ayat 13 menyatakan
impor merupakan kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean. Daerah
pabean merupakan kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar
udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang sepenuhnya
berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Pasal 1 ayat 2).
Islam memandang ekspor dan impor sebagai sesuatu yang penting dalam
kegiatan pemenuhan kebutuhan suatu negara. Kegiatan Ekspor impor tidak
dilarang Islam apabila barang dan ketentuan jual-belinya tidak bertentangan
dengan hukum syara. Sedikit ketentuan ekspor dalam Islam yaitu, tidak boleh
melakukan ekspor ke negeri kafir harbi pada barang yang dapat digunakan untuk
menghancurkan kaum Islam seperti senjata atau mortir, karena hal itu termasuk
ta’awun ‘alal itsmi wal ‘udwan atau tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan (Hadist Shahih Bukhari 11/35). Dalam suatu hadist, rasul
mengatakan bahwa ‘Pengimpor yang menghadirkan barang ke pasar kita laksana
pejuang di jalan Allah’ (Payande 2011).
Harga Ekspor
Salah satu faktor penting yang memengaruhi permintaan ekspor suatu
komoditas adalah harga. Harga ekspor merupakan representasi dari nilai yang
dibayarkan oleh negara lain atas pembelian suatu komoditas atau barang yang

14
dinyatakan dalam satuan timbangan tertentu. Pada konsep ekonomi sederhana,
harga selalu berbanding terbalik dengan permintaaan. Dalam harga ekspor
terdapat beberapa kombinasi harga faktor-faktor produksi yang digunakan pada
produksi komoditas tersebut. Kenaikan harga ekspor suatu negara akan
menyebabkan konsumen luar negeri mengurangi jumlah permintaan terhadap
barang tersebut, sehingga menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan
mengalami penurunan (Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997).
GDP Riil
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)
merupakan ukuran nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam
suatu perekonomian negara selama kurun waktu tertentu (Mankiw 2008). Pada
dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi penduduk dari suatu wilayah
negara secara geografis, termasuk perhitungan dari hasil output yang diproduksi
perusahaan/orang asing yang ada di negara tersebut. Perusahaan multinasional
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli dari negara asal ke negara dimana
proses produksi beroprasi. Hal tersebut akan menjadi nilai output tambahan bagi
negara tempat produksi tersebut dan dihitung dalam pendapatan nasional (Rahayu
2012).
GDP dapat digunakan untuk melihat perkembangan perekonomian dari
waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu
saat. Peningkatan GDP erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran suatu negara. Melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi
peningkatan ekspor impor dan peningkatan konsumsi suatu negara sehingga
mengakibatkan GDP meningkat. Terdapat dua jenis perhitungan dalam mencari
GDP yaitu GDP nominal dan GDP riil. Pada penelitian ini yang digunakan adalah
GDP riil, perhitungan secara riil digunakan untuk mengukur nilai barang dan jasa
menggunakan koreksi perbandingan GDP nominal dengan tetapan harga tahun
dasar sebagai acuan. Dengan itu maka perubahan output secara riil dapat dilihat
jelas dari perubahan kuantitas secara nyata dan bukan berubah dari peningkatan
harga karena inflasi.
Nilai Tukar Riil
Merupakan konsep harga relatif dari perbandingan nilai mata uang suatu
negara untuk membeli mata uang negara lain yang dinyatakan dalam bentuk kurs.
Nilai tukar mata uang akan mengalami fluktuasi karena dipengaruhi beberapa
faktor, seperti harga barang dan jasa di luar negeri dan domestik. Nilai kurs dibagi
atas nilai kurs nominal dan nilai kurs riil. Dalam pandangan Islam nilai tukar
didefiniskan dengan nama ‘Al-Sharf’. Definisi‘Al-Sharf’ adalah sebagai mata uang
yang dikeluarkan dan digunakan sebagai alat pembayaran suatu transaksi dengan
negara lain. Hal yang ditekankan Islam tentang konsep Al-Sharf adalah kepada
fungsinya yaitu sebagai alat pertukaran, bukan merupakan hal yang dapat menjadi
komoditas yang dapat diperdagangkan seperti pada konsep kapitalisme. Dalam
Islam, mekanisme transaksi suatu pertukaran harus berupa nilai yang ditetapkan
dalam satu hari disaat kontrak dimulai. Kurs ditetapkan pada satu hari yang
menjadi acuan nilai yang tidak akan berubah sampai transaksi selesai.
Produsen atau perusahaan ekspor lebih menyukai kondisi disaat nilai tukar
rendah karena membuat produk mereka memiliki harga yang lebih murah bagi

15
pembeli asing (Denantica 2012). Nilai tukar erat kaitannya untuk memengaruhi
harga ekspor dan pada akhirnya memengaruhi kuantitas yang diminta. Kurs yang
digunakan dalam analisis faktor penelitian ekspor adalah nilai tukar riil efektif.
Kurs riil adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari
suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw 2008). Kurs riil
disebut sebagai penentu utama tentang berapa banyak barang dan jasa yang di
ekspor dan impor suatu negara. Rumus mencari nilai tukar riil bisa melalui nilai
tukar nominal yang dikali dengan harga konsumen atau bisa juga rumus kedua
yaitu nilai tukar nominal yang dikali dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Harga relatif adalah perbandingan harga-harga di dalam negeri dengan pembagi
harga-harga di luar negeri (Mankiw 2008). Indeks harga konsumen adalah satuan
indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga dari semua barang secara makro
dalam suatu negara. Berikut cara menghitung nilai tukar riil dihitung dengan
menggunakan perkalian dengan indeks harga konsumen:
(1)
Jika kurs riil suatu negara berada pada level tinggi maka harga barang di
luar negeri relatif lebih murah, dengan itu impor akan meningkat dan ekspor akan
menurun. Sementara jika kurs riil rendah maka harga barang di luar negeri akan
lebih mahal, dengan itu akan meningkatkan nilai ekspor dan menurunkan nilai
impor. Setiap negara memiliki mitra dagang lebih dari satu negara lain. Karena itu
penting untuk mengetahui komparasi nilai tukar mata uang suatu negara dengan
semua mata uang negara lain. Nilai tukar riil efektif menggunakan perhitungan
bobot relatif nilai tukar riil suatu negara terhadap mata uang negara lain di dunia.
Kemudian hasil pembobotan tersebut dikonversi menjadi indeks dengan
menggunakan periode dasar. Dengan itu, secara lebih detail bisa diketahui indeks
kekuatan nilai tukar mata uang negara tersebut di lingkup dunia.
Jarak Ekonomi
Faktor lain yang menentukan tingkat ekspor komoditas suatu negara yaitu
jarak ekonomi (Remoteness Index). Jarak ekonomi merupakan indikasi dari biaya
transportasi yang dihadap oleh suatu negara dalam kegiatan ekspor. Perhitungan
jarak ekonomi yaitu dengan menjumlah variabel jarak geografis Indonesia dan
negara tujuan ekspor dikali dengan komparasi antara GDP negara tujan ekspor
dibagi dengan GDP total seluruh negara yang diteliti. Berikut rumus menghitung
jarak ekonomi :
(2)
Dimana:
EcoDist
GeoDist
GDPi
Total GDPi

: Jarak Ekonomi negara OKI importir dengan Indonesia
: Jarak Geografis negara OKI importir dengan indonesia
: GDP negara importir yang diteliti
: Total seluruh GDP negara importir yang diteliti (n=20)

Jarak ekonomi cenderung memiliki pengaruh negatif dengan tingkat ekspor
suatu komoditas. Jarak yang tinggi merupakan representasi biaya transport yang

16
meningkat, sehingga jika jarak ekonomi meningka