Pemodelan Ekonometrik Daya Saing Ekspor Komoditas Agroindustri Berbasis Perikanan (Studi Kasus Komoditas Udang dan Tuna)

(1)

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN

(Studi Kasus Komoditas Udang dan Tuna)

Oleh

IRPAN HIDAYAT F34102128

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Irpan Hidayat. F34102128. Pemodelan Ekonometrik Daya Saing Ekspor Komoditas Agroindustri Udang dan Tuna. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. 2006

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas agroindustri udang dan tuna Indonesia. Selanjutnya penelitian ini membuat model ekonometrik dan melakukan peramalan daya saing dimasa mendatang berdasarkan model ekonometrik yang diperoleh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas adalah faktor produksi (produktivitas, harga bahan baku); kebijakan pemerintah (tingkat liberalisasi perdagangan, tingkat suku bunga, tingkat upah); makroekonomi (tingkat inflasi, indeks nilai tukar); teknologi dan inovasi (investasi riset dan pengembangan); dan faktor perilaku konsumen (diferensisasi produk, harga produk terkait, pendapatan perkapita domestik dan pendapatan perkapita negara importir). Model ekonometrika yang disusun merupakan persamaan

single-equation multiple regression, maka digunakan metode ordinary least squares (OLS) untuk menduga parameter-parameter yang terdapat dalam model.

Tingkat kompetisi ekspor komoditas udang berdasarkan model semi-logaritma natural (RCA dalam Logaritma natural) secara signifikan dipengaruhi oleh faktor sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita negara produsen, pendapatan perkapita negara importir 3 yaitu United Kingdom, harga bahan baku pakan udang dan prosentase anggaran untuk diferensiasi produk.

Hasil pemodelan ekonometrik untuk komoditas tuna dengan menggunakan model double-logaritma natural (RCA dan Variabel penjelas dalam bentuk logaritma natural) menunjukkan bahwa faktor sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita negara produsen, pendapatan perkapita negara importir, dan prosentase anggaran untuk diferensiasi produk signifikan secara statistik, sementara koefisien variabel yang lain, harga produk ikan olahan dan produktivitas modal tidak signifikan.

Hasil peramalan daya saing ekspor komoditas udang untuk 10 tahun mendatang berdasarkan skenario perekonomian ideal dan optimistis menunjukkan peningkatan pada tingkat kompetisi ekspor untuk periode 2004-2013, persentase kenaikan tersebut sebesar 5,6 % per tahun. Daya saing ekspor komoditas tuna diramalkan meningkat untuk periode 2004-2013 berdasarkan skenario kondisi perekonomian ideal optimistis. Peningkatan daya saing yang terjadi sebesar 15,1 % per tahun. Hasil peramalan yang menunjukkan peningkatan terhadap daya saing ekspor dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat sehingga daya saing produk-produk agroindustri perikanan yang diekspor dapat terus dipertahankan.


(3)

Irpan Hidayat. F34102128. Econometrics Modelling of Export Competitiveness Of The Tuna And Shrimp Agroindustry Comodities . Supervised By Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. 2006

SUMMARY

The objective of this research is to identify and analyze factors that influences the export competitiveness of the Indonesian agroindustry commodities shrimp and tuna. Furthermore, this research compose econometric modelling and also help to forecast export competitiveness in the future.

Factors that influences export competitiveness of the agroindustry commodities are production (productivity, price of raw materials), government policies (interest rate, wages rate, degree of trade liberalization), macroeconomics (inflation rate, exchange rate), technology and inovation (investment on research and development) and consumer behaviour (product differentiation, prices of related goods, percapita income of domestic countries, percapita income of importing countries). The econometrics model that built is a single equation multiple regression models, then used ordinary least squares method to determine parametres in the models.

Export competitiveness of shrimp commodity based on semi-logarithm natural econometric modelling indicated that the significant factors were interest rate, wage rate, prices of raw material shrimp foods, promotion, percapita incomes of domestic countries and percapita incomes of importing countries.

Results of regression analysis from econometrics modelling of tuna commodity using double-logarithm natural models showed factors such interest rate, wage rate, product differentiation, percapita incomes of domestic countries and percapita incomes of consuming countries are statisticaly significant. Meanwhile, others variabels coefficient like price of processed fish and capital productivity are not significant.

Results of export competitiveness forecasting of shrimp comodity for another 10 years ahead based on scenario ideal optimistic economics condition showed increasing on export competitiveness for period 2004-2013, the increasing percentage is about 5,6 % per year. For tuna comodity, using ideal optimistic economics condition also showed increasing on export competitiveness. The increasing percentage is about 15,1 % per year. The forecasting result that show increasing on export competitiveness could be made as a consideration for the government in determine correct policies to maintain export competitiveness of export products.


(4)

I

INNSSTTIITTUUTT PPEERRTTAANNIIAANN BBOOGGOORR F

FAAKKUULLTTAASS TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN

(Studi Kasus Komoditas Udang dan Tuna)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh IRPAN HIDAYAT

F34102128

Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1983 di Jakarta

Tanggal lulus: 14 Juni 2006

Menyetujui, Bogor, Juni 2006

Dr.Ir. Jono M. Munandar, MSc Dosen Pembimbing


(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN (Studi kasus komoditas Udang dan Tuna) “ adalah asli karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukkannya.

Bogor, Juni 2006

Yang membuat pernyataan,

Irpan Hidayat F34102128


(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan juga penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

♠ Bapak Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc, selaku dosen pembimbing atas segala

masukan, dorongan, motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi.

♠ Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MS, sebagai dosen penguji yang telah

memberikan berbagai kritik dan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini.

♠ Ibu Dr. Ir. Ika Amalia K., MS, sebagai dosen penguji yang telah memberikan

berbagai kritik dan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini.

♠ Ibu Artati dan Ibu Nia, staf dirjen PK2PDepartemen Kelautan dan Perikanan

atas segala bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

♠ Ibuku tersayang, kakak dan adik penulis yang selalu memberikan dukungan

dan doa.

♠ Ratih Dwi Setyawardhani yang telah membantu penulis dalam pencarian dan

pengumpulan data dan Nanda Mehuli Giantine yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan penelitian.

♠ Teman-teman seluruh TIN 39 dan rekan-rekan dalam organisasi GiBOL

khususnya Haiman, Hadi, Amin, Arif, Adriel, Ferryza, Galih, Ikhlas, Indra, Irham, Luthfi, Putra, Samuel, Sodikin, dan Yoga.

♠ Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam mengerjakan tulisan ini, apabila terdapat kekurangan mohon kiranya saran dan kritik yang membangun dapat disampaikan kepada penulis.

Bogor, Juni 2006


(7)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 1983 dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Kosasih dan Surimah. Pendidikan dasar penulis diselesaikan di SD Negeri Cibubur 05 pada tahun 1996, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Negeri 233 Jakarta dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 39 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2002, penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor pada departemen Teknologi Industri Pertanian.

Penulis pernah melakukan praktek lapang di PT Nilamindo Bhakti Persada Bogor, Jawa Barat pada tahun 2005. Selama kuliah, penulis juga menjadi asisten MK menggambar teknik pada tahun 2004 dan asisten MK penerapan Komputer pada tahun 2005. Kegiatan organisasi yang diikuti oleh penulis adalah Himpunan Profesi Mahasiswa Teknologi Industri pada tahun 2003-2004 sebagai staf departemen profesi dan sebagai ketua TIN English Community periode 2004-2005.


(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 3

D. MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM PERDAGANGAN 1. Perdagangan Internasional ... 4

2. Tingkat Liberalisasi Perdagangan ... 6

B. FAKTOR MAKROEKONOMI ... 7

C. AGROINDUSTRI PERIKANAN... 9

D. KONSEP DAYA SAING ... 12

E. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 15

III.METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

B. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR ... 19

C. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 21

1. Spesifikasi Model ... 21

2. Pengumpulan Data ... 23

3. Penaksiran Parameter Model ... 23

4. Verifikasi ... 23

D. PENGUKURAN DAN INDIKATOR ... 25

E. PERAMALAN DAYA SAING ... 27

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. KERAGAAN AGROINDUSTRI UDANG DAN TUNA ... 29


(9)

iv

1. Produksi ... 29

2. Produk ... 34

3. Diferensiasi Produk ... 37

4. Harga ... 39

5. Pendapatan Perkapita ... 42

6. Tingkat Liberalisasi Perdagangan ... 44

7. Situasi Makroekonomi ... 46

8. Tingkat Kompetisi Ekspor ... 53

B. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 55

1. Komoditas Udang ... 56

2. Komoditas Tuna ... 60

C. PERAMALAN DAYA SAING EKSPOR ... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Harapan teoritis apriori pengujian konsistensi

tanda dan logika ... 24 Tabel 2. Perubahan kondisi eksternal dan arah kebijakan Indonesia ... 48 Tabel 3. Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi

daya saing ekspor komoditas udang ... 56 Tabel 4. Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi


(11)

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN

(Studi Kasus Komoditas Udang dan Tuna)

Oleh

IRPAN HIDAYAT F34102128

2006

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Irpan Hidayat. F34102128. Pemodelan Ekonometrik Daya Saing Ekspor Komoditas Agroindustri Udang dan Tuna. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. 2006

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas agroindustri udang dan tuna Indonesia. Selanjutnya penelitian ini membuat model ekonometrik dan melakukan peramalan daya saing dimasa mendatang berdasarkan model ekonometrik yang diperoleh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas adalah faktor produksi (produktivitas, harga bahan baku); kebijakan pemerintah (tingkat liberalisasi perdagangan, tingkat suku bunga, tingkat upah); makroekonomi (tingkat inflasi, indeks nilai tukar); teknologi dan inovasi (investasi riset dan pengembangan); dan faktor perilaku konsumen (diferensisasi produk, harga produk terkait, pendapatan perkapita domestik dan pendapatan perkapita negara importir). Model ekonometrika yang disusun merupakan persamaan

single-equation multiple regression, maka digunakan metode ordinary least squares (OLS) untuk menduga parameter-parameter yang terdapat dalam model.

Tingkat kompetisi ekspor komoditas udang berdasarkan model semi-logaritma natural (RCA dalam Logaritma natural) secara signifikan dipengaruhi oleh faktor sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita negara produsen, pendapatan perkapita negara importir 3 yaitu United Kingdom, harga bahan baku pakan udang dan prosentase anggaran untuk diferensiasi produk.

Hasil pemodelan ekonometrik untuk komoditas tuna dengan menggunakan model double-logaritma natural (RCA dan Variabel penjelas dalam bentuk logaritma natural) menunjukkan bahwa faktor sukubunga, tingkat upah, pendapatan perkapita negara produsen, pendapatan perkapita negara importir, dan prosentase anggaran untuk diferensiasi produk signifikan secara statistik, sementara koefisien variabel yang lain, harga produk ikan olahan dan produktivitas modal tidak signifikan.

Hasil peramalan daya saing ekspor komoditas udang untuk 10 tahun mendatang berdasarkan skenario perekonomian ideal dan optimistis menunjukkan peningkatan pada tingkat kompetisi ekspor untuk periode 2004-2013, persentase kenaikan tersebut sebesar 5,6 % per tahun. Daya saing ekspor komoditas tuna diramalkan meningkat untuk periode 2004-2013 berdasarkan skenario kondisi perekonomian ideal optimistis. Peningkatan daya saing yang terjadi sebesar 15,1 % per tahun. Hasil peramalan yang menunjukkan peningkatan terhadap daya saing ekspor dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat sehingga daya saing produk-produk agroindustri perikanan yang diekspor dapat terus dipertahankan.


(13)

Irpan Hidayat. F34102128. Econometrics Modelling of Export Competitiveness Of The Tuna And Shrimp Agroindustry Comodities . Supervised By Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. 2006

SUMMARY

The objective of this research is to identify and analyze factors that influences the export competitiveness of the Indonesian agroindustry commodities shrimp and tuna. Furthermore, this research compose econometric modelling and also help to forecast export competitiveness in the future.

Factors that influences export competitiveness of the agroindustry commodities are production (productivity, price of raw materials), government policies (interest rate, wages rate, degree of trade liberalization), macroeconomics (inflation rate, exchange rate), technology and inovation (investment on research and development) and consumer behaviour (product differentiation, prices of related goods, percapita income of domestic countries, percapita income of importing countries). The econometrics model that built is a single equation multiple regression models, then used ordinary least squares method to determine parametres in the models.

Export competitiveness of shrimp commodity based on semi-logarithm natural econometric modelling indicated that the significant factors were interest rate, wage rate, prices of raw material shrimp foods, promotion, percapita incomes of domestic countries and percapita incomes of importing countries.

Results of regression analysis from econometrics modelling of tuna commodity using double-logarithm natural models showed factors such interest rate, wage rate, product differentiation, percapita incomes of domestic countries and percapita incomes of consuming countries are statisticaly significant. Meanwhile, others variabels coefficient like price of processed fish and capital productivity are not significant.

Results of export competitiveness forecasting of shrimp comodity for another 10 years ahead based on scenario ideal optimistic economics condition showed increasing on export competitiveness for period 2004-2013, the increasing percentage is about 5,6 % per year. For tuna comodity, using ideal optimistic economics condition also showed increasing on export competitiveness. The increasing percentage is about 15,1 % per year. The forecasting result that show increasing on export competitiveness could be made as a consideration for the government in determine correct policies to maintain export competitiveness of export products.


(14)

I

INNSSTTIITTUUTT PPEERRTTAANNIIAANN BBOOGGOORR F

FAAKKUULLTTAASS TTEEKKNNOOLLOOGGII PPEERRTTAANNIIAANN

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN

(Studi Kasus Komoditas Udang dan Tuna)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh IRPAN HIDAYAT

F34102128

Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1983 di Jakarta

Tanggal lulus: 14 Juni 2006

Menyetujui, Bogor, Juni 2006

Dr.Ir. Jono M. Munandar, MSc Dosen Pembimbing


(15)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

PEMODELAN EKONOMETRIK DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS AGROINDUSTRI BERBASIS PERIKANAN (Studi kasus komoditas Udang dan Tuna) “ adalah asli karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukkannya.

Bogor, Juni 2006

Yang membuat pernyataan,

Irpan Hidayat F34102128


(16)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Banyak pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama pelaksanaan penelitian dan juga penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

♠ Bapak Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc, selaku dosen pembimbing atas segala

masukan, dorongan, motivasi dan nasehat selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi.

♠ Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, MS, sebagai dosen penguji yang telah

memberikan berbagai kritik dan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini.

♠ Ibu Dr. Ir. Ika Amalia K., MS, sebagai dosen penguji yang telah memberikan

berbagai kritik dan masukan untuk penyempurnaan tulisan ini.

♠ Ibu Artati dan Ibu Nia, staf dirjen PK2PDepartemen Kelautan dan Perikanan

atas segala bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

♠ Ibuku tersayang, kakak dan adik penulis yang selalu memberikan dukungan

dan doa.

♠ Ratih Dwi Setyawardhani yang telah membantu penulis dalam pencarian dan

pengumpulan data dan Nanda Mehuli Giantine yang selalu memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan penelitian.

♠ Teman-teman seluruh TIN 39 dan rekan-rekan dalam organisasi GiBOL

khususnya Haiman, Hadi, Amin, Arif, Adriel, Ferryza, Galih, Ikhlas, Indra, Irham, Luthfi, Putra, Samuel, Sodikin, dan Yoga.

♠ Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam mengerjakan tulisan ini, apabila terdapat kekurangan mohon kiranya saran dan kritik yang membangun dapat disampaikan kepada penulis.

Bogor, Juni 2006


(17)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 1983 dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Kosasih dan Surimah. Pendidikan dasar penulis diselesaikan di SD Negeri Cibubur 05 pada tahun 1996, selanjutnya penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Negeri 233 Jakarta dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 39 Jakarta. Setelah lulus pada tahun 2002, penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor pada departemen Teknologi Industri Pertanian.

Penulis pernah melakukan praktek lapang di PT Nilamindo Bhakti Persada Bogor, Jawa Barat pada tahun 2005. Selama kuliah, penulis juga menjadi asisten MK menggambar teknik pada tahun 2004 dan asisten MK penerapan Komputer pada tahun 2005. Kegiatan organisasi yang diikuti oleh penulis adalah Himpunan Profesi Mahasiswa Teknologi Industri pada tahun 2003-2004 sebagai staf departemen profesi dan sebagai ketua TIN English Community periode 2004-2005.


(18)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 3

D. MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM PERDAGANGAN 1. Perdagangan Internasional ... 4

2. Tingkat Liberalisasi Perdagangan ... 6

B. FAKTOR MAKROEKONOMI ... 7

C. AGROINDUSTRI PERIKANAN... 9

D. KONSEP DAYA SAING ... 12

E. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 15

III.METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

B. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR ... 19

C. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 21

1. Spesifikasi Model ... 21

2. Pengumpulan Data ... 23

3. Penaksiran Parameter Model ... 23

4. Verifikasi ... 23

D. PENGUKURAN DAN INDIKATOR ... 25

E. PERAMALAN DAYA SAING ... 27

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. KERAGAAN AGROINDUSTRI UDANG DAN TUNA ... 29


(19)

iv

1. Produksi ... 29

2. Produk ... 34

3. Diferensiasi Produk ... 37

4. Harga ... 39

5. Pendapatan Perkapita ... 42

6. Tingkat Liberalisasi Perdagangan ... 44

7. Situasi Makroekonomi ... 46

8. Tingkat Kompetisi Ekspor ... 53

B. PEMODELAN EKONOMETRIK ... 55

1. Komoditas Udang ... 56

2. Komoditas Tuna ... 60

C. PERAMALAN DAYA SAING EKSPOR ... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(20)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Harapan teoritis apriori pengujian konsistensi

tanda dan logika ... 24 Tabel 2. Perubahan kondisi eksternal dan arah kebijakan Indonesia ... 48 Tabel 3. Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi

daya saing ekspor komoditas udang ... 56 Tabel 4. Hasil regresi dari faktor-faktor yang mempengaruhi


(21)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Indeks RCA dari komoditas udang dan tuna Indonesia ... 77

Lampiran 2. Perkembangan tingkat harga komoditas rata-rata (US $/kg) ... 78

Lampiran 3. Perkembangan Nominal Protective Coeffient (NPC) ... 79

Lampiran 4. Laju inflasi, tingkat sukubunga dan nilai tukar ... 80

Lampiran 5. Tingkat upah rata-rata pekerja sektor makanan ... 81

Lampiran 6. Perkembangan harga (US $/kg) beberapa komoditi perikanan ... 82

Lampiran 7. Alokasi dana untuk biaya promosi dan iklan ... 83

Lampiran 8. Indeks pendapatan perkapita Indonesia dan negara-negara tujuan ekspor utama produk agroindustri perikanan ... 84

Lampiran 9. Perkembangan tingkat volume ekspor udang (metrik ton) ... 85

Lampiran 10. Perkembangan tingkat volume ekspor tuna (metrik ton) ... 86

Lampiran 11. Data untuk regresi dengan fungsi semi logaritma natural komoditi udang ... 87

Lampiran 12. Data untuk regresi dengan fungsi double logaritma natural komoditi tuna ... 88

Lampiran 13. Hasil analisis regresi komoditi udang ... 89


(22)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional yang ditujukan untuk: (1) meningkatkan produksi perikanan (baik kualitas maupun kuantitasnya) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri di dalam negeri serta meningkatkan ekspor, (2) meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan petani nelayan, (3) memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta pembangunan daerah, dan (4) meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Aziz, 1993).

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas perairan 5,8 juta km2 dan garis pantai dengan panjang 81.000 km, dan memiliki potensi sumber daya ikan yang potensial. Potensi perikanan pada Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) sebesar 6,7 juta ton. Pada tahun 1999, dilaporkan bahwa potensi perikanan laut Indonesia adalah 6.167.940 ton per tahun dengan potensi terbesar dari jenis ikan plagis kecil (Small pelagic) yaitu sekitar 3.325.500 ton per tahun atau 52,54 persen yang diikuti oleh jenis ikan Demarsal sebesar 1.786.750 ton per tahun atau 28,96 persen dan pelagis besar sebesar 975.050 ton per tahun atau 15,18 persen (DKP, 2003).

Produksi perikanan di Indonesia sepanjang enam tahun terakhir mengalami peningkatan, walau tidak terlalu besar yaitu sekitar 0,13 juta ton per tahun. Selama kurun waktu 1995-2000, produksi perikanan Indonesia rata-rata mencapai 4,7 juta ton per tahun. Sekitar 3,7 juta ton berasal dari perikanan laut dan 1,0 juta ton berasal dari perikanan darat. Produksi perikanan darat, bersumber dari perairan umum dan hasil budidaya (tambak, kolam, keramba dan sawah).


(23)

Indonesia yang dikaruniai kelimpahan alam yang besar seyogianya memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut menjadi keunggulan kompetitif untuk merebut peluang yang ada di pasar global. Untuk

menciptakan keunggulan yang kompetitif produk perikanan di pasar

global dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai tambahnya melalui agroindustri perikanan. Agroindustri perikanan di Indonesia dapat dipilah menjadi ikan segar dan ikan olahan, sedangkan bila ditinjau dari perlakuannya dapat berupa ikan dalam keadaan hidup, daging ikan segar dalam keadaan beku, dan produk ikan olahan.

Daya saing ekspor Indonesia secara global masih memprihatinkan. Dalam beberapa literatur ekonomi pembangunan dijelaskan, bahwa untuk mengukur tingkat daya saing ada sejumlah faktor yang umum digunakan oleh beberapa lembaga dunia yang secara rutin mempublikasikan laporan mengenai perekonomian dan kinerja perdagangan luar negeri dari negara-negara di dunia, seperti misalnya Bank Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Di Indonesia sendiri terdapat Departemen Perindustrian yang melakukan pengukuran. Indikator-indikator tersebut adalah Revealed Competitive Advantage (RCA), Revealed Trade Advantage (RTA), Indeks

Spesialisi Perdagangan (ISP), Accelaration Ratio (AR) dan Constant

Market Share (CMS).

Dengan kelima indikator tersebut, tingkat daya saing ekspor suatu produk dari suatu negara dapat dianalisis secara statis (hanya dalam suatu tahun tertentu) maupun secara dinamis (dalam beberapa tahun tertentu). Selain itu, kelima indikator tersebut dapat digunakan untuk menganalisis tingkat daya saing Indonesia di pasar dunia, misalnya produk-produk perikanan asal Indonesia di pasar Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


(24)

2. Melakukan analisis pengaruh dan kaitan antara faktor-faktor tersebut untuk pengembangan kompetisi ekspor serta menyusun suatu model ekonometrika dari faktor-faktor tersebut.

3. Meramalkan daya saing ekspor produk agroindustri berbasis perikanan

berdasarkan model ekonometrika yang diperoleh.

C. RUANG LINGKUP

Penelitian ini akan difokuskan pada kelompok komoditas agroindustri perikanan yaitu udang dan tuna. Produk-produk tersebut merupakan komoditas yang sekarang cukup berkembang di Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap devisa negara sebagai komoditas ekspor.

Penelitian ini menggunakan data primer hasil wawancara dengan para pakar melalui media kuesioner ahli untuk mendapatkan komoditas agroindustri berbasis perikanan unggulan berdaya saing ekspor. Data sekunder yang digunakan berupa data deret waktu selama 23 tahun yang meliputi kondisi faktor produksi, kebijakan pemerintah, teknologi dan inovasi, makroekonomi dan perilaku konsumen. Bila tidak didapatkan data yang lengkap, maka akan dilakukan interpolasi atau peramalan.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini adalah suatu model ekonometrika yang menunjukkan faktor-faktor kunci dalam pengembangan tingkat kompetisi ekspor komoditas udang dan tuna. Diharapkan model tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan agroindustri berbasis perikanan sehingga lebih kompetitif dalam menghadapi era perdagangan bebas.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia dengan luas laut 5,8 juta km2 memiliki sumberdaya perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun keragamannya. Berdasarkan perhitungan harga di tingkat produsen tahun 2000, nilai produksi ikan tangkap mencapai Rp. 18, 46 triliun. Untuk harga benih ikan laut mencapai Rp. 8,07 milyar, sedangkan untuk budidaya laut yang meliputi ikan, rumput laut, kerang-kerangan, tiram, teripang dan mutiara mencapai produksi Rp. 1,36 triliun di tingkat produsen pada tahun 2002 (Dahuri, 2004).

Konsumsi ikan perkapita di Indonesia masih relatif rendah, yaitu sekitar 18 kilogram/kapita pada tahun 1999 (sebelum adanya Departemen Kelautan dan Perikanan) dan 23 kilogram/kapita pada tahun 2003. Sementara itu, negara lain seperti Jepang sudah mencapai 100 kg, Korea Selatan 80 kg, Malaysia 40 kg, dan Thailand 35 kg per tahun (Osa, 2004). Namun konsumsi ikan perkapita secara nasional menunjukkan kenaikan sebesar 4,61% pada kurun waktu antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Angka konsumsi ikan tahun 2000 mencapai 21,57 kg/kapita, sedangkan pada tahun 2003 terus mengalami peningkatan menjadi 24,67 kg/kapita (Wawa, 2004).

Kendala yang dihadapi ekspor perikanan Indonesia saat ini adalah sejumlah negara importir cenderung memperketat persyaratan, termasuk memasukkan persyaratan baru yang terkait dengan mutu dan isu lingkungan. Adapula negara yang memberlakukan tarif impor cukup tinggi. Kendala lain adalah variasi jenis produk yang beragam, harga rata-rata produk perikanan menurun dan lain sebagainya (Jan, 2004).

A. SISTEM PERDAGANGAN

1. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa antar negara. Hal ini terjadi karena sebuah negara mampu untuk membeli barang dari negara lain dengan harga lebih murah daripada negara itu


(26)

memproduksinya sendiri. Hasil dari perdagangan ini adalah peningkatan tingkat kehidupan negara tersebut. Ketersediaan faktor produksi yang berbeda di setiap negara menentukan kegiatan ekonomi diberbagai wilayah dunia. Setiap negara memiliki jumlah faktor produksi yang berbeda sehingga memiliki keunggulan yang berbeda pula.

Adam Smith dalam Hady (2001) mengemukakan teori absolute

advantage (keunggulan mutlak), di mana setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak, serta mengimpor barang jika negara tersebut memiliki ketidakunggulan mutlak (absolute disadvantage).

David Ricardo dalam Hady (2001) mengatakan bahwa perdagangan internasional terjadi berdasarkan pada nilai tenaga kerja (labour value). Nilai atau harga suatu produk ditentukan oleh jumlah waktu dan jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Menurut teori cost comparative advantage (labour efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien (labour efficiency) serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak efisien (labour inefficiency).

Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factor) masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif lebih banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya (Gandolfo, 1987).


(27)

2. Tingkat Liberalisasi Perdagangan

Hady (2001) menyatakan bahwa kondisi persaingan yang “hyper

competitive” ini memaksa setiap negara atau perusahaan untuk memikirkan dan menemukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang tepat tersebut berupa perencanaan dan kegiatan operasional terpadu yang mengkaitkan lingkungan eksternal dan internal, sehingga dapat mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang dengan disertai keberhasilan

dalam mempertahankan dan meningkatkan “sustainable” real income

secara efektif dan efisien. Strategi ini dikenal dengan Sustainable

Competitive Advantage (keunggulan daya saing berkelanjutan).

Pada situasi “hyper competitive”, keunggulan daya saing suatu negara atau perusahaan tetap didasarkan kepada keunggulan kompetitif dinamis, walaupun dengan periode atau jangka waktu yang relatif pendek. Keunggulan daya saing berkelanjutan harus diartikan sebagai keunggulan yang diperoleh karena invention dan inovation secara terus-menerus, sehingga tetap unggul dari pesaing. Invention dan inovation diperoleh dari

reseach and development baik yang bersifat scientific maupun applied. Keunggulan daya saing berkelanjutan ini relatif lebih tepat dan paling menguntungkan untuk dilakukan dalam sektor agroindustri karena sumber atau resource base-nya dapat diperbaharui (Hady, 2001).

Gejala globalisasi terjadi dalam kegiatan finansial, produksi, investasi, dan perdagangan yang kemudian mempengaruhi tata hubungan ekonomi antar bangsa. Proses globalisasi itu telah meningkat kadar hubungan saling ketergantungan antarnegara, bahkan menimbulkan proses menyatunya ekonomi dunia, sehingga batas-batas antarnegara dalam berbagai praktek dunia usaha seakan-akan dianggap tidak berlaku lagi (Halwani, 2002).

Kebijakan liberalisasi perdagangan penting artinya bagi Indonesia yang pertumbuhan ekonominya ditunjang oleh sektor perdagangan luar negeri (export led growth). Keputusan Indonesia untuk berperan serta

dalam Uruguay Round dan menjadi anggota WTO merupakan upaya


(28)

akan meningkatkan pendapatan dari sektor perdagangan. Dalam kerangka hubungan perdagangan internasional, berbagai upaya masih dilakukan agar usaha memperbaiki sistem perdagangan dunia melalui berbagai perundingan perdagangan multilateral dalam kerangka terciptanya pedagangan dunia yang bebas, adil, dan terbuka. Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi atau pasar secara nasional, regional, ataupun internasional (Halwani, 2002).

Ketergantungan perdagangan saat ini tertuju pada berbagai ketetapan dari GATT-WTO yang menentukan berbagai aturan perdagangan, termasuk aturan pedagangan untuk produk-produk pertanian. Hal ini juga termasuk perubahan dari semua batasan kuantitatif yang dibebankan pada produk pertanian hingga tarif, pengurangan tarif produk-produk pertanian, pengurangan subsidi domestik, pengurangan subsidi ekspor, dan harmonisasi ukuran sanitasi dan phytosanitary (Gonzales, 1997 dalam Munandar, 2001).

B. FAKTOR MAKROEKONOMI

Tujuan dari kebijakan makroekonomi adalah untuk mengatur perilaku ekonomi, yang diamati melalui tingkat perubahan tiga variabel makroekonomi utama yaitu : tingkat pengeluaran, tingkat inflasi, dan keseimbangan neraca pembayaran. Kebijakan makroekonomi merupakan kebijakan stabilisasi kondisi ekonomi. Ketidakstabilan kondisi makroekonomi terlihat dari tingkat inflasi yang tinggi, pertumbuhan pendapatan yang rendah, atau neraca pembayaran yang defisit (Cook et al.,1990).

Statistik tingkat makro ditetapkan oleh sistem perhitungan nasional, dan hubungan perhitungan ini dapat digunakan untuk memberikan sudut pandang yang penting bagi perumusan kebijakan makro. Konsep pokok dalam perhitungan nasional adalah untuk mengukur total produk dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian pada suatu periode waktu tertentu, ukuran ini disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) (Cook et al., 1990).


(29)

Nilai total produksi barang dan jasa nasional disebut dengan produk nasional. Semua nilai yang dihasilkan akhirnya akan menjadi milik seseorang yang berhak atas nilai tersebut, maka produk nasional sama dengan total pendapatan yang diperoleh dari memproduksi barang dan jasa. Untuk menghitung total output, kuantitas dari berbagai output yang berbeda haruslah dijumlahkan. Kuantitas total dapat diperoleh dengan mengukur total output dalam satuan mata uang, yang sering disebut dengan pendapatan nasional nominal. Pendapatan nasional juga dapat diukur berdasarkan harga yang terjadi pada suatu periode tertentu, dan ini disebut dengan pendapatan nasional riil. Karena harga-harga dianggap konstan selama perhitungan nasional riil, maka pendapatan nasional riil berubah hanya jika jumlah output berubah (Lipsey et al., 1991).

Output riil, neraca pembayaran, dan tingkat harga merupakan variabel utama ekonomi yang menjadi kebijakan makroekonomi. Variabel-variabel ini menggambarkan variabel target dari pembuat kebijakan untuk distabilkan. Untuk mencapai tujuan stabilisasi pembuat kebijakan memiliki beberapa instrumen kebijakan pada cara penyelesaian mereka yang dapat digunakan untuk dapat mencapai ke arah yang diinginkan dari variabel target (Cook et al., 1990).

Krugman dan Obstfeld (1990) berpendapat bahwa tingkat bunga dan pasar nilai tukar memainkan peranan yang besar dalam perdagangan internasional. Nilai tukar merupakan ukuran relatif harga untuk permintaan ekspor dan impor. Perubahan nilai tukar akan mengakibatkan depresiasi atau apresiasi. Apresiasi (depresiasi) mata uang di suatu negara akan menaikkan (menurunkan) harga relatif ekspor dan menurunkan (menaikkan) harga relatif impor.

Tingkat pengembalian deposito yang diperdagangkan dalam pasar valuta asing ditentukan oleh tingkat bunga dan perubahan nilai tukar harapan. Tingkat bunga memainkan peranan penting dalam valuta asing karena pembayaran bunga dalam perdagangan yang besar. Suatu kenaikan bunga yang dibayarkan atas deposito suatu mata uang menyebabkan mata uang itu mengalami apresiasi terhadap mata uang asing.


(30)

Menurut Cook et al., (1990), selain kebijakan yang telah diuraikan juga perlu diperhatikan kebijakan yang terkait dengan ketidakseimbangan eksternal. Instrumen kunci dari kebijakan ini adalah kontrol pemerintah terhadap nilai tukar dan pilihan tingkat nilai tukar yang benar adalah suatu keputusan yang penting dalam sistem ekonomi terbuka.

Menurut Salvatore (1995), perdagangan antar negara hanya dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang satu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar satu mata uang terhadap lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar yang diperdagangkan. Nilai tukar valuta asing adalah harga dimana pembelian dan penjualan valuta asing berlangsung; nilai tukar merupakan jumlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.

Penetapan nilai tukar dilakukan berdasarkan permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar disebabkan karena berubahnya permintaan dan penawaran dalam bursa valuta asing. Kenaikan harga domestik atas barang impor, kenaikan harga luar negeri atas barang impor dan perubahan tingkat harga secara keseluruhan akan dapat mempengaruhi tingkat nilai tukar suatu mata uang asing. Bila tingkat harga disuatu negara naik relatif terhadap tingkat harga di negara lainnya, maka nilai ekuilibrium mata uang negara tersebut akan turun relatif terhadap nilai ekuilibrium mata uang di negara lain tadi (Salvatore, 1995).

C. AGROINDUSTRI PERIKANAN

Brown (1994) dalam Nasution (2002) mendefinisikan agroindustri sebagai pengolahan bahan baku yang bersumber dari tanaman atau binatang. Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transformasi dan pengawetan melalui perubahan fisik maupun kimiawi, pengepakan dan pendistribusian produknya. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku


(31)

agroindustri berada antara petani (yang memproduksi hasil pertanian sebagai bahan baku agroindustri) dengan pengguna produk agorindustri.

Agroindustri perikanan dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi mulai dari kegiatan penyediaan bahan baku, processing, sampai ke pemasaran. Adapun tujuannya adalah untuk (1) memberikan nilai tambah pada produk perikanan, (2) mengamankan produksi karena sifat produk yang mudah rusak (perishable), (3) diversifikasi produk-produk perikanan, (4) menjamin kontinuitas ketersediaan ikan sepanjang tahun, dan (5) meningkatkan jangkauan pemasaran ikan pada tingkat permintaan yang dinamis (Dahuri, 2004).

Corak perikanan Indonesia pada saaat ini lebih mengarah pada intensif tenaga. Hampir sekitar dua juta nelayan, petani ikan (tambak, keramba) dan pengusaha kecil terlibat dalam kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan dan distribusi. Hasil tangkapan dan budidaya ini diolah melalui dua saluran. Saluran pertama, yaitu produk-produk yang dapat diekspor diproses oleh beberapa perusahaan besar (terutama cold storage). Saluran kedua mengikuti jalur pengolahan oleh pengusaha kecil dan rumah tangga, dimana sekitar 50 persen lebih diolah secara tradisional seperti penggaraman, pemindangan dan pengasapan (Saidah, 2005).

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan daging ayam, daging domba dan daging sapi. Meskipun produksi total ikan naik, namun masalah pemasaran ikan tidak akan timbul karena sebagian besar dari produk yang ada dipasaran dalam bentuk segar/beku dan dalam kaleng dan hanya sebagian kecil yang diolah menjadi fillet, baso ikan, ikan asin, ikan kering, ikan asap dan tepung ikan (Saidah, 2005).

Produksi perikanan pada tahun 2001 tercatat 5,1 juta ton yang terdiri atas 3,9 juta ton produksi perikanan laut dan 1,1 juta ton produksi perikanan darat. Menurut data BPS tahun 2002 produksi perikanan mencapai 5,3 juta ton atau meningkat 5,6 persen bila dibandingkan dengan tahun 2001. peningkatan pada tahun 2001 dan 2002 terjadi hampir diseluruh kegiatan usaha perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut, sedangkan produksi perikanan


(32)

paad tahun 2003 diperkirakan mencapai 5,6 juta ton. Sehubungan dengan hal tersebut, terjadi peningkatan nilai ekspor pada produk agroindustri perikanan utama yaitu komoditas udang dan tuna. Pada tahun 2002 nilai ekspor komoditas udang beku mencapai 817 juta dollar dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 830 juta dollar. Untuk komoditas tuna, pada tahun 2002 mencapai nilai ekspor sebesar 212 juta dollar dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2003 menjadi sebesar 213 juta dollar (DKP, 2003).

Besarnya hasil produksi perikanan Indonesia merupakan potensi bagi pemerintah untuk dapat mengembangkan industri yang mengolah hasil perikanan. Akan tetapi apabila melihat kondisi sistem agribisnis dan agroindustri perikanan yang lemah antara sektor penangkapan dan pengolahan mengakibatkan agroindustri perikanan tidak dapat tumbuh optimal. Menurut data Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APII), tingkat utilitas dari pabrik pengalengan ikan Indonesia saat ini hanya 25 persen dari kapasitas terpasang. Jadi hanya memproduksi 100.000 ton dari total kapasitas 400.000 ton/tahun yang mampu dimanfaatkan. Permasalahan yang terjadi adalah industri pengalengan ikan mengalami kesulitan dalam hal pasokan bahan baku.

Kebijakan pemerintah disektor kelautan dan perikanan belum mendukung perkembangan industri pengolahan ikan dalam negeri. Salah satunya adalah hingga kini masih memberikan perizinan kepada nelayan asing untuk menangkap ikan di Indonesia dan menjualnya ke luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan industri pengolahan ikan dalam negeri terutama

industri cold storage dan pengalengan ikan yang berorientasi ekspor

mengalami kekurangan bahan baku (Saidah, 2005).

Kekurangan bahan baku juga diakibatkan karena kurangnya keterkaitan antara subsistem-subsistem agribisnis perikanan yang terlihat dari fakta rasio antara ikan yang diolah lebih lanjut sebelum diekspor dengan ikan tangkapan yang langsung diekspor dalam keadaan mentah. Lebih lanjut Saidah (2005) mengatakan permasalahan bahan baku dapat teratasi dengan campur tangan pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan insentif pajak dan hanya memberikan izin penangkapan ikan kepada nelayan asing yang bersedia membangun industri pengolahan di Indonesia.


(33)

D. KONSEP DAYA SAING

Daya saing amat penting bagi agroindustri, terlebih dengan berlakunya perdagangan bebas. Daya saing ekspor adalah kemampuan suatu komoditas untuk memasuki pasar luar negeri dan bertahan dalam pasar itu. Daya saing ekspor dari suatu komoditas dapat diukur berdasarkan perbandingan pangsa pasar komoditas tersebut pada kondisi pasar yang tetap (Mahmood, 2000).

Keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif dan nilai tambah yang menentukan daya saing suatu industri suatu negara adalah suatu topik yang saat ini banyak diperdebatkan. Kelompok teknokrat lebih condong menganut strategi keunggulan komparatif yang didasarkan pada kekayaan sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang murah (padat karya), dengan muatan teknologi yang rendah, sehingga faktor produksi ini menjadi lebih murah dan merupakan andalan untuk berkompetisi dalam perdagangan internasional maupun terhadap barang-barang sejenis di dalam negeri dalam jangka pendek.

Kelompok teknologi lebih condong pada strategi keunggulan kompetitif, dengan menekankan dasar industrialisasi dengan menerapkan teknologi canggih untuk memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi, yakni

pada pemilihan industri yang betumpu pada economic of scale karena

terkonsentrasinya pekerja terampil dan industri yang bernilai tambah tinggi (Halwani, 2002).

Porter (1990) mengembangkan suatu teori keunggulan kompetitif, dengan bertitik tolak dari kenyataan persaingan internasional yang ada, jadi pembentukan teorinya adalah deduktif. Model yang dikembangkan dikenal

sebagai Model Berlian (gambar 1), menerangkan bahwa suatu negara secara

nasional dapat meraih keunggulan kompetitif, apabila dipenuhi empat persyaratan yang saling terkait dan membentuk empat titik sudut dari poin yang dinamakan bangunan intan, yakni :

• Keadaan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja terampil atau


(34)

• Keadaan permintaan dan tuntutan mutu di dalam negeri untuk hasil industri.

• Eksistensi industri terkait dan pendukung yang kompetitif secara

internasional.

• Strategi perusahaan itu sendiri dan struktur serta sistem persaingan antar perusahaan.

Gambar 1. Model berlian daya saing internasional (Porter, 1990)

Keunggulan komparatif dalam perkembangan selanjutnya sudah tidak identik lagi dengan upah yang rendah dan teknologi sederhana. Produk yang pada saat tertentu memiliki keunggulan komparatif, pada waktu berikutnya mengalami kemerosotan dalam keunggulan komparatifnya apabila disaingi dan digeser oleh produk lain yang memiliki desain dan kandungan teknologi yang lebih canggih dan lebih bisa memberikan kepuasan pada konsumen. Pergeseran ini terjadi dalam pola perdagangan internasional yang dinamis. Pemerintah

Permintaan domestik Sumber daya

alam

Daya saing internasional Strategi struktur persaingan perusahaaan

Industri terkait dan pendukung

Akses dan Kesempatan


(35)

Teori keunggulan komparatif, seperti yang dikembangkan oleh Heckscher-Ohlin (O-H), Stolper-Samuelson, dan Rybczynsky bertumpu pada perbedaan faktor produksi dan kandungan pendukung yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas, sehingga menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Dalam perkembangannya kemudian dimasukkan faktor nilai mata uang yang melengkapi tingkat upah dan ikut menentukan keuntungan relatif dan keunggulan komparatif suatu barang.

Penelitian lain yang berkaitan dengan kompetisi adalah keunggulan komparatif dari suatu produk. Honma dan Hayami (1993) berpendapat bahwa kenaikan tingkat proteksi pertanian di Asia timur dan negara industri lainnya berkaitan dengan menurunnya keunggulan komperatif (KK) pertanian negara tersebut. Penurunan KK pertanian akan menyebabkan kenaikan biaya yang harus ditanggung oleh produsen-produsen pertanian.

Intal (1996) dalam Munandar (2001), mengajukan suatu cara untuk

mengukur keunggulan komparatif dengan menggunakan indeks revealed

comparative advantage (RCA). Indeks RCA merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi pola spesialisasi ekspor, oleh karena itu indeks RCA merupakan indikator untuk daya saing ekspor. Indeks RCA yang besar dari satu mengindikasi spesialisasi ekspor dan berarti memiliki keunggulan komparatif. Peningkatan nilai indeks RCA menunjukkan peningkatan dari keunggulan komparatif yang juga akan meningkatkan daya saing internasional.

Xij / Xi

RCA = Xwj / Xw

dimana : X = ekspor

i = negara i

j = komoditas j


(36)

E. PEMODELAN EKONOMETRIK

Menurut Sumodiningrat (1991), ilmu yang melakukan evaluasi teori-teori ekonomi secara kuantitatif disebut ilmu ekonometri. Ekonometri adalah suatu ilmu yang mengkombinasikan teori ekonomi dan statistik ekonomi, dengan tujuan menyelidiki dukungan empiris dari hukum skematik yang dibangun oleh teori ekonomi. Dengan memanfaatkan ilmu ekonomi, matematik dan statistik, ekonometri membuat hukum-hukum ekonomis teoritis menjadi nyata. Ramanathan (1998) mengatakan, ekonometrik berfokus untuk (1) menduga hubungan antara varaibel-variabel ekonomi, (2) menghadapkan teori-teori ekomoni dengan kenyataan dan membuktikan hipotesis-hipotesis yang melibatkan perilaku ekonomi, (3) meramalkan perilaku variabel-variabel ekonomi.

Kelebihan utama model-model ekonometrik terletak pada kemampuannya untuk menangani saling ketergantungan antar variabel-variabel ekonomi. Model ekonometrik merupakan alat yang baik untuk meningkatkan pemahaman mengenai cara kerja sistem ekonomi dan untuk menguji dan mengevaluasi alternatif kebijaksanaan. Sementara kelemahan utama model ekonometrik adalah tiadanya aturan yang dapat diterapkan untuk semua situasi yang berbeda. Hal ini membuat pengembangan model ekonometrik sangat tergantung pada situasi spesifik (Makridakis et al., 1991).

Ramanathan (1998) mengatakan, ekonometrik berfokus untuk (1) menduga hubungan antara variabel-variabel ekonomi, (2) menghadapkan teori-teori ekonomi dengan kenyataan dan membuktikan hipotesis-hipotesis yang melibatkan perilaku ekonomi, (3) meramalkan perilaku variabel-variabel ekonomi.

Menurut Gujarati (1999), metodologi penyelidikan ekonometrika terdiri atas enam langkah, yaitu; (1) teori ekonomi, (2) model ekonometrika teori, (3) pengumpulan data yang cocok (4) penaksiran parameter (regresi), (5) inferensi statistik (verifikasi), dan (6) peramalan.


(37)

Model ekonometrika daya saing ekspor agroindustri yang dikembangkan oleh Munandar (2001) tentang tingkat kompetisi ekspor komoditas dipengaruhi oleh faktor-faktor; produktivitas, harga bahan baku, tingkat liberalisasi perdagangan, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, tingkat upah, investasi riset dan pengembangan, diferensisasi produk yang dikembangkan, dan harga produk terkait. Model matematis yang dibuat dapat dilihat dibawah ini.

RCA = α + β1TFPj+ β2HBB + β3NPC + β4 FMAj + β5INT + β6 TUP +β7D1 +

β8IRD + β9DIPj + β10PPD + β11 PPIi + β12HPTi + μ

Dimana:

RCA = Reveal Comparative Advantage (sebagai indikator tingkat

kompetisi ekspor komoditas)

TFPj = Total Factor Productivity (produktivitas); j = 1…3; 1 for LP; 2

for CP; 3 for TFP (nilai dalam Rp)

HBB = Harga bahan baku (RP/ton)

NPC = Nominal Protection Coefficient (sebagai indikator untuk tingkat

liberalisasi perdagangan)

FMAj = faktor makroekonomi; j = 1, 2; 1 untuk tingkat sukubunga (%); 2

untuk tingkat inflasi (%)

INT = Indeks Nilai tukar (Rp/US $)

TUP = Tingkat Upah (Rp/month)

RDI = Research and Development Investment (sebagai indikator tingkat

teknologi dan inovasi)

DIPj = Diferensisasi produk; j = 1, 2; 1 iklan dan promosi yang

dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan (% dari nilai total); 2 RPE ratio

PPD = Pendapatan Per Kapita Indonesia (Rp/orang tahun);

PPIj = Pendapatan Per Kapita Negara Importir ; j = 1, 2, 3; 1 for USA; 2 for Japan; 3 for United Kingdom

HPTi = Harga Produk Terkait ; i = 1,2; 1 produk substitusi; 2 produk

komplementer (US$/unit).

Model matematis ekonometrika yang dikembangkan oleh Munandar (2001) telah digunakan untuk menentukan tingkat daya saing ekspor produk agroindustri teh dan kelapa sawit.


(38)

III. METODOLOGI

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Perkembangan agroindustri di era perdagangan bebas merupakan tantangan bagi Indonesia, karena dengan demikian industri tersebut harus memiliki kemampuan untuk bersaing dengan industri negara lain. Daya saing ekspor produk agroindustri berbasis perikanan Indonesia ditentukan tidak hanya oleh faktor produk, tetapi juga ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi. Untuk itulah penelitian ini menggunakan metode ekonometrik untuk melakukan pemodelan terhadap daya saing ekspor produk agroindustri komoditas udang dan tuna Indonesia.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan analisa dan identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya saing ekspor produk agroindustri komoditas udang dan tuna. Setelah faktor-faktor penentu daya saing didapatkan, maka dilakukan spesifikasi model untuk pemodelan ekonometrik yaitu dengan merumuskan persaman matematis yang menggambarkan hubungan antar faktor sesuai dengan teori ekonomi. Kemudian dilakukan penaksiran atau estimasi parameter hubungan-hubungan diantara faktor-faktor yang terdapat dalam model.

Tahapan berikutnya adalah pencarian data untuk pemodelan ekonometrik. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan regresi untuk menghasilkan model ekonometrik. Pada proses ini pula dilakukan verifikasi untuk memastikan kesahihan model yang dihasilkan. Model ekonometrik yang telah diverifikasi selanjutnya digunakan untuk melakukan peramalan daya saing ekspor produk agroindustri komoditas udang dan tuna. Peramalan dilakukan dengan cara menggunakan nilai dari faktor-faktor yang signifikan pada model untuk mendapatkan daya saing ramalan. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 2 berikut.


(39)

(40)

B. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR

Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor komoditas agroindustri perikanan Indonesia yang direpresentasikan oleh indeks RCA komoditas agroindustri perikanan Indonesia. Menurut Munandar (2001), daya saing ekspor untuk komoditas agroindustri kelapa sawit dan teh dipengaruhi oleh produktivitas, teknologi dan inovasi, diferensiasi produk, pendapatan perkapita negara produsen dan konsumen, tingkat liberalisasi perdagangan suatu negara, harga produk yang diekspor, harga produk terkait (produk komplemen atau substitusi), tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang dan tingkat upah. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor dapat dikelompokkan menjadi lima faktor utama yaitu faktor produksi, kebijakan pemerintah, teknologi dan inovasi, perilaku konsumen dan makroekonomi. Pengaruh kelima faktor tersebut dapat dilihat pada gambar 3 berikut.


(41)

Subfaktor yang termasuk dalam kelompok faktor produksi adalah produktivitas dan harga bahan baku. Indikator dari produktivitas adalah

dengan menggunakan indkes total factor productivity (TFP), labour

productivity (LP) dan capital productivity (CP). Untuk harga bahan baku (HBB) menggunakan satuan harga yang berlaku dipasaran komoditi ekspor internasional (US $/ton).

Pada faktor kebijakan pemerintah terdapat tiga subfaktor yaitu tingkat upah, tingkat sukubunga dan tingkat liberalisasi perdagangan. Subfaktor tingkat upah (TUP) menggambarkan berapa besar upah minimum rata-rata yang didapat para pekerja sektor industri makanan dalam satu tahun (Rp/tahun). Demikian pula dengan tingkat sukubunga (TSB) yang diukur berdasarkan persentase tingkat sukubunga nominal tahunan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tingkat liberalisasi perdagangan suatu negara dapat diukur dengan menggunakan indeks nominal protection coefficient (NPC).

Perilaku konsumen mempunyai empat subfaktor yaitu pendapatan perkapita Indonesia, pendapatan perkapita importir, harga produk terkait dan diferensiasi produk. Pendapatan perkapita yang diukur adalah besarnya pendapatan perkapita domestik Indonesia (PPD) dan pendapatan perkapita negara importir (PPI) dari komoditas yang diekspor dalam satuan dolar Amerika per tahun (US $/tahun). Harga adalah suatu faktor yang menentukan dalam hubungan perdagangan. Harga yang harus diperhatikan dalam analisis ini adalah harga domestik dan internasional masing-masing produk (HPr) dan harga produk terkait (HPT). Untuk mengukur diferensiasi produk dapat dilakukan dengan menggunakan besarnya alokasi biaya yang dikeluarkan untuk promosi dan iklan.

Situasi makroekonomi juga turut berperan dalam daya saing ekspor suatu negara. Subfaktor yang termasuk dalam kelompok makroekonomi adalah inflasi dan indeks nilai tukar. Inflasi (INF) dapat menggambarkan stabilitas suatu negara dan dapat diukur dengan persentase tingkat inflasi tahunan. Indeks nilai tukar (INT) merupakan jumlah mata uang dalam negeri yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing dan dapat diukur berdasarkan tingkat nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar.


(42)

Pada faktor teknologi dan inovasi terdapat subfaktor riset dan pengembangan. Teknologi dan inovasi yang digunakan diukur dengan besarnya alokasi biaya investasi yang dikeluarkan untuk penelitian dan pengembangan. Teknologi yang lebih baik akan berdampak pada pengurangan biaya dan meningkatkan rasio output per unit dari pekerja atau modal yang digunakan.

C. PEMODELAN EKONOMETRIK

1. Spesifikasi model

Tahap spesifikasi model adalah tahap awal pemodelan ekonometrik dimana dilakukan (1) penentuan peubah dependen (dependent variables) dan peubah penjelas (explanatory variables) yang akan dimasukkan ke dalam model, (2) harapan teoritis apriori mengenai tanda dan besaran parameter dari setiap persamaan. Dasar dari definisi apriori tersebut adalah pengetahuan mengenai teori, logika dan fakta empiris yang ada dari hubungan ekonomi antar peubah dependen dan penjelas yang dipelajari, dan (3) bentuk matematis (linier atau non liner, jumlah persamaan) dari model (Koutsoyiannis,1977).

Variabel terikat dari model yang akan dibentuk adalah daya saing ekspor komoditas agroindustri berbasis perikanan terpilih yang direpresentasikan oleh indeks RCA. Sementara variabel penjelas dari model yang akan dibentuk adalah faktor-faktor kunci yang akan mempengaruhi daya saing ekspor.

Konsep umum dari model adalah sistem daya saing ekspor komoditas agroindustri berbasis perikanan terpilih (DSE) yang dipengaruhi oleh kelima faktor utama yaitu faktor produksi (FP), kebijakan pemerintah (KP), perilaku konsumen (PK), teknologi dan inovasi (TI) dan makroekonomi (ME). Formula model secara umum adalah sebagai berikut :


(43)

Model matematis yang akan dibentuk adalah sebagai berikut : RCA = α + β1TFPj+ β2HBB + β3NPC + β4 FMAj + β5INT

+ β6 TUP +β7D1 + β8IRD + β9DIPj + β10PPD + β11 PPIi + β12HPTi + μ

Dimana:

RCA = Reveal Comparative Advantage (sebagai indikator tingkat

kompetisi ekspor komoditas)

TFPj = Total Factor Productivity (produktivitas); j = 1…3; 1 for LP; 2

for CP; 3 for TFP (nilai dalam Rp)

HBB = Harga bahan baku (Rp/ton)

NPC = Nominal Protection Coefficient (sebagai indikator untuk tingkat

liberalisasi perdagangan)

FMAj = faktor makroekonomi; j = 1, 2; 1 untuk tingkat sukubunga (%); 2

untuk tingkat inflasi (%)

INT = Indeks Nilai tukar (Rp/US $)

TUP = Tingkat Upah (Rp/month)

RDI = Research and Development Investment (sebagai indikator tingkat

teknologi dan inovasi)

DIPj = Diferensisasi produk; j = 1, 2; 1 iklan dan promosi yang

dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan (% dari nilai total); 2 RPE ratio

PPD = Pendapatan Per Kapita Indonesia (Rp/orang tahun);

PPIj = Pendapatan Per Kapita Negara Importir ; j = 1, 2, 3; 1 for USA; 2 for Japan; 3 for United Kingdom

HPTi = Harga Produk Terkait ; i = 1,2; 1 produk substitusi; 2 produk

komplementer (US$/unit).

Model matematis tersebut secara ekonometrik dapat dituliskan dalam bentuk-bentuk fungsi model regresi. Apabila fungsi regresi sederhana tidak memenuhi uji F atau secara keseluruhan variabel penjelas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat maka salah satu alternatifnya adalah model tersebut ditransformasikan. Menurut Gujarati (1999), bentuk-bentuk fungsi model regresi transformasi terdiri dari tiga model yaitu model log penuh, model semi-log dan model transformasi kebalikan.

Pada penelitian ini model regresi yang digunakan ada tujuh jenis, yaitu model regresi berganda tanpa log, log penuh, semi-log 1 (variabel terikat dalam bentuk log), semi-log 2 (variabel penjelas dalam bentuk log), logaritma natural penuh, semi-logaritma natural 1 (variabel terikat dalam bentuk logaritma natural) dan semi-logaritma natural 2 (variabel penjelas dalam bentuk logaritma natural).


(44)

2. Pengumpulan data

Data primer dan data sekunder digunakan untuk mendukung analisis. Secara umum data primer dikumpulkan secara langsung melalui wawancara kepada pakar/ahli dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder dikumpulkan dari lembaga-lembaga yang mengumpulkan dan mempublikasi data seperti BPS, DKP, Depperin, Depdag, Deptan, FAO,

WTO dan PBB. Time series data dikumpulkan dari tahun 1981 sampai

tahun 2003. Beberapa software komputer seperti Minitab R14, Microsoft office excel, alat-alat statitik lainnya digunakan untuk menganalisa data.

3. Penaksiran parameter model (regresi)

Penelitian ini menggunakan model single-equation multiple

regression, maka digunakan pendekatan metode ordinary least square

(OLS) untuk menduga parameter-parameter yang terdapat dalam model. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, berdasarkan

asumsi bahwa metode OLS akan memberikan dugaan yang best, linear,

unbiased estimate (BLUE).

4. Inferensi uji statistik (verifikasi)

Uji F-test, t-test, dan nilai R2 digunakan untuk mengevaluasi hasil regresi. Uji F-test adalah alat untuk menguji signifikansi dari keseluruhan persamaan model regresi, sementara uji t-test adalah alat untuk menguji signifikansi dari koefisien regresi dari variabel independen. Nilai R2 adalah ukuran untuk kebaikan sesuai (goodness of fit) dari model yang diduga.

Pada model digunakan bentuk persamaan linear standar dan logaritmik ganda. Kriteria untuk menentukan model terbaik adalah : (1) Tingkat signifikansi baik koefisien persamaan maupun persamaan

secara keseluruhan; (2) Adanya autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Uji D,) terhadap suatu model regresi. Adanya


(45)

autokorelasi membuat model tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Menurut Tweeten (1989) masalah autokrelasi dalam suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson berada dibawah 1,25 dan diatas 2,75.

(3) Konsistensi dari tanda koefisien regresi dengan koefisien perkiraan teoritis dan logika.

Tabel 1. Harapan teoritis apriori pengujian konsistensi tanda dan logika

No. Variabel Independen Harapan Tanda

1 Produktivitas ; Total Factor Productivity (TFP) ; Capital Productivity (CPR)

+

2 Harga Bahan Baku (HBB) -

3 Faktor Makroekonomi

3.1 Inflasi (INF) -

3.2 Indeks Nilai Tukar (INT) +

4 Kebijakan Pemerintah

4.1 Tingkat Sukubunga (TSB) -

4.2 Tingkat Upah (TUP) -

4.3 Derajat Liberalisasi Perdagangan dalam bentuk

Nominal Protection Coefficient (NPC)

+

5 Perilaku Konsumen

5.1 Diferensiasi Produk (DPR) +

5.2 Pendapatan Per Kapita Domestik (PPD) -

5.3 Pendapatan Per Kapita Importir (PPI) +

5.4 Harga Produk Terkait 1 (HPT1) ; 1 = substitusi -

5.5 Harga Produk Terkait 2 (HPT2) ; 2 = komplemen +

6 Teknologi dan Inovasi (TIN) +


(46)

D. PENGUKURAN DAN INDIKATOR

1. Daya saing

Daya saing dari suatu perusahaan dapat dilihat dari keunggulan komparatif yang dimilikinya. Menurut Intal (1996), indeks RCA merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi pola spesialisasi ekspor, oleh karena itu indeks RCA merupakan indikator untuk daya saing ekspor. Indeks RCA yang lebih besar dari satu mengindikasikan spesialisasi ekspor dan menunjukkan adanya keunggulan komparatif. Peningkatan nilai indeks RCA menunjukkan peningkatan dari keunggulan komparatif yang juga akan meningkatkan daya saing internasional.

w wj

i ij

X X

X X RCA=

dimana ; X = ekspor

i = negara i j = komoditas j w = dunia

2. Produktivitas

Coeli et al. (1998) dalam Munandar (2001) mengajukan beberapa cara ukuran produktivitas secara teoritis. Ketika mendiskusikan tentang produktivitas, ini berarti mengenai faktor produktivitas secara umum, dan formula umumnya adalah :

P = O/I

Dimana : P = produktivitas; O = output; I = input.

Formula produktivitas umum ini mengukur semua faktor produksi. Untuk menentukan produktivitas parsia untuk input tertentu dapat digunakan labor productivity, land productivity, atau capital productivity.

Produktivitas total dapat diukur dengan menggunakan total factor


(47)

TFP indeks mengukur total tingkat perubahan output relatif terhadap total tingkat perubahan penggunaan input. Dalam pengukuran produktivitas umumnya dilakukan secara parsial seperti output yang dihasilkan per jumlah tenaga kerja yang digunakan, karena ukuran secara parsial akan memberikan gambaran yang lebih rinci.

Coeli et al. (1998) dalam Munandar (2001), juga mengajukan suatu

formula sederhana yang dapat mengukur TFP untuk satu output dan satu input :

s t

s t st

I I

O O

TFP =

Dimana : TFP = total faktor produktivitas

O = output

I = input

3. Tingkat liberalisasi perdagangan

Tingkat liberalisasi perdagangan akan ditentukan oleh derajat intervensi yang diterapkan pemerintah dalam perdagangan. Tsakok (1990), mengusulkan koefisien-koefisien proteksi sebagai ukuran tingkat intervensi pemerintah dalam perdagangan. Koefisien proteksi tersebut adalah : (1) koefisien proteksi nominal (nominal protection coefficient

/NPC), (2) tingkat proteksi nominal (nominal protection rate /NPR), (3) koefisien proteksi efektif (effective protection coefficient /EPC) dan (4) tingkat proteksi efektif (effective protection rate). Pada penelitian ini koefisien yang digunakan adalah indeks NPC yang merupakan perbandingan antara harga Perbatasan dan harga domestik :

b i

d i

P

P

NPC

=

Dimana :

NPC : Nominal Protection Coefficient

Pb : Harga Perbatasan (harga luar negri x nilai tukar)

Pd : Harga Domestik


(48)

Jika nilai NPC lebih dari 1 (harga produk diatas harga luar negeri) maka terjadi inefisensi produksi, dan bila nilai indeks NPC berada kurang dari 1 maka menunjukkan adanya intervensi pemerintah (subsidi). Nilai indeks NPC yang sama dengan satu menunjukkan tidak adanya intervensi pemerintah dalam perdagangan produk tersebut.

4. Indikator makroekonomi

Dalam penelitian ini untuk mengukur faktor yang berkaitan dengan perekonomian maka digunakan indikator makroekonomi seperti, Nilai Tukar rupiah terhadap dolar (Rp/ US$), laju inflasi (%), tingkat suku bunga (%), dan pendapatan perkapita baik Indonesia dan negara pengimpor (dalam US$/tahun ).

5. Indikator lainnya

Tingkat diferensiasi produk diukur dengan menggunakan persentase anggaran yang digunakan untuk melakukan promosi dan iklan, sedangkan teknologi dan inovasi diukur dengan menggunakan besar anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan riset dan pengembangan.

E. PERAMALAN DAYA SAING

Model ekonometrika yang didapatkan (estimated econometric model) digunakan untuk meramalkan nilai atau nilai-nilai dimasa yang akan datang dari varibel tak bebas (dependent variable) atas dasar nilai atau nilai-nilai variabel yang menjelaskan (independent variables) yang telah diketahui atau diharapkan dari masa yang akan datang. Variabel dependen dari model yang akan dibentuk adalah daya saing ekspor produk agroindustri komoditas udang dan tuna yang direpresentasikan oleh indek RCA. Sementara variabel penjelas dari model yang akan dibentuk adalah faktor-faktor kunci yang akan mempengaruhi daya saing ekspor.


(49)

Peramalan daya saing ekspor dilakukan dengan metode kausal berdasarkan tiga skenario, yaitu skenario kondisi perekonomian stabil sebelum krisis tahun 1993-1996, skenario kondisi perekonomian pasca krisis tahun 2000-2003 dan skenario kondisi perekonomian ideal-optimis. Daya saing ekspor kemudian dihitung dengan memasukkan tingkat perubahan tertentu pada variabel penjelas berdasarkan asumsi-asumsi pada skenario kondisi yang dirancang tersebut. Untuk melakukan penghitungan tersebut digunakan nilai tahun rata-rata (periode 1981-2003) dan nilai tahun akhir (tahun 2003).


(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KERAGAAN AGROINDUSTRI KOMODITAS UDANG DAN TUNA 1. Produksi

i. Komoditas udang

Besarnya hasil produksi Indonesia di bidang perikanan merupakan potensi bagi pemerintah untuk dapat mengembangkan industri yang mengolah hasil perikanan mengingat produk perikanan termasuk produk yang mudah rusak. Namun melihat kondisi sistem agribisnis dan agroindustri perikanan yang lemah antara sektor penangkapan dan pengolahan mengakibatkan industri pengalengan ikan dan cold storage Indonesia tidak dapat tumbuh optimal.

Udang merupakan salah satu komoditas perikanan yang menjadi sumber devisa. Dalam kurun waktu 1981-2003, produksi udang Indonesia terus mengalami peningkatan. Produksi tahun 1981 berjumlah 140.683 ton dan pada tahun 2003 total produksi hingga mencapai 457.128 ton (tingkat pertumbuhan rata-rata 3,2 % per tahun). Harga udang yang cenderung stabil dipasaran internasional merupakan salah satu faktor yang mendorong semakin bertambahnya jumlah petambak di Indonesia.

Produksi udang nasional merupakan hasil produksi tambak yang tersebar di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Lampung, Nanggroe Aceh Darussalam dan Jawa Timur. Kuantitas produksi udang nasional Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara pesaing yang ada dikawasan asia. Akan tetapi dari segi kualitas ternyata udang asal Indonesia lebih disukai karena rasanya yang enak

dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh FDA (Food and Drug

Administration) Amerika Serikat. Disamping itu Indonesia tidak terbukti melakukan re-ekspor udang asal Vietnam dan China yang terkena sanksi akibat melakukan politik dumping. Pada gambar 4 dapat dilihat jumlah total produksi udang nasional.


(51)

Perkembangan Volume Produksi

0 100000 200000 300000 400000 500000

19811983 19851987 19891991199319951997 199920012003 Tahun

M

e

tr

ik

to

n

Total Produksi Udang Indonesia

Sumber : Fishstat, database FAO tahun 1981-2003 Gambar 4. Total produksi udang Indonesia

Akan tetapi jumlah produksi yang besar ini tidak diikuti oleh peningkatan jumlah perusahaan yang bergerak di bidang industri perikanan berbasis komoditas udang (agroindustri perikanan). Perusahaan agroindustri perikanan yang ada di Indonesia hingga saat ini memproses udang kedalam bentuk udang beku dan udang dalam kaleng. Padahal komoditas udang tidak hanya terbatas pada pemanfaatan dagingnya saja, akan tetapi bagian lain seperti kulit kepala dan cangkang dapat berpotensi untuk industri khitosan (senyawa yang berperan sebagai emulsifier).

Devaluasi nilai tukar rupiah terhadap dollar pada pertengahan 1997 membuat keuntungan yang didapat oleh para produsen udang beku mengalami peningkatan yang berlipat. Hal inilah yang menjadi pendorong agroindustri perikanan lebih memilih untuk memproduksi udang beku dibandingkan komoditas ekspor udang lainnya. Jumlah pasokan yang besar, sedangkan kebutuhan udang dunia hanya sedikit mengalami peningkatan maka pada tahun 1999 harga udang mengalami penurunan.


(52)

Kendati harga udang dipasar dunia menurun, tidak menyurutkan agroindustri perikanan untuk melirik ke komoditas udang lain karena konsumen dunia sangat menyukai jenis udang yang diekspor oleh Indonesia, khususnya pasar Jepang dan Amerika Serikat. Memasuki tahun 2003, Indonesia mampu menguasai 80% pasar udang beku di Jepang dan Amerika Serikat untuk jenis udang Banana shrimp

dan Giant tiger prawn. Pasokan yang besar sempat membuat Indonesia dituduh oleh Amerika Serikat melakukan re-ekspor udang dari Thailand, Vietnam, dan China yang dijual dengan politik dumping.

Akibat dari tuduhan tersebut, pasar di Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang sempat mengancam akan melakukan embargo apabila Indonesia terbukti mengimpor udang dari ketiga negara tersebut. Akan tetapi hingga bulan Juli 2005, tuduhan re-ekspor udang Indonesia tidak terbukti dan para pelaku agroindustri perikanan dapat terus mengekspor udang beku ke pasar Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.

Embargo yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada China merupakan berkah bagi agroindustri perikanan dalam negeri karena dapat mengisi kuota yang ditinggalkan oleh China. Mengingat mutu dan kualitas udang asal Indonesia yang telah terbukti maka pasar yang ditinggalkan oleh China sangat potensial untuk dipenuhi.

Menurut Dirjen Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran (PK2P), Sumpeno Putro (2005) dalam wawancara menyebutkan bahwa dengan lolosnya udang kita, maka sudah sepatutnya Indonesia dapat meningkatkan ekspornya dan bahkan apabila memungkinkan, bukan hanya pangsa pasar China yang dipenuhi tetapi rebut pula pangsa pasar para kompetitor kita yaitu Thailand, Vietnam, India, Ekuador, Meksiko, Brasil, Venezuela, dan Bangladesh.

Periode 1999-2001, impor udang AS mengalami kenaikan rata-rata 21% atau masing-masing sebesar 331.706 MT, 345.077 MT, 400.337 MT. Tahun 2001, total impor udang di AS menyumbangkan


(53)

sekitar 88% dari jumlah konsumsi di seluruh negeri dan mewakili 27% dari nilai produk perikanan laut yang diperdagangkan.

Tentang keberhasilan Indonesia terbebas dari tuduhan dumping, Sumpeno mengatakan bahwa hal tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya diplomasi yang dilakukan. Hal itu dilakukan baik oleh pihak KBRI di Washington DC maupun oleh pemerintah pusat secara langsung untuk meyakinkan berbagai pihak bahwa industri udang Indonesia, baik budidaya maupun tangkap, tidak melakukan praktik dumping.

ii. Komoditas tuna

Kebijakan pemerintah disektor kelautan dan perikanan belum mendukung pengembangan industri pengolahan ikan dalam negeri. Kebijakan pemerintah yang membiarkan kapal asing menangkap ikan di perairan nusantara dan menjualnya ke luar negeri telah mengakibatkan agroindustri pengolahan ikan dalam negeri terutama industri pengalengan ikan yang berorientasi ekspor di Indonesia kekurangan bahan baku ikan tuna.

Selain maraknya kapal asing yang menangkap ikan di perairan Indonesia, kekurangan stok bahan baku juga diakibatkan kurangnya keterkaitan subsistem-subsistem agroindustri perikanan yang terlihat dari fakta rasio antara ikan yang diolah lebih lanjut sebelum diekspor dengan ikan tangkapan yang langsung diekspor tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Hingga saat ini 70 persen dari ikan hasil tangkapan Indonesia langsung diekspor tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Padahal nilai tambah yang dapat diperoleh dari proses pengolahan lanjut relatif lebih besar.

Menurut Saidah (2005), bila ekspor tuna mentah tetap terus dilakukan, maka nilai devisa negara yang didapatkan akan sangat kecil yaitu hanya sekitar 2,5 % per tahun atau sebesar US$ 18 juta per tahun. Sedangkan bila dilakukan proses pengolahan lebih lanjut maka pemerintah akan mendapat masukan devisa negara senilai US$ 700


(1)

Lampiran 9. Perkembangan tingkat volume ekspor udang (metrik ton)

tahun

Udang tidak beku

Udang beku

Udang dalam kaleng

1981 1.244

23.727

564

1982 911

24.665

71

1983 1.658

24.509

11

1984 1.668

26.357

1

1985 2.199

28.780

4

1986 2.109

33.992

11

1987 3.325

40.941

247

1988 3.257

53.294

242

1989 4.924

71.704

562

1990 3.323

89.887

827

1991 4.489

90.556

582

1992 8.056

91.512

888

1993 5.951

91.224

1.394

1994 6.096

92.401

1.026

1995 5.317

87.695

1.539

1996 4.482

94.504

1.244

1997 2.842

89.529

673

1998 4.232

136.806

1.652

1999 9.806

97.106

2.739

2000 10.709

103.396

2.082

2001 10.994

113.069

4.768

2002 8.987

112.539

3.239

2003 8.795

125.684

3.157

Sumber : Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan,

Buku statistik ekspor perikanan (1981-2003)


(2)

Lampiran 10. Perkembangan tingkat volume ekspor tuna (metrik ton)

Tahun

Tidak beku

Beku

Dalam kaleng

1981 1.310

12.703

370

1982 3

18.785

845

1983 5

20.306

2.227

1984 47

14.655

2.200

1985 936

16.953

1.216

1986 2.369

21.867

1.823

1987 2.311

31.684

4.274

1988 4.735

36.018

8.504

1989 8.630

27.426

20.621

1990 14.018

40.087

18.651

1991 18.996

43.311

41.061

1992 20.545

33.879

19.015

1993 32.469

37.226

23.069

1994 25.151

30.316

24.262

1995 25.099

32.090

29.281

1996 21.589

29.384

31.074

1997 15.817

43.130

23.921

1998 16.592

47.798

39.940

1999 25.775

28.542

36.264

2000 30.545

17.681

44.732

2001 25.743

23.257

35.206

2002 26.718

27.733

38.346

2003 27.795

42.451

46.846

Sumber : Dirjen Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan,

Buku statistik ekspor perikanan (1981-2003)


(3)

Lampiran 11. Data untuk regresi dengan fungsi semi logaritma natural komoditi udang

LnRCAudang INF TSB INT TUP NPC HBB CPI TPI PPD PPI1 PPI2 PPI3 DPR RDIL CapProd 1.92 17.83 16.26 632 32453 0.68 4684.00 269.30 2351.00 100.00 100.00 100.00 100.00 1.25 1.00 0.96 1.84 8.82 17.24 661 41693 0.68 4161.50 249.70 2079.90 100.69 103.78 92.53 94.88 2.08 2.00 0.99 1.82 8.04 13.17 909 54540 0.69 3697.05 332.00 2063.90 88.28 109.94 100.61 90.41 1.30 3.00 0.98 1.84 14.22 18.63 1026 65348 0.70 1431.12 402.00 2519.10 88.28 121.98 106.76 85.13 0.82 4.00 1.09 2.01 6.23 10.33 1111 60908 0.67 792.58 723.70 2550.10 86.90 129.25 113.13 88.98 1.92 5.00 1.04 2.26 3.04 12.43 1283 68730 0.69 1339.10 1817.40 2742.90 78.10 133.95 166.60 109.60 1.37 6.00 0.90 2.34 8.17 14.52 1644 76673 0.80 2237.76 4568.80 4060.30 72.24 142.53 201.90 133.68 0.95 7.00 0.96 2.63 5.81 15.00 1686 79838 0.67 2390.96 4368.10 4425.40 83.10 153.55 243.42 162.31 1.14 8.00 1.12 2.66 4.45 12.57 1770 119880 0.83 2572.56 5502.40 4724.90 93.28 161.58 241.91 162.67 2.05 9.00 0.94 2.69 5.08 13.97 1843 94080 0.85 1572.35 5031.50 4479.30 103.45 168.93 247.23 189.83 1.59 10.00 1.11 2.63 8.54 14.91 1950 102360 0.79 2173.38 4346.80 4335.30 114.14 172.60 281.59 198.29 1.88 11.00 1.14 2.48 8.48 11.99 2030 109820 0.75 2214.94 5281.80 4581.80 121.72 179.55 306.96 205.99 0.79 12.00 0.97 2.47 5.00 8.66 2087 124740 0.70 2538.00 5757.50 4952.70 137.07 186.19 351.57 184.39 1.82 13.00 1.27 2.47 8.74 9.74 2161 132200 0.71 1663.97 6591.10 4704.30 152.76 195.63 385.34 200.45 1.76 14.00 1.04 2.49 9.02 13.64 2249 119567 0.70 2316.47 9648.20 5174.40 171.55 204.09 423.46 216.50 1.09 15.00 0.96 2.47 8.39 13.96 2342 165633 0.68 1569.14 9344.60 5716.60 190.69 212.98 375.84 226.78 1.05 16.00 0.76 2.41 6.14 27.82 2909 179367 0.66 2094.48 12334.20 7325.90 177.93 224.21 345.08 252.87 1.16 17.00 0.88 2.49 13.58 62.79 10014 221267 0.94 5407.56 66493.00 23430.10 75.34 235.63 314.37 272.76 1.98 18.00 1.35 2.47 2.01 27.60 7855 279167 0.71 7069.50 41081.70 18358.10 106.90 247.13 354.91 276.10 1.44 19.00 0.73 2.46 9.34 16.15 8422 301733 0.77 8337.78 46405.20 18422.10 115.17 261.37 377.46 272.76 1.20 20.00 0.95 2.48 12.55 14.23 10450 379800 0.85 6688.00 78375.00 23984.10 112.24 265.02 331.51 272.06 0.94 21.00 0.99 2.47 10.03 15.63 8929 434133 0.84 5625.27 71789.20 20306.20 112.91 271.81 321.27 273.05 1.26 22.00 0.98 2.47 5.06 10.93 8528 498833 0.87 5031.52 65068.60 18055.40 113.50 280.33 328.08 284.08 1.24 23.00 0.84


(4)

Lampiran 12. Data untuk regresi dengan fungsi double logaritma natural komoditi tuna

LnINF LnTSB LnINT LnTUP LnNPC LnCFI LnHPT2 LnPPD LnPPI1 LnPPI2 LnPPI3 LnDPR LnRDIL LnCapProd

2.88 2.79 6.449 10.39 0.60 7.22 7.53 4.61 4.61 4.61 4.61 0.22 0.00 -0.04

2.18 2.85 6.494 10.64 0.47 7.23 7.47 4.61 4.64 4.53 4.55 0.73 0.69 -0.01

2.08 2.58 6.812 10.91 0.48 7.59 7.71 4.48 4.70 4.61 4.50 0.26 1.10 -0.02

2.66 2.93 6.933 11.09 0.57 7.67 7.73 4.48 4.80 4.67 4.44 -0.20 1.39 0.09

1.83 2.34 7.013 11.02 0.57 7.75 7.86 4.47 4.86 4.73 4.49 0.65 1.61 0.04

1.11 2.52 7.157 11.14 0.55 8.06 8.22 4.36 4.90 5.12 4.70 0.32 1.79 -0.11

2.10 2.68 7.405 11.25 0.53 8.41 8.70 4.28 4.96 5.31 4.90 -0.05 1.95 -0.04

1.76 2.71 7.43 11.29 0.26 8.55 8.74 4.42 5.03 5.50 5.09 0.13 2.08 0.11

1.49 2.53 7.479 11.69 0.09 8.57 7.79 4.54 5.09 5.49 5.09 0.72 2.20 -0.06

1.63 2.64 7.519 11.45 0.08 8.66 8.88 4.64 5.13 5.51 5.25 0.46 2.30 0.10

2.15 2.70 7.576 11.54 0.00 8.74 9.04 4.74 5.15 5.64 5.29 0.63 2.40 0.13

2.14 2.48 7.616 11.61 -0.06 8.79 9.16 4.80 5.19 5.73 5.33 -0.24 2.49 -0.03

1.61 2.16 7.643 11.73 -0.09 8.76 9.07 4.92 5.23 5.86 5.22 0.60 2.57 0.24

2.17 2.28 7.678 11.79 -0.05 8.82 9.05 5.03 5.28 5.95 5.30 0.57 2.64 0.04

2.20 2.61 7.718 11.69 -0.07 8.94 9.13 5.15 5.32 6.05 5.38 0.08 2.71 -0.04

2.13 2.64 7.759 12.02 0.04 8.98 9.16 5.25 5.36 5.93 5.42 0.04 2.77 -0.27

1.82 3.33 7.976 12.10 0.09 9.10 9.24 5.18 5.41 5.84 5.53 0.15 2.83 -0.13

2.61 4.14 9.212 12.31 0.13 10.30 10.59 4.32 5.46 5.75 5.61 0.68 2.89 0.30

0.70 3.32 8.969 12.54 0.11 9.97 10.35 4.67 5.51 5.87 5.62 0.36 2.94 -0.31

2.23 2.78 9.039 12.62 -0.10 9.96 10.36 4.75 5.57 5.93 5.61 0.18 3.00 -0.05

2.53 2.66 9.254 12.85 -0.12 10.13 10.58 4.72 5.58 5.80 5.61 -0.06 3.05 -0.01

2.31 2.75 9.097 12.98 -0.01 10.05 10.45 4.73 5.61 5.77 5.61 0.23 3.09 -0.02


(5)

Lampiran 13. Hasil analisis regresi komoditi udang

Semi Log Natural (RCA dalam Ln) Udang

Regression Analysis: LnRCAudang versus TSB, TU, PPD, PPI3, HBB, DPR

Weighted analysis using weights in LnRCAudang

The regression equation is

LnRCAudang = 1.97 - 0.0128 TSB - 0.000002 TU - 0.00507 PPD + 0.00817 PPI3 - 0.000060 HBB + 0.0924 DPR

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 1.9699 0.1184 16.64 0.000 TSB -0.012773 0.002287 -5.58 0.000 1.8 TUP -0.00000179 0.00000034 -5.22 0.000 5.5 PPD -0.0050735 0.0008543 -5.94 0.000 2.2 PPI3 0.0081733 0.0007419 11.02 0.000 7.0 HBB -0.00006010 0.00001403 -4.28 0.001 2.4 DPR 0.09238 0.05015 1.84 0.084 1.1

S = 0.137493 R-Sq = 91.1% R-Sq(adj) = 87.8%

PRESS = 0.380739 R-Sq(pred) = 88.80%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 6 3.09633 0.51605 27.30 0.000 Residual Error 16 0.30247 0.01890

Total 22 3.39880

Source DF Seq SS TSB 1 0.00779 TUP 1 0.37238 PPD 1 0.15245 PPI3 1 2.13440 HBB 1 0.36515 DPR 1 0.06416

Unusual Observations

Obs TSB LnRCAudang Fit SE Fit Residual St Resid 9 12.6 2.6600 2.4860 0.0407 0.1740 2.36R

R denotes an observation with a large standardized residual.


(6)

Lampiran 14. Hasil analisis regresi komoditas tuna

Regression Analysis: LNRCA Tuna versus LnTSB, LnTU, ...

Weighted analysis using weights in LNRCA Tuna

The regression equation is

LNRCA Tuna = - 1.65 - 0.457 LnTSB - 0.540 LnTU - 0.171 LnHPT2 - 0.385 LnPPD + 2.67 LnPPI3 + 0.226 LnDPR + 0.330 LnCapProd

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -1.6514 0.9218 -1.79 0.093 LnTSB -0.45651 0.07783 -5.87 0.000 1.9 LnTUP -0.5399 0.1286 -4.20 0.001 10.6 LnHPT2 -0.17102 0.09816 -1.74 0.102 12.4 LnPPD -0.3850 0.1429 -2.69 0.017 2.4 LnPPI3 2.6717 0.2718 9.83 0.000 10.4 LnDPR 0.2258 0.1141 1.98 0.066 1.7 LnCapProd 0.3304 0.2387 1.38 0.187 2.1

S = 0.133049 R-Sq = 92.7% R-Sq(adj) = 89.2%

PRESS = * R-Sq(pred) = *%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 7 3.35550 0.47936 27.08 0.000 Residual Error 15 0.26553 0.01770

Total 22 3.62103

Source DF Seq SS LnTSB 1 0.01714 LnTUP 1 0.49040 LnHPT2 1 0.25189 LnPPD 1 0.32931 LnPPI3 1 2.04324 LnDPR 1 0.18963 LnCapProd 1 0.03389

Unusual Observations

Obs LnTSB LNRCA Tuna Fit SE Fit Residual St Resid 11 2.70 2.0140 1.8363 0.0500 0.1777 2.24R

R denotes an observation with a large standardized residual.