SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK IDEAL PRODUK MINYAK GORENG SAWIT KEMASAN DI KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA.

SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK IDEAL PRODUK
MINYAK GORENG SAWIT KEMASAN DI KECAMATAN
JAMBANGAN SURABAYA
SKRIPSI

Oleh:
Rinanda Kirana Oktasari
NPM: 0924010003

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWATIMUR
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK IDEAL PRODUK MINYAK GORENG
SAWIT KEMASAN DI KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

Disusun oleh :
RINANDA KIRANA OKTASARI
NPM : 0924010003
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 1 Februari 2013
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama :

Tim Dosen Penguji,
1. Ketua

Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA

Dr. Ir. SUDIYARTO, MMA

2. Pembimbing Pendamping


2. Sekretaris

Ir. SRI WIDAYANTI, MP

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
3. Anggota

Ir. EKO PRIYANTO, MP
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Ketua Pogram Studi Agribisnis

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS
NIP. 19620205 198703 1005

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
NIP. 19570214 198703 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
SIKAP KONSUMEN TERHADAP MEREK IDEAL PRODUK MINYAK GORENG
SAWIT KEMASAN DI KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA
Di susun oleh :

RINANDA KIRANA OKTASARI
0924010003

Tim Dosen Pembimbing :
1. Pembimbing Utama:

2. Pembimbing Pendamping:

Dr. Ir. Sudiyarto, MMA

Ir. Sri Widayanti, MP

Mengetahui :

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
NIP. 19572141987031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

R I WAYATH I DU P

Penulis lahir di Surabaya, Provinsi J awa Timur pada tanggal 08 Oktober 1990,
putri

pertama

dari

B apak


E di

M ulyono dan

I bu

M ujianah.

Pendidikan Sekolah D asar di SD N I I I K E B ON SA R I SU R A B A Y A
dan lulus pada tahun 2003,

kemudian melanjutkan ke SM P N E GE R I 22

SU R A B A Y A dan lulus pada tahun 2006 serta menyelesaikan sekolah di SM A
N E GE R I 18 SU R A B A Y A lulus pada tahun 2009. Selanjutnya pada Tahun
2009 pula penulis melanjutkan pendidikan di K ota Surabaya di U niversitas
Pembangunan N asional “V eteran” J awa Timur Fakultas Pertanian Program Studi
A gribisnis. Penulis pada tanggal 1Februari 2013 memperoleh gelar Sarjana Pertanian
setelahmempertahankanskripsi yangberjudul "Sikap K onsumenTerhadap M erek I deal
Produk M inyakGorengSawit K emasandi K ecamatanJ ambanganSurabaya”.


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “ Sikap Konsumen Terhadap Merek Ideal Produk
Minyak Goreng Sawit Kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya” .
Skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana
pada jenjang S1 (Strata satu) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Atas segala kesempatan dan
kepercayaan serta bantuan yang diberikan kepada penulis, baik materi maupun
moril, maka penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. Ir. Sudiyarto, MMA selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Ir. Sri Widayanti, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan
sabar telah membimbing, mengarahkan serta memberikan masukan-masukan
kepada penulis.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian – Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian-

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Seluruh responden minyak goreng kemasan di Kecamatan Jambangan

Surabaya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
kesempatan dan tenaga serta informasi dan data yang melengkapi laporan ini.

5. Ucapan terima kasih yang tiada akhir wajib penulis sampaikan kepada kedua

Orang tuaku yaitu Edi Mulyono dan Mujianah, serta kakak-kakakku (Rintis Sri
Sekar Nilam Sari dan Herwan Rusdwianto ) dan adikku (Rindya Nova Fadilla).
Berkat doanya yang tulus tiada henti dan kasih sayang merekalah yang selalu
membangkitkan harapan penulis.
6. Sahabat-sahabatku (Umam, Ipin, Retno, Brian, Frisma, Eko, dan Suci). Kalian

adalah cermin bagi penulis untuk mengerti arti sebuah perjuangan,
memberikan kata-kata bijak untuk lebih menghargai waktu dan teman-teman
semester VII Jurusan Agribisnis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu, serta semua pihak terkait yang telah membantu dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukannya.

Surabaya, Januari 2013


Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

ABSTRAK
RINGKASAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
I.

PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
E. Batasan Masalah ............................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9
B. Tanaman Kelapa Sawit...................................................................... 12
C. Minyak Goreng ................................................................................. 15
D. Pengertian Perilaku Konsumen ......................................................... 16
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ..................... 18
1. Pengaruh Lingkungan ................................................................... 18
2. Pengaruh Perbedaan Individu ....................................................... 20
3. Pengaruh Psikologis ...................................................................... 21
F. Teori Sikap Terhadap Merek.............................................................. 22
G. Analisis Sikap Konsumen .................................................................. 23
1. Analisis Deskriptif .......................................................................... 23

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2. Model Sikap Angka Ideal (The Ideal-Point Model .......................... 23
H. Pengaruh Iklan .................................................................................. 24
I. Atribut Produk ..................................................................................... 24
J. Merek ................................................................................................. 25
K. Tingkat Pendidikan ............................................................................ 26
L. Hubungan Strategi Pemasaran dengan Perilaku Konsumen .............. 28
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS .......................................... 29
A. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29
B. Hipotesis............................................................................................ 31
IV. METODE PENELITIAN ......................................................................... 32
A. Penentuan Lokasi ............................................................................. 32
B. Penentuan Responden ..................................................................... 32
C. Pengumpulan Data............................................................................ 35
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................ 36
E. Analisis Data .................................................................................... 39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 45
A. Gambaran Umum Kecamatan Jambangan Surabaya ...................... 45
1. Letak Geografis Kecamatan Jambangan .................................... 45
2. Keadaan Penduduk..................................................................... 46
B. Karakteristik Demografi Responden ................................................ 49
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 49
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...................... 50
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan........................ 52
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ........ 54
C. Perilaku Konsumen dalam membeli Produk Minyak Goreng ............ 56
1. Tempat Konsumen Membeli........................................................ 56
2. Pertimbangan dalam Membeli Minyak Goreng Kemasan ............ 58

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Sumber Informasi Minyak Goreng Kemasan ............................... 59
4. Pengalaman Responden ............................................................. 60
5. Kebiasaan Responden dalam Membeli Berdasarkan Ukuran
Kemasan ..................................................................................... 61
6. Penilaian Responden mengenai Kesesuaian Harga
terhadap Kualitas ....................................................................... 62
D. Analisis Sikap Responden terhadap Atribut Minyak Goreng
Kemasan .......................................................................................... 64
1. Menganalisis Tingkat Kepentingan (Wi) ...................................... 64
2. Menganalisis Performansi Ideal (Ii) ............................................ 68
3. Menganalisis Performansi Aktual (Xi) ......................................... 69
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 80
A. Kesimpulan ..................................................................................... 80
B. Saran .............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN .................................................................................................. 84

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RINGKASAN
Minyak goreng merupakan salah satu komoditas yang memiliki tingkat
konsumsi 8 besar tertinggi dari sisi makanan. Minyak goreng yang ada di
pasaran terbagi menjadi dua macam, yaitu minyak goreng kemasan bermerek
dan minyak goreng curah. Tetapi semakin tingginya tingkat pendidikan dan
tingkat perekonomian masyarakat lamban laun masyarakat akan meninggalkan
minyak goreng curah. Indonesia mempunyai beragam merek minyak goreng
yang di produksi oleh beberapa perusahaan. Konsumen dihadapi dengan
berbagai macam pilihan merek dalam memutuskan membeli minyak goreng yang
akan digunakan. Minyak goreng kemasan yang beredar di pasaran baik dengan
kualitas yang baik maupun kurang baik membuat konsumen harus melakukan
pilihan. Adanya perbedaan kualitas dari setiap atributnya menjadikan konsumen
harus benar-benar teliti dalam melakukan pemilihan minyak goreng.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan perilaku
konsumen dalam membeli produk minyak goreng kemasan, serta menganalisis
sikap konsumen berdasarkan angka ideal terhadap atribut. Penentuan
responden dilakukan secara purposive, penelitian ini melibatkan 50 responden
yang merupakan ibu rumah tangga. Untuk mencapai tujuan pertama dan kedua
yaitu digunakan analisis deskriptif. Untuk mencapai tujuan ketiga yaitu
menggunakan analisis model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model).
Karakteristik umum konsumen minyak goreng kemasan adalah sebagai
berikut: berusia 41-50 tahun. Tingkat pendidikan terakhir yang paling besar
adalah SMA sederajat. Sebagian besar responden bekerja sebagai wanita karir
yang memiliki pekerjaan pegawai swasta. Sebagian besar responden memiliki
tingkat pendapatan sekitar Rp. 4.750.000,00-Rp. 6.500.000,00. Perilaku
konsumen dalam membeli minyak goreng kemasan lebih memilih membeli di
minimarket. Sebagian besar responden menjawab pertimbangan yang paling
utama adalah kualitas minyak goreng. Sumber informasi yang paling paling
mempengaruhi konsumen untuk membeli minyak goreng kemasan adalah
televisi. Rata-rata responden memiliki pengalaman dalam menggunakan minyak
goreng kemasan selama >4 tahun. Responden lebih menyukai membeli
kemasan refill berukuran 2000 ml. Sebagian besar responden mengatakan
bahwa harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas yang didapatkan.
Berdasarkan hasil analisis sikap angka ideal, tingkat kepentingan yang
paling tinggi adalah kejernihan, kemudahan didapat, dan tidak berbusa saat di
pakai. Dari kelima merek minyak goreng (Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, dan
Sunco), merek yang dinilai paling mendekati ideal adalah Bimoli dengan nilai
total sikap 10,61. Karena semakin rendah nilai total sikap maka semakin baik
kinerja merek. Kedua, merek yang dirasa mendekati ideal adalah Kunci Mas
dengan nilai total 12,22. Selanjutnya, Filma (13,99), Sania (14,37), dan Sunco
(20,59). Kelima merek tersebut di interpretasikan “Sangat Baik”.
Kata kunci : sikap konsumen, model sikap angka ideal, minyak kelapa sawit

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Tujuan skripsi ini adalah untuk menganalisis karakteristik dan perilaku
konsumen dalam membeli produk minyak goreng kemasan, serta menganalisis
sikap konsumen berdasarkan angka ideal terhadap atribut minyak goreng sawit
kemasan. Untuk mencapai tujuan pertama dan kedua yaitu digunakan analisis
deskriptif. Untuk mencapai tujuan ketiga yaitu menggunakan analisis model sikap
angka ideal (The Ideal-Point Model). Berdasarkan hasil analisis sikap angka
ideal, tingkat kepentingan yang paling tinggi adalah kejernihan, kemudahan
didapat, dan tidak berbusa saat di pakai. Dari kelima merek minyak goreng
(Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, dan Sunco), merek yang dinilai paling
mendekati ideal adalah Bimoli dengan nilai total sikap 10,61. Karena semakin
rendah nilai total sikap maka semakin baik kinerja merek. Kedua, merek yang
dirasa mendekati ideal adalah Kunci Mas dengan nilai total 12,22. Selanjutnya,
Filma (13,99), Sania (14,37), dan Sunco (20,59). Kelima merek tersebut di
interpretasikan “Sangat Baik”.
Kata kunci : sikap konsumen, model sikap angka ideal, minyak kelapa sawit
ABSTRACT
The purpose of this thesis is to analyze the characteristics and behaviors of
consumers in buying cooking oil products packaging, as well as analyzing
consumer attitudes based on the attributes of the ideal number of palm cooking
oil packaging. To achieve the first goal and the second was used descriptive
analysis. To achieve the third objective is to use the analysis of the ideal model of
attitude (The Ideal-Point Model). Based on the analysis of the attitude of the
ideal, the highest level of importance is the clarity, easy to get, and no foaming
when in use. Of the five brands of cooking oil (Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania,
and Sunco), a brand that is considered the most ideal approach is Bimoli with a
total value of 10.61 attitude. Since the lower the value the better the attitude of
total brand performance. Second, which is considered close to the ideal brand is
key Mas with a total value of 12.22. Further more, Filma (13.99), Sania (14.37),
and Sunco (20.59). Fifth brand interpreted "Very Good".
Keywords: consumer attitudes, the ideal point model, crude palm oil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa.
Salah satunya adalah tingginya konsumsi domestik Indonesia yang memiliki 60
juta rumah tangga dengan total individu mencapai 235 juta jiwa. Minyak goreng
merupakan salah satu komoditas yang memiliki tingkat konsumsi 8 besar
tertinggi dari sisi makanan. Berikut data pengeluaran rata-rata per kapita sebulan
Tahun 2011 di Indonesia dari sisi makanan.
Tabel 1. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2011 dari
Sisi Makanan
No.

Makanan / Food

Pengeluaran Rata-Rata per
Kapita (Rupiah)

1.

Makanan dan minuman jadi/
prepared food and beverages
Padi-padian / cereals
2.
3.
Tembakau dan sirih /
tobacco and betel
Sayur-sayuran / vegetables
4.
Ikan / fish
5.
Telur dan susu / eggs and milk
6.
Buah-buahan / fruits
7.
8.
Minyak dan lemak / oil and fats
Daging / meat
9.
10. Bahan minuman / beverages stuffs
11. Kacang-kacangan / legumes
12. Konsumsi lainnya / Miscellaneous
food items
13. Bumbu-bumbuan / spices
14. Umbi-umbian / tubers
Jumlah
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, 2011

81.536
44.427
30.647
25.563
25.369
17.106
12.759
11.342
10.972
10.681
7.500
6.381
6.268
3.008
293.556

Indonesia sebagai negara yang memiliki wilayah cukup besar, dimana
lebih dari 16 ribu pulau tergabung didalamnya, memiliki peluang kesediaan lahan
bagi perkebunan sawit yang cukup besar. Ditambah lagi dengan iklim yang
dimiliki Indonesia, menambah peluang untuk meningkatkan lebih banyak lagi
produksi minyak sawit bagi Indonesia. Lebih dari 96% produksi minyak sawit

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Indonesia dihasilkan dari 2 pulau besar di Indonesia yaitu Sumatera dan
Kalimantan. Sumatera menyumbang sebanyak 78% dari total produksi minyak
sawit Indonesia. Sementara itu, Kalimantan menyumbang sebanyak 18% dari
total produksi minyak sawit Indonesia. Disamping itu, beberapa pulau di luar
Sumatera dan Kalimantan, turut memberikan kontribusi dalam produksi minyak
sawit Indonesia. Sulawesi memproduksi sekitar 2-3% minyak sawit bagi
Indonesia, dan sisanya lagi berasal dari Papua dan Jawa. Berikut data produksi
perkebunan minyak kelapa sawit (CPO) di Indonesia Tahun 2000-2010.
Tabel 2. Produksi Perkebunan Besar Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di
Indonesia Tahun 2000-2010
No.

Tahun

Produksi CPO
(ton)
1.
2000
4.574.500
2.
2001
5.016.400
3.
2002
6.272.700
4.
2003
6.310.200
5.
2004
8.479.300
6.
2005
10.119.000
7.
2006
10.961.800
8.
2007
11.438.000
9.
2008
12.477.800
10.
2009
13.872.600
11.
2010
14.290.100
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya, 2011
Survei yang dilakukan oleh Rabobank, Pawan Kumar, Rabobank
Associate Director of Food and Agribusiness Research and Advisory (FAR)
mengungkapkan bahwa Indonesia masih menjadi penyumbang produksi minyak
sawit dunia terbesar. Indonesia menyumbang sebanyak 48 % dari total volume
produksi minyak sawit di dunia. Diikuti Malaysia sebagai penyumbang produksi
minyak sawit sebesar 37% dari total volume produksi minyak sawit dunia.
Berdasarkan laporan 10 tahunan Compounded Annual Growth Rate (CAGR),
Indonesia tercatat sebagai produsen minyak sawit yang mengalami pertumbuhan
produksi terbesar, yaitu sebesar 11% (Wicaksono, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Permintaan CPO akan terus meningkat di masa depan. Diperkirakan
bahwa konsumsi CPO dunia akan mencapai 52 juta ton pada Tahun 2012,
meningkat 6,6% dibandingkan

dengan konsumsi Tahun 2011. Pertumbuhan

ekonomi negara-negara berkembang yang tinggi akan mendorong bertumbuhnya
konsumsi. Secara domestik, pada Tahun 2011 konsumsi CPO bertumbuh lebih
dari 20% dan diperkirakan pertumbuhan di tahun 2012 akan mencapai lebih dari
15% sehingga konsumsi CPO mencapai 7,5 juta ton (Pefindo, 2012).
Minyak goreng adalah salah satu produk turunan dari minyak nabati dan
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Produk ini mempunyai pengaruh
yang cukup signifikan terhadap harga suatu barang yang proses pengolahannya
menggunakan minyak goreng, khususnya bagi industri makanan. Kedigdayaan
Indonesia di pasar minyak sawit dunia, diprediksi masih akan berlanjut hingga 510 tahun mendatang. Hal tersebut tidak terlepas dari beberapa hal yang
mendukung negara Indonesia untuk tetap mempertahankan hegemoni sebagai
produsen minyak sawit terbesar di dunia. Iklim, tenaga kerja, dan kesediaan
lahan yang masih cukup banyak, disebut-sebut sebagai faktor utama dalam
mendukung Indonesia guna meraih predikat tersebut.
Industri minyak goreng sawit di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu
minyak goreng kemasan bermerek dan minyak goreng curah. Minyak goreng
kemasan bermerek adalah minyak goreng yang ditawarkan ke pasar dengan
menggunakan kemasan khusus (baik botol, jerigen, atau plastik) yang
mempunyai merek perusahaan produsen serta label mengenai segala sesuatu
tentang produk. Sedangkan minyak goreng curah adalah minyak goreng yang
dijual ke pasar tanpa menggunakan merek dan label produk, biasanya
ditempatkan di jerigen besar atau drum, kemudian dijual literan kepada
konsumen (Anonim, 2006).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa penggunaan
minyak curah di negara ini masih mencapai 60%-70% dari total penggunaan
minyak nasional yaitu sebesar 3,2 juta ton. Untuk itu, pemerintah telah
mengupayakan penggunaan minyak kemasan karena dianggap lebih higienis
dibandingkan dengan minyak goreng curah. Tahun depan pemerintah telah
menargetkan bahwa pangsa konsumsi minyak goreng curah harus diturunkan
hingga mencapai 50% (Widi Andini, 2011)
Peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng
bermerek pun semakin besar, seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan
dan tingkat ekonomi masyarakat. Minyak goreng yang dikemas dalam botol atau
plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak
goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam
jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri
minyak goreng bermerek, mengingat pula bahwa minyak goreng merupakan
bahan

pokok kebutuhan

sehari-hari sehingga

tentunya hampir seluruh

masyarakat. Peluang pasar yang semakin terbuka lebar menyebabkan semakin
banyak muncul perusahaan yang bergerak dalam industri minyak goreng kelapa
sawit, terutama minyak goreng bermerek (Anonim, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group, market size
minyak goreng bermerek mencapai Rp 12 triliun setiap tahunnya. Hal ini dihitung
dari kebutuhan 29 juta rumah tangga yang berasal dari kelompok ke atas,
dengan rata-rata jumlah konsumsi minyak goreng berkisar 3–5 liter per bulan.
Potensi ini,tentu sangat menarik bagi para pemain minyak goreng bermerek.
Frontier Consulting Group mencatat ada lebih dari 20 merek nasional yang ada di
pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek memiliki tekanan
yang tinggi (Eugenia, 2012).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Di Indonesia sangatlah beragam merek minyak goreng yang di produksi
oleh beberapa perusahaan. Industri minyak goreng merupakan salah satu
industri makanan dan minuman yang mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Terlihat pada Tabel 3 yaitu bermacam merek minyak goreng yang beredar
di Indonesia.
Tabel 3. Industri Minyak Goreng Sawit Kemasan di Indonesia
No.
1.

Produsen
PT. Inti Boga Sejahtera

Merek Produk
a). Bimoli
b). Palmia
c). Delima
d). Sunrise
e). Mahakam
2.
PT. Sinar Mas Agro Resources and a). Filma
Technology
b). Kunci Mas
(PT. Smart Tbk Surabaya)
c). Hero
d). Fiesta
e). Salak
f). Frills
g). Sawit Mas
h). Melodi
i). Jempol
j). Masku
3.
PT. Bina Karya Prima
a). Tropical
b). ForVita
c). Hemart
d). Fraiswell
4.
PT. Multimas Nabati Asahan
Sania
5.
PT. Sinar Alam Permai
Fortune
6.
PT. Astra Agro Lestari
Cap Sendok
7.
PT. Incasi Raya
Sari Murni
8.
PT. Nutrifood
Tropicana Slim
9.
PT. Pasific Indomas
Madina
10.
PT. Tunas Baru Lampung Tbk
Rose Brand
11.
PT.Pasific Medan Industri
Avena
12.
PT. Barco
Barco
13.
PT. Bintang Era Sinar Mas
Familie
14.
PT. Sarpindo Soya Bean Industri
Happy Oil
15.
PT. Mikie Oleo Nabati Industri
Sunco
15.
Lain-lain
a). Vetco
b). ABC
c). Prisco
d). 999
Sumber : http://www.indohalal.com/minyakgorengbermerek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Konsumen dihadapi dengan berbagai macam pilihan dalam memutuskan
membeli minyak goreng yang akan digunakan. Dengan semakin meningkatnya
pendidikan dan tingkat perekonomian masyarakat lamban laun masyarakat akan
meninggalkan minyak goreng curah yang di nilai kurang memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI). Pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya
kesehatan akan mempengaruhi keputusan dalam membeli minyak goreng
bermerek. Ada berbagai macam merek minyak goreng yang bersaing ketat di
dunia bisnis.
Dalam memutuskan membeli minyak goreng bermerek, konsumen
mempunyai beberapa pertimbangan sebelum membeli produk tersebut. Salah
satu faktor yang menjadi pertimbangan pada sebagian besar konsumen adalah
kualitas dari minyak goreng bermerek. Indikator kualitas minyak goreng bermerek
bagi sebagian besar konsumen adalah baik jika digunakan untuk menggoreng.
Untuk melakukan pembelian minyak goreng bermerek, biasanya konsumen
mendatangi supermarket, hypermarket, minimarket, toko, warung, dan pasar
tradisional.
B. Perumusan Masalah
Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok bagi rumah tangga, rumah
makan, restoran, maupun warung-warung yang digunakan sehari-hari. Setiap
tahun permintaan minyak goreng meningkat sehingga terbuka luas bagi industri
minyak goreng untuk memanfaatkan peluang bisnis tersebut untuk meraih
keuntungan.

Antar

perusahaan

mengenalkan

merek

produknya

dengan

keunggulan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Banyaknya merek
minyak goreng yang beredar membuat konsumen dihadapkan pada berbagai
macam pilihan dalam memutuskan produk minyak goreng.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli, konsumen hanya
mempunyai bekal informasi yang diberikan oleh produsen sehingga persepsi
konsumen terhadap produk sangat dikendalikan oleh produsen. Oleh karena itu,
keputusan

untuk

mengkonsumsi minyak goreng pada

saat

ini, masih

mengandalkan pada kecermatan konsumen sehingga perlu diketahui bagaimana
proses keputusan pembelian konsumen dalam membeli minyak goreng
bermerek. Di lain pihak, konsumen harus mempertimbangkan berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi keputusannya dalam mengkonsumsi produk.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan berbagai permasalahan yaitu :
1. Bagaimana

karakteristik

konsumen

minyak

goreng

kemasan

di

Kecamatan Jambangan Surabaya?
2. Bagaimana perilaku pembelian konsumen produk minyak goreng
kemasan di Kecamatan Jambangan?
3. Bagaimana sikap konsumen berdasarkan angka ideal terhadap atribut
produk minyak goreng kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis karakteristik konsumen minyak goreng kemasan di
Kecamatan Jambangan Surabaya?
2. Menganalisis perilaku konsumen dalam membeli produk minyak goreng
kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya.
3. Menganalisis sikap konsumen berdasarkan angka ideal terhadap atribut
produk minyak goreng kemasan di Kecamatan Jambangan Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan informasi bagi para produsen minyak goreng kemasan
dalam upaya peningkatan kualitas yang disukai oleh masyarakat serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

sebagai dasar pertimbangan dalam upaya meningkatkan pangsa pasar
sehingga target pasar dapat tercapai.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil kajian penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi
peneliti yang lain dalam mengadakan penelitian lebih lanjut dan
mengembangkan pengetahuan di masa mendatang.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan wawasan
dan keilmuan mengeni perilaku konsumen.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu luas dan dapat lebih fokus
maka batasan masalah dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :
1. Penelitian ini mengambil lima merek minyak goreng kemasan yang paling
banyak dipilih oleh responden.
2. Atribut minyak goreng kemasan yang akan diteliti terkait dengan
pertimbangan konsumen dalam membeli minyak goreng yaitu merek,
tidak berbusa saat dipakai, kejernihan, aroma, kemudahan didapat, cepat
panas, kemampuan membuat renyah, harga sesuai kualitas, dan
kemasan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
1. RA Atinawati Fadhilla (2008), meneliti tentang “Analisis Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (Kasus : Rumah
Tangga di Kota Bogor)”. Karakteristik konsumen minyak goreng Bimoli terbagi
dalam dua kelompok konsumen, yaitu :
a. Karakteristik konsumen minyak goreng merek Bimoli di Kota Bogor adalah
ibu rumah tangga yang berusia antara 36-50 tahun dengan jumlah anggota
keluarga sebanyak 5-6 orang, mempunyai pekerjaan sebagai pegawai
swasta, dan berpendidikan Sarjana.
b. Karakteristik pembelian konsumen antara lain sebagian besar konsumen
membeli minyak goreng di mini/supermarket dengan alasan bahwa
konsumen dapat lebih leluasa memilih produk yang diinginkan, konsumen
minyak goreng Bimoli mengetahui adanya produk minyak goreng ini adalah
dari iklan televisi/radio di samping dari pihak keluarga, alasan memakai
minyak goreng ini adalah karena kualitas minyak goreng yang baik,
sebagian konsumen mengaku hampir selalu menemukan minyak goreng
Bimoli di lokasi pembelian, apabila tidak tersedia minyak goreng Bimoli,
sebagian besar konsumen mencari minyak goreng Bimoli di lokasi
pembeian yang lain.
c. Berdasarkan analisis menggunakan metode Importance-Performance
Analysis, atribut-atribut yang memuaskan konsumen akan produk minyak
goreng kemasan bermerek Bimoli adalah atribut kejernihan, tidak mudah
berbusa, informasi gizi dan jaminan halal, serta kemudahan didapat yang
berada pada Kuadran II. Atribut yang perlu ditingkatkan dimana atributatribut tersebut termasuk ke dalam Kuadran I, adalah layanan informasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

11

dan tanggal kadaluarsa. Atribut berada di Kuadran III adalah atribut
kemampuan membuat renyah, harga sesuai kualitas, cepat tiris, serta iklan
dan promosi. Namun menurut penulis, atribut kemampuan membuat
renyah dan harga sesuai ukuran perlu untuk tetap diperhatikan oleh
perusahaan karena berada pada limit antara Kuadran I dan Kuadran III.
Sedangkan atribut-atribut yang termasuk dalam Kuadran IV adalah atribut
merek, aroma, cepat panas, variasi ukuran produk, dan banyak digunakan
orang.
2. Ujang Sumarwan (2001), judul penelitian “ Analisis Sikap Angka Ideal
Terhadap Produk Jus Jeruk”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
responden menilai atribut sari buah dianggap atribut yang paling penting
dibandingkan lima atribut lainnya ketika mereka mempertimbangkan akan
mengkonsumsi produk jus jeruk. Atribut penting kedua adalah aroma dari jus
jeruk tersebut. Skor sikap keseluruhan responden menunjukkan bahwa jus
jeruk Buavita lebih disukai oleh responden dibandingkan merek ABC. Skor
sikap yang yang konsisten ini diperlihatkan oleh lima dari enam kelompok
responden yang melakukan penilaian pada waktu yang berbeda. Kekuatan
utama Buavita terutama terletak dari atribut sari buah dan aroma yang
dianggap lebih baik dibandingkan pesaingnya ABC. Buavita juga memiliki
keunggulan di mata konsumen pada atribut warna dan harga produk
dibandingkan ABC. Sedangkan pada atribut kemasan dan rasa manis,
responden memberikan penilaian yang relatif sama untuk merek Buavita dan
ABC.
3. Endang PW (2010), judul penelitian “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Minyak Goreng di
Surabaya dengan Menggunakan Pendekatan Metode Struktural Equation
Modelling (SEM)”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sejumlah nilaiHak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

nilai yang menunjukkan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel-variabel
antara satu dengan yang lainnya terhadap perilaku konsumen dan keputusan
pembelian yaitu budaya memiliki tingkat signifikasi sebesar 0,139, sosial
memiliki tingkat signifikasi sebesar 0,508 sedangkan perilaku konsumen
memberikan kontribusi tingkat signifikasi sebesar 0,428. Dengan demikian
dari nilai Standardized Regression Weights dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil tingkat sosial konsumen maka tingkat perilaku konsumen untuk membeli
minyak goreng semakin kecil begitu juga sebaliknya, dan semakin besar
psikologis konsumen maka perilaku konsumen untuk membeli minyak goreng
pun juga besar.
4. Agus Basuki, Makhmudun Ainuri, dan Moch. Maksum (2002), judul penelitian
“Strategi Pemasaran Minyak Goreng Berdasarkan Analisis Indeks Sikap
Konsumen

dan

Analisis

SWOT

di

Yogyakarta”.

Penelitian

tersebut

menyimpulkan bahwa :
a. Hasil

analisis

ketergantungan

antar

variabel

(Analisis

Chi-square)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan ketergantungan antara alasan
pembelian dengan pemilihan merek, antara status responden dengan jenis
minyak goreng yang dipilih dan antara tempat pembelian dengan jenis
minyak goreng yang dipilih.
b. Faktor penentu sukses (critical success factor) adalah harga produk,
kenampakan minyak goreng, informasi pada label kemasan, kegencaran
iklan, rasa, dan aroma, kemudahan mendapat produk, pertumbuhan pasar,
posisi kompetitif dan standarisasi mutu. Analisis perbandingan dilakukan
dengan membandingkan antara peminpin pasar (M-I) dengan penantang
pasar (M-II), antara penantang pasar dengan pengikut pasar (M-III) dan (MIV), dan antara pengikut pasar dengan pengikut pasar. Hasil yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

diperoleh M-I dan M-II berada pertumbuhan, M-IV berada dalam stabilisasi
dan M-III berada dalam kuadran diversifikasi.
c. Strategi pemasaran yang paling baik menghadapi persaingan yang tajam
adalah penetapan strategi segmentasi berdasarkan variabel psikografis
yaitu pembagian kelas sosial, strategi targeting atau menentukan sasaran
dalam suatu segmen yang merupakan kelompok yang memiliki keputusan
melakukan pembelian dan strategi positioning yang menempatkan
keunggulan produk sebagai perbedaan dari merek lain.
B. Tanaman Kelapa Sawit
1. Asal-usul Kelapa sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari
Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman
tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa
tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan
penghubung yang terletak di antara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini
kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga
tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) saat ini telah berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat
atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa
sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari
Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit tersebut
ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera
Utara.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2. Klasifikasi Kelapa Sawit
Klasifikasi adalah penggolongan spesies kepada suatu tanaman yang
berguna untuk memudahkan penelitian kelapa sawit maka seluruh tanaman di
dunia diberikan nama berdasarkan kedekatannya (taksonomi). Taksonomi kelapa
sawit sebagai berikut (Lubis, 2008) :
Divisi

: Tracheophyita

Subdivisi

: Pteropsida

Kelas

: Angiospermeae

Subkelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Cocoideae

Famili

: Palmae

Subfamili

: Cocoideae

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq

3. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit
Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1869 mengembangkan tanaman
kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di Musi Hulu. Bapak kelahiran
industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama
Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara
komersial dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (Aceh) dan Pulu Raja
(Asahan).
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit pada masa penjajahan Belanda
telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian
pemerintah Belanda. Pada masa pendudukan Jepang 1942, pemerintah
pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke
Jepang sebagai bahan mentah industri perang. Kemudian semua terhenti karena
terjadinya serangan Sekutu pada tahun 1943.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang
pernah dikuasai kelaskaran pada tahun 1947. Kemudian menjelang akhir tahun
1948 maskapai-maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan
mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali. Pada akhir tahun
1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah
Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris, Perancis, Belgia, dan Amerika
dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.
Masa pemerintahan Orde Lama perkebunan sawit sangat terlantar,
karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat
menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai
pemasok minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh
Malaysia.
Masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali
perkebunan

kelapa

sawit

secara

besar-besaran

dengan

mengadakan

peremajaan dan penanaman baru. Selanjutnya pemerintah telah bertekad pula
membangun perkebunan kelapa sawit dengan mengembangkannya melalui
berbagai pola.
Pada tahun 1975 muncul berbagai pola pengembangan kelapa sawit
seperti pola Unit Pelaksana Proyek (UPP) dan Proyek Pengembangan
Perkebunan Rakyat Sumatera Utara (P3RSU). Kemudian proyek NES/PIRBUN
sejak 1977/1978, antara lain : PIR Lokal, PIR Khusus, PIR Berbantuan.
Selanjutnya sejak tahun 1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak 1984
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 853/1984, pengembangan
perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR. Kemudian sejak
1986 sesuai INPRES Nomor 1 tahun 1986 telah ditetapkan bhwa pengembangan
perkebunan dengan pola PIR harus dikaitkan dengan program transmigrasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

4. Ciri-ciri Tanaman Kelapa Sawit
a. Morfologi
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak
mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi
sebagai penyangga serta tempat menyimpan dan mengangkut makanan.
Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit
mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar
napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan
tambahan aerasi. Daun berwarna

hijau tua dan pelepah berwarna sedikit

lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja
dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti
bekas pelepah hingga umur 12 tahun, setelah 12 tahun pelepah akan
mengelupas dan akan menyerupai kelapa. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelapah. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari
hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan.
b. Ekologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Curah hujan optimal
yang dikehendaki antara 2.000–2.500 mm per tahun dengan pembagian
merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5–
7 jam per hari, dan suhu optimum berkisar 22º-32ºC. Ketinggian di atas
permukaan laut yang optimum berkisar 0–500 meter. Kelapa sawit
menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa
lapisan padas, datar dan drainasenya baik. Keasaman tanah (pH) sangat
menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur–unsur hara dalam tanah.
Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4–6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5
–5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan ketersediaan
hara yang dapat diserap oleh air (Risza, 1994).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

C. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah bahan yang banyak digunakan sebagai bahan
pembantu untuk keperluan kegiatan penggorengan bahan makanan menjadi
makanan yang siap disajikan. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor : 00240/B/SK/VII/1991 tentang
Pedoman Persyaratan Mutu serta Label dan Periklanan Makanan, yang
dimaksud dengan minyak goreng (cooking oil) adalah minyak yang diperoleh dari
atau

dengan

cara

memurnikan

minyak

nabati,

dengan

tujuan

untuk

menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas, dan zat-zat warna.
Masyarakat Indonesia mengkonsumsi dua jenis minyak goreng menurut
bahan bakunya yaitu minyak goreng nabati dan minyak goreng hewani minyak
goreng nabati dihasilkan dari ekstrak kandungan asam lemak dari tumbuhtumbuhan (sawit, kelapa, kacang tanah, kedelai, jagung, bunga matahari, dan
lobak). Minyak goreng nabati yang umum dikonsumsi di Indonesia dapat dibagi
pula ke dalam dua kelompok besar yaitu minyak goreng yang berasal dari kelapa
dan yang berasal dari kelapa sawit. Konsumsi minyak goreng hewani relatif kecil
sekali dibandingkan dengan minyak goreng nabati. Hal ini dikarenakan minyak
hewani sebagai bahan pangan lebih dikonsumsi secara tidak langsung yaitu
ikutan dari konsumsi daging.
Pada dasarnya minyak dan lemak adalah gugus gliserida asam lemak.
Sejauh mana spektrum kegunaan minyak dan lemak bagi manusia sangat
ditentukan oleh sifat-sifat teknisnya. Salah satu sifat terpenting dari asam lemak
adalah tingkat kejenuhannya (degree of saturation) yang ditunjukkan oleh
bilangan yodium (iodium number). Lemak dan minyak dengan bilangan yodium
tinggi memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi dan umumnya
berbentuk cair pada suhu kamar. Sebaliknya, jika mempunyai bilangan yodium

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

rendah maka kandungan asam lemak jenuhnya lebih tinggi dan cenderung
padat/setengah padat pada suhu kamar.
D. Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian konsumen menurut Philip Kotler (2000) dalam bukunya
Prinsiples Of Marketing adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli
atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
Schiffman dan Kanuk (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut :
“The term consumer behavior refers to the behavior that consumers display in
searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of product and
services that they expect will satisfy their needs”
“Istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen

dalam

mencari,

membeli,

menggunakan,

mengevaluasi,

dan

menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka”.
Menurut Sumarwan (2004) studi perilaku konsumen adalah studi
mengenai bagaimana seorang individu membuat suatu keputusan untuk
mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi).
Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal berikut, Apa yang
dibeli (what the buy?), mengapa konsumen membelinya?, (why they buy it?),
kapan mereka membelinya?(when they but it?), dimana mereka membelinya?
(where they buy it?), berapa sering mereka membelinya? (how often they buy
it?), berapa sering mereka menggunakannya?(how often they use it?)
The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Perilaku konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi,
perilaku, dan linkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka……(American Marketing Association)
Dari definisi tersebut di atas terdapat 3 (tiga) hal ide penting yaitu : (1)
perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara
afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; serta (3) hal tersebut
melibatkan pertukaran.
Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku
konsumen,

demikian

pula

perilaku

konsumen,

demikian

pula

pada

pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal studi perilaku konsumen, salah
satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya
terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu
(Setiadi, 2003).
Sedangkan Engel, Blackwell dan Miniard (1993) mengartikannya sebagai
“We define consumer behavior as those activities directly involved in obtaining,
consuming, and disposing of products and services, including the decision
processes that precede and follow these action”. Didefinisikan “ perilaku
konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan mengikuti tindakan ini”.
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku yang
ditunjukkan oleh konsumen dalam memenuhi keinginannya dengan melakukan
beberapa kegiatan mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan terhadap produk dan jasa yang ditawarkan, dimana keinginan dari
konsumen dapat berubah-ubah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

F. Karakteristik Konsumen
Menurut Kotler (1995), Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, dan psikologis. Sebagian
faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus
diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen
tersebut mempengaruhi pembelian konsumen. Karakteristik konsumen dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari
lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh
paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui
peran yang dimainkan oleh :
a. Kultur
Kultur atau budaya adalah kumpulan nilai-nilai, persepsi, keinginan dan
lembaga penting lainnya. Menurut Kotler dan Amstrong (1997;144)
termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran b