PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT DEGENERATIF TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DALAM KEGIATAN DI POSYANDU LANSIA KRIDA DHARMA WREDA KELURAHAN JEBRES
commit to user
LANSIA KRIDA DHARMA WREDA KELURAHAN JEBRES
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
€
PUTRI WAHYU WIGATI R1110017
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
iii
ABSTRAK
Putri Wahyu Wigati. R1110017. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan lansia yaitu dilakukan pendidikan kesehatan, terutama menyangkut berbagai penyakit degeneratif dan upaya pencegahan yang harus dilakukan.
Tujuan penelitian Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
Metode Penelitian Menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan Two
Group Postest Only. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan
menggunakan “Purposive Sampling” dengan jumlah sampel 85. Teknik
pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan alat bantu berupa
cheklist. Uji analisis pada penelitian ini adalah Chi-Squaredengan menggunakan
SPSS versi 17.
Hasil penelitian : Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan c2hitung 6,904dengan signifikasi (p) sebesar (0,009). Pengujian dilakukan dengan derajat kebebasan (df) sebesar 1 pada taraf signifikasi 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis distribusi chi square (c2tabel) sebesar 3,841. Sehingga diperoleh c2hitung > c2tabel (6,904 > 3,841) atau p<0,05 maka di putuskan H0 di tolak atau Ha di terima.
Kesimpulan Ada pengaruh keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres
(3)
commit to user
iv ABSTRAK
Putri Wahyu Wigati. R1110017. 2011. The effect of health education on degenerative disease to old-human activity in the program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres. DIV Midwivery Program Study of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. 2011
Background : One of the effort to increase the activity of the elder people is holding a health education, especially related to generative diseases and the preventive thet has to be done
Objective : This research aims to analyze The effect of health education on degenerative disease to old-human activity in the program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres.
Method:This research employed a Quasi-Experimental using Two Group Postest Only. The sampling technique used was Purposive Sampling, with the sample number of 85. Data collection techniques using the method of observation with a checklist tool. The analysis test in this research was done using Chi-square with SPSS help.
Results: Based on calculations obtained done with degrees of freedom (df) of 1 at the 0.05 significance level in order to obtain the critical value of chi square distribution c2table of 3.841. So that obtained c2atitmatich > c2table (6.904> 3.841) or p <0.05 then the disconnect Ha, H0 is rejected or accepted.
Conclusion There are differences in the activity elderly posyandu activities between groups are given health education on degenerative diseases and are not given health education about degenerative disease to old-human activity in the
program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres.
(4)
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan pada Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan serta saran dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof Ravik Karsidi, Dr. M.S, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Zainal Arifin Adnan, Dr.dr. SpPD-KR-FINASIH, dekan Fakultas
Kedokteran.
3. Bapak H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp. OG(K), Ketua Prodi Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Erindra Budi C. S.Kep.Ns, M.Kes Ketua Tim KTI sekaligus sekertaris
penguji Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
5. Ibu Ropitasari, S.SiT, M. Kes, pembimbing pertama yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan banyak bimbingan, motivasi, arahan, masukan dan kepercayaan kepada penulis dari awal hingga akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Endang Listyaningsih S.,dr, M.Kes, pembimbing kedua yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, bimbingan dan dorongan semangat agar penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
(5)
commit to user
vi
7. S. Bambang Widjokongko.,dr, PHK, M.Pd Ked penguji utama Karya Tulis Ilmiah, terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan masukan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kepala PusKesMas dr. Nur Hastuti, Ketua posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres bu Narwi beserta kader yang telah memberikan ijin dan memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh staf D-IV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini
10. Bapak dan ibu serta kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan dukungan moril, spiritual, dan materil dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Semua rekan mahasiswa D IV Transfer Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran serta masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 10 Agustus 2011
(6)
commit to user
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN VALIDASI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …... 1
B. Rumusan Masalah…... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian…... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 6
1. Pendidikan Kesehatan... 6
2. Penyakit Degeneratif... 10
3. Lansia (Lanjut Usia)... 11
4. Posyandu Lansia... 13
5. Kegiatan Posyandu Lansia... 17
6. Keaktifan Lansia……….……… 19
B. Kerangka Konsep ... 20
C. Hipotesis ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 23
(7)
commit to user
viii
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Kriteria Restriksi,
Pengalokasian Subjek Penelitian... 23
D. Definisi Operasional Variabel ... 26
E. Intervensi dan Instrumentasi... 27
F. Rencana Pengolahan dan Analisis Data... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Grafikan Umum Tempat penelitian... 32
B. Grafikan Karakteristik Responden... 33
1. Berdasarkan Umur Responden... 34
2. Berdasarkan Pendidikan Responden... 35
3. Berdasarkan Pekerjaan Responden... 4. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden... 36
C. Hasil Penelitian... 37
BAB V PEMBAHASAN A. Keaktifan Lansia pada Kelompok Eksperimen... 38
B. Keaktifan Lansia pada Kelompok Kontrol... 42
C. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Keaktifan Lansia 44 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45
B. Saran... 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
commit to user
ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur …….… 32 Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan…. 32
Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan….. 33
Grafik 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin… 34 Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan Lansia
Dalam Kegiatan di Posyandu pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol...………… 37
(9)
commit to user
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian……… 21
(10)
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Pernyataan ...
Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian dan Penganbilan Data ... Lampiran 3. Jawaban Ijin penelitian dan Pengambilan Data ... Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... Lampiran 5. Permohonan Menjadi Responden ... Lampiran 6. Persetujuan Menjadi Responden ... Lampiran 7. Lembar Observasi ... Lampiran 8. Data Karakteristik Responden ... Lampiran 9. Data Skor dan Kategori Keaktifan Responden ... Lampiran 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Demografis ... Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan
Lansia Dalam Kegiatan di Posyadu Lansia ... Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )…………..
Lampiran 13. Materi Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif Lampiran 14. Leaflet Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif. Lampiran 15. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah………... Lampiran 16. Jadwal Penelitian ...
(11)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah meningkatnya angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia pada tahun 2000 - 2005 yaitu 67,8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun pada periode tahun 2020 – 2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%) dari jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4% (Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat. Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, jantung.(Depkes RI, 2010)
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan usia di atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun waktu 10 tahun penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi penyebab utama lansia meninggal.(Cengkunek, 2009)
(12)
commit to user
2
Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI, 2007).
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia. Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima. Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang secara teknis dilaksanakan melalui pembinaan ketenagaan, berupa peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan yang di adakan di posyandu lansia.
Berdasarkan studi pendahuluan di posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres Kecamatan Jebres dilakukan untuk mengetahui keaktifan lansia dan jenis penyakit degeneratif yang paling banyak di derita oleh lansia di posyandu tersebut. Dari sasaran 230 lansia hanya 50 lansia
(13)
yang aktif mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu dan dari 10 orang 6 di antaranya memiliki riwayat penyakit darah tinggi atau hipertensi. Masih belum aktifnya lansia ini di karena pengetahuan yang kurang akan penyakit degeneratif sehingga lansia juga kurang aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lansia padahal kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia sangat bermanfaat guna meningkatkan derajat kesehatan lansia. Untuk meningkatkan keaktifan lansia ini maka perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada lansia terutama menyangkut berbagai penyakit degeneratif dan upaya pencegahan yang harus dilakukan. Penelitian terdahulu oleh Eni Kusyati (2006) dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila terhadap keaktifan kader kesehatan yang menyatakan bahwa ada perbedaan tentang keaktifan kader posyandu lansia sebelum dan sesudah perlakuan yaitu pemberian pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila. Dengan hasil penelitian, bahwa keaktifanya menjadi lebih baik setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila.
Berdasarkan kajian pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian : "Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres ".
(14)
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
“Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perbedaan keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
b. Menganalisis pengaruh setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
(15)
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi sumbangan pemikiran kepada praktisi di bidang kesehatan tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia. 2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan informasi ilmiah akan pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia. b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Grafikan tentang manfaat dari mengetahui penyakit degeneratif sehingga dapat memotivasi lansia untuk meningkatkan keaktifannya di posyandu lansia.
c. Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan diskripsif tentang manfaat dari mengetahui penyakit degeneratif sehingga dapat memotivasi Tenaga Kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif secara periodik.
(16)
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Sehingga pendidikan kesehatan menjadi dapat di definisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (perilaku) untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmojo, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah:
a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. b) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
(17)
d) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan (dirinya).
e) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang disebabkan oleh penyakit.
f) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.
g) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang formal.
(Notoatmodjo, 2003)
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan a) Dimensi Sasaran
1) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
b) Dimensi Tempat Pelaksanaannya.
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
(18)
commit to user
8
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
4. Metode Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan
a) Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.
b) Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan serta membuat suatu keputusan.
c) Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai peninjau para panelis yang sedang berdiskusi.
(19)
d) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung berpartisipasi dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
e) Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang.
f) Metode simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
g) Metode demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.
(Sanjaya, 2008)
5. Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
(20)
commit to user
10
menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran (Suliha, 2002).
Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai berikut:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi, lukisan, Grafik, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur Grafik yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.
d) Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya yaitu,
1) Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide, transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector, slide projector, operhead projector (OHP). 2) Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku berGrafik,
benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan tulis, film chart, poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri alat bantu sederhana
(21)
adalah mudah dibuat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis atau diGrafik dengan sederhana, memenuhi kebutuhan pengajar, mudah dimengerti serta tidak menimbulkan salah persepsi.
(Sanjaya, 2008, Suliha, 2002)
B. Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat seluler yang meluas karena jaringan yang sama/ penyakit yang terjadi akibat degenerasi (penuaan) sel-sel organ system dalam tubuh kita. Penyakit ini timbul bersamaan dengan bertambahnya usia. Terutama memasuki usia 40 tahun ke atas dan atau orang-orang yang mempunyai faktor resiko tinggi. Perilaku beresiko atau perubahan pada pola makan berperan dalam peningakatan penyakit degeneratif. Ada banyak jenis penyakit degeneratif yaitu jantung, diabetes militus (kencing manis), hipertensi atau tekanan darah tinggi. ( Tapan Erik, 2005). Pada penelitian ini penyakit degeneratif yang diteliti yaitu penyaikit jantung dan tekanan darah tinggi.
1. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah penyakit yang menggangu sistem pembuluh darah, dalam hal ini adalah jantung dan urat-urat dalam darah.
a. Gejala-Gejala Dari Serangan Jantung 1) Rasa nyeri atau nyeri dada
(22)
commit to user
12
4) Mudah terkejut dan jantung berdebar – debar 5) Pusing
6) Merasa akan pingsan
7) Napas tersengal – sengal pada saat berolahraga (Sutanto, 2010)
b. Ada empat faktor utama penyebab penyakit jantung, yaitu : 1) Merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun 2) Kadar lemak darah (kolesterol) yang tinggi
3) Tekanan darah tinggi 4) Penyakit kencing manis (Alissa Putri, 2009)
c. Mencegah Penyakit Jantung dengan Pola Hidup Sehat
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dan stroke dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut.
Untuk pencegahan penyakit jantung & stroke hindari
obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi. Berikut ini adalah pola hidup sehat untuk mencegah penyakit jantung:
1) Perbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, padi-padian, makanan berserat lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan), dan makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya.
(23)
3) Tidak minum minuman beralkohol. 4) Olahraga/aktivitas fisik.
5) Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan juga penyakit jantung koroner
6) Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, amfe-tamin
(Mansjoer,2005)
2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (Mansjoer,2005)
a. Kategori Hipertensi: 1) Rendah : 140/90 mmHg
2) Sedang : 160/100 mmHg
3) Parah : > 180/110 mmHg
b. Gejala-gejala penyakit Hipertensi 1) Sakit kepala
2) Pandangan kabur
3) Nyeri dada (sebelah kiri)
4) Sering buang air kecil pada malam hari (Ismawati dkk, 2010).
c. Faktor-faktor penyebab Hipertensi 1) Genetika (keturunan)
(24)
commit to user
14
3) Stress lingkungan 4) Jenis kelamin (gender) 5) Pertambahan usia 6) Asupan garam berlebih
7) Gaya hidup yang kurang sehat 8) Obat-obatan
9) Akibat penyakit lain ( Sutanto, 2010)
d. Mencegah Penyakit Hipertensi dengan Pola Hidup Sehat
Faktor dominan yang menyebabkan hipertensi adalah pola makan dan aktivitas tubuh. Akibat dua hal seiring bertambahnya usia semakin meningkatkan resiko kemunculan penyakit. Pengendalian hipertensi antara lain yaitu:
1) Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan maksimal 2 gram garam dapur untuk diet setiap hari.
2) Menghindari kegemukan (obesitas)
Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
3) Membatasi konsumsi lemak. 4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar.
(25)
7) Latihan relaksasi mediasi.
8) Berusaha dan membina hidup yang positif. (Alissa Putri, 2009)
C. Lansia (Lanjut Usia)
Pengertian Lanjut Usia (Lansia)Kelompok lanjut usia disini adalah kelompok penduduk yang berusia 45 tahun ke atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal. (Ismawati dkk, 2010).
1. Pengelompokan Lansia:
a) Kelompok pra usia lanjut (45 – 59 tahun). b) Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas).
c) Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. (DepKes RI, 2010)
D. Posyandu Lansia
1. Pengertian
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan progam pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
(26)
commit to user
16
serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi social dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatka pelayanan kesehatan. (Ismawati dkk, 2010).
2. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia
a) Tujuan umum
(1) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga.
(2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran seta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
b) Tujuan khusus
(1) Meningkatkan kesadaran pada lansia (2) Membina kesehatan dirinya sendiri (3) Meningkatkan mutu kesehatan lansia (4) Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia (Ismawati dkk, 2010).
c) Penyelenggaraan Posyandu lansia (1) Pelaksanaan kegiatan
(27)
Anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di bawah bimbingan Puskesmas.
(2) Pengelola
Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal maupun nonformal.
(DepKes RI, 2010)
E. Kegiatan Posyandu Lansia
1. Kegiatan pelayanan bagi usia lanjut meliputi : a. Promotif
Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya pendidikan perilaku hidup sehat, olahraga senam lansia, jalan santai dalam upaya peningkatan kesegaran jasmani.
b. Preventif
Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit dengan menggunakan KMS yang meliputi kegiatan mengukur tekanan darah, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
c. Kuratif
Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita d. Rehabilitatif
Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia. (Depkes RI, 2003)
(28)
commit to user
18
2. Peran serta lansia
a. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
b. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala d. Menjalani pengobatan
e. Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
(Ismawati dkk, 2010).
F. Keaktifan Lansia
1. Keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang yang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Selain itu, keaktifan juga dapat berarti suatu kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2008).
Terdapat 2 golongan dari aktivitas : a. Golongan yang aktif
Yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat, sifat-sifat golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, gembira, dengan kuat menentang penghalang, mudah dimengerti, praktis, pandangan luas (Sobur, 2003).Selain hal tersebut, indikator aktif secara kualitatif terbagi menjadi 3 ranah yaitu :
1) Pengetahuan (Knowledge) merupakan hal domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang dengan cara penginderaan.
(29)
sebelum tindakan atau adanya kesediaan untuk bertindak.
3) Tindakan (Practice) merupakan tindakan setelah mengetahui dan menilai bahwa apa yang telah diterimanya adalah baik
(Notoadmojo, 2007) b. Golongan yang tidak aktif
Yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain lekas mengalah, lekas putus asa, semua masalah dianggap berat, tidak praktis, pandangan sempit (Suryabrata, 2006).
2. Keaktifan Lansia dalam kegiatan di posyandu Lansia
Keaktifan lansia dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia. Seperti Olahraga senam lansia, kegiatan pendidikan, Jalan santai, Menjalani pengobatan, Pemeriksaan kesehatan secara berkala, Pemberian Makanan Tambahan, maka lansia tersebut termasuk dalam kategori yang aktif (Ismawati dkk, 2010). Namun, apabila lansia tidak menguti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan lansia dalam mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia diharapkan akan membantu keberhasilan program posyandu lansia dan dapat menurunkan angka kesakitan pada lansia(DepKes RI, 2007).
(30)
commit to user
20
3. Kendala pelaksanaan posyandu lansia menurut (Ismawati dkk, 2010) adalah:
1) Pengetahuan 2) Jarak
3) Kurangnya dukungan keluarga
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu 5) Sarana dan prasarana
(31)
I.Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti (Notoatmodjo, 2007)
Grafik 2.1.Skema Kerangka Konsep Faktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia:
1. Pengetahuan (Pendidikan) 2. Jarak
3. Dukungan keluarga
4. Sikap 5. Sarana dan
prasarana
Pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif
Aktif
Postest Keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia
Tidak Aktif
Tujuan Posyandu Lansia Meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut
perubahan pengetahuan
perubahan sikap ( motivasi)
(32)
commit to user
22
II.Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres.
(33)
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dan perencanaan untuk menjawab penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang mungkin akan timbul selama penelitian (Notoatmodjo, 2005)
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi
eksperiment designs) yang dipandang sebagai eksperimen yang tidak
sebenarnya. Eksperimen semu belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil ekserimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata depengaruhi oleh variabel independen (Sugiono, 2009). Penelitian ini menggunakan model rancangan berupa Postest Only two group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau perbedaan keaktifan lansia pada kelompok yang diberi pendidikan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif.
Adapun skema rancangannya sebagai berikut : Eksperimen Postes
Grafik 3.1 Skema Rancangan Penelitian
E ( X ) O1
(34)
commit to user
24
Keterangan:
O1 : Pengamatan setelah intervensi kelompok eksperimen
O2 : Pengamatan setelah intervensi kelompok pembanding
X : Intervensi
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres kecamatan Jebres kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juli 2011
C. Populasi Penelitian
1. Populasi Target
Populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan diketahui melalui penelitian (Taufiqurrahman, 2008). Pada penelitian ini populasi target yang digunakan adalah seluruh lansia yang tinggal di posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres kecamatan Jebres Kota Surakarta yang terdiri dari 4 (empat) RT dan 1 (satu) RW. Untuk RT 01 jumlah populasinya 98 lansia, RT 02 populasinya 47 lansia, RT 03 populasinya 47 lansia dan RT 04 populasinya 38 lansia. Sehingga populasi targetnya adalah 230 lansia.
2. Populasi Aktual
Merupakan populasi yang lebih kecil yang diambil dari populasi target dengan pertimbangan kepraktisan (Taufiqurrahman, 2008). Pada penelitian ini populasi aktual yang digunakan adalah lansia yang tinggal di posyandu Krida Dharma Wreda RT 03 RW 36 berjumlah 47 dan lansia
(35)
yang tinggal di RT 04 RW 36 berjumlah 38 di kelurahan Jebres kecamatan Jebres kota Surakarta.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di RT 03 RW 36 dan RT 04 RW 36 di posyandu Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres kecamatan Jebres yang ada saat penelitian serta memenuhi kriteria inklusi. Peneliti mengambil sampel RT 03 dan RT 04 karena berdasarkan daftar kehadiran RT 03 dan RT 04 memiliki kesamaan yaitu rendahnya atau kurangnya keaktifan dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia. Sebagai kelompok eksperimen yaitu RT 03 RW 36 dengan jumlah responden lebih besar yaitu 47 dan RT 04 RW 36 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah responden lebih kecil yaitu 38 lansia. ( Sugiyono, 2007 )
2. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2009). Pertimbangan peneliti yaitu karena keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, bahkan kadang penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi serta pada penelitian ini yang menjadi kriteria dalam pemilihan sampel adalah kesamaan kurang aktifnya lansia dalam mengikuti kegiatan di posyandu
(36)
commit to user
26
E. Kriteria Retriksi
1. Kriteria inklusi :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Bersedia menjadi subjek penelitian 2. Kriteria eksklusi :
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia yang tidak bersedia menjadi responden dan yang tidak hadir pada waktu penelitian dilakukan.
F. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif.
a. Definisi : Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok tentang penyakit degeneratif.
b. Indikator : Pendidikan kesehatan dilakukan dalam waktu tertentu dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif meliputi pengertian, gejala, faktor penyebab, pencegahan terhadap penyakit degeneratif.
c. Konsep pendidikan kesehatan: metode yang digunakan adalah ceramah, media yang digunakan adalah leaflet, yang memberikan pendidikan kesehatan adalah peneliti sendiri.
(37)
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Keaktifan Lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
a. Definisi oprasional : Keaktifan lansia dalam penelitian disini dapat diasumsikan bahwa pra lansia,lansia dan lansia resiko tinggi yang aktif mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia. Nilai kuantitatif responden yang aktif yaitu responden yang mendapatkan skor di atas rata-rata(≥ Mean) dan lansia yang tidak aktif adalah lansia yang tidak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia secara rutin. Nilai kuantitatif responden yang tidak aktif yaitu responden yang mendapatkan skor dibawah rata-rata
(≥ Mean). Penentuan skor didapatkan dari rumus : Me = ∑ xi
N
Dimana: Me = Mean (rata-rata) ∑ = Epsilon (Jumlah) Xi =Nilai x ke i sampai n N = Jumlah Individu
b. Indikator : Macam-macam kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lansia.( pemeriksaan kesehatan, senam lansia, jalan santai, kegiatan penyuluhan)
c. Skala : skala nominal
(38)
commit to user
28
G. Cara Kerja
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian data untuk mendapatkan data yang diperlukan menggunakan Lembar Observasi. Lembar Observasi dibuat dan diadopsi dari macam-macam kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia Krida Dharma Wreda dengan refrensi Pedoman Program Pembinaan Usia Lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
a. Keaktifan lansia
Untuk mengukur keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia menggunakan metode observasi dengan menggunakan
Lembar Observasi. Keaktifan lansia dalam penelitian disini dapat
diasumsikan bahwa pra lansia,lansia dan lansia risiko tinggi yang aktif mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia. Nilai kuantitatif responden yang aktif yaitu responden yang mendapatkan skor di atas rata-rata(≥ Mean) dan lansia yang tidak aktif adalah lansia yang tidak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia secara rutin. Nilai kuantitatif responden yang tidak aktif yaitu responden yang mendapatkan skor dibawah rata-rata (≥ Mean).
b. Pendidikan kesehatan
Sedangkan alat untuk melakukan pendidikan kesehatan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), leaflet dan materi tentang penyakit degeneratif.
(39)
2. Cara pengambilan data
a. Melakukan peninjauan atau survey tempat penelitian di Posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebers
b. Menghitung populasi.
c. Menetapkan sampel sesuai dengan kriteria peneliti.
d. Responden yang telah dipilih sebagai sampel eksperimen diberi undangan untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif.
e. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan, untuk kelompok kontrol langsung di observasi keaktifannya tanpa diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif sedangkan untuk kelompok eksperimen setelah dilakukan eksperimen pendidikan kesehatan dengan peyuluhan tentang penyakit degeneratif kemudian di observasi keaktifannya melalui Lembar Observasi.
f. Antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di observasi keaktifannya dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia.
(40)
commit to user
30
Skema Cara Kerja Peneliti Peneliti
Lembar Observasi dibuat dan diadopsi dari macam-macam kegiatan yang
dilaksanakan oleh posyandu lansia Krida Dharma Wreda dengan refrensi Pedoman Program Pembinaan Usia Lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Renponden Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen Eksperimen (Pendidikan kesehatan tentang penyakit Degeneratif) Tanpa Eksperimen (Tanpa Pendidikan kesehatan tentang penyakit Degeneratif)
Post tes di observasi keaktifannya dengan
menggunakan lembar observasi selama satu bulan
penelitian
Hasil di Olah Hasil di Olah
Di analisis dengan Uji Chi kuadrat (X2) dua
sampel
Post tes di observasi keaktifannya dengan
menggunakan lembar observasi selama satu bulan
(41)
H. Rencana Analisis Data
1. Rencana Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data. Proses pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.
b. Pemberian kode (coding) untuk mempermudah pengolahan dengan memberikan kode pada semua variabel terutama data klasifikasi.
c. Menyusun data (tabulating) merupakan pengorganisasian data
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002)
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Yaitu menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2007). Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensinya. Hasilnya disajikan dalam bentuktabel distribusi frekuensi dan narasi. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden. b. Analisis bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna
menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat Grafikan hubungan antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2007). Analisis ini untuk membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu
(42)
commit to user
32
diberi pendidikan kesehatan. Uji statistik yang digunakan disesuaikan dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala nominal dan nominal sehingga digunakan rumus chi kuadrat (c2) dua sampel. Hipotesis H0 diterima jika c2 hitung < c2 tabel, berarti tidak ada hubungan yang bermakna dan H0 ditolak jika c2 hitung >c2tabel, berarti ada hubungan atau pengaruh (Sopiyudin, 2009).
(43)
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengamati pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres Surakarta.
A.Karakteristik Responden
1. Umur Lansia
Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut ini:
Grafik 4.1
Distribusi Responden berdasarkan Umur Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada golongan umur Pra lansia 45 – 59
91,5% 8,5% 0,0% 81,6% 13,2% 5,3% 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
Pra Lansia 45-59 tahun Lansia ≥ 60 tahun Lansia Resti ≥ 70 tahun
F re k u e n si Umur Eksperimen Kontrol
(44)
commit to user
34
tahun yaitu tahun (91,5%) dan yang mempunyai distribusi frekuensi terendah yaitu pada golongan umur lansia ≥ 60 tahun (8,5%).
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada golongan umur pra lansia ≥ 60 tahun (81,6%) dan yang memiliki distribusi frekuensi terendah yaitu pada golongan umur lansia resti ≥ 70 tahun (0,00)
2. Pendidikan Lansia
Grafik 4.2
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan pendidikan. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada pendidikan Sekolah Dasar (80,9%) dan yang mempunyai distribusi frekuensi terendah yaitu pada pendidikan Perguruan Tinggi (2,1%)
80,9%
6,4% 10,6%
2,1% 68,4%
10,5% 10,5% 10,5%
0 5 10 15 20 25 30 35 40
SD SLTP SLTA PT
F re k u e n si Pendidikan Eksperimen Kontrol
(45)
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada pendidikan Sekolah Dasar (68,4%) dan yang memiliki distribusi frekuensi terendah yaitu pada pendidikan Perguruan Tinggi (5,9%).
3. Pekerjaan Lansia
Grafik 4.3
Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan pekerjaan. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai distribusi frekuensi pekerjaan terbanyak yaitu swasta (59,6%) dan yang mempunyai distribusi frekuensi terendah yaitu petani (2,1%).
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi pekerjaan terbanyak yaitu pada swasta (60,5%) dan yang memiliki distribusi frekuensi terendah yaitu pada petani (00,0%).
2,1% 6,4% 59,6% 31,9% 0,0% 13,2% 60,5% 26,3% 0 5 10 15 20 25 30
Petani PNS Swasta Tidak Bekerja
F re k u e n si Pekerjaan Eksperimen Kontrol
(46)
commit to user
36
4. Jenis Kelamin
Grafik 4.4
Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada jenis kelamin perempuan (51,1%) dan yang laki-laki mempunyai distribusi frekuensi (48,9%)
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada jenis kelamin perempuan (52,6%) dan yang laki-laki mempunyai distribusi frekuensi (47,4%)
48,9% 51,1%
47,4%
52,6%
0 5 10 15 20 25 30
Laki-Laki Perempuan
F
re
k
u
e
n
si
Jenis Kelamin
(47)
B.Hasil Penelitian
Grafik 4.5
Distribusi Responden berdasarkan Keaktifan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang penyakit degeneratif
Berdasarkan Grafik 4.5 diketahui bahwa pada kelompok eksperimen hampir sebagian besar responden aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu sebanyak 27 orang (57,4%) dan hampir setengah responden tidak aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu 20 orang (42,6%) dari total 47 responden.
Berdasarkan tabel 4.5 juga diketahui bahwa pada kelompok kontrol sebagian besar responden tidak aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu sebanyak 27 orang (71,1%) dan hampir setengah responden aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu 11 orang (28,9%) dari total 38
42,6% 57,4% 71,1% 28,9% 0 5 10 15 20 25 30
Tidak Aktif Aktif
F re k u e n si
Keaktifan ke Posyandu
(48)
commit to user
38
C.Hasil Analisis Bivariat
Untuk membuktikan signifikansi perbedaan diantara kedua kelompok dilakukan pengujian sebagai berikut.
Tabel 4.6
Rekap Hasil Uji Chi Square Perbandingan Keaktifan ke
Posyandu Lansia
Aktif ke Posyandu
Nilai c2 Df p-value
Eksperimen – Kontrol
27 (57,4) – 11 (28,9)
6,904 1 0,009
Sumber: data primer, 2011
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan c2hitung 6,904 dengan signifikasi (p) sebesar (0,009). Pengujian dilakukan dengan derajat kebebasan (df) sebesar 1 pada taraf signifikasi 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis distribusi chi square (c2tabel) sebesar 3,841. Sehingga diperoleh c2hitung > c2tabel (6,904 > 3,841) atau p<0,05 maka di putuskan H0 di tolak atau Ha di terima. Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan keaktifan lansia yang signifikan dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres Surakarta.
(49)
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang karakteristik responden, Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa dari 4 variabel yang dianalisis terdiri umur, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin Dalam melakukan penelitian tidak ada kendala yang dialami oleh peneliti, namun dalam hal melakukan observasi responden peneliti dibantu oleh observer lain yang sudah diberi pengarahan terlebih dulu.
A.Karakteristik Responden
Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden, diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, dan pekerjaan responden sehingga keaktifan yang didapat benar-benar merupakan hasil dari pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas dibawah ini.
Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia terbanyak baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, terdapat pada responden pra lansia dengan rentang usia antara 45 sampai dengan 59 tahun. Bertambahnya usia seseorang, memberikan konsekuensi berupa terjadinya perubahan pada aspek fisik dan psikologis sehingga taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
(50)
commit to user
40
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas responden berpendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, dalam hal ini penyuluhan kesehatan juga dapat digolongkan dalam pendidikan non formal (Sanjaya, 2008). Penelitian Hartanti (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan hanya memberikan kontribusi sebesar 15,5% dalam penambahan pengetahuan seseorang karena 84,5% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
(51)
Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa responden pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol bekerja swasta. Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang penyakit degeneratif misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang penyakit degeneratif dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2007). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu
Berdasarkan hasil analisis data penelitian uji statistik chi square menghasilkan p-value sebesar 0,009 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan
(52)
commit to user
42
tradisional dimana bahan disajikan oleh penmbicara secara monologue sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran penyuluh lebih banyak dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi penyuluh, sementara peserta penceramah atau klien mendengarkan dengan teliti serta mempraktikkan pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh pembicara (Dharma, 2008).
Tarigan (2010) metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung dengan metode-metode yang lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi.
Menurut Notoatmojo (2005), metode diskusi dalam konseling digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam memberikan informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam.
Menurut penelitian Tarigan (2010) pendidikan kesehatan dengan metode diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi peserta konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena dengan diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya indra pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima informasi baru
(53)
melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden juga berpartisipasi langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga bukan hanya sebagai penerima pasif informasi saja. Selain Hal tersebut kemudian dibuktikan dengan selisih hasil post test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami perbedaan signifikan.
Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini, dimana pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi yang ditunjang media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat prektik keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia. Sebagaimana tujuan dari suatu pendidikan kesehatan adalah untuk tercapainya perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat pengetahuan (Fitriani, 2011). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Eni Kusyati (2006) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tentang keaktifan kader posyandu lansia sebelum dan sesudah perlakuan yaitu pemberian pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila. Namun keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dialksanakan posyandu lansia tidak semata mata di pengaruhi oleh pendidiakan kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia diantaranya adalah jarak, kurangnya dukungan keluarga, sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu serta sarana dan prasarana.
(54)
commit to user
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres.(X2) dengan p-value 0,009 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres, disarankan :
1. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya lansia lebih meningkatkan pengetahuan melalui aktif mengikuti pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan sehingga timbul sikap positif terhadap kegiatan posyandu lansia.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan akivitas akademik ikut berperan serta di dalam
memasyarakatkan program posyandu lansia melalui kegiatan pengabdian masyarakat dengan kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan lansia khususnya mengenai tujuan dan manfaat posyandu lansia.
(55)
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan diharapkan dalam memberikan pendidikan tentang penyakit degeneratif dilakukan secara periodik untuk mengurangi angka kesakitan lansia akibat penyakit degeneratif. Selain itu perlunya menambah kegiatan yang menarik seperti pemeriksaan laborat untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti lebih lanjut dharapkan meneliti pretes dan postes penegtahuan tentang penyakit degeneratif sebelum mengobservasi keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
(1)
commit to user
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas responden berpendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden yang diteliti.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal, dalam hal ini penyuluhan kesehatan juga dapat digolongkan dalam pendidikan non formal (Sanjaya, 2008). Penelitian Hartanti (2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan hanya memberikan kontribusi sebesar 15,5% dalam penambahan pengetahuan seseorang karena 84,5% nya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
(2)
commit to user
Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa responden pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol bekerja swasta. Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang penyakit degeneratif misalkan mengikuti seminar atau membeli buku tentang penyakit degeneratif dibanding dengan status ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2007). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman- teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap
Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu
Berdasarkan hasil analisis data penelitian uji statistik chi square menghasilkan p-value sebesar 0,009 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres. Hal ini sesuai dengan ceramah atau kuliah merupakan metode belajar
(3)
commit to user
tradisional dimana bahan disajikan oleh penmbicara secara monologue sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran penyuluh lebih banyak dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi penyuluh, sementara peserta penceramah atau klien mendengarkan dengan teliti serta mempraktikkan pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh pembicara (Dharma, 2008).
Tarigan (2010) metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung dengan metode-metode yang lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi.
Menurut Notoatmojo (2005), metode diskusi dalam konseling digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam memberikan informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam.
Menurut penelitian Tarigan (2010) pendidikan kesehatan dengan metode diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi peserta konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena dengan diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya indra pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima informasi baru
(4)
commit to user
melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden juga berpartisipasi langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga bukan hanya sebagai penerima pasif informasi saja. Selain Hal tersebut kemudian dibuktikan dengan selisih hasil post test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami perbedaan signifikan.
Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini, dimana pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi yang ditunjang media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat prektik keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia. Sebagaimana tujuan dari suatu pendidikan kesehatan adalah untuk tercapainya perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat pengetahuan (Fitriani, 2011). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Eni Kusyati (2006) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tentang keaktifan kader posyandu lansia sebelum dan sesudah perlakuan yaitu pemberian pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila. Namun keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dialksanakan posyandu lansia tidak semata mata di pengaruhi oleh pendidiakan kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia diantaranya adalah jarak, kurangnya dukungan keluarga, sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu serta sarana dan prasarana.
(5)
commit to user
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres.(X2) dengan p-value 0,009 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres, disarankan :
1. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya lansia lebih meningkatkan pengetahuan melalui aktif mengikuti pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan sehingga timbul sikap positif terhadap kegiatan posyandu lansia.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan akivitas akademik ikut berperan serta di dalam memasyarakatkan program posyandu lansia melalui kegiatan pengabdian masyarakat dengan kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan lansia khususnya mengenai tujuan dan manfaat posyandu lansia.
(6)
commit to user 3. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan diharapkan dalam memberikan pendidikan tentang penyakit degeneratif dilakukan secara periodik untuk mengurangi angka kesakitan lansia akibat penyakit degeneratif. Selain itu perlunya menambah kegiatan yang menarik seperti pemeriksaan laborat untuk meningkatkan keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti lebih lanjut dharapkan meneliti pretes dan postes penegtahuan tentang penyakit degeneratif sebelum mengobservasi keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.