Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis.
Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis
Akhmad Imron* )
Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/ RSHS
Definisi
Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (cont oh :
ligamen, ot ot dan diskus) unt uk mempert ahankan kont rol int ersegment al saat terjadinya
beban at au st ress fisiologis.
Segmen spinal : set engah vert ebra at as dan baw ah sert a semua st rukt ur diant aranya,
t ermasuk diskus, sendi facet dan ligamen.
Hipermobilitas : sendi yang mempunyai gerakan berlebih
Spondilolisthesis : Pergeseran ke arah depan at au pemindahan sat u korpus vert ebra di at as
korpus vert ebra baw ahnya.
Inst abilit as spinal merupakan kondisi umum pada pasien dengan nyeri pinggang baw ah.
Hal ini dapat mulai sebagai masalah kongenit al, t rauma, degenrat if at au hipermobilit as
progresif.
Secara
umu,
inst abilit as
muncul
sebagai
suat u
kondisi
yang
disebut
spondilolist hesis. Ini merupakan pergeseran ke arah depan dari sat u vert ebra di at as yang
lain, dan dapat st abil at aupun t idak st abil yang dibedakan berdasarkan pemeriksaan fisik.
M enurut Paris, inst abilit as muncul ket ika pergerakan akt if t erjadi pergerakan yang t iba –
t iba di luar kebiasaan, sepert i pergeseran yang nyat a, at aupun goncangan pada sebuah
bagian vert ebra. Insidensi spondilolist hesis ini dilaporkan sebesar 4% pada dew asa dan 15%
pada at let dew asa muda t erut ama penari, at let angkat
beban, pesepakbola dan senam
karena adanya kekuat an fleksi/ ekst ensi yang berulang. St ress berulang ini akan memberikan
t ekanan besar t erut ama pada segmen L1 – L5 dengan st ress mekanik paling besar pada pars
int erart icularis L5. Pada akhirnya kekuat an ini akan menyebabkan frakt ur pada pars
int erart icularis yang dikenal sebagai spondilosis. Dengan adanya frakt ur pada lengkung
neural, vert ebra akan mengalami pergeseran. Hal ini merupakan jenis spondilolist hesis
paling umum yang dikenal sebagai ist hmic.
Beberapa tipe spondilolisthesis
Dysplastic : abnormalit as kongenit al pada vert ebra L5 dengan sakrum, 94% dihubungkan
dengan spina bifida occult a.
Isthmic : merupakan lesi pada pars int erart icularis sekunder akibat frakt ur kronis, frakt ur
akut at aupun elongasi dari pars t anpa adanya frakt ur, yang paling um um ant ara L5 dan
sakrum. Tipe ini sering t erjadi pada at let dew asa muda yang disebut sebagai “ spondilolisis” .
Degeneratif : disebabkan karena inst abilit as segment al kronis sekunder akibat perubahan
degenrat if pafa sendi facet dan diskus, yang dapat menyebabkan st enosis lumbal. Sering
t erjadi pada w anit a usia t ua dan pada segmen L4-L5.
Patologis : adanya suat u penyakit primer yang memperngaruhi arkus vert ebra (cont oh:
infeksi, t um or, Paget ’s disease, ost eogenesis imperfect a).
Trauma : frakt ur pada bagian vert ebra selain bagian pars art icularis.
Iatrogenic : inst abilit as sekunder karena hilangnya st rukt ur post erior vert ebra set elah
dilakukannya laminekt omi ekst ensif dan dekom presi.
Spondilolist hesis dapat dibedakan juga berdasarkan derajat pergeseran at au subluksasi :
Derajat 1 : kurang dari 25% diamet er vert ebra mengalami pergeseran
Derajat 2 : 25 – 49%
Derajat 3 : 50 – 74%
Derajat 4 : 75 – 99%
Derajat 5 : 100% “ spondilolisis”
Sebagai cat at an pent ing, hipermobilit as dan at au spondilolist hesis dapat muncul dengan
at au t anpa adanya inst abilit as yang nyat a. Beberapa pasien dengan spondilolist hesis dapat
asimt omat ik, w alaupun dengan pergeseran yang berat . Spondilolisis dapat t erjadi secara
unilat eral t anpa adanya pergeseran. Oleh karena it u, spondilolisis dapat t erjadi t anpa
adanya spondilolist hesis. Pada spondilolist hesis degenerat if bisa ada t erjadi t anpa adanya
frakt ur pada pars int erart ikularis. Adanya pergeseran murni disebabkan oleh perubahan
denerat if pada diskus dan sendi facet .
Pemeriksaan fisik
Gejala aw al adalah adanya nyeri pinggang baw ah yang paling umum disebabkan oleh
posisi st at is lama. Hal ini dapat berkurang set elah perubahan posisi. Progressifit as dari lesi
pat ologis dapat menjalar ke arah bokong dan paha bagian belakang. Pasien dengan
inst abilit as sert a adanya pergeseran berat dengan t anda – t anda neurologis, dapat juga
mencakup defisit mot orik dan sensorik. Pasien umumnya mempunyai riw ayat manipulasi
t ulang belakang maupun bunyi keras pada t ulangnya.
Sesudah evaluasi oleh t erapis fisik dan dokt er bila dit emukan adanya deformit as maka
merupakan suat u indikasi adanya spondilolist hesis. Tanda – t anda lain adalah saat berdiri
maka dit emukan t onus ot ot yang meningkat sert a lordosis bert ambah. Saat pergerakan
akt if, maka pasien dengan inst abilit as akan menemukan halangan saat pergerakan, maupun
kesulit an unt uk kembali ke posisi normal sesudah melakukan fleksi (gerakan reguler
t erbalik).
Diagnosis
Banyak modalit as pencit raan dapat dilakukan unt uk menget ahui adanya pat ologis dan
berat nya gejala.
Radiografi : fot o X-ray lat eral pada posisi fleksi dan eskt ensi secara umum unt uk melihat
defek ist hmic.
CT scan : berguna unt uk melihat defek int erart ikularis, namun t idak berguna unt uk melihat
spondilolist hesis dan dapat dikombinasikan dengan mielografi (kont ras radioopak) unt uk
memast ikan st enosis foraminal maupun sent ral.
M RI : berguna unt uk melihat adanya pat ologi jaringan lunak, perubahan diskus sert a
st enosis. Kegunannya t erbat as pada kelainan
inst hmus dan
lebih
berguna pada
spondilolist hesis degenerat if.
Bone scan : berguna unt uk lesi yang akut pada frakt ur pars int erart ikularis t ipe ist hmic.
Penanganan
Penanganan konservat if :
Penanganan pert ama mencakup modifikasi akt ivit as berupa pengurangan akt ivit as
sesuai daran dari dokt er at au t erapis fisik.
Dokt er dapat memberikan obat – obat ant iinflamasi. Pada beberapa kasus, injerksi
st eroid epidural at au blok saraf t epi dapat dikerjakan
Pemakaian korset (bracing) dapat dipakai set iap hari selama 6 bulan.
Terapi fisik mencakup :
Olahraga yang meningkat kan st abilit as dengan menghindari gerakan ekstensi
maupun rot asi yang menambah beban pada inst abilit as. Penguat an ot ot abdominal
t ransversal sert a mult ifidus baik secara st at is dan dinamis.
M obilisasi/ manipulasi sendi – sendi kaku unt uk m engurangi beban inst abilit as.
Edukasi post ural.
Penanganan konservat if inst abilit as mempunyai keberhasilan t inggi t erut ama pada pasien
muda.
Int ervensi bedah jarang diperlukan kecuali pada kasus berat .
Indikasi intervensi bedah adalah :
Derajat 3 at au lebih
Tanda – t anda neurologis yang t idak berkurang set elah penanganan konservat if
Traumat ik dan spondilolist hesis iat rogenik
Spondilolist hesis degenerat if dengan inst abilit as berat dan nyeri menet ap
Apabila dibut uhkan int ervensi bedah dapat dikerjakan bersama dengan fusi spinal
dan laminekt omi. Fusi dapat menggunakan t ulang maupun inst rument asi spinal
dengan koreksi pergeseran pada t ulang vert ebra.
Kesimpulan
Spondilolist hesis merupakan pergeseran ke arah depan dari korpus vert ebra ke bagian yang
baw ah. Terdapat pada 4% populasi dew asa dan dan sekit ar 15% dari remaja.
Penangan konservat if mencakup obat ant iinflam asi, blok epidural, korset dan t erapi fisik.
Evaluasi oleh t erapis fisik akan membuat suat u program individual yang dapat mengurangi
nyeri pinggang baw a. Program ini mencakup m odifikasi akt ivit as, edukasi post ural, st abilisasi
lumbal dan m odalit as lain yang membant u mengurangi nyeri pinggang baw ah.
Kepustakaan
1. Panjabi M M . Clinical spinal inst abilit y and low back pain, J Elect romyogr Kinesiol,
2003;13(4):371-9
2. Whit e
AA,
Panjabi
MM.
Clinical
Biom echanics
of
t he
spine.
nd
2
ed.Philadelphia;Lippincot t ;1990
3. Benzel EC. Biomechanics of spine st abilizat ion, Principles and clinical pract ice.
M cGraw -Hill;1995
4. O’Sullivan PB. Lumbar segment al” inst abilit y” :clinical present at ion and specific
st abilizing exercise management . M an Ther. 2000;5:2-12
Akhmad Imron* )
Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/ RSHS
Definisi
Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (cont oh :
ligamen, ot ot dan diskus) unt uk mempert ahankan kont rol int ersegment al saat terjadinya
beban at au st ress fisiologis.
Segmen spinal : set engah vert ebra at as dan baw ah sert a semua st rukt ur diant aranya,
t ermasuk diskus, sendi facet dan ligamen.
Hipermobilitas : sendi yang mempunyai gerakan berlebih
Spondilolisthesis : Pergeseran ke arah depan at au pemindahan sat u korpus vert ebra di at as
korpus vert ebra baw ahnya.
Inst abilit as spinal merupakan kondisi umum pada pasien dengan nyeri pinggang baw ah.
Hal ini dapat mulai sebagai masalah kongenit al, t rauma, degenrat if at au hipermobilit as
progresif.
Secara
umu,
inst abilit as
muncul
sebagai
suat u
kondisi
yang
disebut
spondilolist hesis. Ini merupakan pergeseran ke arah depan dari sat u vert ebra di at as yang
lain, dan dapat st abil at aupun t idak st abil yang dibedakan berdasarkan pemeriksaan fisik.
M enurut Paris, inst abilit as muncul ket ika pergerakan akt if t erjadi pergerakan yang t iba –
t iba di luar kebiasaan, sepert i pergeseran yang nyat a, at aupun goncangan pada sebuah
bagian vert ebra. Insidensi spondilolist hesis ini dilaporkan sebesar 4% pada dew asa dan 15%
pada at let dew asa muda t erut ama penari, at let angkat
beban, pesepakbola dan senam
karena adanya kekuat an fleksi/ ekst ensi yang berulang. St ress berulang ini akan memberikan
t ekanan besar t erut ama pada segmen L1 – L5 dengan st ress mekanik paling besar pada pars
int erart icularis L5. Pada akhirnya kekuat an ini akan menyebabkan frakt ur pada pars
int erart icularis yang dikenal sebagai spondilosis. Dengan adanya frakt ur pada lengkung
neural, vert ebra akan mengalami pergeseran. Hal ini merupakan jenis spondilolist hesis
paling umum yang dikenal sebagai ist hmic.
Beberapa tipe spondilolisthesis
Dysplastic : abnormalit as kongenit al pada vert ebra L5 dengan sakrum, 94% dihubungkan
dengan spina bifida occult a.
Isthmic : merupakan lesi pada pars int erart icularis sekunder akibat frakt ur kronis, frakt ur
akut at aupun elongasi dari pars t anpa adanya frakt ur, yang paling um um ant ara L5 dan
sakrum. Tipe ini sering t erjadi pada at let dew asa muda yang disebut sebagai “ spondilolisis” .
Degeneratif : disebabkan karena inst abilit as segment al kronis sekunder akibat perubahan
degenrat if pafa sendi facet dan diskus, yang dapat menyebabkan st enosis lumbal. Sering
t erjadi pada w anit a usia t ua dan pada segmen L4-L5.
Patologis : adanya suat u penyakit primer yang memperngaruhi arkus vert ebra (cont oh:
infeksi, t um or, Paget ’s disease, ost eogenesis imperfect a).
Trauma : frakt ur pada bagian vert ebra selain bagian pars art icularis.
Iatrogenic : inst abilit as sekunder karena hilangnya st rukt ur post erior vert ebra set elah
dilakukannya laminekt omi ekst ensif dan dekom presi.
Spondilolist hesis dapat dibedakan juga berdasarkan derajat pergeseran at au subluksasi :
Derajat 1 : kurang dari 25% diamet er vert ebra mengalami pergeseran
Derajat 2 : 25 – 49%
Derajat 3 : 50 – 74%
Derajat 4 : 75 – 99%
Derajat 5 : 100% “ spondilolisis”
Sebagai cat at an pent ing, hipermobilit as dan at au spondilolist hesis dapat muncul dengan
at au t anpa adanya inst abilit as yang nyat a. Beberapa pasien dengan spondilolist hesis dapat
asimt omat ik, w alaupun dengan pergeseran yang berat . Spondilolisis dapat t erjadi secara
unilat eral t anpa adanya pergeseran. Oleh karena it u, spondilolisis dapat t erjadi t anpa
adanya spondilolist hesis. Pada spondilolist hesis degenerat if bisa ada t erjadi t anpa adanya
frakt ur pada pars int erart ikularis. Adanya pergeseran murni disebabkan oleh perubahan
denerat if pada diskus dan sendi facet .
Pemeriksaan fisik
Gejala aw al adalah adanya nyeri pinggang baw ah yang paling umum disebabkan oleh
posisi st at is lama. Hal ini dapat berkurang set elah perubahan posisi. Progressifit as dari lesi
pat ologis dapat menjalar ke arah bokong dan paha bagian belakang. Pasien dengan
inst abilit as sert a adanya pergeseran berat dengan t anda – t anda neurologis, dapat juga
mencakup defisit mot orik dan sensorik. Pasien umumnya mempunyai riw ayat manipulasi
t ulang belakang maupun bunyi keras pada t ulangnya.
Sesudah evaluasi oleh t erapis fisik dan dokt er bila dit emukan adanya deformit as maka
merupakan suat u indikasi adanya spondilolist hesis. Tanda – t anda lain adalah saat berdiri
maka dit emukan t onus ot ot yang meningkat sert a lordosis bert ambah. Saat pergerakan
akt if, maka pasien dengan inst abilit as akan menemukan halangan saat pergerakan, maupun
kesulit an unt uk kembali ke posisi normal sesudah melakukan fleksi (gerakan reguler
t erbalik).
Diagnosis
Banyak modalit as pencit raan dapat dilakukan unt uk menget ahui adanya pat ologis dan
berat nya gejala.
Radiografi : fot o X-ray lat eral pada posisi fleksi dan eskt ensi secara umum unt uk melihat
defek ist hmic.
CT scan : berguna unt uk melihat defek int erart ikularis, namun t idak berguna unt uk melihat
spondilolist hesis dan dapat dikombinasikan dengan mielografi (kont ras radioopak) unt uk
memast ikan st enosis foraminal maupun sent ral.
M RI : berguna unt uk melihat adanya pat ologi jaringan lunak, perubahan diskus sert a
st enosis. Kegunannya t erbat as pada kelainan
inst hmus dan
lebih
berguna pada
spondilolist hesis degenerat if.
Bone scan : berguna unt uk lesi yang akut pada frakt ur pars int erart ikularis t ipe ist hmic.
Penanganan
Penanganan konservat if :
Penanganan pert ama mencakup modifikasi akt ivit as berupa pengurangan akt ivit as
sesuai daran dari dokt er at au t erapis fisik.
Dokt er dapat memberikan obat – obat ant iinflamasi. Pada beberapa kasus, injerksi
st eroid epidural at au blok saraf t epi dapat dikerjakan
Pemakaian korset (bracing) dapat dipakai set iap hari selama 6 bulan.
Terapi fisik mencakup :
Olahraga yang meningkat kan st abilit as dengan menghindari gerakan ekstensi
maupun rot asi yang menambah beban pada inst abilit as. Penguat an ot ot abdominal
t ransversal sert a mult ifidus baik secara st at is dan dinamis.
M obilisasi/ manipulasi sendi – sendi kaku unt uk m engurangi beban inst abilit as.
Edukasi post ural.
Penanganan konservat if inst abilit as mempunyai keberhasilan t inggi t erut ama pada pasien
muda.
Int ervensi bedah jarang diperlukan kecuali pada kasus berat .
Indikasi intervensi bedah adalah :
Derajat 3 at au lebih
Tanda – t anda neurologis yang t idak berkurang set elah penanganan konservat if
Traumat ik dan spondilolist hesis iat rogenik
Spondilolist hesis degenerat if dengan inst abilit as berat dan nyeri menet ap
Apabila dibut uhkan int ervensi bedah dapat dikerjakan bersama dengan fusi spinal
dan laminekt omi. Fusi dapat menggunakan t ulang maupun inst rument asi spinal
dengan koreksi pergeseran pada t ulang vert ebra.
Kesimpulan
Spondilolist hesis merupakan pergeseran ke arah depan dari korpus vert ebra ke bagian yang
baw ah. Terdapat pada 4% populasi dew asa dan dan sekit ar 15% dari remaja.
Penangan konservat if mencakup obat ant iinflam asi, blok epidural, korset dan t erapi fisik.
Evaluasi oleh t erapis fisik akan membuat suat u program individual yang dapat mengurangi
nyeri pinggang baw a. Program ini mencakup m odifikasi akt ivit as, edukasi post ural, st abilisasi
lumbal dan m odalit as lain yang membant u mengurangi nyeri pinggang baw ah.
Kepustakaan
1. Panjabi M M . Clinical spinal inst abilit y and low back pain, J Elect romyogr Kinesiol,
2003;13(4):371-9
2. Whit e
AA,
Panjabi
MM.
Clinical
Biom echanics
of
t he
spine.
nd
2
ed.Philadelphia;Lippincot t ;1990
3. Benzel EC. Biomechanics of spine st abilizat ion, Principles and clinical pract ice.
M cGraw -Hill;1995
4. O’Sullivan PB. Lumbar segment al” inst abilit y” :clinical present at ion and specific
st abilizing exercise management . M an Ther. 2000;5:2-12