INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003 – 2013

(1)

i

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS

POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003

2013

SKRIPSI

OLEH :

DEVI ARVA RAHAYU NIM. 09260084

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

i

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS

POLITIK DI SOLOMON TAHUN 2003

2013

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata 1

OLEH :

DEVI ARVA RAHAYU NIM. 09260084

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Kamis, 18 Desember 2014


(5)

iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Pembimbing : 1. Dyah Estu Kurniawati, M.Si


(6)

(7)

vi

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Devi Arva Rahayu

NIM : 09260084

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Intervensi Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon

Tahun 2003 – 2013

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul :

INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI

SOLOMON TAHUN 2003 – 2013

Merupakan hasil karya ilmiah (Skripsi) saya sendiri (bukan karya tulis orang lain), diselesaikan dengan bantuan dan bimbingan bapak dan ibu dosen Jurusan Hubungan Internasional. Saya menyatakan semua sumber dikutip dan dirujuk dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Kebijakan luar negeri Australia merupakan fokus kajian yang sering diteliti oleh mahasiswa hubungan internasional. Melalui penelitian ini, penulis mejelaskan kebijakan luar negeri Australia melalui intervensi terhadap instabilitas

politik di Solomon tahun 2003 – 2013. Australia, dalam pandangan penulis

memiliki banyak sekali kajian menarik untuk diteliti, seperti geografis dan sejarah Australia menjadi daya tarik dalam penelitian ini. Letak geografis Australia

berdekatan dengan negara – negara yang secara kultural memiliki perbedaan

dengan Australia adalah salah satu latar belakang dalam kajian kebijakan luar negeri Australia di Kawasan Pasifik Selatan.

Kebijakan luar Negeri Australia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon berhasil mengembalikan stabilitas politik di Solomon. Kebijakan luar negeri tersebut menggambarkan bahwa Australia memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Australia yang akan dijelaskan pada bahasan selanjutnya. Melalui teori K.J. Holsti yang digunakan yaitu Kebijakan Luar Negeri dan konsep Keamanan Nasional dari Buzan menjelaskan pengaruh yang mendorong Australia mengeluarkan kebijkan luar negeri. Pengaruh tersebut berasal dari faktor internal, eksternal, dan adanya faktor lain sebagai tujuan Australia dalam kebijkan Luar negeri.

Penulis berharap, penelitian ini dapat menjadi kontribusi positif bagi ilmu hubungan internasional dan dapat menjadi referensi untuk diteruskan dalam penelitian- penelitian berikutnya. Penulis menerima apabila penelitian ini dijadikan bahan diskusi dan menerima saran agar penelitian ini menjadi bermanfaat.

Malang, Penulis,


(9)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penelitian ini telah diselesaikan. 28 Februari 2015 saya

telah dikukuhkan sebagai Sarjana Ilmu Politik lulusan Universitas

Muhammadiyah Malang. Jalan hidup yang sangat membanggakan. Tuhan, penguasa segala yang ada, seandainya nama MU tidak tertulispun dalam lembar ini, engkau tidak akan mempermasalahkannya, namun bagiku suatu hal yang tidak mungkin menghilangkan nama MU dalam kesempatan apapun, bahkan dalam keadaan bernafas sekalipun. Terima kasih Tuhan telah bersama, menguatkan hati, dan memberi jalan dalam penyelesaian penelitian ini. Orang tua termulia, Bunda dan bapak yang tidak akan berhenti dalam mengharapkan kebaikan pada anakmu,

terima kasih atas restu dan pengertiaanya selama ini. Adek – adek akak, terima

kasih, great man ever ( Firmansyah) Terima kasih atas semua yang telah diberikan.

Kepada UMM, seluruh jajaran dosen UMM yang telah berbagi ilmu saya

ucapkan terima kasih sebanyak – banyaknya. Semoga selalu diberi keberkahan

ilmu bagi kita semua, Amin Allahumma Amin.


(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

BARITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

ABSTRAKSI... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Penelitian Terdahulu ... 7

1.5 Landasan Teori dan Konsep ... 12

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri ... 12

1.5.2 Keamanan Nasional ... 17

1.6 Metode Penelitian ... 19

1.6.1 Level Analisis ... 19

1.6.2 Tipe Penelitian ... 20

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 20

1.6.4 Teknik Analisa Data ... 20

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 20


(11)

x

1.7.2 Batasan Materi ... 21 1.8 Hipotesa ... 21 1.9 Sistematika Penulisan ... 21

BAB II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN

INTERVENSI AUSTRALIA

2.1 Gambaran Umum Solomon………... ... 23

2.2 Kondisi Instabilitas Politik Solomon ... 26

2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2013

: Instabilitas Politik di Solomon ... 26 2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003- 2013

: Masa Intervensi Australia di Solomon ... 30

BAB III FAKTOR- FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA

TERHADAP INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON

3.1 Faktor Eksternal ... 36

3.1.1 Sistem Politik : Great Power ... 36

3.1.2 Tujuan dan Kebijakan Negara Lain :

Permohonan Intervensi Australia Oleh PIF ... 38

3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan

: Tindakan Terorisme di Solomon ... 39

3.2 Faktor Internal / Domestik ... 42

3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan ... 42

3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat

Solomon ... 45 3.2.3 Atribut Nasional ... 47 3.2.4 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik

di Australia ... 48

3.2.4.1 Partai Liberal ( John Howard) ... 50

3.2.4.2 Partai Buruh ( Kevin Rudd dan Julia Gillard) 52 3.2.5 Opini Publik Australia ... 56


(12)

xi

3.3 Perspektif : Australia dalam Menciptakan Citra,

Nilai,dan Ideologi ... 57

3.3.1 Good Heighbourhood dan Pemimpin Kawasan ... 57

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 59 4.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 xi


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri ... 16

Gambar 2.1 Peta Negara Solomon ... 25

Gambar 3.1.2 Peta Australia dan Solomon ... 45


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.4.1 Posisi Penelitian ... 10

Tabel 1.9 Sistematika Penulisan... 21

Tabel 2.2 Diagram Pertumbuhan Ekonomi Solomon ... 33

Tabel 2.3 Faktor- faktor Instabilitas Solomon ... 40

Tabel 3.1 Daftar Perdana Menteri Australia (2003-2013) ... 48


(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Buzan, Barry, 1991, People, State, and Fear, An Agenda For International

Security Studies In The Post-Cold War Era, Second Edition, Inggris :

HarvesterWheatsheaf.

Commenwealth of Australia , 2003,Australia’s National Security Defence Update

2003, Australia: Commenwealth of Australia.

Coulombis dan Wolfe, 1990, Pengantar Hubungan Internasional, Bandung:

Abardin.

J. Art, Robert, dan Robert Jervis, 2007, International Politics, Enduring Concepts

and Contemporary Issues, Eighth edition, AS: Pearson Longman.

K.J, Holsti, 1995, International Politics, A Framework for Analysis, Seventh

Editions, London: Prentice Hall.

Mas’oed, Mochtar, 1998, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998.

Pemerintah Australia, 2006, Aid program : Promoting Growth and

Stability, Canberra: Australian Governtment AusAid.

Wainwright, Elsiana, 2003, Our Failing Neighbour, Australia and The Future of

Solomon Island, an ASPI Report, Australia : ASPI.

Jurnal:

Jemadu, Aleksius, 2006, Volume 10, no. : 2, Kebijakan Politik dan Keamanan

Australia di Kawasan Asia Pasifik, Bandung : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Kabutaulaka, Tarcisius Tara, 2005, The Contemporary Pacific, Australian

Foreign Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Islands, Volume 17, no. 2, Hawai Press.

Lambach, Daniel, 2003, Security, Development, and The Australian Security

Discourse About Failed State, Vol. 41, no. 3, Cologne: Routledge Taylor & Frencis Group.


(16)

xv

Wainwright, Elsina, 2003, Voume 57, no. 3, Responding to State Failure-The

Case of Austraia and Solomons Isands, Australia : Carfax Publising :

Austraian Journal of International Affairs.

Tesis:

Kearens, Heggy, 2012, Kebijakan Luar Negeri Australia Terhadap Indonesia :

Kebijakan Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali (2002-2008), Jakarta.

Internet:

Arah Politik Australia Masa Kini, dalam :

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011 9990 31WAWAN_DARMAWAN/arah_politik_australia.pdf (diakses pada tanggal 12 Desember 2012 pukul 12.50 WIB).

http://australia.gov.au/directories/australia/defence (diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 15.40 WIB).

Robert J. Art dan Robert Jervis, International Politics, Enduring Concepts and

Contemporary Issues, dalam http://www.aspi.org.au/pdf/SI_AJIA.pdf (diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 09.40 WIB).

Australian Foreing Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Island, dalam:

http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UN/UNPAN022 611.p df (diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 9.32 WIB) Australian Concil for International Development, dalam:

http://def.acfid.asn.au/acfid/what-we-do/docs_what-we-do/docs_countries-

regions/docs_solomon-islands/docs_ramsi/mcmullan-and-peebles_lessons-

from-ramsi_apr06.pdf (diakses pada tanggal 18 Desember 2012 pukul 11.22 WIB)

Provisions of The Technical Personnel in The Solomon Island : What We Can

Lear From the RAMSI Experience, dalam:

http://www.ramsi.org/solomon- islands/peoples-survey.html (diakses


(17)

xvi

K.J. Holsti, 1992, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung

dalam:

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/politik_luar_neger i.pdf (diakses pada tanggal 12 September 2014, pukul 15.27)

Solomon Island Country Profile, SPC, Secretariat of The Pacific Community,

dalam:

http://www.spc.int/sppu/images/COUNTRYPROFILES/solomon%20isla nds %20country%20profile%20final.pdf (diakses pada tanggal 27 Desember 2013pukul 19.45 WIB)

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---protrav/---ilo_aids/documents/legaldocument/wcms_126201.pdf ( diakses pada

tanggal 29 Desember 2013, pukul 15.15 WIB)

http://www.ecdpm.org/Web_ECDPM/Web/Content/Download.nsf/0/6C7D14DF3 095 1E0FC125798E0056981B/$FILE/07-76-e.pdf (diakses pada tanggal 15 November 2013 pukul 09.19 WIB)

“Failed State” and The War on Terror. Intervention in Solomon Island , dalam : http://www.eastwestcenter.org/sites/default/files/private/api072.pdf

(diakses pada 23 November 2013, pukul 17.20)

People’s survey 2013 Summary, dalam :

http://www.ramsi.org/Media/docs/People- Survey-2013-summary-FINAL-with-cover-f3e7b4b6-3d60-4a76-986f- 368fc4bcfe09-0.pdf (diakses pada 11 November 2013, pukul 12.30 WIB)

Responding To State Failure, The Case of Australia and Solomons Island, Ellie

Wainwright dalam:

https://www.aspi.org.au/publications/journal- articles/responding-to-state-failure-the-case-of-australia-and-solomon-islands (diakses pada tanggal 27 Desember 2013, pukul 12.25 WIB)

Land and Conflik In Pasific Region . dalam :

http://www.forumsec.org/resources/uploads/attachments/documents/LM CM% 201_1%20COMPLETE.pdf (diakses pada tanggal 10 Januari 2014, pukul 17.55)

Submissions by Regionalm Assistance Mission to Solomon Island Special

Coordinator Tim George, dalam:

http://www.parliament.gov.sb/files/committees/foreignrelations/submissi ons/ RAMSI-Sub.pdf (diakses pada tanggal 13 Desember 2013, pukul 09.45 WIB)


(18)

xvii

Solomons Island, dalam: https://www.dfat.gov.au/geo/fs/solo.pdf , (diakses pada tanggal 12 Januari, pukul 11.35 WIB)

http://www.ramsi.org/Media/docs/Feb-2012-Think-Act-Plans-to-update-Solomons- Police-Act-eba96127-8c5d-4535-b657-9dbcbf433bf7-0.pdf (diaksese pada 12 Januari 2014, pukul 09.48 WIB)

Solomon Island dalam: http://www.mfat.govt.nz/Countries/Pacific/Solomon-Islands.php (diakses pada tanggal 21 Januari 2014, pukul 12.30 WIB) The Solomons Island Contry Report dalam :

http://www.gfmag.com/gdp-data-

country-reports/178-the-solomon-islands-gdp-country-report.html#axzz2uRCZIjZv (diakses pada tanggal 21 Januari, pukul

12.49 WIB)

Solomon Island : Government, dalam:

http://globaledge.msu.edu/countries/solomon- islands/government (diakses pada tanggal 14 Januari 2014, pukul 16.45 WIB)

The World;s Most Politically Stable Countries and Most Politically Unstable Countries, dalam : http://www.expatinvesting.org/the-worlds-most-politically- stable-countries-and-most-http://www.expatinvesting.org/the-worlds-most-politically-unstable-countries/ (

diakses pada 12 Desember 2013, pukul 15.50 WIB)

Australian Government, Department of Foreign Affairs and Trade : Solomon

Island Country Brief, dalam :

http://www.dfat.gov.au/geo/solomon_islands/solomon_islands_brief.html ( diakses pada tanggal 07 September 2014 pukul 20.16 WIB)

Pidato Perdana Menteri John Howard dalam RAMSI pada 12 Agustus 2003,

dalam :

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon- islands/australian-government-policy-on-solomon-islands/#axzz2uRSElGkq ( diakses pada tanggal 21 Januari 2014, pukul 21.20 WIB)

PrimeFact, The Australian Prime Ministers Centre, dalam:

http://static.moadoph.gov.au/ophgovau/media/images/apmc/docs/Prime-Ministers-list.pdf (diakses pada tanggal 12 Februari 2013, puku 13.40 WIB)

Dibb, Paul, The Self-Reliant Defence of Australia : The History of an Idea, dalam

: http://press.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/05/ch0143.pdf (

diakses pada tanggal 25 Desember 2013 Pukul 12.35)

The Failed State Index 2005, dalam: http://ffp.statesindex.org/rankings-2005-sortable (diakses pada 25 Maret 201, pukul 19.22 WIB)


(19)

xviii

Economic Roundup Spring 2004, dalam :

http://archive.treasury.gov.au/documents/930/HTML/docshell.asp?URL= 04_ Yir.asp (daikses pada 29 Maret 2014, pukul 17.15 WIB)

ADF budget- Solomon Island, dalam:

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon-islands/adf-budget-solomon-islands/#axzz2xobvo0A0 (diaksespada 21

Maret 2014, pukul 13.45 WIB)

Sistem Pemerintahan Australia , dalam :

http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/sistem_pemerintah an.ht ml (diakses pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 15.20 WIB) Prime Facts The Australian Prime Minister Centre dalam :

http://static.moadoph.gov.au/ophgovau/media/images/apmc/docs/Prime-Ministers-list.pdf (diakses pada tanggal 12 Januari 2014, pukul 17.15 WIB)

The First National Security Statement of Parliament, dalam:

http://www.royalcommission.vic.gov.au/getdoc/596cc5ff-8a33-47eb-8d4a- 9205131ebdd0/TEN.004.002.0437.pdf ( diakses pada tanggal 12

Februari 2014, pukul 13.15 WIB)

Government Statement- Rudd Statement, dalam :

http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/east-timor/government-statements-rudd-government/#axzz2xobvo0A0 (

diakses pada tanggal 22 Januari 2014, pukul 21.05 WIB)

Australian Government Policy on Solomon Island dalam : http://nautilus.org/publications/books/australian-forces-abroad/solomon-

islands/australian-government-policy-on-solomon-islands/#axzz2xobvo0A0 ( diakses pada tanggal 15 Januari, pukul 20.30 WIB)

Pietch, Juliet and Ian McAllister, Terrorism and Public Opinion in Australia,

dalam :

http://press.anu.edu.au/wp-content/uploads/2012/11/ch065.pdf ( diakses pada tanggal 12 Desember 2013, Pukul 20.15)

Promoting Growth and Stability dalam:

http://aid.dfat.gov.au/Publications/Documents/whitepaper.pdf (diakses pada tanggal 21Desember2013 Pukul 13.45)


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Australia merupakan Negara yang memiliki letak georafis berdekatan dengan Negara-negara di Pasifik Selatan dan Asia Tenggara, sehingga letak geografis Australia berada di lingkungan Negara-negara yang berbeda secara sosial, kultural, ras, etnis dan adat kebudayaan dengan Australia. Faktor tersebut

merupakan alasan bagi Australia disebut sebagai misplaced continent atau

frightened country. Latar belakang Australia sebagai misplaced continent terlihat dari pelaksanaan sistem pemerintahan Australia yang mengarah ke Eropa. Namun secara geografis letak Australia berada pada lingkaran masyarakat yang berbeda,

seperti Pasifik Selatan.1 Dalam kenyataan seperti ini, posisi politik Australia

berada di antara akar budaya Inggris dan hubungannya dengan Negara-negara Asia Pasifik karena kedekatan geografis.

Posisi politik Australia pun mulai tampak saat Perang Dunia (PD) II, ketika terdesaknya kekuatan pertahanan Inggris di Asia oleh tentara Jepang pada PD II. Serangan Jepang tersebut merubah pandangan politik Australia. Australia beranggapan bahwa Inggris sebagai negara kuat yang dapat menyelamatkan

1

Misplaced continent atau frightened country adalah istilah bagi Australia karena karakteristik fisik penduduk Australia yang tidak memiliki kesamaan dengan karakteristik Negara-negara tetangga dalam letak geografis yang berdekatan. Istilah tersebut menjelaskan bahwa Australia seakan akan benua yang salah tempat, selain karakteristik fisik Australia memiliki kedekatan dengan Negara-negara yang letak geografisnya jauh, seperti Eropa. Dalam Arah Politik Australia Masa Kini, hal 93.

Melalui

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031WAWAN_DARM AWAN/arah_politik_australia.pdfdiakses pada tanggal 12 Desember 2012 pukul 12.50 WIB.


(21)

2 Australia, ternyata tidak dapat menghadapi Perang Pasifik yang sedang di hadapi Australia. Lemahnya pertahanan Inggris di Asia yaitu dengan jatuhnya Malaya dan benteng pertahanan Inggris di Singapura serta pengeboman atas Darwin oleh tentara Jepang. Keadaan tersebut menghadapkan Australia pada kenyataan bahwa Australia tidak mendapat jaminan keselamatan dari Inggris sehingga

menimbulkan perasaan khawatir terhadap kelangsungan keamanan Australia.2

Kondisi PD II mempengaruhi Australia merubah orientasi politik luar negerinya bahwa Inggris tidak sepenuhnya dapat melindungi Australia, maka melalui PD II Australia menganggap Amerika Serikat lebih dapat diandalkan untuk menjadi mitranya dalam menghadapi situasi dan kondisi di wilayah Pasifik setelah AS berhasil menyelamatkan Darwin dari serangan Jepang. Kesuksesan AS dalam menyelamatkan Darwin menjadi pengaruh bagi Australia untuk mulai dekat dengan Amerika. Perubahan kebijakan luar negeri Australia tersebut dikarenakan kurangnya kontribusi Inggris pasca PD II, sehingga mengalihkan keberpihakan Australia kepada Amerika. Perubahan wajah politik dunia setelah berakhirnya PD II sangat berpengaruh terhadap politik luar negeri Australia karena Australia berhubungan dekat dengan AS dalam menciptakan pertahanan di Pasifik.

Langkah penciptaan pertahanan Austraia tidak terhenti pada kerjasama dengan AS, sebab masalah pertahanan Australia tidak hanya diselesaikan dengan pertempuran. Salah satu permasaahan Australia adalah letak geografis yang berada di Pasifik, mengharuskan Australia menyadari bahwa lingkungan sekitarnya berbeda secara fisik maupun budaya. Faktor tersebut menyebabkan

2


(22)

3

Australia menata kehidupan politik luar negeri dengan mempertimbangkan good

neighbourhood 3dengan Negara-negara sekitarnya. Niat Australia menciptakan good neighbourhood tersebut terbukti karena departemen pertahanan Australia mengatakan bahwa kebijakan strategi Australia meliputi kamanan bagi Asia Pasifik, termasuk di dalamnya kepedulian terhadap Negara-negara Pasifik

Selatan.4 Memiliki dua kekuatan besar, yaitu Inggris sebagi Negara induk dan

Amerika sebagai sekutu dianggap kurang cukup oleh Australia untuk melaksanankan politik luar negeri pada masa depan.

Upaya Australia untuk menciptakan goodneighbourhood dilakukan melalui

strategi politik luar negeri Australia dengan memberikan kepeduliannya kepada Negara tetangga yaitu Pasifik Selatan, dengan ikut melaksanakan peyelesaian konflik di Pasifik Selatan seperti konflik di Solomon, salah satu Negara anggota di kawasan Pasifik. Solomon merupakan salah satu anggota Negara Pasifik Selatan yang juga merupakan tetangga dekat Australia.

Intervensi Australia kepada Solomon adalah penanganan kasus etnik penyebab instabilitas politik di Solomon. Kasus yang dialami Solomon adalah isu penting bagi Australia yang masuk dalam perumusan kebijakan luar negerinya

karena merupakan Negara yang mempengaruhi stabilitas regional Pasifik.5

Instabilitas politik Solomon meliputi konflik etnik antara Guadalkanal dan Malaita yang menyebabkan kerusuhan di Solomon seperti pembunuhan,

3Good neighbourhood

merupakan kebijakan Australia dalam membangun hubungan baik dengan negara tetangga yang letaknya berdekatan secara geografis, salah satunya adalah Negara-negara di Pasifik Selatan.

4

http://australia.gov.au/directories/australia/defence diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 15.40 WIB.

5 Ibid.


(23)

4 penyerangan terhadap pemerintah melalui kelompok-keompok bersenjata, rendahnya pelayanan publik, dan korupsi yang meraja lela. Kekacauan tersebut tidak dapat ditangani oleh pemerintah karena pemerintah Solomon sehingga Solomon dapat dikatakan sebagai Negara yang memiliki ciri-ciri akan menjadi

Negara gagal.6

Intervensi Australia dilaksanakan pada tahun 2003 dengan mengirimkan personil militer Australia yang ditempatkan di Solomon dan bantuan dana untuk menangani masalah kekacauan ekonomi Solomon. Kasus tersebut berawal dari dua daerah yang terlibat kekacauan besar di Solomon yaitu Malaita dan Guadalkanal yang menyebabkan Solomon mengalami kelumpuhan pada sistem pemerintahannya. Malaita merupakan salah satu pulau di Solomon yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, namun dalam kasus tersebut diperparah dengan tidak meratanya pembangunan infrastruktur di Malaita. Pembangunan infrastruktur terfokus pada ibu kota Solomon Honaira di Guadalkanal. Akibatnya pada tahun 1970 gerakan besar-besaran transmigrasi penduduk Malaita ke Guadalkanal mempengaruhi aspek sosial di Guadalkanal.

Pengaruh trasmigrasi tersebut menyebabkan timbulnya lapangan kerja yang menyempit akhirnya mulai banyak penganguran di Guadalkanal akibat transmigrasi dari Malaita. Ketegangan pun mulai timbul ketika warga asli Guadalkanal mengajukan protes kepada pemerintah karena tidak membatasi arus

6

Robert J. Art, Robert Jervis, International Politics, Enduring Concepts and Contemporary Issues, Eighth edition, AS: Pearson Longman, 2007. Hal. 453. Serta dalam


(24)

5 transmigrasi, menerapkan sistem pemerintah federal dan mengajukan ganti rugi akibat penjualan tanah asli warga Guadalkanal kepada trasmigran.

Protes kepada pemerintah tersebut, dilakukan dengan kampanye pada masa pemerintahan perdana menteri Bartholomeu Ulafa’alu tahun 1998. Kampanye

tersebut digerakan oleh kelompok yang bernama Guadalcanal Revolutionary

Army (GRA) atau Isatabu Freedom Fighter dengan nama lain Isatabu Freedom

Movement (IFM). 7Kampanye IFM tersebut mengalami perubahan dengan melakukan tindakan kekerasan dan pelanggaran tindakan kemanusiaan, dan aksi teror kepada pemerintahan. Dalam tindakan teror tersebut mempengaruhi

industrialisasi Solomon. Sumber industri tambang emas Ridge dan perkebunan

mengalami gangguan ekonomi. Ulafa’alu mencoba menangani maslah tersebut dengan perundingan dengan IFM, namun gagal.

Kondisi Solomon menunjukan kompleksitas permasalahan kepemerintahan yang menyebabkan instabilitas politik, ketidak beraturan keamanan hukum, tatanan masyarakat, ketidak stabilan ekonomi, serta melemahnya legitimasi pemerintah dan institusi Negara akibat konflik etnis tersebut.

Konflik etnis yang belum mereda tersebut menyebabkan pelayanan umum tidak berjalan lancar, banyaknya pengangguran, serta meluasnya peredaran senjata api. Kemampuan pemerintah yang lemah dalam menangani permasalahan tersebut diperparah dengan gangguan teror yang terjadi di Guadalkanal oleh pemimpin etnis yaitu Harold Keke.

7

Australian Foreing Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Island, diakses melalui : http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/UN/UNPAN022611.pdf hal. 285 diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 9.32 WIB.


(25)

6 Merasakan konflik etnik tersebut telah merugikan Negara, perdana menteri Ulafa’alu dianggap tidak mampu memberikan solusi keamanan, lahirlah

kelompok pemberontak lain yang didukung oleh elemen polisi, yaitu Malaita

Eagle Force (AMF) dan memaksa pengunduran diri Ulafa’alu. 8Pada masa pergantian kepemimpinan tahun 2001, perdana menteri baru Sir Allan Kamakeza,

melakukan perundingan dengan Pasifik Island Forum (PIF) untuk meminta

permohonan intervensi Australia ke Solomon.

Pada tahun 2003 Regional Assistance Mission to Solomon Island (RAMSI) di

kerahkan kepada Solomon dengan Australia sebagai pemimpin misi bantuan

tersebut.9 Melalui survei yang dilakukan Badan Statistik Nasional Solomon yang

dilaksanakan pada Juni 2013 menunjukan bahwa hasil dari RAMSI yang mengantarkan militer dan bantuan dana ternyata mampu mengembalikan

keamanan dan kesejahteraan warga Solomon.10 Intervensi Australia

mengembalikan sistem pemerintahan dari keadaan instabilitas menjadi kondisi stabil.

1.2Rumusan Masalah

Melalui uraian orientasi politik luar negeri Australia di Pasifik Selatan dan penjelasan intervensi Australia terhadap konflik yang terjadi di Solomon,

8

Ibid hal. 286.

9

Australian Concil for International Development diakses melalui :

http://def.acfid.asn.au/acfid/what-we-do/docs_what-we-do/docs_countries-regions/docs_solomon-islands/docs_ramsi/mcmullan-and-peebles_lessons-from-ramsi_apr06.pdf hal. 4 diakses pada tanggal 18 Desember 2012 pukul 11.22 WIB.

RAMSI adalah organisasi Kawasan Pasifik yang digalang oleh anggota Negara-negara Pasifik beserta Australia dan New Zealand. Australia menjadi ketua dalam misi tersebut untuk menghentikan konflik dan aksi terror di Solomon.

10

Provisions of The Technical Personnel in The Solomon Island : What We Can Lear From the RAMSI Experience, diakses melalui : http://www.ramsi.org/solomon-islands/peoples-survey.html diakses pada tangga 19 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB


(26)

7 menjelaskan bahwa terdapat peran Australia di Kawasan Pasifik. Selanjutnya, penelitian ini berupaya menjawab rumusan masalah, yaitu mengapa Australia melakukan intervensi penanganan instabiitas politik di Solomon?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan orientasi politik luar Australia di Kawasan Pasifik. Politik luar negeri yang mencakup kebijakan di kawasan Pasifik Selatan, serta menjelaskan peran Australia di Kawasan Pasifik melalui tujuan Kebijakan luar negeri Australia.

1.4 Penelitian Terdahulu

Terdapat empat penelitian terdahulu yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang memiliki keterkaitan bahasan dengan penelitian ini, yaitu yang mengkaji perilaku Australia di dalam kawasan melalui politik internasional. Selain menggunakan penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan tema, digunakan pula penelitian yang menggunakan pendekatan dan pola yang sama untuk mengkaji penelitian ini.

Studi terdahulu pertama yang digunakan berasal dari jurnal milik Aleksius Jemadu yang berjudul Kebijakan Politik dan Keamanan Australia di Kawasan

Asia Pasifik.11 Penelitian tersebut menjelasakan bahwa perkembangan kebijakan

politik dan keamanan Australia pasca perang dingin, khususnya setelah peristiwa 11 September dan serangan bom Bali pada tahun 2002. Perilaku politik internasional Asutralia di Kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh sosial budaya yang berakar pada masyarakat Eropa, namun secara geografi dan ekonomi tidak

11

Aleksius Jemadu, Jurnal Imu Sosia dan Ilmu Politik, Volume 10, no. : 2, Kebijakan Politik dan Keamanan Australia di Kawasan Asia Pasifik, Bandung : 2006. Hal 143-163.


(27)

8 terlepas dari Asia Pasifik. Faktor tersebut menjelaskan bahwa Australia berupaya mencari kombinasi yang sinergis antara ketergantungan keamnanan pada AS

dengan engagement ekonomi ke Kawasan Asia Pasifik yang dapat berkontribusi

pada keamanan jalur ekonomi Australia.

Melanjutkan penelitian Aleksius yang mengatakan bahwa Australia memiliki upaya dalam membangun keamanan melailui kerja sama dengan AS dan membangun hubungan baik dengan Asia Pasifik. Posisi penulis dalam penelitian tersebut adalah sebagai penerus penelitian Aleksius yang memfokuskan pada kebijakan keamanan di Kawasan Pasifik Selatan. Terdapat perbedaan dengan fokus bahasan oleh Aleksius, penulis ingin melanjutkan dengan memfokuskan penelitian pada Kebijakan Australia di Pasifik Selatan dengan bahasan intervensi Austraia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon.

Studi terdahulu selanjutnya menggunakan jurnal milik Elsiana Wainwright

yang berjudul Responding to State Faiure- The Case of Austraia and Solomon

Islands.12 Wainwright menjelaskan bahwa kebijkan Australia dalam merespons kasus Negara gagal sebagai langkah awal dalam kebijakan di Pasifik Selatan. Respons tersebut dimaksudkan untuk mencegah munculnya Negara-negara gagal lain di Pasifik Selatan setelah Solomon beraih menjadi Negara gagal. Pengaruh negatif tersebut adalah instabilitas karena tindakan-tindakan anarkis dan tindakan teror. Respons Australia terhadap penanganan Negara gagal tersebut merupakan agenda keamanan internasional. Melanjutkan penelitian Wainwright yang mengatakan bahwa respons Australia terhadap kasus Negara gagal adalah bagian

12

Elsina Wainwright, Austraian Journal of International Affairs, Voume 57, no. 3, Responding to State Failure-The Case of Austraia and Solomons Isands, Australia : Carfax Publising, 2003.


(28)

9 dari agenda. Melalui penjelasan tersebut penulis melanjutkan dengan meneliti tujuan dilaksanakannya kebijakan intervensi Austraia di Solomon.

Terdapat pula studi terdahlu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

jurnal oleh Tara Kabutaulaka yang berjudul Australia Foreign Poicy and The

RAMSI Intervention in Solomon Isands.13 Kabutaulaka menjelaskan keputusan pemerintah Australia untuk memimpin PIF dalam intervensi kawasan melalui RAMSI sebagai pemimpin bantuan intervensi ke Solomon. Kebijakan tersebut merupakan upaya menciptakan keamanan regional dari respon peristiwa 11 September 2001. Kebijakan intevensi tersebut tidak hanya meneyelesaikan konflik di Solomon, tetapi juga pengaruh kebijakan Anglo-Amerika. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari kerjasama Australia bersama AS dan Inggris dalam memerangi terorisme internasional. Analisis Kabutaulaka terhadap kebijakan luar negeri Australia dalam intervensi ke Solomon membantu penelititi mengetahui bahwa Australia memiliki komitmen dalam memerangi bentuk-bentuk tindakan teror dalam menciptakan keamanan global. Sehingga isu keamanan global adalah isu penting bagi Australia.

Studi terdahulu selanjutnya adalah penelitian dari Daniel Lambarch yang

berjudul Security, Development, and The Australian Security Discourse about

Failed State.14 Lambarch menganalisis kebijakan luar negeri Australia dengan menggunakan teori Mark Duffield yang menjelaskan bahwa Negara berkonflik memiliki potensi negatif dalam pertumbuhan ekonomi dan keamanan bagi Negara

13

Tarcisius Tara Kabutaulaka, The Contemporary Pacific, Australian Foreign Policy and The RAMSI Intervention in Solomon Islands, Volume 17, no. 2, Hawai Press , 2005. hal. 283-308. 14

Daniel Lambarch, Australian Journal of Political Science, Vol. 41, no. 3, Security,

Development, and The AustralianSecurity Discourse about Failed State, Cologne : Routledge Taylor & Francis Group, 2003.


(29)

10 lain. Lambarch menggunakan tiga Negara tetangga Australia yang mengalami konflik dan menimbulkan isu sebagai Negara gagal dalam menganalisis keamanan Australia. Hasil dari penelitian Lambarch tersebut mengatakan bahwa status atau keadaan Negara gagal mempengaruhi keamanan dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

Dua penelitian yaitu penelitian dari Tarcius Tara Kabutaulaka dan Daniel Lambarch memberikan kontribusi dalam menjelaskan fenomena intervensi Australia ke Pasifik Selatan, terutama intervensi Australia di Solomon merupakan upaya mengendalikan pengaruh negatif, seperti pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pencegahan terorisme sebagai agenda internasional, sekaligus sebagai upaya menjaga keamanan nasional Australia. Keempat penelitian tersebut dapat dilihat dalam tabel penelitian berikut:

Tabel 1.4.1 Posisi Penelitian

NO JUDUL DAN NAMA

PENELITIAN

JENIS

PENELITIAN HASIL

1. Skripsi : Kebijakan Politik

dan Keamanan Australia di Kawasan Asia Pasifik

Oleh:Aleksius Jemadu

Deskriptif Konsep

keamanan dan Regional.

Australia berupaya melakukan kebijakan keamanan melalui kerjasama dengan AS dan berusaha membangun hubungan

baik dengan Negara-negara

Asia Pasik. Keinginan Australia tersebut diupayakan berjalan

sinergis demi menciptakan

akses baik bagi kepentingan politik internasional Australia.

2. Skripsi : Responding to

State Failure- The Case of Australia and Solomon Islands.

Oleh:Elsiana Wainwright

Deskriptif

Pendekatan :

Foreign Policy Theory.

Australia melakukan respons

terhadap penanganan kasus

Negara gagal Solomon, karena isu Negara gagal merupakan agenda keamanan internasional.


(30)

11

Kebijakan respons terhadap

Solomon merupakan langkah awal dalam mencegah Negara gagal lainnya.

3. Skripsi :

Australian Foreign Policy

and The RAMSI

Intervention in Solomon Island.

Oleh : Tarcisius Tara

Kabutulaka

Deskriptif

Pendekatan :

Foreign Policy.

Konsep :

Intervension.

Intervensi Australia di Solomon melalui RAMSI tidak dapat dilihat dari kasus yang terjadi di Solomon saja, namun terdapat

alasan keamanan global

terutama dalam memerangi

terorisme internasional.

4. Skripsi :

Security, Development, and The Australian Security Discourse about Failed State.

Oleh:Daniel Lambach

Eksplanatif

Pendekatan :

Regional Security.

Negara berkonflik atau berstatus

sebagai Negara gagal

merupakan ancaman keamanan bagi Negara lain di kawasan

(Australia). Karena Negara

gagal mengalami instabilitas

politik yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi internasional dan keamanan di kawasan.

5. Skripsi: Intervensi

Australia Terhadap Instabilitas Politik di Solomon Tahun 2000- 2013.

Oleh: Devi Arva Rahayu

Eksplanatif Korelasionis Teori: Kebijakan

Luar Negeri

dan Keamanan Nasional.

Instabilitas politik Solomon

perlu ditangani untuk

menciptakan keamanan

kawasan, karena Australia

dalam menjaga keamanan

nasionalnya sekarang dan masa datang memerlukan lingkungan yang aman. Karena alasan tersebut Australia berkomiten menjaga stabilitas kawasan.


(31)

12 1.5Landasan Teori dan Konsep

1.5.1 Kebijakan Luar Negeri

Teori merupakan susunan dari berbagai konsep yang saling berhubungan dalam membentuk suatu pernyataan tertentu. Melalui pernyataan tersebut dapat

menjelaskan fenomena yang dikaji secara ilmiah.15 Dengan penjelasan lain, bahwa

teori sebagai tempat menjelaskan fenomena yang akan dipelajari. Studi hubungan internasional merupakan studi yang mengkaji fenomena internasional yang meliputi berbagai isu yang menghubungkan interaksi antar Negara di dunia. Interaksi yang terjadi antar Negara tersebut memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh setiap Negara berdasarkan kepentingan nasional yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hubungan internasional dilaksanakan karena setiap Negara memiliki kepentingan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan warga negaranya. Untuk mewujudkan kepentingan tersebut, masing-masing Negara mewujudkannya dalam kebijakan luar negeri.

Terkait dengan Kebijakan Luar Negeri, Holsti menjelaskan dalam bukunya

yang berjudul International Politics, A framework for Analysis, sebagai berikut:

“What is foreign policy? How do we make sense of all the phenomena that

transcened national borders-sending a diplomatic note, attending a summit meeting, enunciating a doctrine, making an alliance or formulating long-range but vague, objective such ass “peace with freedom” or a “new ideas or world

order”. They are all aspects of foreign policy: ideas for actions designed by

policy makers to solve a problem or promote some change in the policies, attitude, or actions of another state or state , in nonstate actors (e.g., terrorist

groups)”.16

Holsti pun menjelaskan,

15Mochtar Mas’oed,

Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pustaka Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal. 61.

16

Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis, Seventh Editions, London: Prentice Hall, 1995, hal : 83.


(32)

13

“A major line of foreign policy is seldom chosen for a single reason or purpose.

Governments operate in highly complex external and domestic environments. These contexts offer both opportunities and constraints, and policy makers have to respond to them constantly by making choices, all time trying to protect or

advance their nations interests.”17

Berdasarkan dua penjabaran di atas, Holsti menjelaskan bahwa, kebijakan luar negeri adalah komitmen yang dilaksanakan dengan menggunakan tingkat kompleksitas yang mempertimbangkan unsur-unsur internal dan eksternal dari suatu Negara. Kebijakan luar negeri terlaksanan karena adanya peluang bagi Negara untuk melindungi tujuan nasionalnya dan pembuat keputusan yang berupaya melakukan pencitraan serta analisis kepentingan nasional mereka pada waktu mendatang.

Menurut Holsti, kebijakan luar negeri memiliki lingkup yang meliputi keseluruhan tindakan serta aktifitas Negara terhadap lingkungan eksternalnya. Tindakan tersebut merupakan upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut (eksternal dan internal), serta merespons akan berbagai kondisi internal

yang menopang tindakan tersebut. 18 Sehingga kebijakan luar negeri tersebut

dilaksanakan karena dipengaruhi oleh kepentingan nasional Negara pemilik

kebijakan luar negeri. Holsti mendefinisikan bahwa,pengaruh ( influence)

digunakan sebagai alat-alat untuk menjaga perilaku aktor. Pengaruh tersebut

dilihat dari aspek kekuatan (power) merupakan perangkat untuk mencapai tujuan

dalam pemerintahan. Negara tersebut akan mencari pengaruh untuk kepentingan negaranya yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional,

17

Ibid, hal : 252. 18

K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Bandung : Cipta, 1992. Hal 21, dalam Politik Luar Negeri, oleh Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR., Ph. D. diakses melalui http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/politik_luar_negeri.pdf pada tanggal 12 September 2014, pukul 15.27.


(33)

14

diantaranya prestice, keutuhan wilayah, semangat nasional, kekayaan alam,

keamanan, dan persekutuan. 19

Terkait dengan kebijakan luar negeri, Holsti menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri memiliki empat komponen yang meliputi orientasi kebijakan, peran nasional, tujuan nasional, dan tindakan nasional. Dalam komponen tersebut Holsti menjelaskan bahwa orientasi kebijakanyang dimaksudkan Holsti adalah sikap dan komitmen umum suatu Negara terhadap lingkungan eksternal dan strategidasar Negara. Melalui orientasi tersebut karenaadanya sistem internasional dan kebijakan luar negeri yang dikaitka dengan domestik, dan adanya perspektif terhadap ancaman. Holsti menganggap juga bahwa lokasi geografisdan keadaan topografi Negara dikaitkan dengan orientasi. Menurut Holsti, yang berusaha membangun suatu koalisi atau aliansi militer dikarenakan adanya ancaman,hal

tersebut merupakan pertimbangan penting dalam orientasi.20

Holsti menjelaskan dalam kebijakan luar negeri terdapat komponen peran nasional yang merupakan pembela kawasan tertentu yang membantu penyelesaian

konflik internasional. Peran nasional memiliki beberapa tipe sebagau berikut: 21

pemimpin regional, pelindung regional, bebasaktif, pendukung kebebasan, agen anti inperialis, pembela keyakinan, mediator intergrator, kolaborator sub sistem regional, pembangun, sekutu setia, bebas, meneladani, Pembangun dalam negeri,dan selain tipeyang disebutkan, termasuk dalam tipe penyeimbang. Ketentuan tipe didasarkan atau diperoleh dari keaktifan suatu Negara dalam keterlibatan penyelesaian masalah internasional.

19

Ibid hal 201 , Holsti, K.J, International Politics, A Framework for Analysis. 20

K.J. Holsti, Politik Internasional : Kerangka Analisa, Pedoman Ilmu Jaya, 1987. Hal. 135- 136 21


(34)

15 Holsti menjelaskan juga bahwa dalam keterkaitan dengan kebijakan luar negeri terdapat tujuan dan tindakan nasional dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri. Menurut Holsti, tujuan dan tingkah laku politik berhubungan dengan nilai yang menjadi target Negara dalam jangka waktu tertentu. Hal-hal yang dilaksanakan olehpemerintahan terhadap pemerintah lainnya dalam rangka orientasi tertentu, negaradapat memerankan beberapa peran nasional dalam mencapai tujuan.

Sehingga kebijakan luar negeri memiliki sekumpulan komitmen yang

mengacu pada strategi kepentingan,tujuan, serata sarana untuk mencapainya.22

Maka bila dijabarkan, menurut Holsti kebijakan luar negeri memiliki substansi pembentuk kebijakan luar negeri yang meliputi tiga pengaruh terciptanya

kebijakan luar negeri, yaitu : 23

1. Faktor Eksternal, meliputi sistem politik dan ekonomi ekonomi internasional, tujuan dan kebijakan Negara lain, masalah-masalah global atau regional yang ditimbulkan oleh aktifitas perorangan.

2. Faktor Internal, meliputi berbagai kebutuhan sosio- ekonomi, keamanan, karakter geografis, atributnasional, opini publik, partai politik.

3. Faktor Lain ( persepsi dan Perilaku), meliputi citra, nilai, doktrin, dan ideologi.

Tiga substansi kebijakan luar negeri tersebutdapat digambarkan seperti berikut:

22

Ibid, hal. 88 & 133.Holsti : Politik Internasional. 23


(35)

16 Gambar 1.5.1 Substansi Kebijakan Luar Negeri

Substansi tersebut bila digunakan untuk menganalisis kebijakan luar negeri Australia dalam penanganan instabilitas politik di Solomon dipengaruhi oleh faktor geografi Australia yang berada di lingkungan Negara-negara yang memiliki perbedaan fisik dan budaya. Sehingga menimbulkan niat bagi Australia

membangun good neighbourhood yang terlihat dari kesediaan Australia

membantu Solomon. serta partai politik di Australia yang memiliki perspektif dalam memandang kasus di Solomon perlu ditangani karena masing-masing partai tidak lepas dari kepentingan Negara yaitu menciptakan stabilitas regional. Faktor eksternal dapat terihat dari adanya pengaruh AS dan Inggris bagi Australia dalam menciptakan keamanan kawasan. serta Faktor perilaku politik Australia yang memiliki ideologi bahwa bentuk teroris merupakan pengaruh buruk bagi

Foreign

Policy

Domestik (kebutuhan sosio- ekonomi, keamanan, karakter

geografis, atribut nasional, opini publik,

partai politik)

External (sistem politik& ekonomi internasional,

kebijakan Negara lain, masalah global /regional

yang ditimbulkan oleh aktifitas perorangan.)

Perspective (citra, nilai, doktrin, dan ideologi)


(36)

17 keamanan nasional maupun kawasan. Sedangkan faktor pembuat keputusan dapat dilihat dari adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan. 1.5.2 Keamanan Nasional

Realis menempatkan keamanan sebagai derivasi dari power.24 Kondisi

keamanan dapat diperoleh suatu Negara jika sebah Negara tersebut melakukan untuk menggunakan seluruh power yang dimiliki untuk mencapai posisi dalam hubungan dengan aktor lain, serta sekaligus dapat mengatasi sumber-sumber instabilitas yang dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan nasionalnya.

Barry Buzan merupakan seorang pemikir yang mengasumsikan bahwa keamanan adalah turunan dari power. Buzan membagi kondisi keamanan menjadi dasar konsep, yaitu kondisi keamanan yang berdiri sendiri dan kondisi keamanan

yang memiliki kaitan dengan sistem internasional.25 Jika kondisi keamanan suatu

Negara berdiri sendiri, maka keamanan tersebut didefinisikan kebebasan dari ancaman. Sedangkan jika kondisi keamanan tersebut terkait dengan sistem keamanan internasional, maka konsep keamanan tersebut dihubungakan dengan tujuan mempertahankan identitas kemandirian dan integrasi fungsional mereka. Sehingga keamanan memiliki konsekuensi seperti keamanan bersifat relasional,dalam arti bersifat dinamis mengikuti pola interaksi antar Negara dalam sistem internasional. Dalam menciptakan keamanan nasional, Negara melakukan

24

Ibid, hal : 57. 25

Lihat Coulombis dan Wolfe dalam Pengantar Hubungan Internasional, Bandung, Abardin, 1990, hal : 86-89


(37)

18 kebijakan luar negeri dengan memperhatikan beberapa dimensi, yaitu militer,

politik, sosial, ekonomi, lingkungan.26

Keamanan memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, keamanan

memiliki beragam dimensi, seperti kepemilikan militer dan ekonomi negera. Kedua, keamanan bersifat relatif, dalam artian setiap Negara merasa tidak aman dengan ancaman yang terjadi di Negara lain, sehingga setiap Negara berupaya

meningkatkan power. Ketiga, keamanan berkaitan dengan power, power tersebut

terdapat dalam keadaan ketika Negara berinteraksi dengan aktor, sehingga keamanan bersifat relasional karena keamanan merupakan suatu fungsi yang

terjadi ketika ada interaksi antara dua subjek atau lebih. Keempat, keamanan

secara inheren memiliki nilai, tujuan, dan kepentingan Negara yang hendak dicapai. Kepentingan nasional tersebut dapat diaplikaskan melalui kebijakan

keamanan yang diarahkan oleh kepemiikan power untuk menciptakan

kepentingan nasional. Sehingga, upaya yang dilakukan oleh Negara menggunakan kemampuan yang dimilikinya dalam menciptakan keamanan nasional terwujud untuk kebijakan keamanan nasionalnya. Kebijakan keamanan Negara meliputi kepentingan nasional dan sumber-sumber ancaman dari Negara lain yang dapat mengganggu usaha pencapaian kepentingan nasional tersebut.

Pengertian keamanan menurut Buzan tersebut digunakan untuk menganalisis kebijakan luar negeri Australia dalam intervensinya terhadap instabiitas Solomon, maka ditarik pengertian bahwa Australia memiliki karakteristik keamanan secara inheren dengan nilai dan tujuan sebagai

26

Barry Buzan, People, State, and Fear, An Agenda For International Security Studies In The Post-Cold War Era, Second Edition, Inggris : Harvester Wheatsheaf, 1991, hal : 116-134.


(38)

19 kepentingan nasional yang berhubungan dan keamanan yang bersifat relasional dengan sistem internasional. Pada karakteristik dimensi militer Australia yang merupakan bentuk stategi pertahanan Australia dan AS di Pasifik. Pada dimensi politik terlihat dari Aglo-Amerika yang diterapkan Australia yang berdampak pada lingkungan internal dan eksternal Australia yang memandang bahwa segala macam bentuk kekerasan seperti anarki dan teror adalah tindakan yang perlu diperangi, sehingga ditarik kesimpulan bahwa penciptaan keamanan Australia berhubungan dengan sistem internasional.

Secara inheren, Keamanan Australia memiliki nilai untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya, melalui kebijakan intervensi Solomon Austraia berupaya menciptakan stabilitas kawasan untuk melindungi stabilitas nasionalnya. 1.6Metode Penelitian

1.6.1 Level Analisis

Menentukan dua variabel menjadi variabel independen (unit eksplanasi) dan variabel dependen (unit analisis) akan membantu menjelaskan permasalahan pada sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, Intervensi Australia sebagai variabel dependen atau analisis karena merupakan akibat dari adanya istabilitas politik di Solomon, sedangkan variabel independen pada penelitian ini yaitu instabilitas politik di Solomon. Istabilitas politik di Solomon merupakan variabel eksplanatif, kerena merupakan sebab dari keluarnya kebijakan intervensi Australia. Tingkat variabel independen dalam penelitian ini sejajar dengan variabel dependen yaitu tingkat Negara. Kepentingan Australia dalam kebijakan luar negeri penanganan instabilitas politik Solomon dilakukan oleh Australia (negara) dan ditujukan untuk


(39)

20 kepentingan Negara pula sehingga dua variabel tersebut memiliki tingkat analisis sejajar. Melalui penempatan variabel, disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian korelasionis, karena variabel unit analisanya sejajar dengan unit eksplanasinya.

1.6.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif digunakan untuk menganalisis dua variabel atau lebih dengan menguji teori. 1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Data yang dimanfaatkan berupa data sekunder, seperti data dari media cetak, yaitu buku, juga melalui media elektronik berupa informasi yang diakses melalui internet. Melalui sejumlah studi pustaka dengan tema terkait tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar kajian penelitian ini. 1.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, mengunakan metode kualitatif. Metode kualitatif, digunakan melalui pengelolaan data-data menjadi instrumen dasar untuk merumuskan jawaban dari permasalahan pada penelitian ini.

1.7Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Batasan Waktu

Menjawab rumusan masalah penelitian ini, menentukan titik fokus untuk tetap konsisten pada tema permasalahan. Berawal dari keputusan Australia untuk


(40)

21 menangani instabilitas politik di Solomon pada tahun 2003 hingga Juni tahun 2013.

1.7.2 Batasan Materi

Penelitian ini menganalisis Intervensi Australia dalam menangani instabilitas politik di Solomon yang fokus terhadap kebijakan Australia sebagai pemimpin misi bantuan kawasan di Solomon.

1.8 Hipotesa

Melalui rumusan masalah mengapa Australia melakukan intervensi terhadap instabilitas politik di Solomon, didapatkan jawaban sementara, yaitu kebijakan penanganan instabilitas politik di Solomon oleh Australia dikarenakan Australia berupaya mengembalikan stabilitas nasional Solomon dari status Negara gagal Solomon agar tidak menjadi tempat berkembangnya tindakan teror karena dampak instabilitas di Solomon. Serta Australia mencegah masuknya Negara agresor lain ke kawasan Pasifk melalui intervensi di Solomon. sehingga instabilitas politik Solomon perlu ditangani untuk menciptakan keamanan nasional Australia melalui penciptaan keamanan Pasifik.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB ISI

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Teori dan Konsep 1.5.1 Kebijakan Luar Negeri 1.5.2 Keamanan Nasional 1.6 Metodologi Penelitian


(41)

22 1.6.1 Level Analisis

1.6.2 Tipe Penelitian

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

1.6.4 Teknik Analisis Data

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Batasan Penelitian 1.7.2 Batasan Waktu 1.8 Hipotesa

1.9 Sistematika Penulisan

II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN INTERVENSI

AUSTRALIA 2.1 Gambaran Umum Solomon

2.2 Kondisi Instabilitas Solomon

2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2003 : Instabilitas

Politik Solomon

2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003-2013 : Masa Intervensi Australia di Solomon

III FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP

INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON 3.1 Faktor Eksternal

3.1.1 Sistem politik dan ekonomi internasional : Great Power & Globalisasi.

3.1.2 Tujuan dan Kebijakan Negara Lain : Permohonan

intervensi Australia oleh PIF.

3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan:

Tindakan Terorisme di Solomon. 3.2 Faktor Internal

3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan

3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat Solomon 3.2.2 Atribut Nasional

3.2.3 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik di Australia 3.2.4 Opini Publik

3.3 Perspektif Australia dalam Menciptakan Citra, Nilai, dan Ideologi

IV

PENUTUP 4.1 Kesimpulan


(1)

17 keamanan nasional maupun kawasan. Sedangkan faktor pembuat keputusan dapat dilihat dari adanya kepentingan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan.

1.5.2 Keamanan Nasional

Realis menempatkan keamanan sebagai derivasi dari power.24 Kondisi keamanan dapat diperoleh suatu Negara jika sebah Negara tersebut melakukan untuk menggunakan seluruh power yang dimiliki untuk mencapai posisi dalam hubungan dengan aktor lain, serta sekaligus dapat mengatasi sumber-sumber instabilitas yang dikhawatirkan dapat mengganggu keamanan nasionalnya.

Barry Buzan merupakan seorang pemikir yang mengasumsikan bahwa keamanan adalah turunan dari power. Buzan membagi kondisi keamanan menjadi dasar konsep, yaitu kondisi keamanan yang berdiri sendiri dan kondisi keamanan yang memiliki kaitan dengan sistem internasional.25 Jika kondisi keamanan suatu Negara berdiri sendiri, maka keamanan tersebut didefinisikan kebebasan dari ancaman. Sedangkan jika kondisi keamanan tersebut terkait dengan sistem keamanan internasional, maka konsep keamanan tersebut dihubungakan dengan tujuan mempertahankan identitas kemandirian dan integrasi fungsional mereka. Sehingga keamanan memiliki konsekuensi seperti keamanan bersifat relasional,dalam arti bersifat dinamis mengikuti pola interaksi antar Negara dalam sistem internasional. Dalam menciptakan keamanan nasional, Negara melakukan

24

Ibid, hal : 57.

25

Lihat Coulombis dan Wolfe dalam Pengantar Hubungan Internasional, Bandung, Abardin, 1990, hal : 86-89


(2)

18 kebijakan luar negeri dengan memperhatikan beberapa dimensi, yaitu militer, politik, sosial, ekonomi, lingkungan.26

Keamanan memiliki beberapa karakteristik, yaitu: Pertama, keamanan memiliki beragam dimensi, seperti kepemilikan militer dan ekonomi negera.

Kedua, keamanan bersifat relatif, dalam artian setiap Negara merasa tidak aman

dengan ancaman yang terjadi di Negara lain, sehingga setiap Negara berupaya meningkatkan power. Ketiga, keamanan berkaitan dengan power, power tersebut terdapat dalam keadaan ketika Negara berinteraksi dengan aktor, sehingga keamanan bersifat relasional karena keamanan merupakan suatu fungsi yang terjadi ketika ada interaksi antara dua subjek atau lebih. Keempat, keamanan secara inheren memiliki nilai, tujuan, dan kepentingan Negara yang hendak dicapai. Kepentingan nasional tersebut dapat diaplikaskan melalui kebijakan keamanan yang diarahkan oleh kepemiikan power untuk menciptakan kepentingan nasional. Sehingga, upaya yang dilakukan oleh Negara menggunakan kemampuan yang dimilikinya dalam menciptakan keamanan nasional terwujud untuk kebijakan keamanan nasionalnya. Kebijakan keamanan Negara meliputi kepentingan nasional dan sumber-sumber ancaman dari Negara lain yang dapat mengganggu usaha pencapaian kepentingan nasional tersebut.

Pengertian keamanan menurut Buzan tersebut digunakan untuk menganalisis kebijakan luar negeri Australia dalam intervensinya terhadap instabiitas Solomon, maka ditarik pengertian bahwa Australia memiliki karakteristik keamanan secara inheren dengan nilai dan tujuan sebagai

26

Barry Buzan, People, State, and Fear, An Agenda For International Security Studies In The Post-Cold War Era, Second Edition, Inggris : Harvester Wheatsheaf, 1991, hal : 116-134.


(3)

19 kepentingan nasional yang berhubungan dan keamanan yang bersifat relasional dengan sistem internasional. Pada karakteristik dimensi militer Australia yang merupakan bentuk stategi pertahanan Australia dan AS di Pasifik. Pada dimensi politik terlihat dari Aglo-Amerika yang diterapkan Australia yang berdampak pada lingkungan internal dan eksternal Australia yang memandang bahwa segala macam bentuk kekerasan seperti anarki dan teror adalah tindakan yang perlu diperangi, sehingga ditarik kesimpulan bahwa penciptaan keamanan Australia berhubungan dengan sistem internasional.

Secara inheren, Keamanan Australia memiliki nilai untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya, melalui kebijakan intervensi Solomon Austraia berupaya menciptakan stabilitas kawasan untuk melindungi stabilitas nasionalnya.

1.6Metode Penelitian 1.6.1 Level Analisis

Menentukan dua variabel menjadi variabel independen (unit eksplanasi) dan variabel dependen (unit analisis) akan membantu menjelaskan permasalahan pada sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, Intervensi Australia sebagai variabel dependen atau analisis karena merupakan akibat dari adanya istabilitas politik di Solomon, sedangkan variabel independen pada penelitian ini yaitu instabilitas politik di Solomon. Istabilitas politik di Solomon merupakan variabel eksplanatif, kerena merupakan sebab dari keluarnya kebijakan intervensi Australia. Tingkat variabel independen dalam penelitian ini sejajar dengan variabel dependen yaitu tingkat Negara. Kepentingan Australia dalam kebijakan luar negeri penanganan instabilitas politik Solomon dilakukan oleh Australia (negara) dan ditujukan untuk


(4)

20 kepentingan Negara pula sehingga dua variabel tersebut memiliki tingkat analisis sejajar. Melalui penempatan variabel, disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian korelasionis, karena variabel unit analisanya sejajar dengan unit eksplanasinya.

1.6.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif digunakan untuk menganalisis dua variabel atau lebih dengan menguji teori.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Upaya untuk menganalisa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Data yang dimanfaatkan berupa data sekunder, seperti data dari media cetak, yaitu buku, juga melalui media elektronik berupa informasi yang diakses melalui internet. Melalui sejumlah studi pustaka dengan tema terkait tersebut, kemudian digunakan sebagai dasar kajian penelitian ini.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, mengunakan metode kualitatif. Metode kualitatif, digunakan melalui pengelolaan data-data menjadi instrumen dasar untuk merumuskan jawaban dari permasalahan pada penelitian ini.

1.7Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Batasan Waktu

Menjawab rumusan masalah penelitian ini, menentukan titik fokus untuk tetap konsisten pada tema permasalahan. Berawal dari keputusan Australia untuk


(5)

21 menangani instabilitas politik di Solomon pada tahun 2003 hingga Juni tahun 2013.

1.7.2 Batasan Materi

Penelitian ini menganalisis Intervensi Australia dalam menangani instabilitas politik di Solomon yang fokus terhadap kebijakan Australia sebagai pemimpin misi bantuan kawasan di Solomon.

1.8 Hipotesa

Melalui rumusan masalah mengapa Australia melakukan intervensi terhadap instabilitas politik di Solomon, didapatkan jawaban sementara, yaitu kebijakan penanganan instabilitas politik di Solomon oleh Australia dikarenakan Australia berupaya mengembalikan stabilitas nasional Solomon dari status Negara gagal Solomon agar tidak menjadi tempat berkembangnya tindakan teror karena dampak instabilitas di Solomon. Serta Australia mencegah masuknya Negara agresor lain ke kawasan Pasifk melalui intervensi di Solomon. sehingga instabilitas politik Solomon perlu ditangani untuk menciptakan keamanan nasional Australia melalui penciptaan keamanan Pasifik.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB ISI

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Teori dan Konsep 1.5.1 Kebijakan Luar Negeri 1.5.2 Keamanan Nasional 1.6 Metodologi Penelitian


(6)

22 1.6.1 Level Analisis

1.6.2 Tipe Penelitian

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data 1.6.4 Teknik Analisis Data 1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Batasan Penelitian 1.7.2 Batasan Waktu 1.8 Hipotesa

1.9 Sistematika Penulisan

II INSTABILITAS POLITIK SOLOMON DAN INTERVENSI

AUSTRALIA

2.1 Gambaran Umum Solomon 2.2 Kondisi Instabilitas Solomon

2.2.1 Kondisi Solomon Tahun 1998 – 2003 : Instabilitas Politik Solomon

2.2.2 Kondisi Solomon Tahun 2003-2013 : Masa Intervensi Australia di Solomon

III FAKTOR INTERVENSI AUSTRALIA TERHADAP

INSTABILITAS POLITIK DI SOLOMON

3.1 Faktor Eksternal

3.1.1 Sistem politik dan ekonomi internasional : Great Power & Globalisasi.

3.1.2 Tujuan dan Kebijakan Negara Lain : Permohonan intervensi Australia oleh PIF.

3.1.3 Masalah Global / Regional dari Aktifitas Perorangan: Tindakan Terorisme di Solomon.

3.2 Faktor Internal

3.2.1 Kebutuhan Keamanan Australia di Kawasan

3.2.2 Karakter Geografis Australia : Tetangga Dekat Solomon 3.2.2 Atribut Nasional

3.2.3 Pemerintahan Australia : Pengaruh Partai Politik di Australia 3.2.4 Opini Publik

3.3 Perspektif Australia dalam Menciptakan Citra, Nilai, dan Ideologi

IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran