sejarah perkembangan tasawwuf

KATA PENGANTAR
Setiap kata yang berarti puji hanya baginya Tuhan seluruh alam, dan setiap kata ucapan
yang bermakna sholawat dan salam hanyalah pantas diperuntukkan pada Nabi Muhammad,
kuasa alam dan sederet cahaya dari keluarganya yang suci.
Guna memenuhi tugas mata kuliah tasawuf yang berupa penulisan makalah. Maka
penulis merasa bertanggung jawab atas penulisan dan peyusunan makalah yang mana
penulisannya mengambil judul Perkembangan Tasawuf.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa karya yang sederhana ini tidak akan dapat menyelesaikan
tanpa bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak dengan segala kerendahan
dan ketulusan hati penulis mengucapkan terimaksih yang tak terhingga kepada teman-teman
STAI dan Bapak Drs.H. Syukron Jazilah, M.Pd.I. dosen pembimbing pada matakuliah
Pengantas Studi Islam. Oleh kerena itu penulis berharap kritik dan saran dari teman-teman,
yang sifatnya membangun guna kamajuan penulis kedepan.
Akhirnya penulis berharap karya yang sederhana ini dapat memberikan kemanfaatan
bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Surabaya, 27 Maret 2009

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengenai sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potongan-potongan sejarah
Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa nabi. Sebab, secara faktual, tasawuf
mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yang dilaksanakan oleh para
sahabat dibawah bimbingan nabi.
Paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad
menjadi Rosullullah. Dan orang-orang Islam baru didaerah Irak dan Iran yang sebelumnya
merupakan orang-orang yang memeluk agama non Islam atau menganut paham-paham
tertentu.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana Sejarah Perkembagan tasawuf ?.
3. Tujuan Masalah
Agar mengetahui sejarah perkembangan tasawuf.

BAB II
PMBAHASAN
1. Perkembangan Tasawuf
a. Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriah
 Perkembangan Pada Masa Sahabat.

Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rosullullah yang serba sederhana dimana
hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada tuhannya. Beberapa sahabat yang
tergolong sufi diabad pertama dan fungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar
kota madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi.
 Abu Bakar as-Siddiq, wafat tahun 13 Hijriah beliau adalah saudagar yang kaya raya
ketika masih berada di Makkah. Tetapi ketika ia hijrah ke Madinah harta
kekayaannya telah habis disumbangakan untuk kepentingan tegaknya agama Allah.
 Umar bin Khathab; wafat tahun 23 Hijriah
Saat menjadi khalifah beliau termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya terhadap
sesama manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah beliau selalu mengadakan
pengamatan langsung terhadap kaum rakyatnya.
 Utsman bin Affan; wafat tahun 35 hijriah
Meskipun ia diberi kelapangan rizki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup yang
sederhana.
 Ali bin Abi Thalib; wafat tahun 40 Hijriah
Beliau termasuk orang senang hidup sederhana.
 Salman al-Farisy
Salman Al-Farisy pernah meramalkan akan datangnya seorang Rasul yang terakhir
yaitu Muhammad. Ia pun tergolong ahli zuhud orang-orang masehi yang senang
mengembara ke Brigai negri dengan cara hidup yang miskin.

 Abu Dzar Al-Ghifari
Ia adalah seorang yang elalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu
Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup yang meskin dan tidak pernah
merasa menderita bila ditimpa cabaan.
b. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Tabi'in
Ulama-ulama sufi dari kalangan Tabi'in adalah murid dari ulama-ulama sufi dari
kalangan sahabat. Kalau membicarakan perkembangan tasawuf pada abad kedua dengan
mengemukakan tokoh-tokohnya pula dari kalangan Tabi'in.
Tokoh-Tokoh Ulama' Sufi Tabi'in, antara lain:
 Al-Hasan Al-Bishri, hidup tahun 22 -110 Hijriah
Ia mendapat ajaran tasawuf dari Hudzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu
mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Maka ia dikenal
sebagi ulama sufi yang sangat dalam ilmunya. Tentang rahasia-rahasia yang
terkandung dalam ajaran Islam, dan sangat menguasai ilmu batin.
Ilmu yang didapatkan dari gurunya, selalu diajarkan pada murid-muridnya yang
bertebaran dikota Basyroh. Ia pun dekenal sebagai orang yang pertama kali
menggunakan masjid Basyroh sebagai madrasah.
 Robi'ah Al-Adawiyah; wafat tahun 185 Hijriah

Ia dikenal sebagai ulama sufi wanita yang mempunyai banyak murid dari kalngan

wanita pula. Kalau Al-Hasan menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan falsafah
tawakal, khouf, dan rojak, maka robiah menganut ajaran zuhud dengan menonjolkan
ajaran falsafah hubb (cinta) dan syauq (rindu) kepada Allah SWT.
 Sufyan bin Said ats-Tsauri, hidup tahun 97 H – 161 H
Ia dilahirkan di Khufa, kemudian meninggal di Basyroh. Dan beliau termasuk salah
satu ulama sufi yang dikagumi karena kezuhudan serta kealimannya. Masa hidupnya
diisi dengan pengabdian secara tasawuf dan aktif mengajarkan ilmu yang ada
padanya. Ia pun selalu menyerukan kepada sesame ulama, agar menjauhkan dirinya
dari godaan dunia yang sering membawa manusia lupa mengabdikan dirinya kepada
Tuhan.
 Daud Ath-Thaaly; wafat tahun 165 Hijriah
Semula ia belajar fiqih pada pada Imam Abu Hanifah kemudian tertarik mempelajari
ilmu tasawuf, sampai dikenal sebagi ulama sufi yang senang 'uzlah ditempat yang
sunyi.
 Syaqieq Al-Bulkhiy; wafat tahun 194 Hijriah
Ia adalah murid dari Ibrahim bin Ad-Ham, kemudian menjadi gurunya Hatim AlAshom. Dalam kehidupannya sebagai sufi ia sangat menghargai waktu untuk
diisinya dengan iabadah kepada Allah.
Pada abad pertama Hijriah, ulama-ulama tasawuf hanya berada dibeberapa kota yang
tidak jauh dari kota Madinah. Tetapi di abad kedua Hijriah adalah kemurniannya
dibandingkan dengan kemurnian tasawuf di abad-abad sesudahnya. Karena pada abad itu,

ajaran tasawuf sudah mulai ternoda oleh ajaran filsafat beserta tradisi agama dan
kepercayaan yang dianut oleh manusia sebelum Islam.
Maka pada abad sesudahnya, sudah mulai terlihat adanya perbedaan ajaran tasawuf
dengan corak teologi dan falsafi yang lama kelamaan perbedaannya semakin jauh.
Sehingga kecurigaan antara suatu penganut tasawuf dengan yang lainnya semakin
menonjol.
c. Perkembangan Abad Ketiga dan Keempat Hijriah.
Perkembangan pada abad ketiga
Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya
segolongan ahli tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang
pada masa itu, sehingga mereka membagi menjadi tiga macam, yaitu:
Tasawuf yang berintikan ilmu jawa: tasawuf yang berisi suatu metode yang lengkap tentang
metode pengembangan jiwa.
Tasawuf yang berintikan ilmu akhlaq: yaitu didalamnya terkandung petunjuk-petunjuk
tentang cara-cara berbuat baik, serta cara-cara menghindarkan keburukan.
Tasawuf yang berintikan metafisika: yaitu didalamnya terkandung ajaran yang melukiskan
ketunggalan hakikat ilahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang
mutlak.
Pada abad ketiga ini, tokoh-tokoh sufi yang terkenal antara lain:
Abu Sulaiman Ad-Daarany, wafat tahun 215 Hijriah


Nama sebenarnya adalah Abdur Rahman bin 'Athiyah, ia dikenal sebagai ulama sufi yang
menguasai ilmu hakikat, dan sikapnya sangat wara' serta selalu menerima segala cobaan
yang menimpa dirinya.
Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasaly; wafat tahun 230 hijriah
Ia dilahirkan di Damaskus dan dikenal dengan penduduk negri syam (Siria) sebagai ahli
psikologi dan ilmu akhlak. Ia sebagi salah seorang murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat
dekat dengan abu Sulaiman Ad-Daarany.
Abdul Faidh Dzun Nun bin Ibrohim Al-Mishry; wafat tahun 245 Hijriah.
Mengenai ajaran tasawuf yang dianutnya, cenderung bercorak filsafat kimia, sehingga ia
pernah dituduh oleh fuqoha' Mesir sebagai zindinq.
Abu Yazid Al-Busthamy; wafat tahun 261 H / 874 M
Dalam ajaran tasawufnya, terkadang filsafat hulul dan ittihad, yang kadang-kadang
diungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat.
Junaid Al-Baghdady; wafat tahun 298 Hijriah
Karena kealimanya, sehingga dinegri terkenal dengan nama penghulu ulama akhirat.
Al-Hallaj; lahir tahun 244 H / 858 M
Nama lengkapnya adalah Husain bin Manshur bin Muhammad al-Hallaj, yang dilahirkan
disebuah desa yang bernama "thuur", dekat desa Baidhaa' Persia. Dalam ulama tasawuf,
dialah sufi yang paling terkenal kegigihannya.

Di akhir abad ketiga hijriah, ini mulai timbul perkembangan baru dalam sejarah tasawuf
yang ditandai dengan bermunculnya lembaga pendidikan dan pengajarannya yang
didalamnya terdapat kegiatan pengajaran. Tasawuf dan latihan-latihan rohaniahnya; yang
antara yang satu terdapat perbedaan corak ajaran tasawuf yang diajarkannya, dengan sistwm
yang berbeda-beda pula.
Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriah
Pada abad ini, ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan
dengan kemajuannya di abad ketiga hijriah, karena usaha maksimal para ulama tasawuf
untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf di luar kota Bagdad, dipelopori oleh beberapa
ulama tasawuf yang terkenal kealimannya, antara lain:
Musa Al-Anshary
Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubbazy
Abu Yazid Al-Adamy
Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahab As-Saafy
Ciri-ciri yang terdapat di abad ini, ditandai dengan semakin kuatnya unsure filsafatnya yang
mempengaruhi corak tasawuf. Dikarenakan sudah banyaknya buku filsafat yang
mempengaruhi corak tasawuf, dikarenakan sudah banyaknya buku filsafat yang tersebar
dikalangan umat Islam dari hasil terjemahan orang-orang muslim sejak permulaan Daulah
Abbasiyah. Dan pada abad ini pula mulai dijelaskannya perbedaan ilmu zahir dan ilmu

batin, yang dapat dibagi oleh ahli tasawuf yang menjadi empat malam, yaitu:
Ilmu Syari'ah
Ilmu Thariqoh
Ilmu Haqiqoh
Ilmu Ma'rifah

Perkembangan Tasawuf Pada abad kelima Hijriah
Pada abad kelima ini, kaedaan semakin rawan ketika berkembangnya madzhab syi'ah
isma'liyah: yaitu suatu (faham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada
keturunan Ali bin abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia ini harus diatur oleh
imam, kerena dialah yang langsung menerima petunjuk dari Rasulullah SAW. Ada 12 imam
yang berhak mengatur dunia ini, yang disebutnya sebagai Imam Mahdi, yang akan menjelma
kedunia dengan membawa keadilan dan memurnikan ajaran agama Islam.
Kedua belas imam tersebut adalah:
Ali bin abi Thalib
Hasan bin Ali
Husein bin Ali
Ali bin Husein (Zainul Abidin)
Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
Ja'far Shadiq bin Muhammad Al-Baakir

Musa al-Khazim bin Ja'far Shadiq
Ali Ridha bin Khazim
Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
Ali Al-Haadi bin Jawwad
Hasan Asykary bin Al-Haadi
Muhammad bin Hasan Al-Mahdi
Imam Al-Ghazali juga membedakan tingkat imam setiap hamba menjadi tiga tingkatan
yaitu:
Imam orang awam
Imam orang alim
Imam orang arif (Bijaksana).
Pada abad inilah terlihat tanda-tanda semakin dekatnya corak tasawuf dengan ajaran tasawuf
yang diamalkan pada abad pertama hijriah. Tetapi pada abad sesudahnya, kembali terlihat
ada tanda-tanda yang menjurus kepada perbedaan pendapat ahli tasawuf dengan fuqoha'
beserta mutakallim, karena corak tasawuf falsafi yang telah diamalkan pada abad ketiga dan
keempat hijriah kembali muncul dikalangan umat Islam.
Pada Abad Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan
Perkembangan tasawut pada abad keenam hijriah.
Beberapa ulama' tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf pada abad
ini, antara lain:

Syihabuddin Abul Futuu As-Suhrawardy; wafat tahun 587 H
Dalam ajaran tasawufnya ia berpendirian bahwa Allah adalah nur (cahaya) dari segala nur, ia
memahami bahwa Allah dengan "Nurul Anwar" menamai jasad (Al-Jism) dengan istilah
"Jauharatul Muhlim" menamai roh dengan istilah "Anwarul Mujarradah" da alam barzah
dinamainya dengan istilah "Alamul ajsamm" serta pencipta ilmu pengetahuan dinamai
dengan istilah "Ahlul hikmah".
Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H
Ia merupakan pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Said Al-khurasaany yang dikenal sebagai sufi
yang aktif mengajukan ilmu tasawuf

Di abad kelima hijriah. Pada kelima ini, imam Al-Ghazali telah mengembalikan citra ahli
tasawuf dikalanan umat Islam, dengan mempertemukan ilmu zhahir dengan ilmu batin.
Tetapi diabad keenam hijriah ini, suasana kemelut antara ulama syariat dengan ulama
tasawuf kembali memburuk, karena dihidupnya lagi pemikiran-pemikiran Al-Hulul,
wihdatul wujud dan wihdatul ad-yaan oleh kebanyakan ulama tasawuf, antara lain
Syihabuddin Abdul Ftuuh Asy-Suhrawardy dan al-Ghaznawy. Sehingga timbul berbagai
protes dari ulama syari'at dan mengajukan keberaannya kepada penguasa ketika itu.
Perkembangan tasawuf pada abad ketujuh hijriah
Ada beberapa ulama tasawuf yang berpengaruh diabad ini antara lain:
Umar Ibnu Faridh

Ia lahir di Homat (Syiria) tahun 576 H / 1181 Masehi da wafat di Mesir tahun 632 H / 1233
M. Ia adalah pelanjut ajaran wihdatul wujud.
Dalam kitabnya yang berjudul "Ath-Thahiyatul Kubro" ia menguraikannya bahwa cintalah
yang membakar jiwanya, sehingga ia selalu ingin berhubungan dan bersatu dengan tuhannya
untuk mencapai tujuan dalam tasawuf.
Ibnu Sabi'in; lahir di Mercial
Lahir di Spanyol pada tahun 613 H / 1215 M, dan wafat di makkah tahun 667 H. Semula
beliau dikenal sebagai ulama fiqih, tetapi kamudian ia mengalihkan perhatiannya untuk
memperdalam ilmu tasawuf, sampai ia berhasil menduduki posisi imam pada abad itu.
Jalaluddin Ar-Rummy
Lahir dikota Balkh tahun 604 H / 1217 M, dan wafat tahun 672 H / 1273 M, ia mempunyai
pandangan berbeda dengan kebanyakan para ahli tasawuf yang lain, yang ber madzhab
Jabariah. Pada bad ini tercatat dalam sejarah, bahwa masa menurunnya gairah masyarakat
islam untuk mempelajari tasawuf karena berbagai faktor, antara lain:
Semakin gencarnya serangan ulama syari'at memerangi ahli tasawuf yang diiringi dengan
serangan golongan syi'ah yang menekuni ilmu kalam dan ilmu fiqih.
Adanya tekat penguasa (pemerintah) pada masa itu, untuk melanyapkan ajran tasawuf di
dunia Islam, karena dianggapnya dengan kegiatan itulah yang menjadi sumber perpecahan
umat Islam.

Perkembangan Tasawuf pada abad ke delapan Hijriah.
Dengan terlampaunya abad ketujuh hijriah, hingga dimasukinya abad kedelapan hijriah,
tidak terdengar lagi perkembanagan dan pemikiran baru dalam tasawuf, meskipun banyak
pengarang kaum sufi yang mengemukakan tentang ilmu tasawuf , tetapi kurang
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam sehingga boleh dikatakan
nasib ajaran tasawuf, ketika itu hamper sama dengan nasibnya pada abat ketujuh.
Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriah dan Sesudahnya.
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia Islam. Berarti
nasibnya lebih buruk lagi dari keadaan pada abad-abad sebelumnya.
Banyak diantara peneliti muslim yang menarik kesimpulan, bahwa dua faktor yang sangat
menonjol yang menyebabkan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia Islam, yaitu:

Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat Islam.
Karena ketika itu, penjajah Eropa yang beragama Nashrani sudah menguasai seluruh negri
Islam.

KESIMPULAN
Perkembangan tasawuf mulai abad 1 ke 2 tasawuf masih murni dibanding abad
sesudahnya. Dan pada abad ke 3 mulai timbul perkembangan baru dalam sejarah tasawuf.
Sedangkan pada abad keempat ditandai dengan semakin kuatnya unsure filsafat yang
mempengaruhi corak tasawuf dengan ajaran tasawuf yang diamalkan pada abad pertama
hijriah. Pada abad keenam suasana kemelut antara ulama syari'ah dengan ulama tasawuf
kembali memburuk. Pada abad ketujuh, menurunnya gairah masyarakat Islam untuk
mempelajari tasawuf. Pada abad kedelapan, tidak terdengar lagi perkembanagan dan
pemikiran dalam tasawuf. Dan abad sembilan, sepuluh, dan sesudahnya dalam beberapa
abad ini betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di dunia Islam dan nasibnya lebih buruk lagi
dari keadaan-keadaannya pada abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriah.

DAFTAR PUSATAKA
www. Google.com
Mahyuddin, Drs. 2001, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia.
Musthofa, Drs, 1999, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka setia