ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERUSAHAAN, ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY DALAM MENGOPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU.

(1)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERUSAHAAN, ECONOMIC

ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY DALAM

MENGOPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU (Studi kasus pada PD. Mabbaroh Cahaya Megah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

Oleh Ari Setiawan

0900409

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

ARI SETIAWAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERUSAHAAN, ECONOMIC

ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY DALAM

MENGOPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH


(3)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PERBANDINGAN METODE PERUSAHAAN, ECONOMIC ORDER

QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY DALAM

MENGOPTIMALISASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU” ini

dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuaan. Atas pernyataan tersebut, saya menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian adanya pelanggaran terhadap etika keilmuaan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,


(4)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order

Quantity dan Period Order Quantity dalam Mengoptimalisasi

Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Oleh Ari Setiawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Ari Setiawan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di foto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PERUSAHAAN, ECONOMIC ORDER

QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY DALAM MENGOPTIMALISASI

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU.

Ari Setiawan Bambang Avip P Fitriani Agustina

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi pengendalian persediaan bahan baku pada PD.

Mubbaroh Cahaya Megah dengan cara membandingkan metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang digunakan peneliti, yaitu metode Econnomic Order Quantity (EOQ) dan Period Order Quantity (POQ). Dari hasil perbandingan itu diharapkan bisa mendapatkan pengendalian persediaan bahan baku yang tepat bagi perusahaan, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih optimal. Metode EOQ digunakan karena metode ini secara umum dapat menjawab kondisi yang terjadi di perusahaan. Metode EOQ dan POQ juga dapat membuat perencanaan kebutuhan bahan baku menjadi lebih baik. Penelitian dilakukan selama satu bulan dengan melakukan observasi secara langsung maupun mengumpulkan data-data sekunder berupa data pembukuan perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan metode EOQ dan POQ memberikan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan. Metode EOQ dapat memberikan penghematan biaya persediaan bahan baku hingga Rp 26.715.000, sedangkan metode POQ dapat memberikan penghematan biaya persediaan bahan baku hingga Rp 35.234.000.

Kata kunci : pengendalian persediaan, bahan baku, EOQ, POQ.

ABSTRACT. The purpose of this study is to optimize the inventory control of raw materials in PD. Mubbaroh

Cahaya Megah by comparing method that’s used by the company with other methods., such as Economic Order Quantity (EOQ) and Period Order Quantity. Both of them are used by researcher in this study. From the comparison it’s expected to get the right method for the company in get more optimal profit. EOQ method is used because generally this method can describe the real situation in the company. EOQ and POQ methods make use be able to make the raw material requirements planning better than before. This study was held in one month by doing observation directly and collecting some secondary data from the company. The result showed that by using both EOQ and POQ methods gave more profit than using the company’s method. EOQ method could save the cost of the raw materials inventory up to IDR 26.715.000, while the POQ method could save the cost up to IDR 35.234.000.


(6)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

KATAPENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Bahan Baku ... 5

B. Persediaan... 5

C. Pengendalian Persediaan ... 14

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY ... 19

A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) ... 19

B. Metode Economic Order Quantity ... 19

C. Metode Period Order Quantity ... 24

D. Uji Kuantitas Pemesanan ... 26

E. Waktu Tunggu (Lead Time) ... 26

F. Persediaan Pengaman (Safety Stock) ... 27

G. Titik Pemesanan kembali (Reorder Point)... 29


(7)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV STUDI KASUS ... 33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

B. Sejarah Perusahaan ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Jenis dan Asal Bahan Baku Perusahaan ... 34

E. Prosedur Pengadaan dan Waktu Tunggu (Lead Time) Bahan Baku Perusahaan ... 36

F. Proses Pengadaan Bahan Baku ... 36

G. Volume Pemakaian Bahan Baku... 37

H. Biaya Persediaan dan Penyimpanan Bahan Baku ... 38

I. Pengendalian Persediaan Bahan Baku PD. Mubbaroh Cahaya Megah ... 39

J. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Economic Order Quantity ... 48

K. Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode Period Order Quantity ... 63

L Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(8)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku


(9)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba yang maksimum, serta adanya kontinuitas dan kelancaran dalam menjalankan usahanya. Baik perusahaan jasa, perdagangan, ataupun perusahaan manufaktur selalu memerlukan persediaan. Persediaan merupakan salah satu aspek keputusan yang sangat riskan dalam manajemen logistik. Terlalu besarnya persediaan akan membebani perusahaan dengan biaya simpan (carrying cost) yang tinggi. Jika persediaan tidak diimbangi dengan permintaan, maka dapat menurunkan kualitas barang yang disimpan karena terlalu lama. Sebaliknya, jika terlalu sedikit persediaan akan memperbesar kemungkinan terjadinya kekurangan stok (stock out). Hal ini akan menurunkan pelayanan terhadap konsumen, karena tidak dapat memenuhi keinginan dari konsumen itu sendiri. Pengendalian persediaan barang juga dapat mempengaruhi keberhasilan dari suatu perusahaan untuk bertahan dan bersaing. Pengendalian persediaan juga diharapkan dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

Keuntungan yang maksimum salah satunya dapat dicapai dengan meminimumkan biaya yang berkaitan dengan persediaan (Rangkuti, 2007). Untuk dapat meminimalkan biaya persediaan diperlukan perencanaan yang baik dalam mengoptimalkan jumlah barang yang harus dipesan. Jika pengendalian berjalan dengan optimal, kebutuhan bahan baku yang diperlukan perusahaan dapat terpenuhi dengan baik, dan perusahaan dapat meminimalkan total biaya persediaan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian persediaan adalah waktu kedatangan barang yang akan dipesan kembali. Jika barang yang dipesan membutuhkan waktu yang cukup lama pada periode tertentu maka persediaan barang tersebut harus disesuaikan hingga barang tersebut ada setiap saat hingga barang yang dipesan selanjutnya ada. Di samping itu jumlah barang yang akan dipesan juga harus disesuaikan dengan kapasitas penyimpanan.

Persediaan (inventory) merupakan bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu. persediaan meliputi bahan mentah, bahan pembantu,


(10)

2

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan barang jadi. Di dalam persediaan bahan baku biaya total meliputi, biaya pembelian bahan baku, biaya pemesanan bahan baku dan biaya penyimpanan bahan baku. Dalam menyelesaikan masalah pengendalian persediaan, ada beberapa metode yang dapat diterapkan, yaitu : Economic Order Quantity, Just in

Time, Analisis ABC, Period Order Quantity, dan Backorder (Divianto, 2011).

Metode ini diterapkan dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan serta faktor-faktor yang sesuai dengan kondisi dan keadaan perusahaan, seperti: tenggang waktu pengiriman, pengisian kembali bahan baku, periode waktu pemesanan, jumlah permintaan, kemungkinan diperolehnya potongan harga dalam pembelian jumlah besar, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini penulis akan menerapkan metode Economic Order

Quantity (EOQ) dan Period Order Quantity (POQ) dalam pengendalian

persediaan bahan baku pada PD. Mubbaroh Cahaya Megah (PD. MCM). PD. Mubbaroh Cahaya Megah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi sepatu kulit. Setiap bulannya perusahaan ini memproduksi 1500-1650 pasang sepatu. Bahan baku utama pembuatan sepatu diperoleh perusahaan dari

supplier tetap. Untuk metode pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan

ini masih bersifat manual, sehingga peneliti tertarik untuk menerapkan metode pengendalian persediaan EOQ dan POQ kepada PD. Mubbaroh Cahaya Megah. Metode EOQ dipakai karena metode ini secara umum dapat menjawab kondisi yang terjadi di perusahaan, yakni menentukan persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan tetapi tetap memperhatikan persediaan pengamanan (safety

stock) sehingga dapat menenekan kerugian yang terjadi akibat kurang tepatnya

perusahaan mengolah persediaan mereka.

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah POQ. Metode POQ digunakan dalam menentukan jumlah pemesanan dengan periode tetap yang menekankan pada pengurangan persediaan sampai tingkat yang rendah, sehingga memungkinkan tidak terjadinya sisa bahan baku. Hal ini dapat mengurangi biaya penyimpanan dan biaya kelebihan bahan baku perusahaan. Hasil perbandingan metode itu diharapkan akan menjadi acuan perusahaan untuk menerapkan sistem


(11)

3

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengendalian yang optimal bagi perusahan demi tercapainya keuntungan yang maksimum.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Metode Perusahaan,

Economic Order Quantity dan Period Order Quantity dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus pada PD. Mabbaroh Cahaya Megah)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PD. Mubbaroh Cahaya Megah?

2. Bagaimana penerapan metode Economic Order Quantity dan Period Order

Quantity dalam pengendalian persediaan bahan baku pada PD. Mubbaroh

Cahaya Megah?

3. Bagaimana hasil perbandingan metode perusahaan dengan metode yang diterapkan oleh peneliti?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan masalah-masalah yang dipaparkan sebelumnya adalah:

1. Untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan pada PD. Mubbaroh Cahaya Megah.

2. Menerapkan metode Economic Order Quantity dan Period Order Quantity dalam pengendalian persediaan bahan baku pada PD. Mubbaroh Cahaya Megah.

3. Untuk mengetahui hasil perbandingan metode pengendalian persediaan yang digunakan oleh perusahaan dengan metode yang digunakan oleh peneliti.


(12)

4

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Batasan Masalah

Adapun batasan yang diambil dalam memecahkan masalah agar pembahasan yang dilakukan lebih terarah adalah sebagai berikut:

1. Asumsi dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi dan kebijakan PD. Mubbaroh Cahaya Megah, yaitu:

a. Permintaan produk diketahui secara pasti untuk setiap bulannya tanpa adanya permintaan tambahan diluar kesepakatan awal.

b. Permintaan produk sepatu untuk setiap bulannya berkisar antara 1500-1650 c. Waktu tunggu pemesanan bahan baku bersifat tetap.

d. Pembeliaan bahan baku terhadap supplier memiliki pemesanan minimum (minimum order) untuk setiap bahan baku.

e. Supplier memberikan potongan harga untuk pembelian bahan baku dalam

jumlah tertentu.

2. Peneliti membatasi aplikasi permasalahan yang dibahas pada studi kasus pengendalian persediaan bahan baku utama di PD. Mubbaroh Cahaya Megah.

E.Manfaat penelitian 1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya hasil penelitian tentang manajemen persediaan, dalam hal ini tentang penerapan metode Economic

Order Quantity dan metode Period Order Quantity. 2. Praktis

Bagi mahasiswa skripsi ini diharapkan dapat menjadi media untuk menambah pengetahuan baru, sedangkan untuk perusahaan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dan informasi tambahan bagi perusahaan dalam mengelola persediaan bahan baku untuk kedepannya. Sehingga perusahaan dapat menerapkan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif dan efisien. Untuk lainnya, skripsi ini bisa menjadi bahan masukan untuk melakukan penelitian yang serupa.


(13)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN

PERIOD ORDER QUANTITY

A.Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing)

Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan

dipesan, sehingga dapat meminimalkan total biaya persediaan (Rangkuti, 2007). Objek utama dalam manajemen persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum sesuai dengan jumlah permintaan dan kapasitas dari perusahaan.

Penentuan lot sizing yang paling efisien bagi suatu perusahaan adalah hal yang cukup sulit karena sangat bergantung pada hal-hal seperti berikut :

1. Variansi dari kebutuhan

2. Ukuran periode yang tepat (mingguan, bulanan, atau tahunan) 3. Perbandingan biaya dalam kebutuhan persediaan

Hal inilah yang dapat mempengaruhi keefektifan dan keefesienan antara metode yang satu dengan metode lainnya. Oleh karena itu harus ada perbandingan penggunaan metode untuk melihat metode yang tepat bagi perusahaan. Dalam lot

sizing terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Diantaranya metode economic order quantity (EOQ) dan metode period order quantity (POQ).

B.Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu metode dalam

manajemen persediaan yang klasik dan sederhana. Perumusan metode EOQ pertama kali ditemukan oleh FW Harris pada tahun 1915, tetapi metode ini sering disebut EOQ Wilson Karena metode ini dikembangkan oleh seorang peneliti bernama Wilson pada tahun 1934. Metode ini digunakan untuk menghitung minimalisasi total biaya persediaan berdasarkan persamaan tingkat atau titik

equlibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan (Divianto, 2011).

Metode EOQ mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Hal ini pun


(14)

20

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikemukakan oleh Rangkuti (2007) tentang asumsi yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu :

1. Tingkat permintaan datang secara konstan, berulang-ulang dan diketahui. 2. Tidak diperbolehkan terjadinya kehabisan persediaan

3. Bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu 4. Biaya pemesanan setiap unit adalah konstan

5. Barang yang dipesan tunggal

Tetapi dalam kenyataannya asumsi-asumsi di atas tidak dapat dipenuhi semuanya, karena kondisi dan keadaan yang terkadang bisa terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu metode EOQ mengalami pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan dari perusahaan itu sendiri. Tapi secara umum metode EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut :

√ ...(3.1) Keterangan :

P : Biaya setiap kali memesan

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan

Economic Order Quantity di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Metode Economic Order Quantity Sumber : Handoko, 2000.

Tingkat persediaan

Pesanan diterima

Economic Oerder quantity


(15)

21

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan : R : Reorder Point

L : waktu tunggu (lead time) Q : Jumlah persediaan

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan

Perumusan metode EOQ didapat dari penurunan biaya total. Karena tujuan utama dari penggunaan metode EOQ adalah untuk meminimumkan total biaya persediaan yang mencakup biaya pembelian, biaya simpan bahan baku dan biaya pengadaan. Untuk biaya total dapat dinyatakan sebagai berikut (Rangkuti, 2007) :

...(3.2)

Keterangan : BT(Q) : Biaya total

TB : Total biaya pembelian

TS : Total biaya simpan bahan baku TP : Total biaya pengadaan

Dengan , maka persamaan (3.2) dapat di transformasikan ke dalam bentuk lain menjadi :

...(3.3)

Keterangan:

B : Harga pembelian bahan perunit

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan

Q : Frekuensi permintaan P : Biaya setiap kali memesan

Persamaan (3.3) merupakan sebuah fungsi total biaya persediaan yang bergantung pada frekuensi permintaan (Q). Untuk memperoleh nilai Q yang optimal dengan tujuan meminimumkan biaya total persediaan, persamaan di atas harus di diferensialkan terhadap Q kemudian dibuat nol, sehingga akan diperoleh nilai Q optimal yang dinotasikan dengan Q*. Dimana Q* merupakan nilai dari


(16)

22

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

( )

√ ...(3.4)

Dengan cara lain, total biaya minimum bisa terjadi apabila dua komponen biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan saling berpotongan (Rangkuti, 2007). Hal itu dapat dilihat pada gambar 2.1. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa biaya total yang paling optimalnya adalah sebagai berikut :

atau

Dengan demikian

√ ...(3.5)

Perumusan metode EOQ di atas adalah secara umum (kebutuhan tetap) dan masih harus memenuhi asumsi-asumsi yang diberikan. Tapi, pada kenyataanya asumsi yang diberikan tidak semuanya dapat dipenuhi. Oleh karena itu metode


(17)

23

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EOQ mengalami pengembangan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan keadaan dari perusahaan.Berikut ini jenis metode EOQ menurut Rangkuti (2007) :

1. EOQ dengan adanya kehabisan bahan (stock out)

Stock out terjadi apabila jumlah permintaan atau kebutuhan lebih besar dari

jumlah persediaan yang ada. Hal ini biasanya terjadi karena ada tambahan permintaan dari konsumen. Dalam situasi terjadi kekurangan persediaan ini, perusahaan akan menghadapi dua kemungkinan, yaitu :

a. Membatalkan permintaan

b. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian

Sebagian besar perusahaan tidak akan mengambil kemungkinan pertama karena akan mengurangi citra dari perusahaan dan akan kehilangan pelanggan. Jalan yang paling tepat adalah mengambil kemungkinan kedua, yaitu barang yang tidak dapat dipenuhi saat ini akan dikirim kemudian. Dengan demkian barang yang masih kurang akan dipenuhi pada proses produksi selanjutnya. Akan tetapi hal ini akan membuat perusahaan mengalami biaya tambahan karena melakukan proses produksi tambahan (set up cost = Sc).

Jumlah pemesanan yang paling optimal dengan adanya stock out dapat dirumuskan sebagai berikut :

√ √ ...(3.6) Keterangan :

EOQs : Jumlah pemesanan optimal dengan adanya stock out

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan P : Biaya setiap kali memesan

S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan Cs : Biaya tambahan untuk satu putaran produksi

2. EOQ dengan adanya kapasitas lebih (safety stock)

Kapasitas lebih terjadi karena persediaan yang ada tidak seluruhnya terserap oleh pasar, sehingga terjadi penumpukan persediaan di dalam gudang. Hal ini terjadi karena jumlah persediaan (Ps) lebih dari jumlah permintaan (D).


(18)

24

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perumusan jumlah pemesanan yang paling optimal dengan adanya kapasitas lebih sebagai berikut :

...(3.7) Keterangan :

EOQl : Jumlah pemesanan optimal dengan adanya persediaan lebih

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan P : Biaya setiap kali memesan

S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan Ps : Jumlah persediaan

C. Metode Period Order Quantity (POQ)

Metode POQ digunakan karena merupakan salah satu metode dalam pengendalian persediaan bahan baku yang bertujuan menghemat total biaya persediaan (Total Inventory Cost) dengan menekankan pada efektifitas frekuensi pemesanan bahan baku agar lebih terpola. Metode POQ merupakan salah satu pengembangan dari metode EOQ, yaitu dengan mentransformasi kuantitas pemesanan menjadi frekuensi pemesanan yang optimal (Divianto, 2011). Perumusan metode POQ secara umum adalah sebagai berikut :

̿ √ ̅ ...(3.8)

Keterangan :

POQ : frekuensi pemesanan bahan baku

P : biaya pemesanan bahan baku untuk setiap kali pesan

̅ : permintaan rata-rata perhorizon waktu perencanaan

̿ : permintaan/pemakaian rata-rata bahan baku perputaran produksi S : biaya simpan bahan baku


(19)

25

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk metode POQ dengan adanya stock out dirumuskan sebagai berikut :

...(3.9) Keterangan :

POQs : Jumlah pemesanan berdasarkan periode dengan adanya stock out

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan P : Biaya setiap kali memesan

S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan Cs : Biaya tambahan untuk satu putaran produksi

Sedangkan metode POQ dengan adanya kapasitas lebih (safety stock) dirumuskan sebagai berikut :

...(3.10) Keterangan :

POQl : Jumlah pemesanan berdasarkan periode dengan adanya persediaan lebih

D : Tingkat permintaan (demand) perhorizon waktu perencanaan P : Biaya setiap kali memesan

S : Biaya penyimpanan perhorizon waktu perencanaan Ps : Jumlah persediaan

Perumusan di atas merupakan frekuensi dari pemesanan bahan baku, sedangkan Untuk kuantitas pemesanan bahan baku dengan menggunakan metode POQ yaitu merupakan rata-rata permintaan/pemakaian bahan baku perhorizon waktu dibagi dengan frekuensi pemesanan POQ. Untuk perumusannya sebagai berikut :

∑ ...(3.11)

QPOQ : kuantitas pemesanan dengan metode POQ

Di : permintaan produk pada bulan ke-i


(20)

26

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Uji Kuantitas Pesanan

Uji kuantitas pemesanan bertujuan untuk menentukan apakah kuantitas pemesanan dengan perhitungan menggunakan metode EOQ/POQ dapat diterima/tidak. Dalam hal ini kuantitas pemesanan yang akan di uji ada dua, yaitu:

1. Pemesanana Minimum (Minimum Order)

Hipotesis yang harus diuji adalah

H0 : kuantitas pemesanan dengan metode EOQ/POQ memberikan nilai optimal

H1 : kuantitas pemesanan dalam minimum order memberikan nilai optimal

Terima H0 jika nilai EOQ/POQ > minimum order

Tolak H0 jika nilai EOQ/POQ < minimum order

2. Potongan Harga (Discount)

Hipotesis yang harus diuji adalah

H0 = Kuantitas pemesanan dengan metode EOQ/POQ memberikan nilai optimal

H1 = Kuantitas pemesanan dengan potongan harga memberikan nilai

optimal.

Terima H0 jika nilai EOQ/POQ > Kuantitas pesanan dengan potongan harga

Tolak H0 jika nilai EOQ/POQ < Kuantitas pesanan dengan potongan harga

E.Waktu Tunggu (Lead Time)

Didalam pengisian bahan baku terdapat perbedaan waktu yang cukup lama antara saat pemesanan bahan baku untuk penggantian sampai dengan bahan baku tersebut tiba. Menurut Assauri (2000) pengertian lead time adalah waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.

Menurut Ahyauri (1999) penentuan waktu tunggu mempunyai dua macam biaya, yaitu :

1. Biaya penyimpanan tambahan

Biaya penyimpanan tambahan (BPT) atau sering disebut extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan karena adanya


(21)

27

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena kedatangan bahan yang

dipesan lebih awal dari waktu yang direncanakan. 2. Biaya kekurangan bahan

Biaya kekurangan bahan (BKB) atau sering disebut dengan stock out cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisih harganya merupakan contoh dari biaya kekurangan bahan. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak berhasil mendapatkan pengganti bahan baku, berati proses produksi perusahaan akan terhenti. Keadaan kekurangan bahan ini diakibatkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang diinginkan.

F. Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk mengantisipasi atau menjaga kemungkinan bila terjadinya kekurangan atau kehabisan bahan baku. Kekurangan bahan baku dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti produksi yang tinggi sehingga penggunaan bahan baku menjadi terlalu besar dari perkiraan semula, atau terjadinya keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Persediaan pengaman dapat mengurangi kerugian akibat kekurangan persediaan, tetapi disisi lain persediaan pengaman dapat menambah biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2000).

Menurut Rangkuti (2004), persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, yaitu :

a. Rataan tingkat permintaan dan rataan masa tenggang. b. Keragaman permintaan pada masa tenggang.


(22)

28

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Kholmi (2008) faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah :

a. Penggunaan bahan baku rata-rata. b. Faktor waktu/kadaluarsa

c. Biaya-biaya yang dibutuhkan dalam menyediakan bahan baku.

Sedangkan hal yang harus dipenuhi dalam menyediakan persediaan pengaman adalah:

1. Persediaan yang minimum 2. Besarnya permintaan pesanan

3. Waktu tunggu (lead time) pemesanan.

Besarnya safety stock tergantung pada ketidakpastian pasokan bahan baku maupun permintaan. Pada situasi normal, ketidakpastian pasokan bahan baku diwakili dengan standar deviasi leadtime, yaitu waktu antara perusahaan memesan sampai dengan bahan baku tersebut diterima. Sedangkan ketidakpastian permintaan biasanya diwakili dengan standar deviasi permintaan perperiode. Kalau permintaan perperiode maupun leadtime sama-sama konstan maka tidak diperlukan adanya safety stock karena bahan baku datang pada saat persediaan di gudang sama dengan nol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.3

Safety Stock


(23)

29

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Besarnya persediaan pengaman dapat diperoleh dengan menggunakan beberpa rumus di berikut ini (Handoko, 2000):

1. Persediaan pengaman untuk jumlah permintaan tidak tetap dan lead time tetap.

√ ...(3.12)

Keterangan : SS : Safety stock Z : Service level L : Lead time

σd : Simpangan baku tingkat pemakaian bahan baku perhorizon waktu 2. Persediaan pengaman untuk jumlah permintaan dan lead time tetap

...(3.13)

Keterangan : SS : Safety stock Z : Service level

D : Tingkat pemakaian bahan baku per horizon waktu

σL : Simpangan baku dari lead time

3. Persediaan pengaman untuk jumlah permintaan dan lead time tidak tetap.

√ ...(3.14)

Keterangan : SS : Safety stock Z : Service level

σd : Simpangan baku dari tingkat pemakaian bahan baku per horizon waktu. d : Tingkat pemakaian perhorizon waktu

L : lead time

σL : Simpangan baku dari lead time.

G.Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Reorder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah suatu titik


(24)

30

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemesanan harus kembali dilakukan. Menurut Rangkuti (2007), reorder point merupakan batas titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaas yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau ekstra.

Reorder point terjadi apabila jumlah persediaan yang dimiliki sudah

berkurang mendekati nol, dengan demikian perusahaan harus menentukan berapa banyaknya minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan agar tidak terjadi kekurangan ataupun kehabisan persediaan.

Menurut Rangkuti (2007) Model reorder point ditentukan oleh jumlah permintaan dan masa tenggangnya, yaitu :

1. Jumlah permintaan dan masa tenggangnya konstan

2. Jumlah permintaan berupa variabel, sedangkan masa tenggangnya konstan 3. Jumlah permintaan konstan, sedangkan masa tenggangnya berupa variabel 4. Jumlah permintaan dan masa tenggang berupa variabel

Dalam reorder point notasi yang dipakai adalah : : Tingkat permintaan konstan

̅ : Rata-rata tingkat permintaan

:Standar deviasi dari tingkat permintaan derajat kesalahan peramalan

: Masa tenggang (lead time) konstan

̅ : Rata-rata masa tenggang

: Standar deviasi dari lead time

Secara umum reorder point merupakan penjumlahan dari permintaan yang diharapkan dengan safety stock selama masa tenggang.

1. Model reorder point dengan jumlah permintaan dan masa tenggang konstan. Dalam model ini, baik besarnya permintaan maupun masa tenggannya bersifat konstan sehingga tidak ada penambahan persediaan.

ROP = kebutuhan x lead time ...(3.15)

2. Model reorder point dengan jumlah permintaan berupa variabel dengan masa tenggan konstan.


(25)

31

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model ini memiliki asumsi bahwa periode lead time atau masa tenggang tidak tergantung pada permintaan perhorizon waktu yang digambarkan melalui suatu distribusi normal.

ROP = besarnya permintaan yang diharapkan + safety stock selama masa Tenggang

ROP = ̅ √ ...(3.16) Keterangan :

̅ : rata-rata tingkat kebutuhan : masa tenggang (lead time)

: standar deviasi dari tingkat kebutuhan

: service level

H.Perencanaan Kebutuhan (Material Requirement Planning)

Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan metode economic order

quantity dan metode period order quantity sehingga akan didapat alternatif pilihan

metode yang tepat bagi perusahaan. Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat tabel perencanaan kebutuhan bahan baku (material requirement

planning).

Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan

dan penjadwalan kebutuhan material/bahan baku untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan/fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke dalam bahan mentah yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat (Rangkuti, 2007). MRP akan membantu perusahaan dalam membuat perencanaan pemakaian bahan baku dalam proses produksi. MRP juga dapat membantu perusahaan dalam membuat sistem manajemen yang lebih baik. Tabel MRP digambarkan sebagai berikut:


(26)

32

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.1

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku

Uraian Periode

1 2 3 4 ... n

Kebutuhan Bahan Baku

Persediaan Awal

Pembelian Bahan Baku

Persediaan Total

Persediaan Akhir

Keterangan :

Periode : Periode waktu perhitungan pemakaian bahan baku (hari/minggu/bulan)

Kebutuhan Bahan Baku : Banyaknya bahan baku yang di butuhkan dalam satu periode ( hari/minggu/bulan)

Persediaan awal : Banyaknya sisa bahan baku yang berasal dari periode sebelumnya

Pembelian bahan baku : Banyaknya bahan baku yang dibeli pada periode tersebut

Persediaan total : Jumlah persediaan bahan baku awal dengan bahan baku yang sudah dibeli

Persediaan Akhir : Sisa bahan baku yang telah digunakan pada periode tersebut


(27)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan ada beberapa hal yang disimpulkan, yaitu :

1. Sistem pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan PD. Mubbaroh Cahaya Megah masih terlihat belum baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi pemesanan bahan baku (kulit sapi, sol, dan busa merimes) yang belum terencana dengan baik. Frekuensi pemesanan bahan baku tersebut selama periode Januari-Juni 2013 terlalu besar. Frekuensi pemesanan untuk kulit sapi sebanyak 28 kali, sol sebanyak 32 kali, dan busa merimes sebanyak 31 kali. Frekuensi pemesanan yang terlalu besar ini menyebabkan bertambahnya pengeluaran dalam biaya pemesanan, sehingga berpengaruh terhadap biaya persediaan bahan baku yang semakin besar. Selain itu pembelian bahan baku dalam jumlah kecil juga menyebabkan perusahaan mengalami oppotunity cost yaitu keuntungan yang seharusnya didapat perusahaan, dalam hal ini keuntungan potongan harga.

2. Dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) perusahan dapat melakukan pembelian bahan baku dengan jumlah yang sama untuk setiap kali pesannya. Kulit sapi dibeli perusahaan untuk setiap kali pesan sebanyak 86 lembar dengan frekuensi pemesanan 12 kali selama 6 bulan, sol sebanyak 500 pasang dengan frekuensi pesanan 19 kali dan busa merimes sebanyak 218 m2 dengan frekuensi pemesanan 22 kali. Sedangkan dengan menggunakan metode Period Order Quantity (POQ) perusahaan dapat melakukan waktu pemesanan yang sama untuk setiap kali pesan. Metode POQ memberikan hasil kulit sapi yang dibeli sebanyak 85 atau 87 lembar setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu minggu sekali. Sol dibeli sebanyak 1582 atau 1603 pasang untuk setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu bulan sekali. Busa


(28)

80

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merimes dibeli sebanyak 791 atau 796 m2 untuk setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu bulan sekali.

3. Hasil perbandingan metode Perusahaan dengan metode EOQ dan POQ memberikan hasil bahwa dengan menggunakan metode EOQ dan POQ dapat memberikan keuntungan yang lebih optimal dibandingakn dengan menggunakan metode perusahaan. Metode EOQ dan POQ juga dapat memberikan perencanaan kebutuhan bahan baku yang lebih baik untuk kedepannya. Penghematan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ mencapai Rp 26.715.000, sedangkan penghematan biaya persediaan dengan menggunakan metode POQ mencapai Rp 35.234.000. Secara analisis teoritis metode POQ memberikan nilai yang lebih optimal daripada metode EOQ, tetapi penulis lebih merekomendasikan metode EOQ yang digunakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya. Karena pembeliaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ dapat menjaga kestabilan proses produksi. Sedangkan, pembeliaan bahan baku dengan menggunakan metode POQ dapat memungkinkan menghambat proses produksi karena pembelian bahan baku yang terlalu besar untuk setiap kali pesannya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan ada beberapa hal yang disarankan, yaitu :

1. Perusahaan dapat membuat pembukuan data perusahaan yang lebih rapi dan lebih baik. Sehingga mempermudah dalam mengolah data untuk kedepannya.

2. Bagi yang ingin melakukan penelitian tentang pengendalian persediaan ke depannya, bisa melakukan penelitiaan dengan memperhatikan faktor kadaluarsa.


(29)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2007). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie

Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Skripsi pada Institut Pertanian

Bogor.[Online].Tersedia:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/15302/H07ran.pdf [24 Juli 2013].

Ahyauri, A.(1999). Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta: BPFE.

Assauri,T.H. (2000). Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ath Hary, F. (2011). Perencanaan Persediaan Bahan Baku Kayu Gelondongan

dengan Metode Silver Meal. Skripsi pada Universitas Hassanudin Makassar.

[online].Tersedia:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 453/perencanaan%20persediaan%20bahan%20baku%20kayu%20gelondon gan%20dengan%20me.pdf?sequence=1. [24 Juli 2013].

Baroto,T. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta : Penerbit Gralia Indonesia.

Divianto. (2011).Tinjauan Atas Planning, Replenishment (Skenario) dan Activities

Inventory Control. Jurnal pada Universitas Negeri Sriwijaya Palembang.

Handoko, T.H. (2000). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Herjanto, E. (1997). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Grasindo. Indrajit, R.E. (2003). Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia Indonesia. J. Supranto. (2005). Teknik Penganbilan Keputusan. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.


(30)

82

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muslich, M. (2009). Metode Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Rangkuti, F. (2007). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada.

Sawitri D. (2009). Inventory Management Information System of Electrolux

Authorized Service CV. Momentum Teknik. Jakarta. Jurnal pada

Gunadarma University.

Slack, N. et al. (2007). Operations Management Fifth Editon. London: Prefince Hall.

Stevenson. (2007). Operations Management. (Online). Tersedia: http://free-ebooks.com/documents/pdf/operations-management-stevenson-11th/2.pdf [26 September 2013].

Sumayang, L. (2003). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Widyastuti, S. (2009). Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit. Skripsi pada Institut Pertanian Bogor. [online]. Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44862/A09swi.pdf [24 Juli 2013].


(1)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model ini memiliki asumsi bahwa periode lead time atau masa tenggang tidak tergantung pada permintaan perhorizon waktu yang digambarkan melalui suatu distribusi normal.

ROP = besarnya permintaan yang diharapkan + safety stock selama masa Tenggang

ROP = ̅ √ ...(3.16) Keterangan :

̅ : rata-rata tingkat kebutuhan : masa tenggang (lead time)

: standar deviasi dari tingkat kebutuhan : service level

H.Perencanaan Kebutuhan (Material Requirement Planning)

Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan metode economic order quantity dan metode period order quantity sehingga akan didapat alternatif pilihan metode yang tepat bagi perusahaan. Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat tabel perencanaan kebutuhan bahan baku (material requirement planning).

Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material/bahan baku untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan/fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke dalam bahan mentah yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat (Rangkuti, 2007). MRP akan membantu perusahaan dalam membuat perencanaan pemakaian bahan baku dalam proses produksi. MRP juga dapat membantu perusahaan dalam membuat sistem manajemen yang lebih baik. Tabel MRP digambarkan sebagai berikut:


(2)

32

Ari Setiawan, 2014

Tabel 3.1

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku

Uraian Periode

1 2 3 4 ... n

Kebutuhan Bahan Baku

Persediaan Awal

Pembelian Bahan Baku

Persediaan Total

Persediaan Akhir

Keterangan :

Periode : Periode waktu perhitungan pemakaian bahan baku (hari/minggu/bulan)

Kebutuhan Bahan Baku : Banyaknya bahan baku yang di butuhkan dalam satu periode ( hari/minggu/bulan)

Persediaan awal : Banyaknya sisa bahan baku yang berasal dari periode sebelumnya

Pembelian bahan baku : Banyaknya bahan baku yang dibeli pada periode tersebut

Persediaan total : Jumlah persediaan bahan baku awal dengan bahan baku yang sudah dibeli

Persediaan Akhir : Sisa bahan baku yang telah digunakan pada periode tersebut


(3)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan ada beberapa hal yang disimpulkan, yaitu :

1. Sistem pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan PD. Mubbaroh Cahaya Megah masih terlihat belum baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi pemesanan bahan baku (kulit sapi, sol, dan busa merimes) yang belum terencana dengan baik. Frekuensi pemesanan bahan baku tersebut selama periode Januari-Juni 2013 terlalu besar. Frekuensi pemesanan untuk kulit sapi sebanyak 28 kali, sol sebanyak 32 kali, dan busa merimes sebanyak 31 kali. Frekuensi pemesanan yang terlalu besar ini menyebabkan bertambahnya pengeluaran dalam biaya pemesanan, sehingga berpengaruh terhadap biaya persediaan bahan baku yang semakin besar. Selain itu pembelian bahan baku dalam jumlah kecil juga menyebabkan perusahaan mengalami oppotunity cost yaitu keuntungan yang seharusnya didapat perusahaan, dalam hal ini keuntungan potongan harga.

2. Dengan menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) perusahan dapat melakukan pembelian bahan baku dengan jumlah yang sama untuk setiap kali pesannya. Kulit sapi dibeli perusahaan untuk setiap kali pesan sebanyak 86 lembar dengan frekuensi pemesanan 12 kali selama 6 bulan, sol sebanyak 500 pasang dengan frekuensi pesanan 19 kali dan busa merimes sebanyak 218 m2 dengan frekuensi pemesanan 22 kali. Sedangkan dengan menggunakan metode Period Order Quantity (POQ) perusahaan dapat melakukan waktu pemesanan yang sama untuk setiap kali pesan. Metode POQ memberikan hasil kulit sapi yang dibeli sebanyak 85 atau 87 lembar setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu minggu sekali. Sol dibeli sebanyak 1582 atau 1603 pasang untuk setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu bulan sekali. Busa


(4)

80

Ari Setiawan, 2014

merimes dibeli sebanyak 791 atau 796 m2 untuk setiap kali pesan dengan pemesanan dilakukan satu bulan sekali.

3. Hasil perbandingan metode Perusahaan dengan metode EOQ dan POQ memberikan hasil bahwa dengan menggunakan metode EOQ dan POQ dapat memberikan keuntungan yang lebih optimal dibandingakn dengan menggunakan metode perusahaan. Metode EOQ dan POQ juga dapat memberikan perencanaan kebutuhan bahan baku yang lebih baik untuk kedepannya. Penghematan biaya persediaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ mencapai Rp 26.715.000, sedangkan penghematan biaya persediaan dengan menggunakan metode POQ mencapai Rp 35.234.000. Secara analisis teoritis metode POQ memberikan nilai yang lebih optimal daripada metode EOQ, tetapi penulis lebih merekomendasikan metode EOQ yang digunakan perusahaan dalam pengendalian persediaannya. Karena pembeliaan bahan baku dengan menggunakan metode EOQ dapat menjaga kestabilan proses produksi. Sedangkan, pembeliaan bahan baku dengan menggunakan metode POQ dapat memungkinkan menghambat proses produksi karena pembelian bahan baku yang terlalu besar untuk setiap kali pesannya.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan ada beberapa hal yang disarankan, yaitu :

1. Perusahaan dapat membuat pembukuan data perusahaan yang lebih rapi dan lebih baik. Sehingga mempermudah dalam mengolah data untuk kedepannya.

2. Bagi yang ingin melakukan penelitian tentang pengendalian persediaan ke depannya, bisa melakukan penelitiaan dengan memperhatikan faktor kadaluarsa.


(5)

Ari Setiawan, 2014

Analisis Perbandingan Metode Perusahaan, Economic Order Quantity Dan Period Order Quantity Dalam Mengoptimalisasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. (2007). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Mie Instan di PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. Skripsi pada Institut Pertanian Bogor.[Online].Tersedia:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456 789/15302/H07ran.pdf [24 Juli 2013].

Ahyauri, A.(1999). Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta: BPFE.

Assauri,T.H. (2000). Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ath Hary, F. (2011). Perencanaan Persediaan Bahan Baku Kayu Gelondongan dengan Metode Silver Meal. Skripsi pada Universitas Hassanudin Makassar. [online].Tersedia:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 453/perencanaan%20persediaan%20bahan%20baku%20kayu%20gelondon gan%20dengan%20me.pdf?sequence=1. [24 Juli 2013].

Baroto,T. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta : Penerbit Gralia Indonesia.

Divianto. (2011).Tinjauan Atas Planning, Replenishment (Skenario) dan Activities Inventory Control. Jurnal pada Universitas Negeri Sriwijaya Palembang. Handoko, T.H. (2000). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi.

Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Herjanto, E. (1997). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Grasindo. Indrajit, R.E. (2003). Manajemen Persediaan. Jakarta: PT Gramedia Indonesia. J. Supranto. (2005). Teknik Penganbilan Keputusan. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.


(6)

82

Ari Setiawan, 2014

Muslich, M. (2009). Metode Kuantitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Rangkuti, F. (2007). Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Prasada.

Sawitri D. (2009). Inventory Management Information System of Electrolux Authorized Service CV. Momentum Teknik. Jakarta. Jurnal pada Gunadarma University.

Slack, N. et al. (2007). Operations Management Fifth Editon. London: Prefince Hall.

Stevenson. (2007). Operations Management. (Online). Tersedia: http://free-ebooks.com/documents/pdf/operations-management-stevenson-11th/2.pdf [26 September 2013].

Sumayang, L. (2003). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Salemba Empat.

Widyastuti, S. (2009). Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit. Skripsi pada Institut Pertanian Bogor. [online]. Tersedia: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44862/A09swi.pdf [24 Juli 2013].