PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN : Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan.

(1)

( Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

DISERTASI

Diajukan Kepada Panitia Ujian Doktor

Universitas Pendidikan Indonesia untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Doktor Kependidikan

Bidang Pengembangan Kurikulum

Promovendus

Welly Ardiansyah

NIM 1007298

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S3

==================================================================

Pengembangan Model Pembelajaran

Membaca untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemahaman

(Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Oleh Welly Ardiansyah

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Welly Ardiansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd.

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. A. Chaedar Alwasilah, M.A. Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum


(4)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Nama : Welly Ardiansyah Tahun : 2010

Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. 2. Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. 3. Prof. Dr. H. A. Chaedar Alwasilah, M.A.

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman

(Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Kata Kunci : Reciprocal Teaching, Scaffolding, dan Peer-Tutoring.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa implementasi kurikulum pendidikan membaca pemahaman di Politeknik belum mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian pengembangan mengenai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sangatlah diperlukan. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah reciprocal teaching. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Jika tujuan penelitian ini tercapai, diharapkan model pembelajaran ini akan meningkatkan mutu implementasi kurikulum membaca pemahaman di Politeknik. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode penelitian dan pengembangan (R&D) terdiri dari sepuluh langkah, namun dalam penelitian ini kesepuluh langkah tersebut dimodifikasi ke dalam lima langkah, studi pendahuluan, perencanaan, uji coba, validasi, dan pelaporan.

Subjek penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa semester tiga di wilayah Sumatera Selatan (Politeknik Negeri Sriwijaya, Politeknik Kesehatan, dan Politeknik Sekayu). Instrumen pengumpulan data menggunakan angket, observasi, dan tes membaca. Data dianalisis dengan menggunakan Pearson Product-Moment Correlation, Split-half Method, Spearman-Brown, Kolmogorov-Smirnov Test, Levene test, dan t-test.

Hasil dari uji coba dan validasi model pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan model reciprocal teaching lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dibandingkan dengan model pembelajaran yang konvensional. Penelitian ini memiliki implikasi teoretis dan praktis bagi peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Implikasi teoretisnya adalah efektivitas pembelajaran menuntut partisipasi aktif mahasiswa dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, dan pembelajaran yang efektif dapat tercapai jika difasilitasi oleh langkah-langkah pembelajaran yang terstruktur. Sementara implikasi praktisnya adalah penerapan model ini memerlukan proses diseminasi dan sosialiasi, kemampuan dosen dalam membimbing aktivitas belajar mahasiwa, dan ketersediaan alokasi waktu yang cukup.


(5)

ABSTRACT

Name : Welly Ardiansyah

Year : 2010

Advisers : 1. Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd. 2. Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. 3. Prof. Dr. H. A. Chaedar Alwasilah, M.A.

Title : The Reading Instruction Model Development to Improve Reading Comprehension Achievement (Study at Polytechnics in South Sumatera)

Keywords : Reciprocal Teaching, Scaffolding, and Peer-Tutoring

This research is based upon the fact that reading comprehension study

curriculum implementation at Polytechnics has been unable to improve student’s

reading comprehension achievement. To solve the problem, the research and

development of instructional models that can improve students’ reading

comprehension achievement is needed. One of the instructional models is reciprocal teaching.

The aim of this research is to design an instruction model which is able to

improve students’ reading comprehension achievement. If this aim is attained, it

is expected that the instruction model will improve the quality of the implementation of the Reading Comprehension Curriculum at Polytechnics. To achieve this aim, this research has been carried out by using Research and Development (R&D) method. Research and Development (R&D) method includes ten steps, but in this research the ten steps have been modified into five step, pre-survey, planning, field test, validation, and reporting.

The subjects of this research are lecturers and students of the 3th semester of Polytechnics in South Sumatera (Politeknik Negeri Sriwijaya, Politeknik Kesehatan and Politeknik Sekayu). The data collecting instruments employed in this research are questionnaire, observation, and reading test. The data are analyzed by using Pearson Product-Moment Correlation, Split-half Method, Spearman-Brown, Kolmogorov-Smirnov Test, Levene test, and t-test.

The results of both field test and instruction model validation show that the

use of reciprocal teaching model is more effective to improve students’ reading

comprehension achievement than that of conventional instruction model. This

research has theoretical and practical implications for improving students’ reading

comprehension achievement. Its theoretical implications are that the effectiveness

of instruction needs students’ active participation in all learning activities and

effective instruction can take place if facilitated with structured instruction steps. Whereas its practical implication is that the application of this model needs the

dissemination and socialization processes, the lecturers’ ability in guiding students’ activities and the available time allocation.


(6)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 10

1. Rumusan Masalah ... 10

2. Batasan Masalah... 12

C. Pertanyaan Penelitian ... 13

D. Definisi Operasional... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Kurikulum dan Pembelajaran ... 17

1. Konsep Kurikulum ... 17

2. Konsep Pembelajaran ... 18

3. Hakekat Kurikulum dan Pembelajaran ... 19

B. Belajar Bermakna ... 23

C. Pembelajaran Bahasa Inggris ... 26

1. Membaca dan Pembelajaran Membaca ... 29

2. Strategi-Strategi Membaca ... 31

3. Model-Model Proses Membaca ... 43

D. Membaca Pemahaman ... 45

1. Konsep Membaca Pemahaman ... 45

2. Elemen Pemahaman Bacaan ... 47

3. Unit Pemahaman dalam Bacaan... 49

4. Tingkatan Pemahaman Membaca ... 49

5. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman ... 56

6. Strategi Kognitif, Metakognitif dan Membaca Pemahaman ... 57

E. Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Reciprocal Teaching... 61

1. Landasan Pengembangan Pembelajaran Membaca Reciprocal Teaching... 61

2. Prinsip-Prinsip Pengembangan Pembelajaran Reciprocal Teaching... 74


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 87

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 87

B. Subjek Penelitian ... 94

C. Alat Pengumpulan Data ... 95

D. Analisis Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Deskripsi dan Interpretasi Hasil Studi Pendahuluan ... 99

B. Mengembangkan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman ... 126

C. Penyusunan Prosedur dan Desain Awal Model Pembelajaran Membaca Pemahaman dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Reciprocal Teaching ... 127

D. Hasil Uji Coba Terbatas ... 134

E. Hasil Uji Coba Luas ... 175

F. Perbaikan Model Pembelajaran... 200

G. Hasil Uji Validasi ... 205

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 216

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 228

A. Simpulan ... 228

B. Implikasi Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 234

C. Dalil-Dalil Penelitian ... 235

D. Rekomendasi ... 236

DAFTAR PUSTAKA ... 239 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang essensial dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sumber daya manusia yang terdidik sangatlah dibutuhkan untuk berkompetisi di era globalisasi yang penuh tantangan. Dewantara (1977:14) memaknai pendidikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani peserta didik, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan peserta didik yang selaras dengan dunianya. Menurut Hairida (2011:421), apa yang dinyatakan oleh Dewantara tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual untuk kesempurnaan hidup bagi peserta didik dapat diwujudkan melalui pendidikan. Dengan dimilikinya ke empat kecerdasan tersebut pada diri peserta didik, kualitas pendidikan dapat meningkat dan peserta didik pun siap untuk menghadapi kompetesi di era globalisasi ini.

Dari berbagai penjelasan tersebut di atas dapatlah ditarik suatu simpulan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar serta terencana secara sistematis untuk dapat mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik yang ada di dalamnya dapat secara aktif mengembangkan segala potensi yang ada di dirinya untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat.

Kemdiknas (2009) dalam http://www.psp.kemdiknas.go.id/?page=sistem membagi jalur pendidikan menjadi 3 (tiga) yakni: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal, dan (3) pendidikan informal. Jalur pendidikan formal terdiri atas: pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Politeknik sendiri masuk ke dalam jalur pendidikan formal jenjang pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan vokasi.


(9)

Istilah pendidikan vokasi belum dikenal dalam Undang-Undang (UU) No.2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional, dan istilah tersebut baru dikenal di dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tertulis bahwa pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana (penjelasan pasal 15).

Berdasarkan penjelasan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di atas dapat ditarik benang merah bahwa inti diselenggarakannya pendidikan vokasi adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja dengan membekali peserta didik keterampilan/skill, kebiasan kerja, dan sikap/perilaku. Sementara itu Djojonegoro (1998:35) menyatakan bahwa pendidikan vokasi itu sendiri merupakan pendidikan ekonomi karena peserta didik digembleng dan disiapkan untuk memasuki pangsa lapangan kerja. Untuk dapat memasuki pangsa lapangan kerja, sangatlah dibutuhkan kerjasama yang baik antara lembaga penyelenggara pendidikan vokasi dengan pengguna lulusan (users). Clarke dan Winch (Sudira, 2011:3) menyatakan ”perlunya interkoneksi antara pendidikan dan pekerjaan”. Pendidikan vokasi membutuhkan partisipasi penuh dari dunia usaha dan dunia industri termasuk masyarakat pengguna pendidikan vokasi.

Apresiasi terhadap pekerjaan sebagai akibat dari adanya kesadaran bahwa orang hidup butuh bekerja merupakan bagian pokok dari pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi menjadi tanpa makna jika masyarakat dan peserta didik kurang memiliki apresiasi terhadap pekerjaan-pekerjaan dan kurang memiliki perhatian terhadap cara bekerja yang benar dan produktif sebagai kebiasaan.

Jelas sekali bahwa pendidikan vokasi digerakkan oleh kebutuhan pasar kerja dan tentunya memberikan dampak terhadap penguatan ekonomi. Pendidikan vokasi juga dapat membantu pemerintah untuk mengentaskan pengangguran dengan cara melalui pelatihan anak-anak muda dan orang dewasa untuk layanan keterampilan dan kompetensi teknis. Dalam hal ini Burke dan Smith (2009) dalam Sudira (2011:8) menyatakan sebagai berikut.


(10)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

“Pendidikan vokasi dapat mengembangkan marketable man dengan pengembangan kemampuannya untuk membentuk keterampilan yang dapat melebihi sebagai alat produksi. Pendidikan dan pelatihan vokasi bertujuan untuk meningkatkan prestasi pendidikan dan keterampilan bagi anggota masyarakat, untuk pemenuhan pribadi mereka, termasuk untuk bekerja, untuk partisipasi yang lebih besar dalam masyarakat sipil dan untuk manfaat yang lebih luas seluruh komunitas”.

Untuk dapat menjadi marketable man, lembaga penyelenggara pendidikan vokasi harus dapat membekali peserta didiknya dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri/kerja dan demikian juga sebaliknya peserta didik harus menguasai kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri/kerja. Oleh karena itu, menurut Djojonegoro (1998: 37) pendidikan vokasi harus responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.

Perkembangan teknologi akan terjadi terus menerus dan bisa terjadi dalam kecepatan yang tinggi yang tentunya akan mempengaruhi perkembangan ekonomi melalui industri dan jasa. Oleh karena itu pendidikan harus mampu menjembatani antara sektor kerja dan kemajuan ilmu dan teknologi. Pendidikan dapat sejalan dengan tuntutan dan perkembangan teknologi dan ekonomi dunia maka diperlukan sebuah pedoman bagi para pelaksana pendidikan agar proses pendidikan lebih terarah. Kurikulum sebagai rencana merupakan dimensi kurikulum yang akan mengakomodasi keterlaksanaan sebuah rencana pendidikan yang akan mampu membuat arah pendidikan menjadi lebih terarah untuk mencapai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Dengan kurikulum yang terencana maka peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan pembelajaran sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2007:7).

Di era globalisasi sekarang ini, persaingan kerja dan bisnis semakin hebat dari sebelumnya dan Indonesia sebagai sebuah negara berkembang yang tidak bisa lepas dari pengaruh globalisasi, harus memiliki kesiapan sumber daya manusia yang tidak hanya handal tetapi juga harus kompetitif. Globalisasi yang membawa dampak luas pada berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, politik, budaya, sampai pendidikan. Globalisasi memicu knowledge-driven economy, yang mensyaratkan tenaga–tenaga professional dan berketerampilan


(11)

tinggi, untuk bekerja di sektor industri, bisnis, dan jasa. Implikasi terhadap seleksi sumber daya manusia yang handal di era globalisasi adalah dengan penguasaan bahasa internasional yaitu bahasa Inggris. Salah satu persyaratan pada dunia kerja adalah mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan dalam bahasa Inggris, karena begitu banyak informasi dalam bahasa Inggris yang menunjukkan bahwasanya bahasa Inggris adalah penting yang harus dikuasai. Menurut Graddol (1997:7) “English is one of the important things that we have to know because in this era of globalization there is much information written down in English”.

Pembelajaran bahasa Inggris bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut,menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Penyelenggaraan pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas SDM diharapkan memiliki peran untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi para mahasiswa Indonesia dalam mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global dengan kemampuan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi, dalan konteks lisan maupun tulis. Memiliki kemampuan berbahasa akan sangat membantu mahasiswa dalam mengembangkan dirinya secara intelektual, sosial, dan emosional. Bahasa juga merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajarai semua bidang studi (Depdiknas, 2004). Dengan demikian segala upaya harus dilakukan untuk menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan sehingga mampu memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam belajar bahasa Inggris.

Keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat segi, yaitu sebagai berikut: (1) keterampilan menyimak (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan membaca (reading skills), dan (4) keterampulan menulis (writing skills). Setiap keterampilan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap tiga keterampilan lainnya.

Ke empat keterampilan berbahasa tersebut telah dipelajari dari jenjang Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Namun satu hal yang tak dapat dipungkiri adalah kemampuan mahasiswa untuk menggunakan bahasa secara


(12)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

umum masih tergolong rendah. Hanya sedikit di antara mereka yang cakap menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi lisan maupun tulisan.

Berdasarkan data empat tahun terakhir dari Bagian Akademik Politeknik Negeri Sriwijaya dari tahun 2007 sampai 2010, rata-rata nilai TOEFL (Test of English as a Foreign Language) mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya adalah sebagai berikut: pada tahun 2007 rata-rata skor TOEFL mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya adalah 384, pada tahun 2008 rata-rata skor TOEFL mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya adalah 398, pada tahun 2009 rata-rata skor TOEFL mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya adalah 356, dan pada tahun 2010 rata-rata skor TOEFL mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya adalah 399. Pada tahun 2011, untuk mengukur seberapa baik mahasiswa dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris pada lingkungan kerja global, Politeknik Negeri Sriwijaya menggunakan tes TOEIC (Test of English for International Communication). Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa skor rata-rata mahasiwa 400 (dikonversikan ke skor TOEFL sekitar 397). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa Inggris mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik Negeri Sriwijaya jauh dari hasil yang memuaskan, sehingga perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran.

Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat yang literat akan sanggup menyerap dan menganalisis kemudian mensintesis dan mengevaluasi informasi sebelum mengambil keputusan. Terbentuknya masyarakat yang literat akan mampu menghadapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, kemampuan membaca akan membuat orang tersebut menjadi pintar dan produktif.

Membaca merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi kehidupan akademik seseorang. Gilani (2012:79) menyatakan

“Reading is one of the main important elements in English language learning for all students because it provides the basis for a substantial amount of learning in


(13)

maka tidak mengherankan jika banyak pihak yang peduli terhadap peningkatan kemampuan membaca ini. Wilson dan Trainin (2007:257) seperti yang dikutip oleh Westwood (2008:1) menyatakan “The cornerstone of academic achievement and the foundation for success across the curriculum is learning to read and write

proficiently”. Sementara Westwood (2008:2) menyatakan “Reading is the

fundamental skill upon which all formal education depends”.

Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan yang paling vital dalam pemerolehan bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris. Sedangkan keterampilan lainnya seperti menulis, mendengar, dan berbicara diintegrasikan ke dalam pembelajaran membaca (Gilani, 2012:79). Kemampuan mahasiswa dalam membaca pemahaman dapat dijadikan sebagai salah satu elemen penting untuk menilai kompetensi kebahasaan mahasiswa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dari Bagian Akademik Politeknik Negeri Sriwjaya, dalam kurun waktu 2010-2012 Politeknik Negeri Sriwijaya telah bekerja sama dengan PT BRI, PT BNI 46, PT PUSRI, PT MEDCO, PT SCHLUMBERGER, PT TELKOMSEL, PT INDOSAT, PT SAMPOERNA, PT PLN, dan PT PERTAMINA dalam perekrutan karyawan. Dalam setiap perekrutan tersebut, calon karyawan (baik alumni maupun yang masih duduk di semester akhir) diberikan beberapa macam tes yang harus mereka kerjakan yang salah satunya adalah reading comprehension test. Rata-rata hasil reading comprehension test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 1.1


(14)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rendahnya skor TOEFL, TOEIC dan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam test perekrutan tentunya berimbas kepada rendahnya penyerapan lapangan kerja terhadap para lulusan dari Politeknik Negeri Sriwijaya. Perusahaaan-perusahaan swasta serta instansi Pemerintah telah mensyaratkan bagi calon pegawai untuk memiliki skor TOEFL antara 450-500, dan TOEIC pada kisaran 600 - nilai TOEFL minimal 500 untuk kenaikan pangkat di Badan Usaha Milik Negara dan Perusahaan Asing).

Rendahnya pencapaian skor TOEFL maupun TOEIC ini diyakini oleh penulis karena adanya permasalahan dalam proses pembelajaran dan pengajaran membaca pemahaman di Politeknik Negeri Sriwijaya. Hamalik (2007:82) menyatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor, yang merupakan faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum, dosen, sarana pembelajaran, dan proses belajar mengajar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Randolph (2011:2), pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan oleh dosen lebih menekankan kepada kegiatan menghapal dibandingkan dengan memahami. Sementara Andrianto (2011) dalam http://mariyamsmg.wordpress.com/2011/03/07/model-pembelajaran-guru-membe bani-siswa menyatakan bahwa model pembelajaran sekarang ini cenderung materialistik. Keberhasilan pendidikan hanya diukur pada hasil apa yang didapat mahasiswa. Sementara aspek penting lainnya dalam pendidikan justru diabaikan, yakni proses belajar-mengajar itu sendiri. Kegiatan pembelajaran membaca di kelas dominan berpusat pada dosen (teacher-centered) sehingga proses belajar terasa membosankan bagi mahasiswa. Jadi tidaklah mengherankan bila saat pelajaran membaca berlangsung terdapat mahasiswa yang mengantuk bahkan membuat kegaduhan di dalam kelas.

Di samping faktor-faktor tersebut di atas, faktor kebijakan institusi Politeknik Negeri Sriwijaya yang mengurangi jumlah sks untuk mata kuliah bahasa Inggris dari 4 sks menjadi 3 sks turut mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman bahasa Inggris mahasiswa ( 3 sks dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan dengan perincian: 2 sks ( 2x50 menit) pada satu hari dan 1 sks (1x50 menit) pada lain hari, serta adanya sistem blok berdampak terhadap


(15)

tidak optimalnya proses pembelajaran membaca pemahaman sehingga tujuan akhir yang hendak dicapai dari mata pelajaran membaca pemahaman menjadi terhambat. Di samping itu terdapatnya kebijakan yang tak tertulis (tapi berlaku) di setiap jurusan yang “mengharamkan” dosen MKDU (termasuk bahasa Inggris) untuk memberikan D maupun E kepada mahasiswa. Bagi dosen yang tetap “ngotot”, dosen tersebut akan dihubungi oleh ketua jurusan dan apabila masih juga “tetap ngotot”, ketua jurusan tempat dosen mengajar akan menghubungi dan meminta ketua jurusan yang menjadi atasan dosen tersebut untuk membicarakannya dengan dosen bersangkutan agar mau mengubah nilai mahasiswa tersebut minimal C (untuk yang paling parah tentunya). Bila dosen tersebut “masih tetap ngotot” dengan pendiriannya, umumnya Ketua Jurusan tempat dosen mengajar akan mengubah nilai tersebut.

Kebijakan yang dilakukan oleh institusi dengan mengurangi jumlah sks dari 4 menjadi 3 dan kebijakan yang dilakukan oleh Ketua Jurusan di Politeknik secara terang benderang mempersepsikan mata kuliah bahasa Inggris sebagai the neglected stepchild of the undergraduate experience, sesuai dengan studi yang dilakukan oleh The Carnegie Foundation for the Advancement of Teaching (Alwasilah, 2012:203).

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris, harus ada perubahan dalam proses pembelajaran di mana dosen menempatkan mahasiswa sebagai subyek pembelajaran bukan sebaliknya yang menempatkan mahasiswa sebagai obyek pembelajaran. Interaksi dalam kegiatan pembelajaran hendaknya lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa. Perubahan dalam pembelajaran ini tentunya menimbulkan pergeseran akan peran dosen dalam pembelajaran bahasa Inggris yang selama ini sebagai source of knowledge yang melakukan transfer of knowledge ke dalam otak mahasiswa menjadi fasilitator, mediator serta motivator dalam kegiatan pembelajaran itu sendiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dosen harus mampu mendesain model pembelajaran membaca pemahaman yang dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa serta interaksi antar mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut


(16)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Grabe (1991:377) dan Yigiter, Saricoban, dan Gurses (Majdi dkk, 2009:2), tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa berada pada pundak dosen di mana dosen dituntut untuk mampu mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami teks bacaan.

Kemudian timbul pertanyaan, mengapa yang ditekankan pengembangan model pembelajarannya? Pertama, model pembelajaran membaca merupakan variabel manipulatif yang mana setiap dosen memiliki kebebasan untuk memilih serta menggunakannya sesuai dengan karakteristik materi pelajarannya. Kedua, pengembangan model pembelajaran membaca dalam konteks peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa perlu diupayakan secara terus menerus karena proses pembelajaran merupakan faktor determinan terhadap mutu hasil belajar. Ketiga, model pembelajaran memiliki fungsi sebagai instrumen yang membantu mahasiswa dalam memperoleh pengalaman belajar. Joyce dan Weil (1992:4) menyatakan “Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Dengan kata lain, meskipun materi pembelajaran memiliki tingkatan kesulitan yang tinggi, jika dosen mampu meramu dan menyajikan dengan menerapkan model pembelajaran yang menarik bagi mahasiswa dan sesuai dengan karakteristik materi, dimungkinkan mahasiswa mendapat kemudahan dalam menerima materi pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Banyak model pembelajaran yang bisa dipakai untuk mengajarkan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik, misalnya model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun pemrosesan informasi (the information processing model), personal (the personal model), sosial (the social model), dan sistem perilaku (the behavioral system model) yang ditawarkan oleh Joyce dan Weil.

Dari sekian model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman, menurut peneliti, model pembelajaran yang perlu dipakai adalah model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Hal ini perlu digarisbawahi dan ditindaklanjuti


(17)

mengingat peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa sangat essensial bagi kehidupan pada saat ini dan di masa mendatang.

Berdasarkan deskripsi di atas, pemecahan persoalan dalam meningkatkan mutu pembelajaran membaca pemahaman dapat dilakukan melalui perancangan model pembelajaran yang aplikatif bagi dosen mengingat kondisi pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik menuntut sebuah inovasi yang secara langsung bersinggungan dengan realitas kelas dan kemampuan dosen yang terbatas.

Terdapat beberapa landasaan teoretis yang berimplikasi praktis terhadap peningkatan mutu pembelajaran bahasa Inggris. Sejumlah teori dapat diadopsi sebagai kerangka berpikir sistematis dalam merumuskan langkah-langkah pembelajaran. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan karena terdapatnya masalah berkenaan dengan pembelajaran membaca pemahaman yang belum optimal. Pembelajaran yang selama ini diterapkan belum optimal memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik.

Terdapat sejumlah variabel yang terkait dengan model pembelajaran membaca yang berkenaan dengan peningkatan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa Politeknik. Salah satu aspek yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diduga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa, hal ini tercermin dalam rendahnya kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Asumsi yang digunakan adalah bahwa efektivitas model pembelajaran yang digunakan merupakan faktor yang memberi pengaruh terhadap kualitas hasil belajar.


(18)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 1.2

A Model for the Study of Classroom Teaching

Teacher Teacher Teacher

Formative Training Properties Properties experiences experiences

•social class •university •teaching skills •gender attended •intelligence

•age •training •motivations

program •personality traits features

•practice- teaching practices

Pupil Pupil Immediate Pupil Long Term Pupil

Formative Properties Growth Effect

experiences •abilities

•social class • knowledge •Subject-matter •Adult Personality

•age •attitudes Learning •Professional

•gender •Attitudes toward or Occupation skills

Subject

School And Classroom •Growth of other skills

Community Context •climate •class size

•ethnic composition •text books

of community •educational television

•busing •class size

Source: Adopted from Dunkin & Biddle (Ulmer, 2008:34)

PRESAGE VARIABLES

PROCESS VARIABLES

THE CLASSROOM

TEACHER

Classroom Behavior

Observable Changes in Pupil Behavior

PUPIL

Classroom Behavior


(19)

Dunkin dan Biddle (Ulmer, 2008:34) menyatakan bahwa presage variables berkenaan dengan raw input di mana latar belakang kemampuan dosen mengajar dan latar belakang kemampuan mahasiswa terdapat di dalamnya. Keterampilan dosen dalam mengajar, sikap dan motivasi serta intelegensi dan lain-lain merupakan faktor yang dominan dalam proses pembelajaran. Demikian juga dengan kemampuan awal mahasiswa baik yang berkenaan dengan pengetahuan dan sikap, motivasi dan lain sebagainya. Instrumental variables berkenaan dengan kurikulum, program pembelajaran, model pembelajaran, materi, sumber pembelajaran, media dan lain sebagainya yang semuanya dapat mempengaruhi process variable. Context variables berkenaan dengan environmental input, yang juga dapat memberikan pengaruh terhadap variable proses pembelajaran. Sedangkan product variables berkenaan dengan output jangka pendek maupun output jangka panjang.

Bertitik tolak dari kompleksnya permasalahan yang mempengaruhi proses pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2, selanjutnya dibuat rumusan masalah umum dalam penelitian ini yaitu: ”Model pembelajaran membaca yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa Politeknik?”

2. Batasan Masalah

Penelitian yang akan dikembangkan adalah model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik. Penelitian dilaksanakan di Politeknik yang ada di Sumatera Selatan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini, di mana variabel-variabel penelitian secara operasional dapat dipetakan sebagai berikut:

Gambar 1.3

Variabel-Variabel Penelitian

Process Variable Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman di Politeknik

Product Variable Peningkatan

Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa di Politeknik

Input Variable Model Pembelajaran Membaca Pemamahaman di Politeknik


(20)

13

C. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kondisi pelaksanaan pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik saat ini?

2. Bagaimanakah bentuk desain model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa Politeknik?

3. Bagaimanakah bentuk implementasi model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik?

4. Bagaimanakah bentuk evaluasi model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik?

5. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apakah yang dapat mempengaruhi model pembelajaran membaca yang dikembangkan?

6. Bagaimanakah efektifitas model pembelajaran membaca yang dikembangkan dibandingkan dengan pembelajaran yang digunakan dosen selama ini untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris?

D. Definisi Operasional

Terdapat dua variabel yang sangat penting untuk didefinisikan secara operasional agar dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap pelaksanaan penelitian ini. Kedua variabel tersebut adalah model pembelajaran membaca dan kemampuan membaca pemahaman.

1. Model Pembelajaran Membaca

Model pembelajaran membaca yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran membaca pemahaman secara sistematis yang meliputi aktivitas dosen dan mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Politeknik. Dalam


(21)

hal ini model pembelajaran membaca pemahaman yang dikembangkan termasuk dalam rumpun pemrosesan informasi (the information processing model).

Dalam penelitian ini, model pembelajaran membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menggali kondisi pembelajaran yang ada, teori-teori yang relevan, dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan selama ini. Hasil studi pendahuluan akan menjadi dasar bagi pengembangan desain model.

2. Kemampuan Membaca Pemahaman

Kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan mahasiswa dalam memahami isi teks bacaan atau wacana yang dibaca yang dapat dilihat dengan mengukur tingkat pemahaman mahasiswa melalui ranah kognitif dengan menggunakan tes yang terdiri dari empat puluh item dalam bentuk multiple-choice. Semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa berarti semakin tinggi kemampuan membaca pemahamannya, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh mahasiswa berarti semakin rendah kemampuan membaca pemahamannya.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pertanyaan penelitian di atas, tujuan umum yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah: menghasilkan suatu model pembelajaran membaca yang mampu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa di Politeknik.

Mengacu pada tujuan umum tersebut di atas, selanjutnya dijabarkan dalam tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi/karakteristik dosen, mahasiswa, materi pelajaran, sumber-sumber pembelajaran, model pembelajaran membaca serta sarana prasarana dalam pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris yang berlangsung pada saat ini.

2. Menghasilkan bentuk desain model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris mahasiswa Politeknik.


(22)

15

3. Menghasilkan bentuk implementasi model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik.

4. Menghasilkan bentuk evaluasi model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik.

5. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran yang sedang dikembangkan.

6. Mendapatkan data efektifitas model pembelajaran membaca yang dikembangkan dibandingkan dengan pembelajaran yang digunakan dosen selama ini untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh dalil-dalil mengenai model pembelajaran membaca serta menghasilkan model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa Politeknik. Hal ini semakin urgen bagi keperluan kajian teoretis manakala dikaitkan dengan masih jarangnya bahan referensi yang membahas tentang model pembelajaran membaca bagi peningkatan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa di Politeknik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi dosen, penggunaan model pembelajaran membaca pemahaman yang dikembangkan ini dapat memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas sejak tahap pengembangan sampai tahap pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Manfaat yang diperoleh dari perbaikan proses belajar-mengajar ini adalah meningkatkannya kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Disisi lain model pembelajaran yang diperkenalkan ini dapat membantu dosen menghasilkan pembelajaran yang efektif.


(23)

b. Bagi politeknik, hasil penelitian berupa produk pembelajaran pada bidang studi membaca pemahaman yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dapat dijadikan alternatif untuk didiseminasikan dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran membaca pemahaman bahasa Inggris yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

c. Bagi mahasiswa, diterapkannya model pembelajaran membaca pemahaman yang dikembangkan ini diharapkan dapat membantu memahami materi bacaan secara komprehensif sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi akademiknya.


(24)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (research and development). Research and Development berawal dari industry based development model yang digunakan sebagai prosedur untuk merancang dan mengembangkan suatu produk baru yang berkualitas. Dalam rangka pengembangan pendidikan, research and development digunakan peneliti untuk mengembangkan, memvalidasi produk pendidikan serta menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui riset dasar yang bertujuan untuk memberikan perubahan-perubahan pendidikan guna meningkatkan dampak-dampak positif yang potensial dari temuan penelitian dalam memecahkan permasalahan pendidikan dan digunakan untuk meningkatkan kinerja praktik pendidikan.

Borg & Gall (1987:775) seperti yang dikutip oleh Sukmadinata (2005: 169-170) menyatakan bahwa terdapat 10 langkah dalam siklus penelitian dan pengembangan, yaitu: (1) research and information collecting, (2) planning, (3) developing preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7) operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, dan (10) dissemination and implementation. Apabila kesepuluh langkah-langkah dalam siklus penelitian dan pengembangan diikuti dengan benar maka akan menghasilkan produk penelitian yang siap dipakai pada tingkat politeknik.

1. Research and Information Collecting

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah studi pustaka, observasi kelas, dan merancang kerangka kerja penelitian dan pengembangan.

Dalam penelitian ini, studi pendahuluan dilakukan dalam dua bentuk kegiatan yaitu melakukan kajian berbagai teori dan hasil penelitian yang melandasi reciprocal teaching dan melakukan survei awal.


(25)

2. Planning

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini yaitu merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dengan dikembangkannya suatu produk, memperkirakan besaran dana, tenaga, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu produk, prosedur kerja, dan merancang uji kelayakan.

Dalam penelitian ini, tahapan perencanaan dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan yaitu mempelajari silabus mata pelajaran membaca pemahaman, melakukan konsultasi dan diskusi dengan dosen politeknik yang mengampu mata kuliah membaca pemahaman kemudian dilanjutkan dengan tenaga ahli dari perguruan tinggi Universitas Sriwijaya, dan menentukan jadwal uji coba dan validasi model.

3. Development of the Preliminary Form of the Product

Dalam tahapan ini dilakukan kegiatan-kegiatan merancang draf awal model pembelajaran, uji kelayakan dengan cara meminta pertimbangan kepada dosen-dosen yang akan menerapkan model pembelajaran yang dikembangkan, membuat media pembelajaran dan membuat penilaian observasi kinerja dosen.

4. Preliminary Field Test and Product Revision

Tujuan tahapan ini adalah untuk memperoleh deskripsi latar (setting) penerapan atau kelayakan suatu produk jika produk tersebut benar-benar telah dikembangkan. Uji coba pendahuluan ini bersifat terbatas, yaitu hanya melibatkan satu politeknik. Hasil uji coba terbatas ini dipakai sebagai bahan untuk melakukan revisi terhadap suatu produk yang hendak dikembangkan. Pelaksanaan uji coba terbatas bisa berulang-ulang hingga diperoleh draf produk yang siap diujicobakan dalam scope yang lebih luas.

Pendekatan yang digunakan pada fase pengembangan model pembelajaran ini adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan (action research) menurut Whitefield Schools and Centre (2010:2) berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan untuk meningkatan mutu atau memecahkan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan


(26)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Sedangkan penelitian tindakan (action research) menurut Biggs (2003:7) dalam Alwasilah (2011:69), “…action research is being systematic about changing your teaching and making sure the changes are in the right direction; that your students are now learning better than they used to. The target is the teaching of the individual teacher herself or himself”.

Apa yang dikemukakan oleh Biggs menurut Alwasilah (2011:69) paling relevan dalam konteks perbaikan proses belajar mengajar. Dosen melakukan action research dengan nawaitu untuk memperbaiki kualitas mengajar, sehingga kualitas belajar mahasiswa pun semakin baik. Dengan demikian, dosen yang profesional hendaknya menjadikan action research sebagai agenda tetap untuk peningkatan profesinya.

Sedangkan Farrel (2007:1) menyatakan bahwa terdapat batasan dalam penelitian tindakan. Batasan tersebut menurut Farrel (2007:1), “…involves inquiring into one's own practice through a process of self- monitoring that generally includes entering a cycle of planning, acting, observing and reflecting on an issue or problem in order to improve practice”. Mengenai tujuan yang menjadi pijakan mengapa dilakukannya penelitian tindakan menurut Chamot, Barnhardt, dan Dirstine (1998:1), “...to gain understanding of teaching and learning within one’s classroom and to use that knowledge to increase teaching efficacy/student learning”.

Dalam penelitian ini, uji coba terbatas ditempuh dengan mencobakan model pembelajaran membaca pemahaman di Politeknik Negeri Sriwijaya jurusan Pariwisata Palembang selama enam kali putaran.

5. Main Field and Product Revision

Tahap ke lima ini disebut juga sebagai uji utama dengan skop yang lebih luas. Tujuan dari tahap ini adalah menentukan apakah suatu produk yang hendak dikembangkan benar-benar telah menunjukkan performansi sebagaimana yang diharapkan. Untuk mengetahui performansi tersebut, tahap ini menggunakan


(27)

rancangan penelitian eksperimen. Hasil dari uji coba utama dipakai untuk mereviu produk tersebut hingga diperoleh suatu produk yang siap divalidasi.

Dalam penelitian ini, uji coba luas yang dilakukan berkali-kali hingga diperoleh model pembelajaran membaca pemahaan yang siap untuk divalidasi melibatkan tiga politeknik.

6. Operational Field Test and Final Product Revision

Tahap ini disebut sebagai tahap uji validasi model. Dalam penelitian ini uji validasi dilakukan dalam bentuk eksperimen kuasi desain kelompok kontrol prates-pascates berpasangan (matching pretest-postest control group design).

Gambar 3.1

Desain Kelompok Kontrol Prates-Pascatest Berpasangan

Sumber: Sukmadinata (2005:207)

Uji validasi dilaksanakan dengan cara membandingkan kemampuan membaca pemahaman antara mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan sebelumnya (sebagai kelompok eksperimen) dengan mahasiswa yang menggunakan model pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini digunakan oleh dosen (sebagai kelompok kontrol). Uji validasi mengambil lokasi pada tiga Politeknik. Uji validasi model pada Politeknik negeri dilakukan di Politeknik Negeri Sriwijaya (sebagai kategori baik) dan Politeknik Kesehatan (sebagai kategori sedang), sedangkan uji validasi model pada Politeknik swasta dilakukan di Politeknik Sekayu (dengan kategori kurang).

Kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) dalam desain ini diberikan tes awal (pre-test). Setelah diberikan tes awal, mahasiswa dalam kelompok eksperimental diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran membaca pemahaman yang telah dikembangkan sebelumnya. Sementara itu

Kelompok Prates Perlakuan Pascates

Pasangan A (KE) O X O


(28)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mahasiswa dalam kelompok kontrol menggunakan pembelajaran yang selama ini digunakan dalam perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Setelah kedua kelompok, baik itu kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol, mengalami proses pembelajaran kedua kelompok kemudain diberikan tes yang sama sebagai tes akhir (post-test). Setelah diberikan tes akhir (post-test) kepada kedua kelompok, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis statistik uji perbedaan terhadap (1) hasil pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen, (2) hasil pre-test dan post-test pada kelompok kontrol, dan (3) gain kelompok eksperimen dan kontrol.

7. Dissemination and Implementation

Dalam penelitian ini, tahapan ini dilakukan dengan membuat laporan penelitian disertasi yang siap untik diuji dan siap didistribusikan baik itu untuk keperluan pengembangan teori maupun sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di bidang pengajaran.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, tahap-tahap penelitian dan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg & Gall dapat disederhanakan menjadi lima langkah yaitu studi pendahuluan, perencanaan, uji coba, validasi dan pelaporan.

Tahap studi pendahuluan yang merupakan kegiatan research and information collecting memiliki dua kegiatan yaitu studi literatur (kaji pustaka dan hasil penelitian terdahulu) dan studi lapangan. Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya profil pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman.

Tahap perencanaan, sebagai gabungan dari tahap planning and development of the preliminary form of product mengandung kegiatan-kegiatan penentuan tujuan, menentukan kualifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (peneliti dan dosen), merumuskan bentuk partisipasi pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan, menentukan prosedur kerja, dan uji kelayakan.hasildari kegiatan ini adalah diperolehnya draft desain model pembelajaran membaca pemahaman yang siap diujicobakan.


(29)

Tahap uji coba yang mengandung tahap-tahap preliminary field testing, main product revision, main field testing, dan product revision memiliki kegiatan utama yaitu uji coba, baik uji coba terbatas (preliminary field test) maupun uji coba lebih luas (main field test). Di samping itu, tahap ini mengandung pula kegiatan untuk merivisi terhadap hasil setiap uji coba tersebut. Kegiatan uji coba ini dilakukan secara siklus (desain, implementasi, evaluasi, dan penyempurnaan) sampai ditemukan model yang siap divalidasikan.

Tahap validasi terdiri atas tahap operational field testing dan final product revision bertujuan untuk menguji model melalui eksperimen model kepada mahasiswa politeknik. Hasil yang didapat dari eksperimen selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam membuat rekomendasi tentang efektivitas model pembelajaran

Tahap pelaporan yang diartikan sebagai tahap dissemination and implementation mengandung kegiatan pelaporan dan distribusi. Dalam penelitian ini bentuk kegiatan yang dilakukan adalah membuat laporan penelitian dalam bentuk disertasi. Kelima tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini.


(30)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan

Pendahuluan/Survei Awal Perencanaan Uji Coba Validasi Sosialisasi dan Diseminasi

Modifikasi aspek dan langkah

Prosedur kerja

Desain kasar STUDI PUSTAKA

-Teori

-Hasil Penelitian terdahulu

STUDI LAPANGAN

• Desain dan pelaksanaan perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan oleh dosen

• Kemampuan dan aktivitas mahasiswa dalam perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris

• Kemampuan dan kinerja dosen yang mengampu mata kuliah membaca pemaahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris,

Kondisi sarana dan pemanfaatannya, ketersediaan fasilitas yang mendukung

keterlaksanaannya perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris, serta lingkungan pembelajaran.

Uji Coba Terbatas

Desain kasar

Implementasi

Evaluasi

Uji Coba Lebih Luas

Desain Halus

Tes awal

Implementasi

Tes akhir

DESAIN FINAL

Uji Model

Tes Awal

Implementasi

Tes akhir KONKLUSI

Sosialisasi dan Diseminasi


(31)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa Politeknik semester III di Palembang.

a. Penelitian ini mengambil lokasi pada Politeknik di Sumatera Selatan yang menyelenggarakan perkuliahan membaca pemahaman (reading comprehension). Ketiga Politeknik tersebut yaitu: Politeknik Negeri Sriwijaya, Politeknik Kesehatan, dan Politeknik Sekayu.

b. Tempat dilakukannya uji coba terbatas model pembelajaran membaca pemahaman reciprocal teaching ditetapkan pada satu Politeknik. Uji coba terbatas dilakukan di satu kelas pada mahasiswa semester 3 program studi Pariwisata Politeknik Negeri Sriwijaya. Alasan-alasan yang digunakan dalam menentukan lokasi uji coba tersebut adalah: (1) pelaksanaan perkuliahan membaca (reading) pada prodi tersebut berada pada semester ganjil bertepatan dengan waktu tahapan penelitian uji coba terbatas yang telah direncanakan oleh peneliti, (2) lembaga tersebut masih berada pada satu lembaga dengan peneliti, sehingga memudahkan peneliti untuk bekerjasama dalam hal pengembangan prototype model pembelajaran, dan (3) adanya keterbukaan, kemudahan, dan motivasi yang tinggi dari pihak jurusan dan dosen yang mengampu mata kuliah membaca (reading) untuk meningkatkan kualitas perkuliahan yang dilaksanakan.

c. Uji coba luas dilakukan pada tiga program studi yang memiliki karakteristik agak berbeda, yaitu: 1) mahasiswa semester 3 program studi Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya, 2) mahasiswa semester 3 program studi Keperawatan Politeknik Kesehatan, dan 3) mahasiswa semester 3 program studi Teknik Komputer Politeknik Sekayu. Pemilihan 3 kelas yang memiliki karakteristik yang agak berbeda tersebut ditujukan untuk menganalisis efektifitas model pembelajaran yang telah dihasilkan pada uji coba terbatas sebelumnya dan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, sehingga diperoleh model pembelajaran akhir yang standar untuk meningkatkan kualitas proses perkuliahan di Politeknik.


(32)

95

d. Setelah proses uji coba luas berakhir, kemudian dilakukan uji validasi model. Dalam uji validasi model terdapat kelompok eksperimen maupun kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan treatment dengan model pembelajaran yang dikembangkan, sedangkan kelompok kontrol tidak. Penetapan kelompok eksperimen maupun kontrol di lakukan berdasarkan klasifikasi kondisi Politeknik; baik, sedang, dan kurang. Kriteria penetapan klasifikasi ini didasarkan pada pendapat umum (public opinion). Dengan kata lain, penetapan ini disesuaikan dengan kebutuhan (purposive) dan Politeknik yang dipilih sebagai sampel dapat dilihat melalui tabel 3.1 berikut.

Klasifikasi Kelompok Eksperimen

Mahasiswa Kelompok Kontrol Mahasiswa

Baik Politeknik Negeri Sriwijaya

24 Politeknik Negeri Sriwijaya

24

Sedang Politeknik Kesehatan

24 Politeknik Kesehatan

24

Kurang Politeknik Sekayu 24 Politeknik Sekayu 24 Jumlah 72 72

C. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipakai terdiri dari angket,observasi kelas dan hasil belajar.

1. Angket

Tuckman (1972:173) menyatakan “questionnaires are used by researchers to convert into data information directly given by a person (subject)”. Dalam penelitian ini dikembangkan dua instrumen angket yang digunakan pada tahap pra-survey yakni (1) instrumen angket untuk dosen untuk menjaring data berkenaan dengan identitas diri, pemahaman terhadap pembelajaran membaca pemahaman, persiapan perkuliahan membaca pemahaman, pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman, evaluasi pembelajaran, dan sarana/fasilitas/lingkungan; dan (2) instrumen angket untuk mahasiswa untuk menjaring data yang berkenaan dengan tanggapan mahasiswa terhadap dosen yang mengajar membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris, keaktifan, dan minat.


(33)

Instrumen angket tentunya perlu diuji validitasnya. Validitas instrumen mengacu pada measures what it purports to measure. In simple words, does the instrument really measure the characteristic that its is being to measure? (Tuckman, 1972:139). Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam instrumen angket berisikan pertanyaan-pertanyaan informatif dan pendapat responden sehingga uji validitas angket menggunakan content validity di mana angket tersebut kemudian dimintakan penilaiannya kepada para pakar bidang studi bahasa Inggris.

2. Observasi Kelas

Kegiatan observasi pembelajaran di kelas adalah mengamati dan mempelajari suatu proses belajar-mengajar di kelas untuk menentukan strategi mengajar yang tepat dan tingkat tanggapan mahasiswa. Observasi pembelajaran kelas itu sendiri dapat digunakan oleh dosen untuk mengumpulkan masukan bagi perencanaan, pengorganisasian, strategi, metode presentasi, teknik pengelolaan perilaku, dan mengenal perbedaan-perbedaan tiap mahasiswa secara individu. Young, Rapp, dan Murphy (2007:2) menyatakan bahwa observasi kelas digunakan untuk memantau kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. Observasi kelas tidak hanya dapat memberikan kontribusi kepada evaluasi diri sekolah, tetapi juga kepada pengembangan profesional pengajar.

Observasi kelas dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang disusun oleh peneliti untuk menjaring data yang diperlukan pada tahap pra-survey dan tahap pengembangan model. Kegiatan observasi kelas yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk melihat secara langsung situasi yang sebenarnya.

3. Hasil Belajar

Untuk mengetahui pencapaian dari tujuan-tujuan pengajaran maka dilakukan dengan evaluasi hasil belajar. Untuk mengevaluasi hasil belajar tersebut digunakanlah alat ukur berupa tes. Tes merupakan cara atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Tes membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang disusun oleh peneliti serta enam dosen pengampu mata kuliah membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris, kemudian dinilai oleh pakar


(34)

97

dalam bidangnya. Bentuk tes membaca pemahaman adalah pilihan ganda. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test. Pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Sedangkan post-test bertujuan untuk mendapat informasi tentang kemampuan akhir setelah mahasiswa diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran yang sedang dikembangkan selama proses kegiatan pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Inggris. Lamanya alokasi waktu tes berlangsung akan ditentukan berdasarkan prosentase siswa yang dapat menyelesaikan tes tersebut pada saat test tersebut diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabiltas test tersebut.

Tes membaca pemahaman yang berjumlah 40 soal dalam bentuk pilihan ganda disusun oleh enam dosen Politeknik dengan komposisi dua dari Politeknik Negeri Sriwijaya, dua dari Politeknik Kesehatan, dan dua dari Politeknik Sekayu. Setelah tes membaca pemahaman tersusun, maka dibawa ke pakar pendidikan dan bidang studi membaca pemahaman untuk dimintai penilaiannya. Kemudian instrumen tes diuji validitas serta reliabilitasnya dengan melibatkan sejumlah mahasiswa. Pengujian terhadap validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji Korelasi Product Moment Pearson. Sementara untuk mencari besarnya reliabilitas tes digunakan Split-half Method (Metode Belah Dua) dengan cara mengkorelasikan antara total skor pada item pertanyan yang ganjil dengan total skor pertanyaan yang genap. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian rumus Spearman Brown seperti di bawah ini:

r11=

1212

2 1 2 1

1 2

r r

D. Analisis Data

1. Hasil Data Pra-survey

Data yang diperoleh dari pra-survey dikaji dengan menggunakan analisis profil yakni melihat kecenderungan sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas bagaimana dosen mengembangkan perencanaan dan mengimplementasikan pembelajaran membaca pemahaman (reading comprehension) dalam pembelajaran bahasa Inggris pada saat ini di kelas, bagaimana kemampuan dan


(35)

aktivitas belajar mahasiswa di kelas ketika berlangsungnya perkuliahan membaca pemahaman (reading comprehension) dalam pembelajaran bahasa Inggris, kemampuan dan kinerja dosen di dalam kelas ketika berlangsungnya perkuliahan membaca pemahaman (reading comprehension) dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan pemanfaatan sarana, prasarana dan lingkungan.

2. Hasil Data Pengembangan Model

Analisis data pada tahap pengembangan ini menggunakan dua cara, yaitu kualitatif dan kuantitatif.

a. Hasil observasi kelas dikaji dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk kemudian dilakukan revisi dan uji coba selanjutnya.

b. Untuk menghasilkan model yang solid, tes akan dilakukan. Hasil tes dianalisis dan yang digunakan adalah analisis kuantitatif terhadap hasil belajar melalui uji t setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Program SPSS 20 digunakan untuk menjamin keakuratan analisis data kuantitatif dalam penelitian ini.

3. Tahap Penelitian Uji Validasi

Pada tahap penelitian uji validasi digunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dengan uji t untuk melihat perbedaan rata-rata hasil tes antara kelompok eksperimen dan kontrol yang dengan jelas menunjukkan efektivitas model terhadap peningkatan membaca pemahaman mahasiswa. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat peningkatan kinerja dosen jika menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan, sedangkan uji t digunakan untuk membandingkan hasil tes (pre-test dan post-test) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Seluruh analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.


(36)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLEMENTASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian, dirumuskan kesimpulan penelitian sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Kondisi Objektif Perkuliahan Membaca Pemahaman dalam

Pembelajaran Bahasa Inggris Selama ini

a). Dalam perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris selama ini, dosen masih menganggap bahwa mata kuliah ini sulit diajarkan kepada mahasiswa karena melibatkan kemampuan penguasaan kosa kata serta gramatikal. Pemahaman ini membuat dosen dominan menggunakan metode ceramah, dan tanya jawab. Namun dalam pelaksanaannya penggunaan metode tersebut kurang mampu untuk (1) meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa secara optimal, (2) membuat mahasiswa lebih termotivasi dan aktif dalam mengikuti perkuliahan, serta (3) mendorong mahasiswa untuk lebih banyak membaca dari berbagai literatur.

b). Rendahnya kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris disebabkan oleh kekurangmampuan model pembelajaran yang digunakan dalam memaksimalkan potensi yang ada dalam diri mahasiswa.

c). Faktor sarana dan fasilitas lingkungan belajar mahasiswa tidak menjadi kendala utama terhadap kekurangoptimalan pelaksanaan perkuliahan membaca pemahaman dalam pembelajaran bahasa Inggris di Politeknik. d). Mahasiswa secara umum lebih menyukai penggunaan model pembelajaran

yang melibatkan keterlibatan aktif mereka, terutama melalui metode diskusi, kerja kelompok, dan presentasi kelompok mahasiswa dengan dibimbing oleh dosen.


(37)

e). Dalam melaksanakan evaluasi, dosen dominan menggunakan penilaian dari aspek kognitif.

2. Desain Model Pembelajaran Membaca Reciprocal Teaching

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui pengembangan desain model pembelajaran ini adalah peningkatakan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Kegiatan pembelajaran sebagai bentuk implementasi model memiliki langkah-langkah pembelajaran: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dilakukan melalui proses penjelasan kompetensi dan orientasi. Kegiatan inti dilakukan melalui proses scaffolding, pembentukan dan pembagian tugas kelompok, eksplorasi, penyajian hasil kerja kelompok, dan pengecekan pemahaman. Kegiatan penutup dilakukan melalui refleksi dan simpulan, dan evaluasi formatif. Sedangkan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses dan hasil.

3. Implementasi Model Pembelajaran Membaca Reciprocal Teaching

Model pembelajaran membaca reciprocal teaching memiliki tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan penjelasan kompetensi dan orientasi.

Dalam kegiatan penjelasan kompetensi, dosen menjelaskan kompetensi apa yang akan dipelajari. Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran orientasi dosen melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) mendeskripsikan ruang lingkup materi, (2) mengemukakan tujuan pembelajaran, (3 ) mengemukakan penilaian hasil belajar, dan (4) memotivasi mahasiswa untuk aktif dalam kelompok dan diskusi.

Selanjutnya kegiatan inti yang terdiri dari lima kegiatan pembelajaran yaitu scaffolding, pembentukan dan pembagian tugas kelompok, eksplorasi, penyajian hasil kerja kelompok, dan pengecekan pemahaman.

Kegiatan yang dilakukan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran scaffolding mencakup: (1) membagikan handout reciprocal teaching kepada mahasiswa, dan (2) menjelaskan dan memodelkan kepada mahasiswa how to summarize, how to predict, how to question dan how to clarify. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran pembentukan dan pembagian tugas


(38)

Welly Ardiansyah, 2013

Pengembangan Model Pembelajaran Membaca untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman (Studi pada Politeknik di Sumatera Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kelompok di mana dosen melakukan kegiatan-kegiatan yang mencakup: (1) menempatkan satu mahasiswa yang pandai dalam tiap kelompok, (2) membagi mahasiswa dalam kelompok (1 kelompok 4 mahasiswa), (3) memotivasi seluruh mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan (4) mengingatkan mahasiswa untuk saling bekerjasama, saling membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tugas individu maupun kelompok. Kegiatan pembelajaran berikutnya adalah eksplorasi di mana mahasiswa melibatkan diri dalam proses pembelajaran baik secara intelektual maupun emosional dan memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk melakukan pengkajian materi bacaan melalui proses interaksi dengan teman sebaya dibimbing oleh satu dosen-mahasiswa dalam kelompok. Setelah kegiatan pembelajaran ekplorasi selesai kemudian diteruskan dengan penyajian hasil kerja kelompok. Namun, sebelum dilakukan penyajian hasil kerja kelompok, terlebih dahulu dosen mengundi kelompok yang akan melakukan penyajian. Setelah kelompok yang akan melakukan penyajian terpilih maka akan diwakili oleh satu orang perwakilan untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya. Hasil kerja kelompok tersebut sudah berbentuk peta konsep. Setelah penyajian selesai, maka kelompok-kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk menanyakan kembali kejelasan inti materi yang telah disajikan oleh penyaji. Segala pertanyaan, pendapat, maupun kritikan dapat diajukan baik kepada penyaji maupun kepada anggota-angota kelompok penyaji. Dosen dalam kegiatan pembelajaran ini tetap memotivasi mahasiswa untuk aktif dalam diskusi kelas, mencatat segala pertanyaan maupun poin-poin yang dibicarakan ketika diskusi berlangsung.

Selanjutnya adalah kegiatan inti yang terakhir, pengecekan pemahaman. Kegiatan pembelajaran pengecekan pemahaman dilakukan untuk memastikan apakah mahasiswa telah memahami materi bacaan yang dikaji. Kegiatan yang dilakukan oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran pengecekan pemahaman adalah sebagai berikut : (1) meminta setiap mahasiswa membuat rangkuman terhadap poin-poin penting yang dibahas dalam bacaan dengan menggunakan bahasa mahasiswa sendiri atau (2) mahasiswa kembali menjelaskan kembali


(1)

Hernawan. (2009). Model Pengalaman Berbahasa Terkonsentrasi dalam

Pembelajaran Membaca [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori

/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/197810202003121-HERNAW AN/ARTIKEL_DALAM_BUKU_BAHASA_DAN_SASTRA_INDONESI A _ DI_TENGAH_ARUS_GLOBAL.pdf [18 Juni 2012]

Isabella, Upi. (2007). Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini.

Jurnal Pendidikan Penabur-No.08/Th.VI/Juni 2007 [Online]. Tersedia:

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2060-65%20Scaffolding%20Upi.pdf [27 Mei 2012]

Iskandar, Srini M.(2006). Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dasar-dasar Sains dengan Menggunakan Pembelajaran Berkelompok (Learning Together) dan Pembelajaran Timbal Balik (Reciprocal Teaching), JURNAL PENELITIAN

KEPENDIDIKAN Tahun 16, Nomor 1, Juni 2006 [Online]. Tersedia:

http://lemlit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/JURNAL_ JUNI-2006.pd f [30 April 2012]

Joyce, B. dan Weil, M. (1992). Models of Teaching 4th Edition. Needham Heights

Massachusetts: Allyn & Bacon.

Kamarga, Hansiswany. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal (Advance

Organizer): Dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di Sekolah Dasar yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berpikir Kesejarahan. Disertasi Doktor pada

Program Pasca Sarjana PK Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Kamarga, Hansiswany. (2001). Pembelajaran Sejarah Melalui E-Learning. [Online].Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJA RAH/195609021987032-HANSISWANY_KAMARGA/KARYA_TULIS _ARTIKEL/BELAJAR_SEJARAH_MELALUI_E-LEARNING_%28ma kalah _utk_presentasi_.pdf [27 Maret 2012]

Kemdiknas. (2009). Sistem Pendidikan [Online]. Tersedia: http://www. psp.kemdiknas. go.id/?page=sistem [17 April 2012]

Lestyarini, Beniati. (2010). Pentingnya Metakognisi Dalam Membaca

Komprehensi Teks Berbagai Bidang Studi [Online]. Tersedia: http://staff.

uny.ac.id/sites/default/files/198605272008122002/metakognisi%20dan%20 pemahaman%20membaca.pdf [7 Juni 2012].

Litbangkemdiknas. (2011). Survei Internasional PISA [Online]. Tersedia: http:// litbangkemdiknas.net/detail.php?id=215 [17 Maret 2012]


(2)

Litbangkemdikbud. (2011). Mata Pelajaran Bahasa Inggris [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/08_%20BAHASA%20INGGRIS%2 0%28B%29.pdf [7 April 2012]

Litbangkemdikbud. (2011). Survei Internasional PIRLS [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=11 [ 17 Maret 2012]

Longstreet,W.S. and Shane, H.G. (1993). A Curriculum for a New Millennium. London: Allyn and Bacon.

Majdi, Abdullah Ahmad AD-Heisat, Mohammed, Syakirah K.A. Sharmella, Krishnasamy, dan Jenan H. Issa. (2009). The Use of Reading Strategies in

Developing Students’ Reading Competency among Primary School

Teachers in Malaysia. European Journal of Social Sciences Volume 12, Number 2 (2009) [Online]. Available at: http://www.eurojournals.com /ejss_12_2_14.pdf [22 Oktober 2011]

Masbied. (2011). Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky Dalam Pembelajaran

Matematika [Online]. Tersedia: http://masbied.files.wordpress.com/2011

/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdf [5 Mei 2012]

McWhorter, Kathleen T. (1992). Efficient and Flexible Reading. New York: Harper Collins Publishhers.

Miller, J.P. & Seller, W. (1985). Curriculum Perspectives and Practice. New York & London: Longman.

Mitchell. (2009). Reciprocal Teaching [Online]. Available at: http://www.mitche llteachers.net/MrsMitchell/toolsofthemonth/reciprocalteaching/ReciprocalT eachingNotes.pdf [17 Juni 2012]

Mulyono, Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Novak, Joseph D. (2002). Meaningful Learning: The Essential Factor for

Conceptual Change in Limited or Inappropriate Propositional Hierarchies Leading to Empowerment of Learners [Online]. Available at:

http://isd-resource-space.wikispaces.com/file/view /Meaningful+Learning .pdf [ 17 Maret 2013]

Oliva, Peter F. (1992). Developing the Curriculum 3rd Edition. New York, NY:

Harper Collins Publishers, Inc.

Omari, Hamzah A. dan Weshah, Hani A. (2010). Using the Reciprocal Teaching Method by Teachers at Jordanian Schools. European Journal of Social


(3)

Sciences [Online], Volume 15, Number 1 (2010). Tersedia: http:// www.

eurojournals.com/ejss_15_1_03.pdf [27 Februari 2012]

Palinscar, A. S, dan Brown, A. L. (1986). Reciprocal Teaching [Online]. Available at: http://www.ncrel.org/sdrs/at6lk38.html [30 November 2011]. Pandawa, Nurhayati., Hairudin dan Sakdiyah, Mislinatul. (2009). Pembelajaran

Membaca. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.

Panmanee,Wanpavee. (2009). Reciprocal Teaching Procedures and Regular Reading Instruction: Their Effects on Students’ Reading Development [Online]. Available at: http://kb.psu.ac.th/psukb/bitstream/2010/5825/1/31 398 8.pdf [26 Februari 2012]

Park, H. (2008). Critical Review: The Use of Reciprocal Teaching to Improve

Reading Comprehension of Both Normal Learning and Learning Disabled Individuals in the Reading to Learn Stage [Online]. Available at:

http://www.uwo.ca/fhs/csd/ebp/reviews/2007-08/Park,H.pdf [ 27 Februari 2012]

Pearson. (2009). Information Provided by the Qualitative Reading Inventory-5 [Online]. Available at: http://ptgmedia.pearsoncmg.com/images/9780137 019236/downloads/9780137019236ch3.pdf [17Mei 2012]

Phillips, John Arul (2008). Fundamentals of Curriculum, Instruction, and

Research in Education [Online]. Available at: http://capl.oum.edu.my

/v3/download/preparatory% 20programme /HQOE%201%20Fundamental %20to%20Curriculum%20Full.pdf [17 Maret 2013]

Pilonieta, Paola dan Medina, Adriana L. (2009). Reciprocal Teaching for the PrimaryGrades: “We Can Do It, Too!” [Online]. Available at: http:// web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=18aac85b-8e3a-4a6b-8967-0f28dbca bb04%40sessionmgr113&vid=1&hid=107&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3Qt bG l2ZQ%3d%3d#db=s8h&AN=44618155 [5 Mei 2012]

Pujiono, Setyawan. (2008). Metode K-W-L dalam Pembelajaran Membaca Kritis [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/2.%20PPM %20 Makalah% 20PPM%20%20wates%20K-W-L.pdf [ 17 Mei 2012] Rahim, Farida. (2009). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Edisi Kedua.

Jakarta: Bumi Aksara.

Rahayu, Acep Unang. (2008). Mengenal Strategi Membaca yang Tepat [Online]. Tersedia: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2408820.pdf [7 Juni 2012]


(4)

Randolph, Tom. (2011). Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia [Online]. Tersedia: http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel =326 [ 9 Oktober 2011]

Rosenshine, B., & Meister, C. (1994). Reciprocal Teaching: A Review of the Research. Review of Educational Research, 64, 479-531.

Santrock, John W. (2010). Educational Psychology 2nd Edition (Dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S). Dallas: McGraw-Hill Company,Inc

Sarasti, Israel A. (2007). The Effects of Reciprocal Teaching Comprehension

Monitoring Strategy on 3rd Grade Students’ Reading Comprehension

[Online]. Available at: http://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metadc39 19/m2/1/high_res_d/dissertation.pdf [27 Juni 2012]

Saylor, J. Galen., Alexander, William M, and Lewis, Arthur J. (1981). Curriculum

Planning for Better Teaching and Learning. Japan: Holt, Rinehart and

Winston, Inc.

Schubert, W.H. (1986). Curriculum Perspective, Paradigm, and Possibility. New York: MacMillan Publishing Company.

Seymour, Jennifer R. dan Osana, Helena P. (2003). Reciprocal Teaching

Procedures and Principles: Two Teachers’ Developing Understanding, Teaching and Teacher Education 19 (2003) 325–344 [Online]. Available at : http://www.speakeasy designs.com/SDSU/student/640/science.pdf [10 Juni 2012]

Siswanto, Budi Tri. (2011). Pendidikan Vokasi, Work-Based Learning, dan

Penyelenggaraan Program Praktik Pengalaman Lapangan [Online].

Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Makalah%20Cerama h%20UMM%202011.pdf [7 Mei 2012]

Snow, Catherine. (2004). Reading for Understanding Toward an R&D Program

in Reading Comprehension RAND Reading Study Group [Online].

Available at: http://www.pbs.org/teacherline/courses/rdla150/docs/c1s4_ 15readingfor unde%23846dd.pdf [16 Juni 2012]

Sudarman. (2009). Peningkatan Pemahaman dan Daya Ingat Siswa Melalui Strategi Preview, Question, Read, Reflect, Recite, dan Review (PQ4R)

Jurnal Pendidikan Inovatif, Jilid 4, Nomor 2, Maret 2009, hlm. 67-72

[Online]. Tersedia: http:// jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-4-no-2-sudarman.pdf [7 Juni 2012]

Sudaryat, Yayat. (2008). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Mata


(5)

.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19630210198 7031-YAYAT_SUDARYAT/PENGEMBANGAN_BELAJAR_BAHAS A_ DAERAH.pdf [20 Juni 2012]

Sudira, Putu. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan dan Pelatihan

Vokasi Menyongsong Skill Masa Depan [Online]. Tersedia: http://staff.

uny.ac.id/sites/default/files/131655274/KURIKULUM-VET-SKIL-MASA - DEPAN.pdf [ 2 Mei 2012]

Sudira, Putu. (2011). Analisis Hubungan Antara Program Keahlian Sekretaris

Dengan Kebutuhan Tenaga Kerja ”Studi Kasus di DKI Jakarta” [Online].

Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131655274/PAPER-PU TU-2-final.pdf [5 Mei 2012].

Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriyono. (2011). Membimbing Siswa Membaca Cerdas dengan Taksonomi

Barrett [Online]. Tersedia: http://awidyarso65.files.wordpress.com/2008

/08/membimbing-siswa-membaca-cerdas.pdf [12 Juni 2012]

Takala, Marjatta. (2006). The Effects of Reciprocal Teaching on Reading Comprehension in Mainstream and Special (SLI) Education Scandinavian

Journal of Educational Research Vol. 50, No. 5, November 2006, pp. 559– 576 [Online]. Available at: http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=

80cbc6bc-3125-4130-b021-070b88583624%40sessionmgr111&vid=1&hi d=107&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=s8h&AN=22 523599 [7 Mei 2012]

Tanner, D. and Tanner, L.N. (1975). Curriculum Development: Theory into

Practice. New York: MacMillan Publishing Company.

Tarigan, Henry Guntur. (1986). Membaca sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarouco, Liane M., Geller, Marlise., and Medina, Roseclea. (2006). CMAP as a

Communication Tool to Promote Meaningful Meaning [Online]. Available

at: http://cmc.ihmc.us/cmc2006 Papers/cmc2006-p152.pdf [ 17 Maret 2013] Tierney, R.J. (1984). Portofolio Assessment in The Reading Writing Classroom.


(6)

Tierney, R.J, Readance, J.E. & Dishner, E.K. (1990). Reading Strategies and

Practices. Boston: Allyn and Bacon.

Tuckman, Bruce W. (1972). Conducting Educational Research. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Ulmer, Jonathan D. (2005). An Assessment Of The Cognitive Behavior Exhibited

By Secondary Agriculture Teacher [Online]. Available at: https://mospace.

umsystem.edu/xmlui/bitstream/handle/10355/4125/research.pdf?sequence= 3 [5 Mei 2012]

Vacca, Richard T. dan Vacca, Jo Anne L. (1989). Content Area Reading. London: Scott, Foresman and Company.

Westera, J., & Moore, D. (1995). Reciprocal Teaching of Reading Comprehension in a New Zealand High School. Psychology in the Schools, 32(3), 225-232. Westood, Peter. (2008). What Teachers Need to KnowaboutReading and Writing

Difficulties [Online]. Available at: https://shop.acer.edu.au/acershop/shop

-images/products/reading_writing_diff_sample.pdf [27 Maret 2013]

Whitefield Schools and Centre. (2010). Classroom Observation [Online]. Available at: http://people.uncw.edu/kozloffm/England%20School%20Ob servation%20Outline.pdf [ 1 Juli 2012]

Yoosabai, Yuwadee. (2009) The Effects of Reciprocal Teaching on English

Reading Comprehension in a Thai High-School Classroom [Online].

Available at: http://thesis.swu.ac.th/swudis/Eng%28Ph.D.%29/Yuwadee _Y.pdf [27 Mei 2012]

Young, Mark R., Rapp, Eve., and Murphy, James W. (2007). Action Research: Enhancing Classroom Practice and Fulfilling Educational Responsibilities,

Journal of Instructional Pedagogies [Online]. Available at: http://www.

aabri.com/manuscripts/09377.pdf [ 1 Juli 2012]

Zais, R.S. (1976). Curriculum Principles and Foundation.NewYork: Harper & Row Publisher.

Zuchdi, Darmiyati. (2008). Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca

Peningkatan Komprehensi. Yogyakarta: UNY Press.