PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT: Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi.

(1)

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Jamaludin Aziz 0906506

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

Oleh Jamaludin Aziz

0906506

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Jamaludin Aziz, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU

Kota Cimahi) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2013 Yang membuat pernyataan

Jamaludin Aziz 0906506


(4)

Jamaludin Aziz 0906506

PERANAN KPU DALAM MENGATASI ANGKA GOLPUT SERTA MENINGKATKAN

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU Kota Cimahi)

DISETUJUI DAN DI SAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof.Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

Pembimbing II

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Diketahui oleh,


(5)

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001 Skripsi ini telah diuji pada :

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si

NIP. 19690929 199402 1 001 3.2

Drs. Rahmat, M.Si

NIP.19580915 198603 1 003 3.3

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(6)

SERTA MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Deskriptif Analitis di KPU Daerah Kota Cimahi).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu 2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000, maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari partai politik.

Lembaga penyelenggara pemilu haruslah bersifat indipenden, tidak tergantung pada siapapun baik pemerintah maupun pengaruh lain. Penyelenggaraan pemilu secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh lembaga penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas dan akuntabilitas ( penjelasan UU No.22 tahun 2007).

Lembaga penyelenggara pemilu merupakan lembaga yang memiliki wewenang dalam mengatur, menjadwalkan, merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan segala sesuatunya sampai pemilu berhasil. Selain wewenang tersebut, lembaga penyelenggara pemilu juga berkewajiban untuk mengawasi jalannya pemilu. Penelitian ini didasarkan pada tiga permasalahan yaitu: 1) Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU; 2) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di Kota Cimahi?; 3) Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Cimahi?.

Dalam penelitian ini guna mengungkapkan permasalahan tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di kawasan Kota Cimahi dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Berdasarkan penelitian serta analisis yang dilakukan peneliti bahwa: 1) Selama ini banyak yang mempertanyakan kompentensi dan independensi anggota KPU dalam melaksanakan pemilu karena melihat carut marutnya pelaksanaan pemilu serta banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan pemilu yang tidak ditindak tegas; 2) kurang maksimalnya upaya yang dilakukan KPU untuk mengatasi tingkat golput; 3) KPU harus memaksimalkan sosialisasi pada masyarakat terutama dengan menggunakan media massa serta mengikut sertakan guru PKn untuk menanamkan pentingnya mengikuti pemilu sejak dini untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan meningkatkan kualitas para calon yang bertarung pada pemilu.


(7)

NUMBERS abstentions PUBLIC PARTICIPATION (Descriptive Analytical Study on the Regional Commission Cimahi).

General Elections Commission ( KPU ) is a state agency that organizes elections in Indonesia , which covers the general election DPR / DPD / Parliament , election of President and Vice President , and the election of Regional Head and Deputy Head . Before the 2004 elections , the Commission may consist of members who are members of a political party , but after the issuance of Law no . 4/2000 in 2000 , it is required that the members of the Commission is a non - partisan or not from a political party .

Election management body should be independent , not dependent on either government or influence anyone else . Direct election , general , free , confidential , honest and fair can be achieved if carried out by the electoral management body that has the integrity , professionalism and accountability ( explanation Law No.22 of 2007 ) .

Election management body is an institution that has the authority to organize , schedule , plan , prepare and execute everything to electoral success . In addition to the authority , election management body is also responsible for overseeing the elections . The study was based on three issues : 1 ) How do people's responses on the performance of the Commission ; 2 ) How do the Commission in efforts to minimize the level of abstentions in Cimahi ? ; 3 ) How does the Commission efforts to improve people's political participation Cimahi ? .

In this study the authors to disclose these problems using a qualitative approach with descriptive analytical method . The study site was located at Cimahi region with data collection techniques such as observation ,interview and documentation.

Based on research and analysis conducted by researchers that : 1 ) There are many who question the competence and independence of the members of the Commission in carrying out elections because elections saw bawdy bawdy and the number of fraud in elections that are not dealt with firmly , 2) maximal efforts for KPU address the level of abstentions ; 3 ) the Commission should maximize the dissemination to the public , especially using the mass media as well as to involve Civics teachers to instill the importance of following early elections to increase participation and improve the quality of the candidates contesting the election .


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

ABSTRAK ……….. v

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………. viii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Fokus Penelitian ………. 7

C. Tujuan Penelitian ……… 7

D. Manfaat Penelitian ……….. 7

E. Asumsi ……… 8

F. Definisi Operasional ……… 9

G. Metodologi Penelitian ………. 10

H. Teknik Pengambilan Data ………... 11

I. Subjek dan Lokasi Penelitian ……….. 12

BAB II DAFTAR PUSTAKA……… 14

A. Tinjauan tentang Pemilihan Umum ……… 14

1. Pemilihan Umum Kaitannya dengan Demokrasi ……… 14

2. Makna dan Hakikat pemilihan Umum ………. 16

B. Tinjauan tentang KPU ……….. 23

1. Lembaga Penyelenggara Pemilu ……….. 23

2. Standar Internasional Lembaga Penyelenggara Pemilu ……… 24

3. Penyelenggara Pemilu di Indonesia ………. 30

C. Konsep Golput ………... 37

1. Pengertian Golput di Indonesia ………. 37

2. Faktor-faktor Penyebab Golput ………. 41

3. Tafsir Golput ………. 48

D. Tinjauan tentang Partisipasi Politik Masyarakat terhadap Pemilu ……. 50

1. Makna dan Hakikat Partisipasi Politik ………... 50

2. Tingkatan dan Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ……….. 52

E. Peranan KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Politik………....59

BAB III METODE PENELITIAN……… 63

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……… 63

1. Pendekatan Penelitian ……… 63

2. Metode Penelitian ……….. 64


(9)

1. Wawancara ………. 66

2. Observasi ……… 68

3. Studi Dokumentasi ………... 68

4. Triangulasi ……….. 68

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 69

1. Lokasi Penelitian ……… 69

2. Subjek Penelitian ……… 69

D. Tahap Penelitian ………. 72

1. Persiapan Penelitian ………... 72

2. Perizinan Penelitian ……… 72

3. Pelaksanaan Penelitian ………... 72

4. Pengolahan dan Analisis Data ……… 73

5. Penyusunan Laporan ……….. 73

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ………. 75

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data ………. 75

2. Penyajian Data ……… 75

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data ………. 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… ... 78

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 78

1. Profil Kota Cimahi ………. 78

2. Gambaran Umum Tentang KPU Kota Cimahi ……….. 82

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 93

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 124

A. Kesimpulan ………. 124

B. Rekomendasi ……….. 126 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sebelum pemilu 2004, KPU dapat terdiri dari anggota-anggota yang merupakan anggota sebuah partai politik, namun setelah dikeluarkannya UU No. 4/2000 pada tahun 2000, maka diharuskan bahwa anggota KPU adalah non-partisan atau bukan berasal dari partai politik.

Jika dilihat secara objektif kita harus menilai kinerja KPU karena KPU adalah salah satu cara mencari para pemimpin dan wakil rakyat kita karena pemilu yang diselenggarakan oleh KPU adalah gerbang menuju sebuah kekuasaan. Menurut Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri Abdul Hafiz Anshary berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengakui bahwa kinerja lembaga yang dipimpinnya kurang maksimal dalam melaksanakan tugas menyiapkan Pemilu 2009. Hal itu diakibatkan sejumlah kendala yang tidak bisa diselesaikan secara internal, misalnya dana dan sumber daya manusia. Salah satu contoh, KPU merasa kurang maksimal dalam sosialisasi pemilu melalui media elektronik karena anggaran tidak memadai untuk beriklan dengan frekuensi cukup tinggi. Anggaran sosialisasi tidak hanya di media elektronik KPU harus membagi jatah anggaran untuk iklan media cetak, poster, spanduk, dan lain-lain. Menurut ketua KPU Abdul Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengaku kesulitan mengkoordinasikan program dengan anggota karena jumlah yang terbatas padahal jam terbang tinggi.


(11)

Belum lagi KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) yang kurang fokus mengurus pemilu karena sibuk mengurus pilkada. Kalau mau merekrut tenaga baru itu juga membutuhkan anggaran baru lagi. Untuk mengatasi masalah itu, KPU bekerja sama dengan tokoh masyarakat, media massa, instansi pemerintah, dan swasta. Sebenarnya dukungan pihak lain dapat membantu menjelaskan seluk-beluk dan mekanisme pemilu kepada masyarakat, terutama bagi yang cacat dan pemilih baru. Kepada Departemen Dalam Negeri, misalnya KPU sudah dibantu menjelaskan pemilu melalui kepala-kepala daerah dan kepada perusahaan seluler, KPU mendapat dukungan penyebaran informasi melalui layanan pesan pendek. menurut ketua KPU Hafiz berdasarkan kutipan situs www.kpu.go.id mengulas soal kesiapan logistik pemilu disampaikan sejauh ini kendala yang sering terjadi adalah soal distribusi kertas suara, kotak suara, dan tinta terutama di daerah-daerah seperti Papua dan pulau-pulau terpencil.

Di sisi lain KPU diharapkan membangun koordinasi dengan pemerintah dan Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu) mengurangi dan menyelesaikan masalah yang bisa menghambat kelancaran pemilu. Soal daftar pemilih tetap, KPU menggunakan kesempatan revisi sebaik mungkin sehingga semua pemilih terdaftar bisa masuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) peningkatan sosialisasi bisa menjadi metode perbaikan DPT itu. Selain itu, menyatakan masyarakat juga harus menyediakan waktu dan tenàga untuk bertukar pikiran dengan KPU demi kelancaran pemilu.

Terjadi banyak sekali kecurangan dalam pemilu sebenarnya siapa yang harus bertanggung jawab atas terjadinya kecurangan-kecurangan dalam pemilu? apakah mental orang Indonesia yang tidak bisa menerima kekalahan? atau kah sistem yang membuat kecurangan itu terjadi? atau peraturan yang longgar penyebabkan itu terjadi?. Menurut ketua MK (Mahkamah Konstitusi) Mahfud M.D berdasarkan kutipan situs www.MahkamahKonstitusi.co.id menilai konflik dalam pemilihan kepala daerah tidak hanya karena ada upaya kecurangan dan para kontestan, tetapi ada kecenderungan KPU mulai terlibat. Awalnya kecurangan pilkada hanya dilakukan para kontestan, kini ada kecenderungan dilakukan KPU.


(12)

Dengan demikin seharusnya sanksi tidak hanya ditujukan kepada kontestan, melainkan akan diarahkan pemberian sanksi terhadap KPU, mengingat sengketa pilkada terjadi di berbagai tempat di Tanah Air. Menurut ketua MK, indikasi kecurangan yang ditemui antara lain membatalkan pencalonan seseorang atau memaksakan seseorang menjadi calon meski tidak memenuhi syarat sebagai upaya memecah suara orang lain. Ada pula pihak yang dianggap kuat dibatalkan karena dianggap tidak memenuhi syarat. Kecenderungan seperti itu memang ada banyaknya pilkada yang sudah berjalan baik dan hanya sebagian kecil yang mengalami pengulangan dalam pemilu menurut MK (Mahkamah Konstitusi) banyaknya pengulangan dalam pemilu tadi hanya karena masalah teknis atau kecurangan-kecurangan yang mempengaruh pemenang dalam pilkada tersebut jadi, apa bila kecurangan tersebut sangat berpengaruh seperti merugikan calon lain maka akan di ulang.

Tabel 1.1

Kasus yang ditangani Mahkamah Konstitusi

90% Pilkada sudah berjalan baik 10% pilkada harus diulang

Sumber: www.Mahkamah Konstitusi.co.id (2012)

Dilihat tabel tersebut dapat diketahui dan 400-an kasus yang ditangani MK hanya 30-an kasus yang menghasilkan putusan pilkada harus diulang. Pada umumnya setiap pelaksanaan pilkada ada kecenderungan terjadi kecurangan, karena hampir semua kontestan berusaha curang. Jika kecurangan tersebut tidak berpengaruh secara signifikan, kasus tersebut akan diserahkan ke pengadilan umum. Menurut ketua MK berdasarkan kutipan situs www.nasional.kompas.com menjelaskan bahwa kecurangan yang terjadi dalam pilkada tetap dianggap salah.


(13)

Misal, jika ditemukan pencurian suara akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pilkada maka akan diadili secara pidana.

Masalah yang lain adalah rendahnya tingkat partisipasi masyarakat itu cukup meresahkan karena dalam pemilu 2009 kemarin hampir 50% rakyat Indonesia tidak menggunakan hak pilihnya tentu yang kita soroti adalah sosialisasi dari KPU sendiri bisa sampai penyebabkan tingginya tingkat golput di masyarakat. Dalam konteks penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada, besarnya jumlah partisipasi masyarakat digunakan sebagai salah satu tolak ukuran keberhasilan penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada dan legitimasi mandat yang diberikan rakyat kepada pasangan calon terpillh.

Semakin rendahnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam sebuah Pemilu/Pemilukada maka dapat dikatakan penyelenggara Pemilu/Pemilukada gagal dalam melaksanakan sebuah Pemilu/Pemilukada dan legitimasi kemenangan pasangan calon terpilih juga rendah. Menurut Irvan Maward peneliti Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) berdasarkan kutipan situs . http//www.jppr.or.id berpendapat di Indonesia, perdebatan tentang partisipasi politik hanya terbatas pada angka tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap pemilihan umum.

Sebelum reformasi bergulir, angka itu selalu berada pada kisaran 90 persen, maka dengan mudah orang akan menyebut bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat tinggi. Tapi sebetulnya bukan itu, atau tepatnya bukan satu-satunya ukuran tentang tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum yang lebih terpenting adalah adanya jaminan dan mekanisme yang baku, dan

comfortable bagi semua rakyat untuk dapat menyalurkan pikiran-pikirannya ke dalam sebuah institusi formal. Belum ada ukuran kuantitas yang pasti berapa persen jumlah partisipasi masyarakat dalam suatu pemilukada tetapi dikatakan sedikit lebih tinggi dibandingkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemilihan umum bertingkat nasional lebih rendah dibandingkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pemilukada di daerahnya bisa dicontohkan pada bagan dibawah ini:


(14)

Tabel 1.2

Tingkat partisipasi masyarakat Kota Cimahi

Sumber: KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kota Cimahi

Menurut bagan di atas dapat dilihat tingkat partisipasi masyarakat pada pemilukada Kota Cimahi 2012 lalu, menurut KPUD mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya di pemilukada Kota Cimahi kemarin hampir sekitar 40% bahkan ada yang mencapai 50% menurunnya tingkat partisipasi ini.

Berdasarkan informasi dari KPUD sendiri rata-rata warga Kota Cimahi tidak mempermasalahkan siapapun yang terpilih menjadi walikota dan wakil walikota, tetapi dengan tingginya golput sendiri bisa jadi terjadi karena rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap walikota atau wakil walikota dan KPU. Akibatnya terhadap menjalankan roda pemerintahan dan pelaksana pemilu, tetapi ini mungkin terjadi karena minimnya sosialisasi yang di lakukan oleh KPU, hal ini dapat di lihat pada tingkat partisipasi masyarakat menurun dari pemilu tahun kemarin yang hampir 75% turun sekitar 10 - 15% dari tahun kemarin, ini harus bisa menjadi bahan introspeksi bagi KPU/KPUD sendiri hal itu mencermin kan rendah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri dengan banyaknya kecurangan yang terjadi dalam pemilu tetapi tidak ada tindak lanjutnya padahal kecurangan-kecurangan dalam pemilu bisa saja ditindak lanjuti bekerjasama dengan polisi contohnya money politik hal itu bisa masuk dalam kasus pidana karena termasuk penyuapan.


(15)

Sebenarnya rendahnya tingkat partisipasi masyarakat sendiri bukan hanya terjadi di Kota Cimahi tetapi terjadi juga di seluruh Indonesia. Jika disimpulkan bahwa semakin lama semakin menurun tingkat partisipasi politik di masyarakat. Harusnya KPU dalam hal ini penyelenggara pemilu harus lebih giat dan sensitif melihat permasalahan ini, bukan malah terjadi pembiaran oleh KPU sendiri, malah menjadi hal yang lumrah orang Indonesia golput, jika tingkat golput itu semakin tinggi maka akan berimbas pada legitimasi pemimpin yang dihasilkan melalui mekanisme pemilihan umum ini rendah dan sudah menjadi kewajiban bahwa salah satu tugas KPU adalah sosialisasi.

Jika dlihat akar dari permasalahan yang sebenarnya adalah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU, terutama untuk para pemilih pemula setiap tahunnya para pemilih pemula ini cukup besar tingkat golputnya. Salah satu alasan mereka tidak menggunakan hak pilih nya adalah tidak tahu tatacara pemilu padahal memilih dan dipilih itu adalah hak setiap warga negara, jika sampai itu terjadi maka pemilu yang di laksanakan oleh KPU bisa di anggap gagal karena tidak dapat melaksanakan pemilu dengan baik, padahal dengan kemajuan teknologi dapat digunakan oleh KPU sebagai salah satu fasilitas untuk mengsosialisasikan pemilu.

Berbeda halnya dengan diluar negeri misalkan di Australia memilih itu adalah sebuah kewajiban. Jadi ketika seorang warga negara tidak memilih dalam pemilihan umum (golput) akan ada sebuah sanksi dan ada juga contoh lain di Amerika pemilihan umum disana sudah menggunakan teknologi internet jadi pemilihan itu bisa menggunakan email, jadi seseorang tidak perlu ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) hanya perlu mengirim email dan itu bisa sangat memudahkan bagi seseorang yang sibuk atau malas datang ke TPS. Hal tersebut tentunya memudahkan jadi bisa menekan tingkat golput itu sendiri ketika pemilihan ini fleksible atau mudah pasti tingkat partisipasi masyarakat sendiri otomatis akan tinggi.

B.Fokus Penelitian


(16)

2. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput di Kota Cimahi?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Cimahi?

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan teoritis

Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:

 Sebagai sarana aplikatif terhadap yang sudah dipelajari dalam sistem politik Indonesia.

2. Tujuan praktis

Ada pun tujuan teoritis terdapat dibawah ini:

 Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.

 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput.

 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dan hasil penelitian ini adalah bersifat teoritik dan praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Teoretik

Peneliti ini mengharapkan adanya peningkatan kinerja KPU sendiri terutama dalam menyelenggarakan pemilu dan agar menghasilkan


(17)

pemimpin-pemimpin yang berintegritas tinggi dan terselenggarakannya pemilu yang luberjurdil.

2. Praktis

a. Diketahuinya tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU.

b. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meminimalisir tingkat golput. c. Diketahuinya upaya yang dilakukan KPU dalam meningkatkan partisipasi

politik masyarakat

E. Asumsi

Berdasarkan pengalaman dan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap kinerja KPU dan partisipasi masyarakat, maka penulis dapat mengajukan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Partisipasi masyarakat merupakan ciri khas modernisasi politik dalam pembangunan. Hemat kata kemajuan demokrasi dapat di lihat dan seberapa besar tingkat partisipasi politik masyarakatnya Huntington (1993: 270).

2. Semakin banyak media yang digunakan untuk sosialisasi dalam pemilu mempengaruhi juga tingkat partisipasi masyarakat.

3. Sesuai dengan visi dan KPU sendiri yang ingin menciptakan melayani dan memperlakukan setiap peserta pemilihan umum secara adil dan setara, serta menegakkan peraturan pemilihan umum secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.


(18)

1. Menurut Das dan Teng (1998: 29) kepercayaan adalah memberikan definisi atau pengertian kepercayaan (trust) sebagai derajat di mana seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko. 2. Menurut Syaifullah (2009: 149) partisipasi politik adalah sebagai kegiatan

warga negara untuk turut serta atau mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan atau proses-proses politik.

3. Menurut Amirudin dan Basri Zaini (2006: 11) golput (golongan putih) adalah seseorang yang tidak memberikan hak pilihnya dalam pemilu. Pengertian golongan putih (golput). Golput juga biasa dimaksudkan untuk menyebut mereka yang tidak memilih dalam sebuah pemilihan umum. Definisi tersebut memiliki beberapa aspek:

a. Ia mencakup kegiatan-kagiatan akan tetapi tidak sikap-sikap, akan tetapi beberapa sarjana menganggap partisipasi politik mencakup pula oreintasi-oreintasi para warga negara terhadap politik serta prilaku mereka yang nyata.

b. Kegiatan politik warga negara preman, atau lebih tepat lagi perorangan-perorangan dalam peranan mereka sebagai warga negara preman.

c. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah. Kegiatan yang demikian difokuskan terhadap pejabat-pejabat urnum, mereka yang pada umumnya diakui mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan yang final mengenai pengalokasian nilai-nilai secara otoritatif di dalam masyarakat.

d. Kegiatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah, tak peduli apakah kegiatan itu benar-benar mempunyai efek berhasil atau tidak.

4. Pengertian KPU

Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi pemilihan umum anggota DPR/DPD/DPRD, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga-lembaga negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945.


(19)

Bahkan nama Komisi Pemilihan Umum belum disebut secara pasti atau tidak ditentukan dalam UUD 1945, tetapi kewenangannya sebagai penyelenggara pemilihan umum sudah ditegaskan dalam Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yaitu: Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Artinya bahwa Komisi Pemilihan Umum itu adalah penyelenggara pemilu, dan sebagai penyelenggara bersifat nasional, tetap dan mandiri indiependen, Asshiddiqie (2006: 236-239).

G. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Tylor Moleong, (2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Bodgan dan Tylor Moleong (2000: 57) penelitian yang dilakukan penulisan adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Karena dengan menggunakan metode deskriptif analitis peneliti mendapatkan gambaran mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode desktiptif berusaha mengambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada dilapangan.

Dipilihnya metode deskriptif analitis dalam penelitian ini karena metode ini memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan menggambarkannya secara aktual dan kontekstual mengenai peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Sesuai dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti secara konprehensif dapat mengungkapkan fakta-fakta yang ada tentang peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat.


(20)

H. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Endang Danial (2009: 77) menyatakan bahwa observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengamati, dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti, segala hal yang terjadi dengan cara mencatat dan merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi suatu fenomena tertentu. Adapun observasi yang akan penulis lakukan dalam penelitian ini adalah terhadap elemen masyarakat Kota Cimahi.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik mengumpul data dengan cara mengadakan dialog, Tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara atau interview dilakukan dimana saja selama dialog ini dapat dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di bengkel, di kebun, atau dimana saja Endang Danial (2009: 71). Dalam pelaksanaannya nanti di lapangan, penulis akan melakukan wawancara kepada, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda Kota Cimahi.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, gambar, dan sebagainya Endang Danial (2009: 79). Studi dokumen yang akan diainbil oleh penulis yaitu berupa gambar-gambar kegiatan observasi di kota cimahi.


(21)

Studi literatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian Endang Danial (2009: 80). Berkaitan dengan studi literatur, dalam penelitian penulis membaca, mempelajari, dan mengkaji literature-literatur yang berhubungan dengan dengan keterkaitan Kota Cimahi. I. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah untuk secara umum untuk warga Kota Cimahi tetapi khususnya kepada KPU.

Tabel 1.3 Subjek Penelitian

Sumber: Diolah oleh peneliti 2013

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.

NO Responden Jumlah

1 Ketua KPU 1 orang

2 Anggota KPU 5 Orang


(22)

64 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang meyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012: 4) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Menurut Creswell (2012: 33) Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan.

Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Peneliti berusaha menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian digambarkan ke dalam bentuk uraian-uraian yang menunjukan bagaimana peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:


(23)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”.

Dengan penelitian kualitatif, peneliti sendiri dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugiyono (2012: 59) menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan”.

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan dapat lebih fokus pada masalah yang di dalami serta dapat menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuan tersebut dengan bantuan intrumen agar lebih valid dalam mengolah data yang diperoleh dari lapangan.

Lebih lanjut, Sugioyo (2012: 222) juga menyatakan, bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Oleh karena itu, selama proses penelitian, peneliti akan lebih banyak berkomunikasi dengan subjek penelitian dengan KPU Kota Cimahi dan warga Kota Cimahi. Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan.

2. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode digunakan untuk memecahkan masalah yang akan dan sedang diteliti. Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Menurut Sugiyono (2012: 2) “metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.


(24)

Surakhmad (2004: 131) menyatakan bahwa:

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan suatu penelitian salah satu penunjang oleh metode penelitian yang tepat dengan tujuan penelitian tang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian, karena di dalam metodologi penelitian ditemukan cara-cara bagaimana objek penelitian hendak diketahui dan diamati sehingga menghasilkan data-data yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, kejelian seorang peneliti dalam menentukan suatu metode penelitian mutlak harus dimiliki. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dekriptif.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazir (1988: 63) yakni sebagai berikut:

Metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Menurut Arikunto (2009:42) Penggunaan metode deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap gejala sosial, dalam arti bahwa penelitian tersebut memusatkan pada pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang, yaitu memperoleh gambaran yang nyata mengenai peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat.


(25)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang penting dalam mendukung suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 224) teknik pengumpulan data adalah:

Langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung dari sumbernya. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara langsung kepada berbagai pihak, baik denganketua KPU Kota Cimahi, anggota KPU Kota Cimahi, Tokoh masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, Danial (2009: 71) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh. Wawancara dapat dilakukan di mana saja selama selama dialog masih bisa dilakukan, misalnya sambil berjalan, duduk santai disuatu tempat, di lapangan, di kantor, di kebun, di bengkel, atau di mana saja”. Dengan menggunakan pendekatan wawancara peneliti dapat mengadakan dialog ataupun tanya jawab dengan sumber dan tidak perlu menggunakan tempat khusus dapat lebih kondusional dalam pengumpulan data.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sugioyono (2012: 186) bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang


(26)

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan wawancara tersebut diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan wawancara tak terstruktur menurut Moleong (2012: 190) dapat diselenggarakan menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut:

Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang memenuhi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya.

Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Dalam proses pegumpulan data pasti selalu ada tahapan-tahapan dalam pengumpulan data begitu juga dengan pendekatan wawancara yang terpenting ialah menentukan orang-orang yang akan di wawancarai karena tidak semua orang mengerti dengan yang akan kita teliti.

Adapun manfaat mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Nasution (2003: 114-115) yaitu:

Melalui tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain sehingga kita memperoleh gambaran tentang dunia mereka. Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Selain itu, wawancara berfungsi eksploratif, yaitu bila masalah yang kita hadapi masih samar-samar karena belum diselidiki secara mendalam oleh orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

2. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku


(27)

manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.

Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data di lapangan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut Danial (2009: 79) menjelaskan bahwa:

Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penuduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian.

4. Triangulasi

Triangulasi menurut Sugioyono (2012: 241) adalah “teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada”.

Lebih lanjut Sugiyono (2012: 195) membagi triangulasi atas 2 jenis yakni sebagai berikut.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi


(28)

sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Tabel 3.1

Triangulasi teknik pengumpulan sumber data (bermacam-macam cara pada sumber yang sama)

Sumber: Sugiyono (2012: 242)

Untuk mendukung lebih meningkatkan kekuatan data, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sebagai pengumpul data. Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan, Jawa Barat. Pemilihan Kota Cimahi sendiri sebagai lokasi penelitian adalah karena tingkat golput pada pemilukada di Kota Cimahi mencapai 30% dan semakin meningkat tiap tahunnya oleh karena itu peneliti memilih Kota Cimahi sebagai lokasi penelitian.

2. Subjek Penelitian

Anggota KPU

Ketua KPU

Tokoh

masyarakat


(29)

Penelitian ini ditujukan kepada subjek penelitian ini adalah untuk secara umum untuk warga Kota Cimahi meliputi Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan

, Jawa Barat

tetapi khususnya kepada KPU.

Subjek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 215) bahwa: Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya”.

Jadi dalam penelitian kualitatif lebih mengutamakan situasi sosial tersebut sebagai objek maksudnya adalah sumber itu adalah seseorang yang mengerti akan permasalahan yang akan kita wawancarai dengan demikian penelitian tersebut dapat lebih mendalam dan valid.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 32) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara

"purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Dari pendapat beberapa tokoh tersebut penulis dapat menyimpulkan subjek penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu, subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sample penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan sample purposive, sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi.


(30)

kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yg diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

Dari uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa subjek penelitian ini dapat di lihat dari tabel berikut:

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

Sumber: dibuat oleh pengolah 2013

Tabel diatas menerangkan bahwa dalam responden terdapat beberapa orang yang di jadikan sumber wawancara dan juga subjek penelitian yaitu ada ketua KPU sebagai pemipinan lembaga yang mengambil keputusan serta para anggota KPU yang juga menjadi pemangku kebijakan yang dikeluarkan oleh KPU da nada pula tokoh masyarakat yang meliputi Ulama, aparatur Negara, akademisi, dan anggota partai politik.

D. Tahap Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka

NO Responden Jumlah

1 Ketua KPU 1 orang

2 Anggota KPU 5 Orang


(31)

peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.

Adapun perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapat surat rekomendasi untuk disampaikan kepada Rektor UPI. c. Dengan membawa surat rekomendasi dari UPI, peneliti meminta izin

penelitian kepada Kepala Komisi pemilihan umum dan warga Kota Cimahi.

3. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penelitian adalah sebagai berikut.: a. Menghubungi ketua komisi pemilihan umum.

b. Menghubungi anggota komisi pemilihan umum yang akan diwawancarai.

c. Mengadakan wawancara dengan ketua dan anggota komisi pemilihan umum.

d. Menghubungi tokoh masyarakat di Kota Cimahi.

e. Mengadakan wawancara dengan tokoh masyarakat Kota Cimahi. f. Menghubungi Partai Politik sebagai subjek penelitian untuk


(32)

diwawancarai.

g. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

4. Pengolahan dan Analisis Data

Tahap ini, data yang diperlukan melalui penelitian, diolah sesuai susunan kebutuhan penelitian dari informasi yang telah dikumpulkan. Setelah itu, dilakukan analisis data untuk mencari kebenaran dalam menjawab fokus masalah. 5. Penyusunan Laporan

Tahap ini peneliti menggabungkan seluruh bagian/ bab penelitian yang telah telah ditulis penelitian, untuk dipertanggungjawabkan peneliti dalam sebuah sidang ujian skripsi.

E. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah keseluruhan proses penelitian telah diselesaikan maka selanjutnya peneliti mulai melakukan pengolahan data damn analisis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi literatur. Sedangkan analisis dan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang berarti agar dapat mengungkapkan permasalahan yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2012: 244) mengatakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.

Pengelolan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data akan dilakukan melalui proses menyusun, mengkategorikan, mencari kaitan isi dari berbagai data


(33)

yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya dan disesuaikan dengan kajian penelitian.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantive dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan di fokuskan pada hal-hal yang penting.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti apa yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992: 16-18), bahwa terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berikut adalah bagan mengenai komponen-komponen analisis data menurut Miles dan Huberman (1992: 20).

Tabel 3.3

Komponen-komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)

Dengan mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakuka adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data

Data yang sudah terkumpul lalu diseleksi kemudian dirangkum dan Pengumpulan

data

Reduksi

data Kesimpulan: Penarikan/verifika

Penyajian data


(34)

disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat.

Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan kepada ketua KPU, anggota KPU, warga Kota Cimahi dan Partai Politik. Dengan kata lain, reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat diteliti.

2. Penyajian Data

Penyajian data atau display data adalahsekumpulaninformasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain, menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data merupakan hasil dari wawancara dengan pembina Paskibra, pelatih Paskibra dan siswa yang aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra, hasil dari observasi lapangan, dan dokumentasi. Dari keseluruhan data yang telah didapat tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan sesuai dengan rumusan masalah.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Data

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat tentang bagaimana mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk


(35)

unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong (2012: 327) yaitu:

1) perpanjang keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, 3) triangulasi,

4) pengecekan sejawat, 5) kecukupan referensial, 6) kajian kasus negatif, 7) pengecekan anggota 8) uraian rinci,

9) audit kebergantungan, 10) audit kepastian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut, peneliti memperoleh data secara lengkap dan yang memenuhi keabsahan data sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku, mengenai peranan KPU dalam mengatasi angka golput serta meningkatkan partisipasi politik masyarakat.


(36)

125 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengabil kesimpulan dari data dan fakta yang ada, dan memberikan rekomendasi sebagai pertimbangan dan masukan kepada pihak-pihak yang memperlukanya. Adapun kesimpulan dan rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya yang dilakukan pihak KPU dalam mengatasi tingkat golput serta meningkatkan partisipasi masyarakat dirasa masih kurang terutama di di masyarakat meski begitu masyarakat sendiri sudah mengapresiasi kinerja KPU Kota Cimahi selama ini dengan baiknya pelaksanaan pemilu-pemilu yang sudah dilaksankan KPU Kota Cimahi sendiri.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus, dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Tanggapan masyarakat tentang kinerja KPU adalah : 1) Selama ini banyak yang mempertanyakan kompentensi dan independensi anggota KPU dalam melaksanakan pemilu karena melihat carut marutnya pelaksanaan pemilu serta banyaknya kecurangan dalam pelaksanaan pemilu yang tidak ditindak tegas; 2) indikator berhasil tidaknya suatu pemilu tentu saja tingkat partisipasi masyarakat, jika melihat tingkat partisipasi saja tiap tahun menurun berarti kinerja KPU selama ini di nilai minus oleh masyarkat; 3) KPU harus lebih proaktif dalam mengsosialisasikan pemilu karena dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pemilu seharusnya KPU lebih intens melakukan


(37)

sosialisasi kepada masyarakat; 3) KPU juga dituntut untuk meningkatkan kualitas para calon yang akan mengikuti pemilu, selama ini KPU hanya menerima saja dari parpol tanpa ada penyaringan lagi yang di lakukan oleh KPU, selama ini parpol hanya mengajukan calon yang sebatas memenuhi kuota saja tanpa ada penyaringan dalam hal kualitas, hal ini dinilai masyarakat yang menyebabkan mereka tidak berpartisipasi dalam pemilu.

b. Upaya yang dilakukan KPU untuk meminimalisir tingkat golput di masyarakat adalah: 1) Upaya KPU dalam mengatasi golput lebih mendekatkan diri dengan masyarakat agar tidak terjadi sekat antara KPU dan masyarakat agar membuat masyarakat lebih gampang untuk memberi kritik kepada KPU tentang pelaksanaan pemilu dan berharap bisa menekan tingkat golput di Kota Cimahi; 2) Kurangnya proaktif dari masyarakat yang menyulitkan KPU dalam melakukan sosialisasi banyaknya masyarakat yang ribut ketika pelaksanaan pemilu hampir dekat yang menyebabkan dirinya tidak masuk dalam DPT; 3) bekerjasama dan melakukan dialog dengan tokoh masyarakat, para guru dan mahasiswa untuk mengsosialisasikan pemilu serta mengikut sertakan para stekholder untuk memantau pelaksanaan pemilu.

c. Upaya yang dilakukan KPU untuk meningkatkan tingkat partisipasi politik masyarakat adalah: 1) Lebih memaksimalkan sosialisasi pada masyarakat terutama dengan menggunakan media massa serta mengikut sertakan guru PKn untuk menanamkan pentingnya mengikuti pemilu sejak dini untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sejak dini; 2) Untuk meningkatkan kualitas para calon yang bertarung dalam pemilu pihak KPU telah melakukan verifikasi yang cukup ketat untuk menyaring kader-kader dari partai politik untuk bertarung dalam pemilu dan meminimalisir kecurangan-kecurangan dalam pemilu dengan begitu otomatis dapat menekan tingkat golput di Kota Cimahi.


(38)

B. Rekomendasi

Pada bagian ini merupakan bentuk pertanggungjawaban penulis untuk tidak hanya mengamati sekaligus evaluator belaka, namun turut pula memberikan masukan berupa saran pada pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun saran yang diberikan penulis antara lain.

1. Ditujukan kepada KPU Kota Cimahi

a. KPU sebagai pelaksana pemilu seharusnya dapat lebih tegas menyikapi tentang kecurangan-kecurangan dalam pemilu, hal ini yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap KPU sendiri tentu saja dengan meningkatnya kepecayaan masyarakat akan meningatkan pula tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu.

b. KPU sebagai regulator dalam pemilu seharusnya lebih meningkatkan kulitas calon yang ada jangan hanya melihat kuantitas saja tetapi yang penting kualitas, ketika kualitas para calon yang akan bertarung dalam pemilu semakin baik para pemilih pun akan lebih antusias dalam menyambut pemilu itu sendiri.

c. KPU seharusnya menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam menyikapi golput di masyarakat karena berbeda halnya pendekatan yang di lakukan terhadap golput secara ideologis dengan yang golput karena ketidak tahuan tata cara atau kekurang informasi.

d. Seharusnya KPU dapat bercermin dari pemilu-pemilu sebelumnya dengan mengantisipasi tingkat golput karena golput ini bukan jarang terjadi dalam pemilu tetapi selalu terjadi dalam pemilu, golput sendiri tidak bisa di hilangkan karena itu adalah suatu pilihan pribadi seseorang tetapi seharusnya KPU dapat meminimalisir tingkat golputnya itu sendiri karena akan berimbas kepada legitimasi calon yang terpilih kelak.

e. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh KPU menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat seharusnya KPU bukan cuman melakukan pendekatan melalui media saja tetapi bisa saja langsung kepada masyarakat


(39)

bisa di setiap kelurahan ataupun RT/RW hal ini cukup efektif karena langsung berhadapan dengan masyarakat dan tidak memerlukan dana yang cukup besar di banding dengan sosialisasi lewat media elektronik atau media cetak.

2. Ditujukan Kepada Masyrakat Kota Cimahi

a. Seharusnya masyarakat jangan hanya bisa menuntut KPU saja tetapi juga harus ikut mengawasi KPU dan ikut mengkoreksi dan mengkritik KPU agar lebih baik kedepannya.

b. Masyarakat harus proaktif dalam melaporkan kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam pemilu.

c. Masyarakat ikut dalam proses sosialisasi dan membantu KPU dalam proses sosialisasi pemilu.

d. Masyarakat harus lebih proaktif untuk melihat DPT di kelurahan-kelurah tempat mereka tinggal jangan sampai mereka kehilangan hak pilihnya karena tidak tercantum dalam DPT padahal sudah memnuhi syarat untuk memilih dan segera melapor kepada petugas PPK yang ada di kecamatan.

3. Ditujukan Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus menjadi rekanan KPU untuk mengsosialisasikan pemilu kepada anak-anak sekolah sejak dini agar mengerti pentingnya pemilu.

b. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus senantiasa menciptakan mahasiswa dan anak-anak yang di didiknya untuk menjadi warga negara yang goodcitizenship.

c. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat menjadi agent of change dan selalu memberi masukan yang menfaat bagi KPU.


(40)

4. Ditujukan Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti yang telah penulis lakukan, agar menambah luas bahan kajian tidak hanya di Kota Cimahi.

b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti mengenai pentingnya pemilukada dan peran KPU dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat. c. Untuk menambah pendekatan lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini agar semakin memperkuat peran KPU dalam masyarakat terutama mengatasi golput serta meningkatakan partisipasi masyarakat.


(41)

Daftar Pustaka

Amirudin dan Zaini, A. B. (2006). Pilkada langsung, problem dan prospek.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

As’ari, D. K. (2006). Kamus Istilah Politik dan Kewarganegaraan Bandung: Yrama

Widya.

Arikunto, S. (2009), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (1993). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri

Ali, N. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999 J Prihatmoko, Joko. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP21Semarang dan LP3M Unwahas, 2003

Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chamim, A. I (ed), Tanpa Tahun. Seri Pendidikan Pemilih Untuk Pelajar: Menuju Pemilu Yang Demokratis Dan Tanpa Kekerasan, Tanpa Kota : JPPR.

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Dahl, R. A. (1992). Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor.

Darmawan, C. (2003). Pengumulan Demokrasi : Beberapa Catatan Kritis. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Fatah, E. S, 2000. Zaman Kesempatan Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, Bandung: Mizan.

Fathurahman, Deden dan Wawan S. (2004). Pengantar Ilmu Politik. Malang: Muhammadiyah Malang Press.


(42)

Huntington, Samuel P dan John N (1994). Partisipasi Politik Negara Berkembang. Jakarta: Rineke Cipta.

Juliantara, D. (1998). Merentas Jalan Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius.

Maskub, M, 1999. Menuju Masyarakat Sadar Pilih & Kritis: Buku Saku Pendidikan Pemilih, Tanpa Kota : JPPR.

Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatf Jakarta: UI-Press. Maran, Rafael Raga (2007). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Masdar, U. dkk (1999). Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mas’oed, Mochtar dan Colin M. A. (2006). Perbandingan Sistem Politik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Pito, A. E dan Kemal F. (2006). Mengenal Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: PT Nuansa.

Putra, F. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004

Rizkiyansyah, F. K. (2007). Mengenal Pemilu Menatap Demokrasi. Bandung: IDEA Publishing.

Rush, M dan Philip A. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanit, A (Eds). Aneka Pandangan Fenomena Politik Golput, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992


(43)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, Didik. (2007). Menjaga Indipendensi Penyelenggara Pemilu. Jakarta: Peluden.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik.

Bandung: Tarsito.

Pamungkas, S. Pemilu, Perilaku pemilih, dan Kepartaian, (Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW), 2010), hal. 90-92

Sastroadmojo, S. Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995

Wuryan & Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (CIVIC). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

INTERNET/WEBSITE

Centre For Electoral Reform (CETRO). SISTEM PEMILIHAN UMUM [on line] tersedia http://cetro.or.id/mpr/sistempemilu.pdf

International IDEA. (2002). Standar-standar internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman : Pedoman Peninjauan Kembal Kerangka Hukum Pemilu. [on line] tersedia : http//www.idea.int/publication/ies/bahasa.cfm

Masawardi, Irvan (2008). Pilkada Tanpa Incumbent. [on line] tersedia : http//www.jppr.or.id

KPU, [on line] tersedia: http//www.kpu.co.id www.MahkamahKonstitusi.co.id


(44)

JURNAL/PERUNDANG-UNDANGAN/PERATURAN

Undang-Undang DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Amandemen ke-2 dan ke-3

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu

Jurnal Marratu Fahri Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN: 1979 – 0899X tentang Peranan Penyelenggara Pemilu dalam pendidikan pemilih untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas.

Bismar Arianto, analsis penyebab masyarakat tidak memilih dalam pemilu, (2011),


(1)

128

bisa di setiap kelurahan ataupun RT/RW hal ini cukup efektif karena langsung berhadapan dengan masyarakat dan tidak memerlukan dana yang cukup besar di banding dengan sosialisasi lewat media elektronik atau media cetak.

2. Ditujukan Kepada Masyrakat Kota Cimahi

a. Seharusnya masyarakat jangan hanya bisa menuntut KPU saja tetapi juga harus ikut mengawasi KPU dan ikut mengkoreksi dan mengkritik KPU agar lebih baik kedepannya.

b. Masyarakat harus proaktif dalam melaporkan kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam pemilu.

c. Masyarakat ikut dalam proses sosialisasi dan membantu KPU dalam proses sosialisasi pemilu.

d. Masyarakat harus lebih proaktif untuk melihat DPT di kelurahan-kelurah tempat mereka tinggal jangan sampai mereka kehilangan hak pilihnya karena tidak tercantum dalam DPT padahal sudah memnuhi syarat untuk memilih dan segera melapor kepada petugas PPK yang ada di kecamatan.

3. Ditujukan Kepada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus menjadi rekanan KPU untuk mengsosialisasikan pemilu kepada anak-anak sekolah sejak dini agar mengerti pentingnya pemilu.

b. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus senantiasa menciptakan mahasiswa dan anak-anak yang di didiknya untuk menjadi warga negara yang goodcitizenship.

c. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat menjadi agent of change dan selalu memberi masukan yang menfaat bagi KPU.


(2)

129

4. Ditujukan Kepada Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian seperti yang telah penulis lakukan, agar menambah luas bahan kajian tidak hanya di Kota Cimahi.

b. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti mengenai pentingnya pemilukada dan peran KPU dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat. c. Untuk menambah pendekatan lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini agar semakin memperkuat peran KPU dalam masyarakat terutama mengatasi golput serta meningkatakan partisipasi masyarakat.


(3)

Daftar Pustaka

Amirudin dan Zaini, A. B. (2006). Pilkada langsung, problem dan prospek. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

As’ari, D. K. (2006). Kamus Istilah Politik dan Kewarganegaraan Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2009), Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (1993). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri

Ali, N. Peradaban Komunikasi Politik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999 J Prihatmoko, Joko. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP21Semarang dan LP3M Unwahas, 2003

Budiarjo, M. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chamim, A. I (ed), Tanpa Tahun. Seri Pendidikan Pemilih Untuk Pelajar: Menuju Pemilu Yang Demokratis Dan Tanpa Kekerasan, Tanpa Kota : JPPR.

Creswell, W. J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantiitatif, dan Mix. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Dahl, R. A. (1992). Demokrasi dan Para Pengkritiknya. Jakarta : Yayasan Obor.

Darmawan, C. (2003). Pengumulan Demokrasi : Beberapa Catatan Kritis. Bandung: Pustaka Aulia Press.

Fatah, E. S, 2000. Zaman Kesempatan Agenda-Agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, Bandung: Mizan.

Fathurahman, Deden dan Wawan S. (2004). Pengantar Ilmu Politik. Malang: Muhammadiyah Malang Press.


(4)

Huntington, Samuel P dan John N (1994). Partisipasi Politik Negara Berkembang. Jakarta: Rineke Cipta.

Juliantara, D. (1998). Merentas Jalan Demokrasi. Yogyakarta: Kanisius.

Maskub, M, 1999. Menuju Masyarakat Sadar Pilih & Kritis: Buku Saku Pendidikan Pemilih, Tanpa Kota : JPPR.

Moleong, J. X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatf Jakarta: UI-Press. Maran, Rafael Raga (2007). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Masdar, U. dkk (1999). Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mas’oed, Mochtar dan Colin M. A. (2006). Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution, S. (2009). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Pito, A. E dan Kemal F. (2006). Mengenal Teori Politik: Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: PT Nuansa.

Putra, F. Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004

Rizkiyansyah, F. K. (2007). Mengenal Pemilu Menatap Demokrasi. Bandung: IDEA Publishing.

Rush, M dan Philip A. (2003). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanit, A (Eds). Aneka Pandangan Fenomena Politik Golput, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992


(5)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.

Supriyanto, Didik. (2007). Menjaga Indipendensi Penyelenggara Pemilu. Jakarta: Peluden.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Surahkmad W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Pamungkas, S. Pemilu, Perilaku pemilih, dan Kepartaian, (Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism (IDW), 2010), hal. 90-92

Sastroadmojo, S. Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995

Wuryan & Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (CIVIC). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

INTERNET/WEBSITE

Centre For Electoral Reform (CETRO). SISTEM PEMILIHAN UMUM [on line] tersedia http://cetro.or.id/mpr/sistempemilu.pdf

International IDEA. (2002). Standar-standar internasional untuk Pemilihan Umum: Pedoman : Pedoman Peninjauan Kembal Kerangka Hukum Pemilu. [on line] tersedia : http//www.idea.int/publication/ies/bahasa.cfm

Masawardi, Irvan (2008). Pilkada Tanpa Incumbent. [on line] tersedia : http//www.jppr.or.id

KPU, [on line] tersedia: http//www.kpu.co.id www.MahkamahKonstitusi.co.id


(6)

JURNAL/PERUNDANG-UNDANGAN/PERATURAN

Undang-Undang DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Amandemen ke-2 dan ke-3

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu

Jurnal Marratu Fahri Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN: 1979 – 0899X tentang Peranan Penyelenggara Pemilu dalam pendidikan pemilih untuk mewujudkan pemilu yang berkualitas.

Bismar Arianto, analsis penyebab masyarakat tidak memilih dalam pemilu, (2011),