Paket Desa Tradisional Tenganan sebagai Model Pengembangan Wisata Edukasi Budaya Bali.

Paket Desa Tradisional Tenganan sebagai Model Pengembangan Wisata Edukasi
Budaya Bali

Ni Luh Ramaswati Purnawan1, I Ketut Sardiana2, I Gde Suranjaya
1

FISIP, 2 Fakultas Pertanian, 3 Fakultas Peternakan
Universitas Udayana

Abstrak
Upaya diversifikasi dan peningkatan kualitas produk wisata sangat penting untuk
menjamin kontinyuitas usaha pariwisata. Wisata pendidikan yang populer dengan istilah
educational tourism merupakan peluang pasar baru dalam usaha jasa pariwisata. Keinginan
wisatawan untuk lebih mengetahui daerah tujuan wisata telah menyebabkan pergeseran tren
preferensi wisatawan menuju kegiatan minat khusus dengan partisipasi yang lebih intensif di
daerah wisata yang dikunjunginya.
Dewasa ini wisatawan lebih menginginkan adanya proses pembelajaran (learning
experience) dalam melakukan kunjungan wisatanya. Untuk itu, pengembangan wisata
pendidikan sebagai produk wisata alternatif menjadi sangat penting. Bali sangat potensial
menawarkan kagiatan pendidikan selain kegiatan rileks yang bertumpu pada pantai berpasir
putih dan sinar matahari. Sebagai sebuah destinasi wisata pendidikan, Bali memiliki 3

keunggulan yaitu Bali sudah menjadi daerah tujuan wisata internasional, sarana dan prasarana
yang sangat mendukung, dan Bali merupakan destinasi yang dianggap relatif murah dan
terjangkau (value for money) oleh wisatawan.
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah wisata edukasi berbasis budaya
Bali.
Kata kunci : diversifikasi, produk, wisata, edukasi, budaya, Bali

I.

Pendahuluan
Wisata pendidikan yang populer dengan istilah educational tourism merupakan peluang

pasar baru dalam usaha jasa pariwisata. Keinginan wisatawan untuk lebih mengetahui daerah
tujuan wisata telah menyebabkan pergeseran tren preferensi wisatawan menuju kegiatan
minat khusus dengan partisipasi yang lebih intensif di daerah wisata yang dikunjunginya.
Dewasa ini wisatawan lebih menginginkan adanya proses pembelajaran (learning
experience) dalam melakukan kunjungan wisatanya. Bali merupakan salah satu destinasi di

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015


Indonesia sangat terkenal di seluruh dunia. Sebagai destinasi wisata, Bali berulang kali
menerima penghargaan sebagai destinasi pulau terbaik (the best island destination) di Asia
Pasifik dan di tahun 2009 juga mendapatkan penghargaan sebagai destinasi SPA terbaik di
dunia (DestinAsian and SENSES Magazine, 2009). Kunjungan wisatawan mancanegara ke
Bali di tahun 2008 sebesar 1,968,892 orang (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2009). Hal ini
membuktikan bahwa di tengah krisis finansial yang melanda dunia, Bali sebagai destinasi
wisata internasional tetap menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Upaya diversifikasi dan peningkatan kualitas produk wisata sangat penting untuk
menjamin kontinyuitas usaha pariwisata. Untuk itu, pengembangan wisata pendidikan
sebagai produk wisata alternatif menjadi sangat penting. Bali sangat potensial menawarkan
kagiatan pendidikan selain kegiatan rileks yang bertumpu pada pantai berpasir putih dan sinar
matahari. Sebagai sebuah destinasi wisata pendidikan, Bali memiliki 3 keunggulan yaitu Bali
sudah menjadi daerah tujuan wisata internasional, sarana dan prasarana yang sangat
mendukung, dan Bali merupakan destinasi yang dianggap relatif murah dan terjangkau
(value for money) oleh wisatawan.
Target pasar wisatawan mancanegara dalam kegiatan wisata pendidikan ditentukan
berdasarkan kategori usia wisatawan. Untuk young international student lebih fokus pada
negara-negara tetangga dari kawasan Asia Pasifik. Kunjungan wisatawan dari kawasan Asia
Pasifik di tahun 2010 secara keseluruhan mencapai 67,64% sedangkan Australia sebesar

15,68% dab Jepang 18,2% (Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2009). Sedangkan untuk
wisatawan usia lanjut, pasar Eropa dan Amerika adalah pasar yang cukup potensial. Biro
Perjalanan wisata (BPW) yang terbentuk nanti juga akan menyasar pasar wisatawan keluarga
yang berkunjung ke Bali. Keinginan orang tua untuk memberikan tambahan pendidikan
kepada anaknya juga bisa dilakukan saat mereka berkunjung dengan mengikutkan anaknya
mengikuti paket atau program pendidikan yang ditawarkan. Belajar bahasa Indonesia atau
bahasa Bali dan kegiatan pendidikan lainnya bisa menjadi nilai tambah untuk saat mereka
kembali ke negaranya. Jadi selain menggarap pasar baru juga memberikan kegitan tambahan
kepada wiasatawan konvensional yang berkunjung selama ini ke Bali.
Memperhatikan peluang tersebut maka timbul pemikiran untuk mengembangkan wisata
edukasi sebagai unit Ipteks bagi inovasi dan kreativitas kampus (IbIKK). Melalui bantuan
pendanaan dari Dikti dan Universitas untuk melengkapi sarana maka diharapkan
produktivitas usaha ini dapat ditingkatkan hingga menjadi unit usaha komersial yang
menjanjikan. Usaha yang akan dikembangkan ini berpeluang mendapatkan HKI, mengingat
usaha ini bersifat unik dan relatif baru dikembangkan. Keunikan dan keunggulannya terletak
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015

pada keunikan kemasan wisata yang ditawarkan sehingga wisatawan berminat mengikutinya.
Berbagai produk wisata pendidikan yang lengkap dengan kegiatan yang dapat dilakukan

wisatawan, disertai harga paket dibuat dalam bentuk brosur, leaflet dan buku yang isiya
adalah berbagai paket wisata pendidikan.

II. Analisis Situasi Desa Adat Tenganan Dauh Tukad
Desa Tenganan Dauh Tukad terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Ditinjau dari penggunaan lahannya, sebagian besar lahan di kecamatan ini digunakan untuk
sektor pertanian meliputi sawah, perkebunan dan tegalan yang mencapai 83,79 persen dari
total lahan di Kecamatan Manggis. Desa ini termasuk ke dalam desa Bali Aga. Bali Aga
berarti desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada
aturan tradisional adat desa yang diwariskan leluhur mereka. Keseharian kehidupan di desa
ini masih diatur oleh hukum adat yang disebut awig-awig. Peran lembaga tradisional seperti
desa adat sangat dominan dalam mengatur kehidupan masyarakat dalam kesehariannya.

Penduduk desa ini memiliki beberapa tradisi unik yang diwarisi secara turun-temurun
diantaranya perang pandan, perang biu (pisang), dan prosesi perkawinan. Begitu pula dengan
bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura
dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan. Keunikan
adat tradisi hidup masyarakat desa Tenganan telah menjadi atraksi wisata yang sangat
menarik bagi wisatawan.


Kerajinan merupakan salah satu mata pencaharian untuk menopang kehidupan masyarakat
tenganan. Kerajinan desa tenganan yang paling terkenal adalah kain tenun pegringsingan.
Kain pegringsingan telah diakui oleh peneliti dari berbagai negara sebagai karya yang
menerapkan teknik dengan kesulitan tinggi yaitu tenun ikat dobel dan satu-satunya di dunia.
Eksotisme kain pegringsingan terletak pada warna yang sangat khas, bahkan ada mitos bahwa
warna merah tersebut diambil dari darah manusia. Karena keunikannya tersebut, kain
pengringsingan menjadi sangat mahal yang mencapai puluhan juta rupiah per lembarnya.
Tentu saja mitos tersebut tidak benar karena sesungguhnya warna kain tersebut diambil dari
kulit dan buah beberapa tanaman langka yang dirahasikan, diambil dari hutan desa yang
dikeramatkan oleh masyarakat. Persoalan yang dihadapi kerajinan ini adalah keberadaan
tanaman bahan baku pewarna alam tersebut telah langka. Selain itu, peralatan tenun yang
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015

masih sangat sederhana dan kurang ergonomis berimplikasi terhadap terbatasnya
produktivitas, baik secara kualitas maupun kualitas.

Kerajinan lain yang telah terkenal baik lokal maupun mancanegara, yaitu kerajinan anyaman
ate. Kerajinan ini berupa anyaman dengan berbagi desain seperti tas, tempat tissu, dompet,


dll. Hasil kerajinan ini sangat dikenal baik di pasaran lokal Bali maupun untuk tujuan eksport.
Permasalahan utama dalam kerajinan ini adalah kesulitan dalam memperoleh bahan baku
mengingat tanaman ate termasuk tanaman liar dan belum dibudidayakan.

Lingkungan desa yang asri, tradisional dan eksotik telah menarik minat wisatawan baik lokal
maupun macanegara berkunjung ke desa ini. Beberapa atraksi sakral yang menjadi kalender
wisata tahunan seperti Megeret Pandan (Perang Pandan), Metekrok, Tuun Medaa dan
Meteruna setiap pelaksanaan Aci Usabha Sambah tepat pada Sasih Kelima atau bulan juli

merupakan tradisi unik dan menarik disaksikan. Selain itu, Desa Adat Tenganan Dauh Tukad
ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, yaitu melalui prosesi adat
mesabat-sabatan biu (perang buah pisang).

III. Wisata Edukasi Desa Tradisional
Wisata edukasi merupakan produk inovatif dan unik yang menyediakan jasa wisata
pendidikan dengan segmentasi pasar yang khusus. Tren pariwisata global yang mengarah ke
special interest tourist dan quality tourist merupakan pasar potential yang akan

memanfaatkan jasa yang ditawarkan.


Strategi yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem

dalam memacu

pembangunan wilayah Kecamatan Manggis adalah dengan menetapkan Desa Tenganan
sebagai Desa Wisata Budaya. Konsepsi desa wisata budaya adalah menata dan eksploitasi
potensi wilayah desa meliputi keindahan alam dan kehidupan sosial budaya masyarakat
setempat menjadi objek wisata bagi wisatawan. Wisatawan menikmati paket wisata yang
ditawarkan untuk bisa membaur dengan masyarakat beraktivitas sesuai kehidupan keseharian
masyarakat di desa bersangkutan.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015

Wisata edukasi termasuk dalam kategori alternative tourism atau sebagai bagian dari special
interest tourism. Berawal dari kekhawatiran akan meningkatnya dampak negatif yang

dirasakan akibat perkembangan mass tourism dan upaya pencarian destinasi wisata baru,
mendorong berkembangnya keinginan akan adanya jenis wisata alternatif. Sejak tahun 1980an, pariwisata telah menjadi lebih specialized dan segmented, yang kemudian memunculkan
beberapa jenis niche market sebagai alternatif seperti rural tourism, ecotourism, adventure

tourism dll. Selain itu, wisata edukasi juga berkembang sebagai akibat adanya perubahan.“..
from an industrial to knowledge-based or learning economy and society with an increasing
emphasis on extending learning beyond initial schooling“ (OECD, 2011). Mengacu pada

pendapat Heywood (1990), Hall dan Weiler (1992) menyatakan bahwa wisata edukasi
merefleksikan :...“the on-going trends in tourism “towards conservation, scholarship, science
and environmental awareness”.
Yang dimaksud wisata edukasi (educational tourism) adalah :
“Tourist activity undertaken by those who are undertaking an overnight vacation and
those who are undertaking an excursion for whom education and learning is a
primary or secondary part of their trip. This can be include general educational
tourism and adult study tours, international and domestic university and school
students„ travel, including language school, school excursionss and exchange
programmes. Educational tourism can be independently or formally organised and
can be undertaken in a variety of natural or human-made setting“ (Rithcie, 2003).
Wisata edukasi tidak hanya sekedar memuaskan keingintahuan akan budaya dari bangsa lain seperti bahasa asing, kesenian, kepedulian akan kelestarian lingkungan alam dan biodiversity
lokal, memperdalam pengetahuan tentang warisan budaya dan tempat bersejarah bagi suatu
bangsa - namun lebih menekankan pada proses pembelajaran yang dirancang/ organized
learning (Kalinowski & Weiler 1992; dalam Ritchie 2003). Wisata Edukasi Subak dapat


memfasilitas keinginan wisatawan untuk lebih mengetahui dan menginginkan adanya proses
pembelajaran (learning experience).

IV. Simpulan
Wisata Edukasi Bali merupakan alternative kepariwisataan Bali yang potensial untuk
dikembangkan. Upaya diversifikasi dan peningkatan kualitas produk wisata sangat penting
untuk menjamin kontinyuitas usaha pariwisata.

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015

Untuk itu, pengembangan wisata pendidikan sebagai produk wisata alternatif menjadi sangat
penting. Bali sangat potensial menawarkan kagiatan pendidikan, dengan konsepsi desa wisata
budaya memberi kesempatan kepada wisatawan untuk menikmati dan membaur bersama
masyarakat, melakukan beraktivitas sesuai kehidupan keseharian masyarakat di desa
Tenganan Dauh Tukad.

V. Daftar Pustaka
Anon, 2009. Statistik Pariwisata Bali Tahun 2009. Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Denpasar
Anon, 2010. Junlah Wisatawan Asing Langsung ke Bali tahun 2008-2010. Badan Statistik

Provinsi Bali. Denpasar
McLeod, N (2006) „Cultural Tourism : Aspects of Authenticity and Commodifiction‟ in
Smith, MK and Robinson, M (eds) Cultural Tourism in a Changing World : Politics,
Participation and (Re)presentation

Pujaastawa, IBG., IGP Wirawan, IM Adhika. 2005. Pariwisata Terpadu, Alternatif
Pengembangan Pariwisata Bali Tengah. Udayana University Press. Denpasar.
Sudiartha, N. I 2011. Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global. Udayana
University Press. Denpasar

Adeyinka-Ojo, S.F., Khoo-Lattimore, C., dan Nair, V., (2014) A Framework for Rural
Tourism Destination Management and Marketing Organization“, Procedia - Social and
Behavioral Sciences 144 ( 2014 ) 151 – 163 , [online] www.sciencedirect.com

ICOMOS (2002) International Cultural Tourism Charter: Principles and Guidelines for
Managing Tourism at Places of Cultural and Heritage Significance, Mexico

Jamrozy, U. (2007) „Marketing of Tourism: a paradigm shift toward sustainability‟ Emerald
Insight


OECD. The Impact of Culture on Tourism [online] {cited Agustus 2014} available dari situs
< http://www.oecd.org/about/>
Phillip, S., Hunter, C., dan Blackstock, K., (2010) “A typology for defining agritourism”,
Tourism Management, 31 (2010) 754-758,

Pine II, B.J. and Gilmore, J.H. (2011), The Experience Economy, Harvard Business Review
Press, Boston
Richards, G. (2003) What is Cultural Tourism? [online] {cited Agustus 2014} available dari
situs < http://www.oecd.org>

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015

Ritchie, B.W., Carr, N., dan Cooper, C., (2003) Managing Educational Tourism. Aspect of
Tourism. Channel View Publications, Clevedon.

UNESCO , Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System as a Manifestation of
the Tri Hita Karana Philosophy [online] {cited on Agustus 2014} available dari

UNWTO (6 Oktober 2015) UNWTO Drives Sustainable Tourism. Interview with United
Nations World Tourism Organization (UNWTO) Secretary General, Taleb Rifai [online]

{diakses 6 Oktober 2015}
Vengesayi, S. (2003) „A Conceptual Model of Tourism Destination Competitiveness and
Attractiveness‟, ANZMAC 2003 Conference Proceedings, Adelaide 1-3 December 2003
Windia, W., Pusposutardjo, S., Sutawan, N., Sudira, P dan Supadmo Ari, S (2005) „Sistem
Irigasi Subak Dengan Landasan Tri Hita Karana (THK) Sebagai teknologi Sepadan
Dalam Pertanian Beririgasi‟ dalam Jurnal SOCA Vol.5, No.3, November 2005 [online]
< http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4095>
Windia, W., Sumiyati, Sedana, G., (2015) „Aspek Ritual pada Sistem Irigasi Subak sebagai
Warisan Budaya Dunia‟, Jurnal Kajian Bali, Vol. 05., No.01., April 2015
Wirawan, A.A.B. (2011) „SWECAPURA : Dari Nama Keraton menjadi Nama Subak di Desa
Gelgel, Abad ke-14 dan Abad ke-20 dalam Ebisawa, T (ed) The Subak Gede Swcapura
and the Gelgel Kingdom in Bali, Tokyo, Jepang

Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Teknologi,
Denpasar, 29-30 Oktober 2015