Perbedaan Kemampuan Perawatan Mandiri Periode Nifas Antara Ibu Primipara dengan Multipara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Nifas
1.1 Pengertian nifas
Nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam sesudah plasenta lahir dan
mencakup 6 minggu berikutnya sedangkan yang dimaksud dengan masa nifas
(puerperium) adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari (Heryani, 2012).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim
(Suherni,2009). Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada
batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu relatif pendek darah sudah keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah adalah 40 hari (Wulandari, D.,
Ambarwati, E. R., 2009).
1.2 Tahapan masa nifas
Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Masa nifas terbagi menjadi
tiga tahapan, yaitu puerperium dini, intermedial dan remote puerperium.
Puerperium dini, yaitu suatu masalah kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana

kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.Remote

9

Universitas Sumatera Utara

10

puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi (Heryani, 2012).
1.3 Perubahan dalam masa nifas
1.3.1 Perubahan sistem reproduksi
1. Perubahan uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah persalinan.
Involusi uterus lebih lambat pada multipara (Heryani, 2012). Involusi disebabkan
oleh: pengurangan estrogen plasenta, iskemia miometrium dan otolisis
miometrium. Pengurangan estrogen menghilangkan stimulus ke hipertropi dan
hiperplasia uterus. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi setelah

kelahiran, mengkonstriksi pembuluh-pembuluh darah dan mencapai hemostasis
pada sisi plasenta. Iskemia menyebabkan atropi pada serat-serat otot. Selama
kehamilan, estrogen meningkatkan sel miometrium dan kandungan protein (aktin
dan miosin), penurunan estrogen setelah melahirkan menstimulasi enzim
proteolitik dan makrofag untuk menurunkan dan mencerna (proses otolisis)
kelebihan protein dan sitoplasma intra sel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel
secara menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak biasanya ditelan, dihancurkan dan
dicerna oleh makrofag (Rukiyah, A.Y., Yulianti, L., Liana, M. 2011).

Universitas Sumatera Utara

11

Tabel 1. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi:
No

Waktu Involusi

Tinggi Fundus Uteri


Berat Uterus

1.

Bayi lahir

Setinggi Pusat

1000 gram

2.

Plasenta lahir

Dua jari bawah pusat

750 gram

3.


1 Minggu

Pertengahan pusat-simfisis

500 gram

4.

2 Minggu

Tidak teraba diatas simfisis

350 gram

5.

6 Minggu

Bertambah kecil


50 gram

6.

8 Minggu

Sebesar normal

30 gram

Hasil dari penurunan ukuran uterus harus kehilangan sel-sel dalam jumlah
besar. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium dan
miometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa sehingga selaput
basal endometrium kembali dibentuk. Fundus tidak lagi dapat diraba di area
abdomen 10 hari postpartum atau lebih cepat. Konsistensi fundus harus tegas,
dengan sekitar, bentuk halus. Fundus yangterasa lembut menunjukkan atonia atau
sub involusi. Kandung kemih harus kosong untuk pemeriksaan akurat fundus,
karena kandung kemih yang penuh menggantikan rahim dan meningkatkan
ketinggian fundus (Griffin, K., Martin., Reeder, 1997).
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya

tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan
biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa
nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata ditempat uterus terlalu teregang (misalnya

Universitas Sumatera Utara

12

pada bayi besar dan kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
2. Pengeluaran lokia
Lokea atau lokia adalah cairan yang keluar dari liang vagina/senggama
pada masa nifas (Rukiyah, A.Y., Yulianti, L., Liana, M., 2011). Karakter dan
jumlah lokia tidak langsung menunjukkan penyembuhan endometrium. Dalam
proses penyembuhan normal, jumlah lokia secara bertahap berkurang dengan
perubahan warna yang khas yang mencerminkan penurunankomponen darah di
aliran lokia. Jumlah lokia bervariasi dengan individu dan umumnya lebih
berlimpah pada multipara. Jumlah lokia dapat meningkat pada ambulasi awal
karena vagina terasa terdorong dan peningkatan kontraksi uterus (Griffin, K.,
Martin., Reeder, 1997).

Cairan ini berupa darah atau sisa lapisan rahim.Urutan pengeluaran
lokia:1-4: rubra/krueta merah kehitaman, 4-7: sanguinolenta putih bercampur
merah, 7-14: serosa kekuningan, >14: alba putih.
Jumlah total lokia yang diproduksi 150 ml sampai 450 ml dengan jumlah
rata-rata225 ml. Selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan,pengeluaran darah
dari vagina tergantung pada perubahan ambulasi seperti berdiri dan duduk. Hal ini
tidak perlu dikhawatirkan karena masih dianggap normal.
3. Payudara/ laktasi
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan antara hormon dan refleks. Kelenjar
hipofise didasar otak menghasilkan hormon prolaktin akan membuat sel kelenjar

Universitas Sumatera Utara

13

payudara menghasilkan ASI. Prolaktin adalah hormon pertama yang bertanggung
jawab dalam proses laktasi. Dengan rangsangan hisapan bayi mengeluarkan
prolaktin dari adeno hipofise dan oksitosin dari neurohipofise. Pada saat yang
sama akan menstimulasi saraf melalui tulang belakang ke hipotalamus untuk
menekan pengeluaran faktor penghambat terhadap laktasi.

Setelah persalinan estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga
dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian
dikeluarkan oleh sel otot halus disekitar kelenjar payudara yang mengkerut dan
memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu mengkerut.
4. Perubahan di serviks dan segmen bawah uterus
Serviks dan segmen bawah uteri menjadi struktur yang tipis, kolaps dan
kendur segera setelah selesainya kala ketiga persalinan (Rukiyah, A.Y., Yulianti,
L., Liana, M., 2011). Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa
hari, segera setelah persalinan, mulutnya dapat dengan mudah dimasuki dua jari
tetapi pada akhir minggu pertama telah menjadi demikian sempit sehingga sulit
untuk memasukkan satu jari. Setelah minggu pertama serviks mendapatkan
kembali tonusnya pada saat saluran kembali terbentuk dan tulang internal
menutup. Tulang eksternal dianggap sebagai penampakan yang menyerupai celah.
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis
berkontraksi dan berinteraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Dalam perjalanan
beberapa minggu, segmen bawah diubah dari struktur yang dapat memuat kepala
janin cukup bulan menjadi isthmus uteri hampir tidak dapat dilihat yang terletak
diantara korpus diatas dan os interna serviks dibawah.Serviks menjadi lembek,

Universitas Sumatera Utara


14

kendur terkulai dan berbentuk seperti corong setelah melahirkan disebabkan
korpus uteri berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
5. Perubahan pada vulva, vagina dan perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur, vagina dan
pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong
berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi
jarang kembali ke ukuran nullipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
Hymen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervaginam,
kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai beberapa potong jaringan
kecil, yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi carunculae mirtiformis yang
khas pada wanita yang pernah melahirkan atau multipara. Orifisium vagina
biasanya tetap sedikit membuka setelah melahirkan anak.

Perubahan perineum

pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu (Heryani, 2012).
6. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan berinteraksi setelah kelahiran, dan
beberapa hari sesudahnya peritoneum membungkus sebagian besar uterus

Universitas Sumatera Utara

15

dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan memerlukan waktu
yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengenduran yang telah
dialaminya selama kehamilan tersebut.
1.3.2 Perubahan sistem pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Ibu biasanya mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemoroid, dan laserasi jalan lahir.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain: nafsu makan, motilitas dan pengosongan usus. Pasca melahirkan
biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan.
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus interna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas kembali normal. Pemulihan
nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Universitas Sumatera Utara

16

1.3.3 Perubahan sistem perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan,
kadar steroid menurun hingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu sebulan setelah wanita melahirkan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh
untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan dieresis
pascapartum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin
menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum.
Pengeluaran cairan tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan
metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of
pregnancy).
Rortveit, dkk (2003 dalam buku Heryani, 2012) menyatakan bahwa resiko
inkontinensia urin pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih
tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan sectio caesar. Sepuluh
persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stress
inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca

Universitas Sumatera Utara

17

persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
pada otot dasar panggul.
1.3.4 Perubahan sistem muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup: peningkatan berat
badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas.
Namun demikian, pada saat postpartum sistem ini akan berangsur-angsur pulih
kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu
mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Dinding perut dan peritoneum akan longgar
pasca persalinan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal dalam
beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan postnatal. Keaadaan akan pulih
dalam 6 minggu. Pada wanita yang astenis terjadi diastasis dari otot-otot restus
abdominis, sehingga sebagian dari dingding perut digaris tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fasia tipis dan kulit.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan perut pada dingding
abdomen. Striae pada dingding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan berbentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus

Universitas Sumatera Utara

18

abdominis pada ibu postpartum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
Pemisahan simfisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simfisis pubis, antara
lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simfisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat
menghilang setelah beberapa minggu pasca melahirkan, bahkan ada yang
menetap.
Gejala sistem muskuloskeletal yang sering muncul pada masa postpartum
adalah disfungsi simfisis pubis dan rongga panggul, diastasis rekti, osteoporosis
serta nyeri pada punggung bawah, kepala, leher, dan pelvis posterior (Heryani,
2012). Nyeri punggung bawah merupakan gejala sistem muskuloskeletal
pascapartum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya
ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi persalinan. Sakit
kepala dan nyeri leher bisa terjadi pada minggu pertama dan tiga bulan setelah
melahirkan. Gejala ini dapat mempengaruhi aktivitas dan ketidaknyamanan pada
ibu postpartum. Gejala jangka panjang dapat timbul akibat pemberian anestesi
umum. Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi
simfisis pubis yang ditandai nyeri diatas sendi sakroiliaka pada bagian otot
penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikkan tubuh ditempat tidur.
Nyeri ini dapat menyebar kebokong dan paha posterior.

Universitas Sumatera Utara

19

Disfungsi simfisis pubis merupakan istilah yang menggambarkan
gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan disekitar area
sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah penyempurnaan cincin tulang pelvis dan
memindahkan berat badan melalui posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan
fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal,
diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya
berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat
badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba
serta akibat peregangan mekanis dingding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada
multiparitas, bayi besar, polihidramion, kelemahan otot abdomen dan postur yang
salah. Selain itu juga disebakan gangguan kolagen yang lebih kearah keturunan,
sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Osteoporosis akibat kehamilan timbul pada trimester ketiga atau
pascanatal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul,
serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau
menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang
buruk.Disfungsi rongga panggul meliputi: inkontinensia urin, inkontinensia alvi,
prolaps genetalia. Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak
disadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca
partum adalah inkontinensia stress. Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya
atau meregangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar

Universitas Sumatera Utara

20

panggul selama persalinan. Prolaps genetalia sering dikaitkan dengan persalinan
pervaginam yang dapat menyebabkan keregangan dan kerusakan pada fasia dan
persarafan pelvis. Prolap uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps
kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam
vagina (Thakar & Stanton, 2002 dalam Heryani, 2012).
1.3.5 Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain: hormon
plasenta, hormon pituitari, hipotalamik pituitari ovarium, hormon oksitosin,
hormon estrogen dan progesteron. Pengeluaran plasenta menyebabkan penururnan
hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (Human Placental Lactogen)
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Choironic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari
ke-3 postpartum. Hormon pituitari antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun pada waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ketiga, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi. Hipotalamik pituitari ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan

Universitas Sumatera Utara

21

berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu. Hormon oksitosin
disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot dan
jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalian, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin,
sehingga dapat membantu involusi uteri. Volume darah normal selama kehamilan
akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
1.3.6 Perubahan tanda-tanda vital
Suhu tubuh wanita inpartum tidak lebih dari 37,2
˚C. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5̊C dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun
kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan naik lagi.
Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis
ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38̊C waspada terhadap infeksi
postpartum.

Universitas Sumatera Utara

22

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau
pendarahan postpartum.
Tekanan darah adalah yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika
darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan distolik 60 mmHg
sampai 80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasnya
tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh pendarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada
postpartum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu postpartum umumnya pernapasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran napas. Bila pernapasan pada masa postpartum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda shock.
1.3.7 Perubahan sistem kardiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal, setelah kelahiran terjadi
penurunan estrogen menyebabkan diuresis. Diuresis terjadi akibat adanya
penurunan hormon estrogen yang dengan cepat mengurangi volume plasma

Universitas Sumatera Utara

23

menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun
kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak
mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma
persalinan. Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300 cc sampai
400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua
kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.
Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan
seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordial. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia
kala. Pada umumnya hal ini akan terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
1.3.8 Perubahan Hematologi
Kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah
meningkat

pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

Universitas Sumatera Utara

24

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor
pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak
15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari
pertama masa postpartum. Jumlah sel darah putih akan tetap naik lagi sampai
25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama.
Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi pada awal
postpartum. Hal ini menyebabkan volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada
hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang
cukup banyak. Titik 2% kurang lebih sama dengan kehilangan 500ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke 3-7 postpartum dan akan normal dalam 4-5 minggu posrtum. Jumlah
kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200 ml sampai 500ml,
minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas
berkisar 500ml.
1.4 Adaptasi psikologis masa nifas
Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum seseorang
menjadi ibu. Taking on: pada fase ini disebut meniru, pada taking in fantasi
wanita tidak hanya meniru tetapi sudah membayangkan peran yang dilakukan
pada tahap sebelumnnya. Pengalaman yang berhubungan dangan masa lalu

Universitas Sumatera Utara

25

dirinya (sebelum proses) yang menyenangkan, serta harapan untuk masa yang
akan datang. Taking in: periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada tubuhnya,
peningkatan nutrisi ibu mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu mungkin
bertambah. Taking Hold: periode ini berlangsung pada hari 2-4 hari post partum
ibu menjadi orang tua yang sukses dengan tanggung jawab terhadap bayinya.
Pada masa ini ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal
tersebut. Letting go: periode terjadi setiap ibu pulang ke rumah. Pada ibu yang
bersalin di klinik dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarganya. Depresi postpartum sering terjadi pada periode ini
(Rukiyah, 2011).
1.5 Perawatan masa nifas
1.5.1 Perawatan diri ibu selama masa nifas
1. Mobilisasi dini
Ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan karena
lelah sehabis bersalin. Kemudian boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua
diperbolehkan duduk, hari ke 3berjalan-jalan kecil (Wiknjosastro dalam
Prawirohardjo, 2005). Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya
dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas
secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat
sebelum mereka menjadi letih (Hamilton, 1995).

Universitas Sumatera Utara

26

Dengan melakukan mobilisasi dini diharapkan keadaan pemulihan
kesehatan akan lebih cepat. Selain itu mempercepat involusioalat kandungan,
memperlancar fungsi gastrointestinal, perkemihan, meningkatkan kelancaran
peredaran darah, sehingga 24 mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme (Manuaba, 2000).
2. Berkemih
Suami dapat membantu ibu bila ingin buang air kecil. Kadang-kadang ibu
sulit waktu buang air kecil karena pada persalinan mengalami tekanan oleh kepala
janin, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
Wanita yang baru melahirkan dianjurkan untuk segera mengosongkan kandung
kemihnya untuk mencegah distensi. Wanita primipara mungkin tidak mengetahui
bagaimana mengosongkan kandung kemih.
Miksi atau berkemih di sebut normal bila dapat buang air kecil spontan
setiap 3-4 jam, ibu diusahakan dapat membuang air kecil sendiri, bila tidak
dilakukan dengan tindakan sebagai berikut: rangsang dengan mengalirkan air kran
di dekat klien dan mengkompres air hangat di atas simpisis. Bila tidak berhasil
dengan cara di atas maka dilakukan kateterisasi. Karena prosedur kateterisasi
membuat klien tidak nyaman dan beresiko infeksi saluran kencing tinggi untuk
keteterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post partum, douwer keteter
diganti setelah 48 jam (Ambawati & Wulandari, 2009).
3. Defekasi
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari setelah melahirkan. Tapi
hal ini terkadang masih sulit dilakukan karena kebanyakan penderita mengalami

Universitas Sumatera Utara

27

obstipasi setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan efek pemberian enema selama
persalinan, diet cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan. Selain itu,
perineum yang sangat sakit juga menjadi penyebab kurangnya keinginan untuk
defekasi.
Melakukan kembali kegiatan makan dan mobilisasi secara teratur dapat
membantu mencapai regulasi defekasi. Selain itu, ibu dianjurkan untuk
mengkonsumsi asupan cairan yang adekuat dan diet tinggi serat. Jika masih sulit
untuk defekasi maka diberikan obat laksatif per oral atu per rektal atau obat
pencahar.
Setelah kelahiran akan rentan terhadap infeksi oleh karena itu penting
sekali agar daerah-daerah tersebut dijaga agar tetap kering dan bersih, untuk
membersihkannya dan mencucinyanya dari arah depan ke belakang nasihatkan
kepada ibu untuk memberihkan vulva setelah BAK/BAB (Rukiyah, dkk 2011).
4. Perawatan perineum
Perineumadalah

area

antara

jalan

lahir

(vagina)dengan

dubur

(rektum).Pada ibu bersalin kadang dilakukan episiotomiuntuk memperlebar jalan
lahir, terutama pada ibu primiparaatau yang baru pertama melahirkan sehingga
memberikan luka dan perlu dilakukan penjahitan (heacting). Agar tidak terjadi
infeksi maka harus diperhatikan perawatan luka perineum.
Ada beberapa cara dalam merawat perineumyaitu dengan mengganti
pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Letakkan dengan baik sehingga tidak
bergeser. Lepaskan pembalut dari muka ke belakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina. Alirkan atau bilas dengan air hangat atau

Universitas Sumatera Utara

28

cairan antiseptik area perineumsetelah buang air kecil atau besar. Keringkan
dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, selalu dari arah
muka ke belakang. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih. Rasa gatal pada
area sekitar jahitan normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk
meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres
dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan. Berbaring pada sisi tubuh,
hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di
sekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaiki otot-otot. Jangan terkejut jika Anda tidak merasakan apa-apa saat
pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih
secara bertahap dalam beberapa minggu (Danuatmaja, 2003).
5. Kebersihan vagina
Pada masa nifas terjadi perdarahan sampai 40 hari. Disinilah pentingnya
menjaga kebersihan di daerah sekitar vagina dengan seksama. Cara menjaga
kebersihan vaginayaitu bersihkan vaginasetiap kali buang air kecil atau besar.
Cara membilas yang benar adalah dari depan ke belakang. Bukan sebaliknya
karena proses membersihkan dari belakang ke depan dapat mengakibatkan bakteri
dan kuman yang ada di anusmasuk ke vaginasehingga memungkinkan terjadinya
infeksi. Keringkan vaginadengan handuk lembut, lalu gantilah pembalut.
Pembalut harus diganti setiap habis buang air besar dan buang air kecil minimal 3
jam sekali atau bila ibu merasa tidak nyaman. Bila tidak sering diganti daerah
sekitar vagina akan lembab dan dapat menyebabkan infeksi.

Universitas Sumatera Utara

29

6. Diet/nutrisi/gizi
Masalah diet perlu mendapat perhatian pada masa nifas untuk dapat
meningkatkan kesehatan dan pemberian ASI. Gizi selama menyusui tidak saja
akan berpengaruh terhadap kesehatan ibu yang baru melahirkan, tetapi juga pada
bayinya. Ibu yang menyusui perlu mendapatkan gizi untuk memproduksi ASI.
Oleh karena itu bila asupan gizi ibu kurang, maka kebutuhan gizi yang diperlukan
untuk memproduksi ASI akan diambil dari tubuh ibu. Dalam sehari ibu menyusui
memerlukan 2700 kalori sampai 2900 kalori dalam bentuk asupan makanannya.
Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein sebanyak 20% sampai 25%,
kalsium sampai 45%, zat besi sebanyak 4%.
Ibu menyusui membutuhkan gizi seimbang untuk kesehatan ibu dan
peningkatan kualitas dan kuantiats ASI (Kasdu, 2004).Makanan yang dikonsumsi
berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh dan
produksi ASI, menu makanan seimbang yang harus di konsumsi adalah dalam
porsi yang cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna, disamping itu
harus mengandung sumber energi, protein, mineral vitamin dan air (Ambawati &
Wulandari, 2009).
Menurut Prawirohardjo (2005), diet yang di berikan harus bermutu tinggi
dengan cukup kalori, mengandung cukup protein, cairan, serta banyak buahbuahan dikarenakan mengalami hemokonsentrasi, bagi ibu masa nifas yang
menyusui dalam hal nutrisi harus: mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
memakan dan diet berimbang untuk medapatkan protein, mineral, dan vitamin

Universitas Sumatera Utara

30

yang cukup, minum sedikinya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap
kali menyusui), pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan., minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
7. Istirahat
Setelah proses persalinan yang melelahkan ibu butuh cukup istirahat.
Sarankan pada ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusio uterus
dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
merawat bayi dan dirinya sendiri (Pusdiknakes, 2003).
Istirahat dan tidur ibu postpartum sering terganggu karena harus
memenuhi kebutuhan bayi pada malam hari sehingga sering terbangun, waktu
tidur lebih sedikit, pola tidur tidak teratur (Hung, 2005). Ibu primipara, sering
cemas atau tidak nyaman karena rutinitas di lingkungannya dan juga kemampuan
merawat bayi yang masih kurang sehingga ibu mengalami sulit tidur (Bobak,
Lowdermilk, & Jensen, 2004).
Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selama bayi tidur. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat involusi uteri dan memperbanyak

Universitas Sumatera Utara

31

perdarahan, menyebabkan defresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri (Eny dan Diah, 2009).
8. Pakaian
Pakaian longgar terutama daerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat dengan kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusio. Pakaian dalam sebaiknya dipakai yang menyerap, sehingga lokia tidak
memberikan iritasi pada sekitarnya. Pembalut sebaiknya diganti dua sampai tiga
kali sehari atau setiap saat terasa penuh lokea (Manuaba, 2005).
9. ASI dan perawatan payudara
Pemberian ASI harus merata pada kedua payudara. Kedua payudara harus
disokong pada saat pemberian ASI sehingga kelancaran pemberian ASI berjalan
dengan baik. Puting susu perlu diperhatikan dan dibersihkan sebelum memberikan
ASI. Cara merawat puting susu, yaitu: mengompres puting susu dengan kapas
yang berminyak selama 5 menit agar kotoran terangkat, kemudian mengolesi
minyak pada ibu jari dan mengoles kedua payudara.
Kedua mamae harus sudah di rawat selama kehamilan. Aerola mamae dan
puting susu di cuci dengan menggunakan sabun dan diberikan minyak atau cream,
agar tetap lemas jagan sampai menjadi lecet atau pecah-pecah. Sebelum menyusui
mamae harus dalam keadaan lemas (massase) dan juga bersih (Wiknjosastro
dalam Prawirohardjo, 2005).
Menurut Hamilton (1995), bila puting menjadi pecah-pecah proses
menyusui ditangguhkan sampai puting tersebut sembuh. ASI dikeluarkan secara
manual atau menggunakan pompa ASI elektrik, disimpan dan kemudian diberikan

Universitas Sumatera Utara

32

pada bayi, terus menyusui dengan puting pecah-pecah dan perdarahan dapat
mengarah pada mastitis.
Tujuan perawatan payudara bagi ibu menyusui, untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga mempelancar
pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara teratur, perawatan paudara
hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan
dilakukan 2 kali sehari. (Rukiyah, dkk 2011)
Selama kehamilan puting susu akan berubah menjadi lebih gelap dan lebih
besar dalam persiapan penyusuan. Puting ibu mungkinkan membesar/
membengkak bila payudara ibu membesar/membengkak. Dalam hal tersebut
puting tersebut akan menjadi mengkilap dan keras sama seperti pada pembesaran,
setelah melahirkan dan biasanya akan berlangsung hanya selama 24 jam hingga
48 jam.
10. Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vaginatanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
mulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Pusdiknakes, 2003).
1.5.2 Perawatan bayi baru lahir
1. Memandikan bayi
Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh
bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip
dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai

Universitas Sumatera Utara

33

bayi kedinginan serta kemasukan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat
mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008). Hampir setiap ibu merasa takut
memandikan bayinya. Namun yang terpenting saat memandikan bayi adalah
berhati-hati dalam memposisikan bayi secara tepat. Jadwal mandi bayi tidak
sebanyak orang dewasa jika telah dilakukan pembersihan yang baik di tempattempat tertentu saat menggantikan popok atau menyusui, sebenarnya bayi tidak
perlu dimandikan setiap hari. Ibu hanya perlu membersihkan wajah, leher, dan
bokong dengan handuk atau busa basah. Pada bayi yang belum merangkak atau
turun dari tempat tidur, mandi 3 kali seminggu akan membuatnya bersih dan
wangi. Jika memungkinkan ibu boleh memandikan bayi setiap hari terutama jika
cuaca

panas.

Tidak

ada

waktu

yang

tepat

kapan

bayi

seharusnya

dimandikan.Namun memandikan bayi sebelum tidur dapat membuatnya rileks
sehingga memudahkan tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah
makan karena perut yang tertekan membuatnya muntah (Danuatmaja, 2003).
Adapun cara memandikan bayiyaitu menyiapkan terlebih dahulu keperluan
mandi, yaitu dengan membentangkan handuk mandi dan semua perlengkapan baju
bayi serta alat-alat mandi seperti sabun dan sampo yang aman bagi bayi. Setelah
itu siapkan air mandi dalam ember mandi kemudian mengukur suhu air mandi (29
°C sampai 360 °C) atau dapat menggunakan punggung tangan yaitu air terasa
hangat. Tinggi air dari dasar ember mandi sekitar 5 cm dan menyisihkan air mandi
satu gayung untuk membilas. Buka pakaian bayi seluruhnya dan menghindari bayi
terpapar suhu dingin (bayi ditutup dengan kain bedung). Basahi kapas dengan air
hangat kemudian membersihkan mata dengan kapas tersebut (dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

34

sebelum pakaian bayi dibuka). Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata.
Kemudian membersihkan hidung dan telinga bayi dengan kapas. Gunakan waslap
basah untuk membersihkan muka bayi, kemudian membasahi kepala, leher, dada,
tangan, perut, bokong dan genitalia, setelah itu menyabuninya kecuali wajah.
Selanjutnya membersihkan genetalia wanita menggunakan bola kapas yang sudah
direndam dengan air, buka labia mayora dengan jari kemudian bersihkan dengan
bola kapas dari atas ke bawah. Sedangkan membersihkan genetalia pria yaitu
membersihkan area genetalia bagian luar ketika mandi dengan usapan yang
lembut, menggunakan sabun yang bertekstur lembut jika perlu. Bayi dibawa ke
ember dengan cara tangan kiri sampai pergelangan tangan ibu pada punggung dan
belakang leher atau sampai pada ketiak bayi dengan cara empat jari di ketiak bayi
sedangkan ibu jari memegang bahu bayi, tangan kanan memegang bokong bayi
melalui kedua paha bayi atau kedua kaki bayi dipegang pada tungkai bawah dan
memasukkan bayi ke dalam ember mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah
duduk. Basuh kepala, muka kemudian seluruh tubuh bayi dengan air dengan
menggunakan tangan kanan. Untuk membersihkan daerah bagian belakang,
telungkupkan bayi dengan dada bayi di atas tangan kanan, ibu jari di bahu bayi
dan jari-jari lainnya di ketiak bayi, membasuh punggung sampai bokong dengan
air, siram dengan air bersih. Kembalikan bayi dalam posisi telentang dan siram
kembali dengan air bersih. Setelah selesai angkat bayi dari ember mandi dan
letakkan bayi di atas handuk mandi, kemudian keringkan dan menghindari bayi
dari suhu dingin(Darti, N. A.,Saidah, S., Erniyati, Aizar, E& Asiah, N, 2012),.

Universitas Sumatera Utara

35

2. Merawat tali pusat
Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali
pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi
(Hidayat, 2008). Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari
dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi
hitam. Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu.
Untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali
pusat tetap kering dan terkena udara.
Dalam perawatan tali pusat agar sang ibu memperhatikan bahwa sebelum
tali pusat terlepas, jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan
membasuh tali pusat sekali pun dengan lap basah, cuci tangan bersih-bersih, ambil
kapas bulat yang telah diolesi alkohol 70%, bersihkan sisa tali pusat terutama
pangkalnya (yang menempel pada perut), dan lakukanlah dengan hati-hati
terutama jika pusat masih berwarna merah. Kemudian rendam perban atau kasa
steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat. Seluruh permukaan hingga
pangkal harus tertutup perban. Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak
kesakitan dan gurita bayi untuk menahan agar bungkusan perban tetap pada
tempatnya. Jika area ini bernanah dan berwarna merah, maka ibu bisa segera
menghubungi dokter (Danuatmaja, 2003).
3. Membersihkan alat kelamin
Membersihkan alat kelamin pada bayi laki-laki harus hati-hati. Gunakan
sabun dan air lalu gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan
lipatannya. Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam

Universitas Sumatera Utara

36

penis dengan menyemprotkan anti septik, karena ini sangat berbahaya. Kecuali
ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, ibu bisa menarik dan membersihkan
bagian bawahnya. Dengan kapas baru, bersihkan anus dan bagian bokong dari
arah anus keluar lalu keringkan dengan tisu lembut. Jangan buru-buru memakai
popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak dan lipatan kulit serta bokong boleh
diolesi krim. Sedangkan untuk membersihkan alat kelamin bayi perempuan
gunakan sabun dan air. Lalu gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian
bawah kelamin. Lakukan dari arah depan ke belakang, tidak perlu membersihkan
bagian dalam vagina. Dengan kapas baru bersihkan anus dan bagian bokong dari
arah anus keluar. Terakhir keringkan dengan tisu lembut, dan jangan terburu-buru
memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong
boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003).
4. Perawatan pada mata, hidung dan telinga bayi
Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Merawat
dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga basuhlah bagian luar
dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke lubang telinga
termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga
mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk
sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak. Bagian hidung pun
mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran
keluar, bersihkan hanya bagian luar saja. Gunakan catton bud atau tisu yang
digulung kecil. Jika menggunakan jari pastikan jari ibu benar benar bersih. Jika
hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar

Universitas Sumatera Utara

37

dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk
mengeluarkan cairan tersebut. Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang
dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan
kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari
sisa kapas (Danuatmaja, 2003).
5. Merawat kulit dan kuku
Kulit bayi baru lahir rentan terhadap iritasi dari bahan kimia yang ada
dalam pakaian baru, dan sisa sabun atau deterjen yang menempel pada pakaian
yang sudah dicuci. Jika kulitnya sangat kering, ibu dapat mengoleskan sedikit
losion bayi pada tempat-tempat yang kering. Perawatan untuk kuku adalah dengan
memotongnya. Ibu dapat menggunakan gunting kuku khusus untuk bayi atau
gunting kecil berujung tumpul. Waktu yang baik untuk memotong kuku adalah
setelah mandi jika bayi berbaring dengan tenang, tetapi akan lebih mudah bila ibu
melakukannya ketika bayi sedang tidur. Memotong kuku pada bayi bertujuan agar
bayi tidak melukai dirinya sendiri dengan kuku yang panjang. Pada mingguminggu awal kuku bayi tumbuh dengan cepat sehingga ibu harus memotongnya
dua kali seminggu. Tetapi, kuku jari kaki tumbuh jauh lebih lambat sehingga ibu
dapat memotongnya sekali atau dua kali sebulan (Shelov, 2005)
6. Mengganti popok
Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang
satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin
berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih
peka. Sedikitnya gantilah popok bayi setiap kali bayi selesai buang air. Jika

Universitas Sumatera Utara

38

menggunakan popok sekali pakai atau diapers, basahnya diapers jangan
digunakan sebagai ukuran. Diapers bermutu biasanya menginformasikan cara jika
tiba saat mengganti, misalnya perubahan warna diapers. Ibu tidak perlu
membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti popoknya, kecuali jika
terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi buang air besar
(Danuatmaja, 2003).
7. Pemberian makanan dan minuman bayi
Ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin setelah dilahirkan. Hari
pertama, biasanya ASI belum keluar sehingga bayi cukup disusukan 4 menit
sampai 5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu
dihisap oleh bayi. Setelah hari 4-5 bayi boleh disusukan selama 10 menit. Ada
berbagai macam posisi menyusui, yaitu dengan tehnik seperti memegang bola,
seperti mengayun, dengan berbaring miring atau di atas pangkuan, duduk dan
berbaring. Hendaklah menyusui bayi dilakukan dalam lingkungan yang tenang
dan sepi. Lingkungan semacam ini akan mambantu ibu merasa rileks. Untuk
menyusui yang pertama kali, ibu biasanya melakukannya dengan seseorang yang
dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui. Orang yang
dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam
kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau
kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Hendaknya saat
menyusui ibu dalam posisi yang nyaman yaitu dengan punggung tersangga
dengan baik. Gunakan bantal untuk menopang ibu dan bayi (Simkin, 2008).

Universitas Sumatera Utara

39

Menyusui bayi dilakukan dengan cara mendekatkan bayi ke arah ibu dan
memalingkan seluruh tubuh bayi sehingga menghadap ke dada ibu. Pastikan
bahwa kepala bayi berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling
kesatu sisi. Posisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian putting
ibu, kemudian ibu dapat merangsang bayi untuk membuka mulutnya dengan
mengusapkan puting payudara ke bibir atasnya. Ketika mulutnya membuka lebar,
kemudiansegera geser ke payudara ibu. Ibu perlu memperhatikan dan memastikan
agar bayi memasukkan sebagian besar payudara ke dalam mulutnya bukan hanya
puting saja, sehingga mulut bayi harus membuka dengan lebar (Nolan, 2004).
2. Konsep perawatan mandiri
2.1 Pengertian perawatan mandiri
Menurut Orem dalam Basford (2006) perawatan mandiri adalah suatu
aktivitas yang dimulai secara individu dan dilakukan atas kemampuan dan
kepentingan mereka sendiri dalam memelihara hidupnya, mencapai fungsi yang
menyeluruh dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Dalam teori ini Orem
mengemukakan bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, perawat
dapat memberikan bantuan berdasarkan tingkat kemandirian pasien. Orem
membaginya dalam tiga bentuk yaitu, sistem bantuan secara penuh, sistem
bantuan sebagian serta sistem suportif dan edukatif.
Sistem bantuan secara penuh merupakan suatu tindakan keperawatan
dengan

memberikan

bantuan

secara

penuh

pada

pasien

dikarenakan

ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mandiri
yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta

Universitas Sumatera Utara

40

adanya manipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada
orang yang tidak mampu melakukan aktivitas dengan sengaja.
Sistem bantuan sebagian merupakan sistem dalam pemberian perawatan
diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan
secara minimal seperi pada pasien yang post operasi abdomen dimana pasien ini
memiliki kemampuan seperti cuci tangan, menggosok gigi, cuci muka, akan tetapi
butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.
Sedangkan sistem suportif dan edukatif merupakan sistem bantuan yang diberikan
pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien
mampu melakukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar pasien
mampu

melakukan

tindakan

keperawatan

setelah

dilakukanpembelajaran

(Hidayat, 2004).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian ibu dalam perawatan
diri dan bayinya
Tingkat kemandirian terbagi atas mandiri, ketergantungan ringan,
ketergantungan sedang, ketergantungan berat, ketergantungan total. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ibu dalam melakukan perawatan
diri dan bayinya selama early postpartum yaitu:
1. Faktor masa lalu ibu
Melalui pengalaman di masa lalu sesorang dapat belajar cara merawat diri.
Apabila ibu sudah mengenal manfaat perawatan diri atau tehnik yang akan
dilakukan, maka ibu akan lebih mudah dalam melakukan perawa