PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI RSUD KOTA SURAKARTA

(1)

commit to user

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA

DI RSUD KOTA SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Shinta Ratna Anggraini R 0107011

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

v ABSTRAK

Shinta Ratna Anggraini. R0107011. 2011. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada masa pascanatal, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi. Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma perineum akan menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan ibu untuk menyusui bayinya. Tuntutan tersebut bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara.

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 83 orang ibu menyusui di RSUD Kota Surakarta selama bulan Mei 2011. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data diri dan skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Analisis data menggunakan teknik independent t-test dengan bantuan program SPSS for windows versi 17.

Hasil penelitian diperoleh skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara sebesar 78,37 dan bagi ibu multipara sebesar 69,70. Hasil analisis data independent t-test menunjukkan nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p < 0,05).

Kesimpulan dari hasil analisis adalah terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara.


(3)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta.

Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. Sekretaris Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Erindra Budi C, S. Kep Ns, M. Kes selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

4. M. Nur Dewi K, Amd., SST., M. Kes pembimbing utama atas segala petunjuk,

bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.

5. Muthmainah dr, M. Kes pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis.

6. Direktur, staf dan karyawan RSUD Kota Surakarta.

7. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis

8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini


(4)

commit to user

x

Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Akhirnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011


(5)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa pasca persalinan, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi, tuntutan keuangan dan penyesuaian terhadap perubahan peran dan hubungan. Hal ini dapat menimbulkan respons emosi yang bermacam-macam. Perasaan yang dimiliki oleh ibu terhadap bayinya bersifat kompleks dan kontradiktif. Di ujung spektrum yang positif, ibu sangat menyayangi bayinya, merasa sangat senang dan puas dengan pengalaman persalinannya namun di ujung spektrum yang negatif, ibu merasakan trauma dengan pengalaman kehamilan dan persalinannya (Freser, 2009).

Masa pasca persalinan sering merupakan waktu yang sangat mencemaskan bagi seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu karena dituntut untuk dapat menyusui dan merawat bayinya (Freser, 2009). Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional yaitu postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan salah satu penyebabnya adalah kegiatan menyusui bayi (Bahiyatun, 2006).

Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan erat dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Ibu yang pertama kali menyusui dianggap belum berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang


(6)

commit to user

sudah memiliki anak sebelumnya (Suradi, 2004). Pada ibu yang memutuskan untuk menyusui bayinya mungkin akan menjadi orang yang malang dan selalu khawatir selama beberapa bulan setelah persalinan. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma jalan lahir akan mempengaruhi libido sehingga menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan untuk merawat bayi yang baru lahir (Freser, 2009). Tuntutan menyusui bayi bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan (Purnama, 2008).

Kecemasan disebabkan oleh pengaruh biologis, sosial, psikologis (Durand, 2006). Ketika merasa cemas, individu akan merasa tidak nyaman, takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka. Kecemasan merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008). Beberapa bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress yang hebat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Fairlie et al, 2009).

Penelitian tentang tingkat kecemasan dalam menyusui pernah dilakukan oleh Luqman Indra Purnama dari Universitas Jember dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Post Partum Primipara dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan ibu post partum primipara dengan kelancaran pengeluaran ASI dimana semakin tinggi kecemasan ibu post partum maka semakin sedikit ASI yang keluar.


(7)

commit to user

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Surakarta, didapatkan hasil bahwa jumlah persalinan dan ibu nifas selama 1 bulan berkisar 70-100 pasien. Dari 10 orang ibu nifas yang terdiri dari 5 orang ibu primipara dan 5 orang ibu multipara yang berhasil ditemui pada tanggal 14-16 Februari 2011, didapatkan data 80% ibu primipara mengatakan mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya dan sebanyak 20% dari ibu multipara juga menyatakan pendapat yang sama.

Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara.


(8)

commit to user b. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada

ibu primipara.

2) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada

ibu multipara.

3) Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai kondisi psikologis, khususnya kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu primipara dan multipara.

b. Manfaat aplikatif 1) Bagi ibu

Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui dalam mewaspadai perubahan psikologis pada saat menyusui.

2) Bagi profesi

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu, mencegah dan mengatasi kecemasan dalam proses menyusui. Profesi ini terkait dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti bidan, dokter atau tenaga kesehatan lainnya, psikolog maupun masyarakat umum.


(9)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui a. Pengertian tingkat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) tingkat adalah susunan berlapis yang menyatakan kualitas atau keadaan lebih tinggi atau lebih rendah yang dihubungkan dengan titik tertentu.

b. Kecemasan

1) Pengertian kecemasan

Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan memberikan sinyal untuk menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan & Sadock, 2005). Kecemasan juga berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu yang baru (Kaplan & Sadock, 2005 ; Suradi, 2004).

2) Penyebab kecemasan.

Penyebab kecemasan terdiri dari berbagai sumber. Menurut Durrand (2006), kecemasan disebabkan dari berbagai kontribusi-kontribusi sebagai berikut :


(10)

commit to user a) Kontribusi biologis.

Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa manusia mewarisi kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusi-kontribusi kecil dari berbagai macam gen di berbagai wilayah kromosom membuat seseorang rentan mengalami kecemasan. Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan system neurotransmitter tertentu. Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik. Sebuah penelitian mengidentifikasi adanya sirkuit otak dalam sistem limbik yang dapat menimbulkan kecemasan.

b) Kontribusi psikologis.

Kecemasan adalah reaksi psikis terhadap bahaya di seputar re-aktivasi situasi menakutkan pada masa kanak-kanak. Pada masa tersebut, seseorang menyadari bahwa tidak semua kejadian dapat dikontrol. Kontinum untuk persepsi ini bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk mengontrol semua aspek kehidupan hingga ketidakpastian seseorang mengatasi berbagai kejadian di masa datang.

Kemampuan untuk mengontol diri menimbulkan action

tendency (kecenderungan untuk bertindak) yang disebut dengan

emosi. Fungsi utama emosi dapat dipahami sebagai penuntun seseorang untuk melakukan tindakan sebagai respons adanya kejadian eksternal. Berbagai keadaan emosional yang


(11)

commit to user

menyertai individu dalam bertindak dan berucap disebut dengan afek. Afek negatif dialami oleh individu yang cenderung takut, cemas, gelisah dan depresi. Afek positif merangkum berbagai kecenderungan untuk merasa senang, riang, gembira dan sebagainya.

c) Kontribusi sosial.

Peristiwa yang menimbulkan stres dapat memicu kerentanan seseorang terhadap kecemasan. Peristiwa tersebut sebagian besar bersifat pribadi seperti masalah perkawinan, perceraian, masalah di tempat kerja, tekanan sosial dan sebagainya. Sebagian lainnya mungkin bersifat fisik seperti cedera atau penyakit.

d) Model integratif.

Model integratif atau triple vulnerability theory merupakan

integrasi dari kontribusi biologis, psikologis dan sosial dalam perkembangan teori kecemasan. Triple vulnerability theory

terdiri dari :

(1) Generalized biological vulnerability (kerentanan biologis menyeluruh) adalah kecenderungan untuk tegang atau gelisah berasal dari genetik atau diturunkan.

(2) Generalized psychological vulnerability (kerentanan psikologis menyeluruh) adalah adanya keyakinan yang kuat pada individu bahwa dunia ini berbahaya dan berada di luar


(12)

commit to user

kontrol sehingga bila terjadi hal-hal buruk, individu tersebut akan merasa tidak mampu untuk mengatasinya. (3) Specific psychological vulnerability (kerentanan psikologis

spesifik) adalah adanya pengalaman buruk terhadap objek tertentu yang berbahaya meskipun sebenarnya tidak menimbulkan bahaya apapun.

Husada dalam Andari (2010) mengatakan kecemasan akan menyertai disetiap kehidupan manusia, terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Faktor-faktor penyebab kecemasan adalah :

a) Faktor fisik. Kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental

individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom

neurotic.

b) Trauma dan konflik. Konflik akan terus membayangi apabila belum diselesaikan.

Menurut Carnegie dalam Mursyidi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu: a) Faktor kognitif

Kecemasan dapat timbul sebagai akibat adanya pengalaman masa lalu yang menakutkan dan pernah menimbulkan rasa sakit, maka apabila individu dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi adanya bahaya.


(13)

commit to user b) Faktor lingkungan

Kecemasan dapat timbul dari hubungan-hubungan dan kondisi di masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang sudah dihadapkan pada situasi yang terus menerus berubah sehingga seseorang sulit melepaskan diri dari pengalaman yang mencemaskan ini. c) Faktor proses belajar

Kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia mempelajari respons terhadap stimulus yang memperingatkan adanya peristiwa berbahaya akan segera terjadi.

3) Tingkatan kecemasan

Videbeck (2008) mengungkapkan bahwa kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu. Tingkatan tersebut yakni :

a) Kecemasan ringan

Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri.


(14)

commit to user

b) Kecemasan sedang

Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda sehingga individu menjadi gugup.

c) Kecemasan berat

Dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ancaman sehingga ia memperlihatkan respons takut dan distress.

d) Panik

Merupakan tingkatan tertinggi dari kecemasan. Pada tingkatan ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respons fight, flight, atau freeze.

4) Gejala kecemasan

Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan & Sadock, 2005). Terdapat empat tingkatan kecemasan yakni ringan, sedang, berat dan panik (Tabel 2.1). Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif, dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan.


(15)

commit to user Tabel 2.1 Tingkat respons kecemasan

Tingkat kecemasan

Respons fisik Respons kognitif Respons

emosional Ringan

(1+)

Ketegangan otot ringan,

sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin

Lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya

diri, perasaan gagal

sedikit, waspada dan

memperhatikan banyak

hal, mempertimbangkan

informasi, tingkat

pembelajaran optimal

Perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi, tenang Sedang (2+)

Ketegangan otot sedang,

tanda-tanda vital meningkat,

pupil dilatasi, mulai

berkeringat, sering mondar-mandir, memukulkan tangan, suara berubah, kewaspadaan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

Lapang persepsi

menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus

terhadap stimulus

meningkat, rentang

perhatian menurun,

penyelesaian masalah

menurun, pembelajaran

terjadi dengan

memfokuskan Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan

diri goyah,

tidak sabar,

gembira

Berat (3+) Ketegangan otot berat,

hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat

meningkat, bicara cepat,

tindakan tanpa tujuan, rahang menegang, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar-mandir, meremas tangan

Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecah-pecah, sulit berpikir,

penyelesaian masalah

buruk, tidak mampu

mempertimbangkan

informasi, hanya

memperhatikan ancaman, egosentris

Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas

Panik (4+) Fight, flight, freeze,

ketegangan otot meningkat, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress

dan neurotransmitter

berkurang, wajah

menyeringai, mulut

ternganga

Persepsi sangat sempit,

pikiran tidak logis,

kepribadian kacau, tidak

dapat menyelesaikan

masalah, tidak rasional, halusinasi

Merasa terbebani, merasa tidak mampu, lepas kendali, mengamuk,

putus asa,

marah, sangat takut, kaget, lelah


(16)

commit to user c. Menyusui

1) Pengertian menyusui

Menyusui adalah cara pemberian makanan yang alamiah kepada bayi dari payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan dan suami (Handayani, 2007). 2) Perilaku bayi saat menyusui

Ibu harus mengetahui bahwa jika seorang bayi tidak lapar, bayi tidak akan mencari puting. Bayi biasanya mengantuk selama beberapa hari dan pada mulanya bukan merupakan pengisap yang baik (Berhman, 2006). Pada 24 jam pertama, bayi mengonsumsi 7 ml susu setiap kali menyusu dan pada 24 jam kedua konsumsi meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusu (Fraser, 2009). Bayi cukup bulan akan dengan cepat menaikkan masukkannya dari 30 ml sampai 80-90 ml setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari (Berhman, 2006).

d. Tingkat kecemasan dalam proses menyusui

1) Pengertian

Tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah suatu keadaan atau tahapan yang menyebabkan adanya perubahan psikologis ibu selama proses menyusui (Handerson, 2005). Kecemasan tersebut berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu pada masa


(17)

commit to user

postpartum. Pada masa postpartum terdapat periode yang akan menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Berdasarkan teori Reva Rubin, ibu akan mengalami tiga tahapan perubahan psikologi pada periode postpartum yaitu :

a) Taking in

Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Pada umumnya ibu pasif dan perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu akan terus menceritakan pengalamannya waktu bersalin. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan biasanya bertambah.

b) Taking hold

Terjadi 2-4 hari postpartum. Perhatian ibu tertuju pada fungsi-fungsi tubuh dan kemampuannya menjadi orang tua yang sukses sehingga ibu akan berusaha keras menguasai keterampilan merawat dan menyusui bayi. Nasihat dari bidan sangat diperlukan agar kepercayaan diri ibu timbul.

c) Letting go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah sehingga harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kebutuhan bayi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.


(18)

commit to user

Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional stress pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-10 yang disebut dengan postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan

mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Periode ini

akan hilang dengan sendirinya namun tetap diperlukan dukungan psikososial. Penyebab timbulnya postpartum blues adalah :

a) Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat (perubahan kadar estrogen, progesterone, dan prolaktin).

b) Ketidaknyamanan yang didapatkan (payudara bengkak, nyeri persalinan).

c) Menyusui dengan ASI.

d) Perubahan pola tidur. (Bahiyatun, 2009)

2) Faktor –faktor yang menyebabkan kecemasan ibu dalam proses menyusui

a) Stressor psikososial

Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian

yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami tersebut. Setiap orang mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu terhadap stressor yang dialaminya. Ketahanan terhadap stressor mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbeda-beda pada tiap orang (Elvira, 2006).


(19)

commit to user

Menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadikan stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui bagaimana cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana (Bahiyatun, 2009). Ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan, dan merawat bayi baru lahir (Handerson, 2005).

Ibu multipara cenderung lebih berpengalaman

dibandingkan dengan ibu primipara sehingga segala

permasalahan yang akan timbul terkait menyusui dapat segera diantisipasi. Kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir

(Handerson, 2005). b) Usia ibu

Martadisoebrata dalam Handayani (2007) mengatakan bahwa umur sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dianggap belum matang secara fisik dan psikologi dalam menghadapi peran baru sebagai orang tua sedangkan ibu yang berumur diatas 35 tahun dianggap berbahaya karena fisiknya sudah jauh berkurang. Menurut Hurlock (dalam Handayani, 2007), ibu yang berumur


(20)

commit to user

20-35 tahun disebut sebagai “masa dewasa” dimana masa ini diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional.

c) Dukungan sosial (terutama dari keluarga dan suami).

Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi timbulnya rasa cemas bagi ibu dalam menyusui bayinya. Ibu yang sebelumnya sudah mendapatkan kesulitan dalam menyusui dan mendapat perhatian maupun dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar akan membuat ibu putus asa dan frustasi (Fraser, 2009). Dukungan psikologis sangat diperlukan agar ibu memiliki rasa percaya diri untuk menyusui bayinya (Bahiyatun, 2009).

d) Kondisi bayi

Kondisi bayi juga memberikan kontribusi kecemasan bagi ibu dalam menyusui bayi. Ibu yang mendapati bayinya lahir dengan kondisi yang berkebutuhan khusus (misal prematur) akan membuat ibu merasa kesulitan dan cemas dalam menyusui bayinya (Kodrat, 2010).

e) Ketidaknyamanan payudara ibu

Masalah lain yang terkait dengan timbulnya kecemasan dalam proses menyusui adalah adanya ketidaknyamanan pada payudara yang kerap menghampiri ibu primipara seperti adanya


(21)

commit to user

pembengkakan pada payudara, puting lecet, saluran tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting atau bayi enggan menyusu (Bahiyatun, 2009).

2. Pengertian primipara dan multipara

Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Primipara dan multipara merupakan penjabaran dari paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).


(22)

commit to user B. Kerangka Konsep

Keterangan :

Gambar 2.1 Diagram kerangka konsep : Diteliti

: tidak diteliti

· Stressor psikososial

· Dukungan keluarga

· Kondisi bayi

· Ketidaknyamanan

payudara

Belum berpengalaman

Variabel bebas : paritas ibu menyusui

Masa nifas Ibu multipara

Ibu primipara

Postpartum blues Mengulang

pengalaman

Variabel tergantung : Tingkat kecemasan dalam

proses menyusui

Perubahan hormonal Tekanan (stressor)

Psikologi ibu

Sense of control

Emosi

Afek negatif (ucapan dan tindakan)


(23)

commit to user C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka konsep yang ada, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Ibu primipara lebih cemas dibandingkan dengan ibu multipara dalam proses menyusui.


(24)

commit to user

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko)

dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui (efek) yang dialami ibu primipara dan multipara (faktor risiko).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD Kota Surakarta yang beralamatkan di Kecamatan Banjarsari dengan alokasi waktu penelitian pada bulan Mei 2011.

C. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

a. Populasi target

Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya di RSUD Kota Surakarta.


(25)

commit to user b. Populasi aktual

Populasi aktual dalam penelitian ini sebanyak 83 ibu menyusui yang terdiri dari ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta pada bulan Mei 2011.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling

dimana penentuan subjek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2005)

3. Estimasi Besar Sampel

Rata-rata persalinan perbulan di RSUD Kota Surakarta sebesar 70-100 persalinan. Berdasarkan Sugiyono (2009), ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500 dengan jumlah sampel dalam setiap ketegori minimal 30 sampel sehingga sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30 sampel untuk kelompok primipara maupun multipara.

4. Kriteria Restriksi a. Kriteria inklusi

1) Ibu primipara dan multipara 3 hari postpartum.

2) Ibu primipara dan multipara yang melahirkan normal. 3) Ibu primipara dan multipara yang berusia 20-35 tahun. 4) Ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya


(26)

commit to user

5) Ibu primipara dan multipara yang mendapatkan perawatan rooming in dengan bayinya.

b. Kriteria eksklusi

1) Ibu primipara dan multipara yang tidak bersedia mengikuti penelitian.

2) Ibu primipara dan multipara yang masih mendapatkan perawatan intensif pasca persalinan

3) Ibu primipara dan multipara yang memiliki kelainan anatomi payudara

4) Ibu multipara yang belum memiliki pengalaman menyusui karena kondisi-kondisi tertentu.

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel

No. Variabel Definisi operasional Pengukuran

Alat ukur Skala

1. Variabel

bebas : paritas ibu menyusui

Paritas ibu menyusui sebagai primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Sedangkan multipara adalah seorang wanita

yang telah mengalami dua

kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006)

Kuesioner Nominal

2. Variabel

tergantung : tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan dalam

menyusui yang dialami ibu dalam 3 hari postpartum yang meliputi aspek fisiologis, kognitif dan afektif.

Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui


(27)

commit to user E. Cara Kerja

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari :

a. Kuesioner data diri

Meliputi nama, usia, alamat, jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah pemberian ASI, lama memberikan ASI dan penyebab berhenti memberikan ASI

b. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui

Skala tingkat kecemasan ibu menyusui disusun oleh peneliti berdasarkan respons kecemasan yang diungkapkan oleh Videbeck (2008) meliputi respons fisik, kognitif dan emosional. Skoring item skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem penilaian skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yang telah dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan skala ragu-ragu atau tidak tentu (TT) sehingga diharapkan responden dapat memberikan jawaban yang pasti.

Item-item dalam skala meliputi pernyataan yang mendukung (favorable statement) dan pernyataan yang tidak mendukung

(unfavorable statement) dengan jumlah yang seimbang. Variasi

jawaban yang tersedia untuk kedua pernyataan tersebut adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS) (Suryabrata, 2003). Skor untuk pernyataan favorable statement


(28)

commit to user

terdiri dari skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS). Sedangkan skor untuk pernyataan unfavorable statement terdiri dari 4 (STS), 3 (TS), 2

(S) dan 1 (SS).

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kecemasan dalam Menyusui

No. Aspek Item

Favourable Unfavourable

1. Fisiologis 2, 5, 6, 10, 11, 26, 27, 30,

31 22, 23, 28, 35, 37, 44

2. Emosional 1, 4, 13, 32, 36, 39, 40, 41

3, 9, 18, 20, 21, 25, 34, 38, 43, 45

3. Kognitif 12, 14, 15, 16, 17, 19, 42, 7, 8, 24, 29, 33

Jumlah 24 21

Sumber : Data Primer, 2011 2. Validitas dan reliabilitas instrument

a. Uji validitas instrumen

Sebelum dilakukan penelitian, instrumen (kuesioner) tersebut

diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas dan

reliabilitasnya. Suatu item yang digunakan dalam instrumen adalah item yang memiliki kualitas tinggi (valid). Kualitas item tersebut dapat ditentukan melalui prosedur pengujian konsistensi item-total atau yang biasa dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2008). Item yang memiliki kualitas cukup tinggi (valid) akan digunakan dalam instrumen sedangkan item yang tidak memiliki kualitas tinggi (tidak valid) akan disingkirkan (gugur). Skala dalam penelitian ini akan diuji daya beda itemnya dengan menggunakan korelasi product moment

dengan bantuan program komputer Stasistical Package for Social


(29)

commit to user

Uji coba skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dilaksanakan pada tanggal 19-29 April 2011 pada ibu menyusui 3 hari

post partum di RSUD Kota Surakarta. Sebanyak 20 eksemplar skala

dibagikan, semuanya terkumpul dan memenuhi syarat untuk diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil penghitungan indeks daya beda item dari 45 item skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui diperoleh indeks korelasi item berkisar 0,071 sampai 0,786. Terdapat 10 item yang dinyatakan tidak valid berdasarkan ada tidaknya tanda bintang pada item tersebut sehingga diperoleh item sahih (valid) sebanyak 35 item dengan indeks korelasi item berkisar 0,566 sampai 0,786. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran sedangkan perincian item gugur dan item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut :


(30)

commit to user

Tabel 3.3 Perincian Item Gugur dan Item Sahih Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui

No Aspek Bentuk

pernyataan

Item Awal Item Gugur

Jumlah item sahih

Item Jumlah Item Jumlah

1. Fisiologis Favorable

2, 5, 6, 10, 11, 26, 27,

30, 31

9 5, 11 2 7

Unfavorable 22, 23, 28,

35, 37, 44 6 23, 28, 44 3 3

2. Emosional Favorable

1, 4, 13, 32, 36, 39, 40,

41

8 32, 36, 39 3 5

Unfavorable

3, 9, 18, 20, 21, 25, 34,

38, 43, 45

10 0 0 10

3. Kognitif Favorable

12, 14, 15, 16, 17, 19,

42

7 15, 17 2 5

Unfavorable 7, 8, 24, 29,

33 5 0 0 5

Total 45 35

Sumber : Data Primer, 2011

Setelah dilakukan penghitungan validitas skala, langkah selanjutnya adalah menyusun skala baru berdasarkan perincian yang sudah ada. Item yang gugur disingkirkan (tidak digunakan lagi dalam penelitian) sedangkan item yang sahih disusun kembali dengan nomor urut yang baru. Susunan item setelah uji coba terdapat pada tabel dibawah ini :


(31)

commit to user

Tabel 3.4 Susunan Item Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Setelah Uji Coba

No. Aspek Bentuk

Pernyataan Item Jumlah Total

1 Fisiologis Favorable

2, 5, 9, 21, 22, 24,

25 7 10

Unfavorable 18, 28, 29 3

2 Emosional

Favorable 1, 4, 11, 31, 32 5

15 Unfavorable 3, 8, 14, 16, 17, 20,

27, 30, 34, 35 10

3 Kognitif Favorable 10, 12, 13, 15, 33 5 10

Unfavorable 6, 7, 19, 23, 26 5

Total 35

Sumber : Data Primer, 2011 b. Uji reliabilitas instrumen

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2007). Teknik untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach

dengan menggunakan bantuan program computer Statistical Package

for Social Science (SPSS) versi 17 . Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6.

(Ghozali, 2001). Hasil penghitungan reliabilitas skala dengan menggunakan analisis Alpha Cronbach menunjukkan angka 0.957.


(32)

commit to user

Berdasarkan penghitungan tersebut, maka skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner tersebut dapat dijadikan instrument penelitian. Peneliti dapat melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner tersebut pada masing-masing kelompok ibu menyusui primipara dan multipara untuk diisi sesuai dengan pendapat masing-masing subjek.

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah melakukan coding, tabulating, scoring, dan analisis data.

1. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara.

Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006) 2. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu

multipara.

Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu multipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006). 3. Analisis data untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemaan dalam proses

menyusui antara ibu primipara dan multipara

Analisis data menggunakan uji statistik t-test untuk 2 sampel bebas yaitu uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data


(33)

commit to user

independen (sampel bebas). Kesimpulan didapat apabila hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga terdapat perbedaan antara 2 kelompok data tersebut. Ho ditolak jika nilai p<0,05 (Dahlan, 2009)

Tingkat kemaknaan (α) disebut juga sebagai kesalahan tipe I adalah besarnya peluang menolak Ho pada sampel padahal dalam populasi Ho benar (Fajar, 2009). Tingkat kemaknaan (α) dalam penelitian ini sebesar 0,05 dimana setiap 100 kali menolak Ho, ada 5 kali menolak Ho yang benar.

Dalam penelitian ini, penghitungan analisis data selengkapnya akan menggunakan jasa Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17.0


(34)

commit to user

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

RSUD Kota Surakarta merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang sebelumnya bernama RB Banjarsari. RSUD Kota Surakarta beralamat di Jl. Dr. Lumbang Tobing no. 10 Setabelan, Banjarsari, Kota Surakarta. Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan di RSUD Kota Surakarta mencakup poliklinik Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana (KIA/KB), poliklinik mata, gigi, penyakit dalam, kulit dan kelamin, ruang VK (Kamar Bersalin), ruang nifas, ruang inap, laboratorium dan gedung apotek.

RSUD Kota Surakarta memberikan pertolongan persalinan pada persalinan normal dan apabila menemui persalinan yang abnormal akan dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Rata-rata persalinan perbulan sekitar 70 hingga 100 persalinan. Para ibu yang bersalin di RSUD Kota Surakarta akan mendapatkan perawatan masa nifas selama ± 3 hari. Ibu akan ditempatkan bersama bayinya dalam satu ruangan sehingga dapat memudahkan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

B. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, karakteristik responden terbagi menjadi 2 yaitu karakteristik responden berdasarkan jumlah anak yaitu ibu primipara dan multipara serta karakteristik responden berdasarkan umur. Responden dalam


(35)

commit to user

penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya selama 3 hari postpartum di RSUD Kota Surakarta.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak (status ibu primipara dan multipara)

Status Frekuensi % (persen)

Ibu primipara 30 50

Ibu multipara 30 50

Total 60 100

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengikuti penelitian sebanyak 30 orang ibu primipara dan 30 orang ibu multipara dengan frekuensi masing-masing status sebesar 50%.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Rentang usia

Status

Total %

(persen) Ibu primipara Ibu multipara

20-25 24 6 30 50

26-30 6 11 17 28,33

31-35 0 13 13 21,67

Total 30 30 60 100

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia responden yang mengikuti penelitian berkisar usia 20 hingga 35 tahun. Responden ibu primipara terbanyak berada pada rentang usia 20-25 tahun sedangkan responden ibu multipara terbanyak berada pada rentang usia 31-35 tahun. Sekitar 50% responden yang mengikuti penelitian berada di rentang usia 20-25 tahun. Sebanyak 28,33% responden berada pada rentang usia 26-30 tahun dan sebanyak 21,67% responden berada pada rentang usia 31-35 tahun.


(36)

(37)

commit to user C. Analisis Data Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Pada skor masing-masing subjek pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dilakukan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif ini dilakukan sebelum pengolahan statistik analitik dan dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif secara ringkas dapat dilihat pada tabel dibawah ini sedangkan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif untuk Skala Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui

Ibu primipara

Ibu multipara

Total

N 30 30 60

Mean 78.37 69.70 74.03

Standard deviation 6.698 6.238 7.763

Minimum 68 58 58

Maximum 92 80 92

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor minimum tingkat kecemasan pada ibu primipara sebesar 68 dan skor maximum sebesar 92. Skor minimum tingkat kecemasan pada ibu multipara sebesar 58 dan skor maximum sebesar 80. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor tingkat kecemasan pada ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan skor tingkat kecemasan pada ibu multipara.

2. Hasil interpretasi skor

Suatu proses pengukuran atribut psikologis adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala. Skor pada skala psikologi


(38)

commit to user

akan menghasilkan angka-angka pada level interval namun dalam interprestasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor yang berada pada level ordinal (Azwar, 2007).

Kategorisasi yang digunakan pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kategorisasi ini mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2007). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut

Tabel 4.4 Norma Kategorisasi Skor Subjek

Kategorisasi Norma

Ringan X < (µ - 1,0 σ)

Sedang (µ - 1,0 σ) ≤X < (µ + 1,0 σ)

Berat (µ + 1,0 σ) ≤ X

Sumber : Azwar, 2007. Keterangan

X : skor mentah (raw score)

µ : nilai rata-rata (mean)

σ : standar deviasi

Berdasarkan tabulasi data pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui didapatkan skor minimal subjek adalah 35 x 1 = 35 sedangkan skor maksimal subjek adalah 35 x 4 = 140. Rentang atau jarak


(39)

commit to user

sebaran skor adalah 140 – 35 = 105 dan setiap deviasi standarnya bernilai 105 : 6,0 = 17,5 sedangkan mean hipotetiknya adalah (35 + 140) : 2 = 87,5. Apabila subjek dibagi menjadi 3 kategori maka akan didapat distribusi skor subjek sebagai berikut :

Tabel 4.5 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Primipara

Kategorisasi Komposisi

Kategori Skor Jumlah Persentase

Ringan X < 70 2 6,67%

Sedang 70 ≤ X < 105 28 93,33%

Berat 105 ≤ X 0 0%

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada kelompok ibu primipara sebesar 78,37 dan berada pada rentang skor 68 hingga 92 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu primipara berada pada kategori sedang. Kategori skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dan distribusi skor subjek kelompok ibu multipara dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Multipara.

Kategorisasi Komposisi

Kategori Skor Jumlah Persentase

Ringan X < 70 15 50%

Sedang 70 ≤ X < 105 15 50%

Berat 105 ≤ X 0 0%

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada kelompok ibu multipara


(40)

commit to user

sebesar 69,70 dan berada pada rentang skor 58 hingga 80 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu multipara berada pada kategori ringan.

3. Hasil persentase skor skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui.

Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons fisiologis, kognitif dan afektif. Respons-respons tersebut terdiri dari beberapa sub indikator yang pada akhirnya membentuk pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Hasil persentase masing-masing sub indikator dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Persentase skor respons fisiologis skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui.

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons fisiologis dalam skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari

0 20 40 60 80

Gemetar Jantung berdebar Nyeri atau sakit pinggang Banyak keringat Sulit tidur (insomnia) Kelelahan 43.33 30 56.67 60 50 70 33.3 26 56.67 73.3 40 46.67 Persentase S u b i n d ik at or multipara primipara


(41)

commit to user

beberapa sub indikator yaitu kelelahan, sulit tidur (insomnia), banyak keringat, nyeri atau sakit pinggang, jantung berdebar dan gemetar.

Gambar 4.2 Persentase skor respons emosional skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui.

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons emosional dalam skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari beberapa sub indikator yaitu menarik diri sendiri, ketakutan, tidak dapat rileks, peka rangang (tidak sabar), mengkritik diri sendiri, tegang atau merasa terkunci dan kehilangan kontrol.

0 20 40 60 80

Kehilangan kontrol Marah Tegang atau merasa terkunci Gugup Mengkritik diri sendiri Kurang inisiatif Peka rangsang / tdk sabar Mengutuk diri sendiri Tidak dapat rileks Cenderung menyalahkan orang…

Ketakutan Kehilangan percaya diri Menarik diri sendiri

73.33 3.33 3.67 70 46.67 26.67 3.33 13.33 13.33 56.67 56.67 13.33 6.67 40 0 16.67 53.33 43.33 13.33 6.67 13.33 6.67 46.67 33.33 6.67 0 Persentase Sub i ndi ka to r multipara primipara


(42)

commit to user

Gambar 4.3 Persentase skor respons kognitif skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui.

Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari beberapa sub indikator yaitu orientasi pada masa lalu, memblok pikiran, tidak mampu konsentrasi, melamun atau termenung, pelupa dan perhatian yang berlebihan.

4. Hasil Analisis Statistik Analitik a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini sangat penting karena pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari normal tidaknya distribusi data. Apabila data berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan uji parametrik sedangkan apabila data tidak normal, dapat menggunakan uji non parametrik sebagai uji

0 20 40 60 80

Perhatian berlebihan Pelupa Melamun / termenung Tdk mampu konsentrasi Memblok pikiran Orientasi pada masa lalu

63.33 33.33 30 23.33 36.67 13.33 46.67 23.33 20 13.33 13.33 16.67 Persentase S u b i n d ik at or multipara primipara


(43)

commit to user

hipotesisnya. Dalam penelitian ini, uji normalitas untuk masing-masing kelompok data ibu primipara dan multipara menggunakan uji

Shapiro-Wilk dimana besar sampel untuk masing-masing kelompok ≤ 50 orang yaitu hanya sebesar 30 orang (Dahlan, 2009). Hasil uji normalitas

Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS versi 17 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data

Paritas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Ibu primipara .105 30 .200 .966 30 .429

Ibu multipara .107 30 .200 .963 30 .376

Sumber : Data Primer, 2011.

Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa significancy atau nilai

kemaknaan (p) pada uji Shapiro-Wilk sebesar 0.429 untuk ibu

primipara dan 0.376 untuk ibu multipara. Hal ini dapat dikatakan bahwa masing-masing kelompok data memiliki distribusi data yang normal karena nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) > 0.05

(Dahlan, 2009). b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t-test untuk 2 sampel bebas (Independent t-test). Uji ini merupakan uji

statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data independen (sampel bebas). Uji statistik independent t-test dapat

digunakan bila data berdistribusi normal dan varians data boleh sama atau tidak (Dahlan, 2009).


(44)

commit to user

Berdasarkan penghitungan uji normalitas data didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal dan penghitungan uji homogenitas data didapatkan hasil bahwa varians data sama sehingga uji hipotesis dapat menggunakan uji statistik Independent t-test. Ringkasan hasil

penghitungan uji hipotesis dengan teknik Independent t-test dengan

bantuan program komputer SPSS versi 17 dapat dilihat pada tabel dibawah ini sedangkan untuk hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran :

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis dengan Independent t-test. Levene’s

Test for Equality of

Variance

t-test for Equality of

Means

t-test for Equality of

Means

F Sig. t df Sig.

(2-tailed)

Equal variances

assumed .051 .822 5.186 58 .000

Equal variances

not assumed 5.186 57.708 .000

Sumber : Data Primer, 2011.

Berdasarkan penghitungan diatas, dapat di interpretasikan hasil sebagai berikut :

1) Pada kotak Levene’s test (uji homogenitas sampel), nilai signifikansi (p) sebesar 0.822 dimana nilai p > 0.05 maka dapat diartikan bahwa varians data kelompok sama sehingga untuk melihat hasil uji T menggunakan baris pertama yaitu Equal


(45)

commit to user

2) Angka significancy (p) pada baris pertama sebesar 0.000 dimana nilai p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa “terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara”.


(46)

commit to user

41 BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia dan jumlah anak (status ibu primipara dan multipara). Usia sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui (Handayani, 2007). Kebanyakan responden ibu primipara dalam penelitian ini adalah ibu baru dengan usia yang masih muda bila dibandingkan dengan usia ibu multipara. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi emosional atau kejiwaan dari tiap individu sehingga terdapat perbedaan cara pandang dari ibu primipara dan multipara dalam mengatasi segala permasalahan termasuk permasalahan dalam proses menyusui. Penelitian yang dilakukan Handayani (2007) menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya dimana semakin bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah.

B. Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik analitik

Independent t-test didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata yang signifikan

antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu


(47)

commit to user

primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Berdasarkan mean skor tingkat

kecemasan dalam proses menyusui dapat dikatakan bahwa skor tingkat kecemasan pada ibu primipara berada pada kategori sedang sedangkan pada ibu multipara berada pada kategori ringan. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan ibu multipara dapat diterima.

Perbedaan tingkat kecemasan tersebut dapat diketahui dari perhitungan skor pada masing-masing indikator skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang disusun oleh peneliti. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons kognitif, emosional dan fisiologis.

Berdasarkan perhitungan pada indikator kognitif, didapatkan skor yang cukup berbeda pada sub indikator perhatian yang berlebihan. Sebanyak 63% kelompok ibu primipara dan 47 % kelompok ibu multipara menyatakan bahwa perhatiannya saat ini hanya tertuju pada bayinya saja. Perbedaan ini mungkin dikarenakan ibu multipara sudah memiliki beberapa anak sebelumnya sehingga perhatiannya tidak hanya tertuju pada bayinya saja tetapi juga pada keadaan anak-anaknya yang lain. Pendapat ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir (Handerson, 2005).

Perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator termenung dimana sebanyak 30 % kelompok ibu primipara dan 20 % kelompok ibu multipara sering melamun memikirkan keadaan anak. Dari


(48)

commit to user

wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, kebanyakan ibu primipara melamun untuk memikirkan bagaimana kehidupannya kelak saat merawat dan mengasuh bayinya setelah keluar dari Rumah Sakit. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu primipara masih perlu beradaptasi dengan keadaan pasca persalinan sedangkan bagi ibu multipara, hal ini mungkin kurang berlaku mengingat ibu multipara sudah mulai terbiasa dengan kehadiran anggota keluarga baru. Menurut Fraser (2009) banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu yang buruk jika mengungkapkan kekhawatiran mereka. Oleh karena itu, emosi yang menyakitkan tersebut akan dipendam dan ibu akan sering melamun untuk memikirkannya.

Selain itu, perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator unfavourable statement. Sekitar 77 % kelompok ibu primipara

dan 87 % kelompok ibu multipara tidak kebingungan dalam menempatkan posisi bayi saat menyusui. Perbedaan skor ini mungkin dikarenakan ibu primipara masih belum berpengalaman dalam menyusui bayi dan masih terbatasnya pengetahuan yang dimiliki.

Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ibu primipara tersebut membuat ibu primipara lebih banyak membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam penelitian ini, ada sekitar 37 % kelompok ibu primipara dan 13 % kelompok ibu multipara yang membutuhkan bantuan orang lain dalam merawat bayinya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handerson (2005) ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan dan merawat bayi baru lahir. Hal ini juga


(49)

commit to user

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrianny (2005) bahwa pengalaman ibu dalam mengurus anak berpengaruh terhadap pengetahuannya tentang ASI ekslusif. Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh pengalaman yang diperoleh seseorang baik pengalaman sendiri maupun orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007) menyatakan bahwa paritas ibu berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dalam pemberian ASI.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif terhadap kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila mengalami respons kognitif berupa tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu daripada saat ini, memblok pikiran dan adanya perhatian yang berlebihan.

Selain respons kognitif, respons emosi juga dapat menunjukkan seberapa tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang. Berdasarkan perhitungan skor pada beberapa sub indikator emosional, didapatkan perhitungan skor yang cukup berbeda antara ibu primipara dan multipara. Sebanyak 73 % kelompok ibu primipara dan 40 % kelompok ibu multipara sering mengalami perubahan perasaan selama menyusui. Hal ini mungkin terkait dengan usia ibu. Usia ibu primipara yang masih muda mungkin membuat kestabilan emosi yang dimilikinya masih belum matang bila dibandingkan dengan ibu multipara. Menurut Fraser (2009) ibu baru cenderung mudah kesal dan sangat


(50)

commit to user

sensitif sehingga keseimbangan emosi sangat mudah hilang karena merasa tertekan dan mudah marah oleh kesalahan kecil.

Ketidakstabilan emosi tersebut ternyata berpengaruh terhadap sikap ibu pada orang lain. Ibu primipara lebih cenderung menyalahkan orang lain atau suami. Sebanyak 57 % ibu primipara berpendapat suami harus turut serta dalam merawat bayi meskipun pekerjaan suami sudah cukup banyak. Pendapat tersebut ternyata hanya berlaku bagi 47 % ibu multipara.

Sebanyak 93 % ibu multipara merasa yakin mampu mengatasi segala permasalahan dalam proses menyusui sedangkan hanya 87 % ibu primipara yang memiliki keyakinan yang serupa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulandari (2011) bahwa individu dengan kestabilan emosi yang tinggi akan bersikap tenang, merasa aman dan tidak nervous sebaliknya individu yang memiliki kestabilan emosi rendah akan cenderung mudah cemas, emosional, malu dan murung.

Perbedaan skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui selanjutnya terletak pada sub indikator ketakutan. Sebanyak 57 % kelompok ibu primipara dan 33 % kelompok ibu multipara memiliki ketakutan bayinya akan tersedak saat proses menyusui. Ketakutan tersebut mungkin terkait dengan kekhawatiran yang berlebihan dari ibu primipara terhadap bahaya yang mengancam bayinya. Ketakutan merupakan reaksi emosional langsung terhadap bahaya yang dihadapi yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk lari dan sering kali juga ditandai oleh adanya desakan dalam cabang simpatik dari sistem saraf otonom (Durrand, 2006).


(51)

commit to user

Dalam penelitian ini hanya terdapat 87 % kelompok ibu primipara dan 93 % kelompok ibu multipara yang menyatakan dirinya merasa rileks dalam proses menyusui. Sebanyak 70% kelompok ibu primipara dan 53% kelompok ibu multipara merasa gugup dalam proses menyusui. Perbedaan itu mungkin disebabkan tekanan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu primipara lebih besar daripada yang dirasakan ibu multipara. Sebagai seorang ibu baru, ibu primipara akan berusaha keras menjadi seorang ibu yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).

Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila mengalami respons emosional seperti ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat rileks, tidak sabar, marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri, menarik diri, kurang inisiatif dan mengutuk diri sendiri. Perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui dapat terlihat dari respons emosional yang dialami ibu primipara ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan respons emosional yang dialami ibu multipara.

Kondisi fisik juga memberikan kontribusi timbulnya rasa cemas pada ibu. Sekitar 70 % ibu primipara mengeluh tidak dapat beristirahat dengan tenang di malam hari karena bayinya rewel meminta ASI (Air Susu Ibu). Kelelahan yang dialami ibu primipara mungkin disebabkan karena proses persalinannya yang lebih panjang dibandingkan ibu multipara. Kelelahan itulah yang menyebabkan ibu primipara masih terlihat ragu untuk menyusui


(52)

commit to user

bayinya. Ibu primipara masih menginginkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi badannya pasca persalinan. Hanya sekitar 47 % ibu multipara yang merasa kelelahan saat menyusui bayinya. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu multipara sudah bisa menerima keadaan bahwa rasa lelah tersebut adalah hal yang wajar setelah persalinan dan sudah terbiasa melakukannya sehingga tidak menjadi beban ibu dalam menyelesaikan tanggungjawabnya untuk merawat dan menyusui bayi.

Menurut Husada dalam Andari (2007) kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom

neurotic penyebab kecemasan. Seseorang dapat dikatakan mengalami

kecemasan apabila secara fisiologis mengalami peningkatan frekuensi nadi, gemetar, insomnia, kelelahan, sakit badan dan nyeri, gelisah, pusing, mual, sering berkemih, mulut kering, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan tekanan darah serta diare (Carpenito, 2006).

Berdasarkan dari hasil penelitan dan teori pendukung, peneliti beranggapan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dapat disebabkan karena respons-respons kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi dibandingkan respons-respons yang dialami ibu multipara. Selain itu, kecemasan dalam proses menyusui juga dapat disebabkan beberapa faktor lain seperti usia ibu, kondisi bayi, riwayat persalinan, ketidaknyaman pada payudara ibu serta ibu yang pernah abortus pada kehamilan pertamanya. Penelitian ini dapat


(53)

commit to user

digeneralisasikan ke populasi penelitian akan tetapi untuk populasi yang lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.


(54)

commit to user

49 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu primipara sebesar 78,37 dengan rentang skor 68-92 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu primipara berada pada kategori sedang.

2. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu multipara sebesar 69,70 dengan rentang skor 58-80 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu multipara berada pada kategori ringan.

3. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dengan hasil


(55)

commit to user B. Saran

1. Bagi ibu

a. Hendaknya ibu lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi tuntutan menyusui bayi dengan terus meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan cara menyusui yang benar, mengikuti kelas ibu hamil selama kehamilan dan mencari tambahan informasi dari orang sekitar maupun dari tenaga kesehatan sehingga kelak ibu bisa menyusui bayinya dengan lancar.

b. Hendaknya ibu dapat melatih emosinya dengan meredamnya ketika menghadapi masalah-masalah dalam proses menyusui sehingga ibu tidak cenderung untuk menyalahkan orang lain.

c. Hendaknya ibu tetap meminta bantuan orang lain seperti keluarga atau tenaga kesehatan apabila mengalami kesulitan dalam proses menyusui 2. Bagi profesi

a. Sebaiknya para tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai cara menyusui bayi yang benar dan cara mengatasi segala permasalahan dalam proses menyusui sehingga proses menyusui yang dilakukan oleh ibu dan bayi dapat berjalan dengan lancar.

b. Sebaiknya para tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi segala permasalahan yang dialami ibu selama menyusui khususnya masalah psikologis ibu meskipun masalah tersebut tidak bisa diungkapkan oleh ibu.


(56)

commit to user 3. Bagi peneliti

Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian tentang tingkat kecemasan ibu dalam proses menyusui mungkin dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menambah jumlah populasi serta mengikutsertakan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan kecemasan dalam proses menyusui.


(1)

commit to user

Dalam penelitian ini hanya terdapat 87 % kelompok ibu primipara dan 93 % kelompok ibu multipara yang menyatakan dirinya merasa rileks dalam proses menyusui. Sebanyak 70% kelompok ibu primipara dan 53% kelompok ibu multipara merasa gugup dalam proses menyusui. Perbedaan itu mungkin disebabkan tekanan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh ibu primipara lebih besar daripada yang dirasakan ibu multipara. Sebagai seorang ibu baru, ibu primipara akan berusaha keras menjadi seorang ibu yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005).

Menurut Carpenito (2006) seseorang dikatakan cemas apabila mengalami respons emosional seperti ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat rileks, tidak sabar, marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri, menarik diri, kurang inisiatif dan mengutuk diri sendiri. Perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui dapat terlihat dari respons emosional yang dialami ibu primipara ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan respons emosional yang dialami ibu multipara.

Kondisi fisik juga memberikan kontribusi timbulnya rasa cemas pada ibu. Sekitar 70 % ibu primipara mengeluh tidak dapat beristirahat dengan tenang di malam hari karena bayinya rewel meminta ASI (Air Susu Ibu). Kelelahan yang dialami ibu primipara mungkin disebabkan karena proses persalinannya yang lebih panjang dibandingkan ibu multipara. Kelelahan itulah yang menyebabkan ibu primipara masih terlihat ragu untuk menyusui


(2)

commit to user

47

bayinya. Ibu primipara masih menginginkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisi badannya pasca persalinan. Hanya sekitar 47 % ibu multipara yang merasa kelelahan saat menyusui bayinya. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu multipara sudah bisa menerima keadaan bahwa rasa lelah tersebut adalah hal yang wajar setelah persalinan dan sudah terbiasa melakukannya sehingga tidak menjadi beban ibu dalam menyelesaikan tanggungjawabnya untuk merawat dan menyusui bayi.

Menurut Husada dalam Andari (2007) kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom

neurotic penyebab kecemasan. Seseorang dapat dikatakan mengalami

kecemasan apabila secara fisiologis mengalami peningkatan frekuensi nadi, gemetar, insomnia, kelelahan, sakit badan dan nyeri, gelisah, pusing, mual, sering berkemih, mulut kering, peningkatan frekuensi nafas, peningkatan tekanan darah serta diare (Carpenito, 2006).

Berdasarkan dari hasil penelitan dan teori pendukung, peneliti beranggapan bahwa perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dapat disebabkan karena respons-respons kecemasan yang dialami ibu primipara lebih tinggi dibandingkan respons-respons yang dialami ibu multipara. Selain itu, kecemasan dalam proses menyusui juga dapat disebabkan beberapa faktor lain seperti usia ibu, kondisi bayi, riwayat persalinan, ketidaknyaman pada payudara ibu serta ibu yang pernah abortus pada kehamilan pertamanya. Penelitian ini dapat


(3)

commit to user

digeneralisasikan ke populasi penelitian akan tetapi untuk populasi yang lain perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.


(4)

commit to user

49

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu primipara sebesar 78,37 dengan rentang skor 68-92 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu primipara berada pada kategori sedang.

2. Rata-rata (mean) skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu multipara sebesar 69,70 dengan rentang skor 58-80 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimiliki kelompok ibu multipara berada pada kategori ringan.

3. Terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dengan hasil


(5)

commit to user

B. Saran

1. Bagi ibu

a. Hendaknya ibu lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi tuntutan menyusui bayi dengan terus meningkatkan pengetahuan tentang manfaat dan cara menyusui yang benar, mengikuti kelas ibu hamil selama kehamilan dan mencari tambahan informasi dari orang sekitar maupun dari tenaga kesehatan sehingga kelak ibu bisa menyusui bayinya dengan lancar.

b. Hendaknya ibu dapat melatih emosinya dengan meredamnya ketika menghadapi masalah-masalah dalam proses menyusui sehingga ibu tidak cenderung untuk menyalahkan orang lain.

c. Hendaknya ibu tetap meminta bantuan orang lain seperti keluarga atau tenaga kesehatan apabila mengalami kesulitan dalam proses menyusui 2. Bagi profesi

a. Sebaiknya para tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai cara menyusui bayi yang benar dan cara mengatasi segala permasalahan dalam proses menyusui sehingga proses menyusui yang dilakukan oleh ibu dan bayi dapat berjalan dengan lancar.

b. Sebaiknya para tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi segala permasalahan yang dialami ibu selama menyusui khususnya masalah psikologis ibu meskipun masalah tersebut tidak bisa diungkapkan oleh ibu.


(6)

commit to user

51

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian tentang tingkat kecemasan ibu dalam proses menyusui mungkin dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menambah jumlah populasi serta mengikutsertakan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan kecemasan dalam proses menyusui.