Bahasa Binan Pada Kalangan Waria (Studi Deskriptif Kualitatif Penggunaan Bahasa Binan Pada Kalangan Waria Di Kota Kisaran) Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif kualitatif
bertujuan untuk menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala tertentu yang
diamati. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi serta fenomena realitas sosial yang
ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu ke
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi dan fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68). Penelitian kualitatif ini
mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai
instrumen kunci.Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif partisipatif,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini, peneliti
menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi
proses validitas penelitian ini, tetapi tetap menggunakan dokumentasi.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah masalah yang ingin diteliti. Adapun yang menjadi
objek dalam penelitian ini, yaitu penggunaan bahasa binan pada kalangan waria di
Kota Kisaran.

3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan seseorang, benda, atau organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis,
karena subjek penelitian itulah data tentang variabel penelitianyang akan diamati
(Idrus, 2009: 91). Subjek dalam penelitian ini adalah waria.
Peneliti menetapkan jumlah informan sebanyak 4 orang. Peneliti
menggunakan teknik Purposive Sampling Technique dalam penentuan informan
pada penelitian ini. Penentuan informan dengan teknik ini disesuaikan

Universitas Sumatera Utara

dengantujuan penelitian, dengan kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan
tujuanpenelitian. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah waria yang
sehari-hari berpakaian seperti layaknya wanita pada umumnya, berusia 25 hingga
35 tahun, dan yang menggunakan bahasa binan (bahasa waria) dalam kehidupan
sehari-hari, dan juga yang berdomisili di Kota Kisaran.
3.4 Kerangka Analisis
Kerangka analisis adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian
yang bersiat kritis dan memperkirakan hasil penelitian yang dicapai dan dapat

mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40). Dalam
penelitian ini kerangka analisisnya adalah sebagai berikut :

Komunikasi

WARIA
Verbal

Lisan

Penggunaan
Bahasa Binan

Gambar 3.1 Bagan Penggunaan Bahasa Binan di Kalangan Waria
Sumber : Peneliti (2017)

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berarti pencarian sumber-sumber, penentuan akses ke
sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi (Birowo,
2004: 26). Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber-sumber, penentuan


Universitas Sumatera Utara

akses ke sumber-sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi.
Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan cara:
1.

Observasi atau pengamatan.
Observasi

atau

pengamatan

adalah

kemampuan

seseorang


untuk

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta
dibantu dengan pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru
dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila
memiliki kriteria sebagai berikut (Bungin, 2008: 115):
a) Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara
serius.
b) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan.
c) Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi
umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik
perhatian.
d) Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya.
2.

Wawancara mendalam (in-depth interview)
Wawancara mendalam merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian,
kekhasan wawancara mendalam adalah kehidupannya dalam kehidupan
informan. Pewawancara adalah orang

yang

menggunakan metode

wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam wawancara
tersebut. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara. Materi wawancara adalah tema yang ditanyakan kepada
informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Metode

Universitas Sumatera Utara

wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya,
hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara

melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara lainnya (Bungin,
2010: 108).
3.

Metode kepustakaan
Metode

kepustakaan

dilakukan

dengan

cara

mempelajari

dan

mengumpulkan data melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal, internet

atau sumber lain yang dianggap memiliki hubungan dengan masalah
penelitian (Moleong, 2012: 187). Peneliti menggunakan beberapa data yang
dapat memperkuat hasil penelitian ini. Cara yang dilakukan yaitu dengan
mengumpulkan informasi kepustakaan dari berbagai sumber seperti bukubuku, blog dan jurnal-jurnal penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2012: 248) analisis data adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Miles dan Huberman (Sugiono, 2009: 337),

mengemukakan bahwa

aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh.
Adapun aktivitas analisis data yang dimaksud adalah:

1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan

keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang diperoleh dicatat
secara teliti dan rinci kemudian merangkumnya, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu.
2. Penarikan kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

Ini merupakan proses akhir dalam menganalisis data. Setelah seluruh
rangkaian pengolahan data yang dilakukan secara berturut maka rangkaian
terakhir adalah menarik kesimpulan. Kegiatan analisis data ini akan dimulai
dengan pengumpulan data-data, kemudian

menelaah semua data yang

terkumpul baik data primer maupun data sekunder. Hasil data yang diperoleh
melalui teknik pengumpulan data kemudian disusun membentuk laporan yang
sistematis.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan proses pelaksanaan penelitian yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Sesuai dengan konteks masalah
yang menjadi sorotan peneliti yaitu tentang bagaimana penggunaan bahasa binan
pada kalangan waria di Kota Kisaran, peneliti melakukan observasi terhadap
caloninforman, apakah calon informan tersebut sesuai dengan kriteria penelitian
yang telah diatur sebelumnya. Setelah peneliti rasa cukup, maka kemudian
peneliti melakukan wawancara terhadap informan. Selanjutnya hasil wawancara
tersebut dianalisis. Penelitian ini melibatkan empat orang informan (waria) yang
berusia 25 hingga 35 tahun. Informan yang dicari adalah informan yang aktif
menggunakan bahasa binan.
Peneliti melakukan observasi sejak awal April 2017 hingga awal Juni 2017
dengan cara mencari wariayang sesuai kriteria penelitian. Pada awal observasi,
peneliti telah memiliki 1 calon informan yang sesuai dengan kriteria penelitian,

dan merupakan kerabat peneliti. Awalnya calon informan tersebut bersedia untuk
diwawancarai. Namun, pada akhirnya calon informan tersebut berubah pikiran
dan membatalkan untuk menjadi informan dalam penelitian ini, dikarenakan calon
informan tidak bersedia untuk dilakukan pengambilan foto. Kemudian calon
informan tersebut merekomendasikan salah satu temannya untuk dijadikan
informan. Setelah bertemu dengan temannya tersebut, peneliti melakukan
wawancara. Namun, peneliti merasa bahwa orang tersebut tidak sesuai dengan
kriteria penelitian, dikarenakan temannya tersebut berpenampilan seperti laki-laki
pada umumnya, menganggap dirinya sebagai laki-laki, hanya saja memiliki
pembawaan diri yang sedikit kemayu.

Universitas Sumatera Utara

Akhirnya peneliti melakukan pencarian lagi. Proses pencarian tersebut
dilakukan dengan cara menyusuri Kota Kisaran, dan mendatangi tempat-tempat
dimana para waria biasanya berada, seperti di salon, cafe, tempat spa, tempat
karaoke, rumah makan, dan saat ada hiburan musik dangdut. Alasan peneliti
mendatangi tempat tersebut dikarenakan tempat tersebut merupakan tempat
dimana para waria berada dan mudah untuk dijumpai. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan peneliti karena informan utama dalam penelitian ini adalah waria.

Fokus observasi yang dilakukan peneliti yaitu terhadap waria yang paham serta
menggunakan bahasa binan dalam sehari-hari.
Setelah melakukan observasi, peneliti menemukan seorang waria yang
sesuai dengan kriteria penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan penelitian
ini adalah untuk penyelesaian tugas akhir. Lalu peneliti menanyakan kesediaannya
untuk menjadi informan dalam penelitian ini dengan melakukan wawancara serta
foto, akhirnya waria tersebut bersedia dan ditetapkan sebagai informan 1. Setelah
itu peneliti meminta kontak berupa nomor handphone dan media sosial yaitu Line.
Proses selanjutnya peneliti menghubungi informan 1 melalui Line untuk
menanyakan ketersediaan waktu informan 1 untuk melakukan wawancara, namun
tidak ada balasan. Lalu peneliti menghubungi via telepon, dan di respon oleh
informan 1 dengan baik. Informan 1 memberitahukan waktu dan tempat untuk
disepakati, kemudian informan 1 merekomendasikan dua orang temannya yang
juga seorang waria untuk di wawancara. Namun pada saat itu kedua temannya
sedang tidak ada ditempat, sehingga peneliti belum bisa memastikan apakah
kedua temannya tersebut memenuhi kriteria penelitian. Akhirnya informan 1 pun
menyarankan agar kedua temannya tersebut ikut saat wawancara, dan peneliti
menyetujuinya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara secara
mendalam. Proses wawancara dibantu dengan pedomanwawancara dan alat
perekam. Pedoman wawancara tidak berfungsi untuk membatasi pertanyaan,
tetapi membantu peneliti berdasarkan keterangan informan. Sedangkan alat
perekam digunakan untuk membantu peneliti menulis transkrip.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara dengan informan 1 dilakukan pada tanggal 5 Juni 2017.
Informan 1 adalah waria yang bekerja di sebuah warung makan. Sebelumnya
peneliti dan informan 1 sudah membuat janji melalui telepon. Peneliti
merekemondasikan agar wawancara dilakukan di rumah makan tempat informan 1
bekerja, namun informan 1 menolak dikarenakan majikannya cerewet. Akhirnya
informan 1 merekomendasikan KFC yang berada di Jalan Lintas Timur, dan
peneliti menyetujuinya. Informan 1 mengatakan bahwa wawancara dapat
dilakukan pada pukul 10:00 WIB, dan informan 1 meminta kepada peneliti untuk
menjemputnya di Bank BRI. Namun, pada pukul 09:00 WIB informan 1
memberitahukan via sms bahwa wawancara ditunda menjadi pukul 12:00
dikarenakan informan 1 sedang mengantri di bank. Akhirnya pada pukul 11:30
WIB peneliti berangkat dari rumah, dan pada pukul 11:45 WIB peneliti sampai di
Bank BRI untuk menjemput informan 1, dan rekannya. Kemudian pada pukul
12:00 WIB peneliti, informan 1 serta dua orang rekannya sampai di KFC.
Informan 1 mengenakan tanktop yang dipadu padankan blazer hitam, lipstick
berwarna merah muda, menggunakan bulu mata palsu dan aksesoris anting
berbentuk hati. Informan 1 memiliki kulit kecoklatan, tubuh tinggi dan rambut
panjang bergelombang. Sebelum wawancara dimulai, peneliti memperkenalkan
diri kepada dua orang rekan informan 1. Informan 1 menjawab semua pertanyaan
peneliti dengan baik. Setelah wawancara selesai, peneliti meminta izin untuk
mengambil foto informan 1 untuk kelengkapan wawancara dan informan 1
menyanggupinya. Lalu, peneliti melakukan observasi kepada dua orang rekan
informan 1. Akhirnya, peneliti menetapkan salah satu dari rekan informan 1
memenuhi kriteria penelitian dan ditetapkan menjadi informan 2.
Wawancara pada informan 2 dilakukan pada pukul 12:40 WIB di hari dan
lokasi yang sama dengan informan 1. Informan 2 memiliki kulit kecoklatan,
berpostur tubuh tinggi, dan memiliki rambut pendek. Informan 2 mengenakan
celana jeans pendek dan kaos berwarna coklat. Informan 2 merupakan orang yang
sangat sopan dan murah senyum. Hal itu terlihat ketika peneliti menjelaskan lebih
rinci lagi maksud dan tujuan peneliti kepada informan 2. Setelah informan 2
memahami, wawancara pun dilakukan. Informan 2 menjawab semua pertanyaan
yang peneliti berikan dengan sangat jelas. Informan 2 juga terlihat fokus saat

Universitas Sumatera Utara

menjawab pertanyaan peneliti. Informan 2 berulang kali menggunakan bahasa non
verbal, seperti mengerakkan tangan, menyibakkan rambutnya, dan beberapa kali
mengubah posisi duduknya lebih mengarah ke peneliti yang menandakan
keseriusan dalam menjawab pertanyaan. Setelah wawancara selesai, peneliti
meminta izin untuk mengambil foto informan 2. Namun, informan 2 menolak
untuk diambil fotonya saat itu juga dengan alasan ia tidak percaya diri karena
tidak menggunakan make up. Akhirnya setelah dibujuk oleh peneliti, informan 2
bersedia untuk diambil fotonya pada malam hari saat ia menggunakan make up.
Peneliti dan informan 2 sepakat untuk mengambil foto pada tanggal 9 Juni 2017.
Peneliti dan informan 2 sepakat agar penentuan waktu dan tempat dibahas melalui
sms.
Kemudian pada sore harinya, peneliti mencari calon informan 3 dan
informan 4 dengan melakukan observasi ke beberapa salon yang berada di Kota
Kisaran. Akhirnya peneliti menemukan seorang waria yang sesuai dengan kriteria
penelitian di sebuah salon yang bernama Salon Acin, lalu peneliti menanyakan
apakah ia bersedia dijadikan informan dan melakukan wawancara, kemudian
waria tersebut setuju dan ditetapkan sebagai informan 3. Kemudian peneliti
meminta kontak berupa nomor handphone dan media sosial yaitu Line untuk
memudahkan peneliti menanyakan kepastian mengenai jadwal wawancara.
Setelah itu peneliti berbuka puasa di salah satu kafe yang ada di Kota Kisaran, dan
kebetulan ada beberapa wanita dan satu orang waria yang duduk tidak jauh dari
tempat peneliti. Lalu setelah peneliti perhatikan, waria tersebut memenuhi kriteria
penelitian, dan peneliti memberanikan diri untuk melakukan pendekatan dengan
cara memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan peneliti serta meminta izin
kepada waria tersebut untuk dijadikan informan dalam penelitian ini dan
melakukan wawancara. Waria tersebut dengan senang hati bersedia dijadikan
informan dengan syarat, wawancara diadakan pada malam hari. Peneliti pun
menyanggupi dan waria tersebut ditetapkan sebagai informan 4. Kemudian
peneliti meminta nomor handphone untuk memudahkan mengatur jadwal
wawancara.
Proses selanjutnya, peneliti menghubungi informan 3 menanyakan
ketersediaan waktu untuk melakukan wawancara. Informan 3 merespon dengan

Universitas Sumatera Utara

baik, kemudian peneliti merekomendasikan salah satu kafe yang ada di Kota
Kisaran untuk melakukan wawancara, informan 3 pun menyanggupinya. Lalu
informan 3 menyarankan agar wawancara dilakukan pada tanggal 9 Juni 2017,
pukul 01:00 WIB. Namun peneliti tidak setuju dikarenakan terlalu larut malam,
dan menyarankan kepada informan 3 agar wawancara dilakukan pada pukul 22:00
WIB, akhirnya informan 3 menyetujuinya. Kemudian peneliti menghubungi
informan 4 melalui sms dengan menanyakan apakah informan 4 bersedia
melakukan wawancara pada tanggal 9 Juni 2017, dan informan 4 menyetujuinya.
Lalu peneliti juga menghubungi informan 2 agar datang ke Doctor Cafe pada
tanggal 9 Juni 2017, pukul 22:00 WIB untuk mengambil foto, dan informan 2
pun setuju.
Pada tanggal 9 Juni 2017, tepatnya pada pukul 21:50 peneliti berangkat dari
rumah di temani oleh ibu peneliti karena dikhawatirkan selesai wawancara terlalu
larut malam. Kemudian pada pukul 22:00 WIB peneliti sampai di kafe yang telah
ditentukan, yaitu Doctor Cafe yang berada di Jalan Mangunkusumo. Peneliti tiba
lebih dahulu daripada informan. Setelah menunggu 40 menit di kafe tersebut,
akhirnya informan 3 datang dengan mengenakan kaos hitam bodyfit, celana jeans
biru, sandal jepit hitam, dan membawa dompet persegi panjang bermotif kotakkotak. Informan 3 berbadan langsing dan tinggi, berambut lurus berwarna pirang,
dan berkulit kuning langsat. Seperti yang dilakukan kepada informan lainnya,
peneliti kembali menjelaskan tujuan dilakukannya wawancara ini. Wawancara
dengan informan 3 berlangsung kurang lebih 20 menit. Pada saat proses
wawancara berlangsung, informan 3 kurang fokus dengan wawancara, sesekali
informan 3 membuka handphone nya untuk melihat pesan masuk, namun
pertanyaan yang peneliti berikan dijawab dengan baik oleh informan 3. Ketika
peneliti sedang mewawancarai informan 3, informan 4 datang.
Informan 4 datang pada pukul 23:00 WIB dengan mengenakan kaos
panjang berwarna biru tua, celana jeans panjang, dan memakai sandal berwarna
putih. Informan 4 memiliki badan yang gemuk, berambut panjang, dan memiliki
kulit sawo matang. Informan 4 adalah orang yang pemalu, hal itu terlihat saat
wawancara berlangsung, informan 4 terkadang gugup menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti. Namun semua pertanyaan dapat dijawab oleh informan 4

Universitas Sumatera Utara

dengan baik. Wawancara dengan informan 4 memakan waktu kurang lebih 15
menit.
Setelah melakukan wawancara dengan informan 3 dan informan 4, peneliti
meminta izin untuk mengambil beberapa foto. Informan 3 dengan senang hati
berpose di depan kamera. Berbeda dengan informan 4, yang sempat enggan untuk
di foto. Akhirnya setelah dibujuk oleh peneliti, dengan malu-malu informan 4
bersedia untuk di foto. Sesuai yang telah disepakati, informan 2 datang bersama
informan 1 untuk berfoto pada pukul 23:30 WIB. Informan 2 datang dengan
menggunakan mini dress berwarna merah menyala dan dipadukan dengan sepatu
berwarna merah, rambut palsu yang terurai panjang, dan makeup yang membuat
penampilan informan 2 terlihat anggun dari pertemuan sebelumnya. Dengan
sangat antusias, informan 2 berpose centil di depan kamera. Tidak mau
ketinggalan, ternyata informan 1 datang karena ingin ikut berfoto. Informan 1
datang menggunakan mini dress berwarna hitam dengan potongan lengan
youcansee yang dipadukan dengan flatshoes berwarna hitam. Dengan rambut asli
yang terurai panjang, serta makeup dan bulu mata membuat informan 1 terlihat
cantik dan anggun. Pertemuan selesai pada pukul 00:30 WIB. Diakhir pertemuan
pada malam itu, peneliti beserta seluruh informan berfoto bersama, di bantu oleh
pegawai kafe.
4.1.2 Profil Informan

Peneliti akan memberikan gambaran secara umum profil keempat informan
yang telah diwawancarai untuk penelitian ini. Keempat informan adalah waria
berusia 25 tahun hingga 35 tahun. Masing-masing informan memiliki pekerjaan
dan kegemaran yang berbeda.
Informan 1
Muhammad Zulham alias Dhini sapaan akrabnya, merupakan informan
pertama pada penelitian ini. Dhini yang merupakan anak ke tujuh dari sembilan
bersaudara ini lahir di Kisaran pada tanggal 16 Juli 1982. Dhini memiliki ciri-ciri
fisik dengan tinggi badan 165cm, berpostur badan yang sedikit berisi, berkulit
sawo matang, hidung mancung, dan memiliki rambut panjang bergelombang.
Dhini adalah orang yang ramah dan mudah bergaul.

Universitas Sumatera Utara

Laki-laki berdarah Jawa ini selalu memposisikan dirinya sebagai wanita
India, hal itu terlihat pada nama Facebook nya, Dhini Kapoor. Dhini merupakan
salah satu pramusaji di Rumah Makan Kari Kambing yang berada di Jl. Wahidin
No. 8 Kisaran. Dhini bekerja mulai pukul 10:00 WIB hingga 23:00 WIB, namun
saat bulan Ramadhan jadwalnya berubah dari pukul 16:00 WIB hingga 23:00
WIB. Selain menjadi pramusaji, Dhini juga memiliki sidejob sebagai penyanyi di
acara hajatan, atau event lainnya. Dhini memilih sidejob sebagai penyanyi
dikarenakan Dhini sangat gemar menyanyi, bahkan beberapa kali ia pernah
mengikuti lomba karaoke di event-event tertentu. Walaupun belum pernah
mendapatkan juara, Dhini tetap percaya diri untuk terus menyanyi.
Selain menyanyi, Dhini yang bertempat tinggal di Jalan Wahidin ini juga
memiliki hobi membuat kue. Saat menjelang Idul Fitri, rumah makan tempat
Dhini bekerja tutup. Hal ini menjadi kesempatan emas bagi Dhini untuk
menjalankan hobinya yang membuahkan pundi-pundi uang. Dhini selalu
membuat kue lebaran untuk dijual kepada tetangganya. Kue buatan Dhini
bervariasi, rasanya enak, dan harganya juga lebih murah dibandingkan yang ada di
pasaran, hal ini yang membuat kue buatan Dhini diburu oleh tetangganya.
Dhini merasakan ada perbedaan dalam dirinya sudah mulai sejak Sekolah
Dasar (SD). Dhini lebih memilih berteman dengan perempuan daripada laki-laki.
Karena menurutnya, teman perempuan lebih mengerti tentang dirinya. Berbeda
dengan teman laki-laki yang menganggap bahwa Dhini memiliki kelainan,
sehingga mereka menjauhi Dhini. Pada saat Sekolah Menengah Atas (SMA),
Dhini mulai berani menunjukkan jati dirinya sebagai waria. Dhini mulai berani
berdandan dan menggunakan pakaian wanita pada umumnya.
Memilih jalan hidup sebagai waria, banyak lika-liku kehidupan yang dilalui
Dhini. Awalnya tentu mendapat penolakan dari keluarga dan lingkungan.
Keluarga Dhini sangat menentang keputusannya untuk menjadi seorang waria,
bahkan Dhini juga pernah diusir oleh orang tuanya. Tidak hanya mendapat
penolakan, bahkan Dhini juga sering mendapat cemoohan dari lingkungan sekitar.
Namun, seiring berjalan waktu akhirnya keluarga dan lingkungan sekitar dapat
menerima keputusan Dhini menjadi seorang waria.

Universitas Sumatera Utara

Informan 2
Budiman Nasution alias Lolly sapaan akrabnya, merupakan informan kedua
pada penelitian ini. Lolly yang merupakan anak ke lima dari enam bersaudara ini
lahir di Siantar pada tanggal 28 Agustus 1983. Lolly memiliki ciri-ciri fisik
dengan tinggi badan 175cm, berpostur badan yang sedikit berisi, berkulit sawo
matang, hidung mancung, dan memiliki rambut pendek.
Laki-laki berdarah Mandailing ini mempunyai kegemaran menyanyi.
Dahulu, Lolly adalah seorang biduan damgdutyang bergoyang erotis diatas
pentas. Namun seiring berjalan waktu, Lolly merasa sudah lelah dengan profesi
tersebut dan memutuskan untuk berhenti. Setelah memutuskan untuk berhenti
menjadi biduan, awalnya Lolly ingin bekerja di kantoran, namun ia sadar diri
bahwa tidak ada kantor yang mau menerima seorang waria, akhirnya Lolly
berinisiatif untuk menciptakan sendiri lapangan pekerjaannya dengan membuka
sebuah toko yang menjual accessoriess wanita, seperti anting, kalung, gelang, ikat
rambut, dan lain-lain.
Dalam sehari-hari, Lolly hanya menggunakan baju kaos dan celana jeans
pendek. Sekarang ia enggan berpenampilan seperti wanita saat siang hari, hanya
pada saat tertentu ia menggunakan baju dress dan menggunakan makeup serta
rambut palsu (wig). Berbeda dengan dahulu, Lolly setiap saat menggunakan make
up dan pakaian wanita, dengan rambut panjangnya yang terurai. Awalnya Lolly
hanya berteman dengan para waria yang ada di lingkungannya, hingga akhirnya
Lolly mulai ikut-ikutan berdandan, dan merasa nyaman. Akhirnya Lolly
memutuskan menjadi seorang waria pada saat umur 18 tahun Lolly mulai
memanjangkan rambut, dan berpakaian seperti perempuan. Hal itu Lolly lakukan
hingga umur 30 tahun. Empat tahun belakangan ini, Lolly sudah mulai merasa
jenuh, sehingga ia mulai jarang menggunakan pakaian perempuan, dan ber make
up. Bahkan Lolly juga memutuskan untuk memotong rambut panjangnya. Dari
pihak keluarga, Lolly tidak mendapatkan pertentangan apapun. Hanya saja Lolly
sering dinasehati oleh kedua orang tuanya agar kembali ke jalan yang benar.

Universitas Sumatera Utara

Informan 3
Slamet Suwanda alias Aldilah sapaan akrabnya, merupakan informan ketiga
pada penelitian ini. Aldilah yang merupakan anak ke empat dari empat bersaudara
ini lahir di Kisaran pada tanggal 25 Desember 1992. Aldilah memiliki ciri-ciri
fisik dengan tinggi badan 165cm, berpostur badan kurus, berkulit kuning langsat,
hidung mancung, dan memiliki rambut panjang lurus. Aldilah memiliki wajah
imut, dan memiliki suara yang lembut seperti wanita. Aldilah adalah orang yang
kalem dan ramah.
Laki-laki berdarah Jawa ini berbeda dengan waria pada umumnya. Aldilah
lebih terlihat kalem dan tidak centil. Jika dilihat sekilas, mungkin kebanyakan
orang akan mengira bahwa Aldilah adalah seorang wanita tulen. Aldilah
merupakan anak bungsu dan memiliki tiga orang kakak perempuan, hal ini yang
membuat Aldilah diperlakukan oleh orangtuanya sama dengan kakaknya saat
dirumah. Ketiga kakaknya sangat suka dengan anak perempuan, dan sangat
menginginkan adik perempuan, maka dari kecil Aldilah sudah sering di dandani
dan dipakaikan pakaian perempuan, hal ini dianggap lucu oleh ketiga kakaknya.
Aldilah juga sering di dandani oleh ketiga kakak perempuannya. Sehingga sampai
saat ini, Aldilah gemar berdandan dan menyalurkan kegemarannya dengan
bekerja di Salon Acin sebagai hairstylist. Pekerjaan ini sudah cukup lama ia
lakoni, sejak dua tahun setelah Aldilah tamat dari Sekolah Menengah Atas
(SMA). Saat SMA, ia juga sering mendandani teman-teman wanita sekelasnya
saat ada acara pentas seni di sekolah. Ia merasa senang dengan pekerjaan yang ia
lakukan, pekerjaan halal yang tidak menimbulkan dosa. Aldilah mengaku enggan
bekerja menjadi waria penghibur, dikarenakan ia menganggap bahwa dirinya
mempunyai skill dalam hal positif, sehingga tidak perlu untuk menjadi waria
penghibur. Aldilah juga mempunyai cita-cita membuka usaha salon sendiri, agar
ia bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk teman-temannya sesama kaum
waria, agar tidak berkeliaran dijalanan pada malam hari.
Informan 4
Agus Surya alias Liona sapaan akrabnya, merupakan informan keempat
pada penelitian ini. Liona yang merupakan anak ke enam dari enam bersaudara ini

Universitas Sumatera Utara

lahir di Sentang pada tanggal 17 Agustus 1991. Saat ini Liona berumur 26 tahun.
Liona memiliki ciri-ciri fisik dengan tinggi badan 160cm, berpostur badan berisi,
berkulit sawo matang, hidung besar, dan memiliki rambut panjang bergelombang.
Liona adalah orang yang ramah, ia terlihat murah senyum dan kalem.
Laki-laki berdarah Jawa ini berbeda dengan waria pada umumnya. Liona
lebih terlihat kalem dan tidak centil. Liona bekerja sebagai sales produk
kecantikan, pekerjaannya ini bersifat freelance. Saat tidak bekerja sebagai sales,
Liona lebih memilih bekerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga) daripada
berkeliaran malam hari dan mencari “mangsa”. Karena menurut Liona, kehidupan
seperti itu tidak ada untungnya. Ia merasa dirinya menjadi waria bukan untuk
seperti itu, melainkan memang naluri yang ada dalam dirinya. Namun bukan
berarti ia tidak mau bergaul dengan waria di kehidupan malam. Liona tetap
mempunyai banyak teman waria yang berasal dari dunia malam, terkadang Liona
juga ikut “nongkrong” bersama mereka, namun dia enggan untuk mengikuti jejak
mereka sebagai penghibur.
Sejak kecil liona merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Liona
mengaku bahwa dirinya merasakan perbedaan sejak kecil. Liona juga enggan
berteman dengan laki-laki karena menurutnya tidak nyaman. Liona lebih nyaman
berteman dengan perempuan, karena Liona merasa bahwa teman perempuan lebih
cocok dan lebih mengerti tentang dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1
Tabel Karakteristik Informan
No

Keterangan

Informan 1

Informan 2

Informan 3

Informan 4

1.

Nama

Muhammad

Budiman

Slamet

Agus Surya

Zulham

Nasution

Suwanda

(Dhini)

(Lolly)

(Aldilah)

(Liona)

Tempat

Kisaran, 16

Siantar, 28

Kisaran, 25

Sentang, 17

&Tanggal

Juli 1982

Agustus 1983

Desember

Agustus

1992

1991

2.

Lahir
3.

Pekerjaan

Pramusaji

Wirausaha

Hairstylist

Sales

4.

Umur

35 Tahun

34 Tahun

25 Tahun

26 Tahun

5.

Hobi

Menyanyi

Menyanyi

Berdandan

Menyanyi

6.

Ciri Fisik

Badan

Tinggi,

Kurus, Kulit

Badan

berisi, Kulit

Badan berisi,

Kuning

berisi, Kulit

sawo

Berkulit sawo langsat,Ram

sawo

matang,

matang,

but lurus

matang,

Rambut

Hidung

pirang,

Rambut

ikal, Alis

mancung

Hidung

bergelomba

mancung

ng, Hidung

naik,
Hidung

besar

mancung
7.

Suku

Jawa

Mandailing

Jawa

Jawa

8.

Agama

Islam

Islam

Islam

Islam

9.

Frekuensi

Setiap hari

Setiap hari

Setiap hari

Setiap hari

Menggunakan
Bahasa Binan
Sumber: Peneliti (2017)

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Penggunaan Bahasa Binan pada Kalangan Waria

Dalam variasi bahasa dikenal istilah bahasa slang atau bahasa gaul (Pateda,
1990: 70). Bahasa slang diartikan sebagai bahasa yang dibuat untuk merahasiakan
sesuatu dari orang lain. Bahasa slang merupakan ragam bahasa yang tidak resmi
yang dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu untuk
berkomunikasi secara intern sebagai usaha agar orang yang berasal dari luar
komunitas tidak mengerti apa yang dikomunikasikan. Bahasa slang lazim
digunakan sebagai bahasa pergaulan. Bahasa slang ditandai dengan adanya
pemendekan kata atau akronim, penggunaan kata yang diberi arti baru, bahkan
penggunaan kosakata yang sama sekali baru. Selain itu, bahasa slang juga dapat
ditandai dengan pembalikan tata bunyi (Kridalaksana, 1983:156). Dengan
demikian, bahasa slang yang dimaksud dalam penelitian ini dapat diartikan
sebagai sebuah bahasa rahasia yang digunakan oleh komunitas tertentu untuk
berkomunikasi antarsesama anggota. Ada tiga poin utama dalam bahasa slang,
yakni digunakan oleh kelompok sosial tertentu, digunakan secara intern, dan
bersifat rahasia. Kerahasiaan ini bertujuan untuk menjaga informasi dari orang di
luar komunitas. Jadi, bahasa slang menjadi bahasa yang membuat suatu kelompok
menjadi “eksklusif” karena teralienasi dari dunia luar.
Bahasa slang banyak digunakan oleh kelompok-kelompok sosial tertentu,
terutama kelompok sosial yang memang sengaja memisahkan diri dari kelompok
lain. Mereka menciptakan bahasa khusus yang bersifat rahasia. Bahasa ini hanya
bisa dipahami oleh anggota kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya memisahkan diri dari kelompok sosial lain. Salah satu kelompok sosial
yang menggunakan bahasa slang adalah kelompok waria. Menurut Emka (2007:
3-5) dan Natalia (2007: 10) bahasa slang yang digunakan waria itu adalah sebagai
bagian dari bahasa slang juga. Bahasa slang yang digunakan di kalangan waria
dinamakan bahasa binan (Oetomo, 2003: 61-70).
Menurut hasil wawancara yang peneliti peroleh, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan
4menggunakan bahasa binan. Keempat informan berpendapat bahwa bahasa binan
adalah bahasa yang wajib diketahui dan digunakan oleh kalangan waria.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Informan 4, bahasa binan tidak wajib digunakan setiap saat.
Berikut jawaban masing-masing informan:
Informan 1:“Iya kak, aku pake bahasa itu, bahasa wajibnya kaum kami

soalnya hahaha..”
Informan 2: “Pake dong say. Bahasa binan itu wajib diketahui dan dipake

sama kita-kita para waria.”
Informan 3:“Iya kak, awak pake bahasa itu. Bahasa itu ibarat obat untuk orang
sakit bagi kami, jadi keharusan gitu kak.”

Informan 4:“Kita pake bahasa binan kak untuk berkomunikasi. Tapi

menurut kita, bahasa itu ga wajib dipake setiap saat.”
Dalam hal ini Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 memiliki
kesamaan jawaban. Keempat informan mengatakan bahwa awalnya mereka mulai
tertarik dengan bahasa binan dikarenakan sering mendengar bahasa binan saat mereka
berkumpul dengan teman waria, sehingga timbul rasa ketertarikan untuk mempelajari
bahasa binan. Keempat informan mengenal dan menggunakan bahasa binan sejak SMA.
Keempat informan mempelajari bahasa binan secara otodidak.Berikut jawaban masingmasing informan:
Informan 1: “Aku pake bahasa binan sejak SMA kak. Awalnya dengar kawan
waria pake bahasa itu, jadi pengen ngerti juga. Akhirnya aku belajar-belajar
sendiri, sering dengar orang itu pake bahasa binan, jadi lama lama ngerti juga.”

Informan 2: “Dulu kalo ga salah, aku pake bahasa binan sejak SMA say. Sering
gabung-gabung sama kawan waria, sering dengar mereka cakap, lama-lama
pengen tau. Akhirnya belajar-belajar, dan ngerti. Sampe sekarang pake bahasa
binan say.”

Informan 3:”Awak mulai tertarik sama bahasa binan sejak SMA kak. Kalo lagi
gabung-gabung pasti pake bahasa itu. Akhirnya belajar, trus yaudah ngerti sendiri
lama-lama.”

Informan 4: “Kita pake bahasa binan sejak SMA ya kak. Awalnya tuh belajar sama
kawan sesama waria. Tapi belajarnya bukan kayak les gitu kak hahaha.. Jadi
belajarnya ya sering-sering aja dengar, pake penalaran sendiri lah. Makanya
lama-lama ngerti, dan akhirnya bahasa ini dipake untuk sehari-hari.”

Universitas Sumatera Utara

Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 mengaku sering
menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi. Informan 1 dan Informan 2
menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan orang tertentu.
Informan 3 mengaku menggunakan bahasa binan saat sedang bekerja, dan saat berada
di lingkungan. Sedangkan Informan 4 menggunakan bahasa binan hanya pada saat
bergabung dengan teman-teman sesama waria. Informan 4 memilih menggunakan
bahasa Indonesia jika berkomunikasi dengan orang yang bukan waria. Berikut jawaban
masing-masing informan:
Informan 1:“Sering kali kak, tiap hari aku pasti pake bahasa itu. Tapi ga semua
orang yang kuajak pake bahasa itu.”

Informan 2:“Sering kali say, tiap hari aku pake bahasa binan. Tapi cuma

sama orang tertentu aja sih pake bahasa itu.”
Informan 3:“Sering lah kak, sehari-hari pake bahasa itu, setiap jam, setiap

detik pun haha.. Kalo kerja, kalo di lingkungan pun pake bahasa kek gitu.”
Informan 4:“Sering kak. Kalo kita lagi gabung-gabung sama teman, ya

pake. Tapi kalo kita lagi ga ngumpul sama teman, ga pake bahasa itu kak,
bahasa Indonesia aja. “
Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 sepakat bahwa
bahasa binan adalah bahasa yang wajib diketahui dan digunakan oleh kalangan
waria. Namun, Informan 4 berpendapat bahwa bahasa binan tidak wajib
digunakan setiap saat. Menurut Informan 1 dan Informan 2 bahasa binan wajib
untuk diketahui dan digunakan oleh waria saat berkomunikasi. Menurut Informan
1, bahasa binan adalah ciri khas dari seorang waria. Misalnya seperti orang yang bersuku
Jawa, maka orang tersebut mempunyai bahasa Jawa. Informan 1 mengatakan bahwa
bahasa binan menjadi kebanggaan tersendiri bagi kaum waria. Menurut Informan 2,
bahasa binan membuat para waria menjadi kompak. Bahasa binan menjadi bahasa
pemersatu bagi para waria. Informan 2berpendapat bahwa bahasa binan digunakan
oleh semua waria. Informan 3 juga mengatakan bahwa bahasa binan harus digunakan
oleh kalangan waria. Informan 3 mengaku bangga terhadap bahasa binan, karena
menurutnya bahasa binan adalah ciri khas dari seorang waria. Berbeda dengan jawab

Universitas Sumatera Utara

informan sebelumnya, Informan 4 justru berpendapat bahwa bahasa binan tidak wajib
digunakan setiap saat. Alasannya karena menurut Informan 4, tidak semua orang
mengerti bahasa binan. Informan 4 juga mengatakan bahwa harus pintar-pintar dalam
menggunakan bahasa binan. Berikut jawaban masing-masing informan:
Informan 1:“Ya wajib lah kak, kalo ga pande bahasa binan bukan waria

namanya. Karna menurut kami itu jadi suatu keharusan, supaya ada ciri
khasnya waria gitu kak. Kayak misalnya orang jawa, punya bahasa jawa.
Kami waria, punya bahasa waria. Jadi suatu kebanggaan tersendiri lah
kak.”
Informan 2:“Wajib say, waria memang wajib tau dan pake bahasa itu.

Karna bahasa itu, kita bisa jadi kompak. Bahasa binan itu bahasa
pemersatu kita-kita para waria say hehe.. Bahasa binan itu bukan cuma
dipake sama waria yang dijalanan aja say, tapi semua waria pasti pake
bahasa binan. Kecuali waria yang masih baru jadi hehe..”
Informan 3:“Iya memang harus lah kak, kayak minum obat istilahnya. Karna
ya itulah ciri khasnya kami para waria kak. Jadi kebanggaan kami bahasa
binan ini kak.”

Informan 4:“Menurut kita, bahasa itu ga wajib dipake setiap saat.Karna gini

kak, ga semua orang ngerti bahasa binan. Jadi ya kita juga harus pandepande dalam menggunakannya.”
Dari hasil pengamatan peneliti, Informan 1 dan Informan 3 mengaku
merasabangga dengan bahasa binan dikarenakan menurut mereka tidak semua orang
mengerti dan memahami bahasa binan. Menurut Informan 1 dan Informan 3, bahasa
binan adalah sesuatu yang spesial, dikarenakan hanya dapat dimengerti dan
dipahami oleh orang tertentu. Berikut jawaban dari Informan 1 dan Informan 3:
Informan 1:“Bangga lah kak, secara gitu ya.. Kan ga semua orang ngerti sama
bahasa binan. Kakak aja pun yang ngerjain skripsi ini belum tentu ngerti sama
bahasanya kan kak? Paling yang umum aja kakak ngerti,kalo diajak ngomong full
pake bahasa binan kakak pasti ga tau yakan.”

Informan 3:“Karna kan gak semua orang paham sama bahasa ini kak. Ya
walaupun bahasa ini udah tersebar dan banyak juga yang pake walopun bukan
bencong, tapi pasti orang tertentu aja kak. Kalo masyarakat umum taunya cuma
sikit-sikit aja.”

Universitas Sumatera Utara

Dalam penggunaan bahasa binan, Informan 1 dan Informan 3 menggunakan
bahasa binan tidak hanya saat berkomunikasi dengan teman waria. Mereka juga
menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria, yang
juga mengerti dengan bahasa binan. Informan 1 menggunakan bahasa binan saat
berkomunikasi dengan sesama waria dan dengan orang yang waria, misalnya PSK.
Namun, saat berkomunikasi dengan orang yang bukan waria, Informan 1 terkadang
mencampur bahasa binan dengan bahasa Indonesia. Alasannya, karena menurut
Informan 1 tidak semua kosakata bahasa binan dipahami oleh orang yang bukan waria.
Informan 3 mengaku menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang
yang dianggap mengerti bahasa binan. Informan 3 menyatakan bahwa bahasa binan
sudah tersebar luas, sehingga banyak orang yang bukan waria mengerti bahasa binan.
Berikut jawaban dari Informan 1 dan Informan 3:
Informan 1:“Aku komunikasi pake bahasa itu sama kawan-kawan waria lah kak.
Tapi kalo ada kawan yang bukan waria yang ngerti sama bahasanya, ya aku
komunikasi sama dia pun pake bahasa binan juga kak. Misalnya kayak sama PSK
kak, orang itu pasti kebanyakan ngerti sama bahasa binan, karna sebagian germo
nya pun waria. Cuma kalo sama orang yang bukan waria, ngomongnya dicampur
juga sama bahasa Indonesia kak. Karna kan ga semua kata-kata yang orang itu
paham.”

Informan 3:“Awak pake itu sama orang yang ngerti kak, kalo sama orang

yang ga ngerti ya percuma. Mau sama mamak mamak, atau sama orang
baek-baek pun pake bahasa itu kalo bagi yang ngerti. Karna bahasanya pun
udah tersebar luas, jadi udah banyak juga yang ngerti. Tapi itu pun sama
mamak mamak gaul gitu lah kak, kalo orang-orang kampong ya masih
banyak juga yang ga paham.”

Berbeda dengan Informan 1 dan Informan 3, justru Informan 2 dan Informan

4 lebih memilih menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan teman
waria saja. Informan 2 dan Informan 4 menggunakan bahasa binan hanya untuk

berkomunikasi dengan teman waria, walaupun ada teman yang bukan waria
memahami bahasa binan, Informan 2 dan Informan 4 tetap enggan
berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan orang yang bukan waria.
Informan 2 dan Informan 4 lebih memilih bahasa Indonesia saat berkomunikasi

Universitas Sumatera Utara

dengan orang yang bukan waria. Informan 4 tidak mau sembarangan dalam
menggunakan bahasa binan. Berikut jawaban dari Informan 2 dan Informan 4 :
Informan 2:“Aku pake bahasa binan sama kawan-kawan waria aja say.

Walaupun ada orang atau kawan yang paham sama bahasa waria, aku
tetap pake bahasa Indonesia untuk komunikasi sama orang yang bukan
waria.”
Informan 4:“Kita pake bahasa binan cuma ke sesama teman waria aja kak.

Walaupun ada orang yang ngerti sama bahasa ini, walaupun dia bukan
waria, kita ga mau pake bahasa ini. Kita ga mau sembarang gunakan
bahasa binan ke orang yang bukan waria kak.”
Bukan tanpa alasan jika Informan 2 dan Informan 4lebih memilih
menggunakan bahasa binan hanya untuk berkomunikasi dengan teman waria saja.

Informan 2 dan Informan 4memiliki alasan yang cukup masuk akal. Alasan
Informan 2 enggan berkomunikasi menggunakan bahasa binan dengan orang yang
bukan waria adalah karena menurut Informan 2, jika berkomunikasi menggunakan

bahasa binan dengan orang bukan waria adalah suatu hal yang rumit. Karena
menurut Informan 2, orang yang bukan waria tidak paham betul dengan bahasa
binan, mereka hanya mengerti sebagian kecil dari kosakata bahasa binan.
Informan 2 juga berpendapat bahwa bahasa binan adalah bahasa yang khusus
diperuntukkan kaum waria saja. Informan 4 menambahkan alasan lain, Informan 4

enggan menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang
bukan waria dikarenakan Informan 4 takut jika semakin banyak yang mengerti
bahasa binan, maka privasi kelompok waria menjadi terancam. Maka dari itu, demi
menjaga privasi kelompok waria, Informan 2 dan Informan 4 enggan untuk

menggunakan bahasa binan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria.
Berikut jawaban dariInforman 2 dan Informan 4 :
Informan 2:“Alasannya karna ribet say. Walaupun orang tersebut ngerti
sama bahasa binan, tapi kadang pun agak ga nyambung. Karna mereka ga
se-fasih kita bahasanya. Masih sering campur-campur bahasa Indonesia
juga, terus kebanyakan mereka ga tau arti. Jadi daripada ribet jelasinnya,
mending pake bahasa Indonesia aja say. Lagian ga terlalu penting pake
bahasa binan sama orang yang bukan waria, karna menurut aku bahasa
binan memang khusus untuk waria.”

Universitas Sumatera Utara

Informan 4:“Kita males aja ya kak. Takutnya nanti malah makin banyak
orang yang ngerti bahasa ini, jadinya kita ngerasa gak ada privasi gitu.
Karna kan bahasa ini ibaratnya sebagai privasi dalam kehidupan kita.”

Pada era globalisasi ini, berkomunikasi melalui media dianggap efektif
untuk menjaga hubungan satu sama lain. Banyak aplikasi yang tersedia agar kita
tetap bisa saling berhubungan walaupun dengan jarak yang jauh sekalipun.
Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 mengaku tetap
menggunakan bahasa binan saat berkomunikasi dengan sesama waria melalui
media seperti Line, Whatsapp, Blackberry Messenger (BBM), Facebook, dan lainlain. Keempat informan juga mengaku menggunakan bahasa Indonesia saat
menulis status di Facebook atau BBM. Berikut jawaban dari para informan:
Informan 1:“Kalo dari line, sama whatsapp gitu aku tetap pake bahasa binan kak.
Pokoknya kalo chatting aku pake bahasa itu. Cuma kalo buat-buat status, pake
bahasa Indonesia aja kak. Kayak di facebook, atau status BBM gitu, aku buat
statusnya pake bahasa Indonesia.”

Informan 2:“Kalo chat gitu aku pake bahasa binan say. Kalo buat status sih
kadang aku pake bahasa binan juga, tapi kadang pun pake bahasa Indonesia say.”

Informan 3:“Sama kawan-kawan waria awak pasti pake bahasa binan kak, mau di
telpon, di chat, dimana pun pokoknya pake. Tapi kalo di facebook sama BBM,
awak pake bahasa Indonesia aja kak.”

Informan 4:“Kalo di chat, di telpon, atau dimana pun, kita tetap pake bahasa
binan kak. Tapi kalo untuk buat status-status curahan hati, kita tetap pake bahasa
Indonesia.”

Ketika peneliti mempertanyakan mengapa keempat informan menggunakan
bahasa Indonesia saat menulis status di media sosial, keempat informan menjawab
dengan beralasan bahwa semua teman yang ada di media sosial tidak hanya
berasal dari kalangan waria, namun ada juga teman yang bukan waria. Informan 1
berpendapat, jika ia menulis status di media sosial menggunakan bahasa binan, maka
likes yang didapatkan sedikit. Hal itu dikarenakan mereka yang bukan waria tidak
mengerti dengan isi status tersebut. Mengingat semua teman yang ada di media sosial

Universitas Sumatera Utara

Informan 1 bukan seluruhnya seorang waria. Banyak juga orang yang bukan waria
berteman di media sosial Informan 1. Berbeda dengan Informan 1, justru Informan 2
mengaku menggunakan bahasa binan untuk menulis status di media sosial tergantung
mood. Terkadang Informan 2 menulis status di media sosial menggunakan bahasa binan,
terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia untuk menulis status. Sedangkan
Informan 3 dan Informan 4 mengaku selalu menggunakan bahasa Indonesia saat
menulis status di media sosial. Alasannya agar teman yang waria dan bukan waria dapat
mengerti isi status tersebut. Maka dari itu, keempat informan lebih memilih

menggunakan bahasa Indonesia saat menulis status di media sosial. Berikut
jawaban dari para informan:
Informan 1:“Karna kan ga semua kawan fb/BBM ku itu waria, ada juga yang lakilaki normal dan perempuan normal. Makanya kubuat pake bahasa Indonesia kak,
biar ngerti orang itu. Kalo kubuat pake bahasa binan, ga ngerti orang itu kak, kalo
ga ngerti, pasti orang itu ga mau nge-like statusku kak, kan jadi sikit like-nya
hahaha..”

Informan 2:“Ga ada sih say, tergantung mood aja. Kalo lagi mood pake bahasa
binan, ya pake. Kalo lagi ga mood, jadinya pake bahasa Indonesia. Karna kawan
aku juga ga semua waria kan say, jadi kadang kalo aku buat status pake bahasa
binan, banyak yang ga ngerti, banyak yang komen nanyain artinya. Makanya
kadang-kadang aku pake bahasa Indonesia kalo buat status, ya tujuannya supaya
semua kawan-kawan ngerti sama curahan hatiku say haha..”

Informan 3:“Alasannya karna kawan di facebook dan BBM itu bukan waria
semua, ada yang orang biasa juga, orang yang normal kak. Makanya awak buat
statusnya pake bahasa Indonesia kak, biar ngerti juga orang itu.”

Informan 4:“Karna supaya teman-teman yang lain, yang bukan waria bisa ngerti
sama status yang kita buat kak. Karna kan kita hidup bukan cuma dengan teman
waria, masih banyak teman-teman lain yang normal, yang ga paham dengan
bahasa binan.”

Ketika peneliti bertanya mengenai efektivitas bahasa binan saat digunakan
untuk berkomunikasi, Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4
mengatakan bahwa bahasa binan sangat efektif digunakan saat berkomunikasi
dengan sesama waria. Namun, Informan 1, Informan 2 dan Informan 4
menyatakan bahwa bahasa binan tidak efektif digunakan untuk berkomunikasi

Universitas Sumatera Utara

dengan orang yang bukan waria. Namun, Informan 3 memiliki pendapat lain.
Informan 3 menyatakan bahwa bahasa binan juga efektif untuk digunakan
berkomunikasi dengan orang yang bukan waria. Berikut jawaban dari para
informan:
Informan 1:“Kalo untuk sesama waria, pake bahasa itu sangat efektif kak. Tapi
kalo sama orang yang bukan waria jadi kurang efektif, karna kadang orang itu ga
nyambung diajak cakap hahaha.. Tapi kalo untuk sesama waria efektif kali kak,
karna sama-sama paham sama bahasanya, jadi pasti nyambung kalo
berkomunikasi. Kami jadi leluasa bicara hal yang penting, ntah misalnya ada
rahasia gitu jadi ngerasa nyaman bicarain di depan umum. Karna jarang orang
paham sama bahasa kami kak.”

Informan 2:“Sangat efektif ya menurut aku say. Karna sama-sama paham, jadi
pasti komunikasinya itu nyambung. Dan karna bahasa binan ini efektif, jadi
menurut aku penting lah untuk digunakan sehari-hari. Tapi gak efektif sih say kalo
kita gunakan untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan waria.”

Informan 3:“Sangat efektif kak. Selama awak pake bahasa binan, awak ngerasa
bahasa ini sangat efektif untuk digunakan kak. Mau sama waria ataupun sama
yang bukan waria, bahasa ini tetap efektif.”

Informan 4:“Bagi sesama teman waria ya efektif untuk digunakan kak. Tapi kalo
ke yang bukan waria tidak efektif kak. Karna masih ga pala paham orang itu.”

Informan 1, Informan 2, Informan 3, dan Informan 4 berpendapat bahwa
bahasa binan memiliki peranan yang penting. Menurut Informan 1, Informan 2,
dan Informan 3, bahasa binan berperan penting saat mereka sedang
membicarakan hal-hal yang privasi. Mereka merasa aman berkomunikasi
menggunakan bahasa binan saat sedang membicarakan hal-hal yang bersifat
rahasia. Berbedan dengan Informan 1, Informan 2, dan Informan 3, justru
Informan 4 memiliki pendapat lain. Informan 4 berpendapat bahwa bahasa binan
memiliki peran yang penting dalam pergaulan. Menurut Informan 4, bahasa binan juga
bisa mempererat hubungan pertemanan sesama waria. Berikut pemaparan dari para

informan:
Informan 1:“Wih ya penting kali lah kak, kayak yang tadi kubilang kak. Kami jadi
leluasa kalo cakap-cakap rahasia. Trus kalo misalnya ada cewek yang sok cantik
gitu kan, kami jadi bebas nyeritain dia di depan dia kak hahaha, karna kan dia ga
paham sama apa yang kami bilang, jadi enak lah gitu, bebas.”

Universitas Sumatera Utara

Informan 2:“Penting dong say, banyak perannya bahasa binan ini. Contohnya kita
ada rahasia, mau cerita rahasia sama kawan jadi lebih nyaman. Karna ga semua
orang paham bahasa binan, cuma orang tertentu aja yang paham. Jadi ya
nyaman gitu say, ga ada rasa was-was kalo lagi cerita rahasia.”

Informan 3: “Perannya menurut awak sangat penting kak. Bukan Cuma untuk
percakapan sehari-hari, bukan cuma untuk ngobrol biasa aja, tapi bahasa ini pun
berperan penting kalo pas lagi ngomongin rahasia kak. Atau lagi ngerumpi, lagi
ngejekin orang, lagi ngatain orang pasti pake bahasa itu. Daripada ngomongin
orang pake bahasa Indonesia, nanti orangnya marah kak kalo tau. Mending pake
bahasa binan, aman hahaha.. Namanya di salon,kadang kan ada pelanggan yang
sok gitu kak. Jadi kami sering juga nyeritain pelanggan ini hahaha..”

Informan 4:“Perannya bahasa binan menurut kita ya penting kak. Untuk
pergaulan, untuk mempererat hubungan waria kita ha