Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani melakukanMelakukan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Lahan Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hilir
I PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Saat ini pemerintah sedang memberikan perhatian khusus untuk peningkatan
produksi padi. Akan tetapi dalam upayanya, pemerintah menghadapi berbagai
kendala baik yang bersifat teknis maupun non teknis seperti penurunan kesuburan
tanah, keterbatasanlahan, alih fungsi lahan dan sebagainya. Alih fungsi lahan
merupakan kendala terbesar yang sedang dihadapi pemerintah saat ini. Alih fungsi
lahan persawahan yang menjadi perumahan, maupun lahan perkebunan kelapa
sawit menurunkan produksi nasional (Irianto dalam Dinarianti 2014). Berdasarkan
data, diketahui pertumbuhan produksi padi
Indonesia dari tahun 2010-2014
sangat rendah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dimana pertumbuhan rataratanya - 1,98 %.
72.000,00
71.279,71
71.000,00
69.870,95
70.000,00
69.056,13
69.000,00
68.000,00
67.000,00 66.469,39
65.775,90
66.000,00
65.000,00
64.000,00
63.000,00
2010
2011
2012
2013
2014
Produksi ( ribu Ton)
Gambar 1. Grafik Produksi Padi Indonesia dari Tahun2010-2014 ( ribu ton)
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan produksi padi di Indonesia hanya – 1,98 %, sedang pertumbuhan
penduduk Indonesia rata-rata dari tahun 1971-2014 mencapai 1,73 % seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia dari Tahun 1971-2015
Tahun
Jumlah Penduduk(jiwa)
Pertumbuhan %/tahun
1971
119.208.229
0,00
1980
147.490.298
2,62
1990
179.378.946
2,16
1995
194.754.808
1,71
2000
206.264.595
1,18
2010
237.641.326
1,52
2015
* 255.461.700
1,49
Keterangan : * angka prediksi.
Sumber : BPS, 2014
. Adanya perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan penduduk dan
perkembangan produksi padi,dikuatirkan akan terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah komsumsi dengan ketersediaan atau produksi pangan yang ada. Dan
apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi gangguan ketahanan pangan di Indonesia(Lemhanas RI2013).
Hasil kajian Lemhanas RI (2013),
selama dua dasawarsa
terakhir, laju
pertumbuhan produktivitas pangan di Indonesia sangat lamban kurun waktu 14
tahun terakhir (1996-2010) produktivitas padi tumbuh dibawah satu persen. Ada
beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas pangan di
Indonesia, utamanya beras antara lain ; (1) skala usaha yang masih kecil,
Universitas Sumatera Utara
(2)rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai daerah, (3) melemahnya sistem
penyuluhan
pertanian, (4) suplai air semakin berkurang, (5) adopsi inovasi
teknologi relatif rendah, (6) kelembagaan petani masih lemah,dan (7) keadaan
cuaca atau iklim yang tidak menentu.
Kaputra(2013), mengemukakan bahwa mewujudkan ketahanan pangan terbentur
oleh masalah alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian.
Penurunan produksi padi akibat alih fungsi lahan, tidak terlepas dari beberapa
faktor seperti nilai ekonomi lahan, dimana nilai ekonomi lahan merupakan acuan
bagi petani sawah untuk menentukan pilihan apakah usaha padi sawah lebih
menguntungkan dari pada usaha yang akan dikembangkan. Para pemilik
sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan
memberikan
harapan
untuk
diperolehnya
penghasilan
yang
yang
tertinggi
(Suparmoko, 2003).Disamping itu kebijakan penerapan undang-undang/peraturan
tataguna
dan tata kelolah lahan seperti UU No 41 Tahun 2009 tentang
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang minim implementasinya
membuat program ketahanan pangan menghadapi kendala (Anonimous, 2012).
Dari 34 propinsi yang ada di Indonesia terdapat 17 propinsi yang memiliki
pertumbuhan produksi negatif yakni : Propinsi Aceh, Riau, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua. Pertumbuhan negatif yang tertinggi
adalah DKI Jakarta, Kalimantan Utara kemudian Propinsi Riau sendiri yang
mencapai - 10,4. Perincian pertumbuhan produksi padi yang bernilai negatif
dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Pertumbuhan Produksi Padi yang Bernilai Negatif di Indonesia
dariTahun 2010 – 2014.
Propinsi
Pertumbuhan (%)
1.
Aceh
-3,39
2.
Riau
-10,4
3.
Sumetara Selatan
-3,13
3.
Bengkulu
-8,45
5.
Kep. Bangka Belitung
-2,12
6.
DKI Jakarta
-52,3
7.
Jawa Tengah
-7,99
8.
DI Yogyakarta
-1,81
9.
Banten
-5,95
10.
Bali
-0,21
11.
NTB
-4,09
12.
Kalimantan Timur
-1,53
13.
Kalimantan Utara
-16,86
14.
Sulawesi Utara
-1,75
15.
Gorontalo
-2,34
16.
Sulawesi Barat
-1,95
17.
Papua Barat
-5,6
Sumber : BPS, 2014.
Ada tiga propinsi yang pertumbuhan produksi padinya paling rendah salah
satunya adalah Propinsi Riau. Pertumbuhan produksi padi di Propinsi Riau dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah - 10,38%.
Di Kabupaten Rokan Hilir, penurunan luas tanam telah terlihat dari musim tanam
2011 dan terus berlanjut sampai musim tanam 2014. Tren penurunan ini
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan pada Gambar 1. Khusus pada tahun 2013 dan tahun 2014, luas
tanaman yang di panen jauh lebih kecil dari luas tanam. Hal ini terjadi akibat
sebahagian tanaman mengalami kegagalan panen yang diakibatkan
oleh
gangguan alam seperti banjir pada saat curah hujan yang tinggi, dan kekeringan
pada saat musim kemarau.
50.000
45.000
45.770
44.127
43.175
40.691
40.000
35.000
44.828
43.466
30.000
25.000
24.815
20.000
18.915
15.000
13.052
10.315
10.000
10.536
7.937
5.000
2009
2010
2011
2012
2013
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
0
2014
Gambar 2.Grafik Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi sawah
di Kabupaten Rokan Hilir (Ha).
Data yang ditampilkan pada Gambar 2 menunjukkan tren penurunan luas tanam padi di
Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan tanaman kelapa sawit terus menunjukkan tren
kenaikan seperti pada Tabel 3 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyat dari Tahun 2009 - 2014 di Kabupaten Rokan Hilir.
No
Kecamatan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1
Kubu
1.779
12.708
12.958
13.549,5
15.024,70
15.109
2
Bangko
1.695
1.845
1.345
2.056,0
2.924,60
2.950
3
Tanah Putih
16.089
16.224
16.224
16.402,5
19.020,00
19.050
4
Rimba Melintang
7.965
8.040
8.343
8.618,0
8.548,00
8.549
5
Bagan Sinembah
34.637
33.563
33.963
34.310,0
34.396,00
34.457
6
Pasir Limau Kapas
1.173
1.215
8.620
12.598,5
12.598,00
12.472
7
Sinaboi
462
591
591
673,5
1.601,00
1.643
8
TP. Tj. Melawan
4.942
4.980
4.980
5.068,0
7.535,00
7.541
9
Pujud
22.574
27.296
28.881
27.770,0
33.335,00
33.496
702
924
925
1.241,0
2.085,00
2.130
10
Batu Hampar
11
Simpang Kanan
13.162
16.258
16.258
18.557,0
8.607,00
18.661
12
Bangko Pusako
22.346
22.536
22.536
22.448,0
22.448,00
22.448
13
Rantau Kopar
1.143
1.181
1.183
1.481,5
1.559,00
1.550
14
Pekaitan
0
0
2.113
2.216,0
3.081,00
3.106
130.678
147.361
158.920
166.989,5
172.762,3
183.162
Total
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir 2015
Untuk melihat hubungan keduanya kita dapat membandingkan data luas
tanam padi sawah pada Gambar 2 dengan data perkembangan luas perkebunan
rakyat pada Tabel 3.Hubungan dari keduanya disajikan pada Gambar 3, sehingga
dapat dilihat tren perkembangan luas perkebunan rakyat dan perkembangan luas
lahan sawah sejak tahun 2009 sampai dengan 2014.
Universitas Sumatera Utara
200.000
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
Luas Kelapa sawit(Ha)
80.000
Luas Padi sawah(Ha)
60.000
40.000
20.000
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.Grafik Perkembangan Luas Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyatdan Perkembangan Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Rokan Hilir
Adanya penurunan luas tanam padi sawah dari tahun 2009 sampai 2014 yang
terjadi di Kabupaten Rokan Hilir di sebabkan adanya alih fungsi lahan sawah ke
lahan tanaman kelapa sawit (Anonimous, 2015). Dugaan ini diperkuat dengan
adanya data perkembangan luas alih fungsi lahan pangan ke non pangan yang
terjadi dari mulai Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2012 di Kabupaten Rokan
Hilir yang di keluarkan oleh Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan
Hilir seperti pada Lampiran 1.
Tren penurunan luas lahan sawah dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun
2012 di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel4. LuasLahan Sawah ( irigasi dan Non irigasi ) di Propinsi Riau
Tahun 2008 -2012 (Ha)
Kabupaten
No \Kota
Kuantan
1 Singingi
2008
2009
2010
2011
2012
9.779
9.886
9.343
10.198
9.696,86
2 Indragiri Hulu
4.065
4.226
4.866
4.866
3.486,66
3 Indragir iHilir
30.393
30.957
30.422
28.008
26.997,01
4 Pelalawan
11.654
10.404
10.803
11.010
9.102,81
5 Siak
4.819
4.885
4.809
4.420
4.744,31
6 Kampar
6.151
6.821
67.476
7.947
8.056,38
7 Rokan Hulu
3.197
3.493
3.333
3.387
3.845,80
8 Bengkalis
9.810
6.841
6.754
6.617
6.434,60
9 Rokan Hilir
37.122
37.980
33.965
33.012
32.998,38
10 Kep.Meranti
0
3.165
2.024
3.825
2.473,03
11 Pekanbaru
0
2
11
21
13,95
12 Dumai
5.262
3.571
2.155
2.806
2.316,60
Jumlah
122.245
122.738
115.961
116.117
110.166,39
Sumber : Cakrabawa, atel, 2013.
Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Rokan Hilir terus berlanjut, dimana
dari hasil pengukuran
yang dilakukan oleh
PT Nur Straits Enginering
Consultanyang merupakan lembaga yang ditunjuk oleh Kementrian Pertanian
melakukan pengukuran ulang lahan sawah di Indonesia pada Tahun 2013, sawah
di Kabupaten Rokan Hilir tinggal 12.709,64 ha, dengan perincian per kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 5, sehingga pengurangan luas lahan sawah dari Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2013 mencapai 20.289,24 ha.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Luas Lahan Sawah di
2013.
No
Kecamatan
Rokan Hilir Dari Pengukuran Tahun
Luas (Ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bagan Sinembah
109,82
Bangko
2.552,62
Bangko Pusako
484,53
Batu Hampar
104,00
Kubu
1.518,04
Kubu Babusalam
1.077,42
Pasir Limau Kapas
1.116,78
Rimba Melintang
949,76
Sinaboi
2.042,46
Tanah Putih
141,98
TanahPutih Tj.Melawan
55,10
Pekaitan
2.556,64
Jumlah
12.709,14
Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, 2015
Alih fungsi lahan persawahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit berkaitan
dengan keputusan petani. Menurut Dinarianti (2014), keputusan alih fungsi lahan
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kondisi lahan dan peraturan pemerintah
/UU. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang alih fungsi lahan di
Kabupaten Rokan Hilir.
1.2.Perumusan Masalah
Pada Lampiran 1, diperoleh data yang bersumber dari Dinas Pertanian Dan Peternakan
Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan bahwa adanya tren alih fungsi lahan sawah
ke lahan non pertanian dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun2013 di Kabupaten
Rokan Hilir. Di sisi lain, pemerintah berusaha meningkatkan ketahanan pangan
melalui salah satu program peningkatan produksi padi sawah. Tentu dalam
pencapaian peningkatan ketahanan pangan, dihadapkan dengan masalah alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit yang dilakukan petani. Dari
Universitas Sumatera Utara
permasalahan, maka
rumusan masalah adalah
faktor-faktor apa yang
mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan sawah ke lahan
tanaman kelapa sawit.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil
kebijakan khususnya yang berkaitan dengan keputusan petani terhadap
alih fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
1.1.LatarBelakang
Saat ini pemerintah sedang memberikan perhatian khusus untuk peningkatan
produksi padi. Akan tetapi dalam upayanya, pemerintah menghadapi berbagai
kendala baik yang bersifat teknis maupun non teknis seperti penurunan kesuburan
tanah, keterbatasanlahan, alih fungsi lahan dan sebagainya. Alih fungsi lahan
merupakan kendala terbesar yang sedang dihadapi pemerintah saat ini. Alih fungsi
lahan persawahan yang menjadi perumahan, maupun lahan perkebunan kelapa
sawit menurunkan produksi nasional (Irianto dalam Dinarianti 2014). Berdasarkan
data, diketahui pertumbuhan produksi padi
Indonesia dari tahun 2010-2014
sangat rendah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dimana pertumbuhan rataratanya - 1,98 %.
72.000,00
71.279,71
71.000,00
69.870,95
70.000,00
69.056,13
69.000,00
68.000,00
67.000,00 66.469,39
65.775,90
66.000,00
65.000,00
64.000,00
63.000,00
2010
2011
2012
2013
2014
Produksi ( ribu Ton)
Gambar 1. Grafik Produksi Padi Indonesia dari Tahun2010-2014 ( ribu ton)
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan produksi padi di Indonesia hanya – 1,98 %, sedang pertumbuhan
penduduk Indonesia rata-rata dari tahun 1971-2014 mencapai 1,73 % seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia dari Tahun 1971-2015
Tahun
Jumlah Penduduk(jiwa)
Pertumbuhan %/tahun
1971
119.208.229
0,00
1980
147.490.298
2,62
1990
179.378.946
2,16
1995
194.754.808
1,71
2000
206.264.595
1,18
2010
237.641.326
1,52
2015
* 255.461.700
1,49
Keterangan : * angka prediksi.
Sumber : BPS, 2014
. Adanya perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan penduduk dan
perkembangan produksi padi,dikuatirkan akan terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah komsumsi dengan ketersediaan atau produksi pangan yang ada. Dan
apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi gangguan ketahanan pangan di Indonesia(Lemhanas RI2013).
Hasil kajian Lemhanas RI (2013),
selama dua dasawarsa
terakhir, laju
pertumbuhan produktivitas pangan di Indonesia sangat lamban kurun waktu 14
tahun terakhir (1996-2010) produktivitas padi tumbuh dibawah satu persen. Ada
beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas pangan di
Indonesia, utamanya beras antara lain ; (1) skala usaha yang masih kecil,
Universitas Sumatera Utara
(2)rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai daerah, (3) melemahnya sistem
penyuluhan
pertanian, (4) suplai air semakin berkurang, (5) adopsi inovasi
teknologi relatif rendah, (6) kelembagaan petani masih lemah,dan (7) keadaan
cuaca atau iklim yang tidak menentu.
Kaputra(2013), mengemukakan bahwa mewujudkan ketahanan pangan terbentur
oleh masalah alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian.
Penurunan produksi padi akibat alih fungsi lahan, tidak terlepas dari beberapa
faktor seperti nilai ekonomi lahan, dimana nilai ekonomi lahan merupakan acuan
bagi petani sawah untuk menentukan pilihan apakah usaha padi sawah lebih
menguntungkan dari pada usaha yang akan dikembangkan. Para pemilik
sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan
memberikan
harapan
untuk
diperolehnya
penghasilan
yang
yang
tertinggi
(Suparmoko, 2003).Disamping itu kebijakan penerapan undang-undang/peraturan
tataguna
dan tata kelolah lahan seperti UU No 41 Tahun 2009 tentang
perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang minim implementasinya
membuat program ketahanan pangan menghadapi kendala (Anonimous, 2012).
Dari 34 propinsi yang ada di Indonesia terdapat 17 propinsi yang memiliki
pertumbuhan produksi negatif yakni : Propinsi Aceh, Riau, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua. Pertumbuhan negatif yang tertinggi
adalah DKI Jakarta, Kalimantan Utara kemudian Propinsi Riau sendiri yang
mencapai - 10,4. Perincian pertumbuhan produksi padi yang bernilai negatif
dapat dilihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Pertumbuhan Produksi Padi yang Bernilai Negatif di Indonesia
dariTahun 2010 – 2014.
Propinsi
Pertumbuhan (%)
1.
Aceh
-3,39
2.
Riau
-10,4
3.
Sumetara Selatan
-3,13
3.
Bengkulu
-8,45
5.
Kep. Bangka Belitung
-2,12
6.
DKI Jakarta
-52,3
7.
Jawa Tengah
-7,99
8.
DI Yogyakarta
-1,81
9.
Banten
-5,95
10.
Bali
-0,21
11.
NTB
-4,09
12.
Kalimantan Timur
-1,53
13.
Kalimantan Utara
-16,86
14.
Sulawesi Utara
-1,75
15.
Gorontalo
-2,34
16.
Sulawesi Barat
-1,95
17.
Papua Barat
-5,6
Sumber : BPS, 2014.
Ada tiga propinsi yang pertumbuhan produksi padinya paling rendah salah
satunya adalah Propinsi Riau. Pertumbuhan produksi padi di Propinsi Riau dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah - 10,38%.
Di Kabupaten Rokan Hilir, penurunan luas tanam telah terlihat dari musim tanam
2011 dan terus berlanjut sampai musim tanam 2014. Tren penurunan ini
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan pada Gambar 1. Khusus pada tahun 2013 dan tahun 2014, luas
tanaman yang di panen jauh lebih kecil dari luas tanam. Hal ini terjadi akibat
sebahagian tanaman mengalami kegagalan panen yang diakibatkan
oleh
gangguan alam seperti banjir pada saat curah hujan yang tinggi, dan kekeringan
pada saat musim kemarau.
50.000
45.000
45.770
44.127
43.175
40.691
40.000
35.000
44.828
43.466
30.000
25.000
24.815
20.000
18.915
15.000
13.052
10.315
10.000
10.536
7.937
5.000
2009
2010
2011
2012
2013
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
Panen
Tanam
0
2014
Gambar 2.Grafik Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi sawah
di Kabupaten Rokan Hilir (Ha).
Data yang ditampilkan pada Gambar 2 menunjukkan tren penurunan luas tanam padi di
Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan tanaman kelapa sawit terus menunjukkan tren
kenaikan seperti pada Tabel 3 .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyat dari Tahun 2009 - 2014 di Kabupaten Rokan Hilir.
No
Kecamatan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
1
Kubu
1.779
12.708
12.958
13.549,5
15.024,70
15.109
2
Bangko
1.695
1.845
1.345
2.056,0
2.924,60
2.950
3
Tanah Putih
16.089
16.224
16.224
16.402,5
19.020,00
19.050
4
Rimba Melintang
7.965
8.040
8.343
8.618,0
8.548,00
8.549
5
Bagan Sinembah
34.637
33.563
33.963
34.310,0
34.396,00
34.457
6
Pasir Limau Kapas
1.173
1.215
8.620
12.598,5
12.598,00
12.472
7
Sinaboi
462
591
591
673,5
1.601,00
1.643
8
TP. Tj. Melawan
4.942
4.980
4.980
5.068,0
7.535,00
7.541
9
Pujud
22.574
27.296
28.881
27.770,0
33.335,00
33.496
702
924
925
1.241,0
2.085,00
2.130
10
Batu Hampar
11
Simpang Kanan
13.162
16.258
16.258
18.557,0
8.607,00
18.661
12
Bangko Pusako
22.346
22.536
22.536
22.448,0
22.448,00
22.448
13
Rantau Kopar
1.143
1.181
1.183
1.481,5
1.559,00
1.550
14
Pekaitan
0
0
2.113
2.216,0
3.081,00
3.106
130.678
147.361
158.920
166.989,5
172.762,3
183.162
Total
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir 2015
Untuk melihat hubungan keduanya kita dapat membandingkan data luas
tanam padi sawah pada Gambar 2 dengan data perkembangan luas perkebunan
rakyat pada Tabel 3.Hubungan dari keduanya disajikan pada Gambar 3, sehingga
dapat dilihat tren perkembangan luas perkebunan rakyat dan perkembangan luas
lahan sawah sejak tahun 2009 sampai dengan 2014.
Universitas Sumatera Utara
200.000
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
Luas Kelapa sawit(Ha)
80.000
Luas Padi sawah(Ha)
60.000
40.000
20.000
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3.Grafik Perkembangan Luas Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyatdan Perkembangan Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Rokan Hilir
Adanya penurunan luas tanam padi sawah dari tahun 2009 sampai 2014 yang
terjadi di Kabupaten Rokan Hilir di sebabkan adanya alih fungsi lahan sawah ke
lahan tanaman kelapa sawit (Anonimous, 2015). Dugaan ini diperkuat dengan
adanya data perkembangan luas alih fungsi lahan pangan ke non pangan yang
terjadi dari mulai Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2012 di Kabupaten Rokan
Hilir yang di keluarkan oleh Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan
Hilir seperti pada Lampiran 1.
Tren penurunan luas lahan sawah dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun
2012 di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel4. LuasLahan Sawah ( irigasi dan Non irigasi ) di Propinsi Riau
Tahun 2008 -2012 (Ha)
Kabupaten
No \Kota
Kuantan
1 Singingi
2008
2009
2010
2011
2012
9.779
9.886
9.343
10.198
9.696,86
2 Indragiri Hulu
4.065
4.226
4.866
4.866
3.486,66
3 Indragir iHilir
30.393
30.957
30.422
28.008
26.997,01
4 Pelalawan
11.654
10.404
10.803
11.010
9.102,81
5 Siak
4.819
4.885
4.809
4.420
4.744,31
6 Kampar
6.151
6.821
67.476
7.947
8.056,38
7 Rokan Hulu
3.197
3.493
3.333
3.387
3.845,80
8 Bengkalis
9.810
6.841
6.754
6.617
6.434,60
9 Rokan Hilir
37.122
37.980
33.965
33.012
32.998,38
10 Kep.Meranti
0
3.165
2.024
3.825
2.473,03
11 Pekanbaru
0
2
11
21
13,95
12 Dumai
5.262
3.571
2.155
2.806
2.316,60
Jumlah
122.245
122.738
115.961
116.117
110.166,39
Sumber : Cakrabawa, atel, 2013.
Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Rokan Hilir terus berlanjut, dimana
dari hasil pengukuran
yang dilakukan oleh
PT Nur Straits Enginering
Consultanyang merupakan lembaga yang ditunjuk oleh Kementrian Pertanian
melakukan pengukuran ulang lahan sawah di Indonesia pada Tahun 2013, sawah
di Kabupaten Rokan Hilir tinggal 12.709,64 ha, dengan perincian per kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 5, sehingga pengurangan luas lahan sawah dari Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2013 mencapai 20.289,24 ha.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Luas Lahan Sawah di
2013.
No
Kecamatan
Rokan Hilir Dari Pengukuran Tahun
Luas (Ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bagan Sinembah
109,82
Bangko
2.552,62
Bangko Pusako
484,53
Batu Hampar
104,00
Kubu
1.518,04
Kubu Babusalam
1.077,42
Pasir Limau Kapas
1.116,78
Rimba Melintang
949,76
Sinaboi
2.042,46
Tanah Putih
141,98
TanahPutih Tj.Melawan
55,10
Pekaitan
2.556,64
Jumlah
12.709,14
Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, 2015
Alih fungsi lahan persawahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit berkaitan
dengan keputusan petani. Menurut Dinarianti (2014), keputusan alih fungsi lahan
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kondisi lahan dan peraturan pemerintah
/UU. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang alih fungsi lahan di
Kabupaten Rokan Hilir.
1.2.Perumusan Masalah
Pada Lampiran 1, diperoleh data yang bersumber dari Dinas Pertanian Dan Peternakan
Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan bahwa adanya tren alih fungsi lahan sawah
ke lahan non pertanian dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun2013 di Kabupaten
Rokan Hilir. Di sisi lain, pemerintah berusaha meningkatkan ketahanan pangan
melalui salah satu program peningkatan produksi padi sawah. Tentu dalam
pencapaian peningkatan ketahanan pangan, dihadapkan dengan masalah alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit yang dilakukan petani. Dari
Universitas Sumatera Utara
permasalahan, maka
rumusan masalah adalah
faktor-faktor apa yang
mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan sawah ke lahan
tanaman kelapa sawit.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil
kebijakan khususnya yang berkaitan dengan keputusan petani terhadap
alih fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara