Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani melakukanMelakukan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Lahan Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hilir

I PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Saat ini pemerintah sedang memberikan perhatian khusus untuk peningkatan
produksi padi. Akan tetapi dalam upayanya, pemerintah menghadapi berbagai
kendala baik yang bersifat teknis maupun non teknis seperti penurunan kesuburan
tanah, keterbatasanlahan, alih fungsi lahan dan sebagainya. Alih fungsi lahan
merupakan kendala terbesar yang sedang dihadapi pemerintah saat ini. Alih fungsi
lahan persawahan yang menjadi perumahan, maupun lahan perkebunan kelapa
sawit menurunkan produksi nasional (Irianto dalam Dinarianti 2014). Berdasarkan
data, diketahui pertumbuhan produksi padi

Indonesia dari tahun 2010-2014

sangat rendah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dimana pertumbuhan rataratanya - 1,98 %.

72.000,00

71.279,71

71.000,00
69.870,95


70.000,00
69.056,13
69.000,00
68.000,00
67.000,00 66.469,39
65.775,90

66.000,00
65.000,00
64.000,00
63.000,00
2010

2011

2012

2013


2014

Produksi ( ribu Ton)

Gambar 1. Grafik Produksi Padi Indonesia dari Tahun2010-2014 ( ribu ton)

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan produksi padi di Indonesia hanya – 1,98 %, sedang pertumbuhan
penduduk Indonesia rata-rata dari tahun 1971-2014 mencapai 1,73 % seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia dari Tahun 1971-2015
Tahun

Jumlah Penduduk(jiwa)

Pertumbuhan %/tahun

1971


119.208.229

0,00

1980

147.490.298

2,62

1990

179.378.946

2,16

1995

194.754.808


1,71

2000

206.264.595

1,18

2010

237.641.326

1,52

2015

* 255.461.700

1,49


Keterangan : * angka prediksi.
Sumber : BPS, 2014
. Adanya perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan penduduk dan

perkembangan produksi padi,dikuatirkan akan terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah komsumsi dengan ketersediaan atau produksi pangan yang ada. Dan
apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan
akan terjadi gangguan ketahanan pangan di Indonesia(Lemhanas RI2013).
Hasil kajian Lemhanas RI (2013),

selama dua dasawarsa

terakhir, laju

pertumbuhan produktivitas pangan di Indonesia sangat lamban kurun waktu 14
tahun terakhir (1996-2010) produktivitas padi tumbuh dibawah satu persen. Ada
beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas pangan di
Indonesia, utamanya beras antara lain ; (1) skala usaha yang masih kecil,


Universitas Sumatera Utara

(2)rusaknya infrastruktur pertanian di berbagai daerah, (3) melemahnya sistem
penyuluhan

pertanian, (4) suplai air semakin berkurang, (5) adopsi inovasi

teknologi relatif rendah, (6) kelembagaan petani masih lemah,dan (7) keadaan
cuaca atau iklim yang tidak menentu.
Kaputra(2013), mengemukakan bahwa mewujudkan ketahanan pangan terbentur
oleh masalah alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian.
Penurunan produksi padi akibat alih fungsi lahan, tidak terlepas dari beberapa
faktor seperti nilai ekonomi lahan, dimana nilai ekonomi lahan merupakan acuan
bagi petani sawah untuk menentukan pilihan apakah usaha padi sawah lebih
menguntungkan dari pada usaha yang akan dikembangkan. Para pemilik
sumberdaya lahan cenderung menggunakan lahan untuk tujuan-tujuan
memberikan

harapan


untuk

diperolehnya

penghasilan

yang

yang

tertinggi

(Suparmoko, 2003).Disamping itu kebijakan penerapan undang-undang/peraturan
tataguna

dan tata kelolah lahan seperti UU No 41 Tahun 2009 tentang

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang minim implementasinya
membuat program ketahanan pangan menghadapi kendala (Anonimous, 2012).
Dari 34 propinsi yang ada di Indonesia terdapat 17 propinsi yang memiliki

pertumbuhan produksi negatif yakni : Propinsi Aceh, Riau, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Banten, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi
Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua. Pertumbuhan negatif yang tertinggi
adalah DKI Jakarta, Kalimantan Utara kemudian Propinsi Riau sendiri yang
mencapai - 10,4. Perincian pertumbuhan produksi padi yang bernilai negatif
dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Pertumbuhan Produksi Padi yang Bernilai Negatif di Indonesia
dariTahun 2010 – 2014.
Propinsi

Pertumbuhan (%)

1.

Aceh


-3,39

2.

Riau

-10,4

3.

Sumetara Selatan

-3,13

3.

Bengkulu

-8,45


5.

Kep. Bangka Belitung

-2,12

6.

DKI Jakarta

-52,3

7.

Jawa Tengah

-7,99

8.


DI Yogyakarta

-1,81

9.

Banten

-5,95

10.

Bali

-0,21

11.

NTB

-4,09

12.

Kalimantan Timur

-1,53

13.

Kalimantan Utara

-16,86

14.

Sulawesi Utara

-1,75

15.

Gorontalo

-2,34

16.

Sulawesi Barat

-1,95

17.
Papua Barat

-5,6

Sumber : BPS, 2014.
Ada tiga propinsi yang pertumbuhan produksi padinya paling rendah salah
satunya adalah Propinsi Riau. Pertumbuhan produksi padi di Propinsi Riau dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah - 10,38%.
Di Kabupaten Rokan Hilir, penurunan luas tanam telah terlihat dari musim tanam
2011 dan terus berlanjut sampai musim tanam 2014. Tren penurunan ini

Universitas Sumatera Utara

ditunjukkan pada Gambar 1. Khusus pada tahun 2013 dan tahun 2014, luas
tanaman yang di panen jauh lebih kecil dari luas tanam. Hal ini terjadi akibat
sebahagian tanaman mengalami kegagalan panen yang diakibatkan

oleh

gangguan alam seperti banjir pada saat curah hujan yang tinggi, dan kekeringan
pada saat musim kemarau.

50.000
45.000

45.770

44.127

43.175

40.691

40.000
35.000

44.828

43.466

30.000
25.000

24.815

20.000

18.915

15.000
13.052
10.315

10.000
10.536

7.937

5.000

2009

2010

2011

2012

2013

Panen

Tanam

Panen

Tanam

Panen

Tanam

Panen

Tanam

Panen

Tanam

Panen

Tanam

0

2014

Gambar 2.Grafik Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi sawah
di Kabupaten Rokan Hilir (Ha).
Data yang ditampilkan pada Gambar 2 menunjukkan tren penurunan luas tanam padi di
Kabupaten Rokan Hilir, sedangkan tanaman kelapa sawit terus menunjukkan tren
kenaikan seperti pada Tabel 3 .

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyat dari Tahun 2009 - 2014 di Kabupaten Rokan Hilir.
No

Kecamatan

2009

2010

2011

2012

2013

2014

1

Kubu

1.779

12.708

12.958

13.549,5

15.024,70

15.109

2

Bangko

1.695

1.845

1.345

2.056,0

2.924,60

2.950

3

Tanah Putih

16.089

16.224

16.224

16.402,5

19.020,00

19.050

4

Rimba Melintang

7.965

8.040

8.343

8.618,0

8.548,00

8.549

5

Bagan Sinembah

34.637

33.563

33.963

34.310,0

34.396,00

34.457

6

Pasir Limau Kapas

1.173

1.215

8.620

12.598,5

12.598,00

12.472

7

Sinaboi

462

591

591

673,5

1.601,00

1.643

8

TP. Tj. Melawan

4.942

4.980

4.980

5.068,0

7.535,00

7.541

9

Pujud

22.574

27.296

28.881

27.770,0

33.335,00

33.496

702

924

925

1.241,0

2.085,00

2.130

10

Batu Hampar

11

Simpang Kanan

13.162

16.258

16.258

18.557,0

8.607,00

18.661

12

Bangko Pusako

22.346

22.536

22.536

22.448,0

22.448,00

22.448

13

Rantau Kopar

1.143

1.181

1.183

1.481,5

1.559,00

1.550

14

Pekaitan

0

0

2.113

2.216,0

3.081,00

3.106

130.678

147.361

158.920

166.989,5

172.762,3

183.162

Total

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir 2015

Untuk melihat hubungan keduanya kita dapat membandingkan data luas
tanam padi sawah pada Gambar 2 dengan data perkembangan luas perkebunan
rakyat pada Tabel 3.Hubungan dari keduanya disajikan pada Gambar 3, sehingga
dapat dilihat tren perkembangan luas perkebunan rakyat dan perkembangan luas
lahan sawah sejak tahun 2009 sampai dengan 2014.

Universitas Sumatera Utara

200.000
180.000
160.000
140.000
120.000
100.000

Luas Kelapa sawit(Ha)

80.000

Luas Padi sawah(Ha)

60.000
40.000
20.000
0
2009

2010

2011

2012

2013

2014

Gambar 3.Grafik Perkembangan Luas Tanaman Kelapa Sawit Pola Perkebunan
Rakyatdan Perkembangan Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Rokan Hilir

Adanya penurunan luas tanam padi sawah dari tahun 2009 sampai 2014 yang
terjadi di Kabupaten Rokan Hilir di sebabkan adanya alih fungsi lahan sawah ke
lahan tanaman kelapa sawit (Anonimous, 2015). Dugaan ini diperkuat dengan
adanya data perkembangan luas alih fungsi lahan pangan ke non pangan yang
terjadi dari mulai Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2012 di Kabupaten Rokan
Hilir yang di keluarkan oleh Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan
Hilir seperti pada Lampiran 1.
Tren penurunan luas lahan sawah dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun
2012 di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel4. LuasLahan Sawah ( irigasi dan Non irigasi ) di Propinsi Riau
Tahun 2008 -2012 (Ha)
Kabupaten
No \Kota
Kuantan
1 Singingi

2008

2009

2010

2011

2012

9.779

9.886

9.343

10.198

9.696,86

2 Indragiri Hulu

4.065

4.226

4.866

4.866

3.486,66

3 Indragir iHilir

30.393

30.957

30.422

28.008

26.997,01

4 Pelalawan

11.654

10.404

10.803

11.010

9.102,81

5 Siak

4.819

4.885

4.809

4.420

4.744,31

6 Kampar

6.151

6.821

67.476

7.947

8.056,38

7 Rokan Hulu

3.197

3.493

3.333

3.387

3.845,80

8 Bengkalis

9.810

6.841

6.754

6.617

6.434,60

9 Rokan Hilir

37.122

37.980

33.965

33.012

32.998,38

10 Kep.Meranti

0

3.165

2.024

3.825

2.473,03

11 Pekanbaru

0

2

11

21

13,95

12 Dumai

5.262

3.571

2.155

2.806

2.316,60

Jumlah

122.245

122.738

115.961

116.117

110.166,39

Sumber : Cakrabawa, atel, 2013.

Penurunan luas lahan sawah di Kabupaten Rokan Hilir terus berlanjut, dimana
dari hasil pengukuran

yang dilakukan oleh

PT Nur Straits Enginering

Consultanyang merupakan lembaga yang ditunjuk oleh Kementrian Pertanian
melakukan pengukuran ulang lahan sawah di Indonesia pada Tahun 2013, sawah
di Kabupaten Rokan Hilir tinggal 12.709,64 ha, dengan perincian per kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 5, sehingga pengurangan luas lahan sawah dari Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2013 mencapai 20.289,24 ha.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Luas Lahan Sawah di
2013.
No

Kecamatan

Rokan Hilir Dari Pengukuran Tahun

Luas (Ha)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bagan Sinembah
109,82
Bangko
2.552,62
Bangko Pusako
484,53
Batu Hampar
104,00
Kubu
1.518,04
Kubu Babusalam
1.077,42
Pasir Limau Kapas
1.116,78
Rimba Melintang
949,76
Sinaboi
2.042,46
Tanah Putih
141,98
TanahPutih Tj.Melawan
55,10
Pekaitan
2.556,64
Jumlah
12.709,14
Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir, 2015

Alih fungsi lahan persawahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit berkaitan
dengan keputusan petani. Menurut Dinarianti (2014), keputusan alih fungsi lahan
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, kondisi lahan dan peraturan pemerintah
/UU. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang alih fungsi lahan di
Kabupaten Rokan Hilir.

1.2.Perumusan Masalah
Pada Lampiran 1, diperoleh data yang bersumber dari Dinas Pertanian Dan Peternakan
Kabupaten Rokan Hilir menunjukkan bahwa adanya tren alih fungsi lahan sawah
ke lahan non pertanian dari Tahun 2002 sampai dengan Tahun2013 di Kabupaten
Rokan Hilir. Di sisi lain, pemerintah berusaha meningkatkan ketahanan pangan
melalui salah satu program peningkatan produksi padi sawah. Tentu dalam
pencapaian peningkatan ketahanan pangan, dihadapkan dengan masalah alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit yang dilakukan petani. Dari

Universitas Sumatera Utara

permasalahan, maka

rumusan masalah adalah

faktor-faktor apa yang

mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan sawah ke lahan
tanaman kelapa sawit.
1.3. Tujuan Penelitian
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih
fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.

1.4. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam mengambil
kebijakan khususnya yang berkaitan dengan keputusan petani terhadap
alih fungsi lahan sawah ke lahan tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara