Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani melakukanMelakukan Alih Fungsi Lahan Sawah ke Lahan Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hilir Chapter III V

III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive di Kabupaten Rokan Hilir yang
terletak di Propinsi Riau dengan pertimbangan

daerah ini merupakan sentra

produksi padi Provinsi Riau dan mengalami laju alih fungsi yang cukup tinggi
(Tabel 4).
Selanjutnya dengan alasan yang sama, dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten
Rokan Hilir di pilih Kecamatan Rimba Melintang, dan dari 12 Desa/Kelurahan,
ditetapkan 3 desa yaitu : Desa Teluk Pulau Hilir, Pematang Sikek dan Mukti
Jaya ( Lampiran 1 ).
3.2. Metode Penentuan Sampel
Dari ketiga desa yang merupakan daerah penelitian yakni; Teluk Pulau Hilir,
Pematang

Sikek

dan Mukti


Jaya,

diketahui

jumlah

petani

yang

mengalihfungsikan lahan sawahnya ke lahan kelapa sawit adalah 745 orang,
sedangkan yang tidak mengalihfungsikan lahannya adalah 580 orang. Besar
sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin
(Yamane, 1967 dalam Chalil dan Riantri 2014)

n=



�+���


...............................................................................................................(3.1)

Dimana :
n = Besaran Sampel
N = Besaran Populasi

Universitas Sumatera Utara

e = Nilai kritis ( batas ketelitian)

yang diinginkan (persen kelonggaran

ketidaktelitian

karena kesalahan penarikan

sampel). Pada

penelitian ini,


menggunakan

α = 5%. Dengan demikian

diperoleh besar sampel

yang

mengalihfungsikan lahan sawahnya sebanyak:

n=

745

1+745�0,12

n =

745


8,45

n = 88,165 ( 88 orang )
dan yang tidak mengalihfungsikan lahannya sebanyak:

n=

580

1+580�0,12

n =

745

6,80

n = 85,29 ( 85 orang )
Penarikan sampel dilakukan secara cluster


conveniencesamplinguntuk ketiga

desa tersebut berdasarkan kesediaan responden (Tabel 6 dan Tabel 7).

Tabel 6.Jumlah Populasi dan Besar Sampel yangMengalihfungsikan Lahan
Sawah ke Lahan Kelapa Sawit di Daerah Penelitian.
Nama Desa

Jumlah
Populasi

1

Teluk Pulau Hilir

350

46,97%


46,97% x 88

41

2

Pematang Sikek

285

38,25%

38,25% x 88

34

3

Mukti Jaya


110

14,76%

14,76% x 88

13

No

Proporsi

Perhitungan
proporsi

Jumlah
sampel

Universitas Sumatera Utara


Jumlah

745

100%

88

Sumber Data : BPP Rimba Melintang, 2015

Tabel7.Jumlah Populasi dan BesarSampel yang tidak Mengalihfungsikan
Lahan Sawah ke Lahan Kelapa Sawit di Daerah Penelitian.
No Nama Desa

Jumlah
populasi

Proporsi Perhitungan
proporsi


Jumlah
sampel

1

Teluk Pulau Hilir

180

31,03%

31,03 % x 85

27

2

Pematang Sikek

275


47,41%

47,41 % x 85

40

3

Mukti Jaya

125

21,55%

21,55 % x 85

18

Jumlah


580

100%

85

Sumber data :BPP Rimba Melintang,2015
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data skunder. Data primer mencakup
data; tingkat pendidikan petani, luas lahan yang dikelolah petani, ketersediaan air
( akses petani mendapatkan air untuk pengairan di lahan sawah), ketersediaan
modal petani apabila mengalihfungsikan lahannnya ke lahan kelapa sawit,
pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani kelapa sawit, frekwensi panen
usahatani padi sawah dan usahatani kelapa sawit dalam kurung waktu 4 bulan,
umur petani, input usahatani, output usaha tani, harga rata-rata komoditi padi
sawah ( dalam bentuk gabah kering panen) dan kelapa sawit (dalam bentuk tandan
buah segar) yang diperoleh dari petani sampel yang mengalihfungsikan dan yang
tidak mengalihfungsikan lahannya. Data sekunder mencakup data perkembangan

Universitas Sumatera Utara

luas tanam padi sawah dan produksi padi sawah selama 6 tahun terakhir, data alih
fungsi lahan sawah ke lahan kelapa sawit selama 10 Tahun terakhir, data
perkembangan tanaman perkebunan dan jumlah penduduk .

3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Model Analisis
Sehubungan variabel dependen yakni keputusan petani bersifat

kualitatif dan

memiliki dua kategori dimana kategori tersebut adalah merupakan peluang petani
untuk mengalihfungsikan lahannya dan peluang untuk tidak mengalihfungsikan
lahannya, maka model persamaan yang digunakan adalah Regresi logit ( model
regresi logit binari). Adapun persyaratan yang dibutuhkan dalam penggunaan
refgresi logit adalah: (1) tidak mengasumsikan hubungan linier antar variabel
dependen dan independen, (2) variabel dependen harus bersifat dikotomi, (3)
variabel independen tidak harus memiliki keragaman yang sama antara kelompok
variabel, (4) kategori dalam variabel independen harus terpisah satu sama lain
atau bersifat eksklusip, dan (6) sampel yang diperlukan dalam jumlah relatif
besar, minimal dibutuhkan hingga 50 sampel data untuk sebuah variabel
prediktor.Dengan demikian untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani melakukan alih fungsi lahan penulis menggunakan regresi
logistik dengan persamaan sebagai berikut :

Zi = Ln (

��

1−��

)= βo + β1X 1 + β2X 2 + β3X 3 + β4X 4 + β5X 5 + β6X 6 +�7�7 +

e.........................................................................................................................(3.2)
Dimana :

Universitas Sumatera Utara

Ln (

��

1−��

)

adalah Odd Ratio dimana (pi) menyatakan probabilitas terjadinya

peristiwa ( Y=1) dan (1-pi) menyatakan probabilitas tidak terjadinya pristiwa
(Y=0).
β = Konstanta
Keterangan :
X1

:Tingkat Pendidikan ( tahun )

X2

: Luas Lahan ( Ha)

X3

: Ketersediaan Air ( irigasi =1 dan tidak irigasi = 0)

X4

: Rasio Pendapatan usahatani

�5 :Ketersediaan modal ( tidak memiliki modal untuk mengalihfungsikan lahan

sawah ke lahan kelapa sawit = 0, memiliki modal namun tidak cukup =1

dan memiliki modal yang cukup = 2). Kecukupan dihitung berdasarkan
kebutuhan eksisting biaya penanaman kelapa sawit pada bekas lahan
sawah sampai tanaman berumur 4 tahun.
�6 : Frekwensi panen (kali)

X 7 : Pengetahuan tentang peraturan pemerintah/undang-undang tentang tata
kelola dan tata guna lahan. (tahu = 1 dan tidak tahu = 0)
e : Kesalahan ( error term)
Y

: Keputusan Petani (1= mengalih fungsikan, 0= tidak mengalih fungsikan )

3.4.2. Pengujian Parameter
Model persamaan yang diperoleh perlu dilakukan pengujian signifikansi.
Pengujian ini dimaksudkan

untuk mengetahui apakah variabel yang terdapat

dalam model memiliki kontribusi yang nyata bagi variabel dependen. Pengujian
yang dilakukan adalah

Universitas Sumatera Utara

a. Pengujian Serentak
Pengujian serentak dilakukan untuk mengetahui signifikansi parameter β
secara keseluruhan atau serentak. Hipotesis pengujian ini adalah :
�0 : ( �1 = �2 =.........= �� = 0 )

�1 : paling tidak ada satu βj ≠0, j = 1, 2....p

2
Dengan penolakan : tolak �0 apabila nilai G >��,1
, dimana p merupakan

banyaknya variabel statistik dalam model atau p- value < α
Dengan uji statistik :
� �1 � ��
� 1� � 1�




�..............................................(3.3)
G = - 2 ln � �
( �� )�� (1−�� )(1−�� )
�=1

Dimana n = banyaknya pasangan data, �1= nilai pasangan data n ke i

�� = nilai peubah tak bebas Y ke i
b. Uji Individu (Uji Wald)

Uji Individu ini dilakukan untuk memeriksa signifikansi parameter β
secara individu . Hipotesis pengujian ini adalah :
�0 : βj

�1 : �� ≠ 0, j= 1,2,..p

Dengan uji statistik :
�� (Wald)=�



��

� ��� �

2

� ...............................................................................(3.4)

2
Daerah penolakan : tolak �0 apabila ��2 >��,1
atau p- value < α

b. Uji Hosmer and Lemeshow
Uji ini, bertujuan untuk membandingkan distribusi observasi dengan
distribusi teory ( uji model). Hipotesis pengujian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara

�0 : K = 0 (1-β) , tidak ada perbedaan distribusi data dengan distribusi
logistik.

Kriteria pengujian :
Jika signifikansi < 0,5 maka �1 diterima, �0 ditolak.

Jika signifikansi > 0,5 maka �0 diterima, �1 di tolak.

c. Odd Ratio dan Efek Marjinal
Ln (

��

1−��

) �����ℎ Odd Ratio dimana (pi) menyatakan probabilitas

terjadinya peristiwa (Y=1) dan (1-pi) menyatakan probabilitas tidak
terjadinya peristiwa ( Y=0). Odd rasio dan efek marjinal dapat diketahui
melalui rumus :
Y = �0 + �1 �
β=

��
��

Zi =ln(
��

��



��

1−��

exp �( ln
��

1−��



�� =
ME=

1

��

1−��

1+� −�

���
���

) = �0 + �1 �

=

) � = exp (β)

��

1+� �

= β.pi(1-pi)

d. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
multikolineritas, digunakan salah satu cara dengan metode

Variance

Universitas Sumatera Utara

Inflation Factor (VIF) dengan batasan maksimum 2,77 yang diperoleh
dari Rumus VIF =

1

1−�22

yakni

1

1−0,82

= 2,77 dimana 0,80 merupakan

batasan maksimun dari �2 adalah 0,80 ( Gujarati, 2006).
3.5.Defenisi Operasional Variabel
3.5.1. Defenisi Opersional
1. Alih fungsi lahan sawah ke lahan kelapa sawit adalah perubahan peruntukan
lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
2. Tingkat Pendidikan petani adalah kegiatan formal yang diperoleh petani
dimana diukur dengan satuan tahun menggunakan skala rasio : untuk tingkat
SD=6, SMP= 9, SMA= 12, D3= 15, S1= 17. Setiap angka menunjukkan
perbedaan, semakin besar angka semakin tinggi pendidikannya (tahun).
3. Luas lahan adalah luas hamparan lahan milik petani yang ditanami padi sawah
atau kelapa sawit (Ha).
4. Ketersediaan air irigasi (Dummy Variabel D1=1; tersedia, D1=0 : Tidak
tersedia)
5. Ketersediaan modal diukur dengan skala ordinal dengan cara membandingkan
modal yang dimiliki petani dengan kebutuhan eksisting.
Tidak tersedia : jika persentase modal yang dimiliki petani dibanding dengan
kebutuhan modal 0% = (0)
Tersedia tetapi tidak cukup : jika persentase

modal yang dimilik petani

dibanding dengan kebutuhan modal< 100% = (1)
Tersedia dan cukup : jika persentase

modal yang dimilki petani dibanding

dengan kebutuhan kebutuhan modal ≥ 100% = (2)

Universitas Sumatera Utara

6. RasioPendapatan adalah

perbandingan

pendapatan petani sampel

dari

usahatani kelapa sawit dengan usahatani padisawah dengan luas lahan yang
sama. Bagi sampel yang telah mengalihfungsikan, rasio dihitung berdasarkan
pendapatan hasil usahatani kelapa sawit selama 4 bulan, dibandingkan dengan
hasil usahatani padi sawah sebelum dialihfungsikan dengan harga gabah kering
panen pada saat dilakukan penelitian, sedangkan bagi petani sampel yang tidak
mengalihfungsikan

lahannya,

rasio

pendapatan

dihitung

membandingkan pendapatan rata-rata usahatani Kelapa Sawit

dengan

dari petani

sampel yang telah mengalihfungsikan dengan pendapatan usahatani padi sawah
yang diusahakannya pada saat ini ( Lampiran 13 ).
7.Frekwensi Panen adalah jumlah kegiatan panen dalam kurung waktu empat
bulan, baik untuk tanaman padi sawah maupun tanaman kelapa sawit yang
diukur dengan menggunakan skala rasio.
8. Pengetahuan tentang undang-undang/peraturan tentang tataguna dan tata
kelolah adalah pengetahuan petani tentang UU peruntukan lahan pertanian
yang diperoleh baik melalui penyuluhan maupun sumber informasi yang lain
(Dummy variabel D3=1: tahu, D3=0: Tidak Tahu).

3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di tiga desa yaitu Desa Teluk Pulau Hilir, Pematang
Sikek dan Mukti Jaya Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten Rokan Hilir
2.Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2016.
3. Petani yang mengalih fungsikan lahannya adalah petani yang telah mengalih
fungsikan lahan sawahnya ke lahan kelapa sawit dimana tanaman kelapa sawit
yang dikelolah telah berumur 5 sampai dengan 8 tahun. Alasan pembatasan

Universitas Sumatera Utara

umur tanaman tersebut karena umur tanaman mempengaruhi produksi tandan
buah

segaryang

akan

dihasilkan.

Sedangkan

petani

yang

tidak

mengalihfungsikan lahannya adalah petani yang minimal telah melakukan
penanaman padi sawah minimal lima musim tanam berturut-turut di lahan
tersebut dan merupakan pemilik. Adapun alasan lima musim tanam berturutturut

untuk mengetahui rata-rata pendapatan usahatani. Sedangkan alasan

petani sampel harus pemilik, untuk dapat mengambil keputusan terhadap lahan
yang diusahakan.
4. Untukmengetahui pendapatan usahatani padi sawah bagi petani yang telah
mengalihfungsikan, adalah

produksi padi sawah pada saat mereka

berusahatani padi sawah dikali dengan harga rata-rata gabah kering panen
padi sawah pada saat ini.
5.Apabila data setelah diolah ditemukan data outlier baik yang diakibatkan oleh
variabel multikolineritas maupun variabel yang

tidak bervariasi, maka

pemecahannya dilakukan dengan mengeluarkan variabel yang bermasalah
tersebut dari Model (Gujarati, 2006).

Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Letak Dan Batas Wilayah
Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis,
sesuai dengan undang-undang nomor 53 tahun 1999. Wilayah Kabupaten Rokan
Hilir terletak pada bagian pesisir timur Pulau Sumatera antara 110 - 20 30’ LU
dan 1000 16’ - 1010 21’ BT. Luas wilayah Kabupaten Rokan Hilir adalah

8.882,59 Km2 yang terdiri dari 18 kecamatan dan 178 kepenghuluan dan 14
kelurahan.
Kabupaten Rokan Hilir memiliki batas-batas

wilayah

sebagai berikut

berikut:Sebelah utara berbatas dengan Propinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka,
sebelah selatan berbatas dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan
Hulu, sebelah Timur berbatas dengan Kota Dumai dan sebelah Barat berbatas
dengan Propinsi Sumatera Utara.

4.1.2. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Rokan Hilr beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan pada tahun
2015 adalah 1.158 mm/tahun, dengan temperatur udara antara 220 - 350 C.
Musim

kemarau didaerah ini umumnya terjadi pada bulan Pebruari sampai

dengan Agustus, sedangkan

musim penghujan terjadi pada bulan September

sampai dengan Januari dengan jumlah hari hujan pada tahun 2015 adalah 95
hari.

Universitas Sumatera Utara

4.1.3 Jumlah Penduduk Dan Jumlah Rumah Tangga Pertanian
Penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2014 adalah 618.355 jiwa, dengan
laju pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2010 sebesar 4,58% dengan mata pencaharian
masyarakatnya pada umumnya petani. Adapun jumlah rumah tangga petani di
Kabupaten Rokan Hilir terperinci pada Tabel 8.

Tabel 8. Pertumbuhan Rumah Tangga Usahatani Pertanian Di Kabupaten
Rokan Hilir dari Tahun 2003 – 2013.

No
1

Usaha
Tanaman pangan

2003

Rumah tangga Pertanian
Pertumbuhan
2013
Absolut
%

13.261

11.589

-1.672

-12,61

11.394

10.378

-1.016

-8,92

2

Padi

3

Palawija

2.568

1.458

-1.110

-43,22

4

Hortikultura

8.495

5.062

-3.433

-40,41

5

Perkebunan

40.001

61.644

21.643

54,11

6

Peternakan

16.842

13.574

-3.268

-19,40

9.644

5.745

-3.899

-40,43

515

1.313

798

154,95

7

Perikanan

8

Budidaya ikan

9

Penangkapan ikan

9.152

4.601

-4.551

-49,73

10

Kehutanan

2.857

1.121

-1.736

-60,76

11

Jasa pertanian

4.931

1.434

-3.497

-70,92

57.909

69.475

11.566

19,97

Jumlah

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Bappeda Kabupaten Rokan Hilir, 2015

4.2. Deskripsi Sampel
4.2.1. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari petani
tersebut. Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah petani yang masih
tetap melakukan kegiatan usahatani padi sawah di lahan sawahnya dan petani
yang telah melakukan alihfungsi lahan sawah ke lahan kelapa sawit.
Dari 173 jumlah sampel yang direncanakan, pada tahap penarikan hanya
114 sampel yang memenuhi batasan operasional. Dimana untuk petani yang
mengalihfungsikan, dari 88 sampel hanya 55 sampel yang memenuhi batasan
operasional.Sedangkan

33

sampel

tidak

memenuhi

batasan

operasional

diantaranya 16 orang yang memiliki umur tanaman kelapa sawit dibawah lima
tahun, sedangkan 17 orang memiliki umur tanaman diatas delapan tahun. Untuk
petani yang tidak mengalihfungsikan, dari 85 sampel, hanya 59 sampel yang
merupakan pemilik lahan sedangkan 26 orang merupakan petani penyewa.
Karateristik sampel terperinci seperti pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Daftar Karakteristik Petani Sampel
No

Karakteristik

Ukuran

Rentang

Rata-rata

1

Alih fungsi

1 = alih fungsi
0 = tidakalih fungsi

2

Tingkat
Pendidikan

Tahun

6 - 17

7,83

6=63orang(55,26%)
9=36 orang (31,58%)
12= 11 orang (9,65 %)
15= 1 orang (0,88% )
17= 2 orang (1,75% )

3

Luas lahan

Hektar

0,25 – 2,00

1,09

0,25=4 orang (3,51%)
0,50=9orang (7,89%)
0,75= 5 orang(4,38%)
1,00= 73 orang(64%)
1,50=6 orang (5,26 %)
2,00=17 orang (14,91%)

4

Ketersedian
air

5

Rasio
Pendapatan

6

Ketersediaan
Modal

1 =55 orang ( 48%)
0 =59 orang ( 52%)

1= irigasi
0= tidak irigasi
Rupiah

1=46 orang (40,35%)
0=68orang(59,65 %)
0,22 – 1,58

0,68

0 = tidak memiliki
modal
1=memiliki modal
namun
tdak
cukup
2= memiliki modal
dan cukup

0 = 4 orang ( 3,51%)
1=26 orang (22,81%)

2=84 orang (73,68%)

7

Pengetahuan
UU

8

Frekwensi
Panen

kali

1-8

4,44

9

Produksi
gkp per Ha

kg

3.000-4.500

4.750

10

Pendapatan
padi sawah
per Ha

Rp

5.285.000
-20.210.000

13.319.181

11

Pendapatan
kelapa sawit
per Ha
(4 Bulan)
Umur
Tanaman
Kelapa Sawit
Kepemilikan
lahan sawah

Rp

2.977.778
– 11.913.333

5.670.041

12

13

0=tidakmengetahui
1= mengetahui

< 5tahun
5 – 8 tahun
>8 tahun
Pemilik lahan
Penyewa lahan

Persentase

0=113 orang( 99,12%)
1= 1 orang (0,88% )

16 orang
55 orang
17 orang
59 orang
26 orang

(9,24%)
(31,79%)
(9,82%)
(34,10%)
(15,02%)

Sumber : Data Primer diolah

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil penelitian secara deskriptif,

dijelaskan bahwa 86,84% petani

diKabupaten Rokan Hilir hanya berpendidikan SD sampai dengan SMP.
Sedangkan sisanya 13,16% berpendidikan SLTA dan Perguruan tinggi, tidak
tertarik bekerja di sektor pertanian, dan lebih memilih bekerja di luar sektor
pertanian. Hal ini menunjukkan, bahwa apa yang menjadi salah satu kendala
pembangunan sektor pertanian di Indonesia adalah sumberdaya manusia yang
rendah, terbukti juga

di Kabupaten Rokan Hilir, dimana sektor pertanian

merupakan lapangan pekerjaan pilihan terakhir bagi masyarakat. Hal ini tentu
tidak dapat dibiarkan terus menerus, dan harus diupayakan untuk merubah
anggapan masyarakat bahwa sektor pertanian juga merupakan sektor yang mampu
meningkatkan kesejahteraan petani pelaku

dan keluarganyaapabila dikelolah

secara baik.
Luas lahan yang diusahakan petani baik padi sawah atau kelapa sawit rata-rata
luasnya 1,09 ha. Bila dilihat dari persentase luas lahan yang ditanami, maka luas
lahan yang paling tinggi persentasenya adalah satu ha dengan persentase 60%.
Produksi padi petani sampel, rata-rata per ha adalah 4.750 kg gabah kering
panen dengan harga rata-rata Rp.3.949 per kg dimana harga tertinggi yang
diterima petani adalah Rp.4.200 sedang harga terendah yang diterima petani
adalah Rp.3.800 per kilogram gabah kering panen.
Pendapatan usaha tani sangat dipengaruhi oleh biaya input usahatani
tersebut, dimana dari hasil perhitungan usahatani yang dilakukan (Lampiran
8,9,10 dan 11) rata-rata biaya produksi usahatani padi sawah petani sampel per
hektar adalah Rp. 8.067.727,178 sedangkan pendapatan rata-rata petani sampel
per hektar adalah Rp. 13.319.181 (lampiran 12).

Universitas Sumatera Utara

Produktvitas kelapa sawit petani sampel, pendapatan rata-rata per skala
luas tanam, dan pendapatan rata-rata hektar dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Daftar Pendapatan Rata - Rata Petani Alihfungsi per Skala Usaha,
per Hektar dan Produktivitas.

No

Luas
lahan

Pendapatan ratarata
(Rp)

Pendapatan
/ha(Rp)

Produktivitas
Kg/ha/tahun

1

0,50

4.280.000

8.560.000

28.800

2

0,75

3.043.334

4.057.778

12.532

3

1,00

6.313.268

6.313.268

18.007

4

1,50

7.073.381

4.715.587

13.665

5

2,00

8.433.000

4.216.500

13.025

Sumber: Data Primer diolah.

Dari Tabel 10, dapat dijelaskan bahwa pendapatan rata-rata per hektar usahatani
kelapa sawit adalah berada pada skala usaha 0,5 ha dengan produktivitas per ha,
28.800 kg pertahun. Hal ini disebabkan oleh faktor perawatan, dimana dengan
luas yang lebih sedikit, petani lebih mempunyai waktu dalam melakukan
perawatan. Sehingga dengan adanya perlakuan yang ekstra terhadap tanaman
kelapa sawit, maka akan mampu meningkatkan produktivitas tanaman tersebut.
Namun kasus ini tidak berlaku pada luas 0,75 ha, dimana produktivitas masih
lebih rendah dari produktivitas skala usaha satu ha dan skala usaha satu ha,
produktivitasnya juga melebihi produktivitas skala usaha 1,5 dan 2 ha, sehingga
dari ke empat skala usaha yang dilakukan petani sampel yang paling
menguntungkan adalah skala usaha satu ha.
Ketersediaan modal petani sampel, untuk mengalihfungsikan lahan
sawahnya ke lahan tanaman kelapa sawit,

mayoritas

memiliki modal yang

cukup, dimana jumlah petani sampel yang memiliki modal yang cukup berjumlah
84 orang dengan persentase 73,68 %.

Universitas Sumatera Utara

4.3. Hasil Analisis dan Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis diperoleh dengan menggunakan analisa regresi logistik.
Agar tidak mempengaruhi reprensentatif hasil pengolahan data,maka data yang
merupaka outlier tidak diturutkan dalam proses analisis, sehinggajumlah sampel
yang diolah hanya yang memenuhi syarat batasan operasional yaitu 114 petani
dengan menggunakan binary logistik regressionyang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Sesuai dengan hipotesis awal, ada tujuh variabel

independen

yang

mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan sawah ke lahan
kelapa sawit di Kabupaten Rokan Hilir yaitu : tingkat pendidikan (�1 ), luas lahan

(�2 ), ketersediaan air irigasi (�3 ), rasio pendapatan (�4 ), ketersediaan modal (�5 ),

pengetahuan tentang Undang-undang/Peraturan tentang tata kelola lahan (�6 ) dan
frekwensi panen (�7 ).

Data diolah dengan software SPSS, diperoleh hasil yang tidak sempurna,

dimana terdapat beberapa data atau variabel yang multikolinier yaitu variabel �3

( ketersediaan air dengan �4 (rasio pendapatan) dan variabel �3 (ketersediaan

air) dengan frekwensi panen (�7 ). Dimana dari hasil deteksi dengan

metodeVariance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada Lampiran 7diperoleh
VIF variabel ketersediaan air (�3 ) 3,833, frekwensi panen(�7 ) 3,552.

Sedangkan batas maksimal nilai VIF untuk mendeteksi suatu persamaan regresi
memiliki multikolinier atau tidak, dengan melihat VIF dari masing – masing
variabel,dimana VIF

variabel ketersediaan air dan variabel frekwensi panen

lebih besar dari 2,77 sebagai batas maksimum VIF. Variabel �6 (pengetahuan

tentang undang-undang) merupakan data outlierskarena datanya tidak bervariasi

Universitas Sumatera Utara

(Lampiran 5), sehingga variabel yang dianalisis, yaitu�1 ( tingkat pendidikan), �2

(luas lahan ), �4 (rasio pendapatan) dan �5 (ketersediaan modal). Hasil

pengolahan data untuk 114 petani sampel dengan menggunakan binary logistic

regressiondapat dijelaskan sebagai berikut.
Dari hasil uji secara serempak dengan menggunakan Omnibus test, diperoleh ChiSquare 79,863, dimana p < 0,005 (0,00 < 0,05) yang berarti secara serempak
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yang
mengindikasikan bahwa sejumlah variabel independen mampu membedakan
petani berkeinginan mengalihfungsikan atau tidak mengalihfungsikan (Lampiran
14).
Hosmer- Lemesshowadalah uji Goodness of Fit test dimana dari hasil pengolahan
data, diketahui nilai Chi-squere sebesar 12,707 pada taraf signifikansi 0,05 adalah
sebesar 0,122, oleh karena nilai ini diatas 0,05 maka �0 : K=0 ( 1-β); yang

artinya �0 tidak dapat ditolak karena tidak ada perbedaan signifikan antara model

dengan nilai observasi (tidak ada perbedaan signifikan distribusi data dengan

distribusi logistik), maka persamaan regresi ini dinyatakan fit dan diterima (
Table Hosmer and Lemeshow pada lampiran 14).
Pada Classification Tabledarihasil pengolahan data, menunjukkan bahwa Nilai
overal Percentage cukup baik sebesar 87,7 %. Ini menunjukkan bahwa dari hasil
observasi secara keseluruhan mampu diprediksi oleh parameter yang dipilh
dengan baik. Begitu juga bila dilihat secara detail, tingkat kemampuan parameter
yang dipilih untuk memprediksi hasil observasi yang bernilai 1 maupun yang
bernilai 0 juga baik. Dimana untuk observasi yang bernilai 1 (yang mengalih
fungsikan), 89,1% mampu diprediksi oleh parameter yang dipilih, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

observasi yang bernilai 0 (yang tidak mengalihfungsikan ), 86,4% mampu di
prediksi oleh parameter yang dipilih (Lampiran 14).
Tabel 11. Pengaruh Variabel Independen terhadap Keputusan Petani
No
1

2
3

4

Variabel
Tingkat
Pendidikan
(�1 )
Luas Lahan
(�2 )
Rasio
Pendapatan
(�4 )
Ketersedian
Modal(�5 )
Costanta

Koefisi
en

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(β)

-0,097

0,133

0,538

1

0,463

0,907

0,660

0,630

1,096

1

0,295

1,934

5,748

1,330

18,678

1

0,000 313,586

21,402

5139,295

0,000

1

0,997

1,971

0,000

1

0,996

0,000

-46,002 10.278,590

Sumber : Data Primer diolah ( lampiran 14)

Dari hasil olahan data
sebagaiberikut:Zi = Ln (
21,402 X 5

+e

��

1−��

pada Tabel 11, diperoleh hasil persamaan
) = -46,002 – 0,097X 1 + 0,660X 2 +

5,748X 4 +

hanya satu variabel yang signifikan dalam memprediksi keputusan petaniuntuk
mengalihfungsikan lahan sawahnya atau tidak :yaitu rasio pendapatan
(�4 ), sedangkan luas lahan (�2 ), ketersediaan modal (�5 ) dan tingkat pendidikan

(�1 ) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Dari hasil pengolahan data primer pada Tabel 11, dilakukan Uji Parsial (Uji
Wald) dengan melihat nilai β dan exponen β pada variabel yang signifikan yakni
variabel rasio pendapatan.
Pi = ( 0,98 )
ME = 5,748 x 0,98(1-0,98) =0,11

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa, rasio pendapatan naik 1, maka peluang untuk alih fungsi
lahan

naik sebesar 11%.Hal ini menunjukkan bahwa,faktor pendapatan

merupakan faktor

utama yang mempengaruhi

keputusan petani dalam

menentukan komoditi usahanya.Walaupun Hanizar (2012) dari hasil penelitiannya
di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara menyimpulkan bahwa
faktor pendapatan tidak signifikan mempengaruhi keputusan petani .
Usahatani yang dikelolah petani bukan lagi berorientasi pada produk yang
bersifat subsisten (memenuhi kebutuhan rumah tangga) sebagaimana yang selama
ini

terjadi

pada

petani

tanaman

pangan,

melainkan

sudah

memilikijiwakewirausahaan yang berorientasi pada profit usahatani. Nilai
signifikan variabel rasio pendapatan 0,00 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 yang
berarti, faktor rasio pendapatan secara signifikan mempengaruhi keputusan petani
untuk mengalihfungsikan lahannya dari lahan sawah ke lahan tanaman kelapa
sawit.
Namun secara deskripsi, rata-rata rasio pendapatan adalah 0,68 dengan pengertian
secara rata-rata pendapatan petani sawah lebih besar dari petani kelapa sawit. Hal
ini menunjukkan adanya perbedaan antara hasil penelitian yang dilakukan
secara inferensial dengan hasil penelitian

yang dilakukan secara

deskripsi.

Adapun faktor penyebab tersebut adalah informasi yang diperoleh melalui tanya
jawab dengan petani sampel, dimana informasi yang diperoleh dari petani padi
sawah (yang tidak mengalih fungsikan) hanya terbatas pada hasilpanen pada saat
penelitian, dimana pada saat penelitian dilakukan bulan Pebruari sampai dengan
bulanMaret 2016.

Universitas Sumatera Utara

Rata-rata hasil produksi padi sawah petani pada musim tanam tersebut
cukup bagus bila dibanding dengan musim tanam tahun sebelumnya dengan
produksi rata-rata per ha adalah 4.750 kg dan harga GKPRp. 4.000per kg yang
juga merupakan harga tertinggi dibanding harga GKP pada tahun sebelumnya
terperinci pada Tabel 12.

Tabel 12. Daftar Harga Rata-Rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat
Petani oleh Pihak Swasta di Kabupaten Rokan Hilir dari Tahun
2009 – 2015.
Harga Gabah Kering Giling
No
Tahun
( Rp/Kg )
1
2009
3000
2
2010
3500
3
2011
3800
4
2012
3900
5
2013
3900
6
2014
3900
7
2015
4000
Sumber: Dinas Pertanian Dan Peternakan KabupatenRokan Hilir, 2015

Sedangkan pada tanaman kelapa sawit yang dikelolah oleh petani yang
mengalihfungsikan produksinya hanya dihitung dalam kurung waktu 4 bulan
dengan

penyesuaian umur tanaman padi yang menjadi pembanding 4 bulan

dengan patokan produksi dan harga pada saat penelitian tersebut. Diketahui
bahwa harga TBS kelapa sawit cukup berfluktuasi dalam hitungan hari, dimana
pada saat penelitian, harga per kg

hanya berkisar Rp.1.150sampai dengan

Rp.1.300sedangkan bila dilihat rata-rata harga TBS per kg pada Tahun 2010 yang
merupakan masa penanaman tanaman kelapa sawit petani yang diteliti, berkisar
antara Rp.1.060 sampaiRp.1.800 per kg dimana harga ini cukup memberikan
peluang peningkatan pendapatan petani dengan potensi produktivitas 20 sampai
24 ton per ha pertahun. Disamping itu, kalau dilihat dari data harga TBS kelapa

Universitas Sumatera Utara

sawit dalam kurung waktu delapan bulan sebelumnya yaitu dimulai dari harga
TBS bulam Juli sampai dengan Desember 2015, harga rata-rata hanya mencapai
Rp.615 dimana harga tertinggi Rp.900 dan terendah Rp.460 dan khusus pada
bulan Agustus,September dan Oktober harga TBS berada pada harga dibawah
rata-rata, terperinci pada Tabel 13.

Tabel 13. Daftar Harga Rata-Rata TBS di tingkat Petani dari Tahun 2009 –
2005 (Rp/Kg)
No Bulan\Tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Max
Min

2009

2010

2011

2012 2013

2014 2015

650
1060
680
1100
1000
1130
1150
1110
1200
1130
1100
1090
850
1090
1000
1216
950
1260
820
1225
950
1535
1050 1800
1200
1800
650
1060

1226
1612
1435
1400
1650
1350
1250
1330
1185
975
990
875
1650
875

1210
1375
1495
1550
1365
918
1075
1075
910
895
900
870
1550
870

1350
1550
1450
1450
1450
1350
1150
775
870
1050
1175
1200
1550
775

1085
1115
1090
1070
1115
1160
1100
1070
1365
1365
1585
1585
1585
1070

1250
1225
1280
1130
1100
1030
750
480
460
500
600
900
1280
460

Sumber :Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir, 2015

Dengan harga TBS seperti ini, mengakibatkan pendapatan petani kelapa sawit
menurun, yang akhirnya berdampak pada kurangnya perawatan pada tanaman
kelapa sawit milik petani.
Kurangnya perawatan akan menimbulkan dampak penurunan produksi
enam bulan kedepan. Dimana yang seharusnya melakukan pemanenan buah yang
terjadi hasil penyerbukan

pada saat itu, tidak dapat memberikan hasil yang

maksimal, sehingga akan menurunkan produktivitas kelapa sawit yang terjadi
pada saat pelaksanaan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Selain

perawatan, pengaruh iklim juga sangat menentukan

produktivitas

tanaman kelapa sawit tersebut. Dengan terjadinya anomali iklim, berdampak pada
kekeringan, yang mengakibatkan defisit air pada tanaman kelapa sawit, yang
akhirnya terjadi penurunan produktivitas seperti yang dijelaskan melalui Tabel 14.

Tabel 14.Dampak Cekaman Kekeringan terhadap Kelapa Sawit

Defisit air
Jumlah daun Jumlah pelepah
Stadia (mm/tahun)
tombak
tua patah
I
200 - 300
1-4
1-8
II
300-400
4-5
8-12
III
400-500
4-5
12-16
IV
> 500
5-6
14-18
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2015.

Penurunan
Produktivitas
(%)
0-15
5-20
10-25
15-20

Faktor umur tanaman, juga mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa
sawit, dimana sesuai dengan batasan operasional sampel yang terpilih untuk
petani alih fungsi, adalah petani yang tanaman kelapa sawitnya berumur 5 sampai
8 tahun, dimana umur 5- 8 tahun merupakan umur tanaman yang menunjukkan
produksi yang menaik (increasing). Selain itu, umur tanaman 5 – 8 tahun bobot
TBS masih berada pada berat 6,7 – 12,7 kg /tandan dan bila di rata-ratakan bobot
TBS hanya 9,7 kg per tandan. Dengan bobot TBS yang masih rendah, maka
produktivitas juga pasti rendah seperti yang dijelaskan melalui Tabel 15.

Tabel 15. Hubungan Umur Tanaman Terhadap BobotTBS, Jumlah Tandan per
pohon dan Produksi perpohom pertahun.

Umur
3
4
5
6
7
8
9

Bobot Rata-rata TBS
(kg/tandan)
3,0
5,3
6,7
8,5
10,8
12,7
15,5

Rata-rata Jumlah
Tandan per Pohon
15,9
17,4
16,6
15,4
15,7
14,8
12,9

produksi / pohon/tahun
(kg)
47,7
92,2
111,2
130,9
169,6
187,9
199,9

Universitas Sumatera Utara

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

16,0
17,4
18,5
19,5
20,0
20,6
21,8
23,0
24,2
25,5
26,6
27,4
28,4
29,4
30,0
31,2

12,5
11,5
10,8
10,3
9,3
9,1
8,3
7,4
6,7
6,0
5,5
5,1
4,6
4,2
3,8
3,6

200,0
200,1
199,8
200,8
186,0
187,5
180,9
170,2
162,1
153,0
146,3
139,7
130.6
123,5
114,0
112,3

Sumber: Pusat Peneliatan Kelapa Sawit, 2015.

Untuk faktor pendidikan (sign= 0,463), luas lahan (sign= 0,295) dan ketersediaan
modal (sign=0,997), ketiganya tidak signifikan mempengaruhi keputusan petani
untuk mengalihfungsikan lahan sawahnya.Sedangkan dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hanizar (2012) di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu
Utara dengan menggunakan model regresi logit, disimpulkan bahwa faktor
pendidikan dan faktor luas lahan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
petani, begitu juga modal usaha, dari hasil penelitian yang dilakukan Gargaran
(2011) secara signifikan mempengaruhi keputusan petani.
Secara deskriptif, diketahui bahwa petani di Rokan Hilir didominasi oleh
petani yang berpendidikan SD sampai SMP dengan persentase 86,6%. Jadi
kesimpulan hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan petani

terhadap keputusan petani

tidakmelakukan atau melakukan alihfungsi lahan sawahnya ternyata

untuk
tidak

berlaku secara umum khususnya bagi petani di daerah Kabupaten Rokan Hilir.
Dengan tidak signifikannya pengaruh faktor pendidikan terhadap keputusan
petani, menununjukkan bahwa

faktor pendidikan

tidak dapat mengkontrol

Universitas Sumatera Utara

produksi dan harga usahatani baik padi sawah maupun kelapa sawit. Dimana
produktivitas dan harga merupakan unsur penentu untuk suatu pendapatan
usahatani.
Begitu juga dengan luas lahan yang ditanami padi sawah, juga tidak secara nyata
mempengaruhi keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahannya. Dengan
demikian kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Hanizar pada
Tahun 2012 di Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara

yang

menyatakan bahwa faktorpendidikan formal petani dan luas lahan sawah yang
dimiliki petani secara signifikan mempengaruhi keputusan petani untuk
mengalihfungsikan atau tidak mengalihfungsikan lahan sawahnya ke lahan kelapa
sawit tidak berlaku secara umum khususnya pada petani sawah di Kabupaten
Rokan Hilir.
Untuk faktor ketersediaan modal, menurut Gargaran (2011) dari hasil
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu, menyimpulkan bahwa
modal kerja mempengaruhi keputusan petani secara signifikan untuk mengalih
fungsikan atau tidak mengalihfungsikan lahan sawahnya ke lahan kelapa sawit.
Namun dari kesimpulan dari hasil penelitian ini, bahwa faktor ketersediaan
modal juga tidak berlaku secara umum termasuk bagi petani di daerah Kabupaten
Rokan Hilir. Hal ini terlihat pada hasil wawancara di lapangan, masih ditemukan
petani sampel yang tetap menanam padi sawah di lahannya walaupun memiliki
kecukupan modal untuk melakukan penanaman kelapa sawit dimana dari 84 orang
petani sampel yang memiliki kecukupan modal, terdapat 31 orang yang tidak
melakukan alihfungsi (36,90%).Jadi hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
yang signifikan faktor kecukupan modal terhadap keputusan petani untuk

Universitas Sumatera Utara

mengalihfungsikan lahannya, tidak berlaku pada petani padi sawah di Kabupaten
Rokan Hilir.
Di Kabupaten Rokan Hilir, faktor yang signifikan yang mempengaruhi
keputusan petani untuk mengalihfungsikan lahan sawah ke lahan kelapa sawit
adalah faktor pendapatan. Hal ini, diakibatkan bahwa petani sawah di Kabupaten
Rokan Hilir, merupakan petani yang telah lama berusahatani padi sawah, dengan
menghadapi kendala baik faktor alam, resiko kegagalan panen, keterbatasan
infrastruktur dan terlebih masalah pemasaran, membuat petani sulit sekali
meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Sementara kecamatan lain yang
merupakan kecamatan tetangga bagi kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra
produksi sawah, merupakan daerah sentra pengembangan kelapa sawit, seperti
Kecamatan Bagan Sinembah, yang merupakan daerah trasmigrasi Pirsus kelapa
sawit, dan berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, membuat petani
sawah yang berada di kecamatan sentra padi sawah seperti Kecamatan Rimba
Melintang, Bangko Pusaka, dan Kubu, termotivasi untuk menanam kelapa sawit
dengan alasan menanam kelapa sawit lebih menguntungkan sehingga faktor
pendapatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi petani di Kabupaten
Rokan Hilir untuk

mengalihfungsikan lahan sawahnya ke lahan Kelapa

Sawit.Dari Tabel 8, dapat dilihat laju pertumbuhan rumah tangga pertanian dari
tahun 2003 sampai 2013

adalah negatif, sedangkan

rumah tangga sektor

perkebunan laju pertumbuhan positif 54,11 %.
Dari hasil analisis diatas, alasan utama petani untuk alihfungsi lahan adalah
faktor pendapatan, dan ini seiring dengan harapan setiap individu untuk dapat
mencapai kehidupan sejahtera. Petani padi sawah juga merupakan bagian dari

Universitas Sumatera Utara

masyarakat yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik, namun seiring dengan
perjalanan waktu, petani sawah tidak menunjukkan kehidupan lebih baik.
Di Kabupaten Rokan Hilir,

dari hasil informasi yang diperoleh dari

petani

kegitan alihfungsi ini, sudah mulai pada Tahun 2000 dan terus menunjukkan laju
alihfungsi sampai Tahun 2012. Tentu

kegiatan alihfungsi ini, merupakan

ancaman bagi program ketahanan pangan dengan semakin menurunnya luas areal
yang ditanami padi sawah, karena telah beralih ke kebun kelapa sawit.
Untuk merubah kebun kelapa sawit yang ditanam di lahan sawah untuk
kembali ke usahatani padi sawah, sungguh tidak mungkin, dan jalan satu-satunya
adalah mempertahankan lahan sawah yang ada disamping melakukan percetakan
sawahbaru.
Percetakan sawah baru, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan
membutuhkan porses yang panjang. Dalam upaya mempertahankan lahan sawah
yang masih ada, tentu kembali kepada keputusan petani sebagai pemilik lahan
sawah dan juga sebagai subjek pembangunan sebagaimana diamanahkan oleh
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992.
Sesuai dengan faktor yang signifikan mempengaruhi keputusan petani sawah
untuk melakukan atau tidak melakukan alihfungsi lahan, adalah faktor
pendapatan, maka konsep agribisnis merupakan salah satu acuan yang dapat
diterapkan pada usahatani padi sawah.
Adapun konsep agribisnis ini, terdiri dari beberapa subsitem yaitu:
subsistem input yang meliputi ketersediaan sarana produksi ( pupuk, benih, dan
alsitan), subsistem usahatani yang merupakan kegiatan usahatani, subsistem
pengolahan, subsisten pasar dan subsistem penunjang (Firdaus, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Pada subbab landasan teori, Soekartawi(1995) menjelaskan bahwa
pendapatan atau keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya
produksi. Sehingga peningkatan pedapatan dapat dilakukan melalui beberapa cara
yakni : (1) peningkatan produktivitas melaluipenerapan teknologi, (2)efisiensi
penggunaan input usahatani dengan teknologi dan alat mesin pertanian, (3)
perbaikan infrastruktur yang mendukung dan (4) kebijakan harga gabah yang
berpihak kepada petani.
Dalam upaya mencegah alihfungsi lahan yang terjadi di Rokan Hilir dan
Indonesia secara umum, ada beberapa instansi yang terlibat dalam upaya ini,
diantaranya dinas yang membidangi pengairan yang bertanggung jawab dalam
perbaikan saluran primer dan sekunder. Dinas Perdagangan yang bertanggung
jawah dalam hal pemasaran hasil produksi petani, dan steakholder yang lain
khusus pada kegiatan off farm, dan perlu kita sadari bahwa permasalahan yang
sering terjadi di sektor pertanian adalah pada kegiatan off farm yaitu pada
subsistem input seperti kelangkaan pupuk dan harga yang tinggi, sementara pupuk
subsidi yang ada hanya dikuasai oleh pengeceryang membuat harga diatas harga
eceran tertinggi (HET) yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Begitu juga subsistem pemasaran yang sering menjadi dilema buat petani, dimana
pada umumnya petani selalu berada pada posisi tawar yang lemah, yang
berdampak kerugian di pihak petani. Untuk meningkatkan posisitawar petani
perlu upaya penguatan kelembagaan petani seperti kelompoktani yang bersatu
dalam bentuk gapoktan dan koperasi, sehingga petani tidak lagi hanya sebagai
penerima harga semata tetapi mampu menjadi pricemakeryang akhirnya dari hasil
usaha padi sawah tersebut mampu memberi pendapatan yang lebih baik. sehingga

Universitas Sumatera Utara

dalam upaya pemecahan masalah diatas dipelukan suatu power yang mampu
mengkoordinasikan seluruh instansi terkait

yaitu Bupati/Walikota ditingkat

wilayah Kabupaten dan Kota, atau Gubernur ditingkat Propinsi.
Bila sistem agribisnis dapat diterapkan pada usaha padi sawah, maka akan
memberikan suatu peluang yang berorientasi pada keuntungan di pihak petani,
sehingga upaya menekan alihfungsi lahan sawah melalui peningkatan pendapatan
usahatani dapat terwujud, yang akhirnya kekuatiran adanya gangguan ketahanan
pangan khususnya beras akibat alihfungsi lahan tidak ada lagi.

Universitas Sumatera Utara

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan
Faktor yang signifikan mempengaruhi keputusan petani di Kabupaten Rokan
Hilir untuk mengalihfungsikan lahan sawah ke lahan kelapa sawit adalah rasio
pendapatan. Dimana ketika rasio pendapatan naik 1, maka peluang untuk
alihfungsi lahan naik sebesar 11%, sedangkan luas lahan, ketersediaan modal
dan tingkat pendidikan tidak signifikan mempengaruhi keputusan petani.

5.2.Saran
1.Pada penelitian ini, data yang diperoleh hanya terbatas pada satu waktu tertentu,
baik pada petani yang tidak mengalihfungsikan ( petani padi sawah) maupun
petani yang mengalihfungsikan ( petani kelapa sawit). Dimana data yang
diperoleh dari petani padi sawah, hanya terbatas pada satu titik penelitian
yakni hasil panen pada saat itu, baik produktivitas maupun harga. Dimana
produktivitas dan harga,berfluktuasi setiap waktu musim tanam.
2. Begitu juga pada petani kelapa sawit, data yang diperoleh berasal dari saat
penelitian baik produksi dan harga. Hargadan produksi sangat dipengaruhi
oleh kondisi yang berfluktuasi setiap saat. Sehingga data cross section kurang
refrensentatif untuk penelitian ini, dan kedepan diharapkan pada penelitian
yang sama dibutuhkan data time series, baik itu data produksi, harga produksi
dan iklim yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan
petani baik petani padi sawah maupun petani kelapa sawit.
3. Keputusan yang diambil petani untuk mengalih fungsikan lahannya tidak
hanya sebatas pertimbangan satu waktu tertentu, tetapi pertimbangan waktu

Universitas Sumatera Utara

yang panjang, terlebih untuk tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman
masa ekonomis yang panjang.
4.Dalam penelitian ini, sampel tidak menyebar keseluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Rokan Hilir, sehingga

mengurangi tingkat reprensentatif dari

sampel yang ada, sehingga untuk penelitian lebih lanjut agar dalam penentuan
penarikan sampel dapat mewakili seluruh kecamatan, khususnya kecamatan
yang merupakan daerah potensi padi sawah.

Universitas Sumatera Utara