Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi
kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain
berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber
kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia,
telah memunculkan kekhawatiran akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di
masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi perkapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan
ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih
cukup tinggi.
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 2,48%/tahun,
dari 66,47 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2010 menjadi 74,99 juta

ton gabah kering giling pada tahun 2015 sedangkan laju peningkatan produktivitas
mencapai rata-rata 1,08%/tahun dan luas panen meningkat rata-rata 1,37 %/tahun,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
1

Universitas Sumatera Utara

2

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
Tahun 2010-2015 di Indonesia.
Luas Panen
Produktivitas
Produksi
Tahun
Ha
%
Ku/Ha
%
Ton

%
2010
13.253.450
50,15
66.469.394
2011
13.203.643
(0,38)
49,8
(0,70)
65.756.904
(1,07)
2012
13.445.524
1,83
51,36
3,13
69.056.126
5,02
2013

13.835.252
2,90
51,52
0,31
71.279.709
3,22
2014
13.797.307
(0,27)
51,35
(0,33)
70.846.465
(0,61)
2015
14.178.172
2,76
52,89
3,00
74.997.788
5,86

Rata-Rata
1,37
1,08
2,48
Sumber: Direktoral Jenderal Tanaman Pangan, Tahun 2016.
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri, telah
ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2016 sebesar 76,23 juta ton gabah
kering giling (GKG). Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai
sasaran produksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya peningkatan
produksi yang luar biasa.

Universitas Sumatera Utara

3

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata – Rata Produksi Padi Sawah
Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2015.
No
Kabupaten / Kota
Luas Panen

Produksi
Produktivitas
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
1
Nias
8.833
32.874
3,722
2
Mandailing Natal
39.591
199.428
5,037
3
Tapanuli Selatan
32.281
161.999
5,018

4
Tapanuli Tengah
30.232
132.979
4,399
5
Tapanuli Utara
23.871
120.893
5,064
6
Toba Samosir
21.216
116.320
5,483
7
Labuhanbatu
2.4310
116.320
4,785

8
Asahan
18.351
100.349
5,468
9
Simalungun
89.541
535.805
5,984
10
Dairi
15.708
91.861
5,848
11
Karo
17.920
104.668
5,841

12
Deli Serdang
75.105
423.083
5,633
13
Langkat
79.167
440.952
5,570
14
Nias Selatan
24.407
116.475
4,772
15
Humbang Hasundutan
16.988
82.833
4,876

16
Pakpak Bharat
2.425
10.587
4,366
17
Samosir
8.602
43.336
5,038
18
Serdang Bedagai
72.649
406.947
5,602
19
Batu Bara
35.760
188.729
5,278

20
Padang Lawas Utara
25.969
110.387
4,251
21
Padang Lawas
13.647
59.562
4,364
22
Labuhanbatu Selatan
819
3.987
4,868
23
Labuhanbatu Utara
24.022
102.586
4,271

24
Nias Utara
3.544
12.044
3,398
25
Nias barat
2.610
10.269
4,073
26
Sibolga
27
Tanjung Balai
224
1.045
4,665
28
Pematang Siantar
4.436
26.778
6,037
29
Tebing Tinggi
635
3.350
5,276
30
Medan
3.258
14.233
4,369
31
Binjai
2.868
14.445
5,037
32
Padang Sidimpuan
10.548
53.689
5,073
33
Gunung Sitoli
2.238
11.330
5,062
Sumatera Utara
731.811
3.868.880
5,287
Sumber : BPS Sumatera Utara Dalam Olah, Tahun 2015.
Tabel diatas menjelaskan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun
2015 memiliki luas panen padi sawah seluas 72.649 Ha, produksi sebesar 406.947
ton dan rata-rata produksi sebanyak 5,602 Ton/Ha.

Universitas Sumatera Utara

4

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi tanaman pangan khususnya padi di Sumatera Utara. Daerah ini sangat
subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil
pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan
segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian
tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut
kebutuhan pokok masyarakat (Badan Pusat Statistik, 2011).
Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi tanam budidaya padi,
salah satu diantaranya adalah sistem tanam jajar legowo. Pengenalan dan
penggunaan sistem tanam tersebut disamping dapat mendapatkan pertumbuhan
tanaman yang optimal

juga

ditujukan

untuk

meningkatkan

hasil

dan

pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit akan
mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti jumlah anakan dan malai
yang lebih sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah
permalai berkurang bila dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang lebar
(potensial). Fakta dilapangan membuktikan bahwa penampilan individu tanaman
padi pada jarak tanam yang lebar lebih bagus dibandingkan dengan jarak tanam
yang rapat.
Dengan teknologi tanam jajar legowo maka pada barisan tanaman terluar
memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar sekaligus sirkulasi udara dan
pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman. Selain itu upaya
penanggulangan gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Universitas Sumatera Utara

5

Pemahaman terhadap teknologi tanam jajar legowo padi menjadi penting
agar manfaat yang akan diperoleh dari penerapannya akan lebih optimal.
Sistem tanam jajar legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan pola
beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang
seharusnya ditanam pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman
sisipan di dalam barisan kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak
tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar
sekaligus populasi lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini, mampu memberikan
sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih baik untuk pertanaman.
Selain itu upaya pengendalian gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan
lebih mudah.
Meskipun sistem tanam jajar legowo ini sudah disosialisasikan melalui
program pendampingan, namun sebagian besar petani di Desa Sei Bamban masih
menggunakan sistem tanam tegel yang menurutnya lebih praktis dibandingkan
sistem tanam jajar legowo. Namun ada sebagian kecil petani yang telah
mengadopsi sistem tanam jajar legowo tersebut. Hal ini disebabkan karena
kebiasaan para petani yang meneruskan usahatani secara turun temurun. Sebagian
besar petani di daerah ini menganggap bahwa pengalaman sistem tanam yang
mereka lakukan sudah benar. Sistem tanam jajar legowo yang dianjurkan adalah
sistem tanam jajar legowo 2:1, dan sistem tanam jajar legowo 4:1. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penelitian ini menggunakan sistem tanam jajar
legowo 2:1 dan sistem tanam jajar 4:1 dengan pembanding menggunakan sistem
tanam tegel.

Universitas Sumatera Utara

6

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan curahan tenaga kerja usahatani padi sawah

antara

sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem
tanam tegel ?
2. Apakah ada perbedaan jumlah biaya produksi usahatani padi sawah antara
sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem
tanam tegel?
3. Apakah ada perbedaan produktivitas usahatani padi sawah antara sistem tanam
jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel?
4. Apakah ada perbedaan pendapatan usahatani padi sawah antara sistem tanam
jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalis perbedaan curahan tenaga kerja usahatani padi sawah antara
sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem
tanam tegel.
2. Untuk menganalis perbedaan jumah biaya produksi usahatani padi sawah
antara sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan
sistem tanam tegel.
3. Untuk menganalis perbedaan produktivitas usahatani padi sawah antara sistem
tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.

Universitas Sumatera Utara

7

4. Untuk menganalis perbedaan pendapatan usahatani padi sawah antara sistem
tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan masukan bagi para petani padi di Sei Bamban khususnya dan
petani padi di Indonesia umumnya agar dapat mengetahui sistem manakah
yang lebih baik antara sistem jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1,
dengan sistem tegel.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakankebijakan yang mendukung perkembangan usahatani padi di Indonesia.
3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 3 79

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 14

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 1

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 3

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 21

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 2

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai) Chapter III VI

0 0 45

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 1

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 56