Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan
daerah sesuai dengan tujuan penelitian yakni Desa Sei Bamban yang merupakan
daerah yang mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar
legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel. Hal ini
didukung dengan data serbagai berikut:
Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata – Rata Produksi Padi Sawah
Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015.
No
Kecamatan
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(Ton)
(Ton/Ha)
1
Kotarih

170
825
5,032
2
Silinda
729
3.644
5,191
3
Bintang Bayu
4
Dolok Masihul
2.309
12.459
5,602
5
Serbajadi
2.075
11.015
5,513

6
Sipispis
552
2.816
5,303
7
Dolok Merawan
8
Tebing Tinggi
5.615
29.878
5,524
9
Tebing Syahbandar
1.098
5.853
5,532
10
Bandar Khalipah
6.121

32.469
5,507
11
Tanjung Beringin
7.857
41.547
5,491
12
Sei Rampah
5.443
29.396
5,606
13
Sei Bamban
10.694
57.726
5,604
14
Teluk Mengkudu
6.898

37.174
5,596
15
Perbaungan
13.705
76.084
5,763
16
Pegajahan
3.692
20.498
5,764
17
Pantai Cermin
8.464
46.972
5,761
Serdang Bedagai
75.427
408.381

5,611
Sumber :Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai,
Tahun
2015

27

Universitas Sumatera Utara

28

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Sei Bamban
pada tahun 2015 merupakan kecamatan dengan luas panen padi sawah seluas
10.694 Ha, produksi sebesar 57.726 ton dan rata-rata produksi sebanyak 5,604
Ton/Ha.
Kecamatan Sei Bamban

terdiri dari sepuluh

desa, dan salah satu


diantaranya adalah desa Sei Bamban. Desa Sei Bamban merupakan daerah yang
mengusahakan pertanian padi sawah dengan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem
tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani di Desa Sei Bamban.
Penggolongan untuk petani yang melakukan usahatani ini terdiri sistem tanam
jajar legowo 2:1 dan sietem tanam jajar legowo 4:1 serta petani yang
menggunakan sistem tanam tegel.
Metode penentuan sampel petani di Desa Sei Bamban dilakukan secara
Disproporsionate random sampling

yaitu metode untuk menentukan jumlah

sampel apabila popolasinya kurang proporsional, yakni salah satu strata lebih
besar dibanding strata yang lain. dimana pembagiannya dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 6. Populasi dan Sampel Padi Sawah Dengan Sistem Tanam Jajar
Legowo 2:1, Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 dan Sistem Tanam
Tegel.

No Sistem Tanam
Populasi
Sampel
1
Jajar Legowo 2:1
10
10
2
Jajar Legowo 4:1
632
10
3
Tegel
1.263
17
Total
1.905
37
Sumber: Petugas PPL Pertanian Desa Sei Bamban, Tahun 2016.


Universitas Sumatera Utara

29

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa populasi petani yang menerapkan
sistem tanam jajar legowo 2:1 hanya 10 petani maka seluruhnya akan dijadikan
sampel. Hal ini menyebabkan hanya sampel dengan sistem tanam jajar legowo
2:1 yang diambil secara proporsional. Jumlah sampel untuk sistem tanam jajar
legowo 4:1 adalah sebanyak 10 petani. Jumlah sampel untuk petani padi sawah
sistem tegel adalah sebanyak 17 petani.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan para petani dan
PPL Pertanian di Desa Sei Bamban, baik melalui survei ataupun melalui daftar
kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
lembaga, instansi, atau dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan
Pusat Statistik dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
(BPTP Sumut).
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terlebih dahulu ditabulasi, lalu

dijabarkan dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.
Hernanto (1993) menyatakan bahwa satuan tenaga kerja dalam usahatani
dibedakan atas:
 Hari kerja pria (HKP)

= 1 HKP

 Hari kerja wanita (HKW) = 0,8 HKP
 Hari kerja anak (HKA)

= 0,5 HKP

 Hari kerja ternak (HKT)

= 5 HKP

Universitas Sumatera Utara

30


 Hari kerja mesin (HKM) = 25 HKP
Nilai Penyusutan Alat (NPA), merupakan nilai yang terdapat pada suatu
alat dengan melihat harga awal dari barang tersebut, harga akhir, umur ekonomis,
dan jumlah barang tersebut (Zaki Baridwan, 2001).
NPA =

Harga awal – Harga akhir x Jumlah Alat
Umur Ekonomis

Seluruh hipotesis dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA yang
merupakan pengembangan dari uji-t 2-sampel. Perbedaannya, uji t hanya mampu
mengakomodasi pengujian kesamaan 2 rata-rata populasi, sedangkan uji Anova
digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata untuk 3 atau lebih populasi.
Tujuannya sama dengan uji-t, yaitu menguji kesamaan rata-rata dari 3 atau lebih
populasi.
Kriteria Uji:
H0 diterima jika sig > α0,05 artinya tidak ada perbedaan
H1 diterima jika sig < α0,05 artinya ada perbedaan

Universitas Sumatera Utara


31

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Defenisi
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai penelitian tentang istilahistilah yang terdapat didalam proposal ini maka dibuat defenisi dan batasan
operasional sebagai berikut:
1.

Petani padi sawah adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian,
utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk
menumbuhkan dan memelihara tanaman padi, dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun
menjualnya kepada orang lain.

2.

Usahatani padi merupakan suatu proses produksi yang dijalankan sebagai
suatu usaha komersial yang memerlukan faktor-faktor produksi. Faktor
produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan suatu
produksi.

3.

Sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana
antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan
memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan
bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak
cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih
optimal, cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong.

4.

Sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah rekayasa teknologi tanam padi dimana
antara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan
memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi dengan pemadatan barisan
bagian pinggir agar tersedia ruang terbuka untuk mendapatkan lebih banyak

Universitas Sumatera Utara

32

cahaya matahari serta unsur hara sehingga produktivitas tanaman lebih
optimal, cara tanam berselang seling 4 baris dan 1 baris kosong.
5.

Sistem tanam tegel adalah penanaman padi dimana antara barisan tanaman
padi diberi jarak yang sama dan tidak terdapat lorong kosong yang lebih
lebar.

6.

Faktor produksi merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan
suatu produksi seperti lahan, modal (bibit, pupuk, pestisida) dan tenaga kerja.

7.

Lahan sawah umumnya merupakan

berpetak-petak

dan

dibatasi

oleh

pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air.
8.

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi
lainnya menghasilkan barang-barang baru yaitu hasil pertanian

9.

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja dan potensial yang dapat
bekerja untuk memproduksi barang atau jasa.

10. Produksi adalah hasil dari kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani.
10. Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang
lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang
atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.
11. Penerimaan adalah hasil penjualan padi sawah yang dikalikan dengan harga
jual oleh petani.
11. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama
proses produksi, yang terdiri dari: biaya sarana produksi (bibit, pupuk,
pestisida), biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya.
12. Pendapatan adalah hasil pengurangan dari penerimaan dan biaya produksi.

Universitas Sumatera Utara

33

13. Kelayakan adalah suatu kegiatan analisis untuk menilai sejauh mana manfaat
yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usahatani.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan Pada tahun Bulan Januari Tahun 2017 di Desa Sei
Bamban, Kecamatan sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel adalah petani yang menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1, sistem
tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel.
3. Penelitian dilakukan dalam satu kali musim tanam.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Geografis Desa
4.1.1. Batas Administrasi dan Aksesbilitas Desa
Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang dipimpin oleh Kepala
Desa baru hasil pemilihan kepala desa 2013 yang bernama Alferius Sihotang, SH.
Luas wilayah desa Sei Bamban ialah sebesar 1.862,16 Ha dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: berbatasan dengan Desa Pon

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Suka Damai
Sebelah Barat

: berbatasan dengan Desa Bakaran Batu

Sebelah Timur

: berbatasan dengan Desa Tanjung Beringin dan Tebing Tinggi.

Jarak tempuh dari ibukota kecamatan ke Desa Sei Bamban ialah 1 km
dengan waktu tempuh 5 menit dan jarak dari ibukota kabupaten 8 km dengan
waktu tempuh 15 menit serta jarak dari ibukota provinsi adalah 66 km dengan
waktu tempuh 1,5-2 jam dengan menggunakan sepeda motor.
4.1.2 Topografi
Desa Sei Bamban berada pada ketinggian 13 m dpl dan merupakan dataran
rendah dengan kondisi lahan yang berbeda-beda, yang terdiri dari jalan seluas 15
Ha, sawah 1600 Ha, ladang 158 Ha, perkebunan 4 Ha, bangunan umum 2 Ha,
pemukiman/perumahan 76 Ha, pekuburan 5 Ha, industri 8 Ha dan pekantoran

34

Universitas Sumatera Utara

35

0,16 Ha. Struktur penggunaan yang diatur sedemikian rupa, sehingga
tampak kawasan yang indah dan asri.
4.1.3 Agroklimat
Desa Sei Bamban memiliki suhu sekitar 33 0 Celcius, dengan curah hujan
rata - rata di Desa Sei Bamban adalah 120,9 mm/tahun.
4.2 Kependudukan dan SDM
4.2.1 Jumlah Penduduk
Tabel 7. Komposisi Penduduk di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban,
Kabupaten Serdang Bedagai.
No Golongan Penduduk
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 Laki-laki
5.324
2 Perempuan
5.800
Jumlah
11.124
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Desa
Sei Bamban tahun 2016 mencapai 11.124 orang yang terdiri dari 5.324 orang lakilaki dan 5.800 orang perempuan.
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Sei Bamban,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
No
Golongan Umur (Tahun)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
0-5
1.487
2
6-12
1.990
3
13-16
2.395
4
17-59
4.046
5
>60
1.206
Jumlah
11.124
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa penduduk Desa Sei
Bamban yang berada pada usia produktif yaitu pada umur 17 - 59 berjumlah
sebesar 4.046 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

36

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sei Bamban,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
No
Pekerjaan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
Wiraswasta
308
2
Petani
1.905
3
Buruh Tani
801
4
Pegawai Negeri
110
5
TNI-POLRI
69
6
Nelayan
10
7
Karyawan
161
8
Jasa
336
9
Lainnya
7.424
Jumlah
11.124
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di
Desa Sei Bamban bekerja sebagai petani.
4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sei
Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
No
Pendidikan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
TK
285
2
SD/Sederajat
2.445
3
SLTP/Sederajat
1.805
4
SLTA/Sederajat
2.008
5
D.1
71
6
D.2
35
7
D.3
81
8
S.1
149
9
S.2
5
10
S.3
0
Jumlah
6.884
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penduduk
Desa Sei Bamban memiliki pendidikan terakhir SD atau sederajat sebanyak 2.445
jiwa.

Universitas Sumatera Utara

37

4.3 Pola Penggunaan Lahan Desa Sei Bamban
Pola penggunaan lahan di Desa Sei Bamban dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 11. Pola Penggunaan Lahan di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei
Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
No Jenis Lahan
Luas Lahan (Ha)
1
Jalan
15
2
Sawah
1.600
3
Ladang
158
4
Perkebunan
4
5
Bangunan Umum
2
6
Pemukiman
76
7
Pekuburan
5
8
Industri
8
9
Perkantoran
0,16
Jumlah
1.868,16
Sumber : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Tahun 2016.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa mayoritas penggunaan
lahan adalah lahan sawah seluas 1.600 Ha.
4.4 Sarana Umum
Tabel 12. Sarana-Sarana di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban,
Kabupaten Serdang Bedagai.
Kategori
Jumlah
Sarana Ibadah :
Masjid
4
Musholla
11
Gereja
7
Klenteng
2
Sarana Pendidikan:
PAUD
3
TK
12
SD
12
SMP
1
SMA
Sumber :Data Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDES),
Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Sei Bamban merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sei
Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai dan satu-satunya desa yang menerapkan
sistem tanam jajar legowo 2:1. Hal ini disebabkan penyuluh pertanian terbaik seSerdang Bedagai berasal dari Desa Sei Bamban sehingga penyuluh tersebut
menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 yang masih tergolong sistem tanam
baru di wilayah beliau bertugas. Sistem tanam jajar legowo 4:1dan sistem tanam
tegel sudah lama diterapkan di desa ini.
Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu cara tanam padi sawah
dengan beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Sistem
tanam jajar legowo 2:1 merupakan sistem tanam yang terdiri dari dua baris
kemudian diselingi satu baris kosong, sistem tanam jajar legowo 4:1 merupakan
sistem tanam yang terdiri dari empat baris kemudian diselingi satu baris kosong
dan sistem tanam tegel merupakan sistem tanam dengan jarak tanam yang sama.
Adapun gambaran dari ketiga sistem tanam diatas dapat dilihat dari
gambar berikut.
20 cm

40 cm

20 cm X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Gambar 3. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1

38

Universitas Sumatera Utara

39

20 cm
12,5cm

20 cm 20 cm

40 cm

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Gambar 4. Pola Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1
25 cm

25 cm 25 cm 25 cm 25 cm 25 cm25 cm

25cm X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Gambar 5. Pola Sistem Tanam Tegel
Sistem tanam jajar legowo memberikan ruang tumbuh yang longgar
sekaligus populasi yang lebih tinggi. Dengan sistem tanam ini mampu
memberikan sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari yang leih baik untuk
pertumbuhan tanaman. Selain itu, upaya pegendalian gulma serta pemupukan
dapat dilakukan dengan mudah dikarenakan adanya larik atau barisan kosong
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sitem tanam tegel.
Dalam budidaya padi sawah terdapat beberapa tahapan seperti:
a. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak
± 25 kg atau dengan kata lain dibutuhkan benih sebanyak 1kg/rante. Pada
umumnya benih yang disemai adalah jenis varietas Ciherang, namun terdapat juga
jenis varietas lainnya seperti IR-64, Impari-30, dan Gemuruh dan penyemaian

Universitas Sumatera Utara

40

dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari tenaga
kerja dalam keluarga. Benih yang telah disiapkan kemudian di rendam dalam air
selama 24 jam. Setelah itu disimpan didalam karung selama 24 jam hingga
kecambah benih padi muncul. Setelah kecambah padi muncul, benih disemai ke
lahan semai yang telah di siapkan terlebih dahulu. Untuk luas lahan 1 Ha
diperlukan luas lahan persemaian sebesar 1 rante (400 m 2).
b. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali
garu) atau pengolahan tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor yang
menentukan adalah jenis/tekstur tanah. Umumnya petani menggunakan tenaga
kerja dari luar keluarga dengan sistem upah borongan. Besarnya tenaga kerja
mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani padi sawah.
c. Penanaman
Bibit muda yang siap ditanam berumur < 21 hari setelah disemai. Jumlah
bibit yang ditanam sebanyak 1-3 bibit/rumpun. Jarak tanam untuk padi sawah
dengan sistem tanam jajar legowo 2:1 adalah berselang seling 2 baris dan 1 baris
kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah 40x20x20 cm dengan jumlah
rumpun per hektar adalah sebanyak 166.667. Pola penanaman untuk padi sawah
dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 adalah memiliki 4 barisan kemudian
diselingi oleh 1 barisan kosong dan jarak tanam yang digunakan adalah
40x20x12,5 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak 320.000.
Sedangkan sistem tanam tegel memiliki jarak yang sama pada setiap tanaman
yakni 25x25x25 cm dengan jumlah rumpun per hektar adalah sebanyak
160.000. Sedangkan perbedaan selanjutnya yaitu upah tenaga kerja yang

Universitas Sumatera Utara

41

bersal dari luar keluarga (TKLK). Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar
legowo 2:1 adalah Rp. 70.000, upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar
legowo 4:1 adalah Rp. 60.000 dan upah tenaga kerja pada sistem tanam tegel
adalah Rp. 60.000. Upah tenaga kerja pada sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih
tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan tegel
disebabkan sistem tanam ini masih tergolong baru penerapannya sehingga para
buruh tani masih mengalami kesulitan dan belum terbiasa dalam hal penanaman.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari setelah tanam.
Umumnya penyulaman dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang
digunakan berasal dari dalam keluarga. Penyulaman dilakukan tergantung pada
kondisi tanaman di lahan persawahan baik untuk padi sawah dengan sistem tanam
jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel.
e. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang ada di sekitar
tanaman padi sawah. Proses penyiangan di lakukan secara berkala sesuai dengan
kondisi gulma di lahan persawahan. Umumnya penyulaman dilakukan sendiri
oleh petani sehingga tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga.
f. Pemupukan dan Pengendalian Hama
Umumnya pemupukan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang
digunakan berasal dari dalam keluarga. Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu setelah pengolahan lahan, setelah penanaman, dan setelah penyiangan.
Pengendalian hama dilakukan ketika muncul tanda-tanda serangan hama dengan
cara disemprot.

Universitas Sumatera Utara

42

h. Pengairan
Umumnya pengairan dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang
digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengairan padi sawah untuk ketiga sistem
tanam tersebut bersumber dari jaringan irigasi yang tersedia. Pengairan ini
dilakukan saat ingin melakukan pengolahan lahan, dua minggu setelah tanam
hingga sebelum padi mengeluarkan malai.
i. Panen
Umumnya panen dilakukan dengan cara sistem upah borongan. Panen
dilakukan saat gabah telah menguning, tetapi malai masih segar. Cara memanen
padi menggunakan arit, dengan panjang 30-40 cm di atas permukaan tanah.
Kemudian gabah yang telah diarit ditumpuk menggunakan alas tikar plastik
sebelum dirontok. Perontokan gabah menggunakan power tresher atau

pedal

tresher.
5.1 Curahan Tenaga Kerja
Tenaga kerja usahatani padi sawah diperoleh dari dalam keluarga dan luar
keluarga petani. Tenaga luar keluarga dapat diperoleh dengan cara upahan.
Tenaga kerja pria biasanya dapat mengerjakan seluruh pekerjaan, dan tenaga kerja
wanita biasanya digunakan untuk menanam, menyulam dan menyiang.
Pembayaran upah biasanya secara borongan. Namun, dengan adanya teknologi
yang dapat meringankan pekerjaan manusia maka pekerjaan yang berat seperti
membajak sawah digantikan dengan tenaga mesin seperti traktor. Besarnya 1
HKM tenaga kerja mesin traktor setara dengan 25 HKP dalam kegiatan usahatani
padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

43

Adapun besarnya curahan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di
Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Per Petani Per Musim Tanam Di
Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1

Jenis Tahapan
Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

TKDK

TKLK

HKP
HKW
HKM
0,588
0
0
0
0
0
0
0
0
0,225
0
0
0,288
0
0

HKP

HKW

HKM

0
0
0
0
0

0
0
7,160
0
0

0
21,071
0
0
0

0,550

0

0

0

0

0

0,263
0
1,914

0
0
0

0
0
0

0
10,301
10,301

0
0
7,160

0
0
21,071

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Tabel 14. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Per Hektar Per Musim Tanam
Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1

Jenis Tahapan

TKDK
HKP

Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

HKW

TKLK
HKM

HKP

HKW

HKM

0,543
0
0
0,291
0,320

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
7,023
0
0

0
17,857
0
0
0

0,509
0,320
0
1,983

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
9,739
9,739

0
0
0
7,023

0
0
0
17,857

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap
persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga.
Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap

Universitas Sumatera Utara

44

yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara
dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja
wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara
dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan
pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja
pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar
keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.
Tabel 15. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Per Petani Per Musim Tanam Di
Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1

Jenis Tahapan

TKDK
HKP

Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

HKW

TKLK
HKM

HKP

HKW

HKM

0,525
0
0
0,070
1,089

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
5,520
0
0

0
14,643
0
0
0

0,225
0,138
0
2,047

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
7,375
7,375

0
0
0
5,520

0
0
0
14,643

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 16. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1 Per Hektar Per Musim Tanam
Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam Jajar Legowo 4:1

Jenis Tahapan

TKDK
HKP

Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

HKW

TKLK
HKM

HKP

HKW

HKM

0,742
0
0
0,078
1,715

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
8,067
0
0

0
17,857
0
0
0

0,367
0,293
0
3,195

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
10,208
10,208

0
0
0
8,067

0
0
0
17,857

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja pada tahap
persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga.
Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap
yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara
dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja
wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara
dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman, penyiangan, pemupukan dan
pengendalian hama, serta pengairan juga dikerjakan oleh tenaga kerja pria dari
dalam keluarga, dan pemanenan dikerjakan oleh tenaga pria berasal dari luar
keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.

Universitas Sumatera Utara

46

Tabel 17. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Tegel Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei
Bamban.
Sistem Tanam tegel

Jenis Tahapan

TKDK
HKP

Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

HKW

TKLK
HKM

HKP

HKW

HKM

0,621
0
0
0,126
0,566

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
6,556
0,282
0,353

0
16,205
0
0
0

0,81
0,122
0
2,245

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
9,102
9,102

0
0
0
7,191

0
0
0
16,205

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Tabel 18. Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi Sawah
Sistem Tanam Tegel Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei
Bamban.
Sistem Tanam Tegel

Jenis Tahapan

TKDK
HKP

Persemaian
Pengolahan Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

HKW

TKLK
HKM

HKP

HKW

HKM

0,809
0
0
0,162
1,049

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0,110
0,137

0
0
8,193
0
0

0
17,857
0
0
0

0,498
0,262
0
2,780

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
9,735
9,982

0
0
0
8,193

0
0
0
17,857

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja2 pada tahap
persemaian dikerjakan oleh tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga.
Pengolahan lahan dikerjakan dengan tenaga kerja mesin traktor dengan tiga tahap
yaitu dua kali bajak dan satu kali garu dimana satu tenaga kerja mesin setara
dengan 25 HKP tenaga kerja manusia. Penanaman dikerjakan oleh tenaga kerja

Universitas Sumatera Utara

47

wanita yang berasal dari luar keluarga dimana satu tenaga kerja wanita setara
dengan 0,8 HKP tenaga kerja pria. Penyulaman dan penyiangan dikerjakan oleh
tenaga kerja pria dan wanita yang berasal dari dalam keluarga, pemupukan dan
pengendalian hama, pengairan serta pemanenan juga dikerjakan oleh tenaga kerja
pria, namun tenaga kerja yang digunakan dalam pemanenan berasal dari luar
keluarga. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah pada tahap pengolahan lahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh total curahan tenaga kerja per
tahapan dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi
Sawah Per Petani Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jenis Tahapan
Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1
Tegel
HKP
HKP
HKP
Persemaian
0,588
0,525
0,621
Pengolahan Lahan
21,071
14,643
16,205
Penanaman
7,16
5,52
6,556
Penyulaman
0,225
0,07
0,408
Penyiangan
0,288
1,089
0,919
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
0,55
0,225
0,81
Pengairan
0,263
0,138
0,122
Pemanenan
10,301
7,375
9,102
Jumlah
40,446
29,585
34,390
Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

48

Tabel 20. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Tahapan Usahatani Padi
Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jenis Tahapan
Jajar Legowo 2:1 Jajar Legowo 4:1
Tegel
HKP
HKP
HKP
Persemaian
0,543
0,742
0,809
Pengolahan Lahan
17,857
17,857
17,857
Penanaman
7,023
8,067
8,193
Penyulaman
0,291
0,078
0,272
Penyiangan
0,320
1,715
1,186
Pemupukan dan
Pengendalian Hama
0,509
0,367
0,498
Pengairan
0,320
0,293
0,262
Pemanenan
9,739
10,208
9,735
Jumlah
36,602
39,327
38,812
Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan tenaga kerja sistem tanam
jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo
4:1 dan sistem tanam tegel dan curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam
jajar legowo 4:1
Pada tahap persemaian curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1
lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem
tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih
rendah. Pada tahap pengolahan lahan jumlah curahan tenaga kerja sistem tanam
jajar legowo 2:1 sama dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam
tegel dikarenakan sistem upah dengan cara borongan sama yaitu dua kali bajak
dan satu kali garu yang dikerjakan oleh satu orang pekerja. Pada tahap penanaman
curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila
dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan
curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem tanam tegel . Pada tahap penyulamam
curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

49

dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan saat
penanaman jumlah bibit yang ditanam

hanya 1-2/lubang tanam. Pada tahap

penyiangan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila
dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel
dikarenakan jumlah tanaman yang lebih sedikit sehingga curahan tenaga kerja
lebih rendah karena pertumbuhan gulma terkendali dan curahan tenaga kerja
tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan jumlah tanaman yang
lebih banyak mengakibatkan banyaknya gulma yang tumbuh. Pada tahap
pemupukan dan pengendalian hama curahan tenaga kerja sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dan sistem tanam tegel dikarenakan adanya jumlah baris kosong membuat petani
lebih detail untuk memupuk tanaman dan pengendalian hama melalui baris
kosong dan waktu yang digunakan juga lebih lama sehingga curahan tenaga kerja
lebih tinggi. Pada tahap pengairan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo
2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan
sistem tanam tegel. Pada tahap pemanenan curahan tenaga kerja sistem tanam
jajar legowo 2:1

lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar

legowo 4:1 dikarenakan jumlah rumpun yang lebih sedikit sehingga waktu yang
dibutuhkan lebih cepat dan lebih tinggi dari sistem tanam tegel dikarenakan
jumlah rumpun lebih banyak sehingga waktu yang digunakan lebih lama dan
curahan tenaga kerja yang tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo 4:1
dikarenakan jumlah rumpun tanaman yang lebih banyak.
Dari uraian diatas secara fisik terlihat ada perbedaan curahan tenaga kerja
antara ketiga sistem tanam tersebut. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 21. Total Curahan Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Per
Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Curahan Tenaga Kerja Curahan Tenaga Kerja
Per Petani
Per Hektar
No
Sistem Tanam
(HKP/Petani/MT)
(HKP/Ha/MT)
1
Jajar Legowo 2:1
40,446
36,602
2
Jajar Legowo 4:1
29,585
39,327
3
Tegel
34,743
38,812
Sumber:Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya curahan tenaga

kerja

sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam
jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan jumlah jam kerja pada sistem
tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah. Curahan tenaga kerja tertinggi adalah sistem
tanam jajar legowo 4:1.Walau terlihat ada perbedaan, namun secara statistik yang
diuji melalui uji beda ANOVA dibantu perangkat lunak SPSS, maka hasil uji
menunjukkan tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara
ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari hasil uji berikut:
Tabel 22. Hasil Analisis Uji ANOVA Curahan Tenaga Kerja Dalam
Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei
Bamban.
ANOVA
Sum of Squares
df Mean Square
F
Sig.
Between Groups
43,731
2
21,866
,682
,512
Within Groups
1089,386 34
32,041
Total
1133,118 36
Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017.
Dari hasil uji analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,512 >
α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem
tanam jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dan sistem tanam tegel.
Untuk mengetahui perbedaan curahan tenaga kerja yang lebih signifikan
antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1,

Universitas Sumatera Utara

51

sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar
legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:
Tabel 23. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Curahan Tenaga Kerja Dalam
Usahatani Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei
Bamban.
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
(I) grup
(J) grup
Sig.
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jajar Legowo 2:1
Tukey HSD Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jajar Legowo 2:1
Tegel
Jajar Legowo 4:1
Sumber: Lampiran 7 (Data Diolah), Tahun 2017.

,535
,594
,535
,972
,594
,972

Jajar Legowo 2:1

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar
0,535 > α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak yang artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan
antara sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.
Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,594 > α 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.
Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,972 > α 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja yang signifikan antara sistem
tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

Universitas Sumatera Utara

52

5.2 Biaya Produksi
Biaya produksi usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
petani dari awal hingga akhir dalam proses produksi selama satu kali musim
tanam. Biaya produksi dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban meliputi
biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya penyusutan. Adapun rincian
biaya produksi tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya benih merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
memenuhi kebutuhan benih. Harga benih adalah Rp. 10.000/Kg. Besarnya biaya
yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Tabel 24. Penggunaan Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jenis
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Biaya
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Benih
29,50
25,00
20,70
25,33
23,71
28,30
Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa penggunaan benih pada sistem
tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar
legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan penggunaan benih tertinggi adalah sistem
tanam tegel dikarenakan petani yang menggunakan sistem tanam tegel terbiasa
menyemai benih lebih banyak sebagai cadangan untuk penyulaman apabila bibit
yang ditanam terkena banjir atau terserang hama seperti keong mas.

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 25. Biaya Benih Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di
Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jenis
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Biaya
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Benih
295.000
250.000
207.000 2.533.333 237.059 282.953
Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya benih pada sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam tegel.
Biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
memenuhi kebutuhan pupuk. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut:
Tabel 26. Penggunaan Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jenis
(Kg)
(Kg)
(Kg)
Pupuk
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Urea
196,90
165,13
90,75
135,00
107,91
122,38
SP-36
164,00
141,58
101,50
116,50
88,74
97,47
ZA
125,50
119,58
101,10
114,50
88,74
97,74
NPK
126,70
121,08
101,50
116,50
88,74
97,74
Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk masing-masing
sistem tanam berbeda jumlah dosisnya. Penggunaan pupuk sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dan sistem tanam tegel baik untuk penggunaan pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK.

Universitas Sumatera Utara

54

Tabel 27. Biaya Pupuk Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di
Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jenis
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Biaya
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Pupuk
1.382.300 1.238.373 897.925 1.097.700 851.597 944.288
Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pupuk sistem tanam jajar legowo
2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan
sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk sistem tanam jajar legowo
lebih tinggi.
Pada tahap pengendalian hama jumlah dosis yang digunakan juga berbeda.
Umumnya pengendalian hama dilakukan sendiri oleh petani. Tenaga kerja yang
digunakan berasal dari dalam keluarga. Pengendalian hama yang dilakukan oleh
petani menggunakan pestisida dengan cara disemprot, adapun pestisida yang
digunakan untuk lahan padi sawah per hektar adalah sebagai berikut :
Tabel 28. Penggunaan Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Tanam Jajar 4:1
Tegel
Jenis
(Botol)
(Botol)
(Botol)
Pupuk
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani Hektar
Spontan
2,60
2,08
3,10
4,28
3,24
3,95
Maxima
0,85
0,57
0,52
0,75
0,76
0,72
Rosasol
1,25
0,84
0,97
1,38
0,59
0,75
Blast
0,74
0,71
0,18
0,30
0,73
0,80
Ultimex
0,74
0,73
0,63
0,94
0,77
0,93
Welcot
0,74
0,71
0
0
0,30
0,35
Emerge
0,59
0,70
0,63
0,79
0,53
0,54
Inotan
0
0
0,25
0,80
0
0
Sekribid
0
0
0,14
0,20
0
0
Skor
0
0
0
0
0
0
Diten 45
0
0
0,85
1,30
0
0
Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

55

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida pada sistem
tanam jajar legowo 2:1 adalah Spontaan, Maxima, Rosasol, Blast, Ultimex,
Welcot, dan Emerge begitu juga dengan sistem tanam tegel sedangkan sistem
tanam jajar legowo 4:1 menggunakan pestisida Spontan, Maxima, Rosasol, Blast,
Ultimex, Emerge, Inotan, Sekribid dan Diten 45.
Biaya pestisida merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
memenuhi kebutuhan pestisida. Besarnya biaya yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut:
Tabel 29. Biaya Pestisida Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam
Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo 2:1
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jenis
Per
Per
Per
Per
Per
Per
Biaya
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Petani
Hektar
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Pestisida 554.400
480.167
726.700 1.059.375 545.588 630.915
Sumber: Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas dapat diketahui biaya pestisida sistem tanam jajar legowo
2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan
sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pestisida sistem tanam jajar legowo
2:1 lebih sedikit jenis nya dan biaya pestisida tertinggi adalah sistem tanam jajar
legowo 4:1 dikarenakan jumlah jenis pestisida yang digunakan lebih banyak.
Biaya tenaga kerja merupakan hasil kali curahan tenaga kerja dengan
upah. Besarnya upah tenaga adalah Rp. 70.000/HKP, tetapi upah penanaman upah
berbeda, untuk sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar Rp. 70.000 dan untuk
sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp. 60.000. Untuk
upah pengolahan lahan dengan tenaga mesin traktor adalah Rp. 50.000/rante atau

Universitas Sumatera Utara

56

bila dikonversikan ke satuan luas lahan yaitu hektar adalah Rp. 1.250.000.
Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani adalah sebagai berikut:
Tabel 30. Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Dalam Usahatani Padi Sawah Per
Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jenis Biaya

Persemaian
Pengolahan
Lahan
Penanaman
Penyulaman
Penyiangan
Pemupukan &
P.Hama
Pengairan
Pemanenan
Jumlah

Jajar Legowo 2:1
Per
Per
Petani
Hektar
Rp
Rp

Jajar Legowo 4:1
Per
Per
Petani
Hektar
Rp
Rp

Tegel
Per
Per
Petani
Hektar
Rp
Rp

41.125

37.990

36.750

51.917

42.988

56.603

1.475.000

1.250.000

1.025.000

1.250.000

1.097.059

1.250.000

501.200
15.750
20.125

491.633
20.343
22.385

331.200
4.900
76.230

484.000
5.440
120.035

381.529
28.618
64.297

491.595
19.018
83.062

38.500
18.375
721.070

35.656
22.385
681.713

15.750
9.625
516.250

25.667
20.490
714.583

26.147
8.544
615.074

34.878
18.362
681.434

2.831.145

2.562.105

2.015.705

2.672.132

Sumber: Lampiran 3 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya persemaian sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih rendah. Biaya pengolahan lahan memiliki biaya yang sama
karena upah borongan per hektar juga sama sebesar Rp. 1.250.000. Biaya
penanaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan
sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan upah tanam
sistem jajar legowo 2:1 lebih tinggi sebesar Rp. 70.000 bila dibandingkan dengan
sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel sebesar Rp. 60.000. Biaya
penyulaman sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi dibandingkan dengan
sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan curahan tenaga
kerja sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi. Biaya penyiangan sistem tanam

Universitas Sumatera Utara

57

jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo
4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah sistem tanam jajar legowo
4:1 dikarenakan jumlah gulma yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan
untuk penyiangan juga tinggi. Biaya pemupukan dan pengendalian hama sistem
tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar
legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dikarenakan penggunaan pupuk dan pestisida
lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem
tegel. Biaya pengairan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel
dikarenakan curahan tenaga kerja sistem tanam jajar legowo lebih tinggi. Biaya
pemanenan sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan
sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel dan biaya tertinggi adalah
sistem tanam jajar legowo 4:1 dikarenakan curahan tenaga kerja tinggi.
Biaya penyusutan merupakan biaya penyusutan dari suatu peralatan yang
digunakan petani dalam usahatani padi sawah. Biaya penyusutan diperoleh dari
selisih harga awal dengan harga akhir peralatan dibagi dengan masa pakai.
Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi sawah seperti cangkul, koret,
parang, arit, semprot manual, semprot mesin, ember, hand tractor, dan mesin
babat. Besarnya biaya penyusutan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

58

Tabel 31. Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usahatani Padi Sawah Per
Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Sistem Tanam
Jajar Legowo
Tanam Jajar 4:1
Tegel
2:1
Jenis Pupuk
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Per
Per
Per
Per
Petani Hektar Petani Hektar
Cangkul
7.192
7.969
17.671
43.018
0
0
0
0
Koret
7.645
10.124
10.550
23.292
Parang
Arit
12.522
15.739
22.650
50.679
11.985
17.625
20.356
44.105
Semprot Manual
8.188
8.188
0
0
Semprot Mesin
5.500
4.156
7.500
15.417
Ember
424.932 413.726
88.462 442.308
Hand Tractor
8.625
8.625
0
0
Mesin Babat
486.589 486.152 167.189 618.819
Jumlah
Sumber:Lampiran 2 Data (Diolah), Tahun 2017.

Per
Per
Petani Hektar
8.569
14.722
1.313
4.753
8.032
14.135
26.765
69.352
28.949
54.741
0
0
8.431
20.350
164.069 121.720
1.961
654
248.089 300.426

Tabel 32. Total Biaya Penyusutan Peralatan Dalam Usahatani Padi Sawah
Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Biaya Penyusutan
No
Sistem Tanam
Per Petani
Per Hektar
(Rp)
(Rp)
1 Jajar Legowo 2:1
486.589
486.152
2 Jajar Legowo 4:1
167.189
618.818
3 Tegel
248.089
300.426
Sumber: Lampiran 4 Data (Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dikarenakan biaya awal peralatan pada sistem tanam jajar legowo 4:1 lebih mahal
dan umur ekonomis peralatan rendah dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
sistem tanam tegel dikarenakan umur ekonomisnya lebih lama.
Berdasarkan uraian diatas maka besarnya total biaya produksi dalam
usahatani padi sawah di Desa Sei Bamban adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

59

Tabel 33. Total Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam Di Desa Sei Bamban.
Biaya Produksi
No
Sistem Tanam
Per Petani
Per Hektar
(Rp)
(Rp)
1
Jajar Legowo 2:1
5.549.434
5.016.797
2
Jajar Legowo 4:1
4.014.519
5.701.357
3
Tegel
4.146.589
4.793.534
Sumber: Lampiran 5 (Data Diolah), Tahun 2017.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya produksi sistem tanam jajar
legowo 2:1 lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1
dan lebih tinggi bila dibandingkan

sistem tanam tegel. Walau terlihat ada

perbedaan, namun secara statistik yang diuji melalui uji beda ANOVA dibantu
perangkat lunak SPSS, maka hasil uji menunjukkan tidak ada perbedaan biaya
produksi yang signifikan antara ketiga sistem tanam tersebut. Ini dapat dilihat dari
hasil uji berikut:
Tabel 34. Hasil Analisis Uji ANOVA Biaya Produksi Dalam Usahatani Padi
Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
ANOVA
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
5282176605963,90
2 2641088302981,95 2,957 ,065
Within Groups
30372481816912,35 34 893308288732,71
Total
35654658422876,26 36
Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah , Tahun 2017.
Dari hasil analisis diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,065 > α 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam
jajar legowo 2:1, sistem tanam jajar legowo 4:1, dengan sistem tanam tegel.
Untuk mengetahui perbedaan biaya produksi yang lebih signifikan antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1, sistem
tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel, dan sistem tanam jajar legowo
4:1 dengan sistem tanam tegel maka dapat dilihat dari hasil uji berikut:

Universitas Sumatera Utara

60

Tabel 35. Hasil Analisis Uji Post Hoc Test Biaya Produksi Dalam Usahatani
Padi Sawah Per Hektar Per Musim Tanam Di Desa Sei Bamban.
Post Hoc Tests
(I) grup

Multiple Comparisons
(J) grup

Sig.

Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jajar Legowo 2:1
Tukey HSD
Jajar Legowo 4:1
Tegel
Jajar Legowo 2:1
Tegel
Jajar Legowo 4:1
Sumber: Lampiran 8 (Data Diolah) , Tahun 2017.
Jajar Legowo 2:1

,251
,825
,251
,055
,825
,055

Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 sebesar
0,251 > α0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1
ditolak yang artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam jajar legowo 4:1.
Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,825 > α 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam
jajar legowo 2:1 dengan sistem tanam tegel.
Dari hasil uji analisis diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi antara
sistem tanam jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel sebesar 0,055 > α 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang
artinya tidak ada perbedaan biaya produksi yang signifikan antara sistem tanam
jajar legowo 4:1 dengan sistem tanam tegel.

Universitas Sumatera Utara

61

5.3 Produktivitas
Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output)
dengan luas lahan yang digunakan selama musim tanam.
Secara fisik terlihat ada perbedaan produktivitas antara ketiga sistem tanam
tersebut. Perbedaan ini dikarenakan Luas lahan sawah yang dimiliki dan input
yang digunakan seperti varietas benih, pupuk dan pestisida tiap petani berbedabeda antara ketiga sistem sehingga mempengaruhi produktivitas Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 36. Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim Tanam Di
Desa Sei Bamban.
Produktivitas
Per Petani
No
Sistem Tanam
Per Hektar
(Ton)
(Ton)
1
Jajar Legowo 2:1
8,77
7,48
2
Jajar Legowo 4:1
5,33
6,45
3
Tegel
4,65
5,03
Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017.
Tabel 37. Persentase Produktivitas Dalam Usahatani Padi Sawah Per Musim
Tanam Di Desa Sei Bamban.
Persentase Produktivitas
No
1
2
3

Sistem Tanam

Per Petani

Per Hektar

(%)

(%)

Jajar Legowo 2:1
46,77
Jajar Legowo 4:1
28,43
Tegel
24,80
Total
100
Sumber: Lampiran 6 (Data Diolah), Tahun 2017.

39,45
34,02
26,53
100

Berdasarkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan rata-rata produktivitas
padi sawah dalam kurun waktu lima tahun terakhir adalah 5,11 ton/ha. Dari tabel
diatas menunjukkan bahwa produktivitas per hektar sistem tanam jajar legowo 2:1
lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem
tanam tegel. Bila dilihat dari standart rata-rata produktivitas maka usahatani sistem

Universitas Sumatera Utara

62

tanam jajar legowo 2:1 tergolong tinggi bahkan ada yang mencapai 9 ton/ha. Oleh
karena produktivitas padi sawah sistem tanam jajar legowo 2:1 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan sistem tanam tegel maka
sebaiknya usahatani yang diterapkan didaerah penelitian adalah sistem tanam jajar
legowo 2:1.
Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji statistik yang diuji melalui

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 3 79

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 14

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 1

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

0 0 3

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 21

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 2

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 7

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 19

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 1 1

Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah Antara Sistem Tanam Jajar Legowo Dan Sistem Tanam Tegel (Kasus: Desa Sei Bamban, Kec. Sei Bamban, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 56