Etika Demonstrasi dalam Sistem Demokrasi

Etika Demonstrasi dalam Sistem Demokrasi di Indonesia
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Atika Candra Larasati, M.Si

Disusun oleh:
1. Nurul Anggraeni Hidayati

(14610002)

2. Sholihatin Hanifa

(14610004)

3. Ita Purwinta

(14610016)

4. Ika Nur Khasana


(14610022)

5. ST Fitriani Permatasari

(14520100)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Demonstrasi dalam Sistem
Demokrasi di Indonesia” ini dengan lancar dan tanpa halangan apapun.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yakni Atika Candra Larasati, M.Si atas bimbingannya
serta teman teman kelas B jurusan Matematika angkatan 2014 atas dukungan dan
kerjasamanya. Tak lupa juga kepada orang tua kami di rumah yang kami yakin tak pernah

luput doanya untuk kami.
Dalam penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali kekurangan. Oleh
karena itu kami mengaharap sekali kritik dan saran dari pembaca sehingga akan membawa
perbaikan untuk kedepannya. Dan yang terakhir kami berharap makalah ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya. Terimakasih.

Malang, 19 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demonstrasi ..................................................................................... 5
2.2 Keterkaitan Demokrasi dan Demonstrasi .......................................................... 8

2.3 Etika Demonstrasi yang Sesuai dengan Demokrasi Pancasila .......................... 9
2.4 Solusi Mengatasi Demonstrasi yang tidak Sesuai dengan Demokrasi
Pancasila ................................................................................................................ 13
2.5 Demokrasi yang Baik Menurut Pandangan Islam ........................................... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Hampir semua negara di dunia menyakini
demokrasi sebagai “tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik.” Kenyakinan bahwa
kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi tegak

kokohnya sistem politik demokrasi. Hal itu menunjukan bahwa rakyat di letakkan pada
posisi penting walau pun secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu
sama. Tidak ada negara yang ingin dikatakan sebagai negara yang tidak demokratis atau
negara otoriter.
Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum adalah sebuah negara yang
berdasarkan demokrasi pancasila.1 Bahwa Negara memberikan kebebasan kepada setiap
warga negara untuk mengemukakan pendapat. Di Indonesia, kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan deklarasi
universal hak-hak asasi manusia. Kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan
pendapat di muka umum merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengemukakan pendapat dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang. Namun dengan adanya
ketentuan tersebut menimbulkan asumsi atau persepsi masyarakat yang lebih luas,
sehingga dewasa ini banyak terjadi demonstrasi di mana-mana di seluruh Nusantara,
bahkan dalam melakukan aksinya pun demonstran cenderung tanpa mengontrol diri, yang
akhirnya menuju pada anarkis yakni penjarahan, pembakaran, pembunuhan dan
pemerkosaan yang akibatnya di rasakan oleh masyarakat itu sendiri.2
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk mengkritik
kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan masyarakat atau guna mengemukakan

aspirasi dan pendapat rakyat. Kendati demikian, sebagai negara yang beradab,
demonstrasi tentunya harus dilakukan dengan aksi-aksi yang memiliki nilai etik kepatutan
1

Mustafa Kamal pasha dan kawan-kawan, Pancasila dalam tinjauan Historis dan filosofis, (Yogyakarta:Citra
Karsa Mandiri, 2003), hlm. 108.
2
Kunarto, Merenungi Kiprah Polri menghadapi Gelora Anarkhi 2, (Jakarta:Cipta Manunggal, 1999), hlm. 113.

rakyat. Rasa keadilan serta keinginan untuk hidup lebih sejahtera merupakan keinginan
dari seluruh rakyat dimanapun berada. Namun apabila rakyat tidak mendapatkan sesuai
dengan apa yang telah dijanjikan oleh pemerintah untuk hidup lebih baik, rakyat akan
melakukan unjuk rasa atau demonstrasi sebagai salah satu cara mengemukakan
pendapatnya. Tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dan ketertiban. Unjuk rasa
atau demonstrasi merupakan salah satu bagian dari kehidupan demokrasi di suatu negara,
karena demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan pendapat dimuka
umum. Tetapi aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang terkadang disertai juga dengan
tindakan yang tidak bertanggungjawab tentunya bertentangan dengan tujuan dari unjuk
rasa atau demonstrasi itu sendiri.
Dewasa ini masyarakat Indonesia sering melakukan demonstrasi terhadap kebijakan

pemerintah yang mereka anggap merugikan masyarakat. Padahal, dalam mengambil
sebuah pemerintah pasti memikirkan manfaat bagi masyarakat. Bukan hanya manfaat
yang muncul dalam jangka waktu pendek, tapi juga manfaat yang muncul dalam jangka
waktu panjang. Contohnya adalah kenaikan tarif listrik beberapa tahun yang lalu. Banyak
masyarakat yang melakukan demonstrasi dengan melakukan tindakan anarkis karena
menilai kebijakan pemerintah ini menyengsarakan rakyat. Padahal, jika masyarakat mau
berpikir untuk jangka panjang, hal ini justru langkah yang tepat untuk menyejahterakan
rakyat. Uang kas Negara yang pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan rakyat seperti
membangun infrastruktur, membangun tempat pelayanan publik, unit kesehatan dan
sebagainya banyak tersedot untuk subsidi tarif listrik. Akibatnya, pembangunan
infrastukrtur menjadi terhambat karena dana yang diperlukan tidak mencukupi.
Demonstrasi yang dilakukan masyarakat untuk memprotes kebijakan pemerintah pada
saat itu juga cenderung anarkis. Mereka merusak fasilitas umum, seperti yang sering kita
jumpai dalam pemberitaan di televisi. Demonstran merusak pagar gedung DPRD,
melempari kaca gedung dengan batu. Hal ini sebenarnya merugikan diri mereka sendiri.
Karena biaya perbaikan gedung sudah pasti diambil dari kas negara. Mereka melakukan
tindakan anarkis atas nama memperjuangan nasib rakyat. Tetapi para demonstran yang
anarkis ini sering kali lupa bahwa tindakan anarkis mereka malah sebaliknya
menyengsarakan rakyat. Lihat saja pemblokiran jalan yang biasa dilakukan oleh
demonstran. Karena pemblokiran jalan ini, banyak pihak yang merasa dirugikan. Supir

angkot kurang setoran karena jalanan macet dan tidak mendapat penumpang, pegawai
kantoran terlambat datang ke kantor karena jalanan yang macet, anak sekolahan terlambat
datang ke sekolah, dan masih banyak contoh pihak yang lain yang dirugikan.

Penulis pernah menemukan seorang supir angkot yang melabrak anak SMP yang ikut
dalam unjuk rasa atau demonstrasi yang dilakukan oleh para aremania di daerah Arjosari.
Pada kejadian ini, supir angkot tersebut melabrak anak-anak tersebut karena dibuat geram
karena jalanan yang macet akibat pemblokiran jalan yang dilakukan para demostran
sehingga supir tersebut tidak mendapat cukup uang untuk setoran pada hari itu. Supir
tersebut juga menyatakan bahwa apabila demonstran aremania melakukan demonstrasi
dengan melakukan pemblokiran jalan dan membuat jalanan macet, hal itu tidak akan
membuat masyarakat apalagi pemerintah simpati. Hal tersebut justru akan semakin
membuat masyarakat dan pemerintah menganggap buruk aremania dan tidak akan
membatalkan kebijakan yang telah diberlakukan.
Demonstrasi seharusnya dilakukan dengan tertib dan damai yang mencerminkan
demokrasi pancasila. Mengutamakan menyampaikan maksud dan menjelaskannya dengan
baik tanpa mendahulukan emosi. Demonstrasi yang mendahulukan emosi hanya akan
menambah masalah dan tidak memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Dapat disimpulkan bawa tujuan demonstrasi sudah melenceng dari tujuan awalnya.
Tujuan awal demonstrasi adalah mengemukakan pendapat mengenai masalah atau

kebijakan pemerintah. Hak rakyat menyampaikan pendapat di muka umum seharusnya
dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Namun saat ini, demonstrasi digunakan masyarakat sebagai ajang
untuk mencela, melakukan tindak anarkis dan menunjukkan emosi. Oleh karena itu
penulis mengangkat judul makalah “Etika demonstrasi dalam Sistem Demokrasi di
Indonesia”

1.2

Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian demonstrasi ?
2. Apa keterkaitan antara demokrasi dan demonstrasi ?
3. Bagaimanakah etika demonstrasi yang sesuai dengan sistem demokrasi di Indonesia
yakni demokrasi pancasila ?
4. Apa solusi untuk mengatasi demonstrasi yang dilakukan secara anarkis dan tidak
mencerminkan demokrasi pancasila ?
5. Bagaimana demonstrasi yang baik menurut pandangan Islam ?

1.3


Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian demonstrasi
2. Mengetahui keterkaitan antara demonstrasi dan demokrasi
3. Mengetahui etika demonstrasi yang sesuai dengan sistem demokrasi di Indonesia
yakni demokrasi pancasila
4. Mengetahui solusi untuk mengatasi demonstrasi yang dilakukan secara anarkis dan
tidak mencerminkan demokrasi pancasila
5. Mengetahui demonstrasi yang baik menurut pandangan Islam

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demonstrasi
Pengertian demonstrasi atau unjuk rasa atau demonstrasi (demo) adalah sebuah
gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya
dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok penentang kebijakan atau dapat pula
dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik dari kepentingan suatu kelompok.3
Demonstrasi pada umumnya dikenal dengan nama berbagai aksi massa yang

memperjuangkan tentang hal-hal tertentu, baik yang mendukung ataupun menolak. Pengertian
ini dapat dipahami bahwa gerakan atau aksi yang dilakukan adalah untuk menunjukkan sikap
yang mendukung atau menolak dengan memberikan pengaruh melalui penekanan dalam aksi
untuk menyampaikan pendapat. Demonstrasi merupakan alternatif dalam menanggapi
kebijakan pemerintah yang dinilai tidak menguntungkan kehidupan masyarakat. Masyarakat
mencoba mempresentasi hak idealnya kepada pemerintah dengan berbagai format atau
metode sendiri. Contoh dengan melakukan diplomasi dengan pemerintah. Metode ini
digunakan sebelum aksi demonstrasi. Diplomasi adalah suatu cara yang digunakan untuk
menyampaikan aspirasi, argumentasi dan solusi kepada pemerintah secara langsung tanpa
peragaan seperti demonstrasi. Dalam diplomasi aspirasi disampaikan tidak secara terangterangan di depan umum namun antara seorang delegasi dengan pemerintah di suatu tempat
tanpa tema tertentu. Oleh karena itu, demonstrasi merupakan suatu hal yang lebih bersifat
reaktif daripada sebuah upaya sistematis dan proaktif untuk perbaikan bangsa.
Kata dasar demonstrasi diambil dari pengertian demokrasi sebagai bentuk dari
penyampaian suara rakyat kepada suatu lembaga, dinas, pemerintahan atau negara.
Demonstrasi merupakan suatu aksi yang digalang oleh suatu kumpulan masyarakat untuk
menyampaikan pendapat kepada pemerintah secara terang-terangan didepan umum. Pada
tahun 1998 hingga 2000-an awal, kata demontrasi jarang muncul pada media cetak maupun
elektronik. Namun di tahun-tahun ini, aksi Unjuk Rasa atau demontrasi seperti tengah
menjadi trend. Bahkan, banyak ditemukan radikalisme dalam aksi demonstrasi. Terlebih di
kalangan mahasiswa. Sampai seorang jurnalis asal Australia, Max Lane melakukan penelitian

dan mencoba memfokuskan diri pada sejarah gerakan mahasiswa radikal, dengan berargumen
3

Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi, (Jakarta:Raja Grafindo Perkasa, 2011), hlm. 7.

bahwa radikalisasi yang terjadi di Indonesia adalah warisan sejarah sejak zaman pergerakan
dan (tentu saja) adalah bagian dari reaksi ketertindasan akibat penjajahan.4
Bermula dari tidak stabilnya perekonomian Indonesia tahun 1997, yang merupakan
dampak dari krisis ekonomi di kawasan asia pasifik. Akibatnya, harga sembilan bahan pokok
terus melambung. Perusahaan-perusahaan nasional banyak yang bangkrut. Pengangguran
meningkat tajam. Kondisi demikian, menyulut berbagai aksi protes masyarakat, yang dimotori
oleh mahasiswa. Mereka mengadakan demonstrasi atau unjuk rasa untuk menuntut
pemerintah segera mengatasi krisis itu. Namun pada masa itu, yakni masa orde baru, unjuk
rasa atau demonstrasi kerap diidentikan dengan gerakan pengacau keamanan (GPK). Banyak
para aktivis mengalami penganiayaan bahkan penculikan dan pemenjaraan dengan dalih
menjaga stabilitas nasional. Finalnya, sebagai puncak dari kegeraman mahasiswa terjadi pada
12 Mei 1998, setelah empat mahasiswa Trisakti tewas tertembak peluru aparat
saatberdemonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatan presidennya.5
Selain itu di beberapa daerah di Indonesia, terjadi berbagai tindak kekerasan dalam
demonstrasi yang dipicu oleh persoalan suku, etnis, dan agama. Kekerasan politik menjadi
salah satu yang mencoba memanfaatkan pluralisme suku, etnis dan agama ini dalam mencapai
tujuan dan target politik. Praktik kekerasan politik yang menunjukkan kenaikan angka
eskalasinya, semakin merisaukan ketika agama semakin kental mewarnai peristiwa demi
peristiwa kekerasan itu. 6
Berdasarkan pendapat Muhari, terdapat tiga prakondisi dasar mengapa demonstrasi
muncul sebagai primadona dalam penyelesaian masalah sosial dan pemerintahan, yaitu
“Pertama, ketidak-sensitifan para pemegang kekuasaan, administrator dan birokrasi dalam
merespon aspirasi serta opini publik. Kedua, masyarakat terlalu lama hidup dalam
ketertekanan utamanya dari segi konteks politik. Ketiga, mentalitas aparatur yang berdasarkan
pada pembenaran patron-client relationships menyebabkan rakyat tidak berdaya.7 Selama
orde baru, rakyat harus tunduk kepada penguasa. Hal ini bersifat eksploitatif. Singkatnya,
demonstrasi muncul sebagai luapan emosi banyak orang yang terlalu lama memendam
pendapatnya dalam pemerintahan yang kurang memperhatikan aspirasi rakyat dan tidak
4

Nurani Soyomukti, Dari Demonstrasi Hingga Seks Bebas, (Yogyakarta:Garasi, 2007), hlm. 21.
http://www.indonesiakemarin.blogspot.com/2007/05/tragedi-trisakti-12-mei-1998.htm, diakses pada 18 Mei
2015 pukul 17.03
6
Haqqul Yaqin, Agama dan Kekerasan dalam Transisi Demokrasi di Indonesia, (Yogyakarta:eLSAQ Press, 2009),
hlm. 123.
7
Muhari, Norma-norma Yang Menjadi Pandangan Hidup Demokratis, (Surakarta:US-Press, 2006), hlm. 15.
5

mempunyai sarana efektif untuk menyalurkan permasalahannya. Tetapi dalam hal ini,
pelampiasan emosi amarah dari para demonstran memakan korban harta benda bahwa nyawa.
Sesuai dengan pendapat Muhari, rakyat Indonesia pada masa orde baru tidak bisa
menyampaikan pendapatnya, sehingga pada zaman reformasi sampai saat ini banyak terjadi
unjuk rasa di mana-mana di seluruh Nusantara, bahkan dalam melakukan aksi nya pun tanpa
mengontrol diri, yang akhirnya menuju

pada

anarki

yakni penjarahan,

pembakaran,

pembunuhan dan pemerkosaan yang akibatnya di rasakan oleh masyarakat itu sendiri.8
Tujuan dari aksi Demonstrasi bermacam-macam, tergantung jenis kepentingannya.
Secara garis besarnya, salah satu tujuan dari demonstrasi adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan aspirasi atau pendapat
b. Menuntut hak, perubahan, dan perbaikan
c. Menyampaikan penolakan

atau protes terhadap suatu kebijakan yang

dianggap merugikan rakyat dan hanya menguntungkan pihak tertentu.9
Selain tujuan tersebut, juga dapat kita lihat dampak demonstrasi dari berbagai aksi
yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia, mulai dari dampak positif seperti adanya
perubahan dan perbaikan hingga dampak negatif yang diakibatkan karena demonstrasi sudah
melenceng dari tujuan aksi sebenarnya. Pasalnya sudah membuat kemacetan berkepanjangan,
kerusakan, kerugian material, psikis, dan bahkan memakan banyak korban jiwa. Aksi
yang

dilakukan pada dasarnya bertujuan untuk menuntut hak, perubahan, dan

penolakan terhadap suatu kebijakan yang dianggap merugikan rakyat. Namun akhir-akhir ini
aksi yang dilakukan sering berujung anarkis bahkan menimbulkan kerugian, baik itu kerugian
material maupun jiwa. Memang, demonstrasi bukanlah hal yang salah untuk dilakukan,
namun harus dipikirkan esensi dari demonstrasi yang dilakukan, tujuannya dan manfaatnya.
Kegiatan aksi unjuk rasa(demonstrasi) terdiri atas berbagai bentuk. Hal itu berkaitan
dengan tema persoalan yang sedang dihadapi, jumlah “kekuatan” massa aksi unjuk rasa, serta
beberapa perangkat aksinya. Seperti selebaran, poster, kain spanduk, alat pengeras suara,
kendaraan, konsumsi, dan lainnya. 10
Dapat disimpulkan bahwa pengertian demokrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
8

Kunarto, Merenungi Kiprah Polri menghadapi Gelora Anarkhi 2, (Jakarta:Cipta Manunggal, 1999), hlm. 113.
Muhari, op.cit., hlm. 15.
10
Achmad Setiyaji, Tragedi Monas Berdarah, (Bandung:Semesta, 2008), hlm. 201.
9

seseorang atau sekelompok orang untuk mengeluarkan pikiran baik secara lisan, tulisan, dan
sebagainya secara demonstratif di muka umum. Tujuan dari demonstrasi adalah
menyampaikan pendapat, menuntuk perubahan dan perbaikan, serta menolak atau
melayangkan protes terhadap suatu kebijakan yang dianggap merugikan satu pihak dan
menguntungkan pihak lainnya. Sedangkan dampak dari demonstrasi dapat dibedakan menjadi
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif demonstrasi adalah perubahan dan
perbaikan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu demonstrasi anarkis yang menimbulkan
kerugian, baik kerugian material maupun jiwa.
2.2 Keterkaitan antara Demokrasi dan Demonstrasi
Indonesia adalah negara yang menganut demokrasi, yaitu demokrasi pancasila. Salah
satu dari 10 prinsip dasar demokrasi Pancasila yang dianut oleh negara Indonesia adalah
demokrasi yang berkedaulatan rakyat, yaitu demokrasi di mana kepentingan rakyat harus
diutamakan oleh wakil-wakil rakyat, rakyat juga dididik untuk ikut bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa
atau demonstrasi merupakan bagian dari implementasi prinsip dasar tersebut.
Saat ini bagi hampir semua orang, demonstrasi dipandang dan diyakini sebagai satusatunya cara efektif dalam mewujudkan aspirasi rakyat. Demonstrasi sudah merembes ke
tingkat politik lokal seperti di kawasan pedesaan, kecamatan maupun tingkat pemerintahan
daerah lainnya. Demonstrasi dipandang sebagai cerminan kehidupan peradaban masyarakat
modern yang demokratis. Jadi tidak heran dan sangat wajar jika dewasa ini hampir setiap
perselisihan pendapat di lingkungan masyarakat, baik antar masyarakat itu sendiri maupun
dengan pemerintah, selalu diikuti dengan aksi unjuk rasa atau demonstrasi dari pihak yang
merasa dirugikan.
Unjuk rasa atau demonstrasi harusnya bukan saja dipandang sebagai ekspresi
masyarakat yang wajar, melainkan juga sebagai indikator penerapan prinsip demokrasi dalam
kehidupan masyarakat yang pluralistik, khususnya pada masyarakat yang sedang berubah.
Tingkat kemajuan demokrasi suatu masyarakat ditentukan dengan semakin beragamnya
aktivitas sosial, ekonomi, politik, budaya, serta keamanan. Semakin beragam aktivitas
masyarakat mengharuskan penanganan aksi unjuk rasa sejalan dengan penguatan civil society
dan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan.11
11

Tri Pra aji, Aksi U juk Rasa Da Radikalis e “erta Pe a ga a ya dala
Jurnal Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26, 2(Desember 2008),hlm. 132-133.

Ala

De okrasi I do esia ,

Sebagai perwujudan demokrasi, aksi unjuk rasa telah dilaksanakan dan diijinkan
pemerintah di negara-negara maju maupun berkembang. Hampir semua surat kabar ibu kota
dihiasi oleh kabar berita unjuk rasa di negara tersebut. Sebagai ilustrasi adanya isu kenaikan
harga BBM di Indonesia membuat masyarakat Indonesia mengadakan demonstrasi di depan
Istana Negara.
Nurcholis Madjid berbicara bahwa ada 7 prinsip demokrasi yang sebenarnya layak
dipikirkan untuk ditarik menjadi sebuah konsepyang lebih aplikatif dan bisa dijadikan sebagai
tegaknya demokratisasi di Indonesia. Dua dari ketujuh prinsip tersebut adalah prinsip
kebebasan nurani dan prinsip perlunya pendidikan demokrasi. Prinsip pertama ingin
meneguhkan egalitarianisme dan kesantunan politik yang pada intinya bahwa demokrasi
menolak masyarakat yang terkotak-kotak dan saling mencurigai satu dengan yang lainnya.
Sedangkan prinsip kedua menekankan bahwa prinsip ini memegang peran yang sangat
penting. Apalagi dalam konteks kebangsaan sekarang yang sedang aktif-aktifnya belajar
demokrasi. Menurutnya, demokrasi juga merupakan proses trial and error, proses coba salah
dalam demokrasi merupakan hal yang sangat wajar apalagi jika suatu negara sedang berada
dalam proses transisi demokrasi tersebut. Nurcholis Madjid menambahkan bahwa dalam
konteks ini perlunya mengedapkan konsistensi dan kesabaran dalam menjalani demokratisasi,
termasuk di dalamnya demonstrasi.

2.3 Etika Demonstrasi yang Sesuai dengan Demokrasi Pancasila

Unjuk rasa atau demonstrasi selalu mengiringi perjalanan bangsa Indonesia mulai
sebelum Indonesia merdeka, Orde lama, Orde baru hingga era Reformasi, bahkan beralihnya
Orde baru ke era Reformasi adalah hasil perjuangan dari para demonstran, demo pada masa
ini adalah demo terbesar sepanjang sejarah berdirinya Indonesia, bahkan hingga di warnai
dengan insiden penembakan oleh aparat, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa karena
pada masa orde baru, hak masyarakat dalam menyampaikan pendapat sangat dikekang oleh
pemerintah. Media massa dicekal, pelopor demonstrasi ditangkap dan demonstran dibubarkan
dengan kekerasan. Namun akhirnya perjuangan itupun berhasil dan hasil perjuangan itu
adalah era reformasi.
Mulai era reformasi hingga sekarang demonstrasi

masih tetap bermunculan,

demonstrasi sesalu muncul ketika ada permasalahan yang muncul. Sebagai negara yang
demokrasi pelaksanaan demonstrasi tentunya di anggap sebuah hal yang wajar, karena dalam
demokrasi Negara harus mengakui, melaksanakan serta melindungi adanya Hak Azasi

Manusia (HAM). HAM sendiri terdiri atas beberapa macam, salah satunya adalah hak untuk
mengemukakan pendapat yang diatur dalam Undang.
Di Indonesia, kebebasan menyampaikan pendapat diatur dalam :
1. Undang-Undang Dasar 1954 (Amandemen IV)
- Pasal 28, ”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undangundang.”
-

Pasal 28 E Ayat 3, ”Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan

mengeluarkan pendapat.”
2. Ketetapan MPR No. XVV/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19. ”Setiap orang
berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”
3. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
Pasal 2. ”Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan
pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.” Undang-undang ini mengatur tentang:
a. Konsep Dasar dan Asas
Konsep dasarnya adalah:
- Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara.
- Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih,
untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif dimuka
umum berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum.
- Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum.
- Mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum secara bebas
dan terbuka tanpa tema tertentu. Asasnya adalah keseimbangan antarahak dan kewajiban,
musyawarah mufakat, kepastian hukum dan keadilan, proposionalitas, serta asas manfaat.
b. Hak dan Kewajiban:
Hak dan kewajiban warga negara adalah:
- Mengeluarkan pikiran secara bebas.
- Memperoleh perlindungan hukum.
- Menghormati hak-hak kebebasan orang lain.
- Menghormati aturan-atauran moral umum yang dihormati.
- Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum.
- Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Hak dan kewajiban aparatur negara adalah:

- Melindungi Hak Asasi Manusia.
- Menghargai asas legalitas.
- Menghargai prinsip praduga tak bersalah.
- Menyelengarakan pengamanan.
c. Bentuk-bentuk Penyampaian Pendapat
- Unjuk rasa atau demonstrasi.
- Pawai.
- Rapat umum.
- Mimbar bebas.
d. Tata Cara Pemberitahuan Kegiatan
- Penyampain pendapat di muka umum dalam bentuk unjuk rasa atau demonstrasi,
pawai, rapat umum dan mimbar bebas wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri.
Pemberitahuan disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penangung jawab
kelompok. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana di atas, tidak berlaku bagi kegiatankegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
- Pemberitahuan dilakukan selambat-lambatnya 3x24 ( tiga kali dua puluh empat) jam
sebelum kegiatan dimulai dan telah diterima oleh Polri setempat.
e. Surat Pemberitahuan
Surat pemberitahuan ini mencakup:
- Maksud dan tujuan.
- Tempat, lokasi, dan rute.
- Waktu dan lama.
- Bentuk.
- Penangung jawab.
- Nama dan alamat organisasi, kelompok, atau perorangan.
- Alat peraga yang digunakan.
- Jumlah peserta. Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa
atau demonstrasi dan pawai harus ada seorang sampai dengan 5 (lima) orang penanggung
jawab.
Setelah menerima surat pemberitahuan, Polri wajib :
1. segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan
2. berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di muka umum
3. berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi tujuan penyampaian
pendapat
4. mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.

Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan secara
tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambat-lambatnya 24 (dua puluh
empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.12
Dari penjabaran tersebut demonstrasi merupakan salah satu perwujudan dari hak untuk
mengeluarkan pendapat, unjuk rasa masih dianggap sah dan sesuai dengan nila-nilai
demokrasi pancasila apabila masih berada pada alur yang benar, berjalan tertib, tidak
menggunakan kekerasan atau anarkisme serta tidak melanggar peraturan yang ada. Etika atau
tata cara demonstrasi yang sesuai dengan nila-nilai demokrasi pancasila telah diatur dalam
undang-undang.
Penjelasan dan aturan yang ditetapkan oleh undang-undang tersebut, tentu mempunyai
tujuan dan makna tentang bagaimana seharusnya aksi dan tindakan pelaksanaan dari pada
demontrasi itu sendiri, yang dibuat secara struktur dan sistematis serta sesuati dengan nilainilai demokrasi pancasila. Dengan tujuan bahwa baik pelaksanaan (pendemo) maupun yang
dituju (didemo), haknya dijamin dengan pagar undang-undang dan aturan yang berlaku,
dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadinya pelanggaran
HAM yang memakan korban jiwa.
Akan tetapi demonstrasi yang terjadi dewasa ini, masyarakat seolah menganggap
unjuk rasa sebagai wahana atau tempat untuk menghina, mencaci dan memaki para lawan
politik, atau pihak yang tidak sependapat dan para pejabat pemerintahan lainnya. Unsur
kearifan, moralitas, kesantunan, serta pentingnya ditegakkannya keadilan yang dahulu sangat
ditonjolkan dalam unjuk rasa saat ini telah jauh memudar.13 Dalam hal ini, demonstrasi tidak
sesuai dengan demokrasi pancasila. Selain itu, saat ini pelaksanaan unjuk rasa para
demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat namun lebih mengarah pada
memaksakan pendapat, sehingga untuk memaksakan kehendaknya ini mereka melakukan
tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang dilakukan merupakan wujud dari pemaksaan
kehendak, dengan harapan agar kehendak atau aspirasi yang mereka suarakan diperhatikan
namun mengabaikan nilai-nilai demokrasi Pancasila dimana etika atau tata cara penyampaian
pendapat telah diatur dalam undang-undang.
12

Jimly Asshidique, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia (Jakarta:Sinar Grafik, 2010), hlm. 7-9.
Tri Pra aji, Aksi U juk Rasa Da Radikalis e “erta Pe a ga a ya dala Ala De okrasi I do esia ,
Jurnal Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26, 2(Desember 2008),hlm. 139.

13

2.4 Solusi Mengatasi Demonstrasi yang tidak Sesuai dengan Demokrasi Pancasila
Untuk mengetahui solusi mengatasi demonstrasi yang tidak sesuai dengan demokrasi
pancasila atau demokrasi yang anarkis, perlu diadakan penelitian alasan atau faktor yang
menyebabkan masyarakat melakukan demonstrasi yang anarkis. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan munculnya tindakan anarkis dalam demonstrasi:
1. Sikap para demonstran yang menganggap pendapat mereka paling benar dan harus dituruti.
Hal ini bisa kita lihat dalam pelaksanaan unjuk rasa/demonstrasi, para demonstran
menganggap bahwa aspirasi atau pendapat yang mereka suarakan merupakan merupakan
aspirasi yang benar, mereka juga menganggap bahwa aspirasi yang mereka suarakan
merupakan aspirasi yang mewakili suara hati seluruh rakyat Indonesia, dengan dasar itulah
mereka menganggap bahwa apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka ucapkan dan apa
yang mereka lakukan merupakan hal yang benar dan mereka menginginkan agar apa yang
mereka suarakan bisa terrealisasikan. Dengan dasar kebenaran ini maka dalam pelaksanaan
unjuk rasa para demonstran bukan hanya sekedar mengemukakan pendapat namun lebih
mengarah pada memaksakan pendapat, sehingga untuk meksakan kehendaknya ini mereka
melakukan tindakan anarkis. Jadi tindakan anarkis yang dilakukan merupakan wujud dari
pemaksaan kehendak, dengan harapan agar kehendak atau aspirasi yang mereka suarakan
diperhatikan.
2.

Suasana panas, sesak dan penat akan membuat para demonstran cenderung mudah

terpancing emosi.
Anarkisme dalam unjuk rasa juga bisa di sebabkan karena situasi ketika demo terjadi,
umumnya dalam suatu demonstrasi memerlukan waktu yang tidak sebentar dan dilakukan di
siang hari, suasana yang panas, sesak dan penat akan mudah membuat para demonstran untuk
terpancing emosinya dan mudah marah. Ketika demonstrasi, kondisi fisik dari para anggota
juga pasti mengalami kelelahan. Dengan kondisi ini jika dalam suasana yang panas atau hujan
deras maka akan membuat para demonstran mudah marah, hal ini akan mengakibatkan
tindakan anarkis. Jika salah satu anggota demonstran melakukan tindakan anarkis maka
anggota lain akan mengikuti melakukan tindakan yang serupa.

3. Tidak ada perwakilan pihak yang didemo yang bersedia menanggapi dan berbicara dengan
demonstran.
Ketika ada niat untuk melakukan unjuk rasa, tentunya suatu kelompok atau pihak yang
akan melakukan demonstrasi sudah mempunyai suatu pandangan, gagasan dan pemikiran
yang mereka yakini kebenarannya, inilah yang nantinya akan mereka suarakan dengan
harapan apa yang mereka suarakan bisa menjadi kenyataan, atau paling tidak mendapatkan
tanggapan dari pihak yang mereka harapkan. Namun banyak kejadian ketika ada demonstrasi
tidak ada satupun orang dari pihak yang didemo yang bersedia menemui para demonstran
untuk berbicara dan memberi penjelasan, hal ini membuat para demonstran kecewa, marah
sehingga melakukan berbagai tindakan anarkis sebagai luapan emosinya.
4. Solidaritas yang tinggi antara para anggota demonstran.
Dalam suatu demonstrasi umunya, para demonstran memiliki solidaritas yang sangat
tinggi antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, jika salah satu anggota melakukan
hal yang baik maka kemungkinan besar anggota yang lain akan melakukan hal yang sama,
tetapi yang dalam demo selama ini bukanlah solidaritas yang baik, tetapi lebih mengarah pada
solidaritas yang buruk, maka yang lain juga akan melakukan hal yang sama.
Salah satu hal yang menyebabkan tindakan anarkis dalam demonstrasi adalah kuatnya
solidaritas antara demonstran satu dengan yang alainnya, tindakan anarkis awalnya hanya
dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun karena para demonstran mempunyai
kesamaan visi, misi dan tujuan maka mereka mempunyai solidaritas yang tinggi. Jika salah
seorang anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota lain akan melakukan hal yang
sama, jika salah seorang anggota di amankan oleh pihak kepolisian maka anggota yang lain
akan berusaha menyelamatkan rekannya. Hal ini terkadang memicu kerusuhan antara
demonstran dengan aparat kepolisian.
5. Kerusuhan dalam demo memang sudah direncanakan
Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan anarkis dalam unjuk rasa yaitu
kerusuhan dalam unjuk rasa memang sudah direncanakan sebelumnya, kerusuhan ini biasanya
dilakukan oleh lawan politik atau pihak-pihak lain yang tidak suka dengan pemeritahan yang
sedang berjalan. Kasus seperti ini sering terjadi di Indonesia, contohnya adalah kasus
demonstrasi di Mojokerto. Pada demo di Mojokerto yang terjadi pada tanggal 11 Mei 2012
terjadi kerusuhan yang mengakibatkan kerugian hingga 1,4 M, demo ini disebabkan karena

salah satu kandidat calon bupati tidak diloloskan menjadi calon bupati oleh KPU setempat.
Akibatnya para pendukung bupati yang tidak lolos berdemo di depan KPU Mojokerto dan
melakukan pengerusakan terhadap fasilitas Negara. Dalam demo ini hampir 100 orang di
tahan, dari barang bukti yang berhasil di amankan oleh Polisi bisa disimpulkan bahwa
kerusuhan memang sudah di rencanakan.
Kasus serupa juga terjadi pada tanggal 20 Mei 2008, pada saat itu terjadi demonstrasi
anarkis dalam rangka kenaikan harga BBM yang berujung pada kerusuhan, dalam kerusuhan
ini terjadi pembakaran Toyota Avansa di depan gedung DPR-RI, demonstrasi ini melibatkan
sekitar 4000 orang. Dalam kasus ini seorang warga bernama Ferry Julianto di tuding sebagai
dalang kerusuhan, Ferry telah merencanakan demonstrasi sebelumnya dan mengeluarkan
biaya sebesar 14 juta rupiah. Dan akhirnya dia di jebloskan kedalam penjara.
Dalam 100 hari pemerintahan Jokowi-Hatta, mungkin saja bila tindakan anarkis juga
sudah direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu. Hal ini mungkin saja dilakukan
oleh partai oposisi, karena partai oposisi selalu mengkritisi kebijakan pemerintahan JokowiHatta. Jika difikirkan dengan akal sehat kita, tidak mungkin pihak yang Pro dengan kebijakan
pemerintah saat ini melakukan demonstrasi hanya karena adanya opini yang menyatakan
bahwa 100 hari pemerintahan Jokowi-Hattagagal total. Tindakan seperti ini hanya mungkin
dilakukan oleh lawan politik dari Jokowi-Hatta yang berasal dari luar Partai PDI dan Golkar.
Bisa partai oposisi yang selalu menguatkan kritikan dan juga kecaman terhadap pemerintah
dan juga bisa juga dilakukan oleh partai mitra koalisi yang memang kecewa dengan sikap
pemerintah.
6. Adanya provokasi
Setiap demonstrasi tentunya melibatkan banyak orang, hal ini membuat situasi sangat
sulit untuk di kontrol dan di kendalikan, selain itu banyaknya demonstran juga sangat rawan
dengan provokasi, baik provokasi dari dalam maupun dari luar, provokasi dari dalam biasanya
dilakukan oleh salah satu anggota demonstran yang mempunyai kecenderungan prilaku
menyimpang dalam kesehariannya, sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada
potensi untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga mungkin
dilakukan oleh pihak-pihak dari luar yang menginginkan suasana demo menjadi rusuh.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam suatu demonstrasi umumnya pihak atau
kelompok yang melakukan demonstrasi mempunyai visi dan misi yang sama, sehingga
dengan kesamaan ini para demonstran cenderung memiliki solidaritas yang tinggi antar

sesama anggota. Sehingga jika salah satu anggota melakukan tindakan anarkis maka anggota
lain juga akan sangat mudah untuk mengikuti tindakan itu.
Penanganan aksi demonstrasi yang baik adalah dengan dilandaskan pada sikap yang
jauh dari permusuhan. Antara demonstran dan sasaran yang mengatasi demonstrasi. Melalui
musyawarah yang dilandaskan pada sikap saling menghormati dan membuka jalan
penyelesaian yang elegan (dan sejalan dengan tujuan konstitusi) terhadap aksi unjuk rasa atau
demonstrasi. Perlu diadakan evaluasi oleh pelaksana demonstrasi, berusaha meminimalisir
adanya hal-hal atau faktor yang bisa menyebabkan terjadinya aksi anarkis dari para peserta
demonstrasi, contohnya provokator yang bisa memprovokasi peserta lainnya melakukan
tindakan anarkis dan melencengkan tujuan awal demonstrasi. Selain itu, penanggung jawab
atau pemimpin demonstrasi harus pandai-pandai meredakan emosi para peserta demonstrasi
dan mengondisikan pesertanya sehingga melaksanakan demokrasi dengan tertib. Untuk itu,
penanggung jawab demonstrasi harus orang yang memang ahli dalam bidang ini. Memiliki
jiwa pemimpin yang bijaksana.
Peserta demonstrasi juga perlu dibekali pembelajaran tentang etika atau tata cara
pelaksanaan demonstrasi yang sesuai dengan undang-undang dan mencerminkan nilai-nilai
demokrasi pancasila. Peserta harus paham benar tujuan awal dari demonstrasi itu adalah untuk
menyampaikan pendapat dan menuntut perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan mencela
atau meluapkan emosi terhadap pihak yang didemo serta melakukan tindakan anarkis apalagi
sampai terjadi bentrok atau tawuran dan merusak fasilitas umum yang menyebabkan kerugian
material dan jiwa.
2.5 Demokrasi yang Baik Menurut Pandangan Islam
Dalam hal ini ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang mendukung, antara lain :
1. QS. An Nisa ayat 71, yang artinya:“Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu
majulah ke medan jihad, berkelompok-kelompoklah atau majulah bersama-sama…”
2. QS. Al Anfal ayat 60, yang artinya:“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan
apa saja yang kamu sanggupi…”
3. QS. Al Baqarah ayat 194, yang artinya:“Siapa saja yang menyerang kamu, seranglahdia
seimbang dengan serangan terhadap kamu.”
Juga dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh HR Bukhari dan HR
Muslim yaitu “Barangsiapa yang mati karena membela dirinya, maka ia mati syahid. Dan

barangsiapa yang mati di saat membela hartanya, maka ia mati syahid dan barangsiapa yang
mati membela kehormatannya, maka ia mati syahid.”
Dari ayat Al Quran tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai manusia, kita wajib
berjuang untuk menyampaikan pendapat kita dan menghadapi apapun yang menyerang kita
dan merugikan kita. Selain itu, dianjurkan untuk maju bersama-sama tentunya dengan damai
dan tertib. Dan apabila mati dalam rangka membela kepentingan orang banyak, maka akan
membawa ganjaran yang besar. Jadi Demonstrasi yang baik menurut pandangan Islam adalah
demonstrasi yang ikhlas dari hati dengan tujuan menyampaikan pendapat dan untuk
kepentingan orang banyak, melaksanakannya bersama-sama dengan tertib dan apabila
dirugikan oleh pihak lain, tidak seharusnya hanya diam saja dan menjadi pihak yang pasif.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian demokrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mengeluarkan pikiran baik secara lisan, tulisan, dan sebagainya secara
demonstratif di muka umum. Tujuan dari demonstrasi adalah menyampaikan pendapat,
menuntuk perubahan dan perbaikan, serta menolak atau melayangkan protes terhadap suatu
kebijakan yang dianggap merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lainnya. Sedangkan
dampak dari demonstrasi dapat dibedakan menjadi dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif demonstrasi adalah perubahan dan perbaikan. Sedangkan dampak negatifnya
yaitu demonstrasi anarkis yang menimbulkan kerugian, baik kerugian material maupun jiwa.
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi merupakan
bagian dari implementasi prinsip dasar demokrasi. Unjuk rasa atau demonstrasi harusnya
bukan saja dipandang sebagai ekspresi masyarakat yang wajar, melainkan juga sebagai
indikator penerapan prinsip demokrasi dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik,
khususnya pada masyarakat yang sedang berubah.
Penjelasan dan etika atau aturan demonstrasi yang ditetapkan oleh undang-undang ,
tentu mempunyai tujuan dan makna tentang bagaimana seharusnya aksi dan tindakan
pelaksanaan dari pada demontrasi itu sendiri, yang dibuat secara struktur dan sistematis serta
sesuati dengan nilai-nilai demokrasi pancasila. Dengan tujuan bahwa baik pelaksanaan
(pendemo) maupun yang dituju (didemo), haknya dijamin dengan pagar undang-undang dan
aturan yang berlaku, dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau
terjadinya pelanggaran HAM yang memakan korban jiwa.
Penanganan aksi demonstrasi yang baik adalah dengan dilandaskan pada sikap yang
jauh dari permusuhan. Antara demonstran dan sasaran yang mengatasi demonstrasi. Melalui
musyawarah yang dilandaskan pada sikap saling menghormati dan membuka jalan
penyelesaian yang elegan (dan sejalan dengan tujuan konstitusi) terhadap aksi unjuk rasa atau
demonstrasi.
Demonstrasi yang baik menurut pandangan Islam adalah demonstrasi yang ikhlas dari
hati dengan tujuan menyampaikan pendapat dan untuk kepentingan orang banyak,
melaksanakannya bersama-sama dengan tertib dan apabila dirugikan oleh pihak lain, tidak
seharusnya hanya diam saja dan menjadi pihak yang pasif.

3.2 Saran
Memang tidak mudah untuk mewujudkan budaya demokrasi dalam hal ini
demonstrasi yang tertib dan sesuai dengan nilai-nilai demokrasi pancasila. Harus ada usaha
dari semua warga negara. Yang paling utama adalah adanya niat untuk memahami nilai-nilai
demokrasi dan mempraktekanya secara terus menerus, atau membiasakannya dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam praktek demonstrasi yang sehat.
Memahami nilai-nilai demokrasi memerlukan pembelajaran, belajar dari pengalaman
negara-negara yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan
dengan Negara kita. Dalam usaha mempraktekkan budaya demokrasi, kadang-kadang kita
mengalami kegagalan, tetapi kita tidak boleh untuk putus asa terhadap niat kita untuk terus
berusaha memperbaikinya dari hari kehari. Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi
telah benar-benar membudaya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Asshidique, Jimly. 2010. Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta : Sinar Grafik
Kamal, Mustafa dkk. 2003. Pancasila dalam tinjauan Historis dan filosofis. Yogyakarta : Citra
Karsa Mandiri
Kunarto.1999. Merenungi Kiprah Polri menghadapi Gelora Anarkhi 2. Jakarta : Cipta
Manunggal
Muhari. 2006. Norma-norma Yang Menjadi Pandangan Hidup Demokratis. Surakarta : US
Press
Setiyaji, Achmad. 2008. Tragedi Monas Berdarah. Bandung : Semesta
Soyomukti, Nurani . 2007. Dari Demonstrasi Hingga Seks Bebas. Yogyakarta : Garasi
Yaqin, Haqqul. 2009. Agama dan Kekerasan dalam Transisi Demokrasi di Indonesia.
Yogyakarta : eLSAQ Press

Jurnal
Pranaji, Tri. “Aksi Unjuk Rasa (Dan Radikalisme) Serta Penanganannya dalam Alam
Demokrasi Indonesia”, Jurnal Penelitian Agro Ekonomi, Volume 26, No. 2
(Desember 2008)

Internet
http://www.indonesiakemarin.blogspot.com/2007/05/tragedi-trisakti-12-mei-1998.htm,
diakses pada 18 Mei 2015 pukul 17.03