MEMBANGUN TIM SUKSES YANG HEBAT (1)

MEMBANGUN TIM SUKSES YANG HEBAT
Caleg Hebat Dengan Tim Sukses Yang Lemah, Kegagalan Yang Didapat,Caleg Lemah
Dengan Tim Sukses Kuat, Keberhasilan Diraih
Dalam setiap tindakkan untuk merealisasikan rencana menjadi hasil yang
diharapkan, pemimpin harus fokus untuk mempekerjakan orang-orang yang kreatif,
proaktif, strategis, disiplin, dan optimistis di dalam sebuah tim sukses.
Kecerdasan pemimpin dalam membangun tim sukses yang efektif akan sangat
membantu si pemimpin untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan strategis yang
membutuhkan konsentrasi dan fokus yang lebih intensif.
Kemampuan pemimpin untuk menempatkan pribadi-pribadi yang loyal, antusias,
selalu berjuang dalam motivasi yang tinggi, dan yang mau bekerja keras untuk
menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab, adalah sebuah syarat terpenting
di
dalam
pembentukan
tim
sukses
yang
efektif.
Berikut ini ada tips untuk membangun tim sukses yang efektif dan yang dapat
memberikan keberhasilan buat si caleg.

Caleg wajib menetapkan tujuan utama tim, kemudian memotivasi tim untuk
membangun mind set bahwa tujuan utama dari tim adalah membuat sukses setiap
program .
Tujuan utama adalah meraih kemenangan dengan jalan mendekati, mempengaruhi
dan mengawal pemilih agar menjatuhkan pilihannya kepada caleg. Untuk itu, caleg
harus mampu memotivasi tim dan meyakinkan tim bahwa apa yang mereka
lakukan akan membawa perubahan pada diri mereka. Sering berkunjung ke rumah
tim, mengenal dekat istri dan anak-anak tim akan membuat tim merasa bahwa si
caleg seperti keluarga sendiri.
Jangan andalkan uang Anda dalam memotivasi tim. Tapi posisikan tim seperti
keluarga besar Anda. Bila uang menjadi alat memotivasi tim sukses, maka Anda
harus memiliki financial yang besar sekali. Tapi, bila pola kekerabatan yang Anda
terapkan, maka dengan dana yang tak terlalu besar tujuan akan tercapai.
Gambarannya seperti ini, tim yang tidak begitu akrab dengan caleg pasti akan
berpikir imbalan bila tim diminta merekrut calon pemilih potensial. Berbeda dengan
tim yang akrab seperti keluarga, tim sukses akan berjalan sukarela merekrut
saudara-saudara dan tetangganya.
Tim sukses harus menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, terdefinisi, dan
konsisten dan setiap anggota tim sukses harus berkomitmen untuk menunaikan
tanggung

jawab
mereka
secara
total.
Tujuan harus terukur. Atau dalam istilah Jawa timses jangan nggebyah uyah.
Mungkin bisa digambarkan seperti ini. Bila dalam satu kabupaten ada 20
kecematan, jangan semuanya digarap. Hanya kecamatan yang tidak memiliki calon

kuat yang digarap timses. Dari kecamatan yang digarap, tentukan desa mana yang
potensial untuk dikelola. Dari desa yang dikelola, pilih RW mana saja yang menjadi
kantong pemilih. Dari RW yang dipilih, wilayah RT berapa yang paling potensial
menyumbang
suara
by
name.
Bila wilayah garapan sampai tingkat RT sudah dipetakan, timses memiliki
tanggungjawab untuk mendekati, mempengaruhi dan kemudian memastikan bahwa
si pemilih akan menjatuhkan hak pilihnya ke caleg yang didukung. Caranya, dengan
mengunjungi rumahnya dan mengobrol meski hanya 30 menit. Lakukan itu terus
menerus.

Caleg harus cerdas dalam memilih karakter dari pribadi-pribadi yang akan berada di
dalam
tim
sukses.
Tahap ini sangat penting. Sekali caleg salah memilih pribadi-pribadi yang menjadi
timsesnya, maka akan menyesal. Ada berbagai cara untuk mengetahui karakter
calon timses, salah satunya dengan mengajak bertemu dan mengobrol sekaligus
mengajukan pertanyaan. Yang paling efektif tentu saja mengajak psikolog untuk
mendampingi saat berbincang-bincang dengan calon tim sukses.
Memfungsikan structural partai juga bisa dilakukan. Bagi caleg DPR RI, hal paling
utama adalah, sosok ketua timses kabupaten yang membawahi kecamatankecamatan harus bisa diterima oleh oleh para pengurus PAC. Karenanya, usulan PAC
terkait sosok yang akan menjadi ketua timses bisa menjadi pertimbangan. Bisa dari
unsure PAC atau dari unsur DPC.
Caleg harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bakat dan potensi dari
masing-masing pribadi tim sukses tersebut.
Manusia ada dua katagori, pekerja dan pemikir. Caleg harus menempatkan sosok
timses sesuai bakat dan potensinya. Mereka yang tipe pemikir jangan dipercaya
sebagai perekrut massa. Pemikir ditugaskan menyusun strategi pemenangan dan
memantgau sekaligus memastikan bahwa strategi tersebut berjalan sesuai track.
Begitu juga sebaliknya. Tim yang kurang jujur tapi memiliki keahlian mempengaruhi

massa jangan dipercaya memegang keuangan. Intinya MAN BEHIND THE GUN.
SOP, aturan, dan kebijakan wajib ditetapkan sebagai fondasi dasar untuk
membangun etos kerja tim sukses yang efektif.
Setiap anggota tim sukses harus tahu tentang fungsi dan peran mereka di dalam
tim
sukses.
Tim sukses harus bekerja melalui sebuah proses kerja yang selalu fokus dalam
menjaga keutuhan dan kekompakkan tim sukses.
Setiap melakukan tindakan, tim harus melakukan pertemuan di antara anggota dan
Caleg, baru kemudian membuat keputusan yang tepat sasaran, dan mendefinisikan
semua perkembangan baru dalam sebuah rencana kerja yang disetujui oleh semua
anggota dalam tim.

Apapun perbedaan di antara anggota tim. Setiap orang wajib saling menghormati,
saling mendengar, dan saling peduli.
Setiap konflik harus dikelola dengan besar hati dan penuh empati, kemudian
diselesaikan dengan menghormati semua pihak secara profesional.
Pemimpin harus menggunakan kekuatan intuisi untuk melihat hal-hal yang tak
terlihat oleh panca indera. Lalu, membuat tindakan-tindakan yang memotivasi
anggota tim untuk bekerja dengan emosi baik dan pikiran terang.

Tim sukses dan pemimpin harus membangun hubungan dan komunikasi positif
dengan dalam sebuah suasana yang saling menguntungkan.
Tim sukses harus membuat tabel rencana kerja dengan memasukan semua tips di
atas sebagai faktor-faktor kerja tim yang harus diperhatikan secara terus-menerus.
Keberadaan tim sukses disamping para caleg atau calon pemimpin bangsa,
membuat kegiatan kampanye menjadi lebih teratur, lebih tertib, terencana, dan
efektif.
Namun nampaknya, banyak caleg kita yang akan mengikuti kegiatan pemilu
beberapa puluh hari lagi, masih lebih memilih untuk berjuang tanpa dukungan
suatu tim sukses yang dapat bekerja secara profesional membantu mereka
mendapatkan satu tempat di parlemen.
Pada masa kampanye, sebagian besar caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu
2014 cenderung lebih memilih untuk menggunakan konsepsi berkampanye dengan
cara-cara konvensional, yaitu dengan memasang bendera partai yang disisipi nama
caleg serta spanduk/baliho berukuran besar diberbagai lokasi, dan menempelkan
stiker-stiker di dinding pagar rumah warga, di pintu angkutan umum, atau di tiang
listrik.
Padahal, penggunaan konsepsi berkampanye dengan cara-cara konvensional
seperti itu, cenderung hanya “mengotori” ruang terbuka publik, seperti yang dapat
kita lihat dan temui di hampir seluruh penjuru wilayah pemukiman di Indonesia saat

ini.
Bagaimana mau mengundang animo dan simpati masyarakat kalau dalam waktu
yang bersamaan, seluruh caleg yang akan mengikuti kegiatan pemilu 2014,
menerapkan
konsepsi
berkampanye
yang
sama?
Terlihat jelas kalau para caleg tidak kreatif karena hanya terpaku pada model-model
kampanye yang sama, yaitu model kampanye konvensional, yang sudah lama
dipakai sebagai konsepsi berkampanye oleh para caleg yang mengikuti
pelaksanaan kegiatan pemilu di Indonesia selama ini, tanpa ada upaya lain yang
sekiranya dapat membawa manfaat dan sisi pembelajaran positif bagi dunia politik
kita.

Kreatifitas para caleg memang dituntut, mengingat setiap caleg memiliki
kesempatan yang sama besar, semenjak Mahkamah Konstitusi (MK) telah membuat
keputusan, bahwa penentuan seorang caleg dapat menjadi anggota parlemen tidak
lagi didasarkan pada nomor urut yang telah ditetapkan partai politik.
Artinya, keberhasilan dari seorang caleg untuk bisa duduk sebagai anggota

parlemen tergantung pada seberapa besar animo masyarakat untuk memilih caleg
yang mereka kehendaki untuk menjadi wakil rakyat mereka di parlemen.
Nilai lebih yang terdapat didalam diri seorang caleg, dapat lebih ditampilkan kepada
seluruh kelompok masyarakat, yang memiliki dimensi pemikiran berbeda-beda atau
tidak seragam, sehingga mobilitas kekuatan massa pendukung, dapat dilakukan
tanpa harus mendatangkan massa dalam jumlah besar, atau menghamburhamburkan dana kampanye untuk bendera, baliho, atau stiker dalam jumlah besar.
Dalam hal ini, para caleg seharusnya tidak lagi bersikap pasif dalam
memperkenalkan diri serta agenda kerja mereka, karena sikap pasif tidak akan
mendorong adanya peningkatan jumlah simpatisan yang serius ingin mendukung
dan memiliki kedekatan emosional atau pemikiran dengan seorang caleg.
Salah satu terobosan membangun komunikasi dengan calon pemilih adalah dengan
mengirimkan surat kepada pemilih. Isi surat selain pengenalan diri, visi dan misi
juga harus berisi solusi apa problem yang dihadapi masyarakat di daerah itu. Dalam
surat itu juga cantumkan nomor telepon anggota tim yang bertugas sebagai humas,
bila ada pertanyaan dari masyarakat calon pemilih. Untuk itu, humas harus diisi
oleh orang yang memahami benar siapa caleg dan visi misi caleg.
Siapa yang membagikan surat itu? Caleg bisa mempercayakan kepada timses
tingkat RT dan tokoh pemuda di ke RT an itu. Mengapa tokoh pemuda? Dengan
mempercayai tokoh pemuda, maka secara tidak langsung akan ada kedekatan
emosional antara si caleg dengan tokoh pemuda yang imbasnya diharapkan si

tokoh pemuda mampu mempengaruhi para pemuda di wilayahnya.
Kehadiran tim sukses membuat para caleg bisa mendelegasikan banyak kegiatan
yang sulit untuk dilakukan sendiri, yaitu mempersiapkan segenap detail rencana
kegiatan kampanye yang diperlukan selama kampanye, membangun jaringan
komunikasi antar simpatisan, merekrut relawan yang ingin membantu kemenangan
pemilu, serta upaya untuk mengumpulkan dana kampanye.
Pencalegan tak terlepas dari proposal yang diajukan pihak tertentu untuk
mendapatkan bantuan. Entah itu bantuan dana atau barang.
Caleg dan timses harus merumuskan apakah proposal tersebut layak dibantu atau
tidak. Lihat dulu, apakah bantuan tersebut berupa alat produktif yang manfaatnya

dirasakan orang banyak dan bersifat kontinyu atau tidak. Kemudian juga, apakah si
penerima bantuan termasuk tokoh yang memiliki massa banyak atau tidak.
Bantuan berupa dana atau barang yang tidak produktif akan sia-sia. Salah satu
teman saya yang menjadi caleg tahun 2009 mengatakan kepada saya, bahwa dia
membantu pembangunan masjid di sebuah desa dan menghabiskan dana Rp 50
juta. Apa yang terjadi, kawan tersebut hanya mendapatkan 20 suara di desa itu.
Mengapa bisa terjadi? Dari penelusuran saya, mayoritas masyarakat desa tersebut
mengatakan bahwa mereka tidak minta bantuan masjid dan tidak kenal si caleg.
Jadi biar saja yang meminta bantuan yang memilih si caleg yang menyumbang.

Masyarakat akan memilih si caleg bila masyarakat mendapatkan azas manfaat
langsung dari si caleg. Ternyata, si pemohon bantuan memang tokoh di desa
tersebut, tapi kurang akrab dengan masyarakatnya. Selain itu, si caleg sendiri
ketika datang ke desa tersebut tidak mau berkunjnung ke rumah-rumah timsesnya
dan
timses
juga
enggan
mengakrabkan
dirinya
kepada
masyarakat.
Saran saya. Bila memang caleg ingin membantu, bantulah dengan alat produktif.
Keberhasilan Barack Hussein Obama memenangkan kursi jabatan Presiden Amerika
Serikat yang ke-44, merupakan sebuah puncak pencapaian yang diraih melalui kerja
keras dan kerja sama yang teramat baik dengan para anggota tim sukses
pemenangan pemilu, dalam menggalang dana kampanye serta dalam
mengoptimalisasi kekuatan massa simpatisan ataupun relawan pendukung.
Pada saat mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden mewakili Partai Demokrat,
Barack Obama nampaknya menyadari, apabila dibandingkan dengan sejumlah

nama calon presiden lain yang turut serta mencalonkan diri sebagai kandidat calon
Presiden Amerika Serikat, baik dari Partai Demokrat atau dari Partai Republik,
dirinya masih belum cukup dikenal luas oleh rakyat Amerika Serikat.
Jalan menuju kursi kepresidenan terasa semakin sulit dicapai, karena dirinya berasal
dari kaum masyarakat minoritas di Amerika Serikat, yaitu kaum Afro-Amerika.
Hanya pertolongan tangan Tuhan saja yang membuat Barack Obama pada akhirnya
dapat menjadi seorang Presiden. Sebab, apabila hanya mengandalkan optimisme
atau kemampuan diri semata, tidaklah cukup, karena untuk meyakinkan kaum
mayoritas kulit putih rakyat Amerika Serikat agar bersedia memilih seorang kulit
hitam sebagai Presiden di negeri tersebut, bukanlah perkara yang mudah.
Oleh sebab itu, dipilihnya para pekerja profesional sebagai anggota tim sukses
Barack Obama, yang bekerja secara efektif dan maksimal untuk bisa memberikan
hasil yang terbaik sesuai bidangnya masing-masing, merupakan salah satu

keputusan tepat dari titik awal langkah keberhasilan Barack Obama mencapai
puncak kekuasaan di negara adidaya tersebut.
Wujud profesionalitas kerja yang ditunjukkan oleh para anggota tim sukses Barack
Obama, diwujudkan dengan mampu memformulasikan dengan baik, berbagai issue
dan agenda politik nasional yang akan diangkat Barack Obama dalam
kampanyenya, dengan menghasilkan solusi serta agenda penyelesaian masalah

yang tepat sasaran, yang sekiranya bisa dengan cepat melepaskan Amerika Serikat
dari belenggu krisis ekonomi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia
(khususnya kepercayaan dari negara-negara sahabat) yang sempat pudar karena
arogansi kebijakan politik pada masa pemerintahan Presiden George Bush.
Adanya sejumlah program kerja yang berisikan sejumlah solusi dan agenda-agenda
penyelesaian masalah krisis ekonomi dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat
yang dipersiapkan tim sukses pemenangan pemilu Barack Obama, ternyata tidak
hanya mampu memikat hati simpatisan Partai Demokrat, namun juga hati rakyat
Amerika Serikat, untuk kemudian memilih Barack Obama sebagai Presiden mereka.
Hasil kerja anggota tim sukses, mampu membalikkan keadaan, yang cenderung
masih belum berpihak pada Obama, terutama saat masa-masa awal kampanye
pemilihan kandidat calon tunggal Partai Demokrat yang akan maju menghadapi
calon
presiden
dari
Partai
Republik,
John
McCain.
Kemenangan Barack Obama pada saat bersaing dengan Hillary Rodham Clinton
pada saat konfensi Partai Demokrat, merupakan sebuah kesuksesan besar dari tim
sukses Barack Obama, karena Hillary merupakan seorang pesaing pintar yang
memiliki banyak pendukung, sehingga berat langkah kemenangan yang harus
dilalui.
Baiknya kinerja para anggota tim sukses Barack Obama, terlihat dari baiknya usaha
dan kemampuan mereka, untuk membangun image serta karakter diri Barack
Obama, yang dapat diterima dengan baik oleh mayoritas masyarakat kulit putih,
kelompok masyarakat Yahudi, kelompok masyarakat hispanik dan orang-orang kaya
Amerika, untuk memilih Barack Hussein Obama sebagai Presiden Amerika Serikat
ke-44, mengalahkan pesaingnya Hillary Rodham Clinton dengan persentase
kemenangan tipis, serta mengalahkan John McCain, dengan persentase angka
kemenangan mutlak.
Upaya untuk membangun image dan karakter seorang calon pemimpin memiliki arti
penting karena dapat mempengaruhi penilaian para calon pemilih, apakah sang
calon pemimpin merupakan orang yang tepat serta memang layak atau pantas
untuk
dipilih
sebagai
seorang
pemimpin
negara.

Langkah Barack Obama membangun sebuah tim sukses yang terdiri dari orangorang media, pakar komunikasi publik, dan sejumlah eks pejabat di masa
pemerintahan Presiden Bill Clinton, merupakan sebuah langkah tepat, karena
mereka adalah bagian orang-orang yang berpengalaman dan berkemampuan baik
untuk mendukung upaya Barack Obama agar bisa diterima oleh seluruh kalangan
komunitas masyarakat.
Barack Obama memang tidak salah dalam memilih orang-orang yang
membantunya mencapai puncak kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat. Tanpa
adanya dedikasi, kerja keras, dan loyalitas tinggi para anggota tim sukses, mungkin,
Obama hanya bisa bermimpi untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.
Belajar dari keberhasilan yang diraih Barack Obama, seluruh calon anggota legislatif
(caleg) serta calon pemimpin bangsa Indonesia yang akan mengikuti kegiatan
pemilu 2014, selayaknya pula menyiapkan suatu tim sukses pemenangan pemilu.