Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung da (2)

Hama dan Penyakit pada Tanaman Jagung dan Cara
Pengendaliannya

Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan
tanaman pokok setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti
Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian maluku, dan Irian Jaya sudah
biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi
jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan
sisanya berasal dari propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur.
Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk
tahun 2009, Deotan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan
mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton. Jagung dimanfaatkan
untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan ternak dan
bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan.
Rendahnya hasiljagung disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor
fisik (iklim, jenis tanah dan lahan) dan faktor biologis (varietas, hama,
penyakit dan gulma), serta faktor sosial ekonomi. Menurut Baco dan
Tandiabang (1988) dalam Surtikanti (2011), tidak kurang dari 50 spesies
serangga telah diketemukan dapat menyerang tanaman jagung di

Indonesia. Hama dan penyakit merupakan kendala dalam peningkatan
produksi jagung.
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya
produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit.

Hama yang sering dijumpai menyerang tanaman jagung adalah ulat
penggerek batang jagung, kutu daun, ulat daun, ulat penggerek tongkol,
ulat grayak, lalat bibit, ulat tanah. Sedangkan Bulai, Karat, penyakit
gosong, penyakit busuk tongkol adalah penyakit yang sering muncul di
tanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Surtikanti (2011), menyatakan bahwa di pertanaman jagung ada
beberapa jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit
(Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),,
penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera
litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), dan
wereng jagung (Peregrinus maydis). Penyakit – penyakit yang dapat
menyerang tanaman jagung diantaranya penyakit bulai, peyakit Virus
Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan busuk tongkol.

HAMA TANAMAN JAGUNG

1. Penggerek Batang Jagung (Ostrina furnacalis Guen)
Gejala serangan :
Larva O. Furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap
bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan
pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang
mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.
Cara pengendalian :
a). Kultur teknis
- Waktu tanam yang tepat.
- Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
- Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp.
Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator
Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri
Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis,
Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang
ekonomi 1 larva/tanaman.
c). Pengendalian kimiawi

Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos,
diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang
jagung

2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Cara pengendalian :
a). Kultur teknis
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.

b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang
kemudian memusnahkannya.
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40
buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman
sejak tanaman berumur 2 minggu.
c). Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera lituraNuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus,
Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri
Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,.

Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d). Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos,
diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.

3. Penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera Hbn.
Noctuidae Leppidoptera)
Gejala serangan :
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah
menetas, larva kan menginvasi masuk kedalam tongkol dann akan
memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga
ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Cara pengendalian :
a). Kultur teknis
Pengolahan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam
tanah dan dapat mengurangi populasi H. Armigera berikutnya.

b). Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif

untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trchogramma
spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa
(Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendawan, Metarhizium
anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis dan Virus
Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).menginfeksi
larva.

c). Kimiawi
Untuk mengendalikan larva H. Armigera pada jagung, penyemprotan
insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada
tongkol dan diteruskan (1-2) hari hingga rambut jagung berwarna coklat.

4. Lalat Bibit (Atherigona sp, Ordo: Diptera)
Cara pengendalian :
a). Pengendalian hayati
Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit
larva adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola
yang merupakan predator imago.
b). Kultur teknis dan pola tanam
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 – 2 bulan pada musim

hujan, maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan
tanam serempak serangan dapat dihindari.
c). Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQP1 (S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galurgalur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah
MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
d). Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih
(seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau
karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman
berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis
0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida
hanya dianjurkan di daerah endemik.

5. Sitophilus zeamais (Motsch) , Coleoptera, Curculionidae
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang
bubuk, dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang
jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai,
kelapa dan jambu mente, S. zeamais lebih dominan terdapat pada jagung
dan beras. S. zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga

dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada dipertanaman
Cara pengendalian :
a) Pengelolaan tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol
terbuka, sehingga. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian
pupuk yang rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk
tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen yang
tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis, Panen yang
tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di
penyimpanan.
b) Varietas tanaman
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan
kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang
bubuk. Penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot
yang baik
c) Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan
hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan
termasuk membersihkan semua struktur gudang dan membakar
semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang.

Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus
dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding
yang retak-retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan
memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon
gudang.
d) Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji + 12% dapat menghambat perkembangan kumbang
bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat
pada kadar air 15% atau lebih.
e) Pengendalian secara fisik dan mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan
serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat
perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat dilakukan dengan
memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji
sehat (utuh).
f) Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis
spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides,
Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus
calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji

dari Annona sp. dan Melia sp.

g) Pengendalian hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk
seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran
20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan
parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan
kumbang bubuk.
h) Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan
tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui
sistem pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan
komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik.
Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara
seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang
dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen
plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau
jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis
fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan
Methyl Bromida (CH3Br).


PENYAKIT TANAMAN JAGUNG

1. Bulai
Gejala serangan :
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih
sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya
adalah pada pagi hari disisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu
putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang
meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal
(setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik
tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang
terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak
membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua
masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora
maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya,
sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi

Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian :

a) Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru
dan Gumarang
b) Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua
minggu sampai satu bulan
c) Penanaman jagung secara serempak
d) Eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai
e) Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan
benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.

2. Bercak daun
Gejala serangan :
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras
patogennya yaitu ras O, bercak berwarna coklat kemerahan dengan
ukuran 0,6 x (1,2_1,9) Cm. Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu
(0,6_1,2) x (0,6_2,7) Cm, berbentuk kumparan dengan bercak berwarna
hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras
ini, ras T lebih virulen dibanding ras O dan pada bibit jagung yang
terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam.
Tongkol yang terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol
dapatgugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman
(daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji dan tongkol). Permukaan biji
yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam
sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam
bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman.

3. Hawar daun
Gejala serangan :
Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian
bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi
nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat.
Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah
kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat
mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini
tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup
dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di
lapang.
Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian :
a) Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5
b) Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun

c) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan
dithiocarbamate.

4. Karat
Gejala serangan :
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada
permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai
sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan
sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah
sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan
atau musim kemarau.
Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian :
a) Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan
Semar 10
b) Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma
c) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil
d)

5. Busuk pelepah
Gejala serangan :
Gejala penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi
pada pelepah daun, bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah
menjadi abu-abu, bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan
sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan mula-mula berwarna
putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala hawar dimulai dari
bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan
menjalar kebagian atas, pada varietas yang rentan serangan jamur dapat
mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai
miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di
lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab dan drainase yang kurang
baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga
merupakan sumber inokulum utama.
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani

Cara pengendalian :
a) Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan
terhadap penyakit hawar pelepah misalnya: Semar 2, Rama, Galur
GM 27,
b) Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga
kelembaban tidak terlalu tinggi
c) Lahan mempunyai drainase yang baik
d) Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus
menerus di lahan yang sama
e) Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan
carbendazim

6. Busuk Batang
Gejala serangan :
Tanaman jagung tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya
gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase
pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau
menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada
bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada
yang memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.
Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan
spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis,
Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina,
Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium
acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang
telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan
Macrophomina sp.
Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi
konidia pada permukaan tanaman inangnya . Konidia dapat disebarkan
oleh angin, air hujan ataupun serangga.mPada waktu tidak ada tanaman,
cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam
fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari
piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan
tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi
awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu
penetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat
menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat
menyebabkan penyakit busuk batang.
Cara pengendalian :
a) Pengendalian penyakit busuk batang jagung dapat dilakukan
dengan menanam varietas tahan, hasil pengujian 54 varietas/galur

jagung terhadap Fusarium sp. Melalui inokulasi tusuk gigi di dapat
17 varietas/galur yang paling tinggi ketahanannya yaitu BISI-1, BISI4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923,
Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9,
Palakka, dan J1-C3.
b) Pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian
N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik.
c) Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat
dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

7. Busuk tongkol
Penyakit busuk tongkol dapat disebabkan oleh beberapa jenis cendawan
antara lain:
a.

Busuk tongkol Fusarium

Gejala serangan :
Permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat,
kadangkadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang
berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di
dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih , dan penyebarannya
dapat melalui angin atau tanah Penyakit busuk tongkol fusarium
disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme
b. Busuk tongkol Diplodia
Gejala serangan :
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada
kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji
berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih,
piknidia berwarna hitam tersebar pada klobot infeksi dimulai pada dasar
tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji
dan menutupi klobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk
spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapang.
Gejala busuk tongkol Dilodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia
maydis

c.

Busuk tongkol Gibberella

Gejala serangan :
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan dapat menjadi busuk dan
klobotnya saling menempel erat pada tongkol, badan buah berwarna biru
hitam tumbuh di permukaan klobot dan bongkol.

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan
Gibberella roseum
Cara pengendalian :
a) Pemeliharaan tanaman yang sebaik-baiknya, antara lain dengan
pemupukan seimbang
b) Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika
musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipatahkan agar ujung
tongkol tidak mengarah keatas
c) Mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
termasuk padi padian, karena patogen ini mempunyai banyak
tanaman inang

8. Virus mosaik kerdil jagung
Gejala serangan :
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau
hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dilihat secara keseluruhan
tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai
tetapi apabila permukaannya daun bagian bawah dan atas dipegang tidak
terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis
atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis
secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi
penurunan hasilnya.
Cara pengendalian :
a) Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak
menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun
pertanaman yang akan datang
b) Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus
menerus di lahan yang sama
c) Penggunaan pestisida apabila di lapangan populasi vektor cukup
tinggi
d) Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi
virus.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24