Jenis dan perkembangan bank di

MAKALAH
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
PERKEMBANGAN DAN JENIS BANK

Kelompok 2
Dwi Yunita Sari

8335116615

Annisa Sharafina

8335116617

Oktarika Hutami

8335116627

S1 Non­Reguler B Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dan Rasulnya karena berkat izin dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang membantu kami dalam menulis makalah kami yang berjudul
”Perkembangan dan Jenis Bank”.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembacanya,
dan penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan maupun pengolahan katanya. Penulis berharap akan saran-saran
maupun kritik dari para pembaca.

Jakarta, Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

1.1

Latar Belakang

1.2

Tujuan

1.3

Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
3.1

Kesimpulan

3.2


Saran

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu
ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan diluar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam
perekonomian, politik, hukum, dan sosial. Perkembangan faktor-faktor internal dan eksternal
perbankan menyebabkan kondisi perbankan di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan
menjadi empat periode. Masing-masing mempunyai ciri-ciri khusus yang tidak dapat
disamakan dengan periode lainnya
Keempat periode itu adalah :

Kondisi perbankan di Indonesia sebelum serangkaian paket – paket deregualsi di sektor riil dan moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an.


Kondisi perbankan di Indonesia setelah munculnya deregulasi sampai dengan masa

sebelum terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an.



Kondisi perbankan di Indoneisa pada masa krisis ekonomi sejak akhir tahun 1990-an.



Kondisi perbankan di Indonesia pada saat sekarang ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui
perkembangan perbankan di Indonesia dan jenis-jenis bank. Bagaimanakah
kondisi perbankan sebelum deregulasi, sesudah deregulasi, saat krisis ekonomi,
dan kondisi terakhir saat ini? Dan apa sajakah jenis-jenis bank?

1.3 Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.
Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Studi Pustaka yaitu dengan menemukan informasi terkait dengan

Perkembangan Bank di Indonesia dan jenis-jenis bank di buku-buku
bertema ekonomi yang kami dapatkan di perpustakan
2. Penjelajahan Internet yaitu mencari sumber informasi yang relevan
dengan media internet.

BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN PERBANKAN di INDONESIA
A. Kondisi Sebelum Deregulasi
Kondisi sebelum deregulasi sangat dipengaruhi oleh berbagai kepentingan ekonomi
dan politik dari Pemerintah. Tingkat inflasi yagn tinggi serta kondisi ekonomi makro secara
umum yang tidak bagus terjadi bersamaan dengan kondisi perbankan yagn tidak dapat
memobilisasikan dana dengan baik, hal tersebut merupakan fenomena yang terjadi pada masa
sebelum deregulasi tersebut seolah – olah menjadi suatu lingkaran yang tidak ada ujung
pangkalnya serta saling mempengaruhi.
Untuk mengatasi situasi tersebut, ditempuh dengan cara melakukan serangkaian
kebijakan berupa dergulasi di sektor riil dan sektor moneter. Pada tahap awal deregulasi lebih
cepat dampaknya pada sektor moneter melalui perubahan di dunia perbankan. Perubahan
yang terjadi juga termasuk peningkatan peraturan pada bidang-bidang tertentu, sehingga
deregulasi ini lebih tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dimotori oleh otoritas

moneter untuk meningkatkan kinerja di dunia perbankan, dan pada akhirnya juga diharapkan
akan meningkatkan kinerja sektor riil.
Fungsi utama perbankan pada masa setelah kemerdekaan sampai dengan sebelum adanya
deregulasi tidak banyak mengalami perubahan, yaitu :


Memobilisasikan dana dari investor untuk membiaya kebutuhan dana investasi dan
modal kerja perusahaan-perusahaan besar milik pemerintah dan swasta.



Memberikan jasa-jasa keuangan kepada perusahaan-perusahaan besar.



Mengadministrasikan anggaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah



Menyalurkan dana anggaran untuk membiayai program dan proyek pada sektor-sektor

yang ingin dikembangkan oleh pemerintah.

Keadaan perbankan masa belum adanya perangkat peraturan dan perundang-undangan
yang secara khusus mengatur dunia perbankan, adalah :


Tidak adanya peraturan perundangan yang mengatur secara jelas tentang perbankan di Indonesia.
Sampai akhir tahun 1960-an hanya ada UU No. 13 tahun 1968 yang isinya tidak mengatur secara jelas tentang perbankan di Indonesia, lebih cenderung mempertegas kuatnya
campur tangan pemerintah di dunia perbankan, yaitu tentang kedudukan bank sentral dan
dewan moneter.



Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) pada bank-bank tertentu
KLBI diberikan bukan dalam pengertian yang baku, yaitu untuk mengatasi kesulitan likuiditas, melainkan diberikan justeru untuk tujuan ekspansif.



Bank banyak menanggung program pemerintah
Bank harus menjalankan kegiatan perbankan yang erat kaitannya dengan program atau

proyek pemerintah.



Instrumen pasar uang yang terbatas.
Instrumen yang terdapat pada pasar uang, yaitu berupa Surat Berharga Pasar
Uang(SBPU) dan belum mengenal adanya Serifikat Bank Indonesia (SBI).



Jumlah bank swasta yang relatif sedikit, yaitu :
 BRI (1951) semula bernama Algemene Volkcrediet Bank.
 Bank Ekpor Impor (1968) sebagai nasionalisasi dari berbagai kegiatan Nederlandshe
Handel Maatschappij di bidang lalu lintas pembayaran internasional.
 Bank Bumi Daya (1968) sebagai nasionalisasi dari sebagian kegiatan Nederlandshe
Handel Maatschappij di bidang perkebunan-perkebunan besar.
 Bank dagang Negara (1960) sebagai nasionalisasi dari kegiatan Escomptobank NV.
 Bank Tabungan Negara (1963) sebagai nasionalisasi dari Bank Tabungan Pos pada
jaman Hindia Belanda.
 BNI (1946) didirikan pada awalnya sebagai bank sentral selama masa perjuangan

melawan agresi militer Belanda tahun 1946-1949.
 Bank Pembangunan Indonesia (1960) didirikan pada awalnya untuk mendorong
pembangunan industri manufaktur, pertambangan, dan perkebunan.



Sulitnya pendirian bank baru.
Dominasi bank pemerintah yang sangat kuat dengan segala fasilitas dan kemudahannya
menyebabkan sulit sekali bagi bank swasta baru untuk masuk dalam persaingan apalagi
untuk berkembang menjadi bank yang besar.



Persaingan antar bank yang tidak ketat.
Adanya kebijakan bahwa tingkat bunga simpanan dan pinjaman secara sepihak ditentukan oleh bank senral semakin menyebabkan tidak adanya iklim persaingan.






Posisi tawar menawar (bergaining position) bank relatif lebih kuat daripada nasabah
Bank (pemerintah) seolah-olah tidak merasa membutuhkan nasabah, nasabahlah yang
membutuhkan bank.
Prosedur berhubungan dengan bank yang rumit
Bank merasa tidak terlalu membutuhkan nasabah, maka bank juga merasa tidak perlu
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabahnya.



Bank bukan merupakan alternatif utama bagi amsyarakat luas untuk menyimpan dan meminjam dana.
Masyarakat kecil lebih banyak berhubungan dengan pegadaian dan rentenir untuk memperoleh pinjaman dana.

Mobilisasi dana lewat perbankan yang sangat rendah.



Hal-hal di atas menyebabkan sangat rendahnya mobilisasi dana dari masyarakat luas yang
masuk ke perbankan dan sebaliknya arus dana dari perbankan yang disalurkan kepada
masyarakat luas juga sangat rendah.
B. Kondisi Sesudah Deregulasi

Meskipun istilah yang digunakan “deregulasi”, namun tidak berarti bahwa perubahan
yang dilakukan sepenuhnya berupa pengurangan pembatasan atau pengaturan di dunia
perbankan. Deregulasi lebih tepat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dimotori oleh
otoritas moneter untuk meningkatkan dunia perbankan dan pada akhirnya juga diharapkan
akan meningkatkan kinerja sektor riil.
Kebijakan deregulasi yang telah dilakukan :
a.

Paket 1 Juni 1983 yang berisi tentang

1.
Penghapusan pagu kredit dan pembatasan aktiva lain sebagai instrument pengendali
jumlah uang yang beredar (JUB)
2.

Pengurangan KLBI kecuali untuk sector – sector tertentu

3.
Pemberian kebebasan bank umum untuk menetapkan suku bunga simpanan dan pinjaman kecuali untuk sector – sector tertentu
b.

Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan SBL

c.

Bank Indonesia sejak 1985 mengeluarkan ketentuan perdagangan SPBU dan fasilitas
diskonto oleh BI

d.

Paket 27 Oktober 1988 yang berisi tentang:

1.

Pengerahan dana masyarakat, yang meliputi:
Kemudahan pembukaan kantor bank:


Bank pemerintah, bank pembangunan daerah, bank swasta nasional, dan bank koperasi dapat membuka cabang di seluruh wilayah Indonesia.



Pembukaan kantor cabang pembantu cukup dilakukan dengan memberitahu Bank Indonesia.

Kejelasan aturan pendirian bank swasta


Modal disetor bank umum minimal Rp. 10 Miliar



Modal disetor BPR minimal Rp. 50 Juta.



BPR dapat ditingkatkan menjadi benk umum



BPR dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito dan tabungan.



Pembukaan kemungkinan untuk mendirikan bank campuran antara bank nasional dan
bank asing



Bank dan lebambaga keuangan bukan bank bisa menerbitkan sertifikat deposito tanpa
memerlukan izin



Semua bank dapat memberikan layanan tabanas dan tabungan lainnya.

2.

Efisiensi lembaga keuangan, yang meliputi :



3.

BUMN dan BUMD bukan bank dapat menempatkan sampai dengan 50 % dana pada
bank nasional manapun.
Batas maksimum pemberian kredit (BMPK) bagi bank dan lembaga bukan bank
Pengendalian kebijakan moneter, yang meliputi :





4.

Likuditas wajib minimum perbankan dan lembaga keuangan bukan bank diturunkan
dari 15% menjadi 2 % dari jumlah dana pihak ketiga
SBI dan SPBU yang semula hanya berjangka waktu 7 hari, sekarang ditambah dengan
yang berjangka waktu sampai 6 bulan
Batas maksimum pinjaman antar bank ditiadakan
Pengembangan pasar modal, yang meliputi:





Bunga deposito berjangka dan sertifikat depositodikenakan pajak penghasilan sebesar
15 % agar dunia perbankan mendapatkan perlakuan yang sama dengan pasar modal
Penangguhan pengenaan pajak penghasilan terhadap bunga tabungan
Perluasan bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat dilakukan dengan penjualan
saham baru melalui pasar modal di samping peningkatan penyertaan oleh pemegang
saham

e.

Paket 20 Desember 1988 yang berisi tentang :

1.

Aturan penyelenggaraan bursa efek oleh swasta

2. Alternative sumber pembiayaan berupa sewa guna usaha, anjak piutang, modal ventura,
perdagangan surat berharga, kartu kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen.
3.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat melakukan kegiatan perdagangan surat
berharga, kartu kredit, anjak piutang dan pembiayaan konsumen.
4.
Kesempatan pendirian perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa, reasuransi, broker
asuransi, adjuster asuransi dan aktuaria.
f.
1.

Paket 25 Maret 1989 yang berisi tentang:
Penyempurnaan paket sebelumnya.

2.
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat memiliki net open position maksimum
sebesar 25 % dari modal sendiri

g.

Paket 29 Januari 1990 yang berisi tentang penyempurnaan paket sebelumnya menuju
usaha kecil agar dilakukan secara luas oleh semua bank.

h.

Paket 28 Februari 1991 yang berisi tentang penyempurnaan paket sebelumnya menuju penyelenggaraan lembaga keuangan dengan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tetap mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan.

i.

UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

j.

Paket 29 Mei 1993 yang berisi tentang penyempurnaan aturan kesehatan bank meliputi:

1.

Rasio kecukupan modal ( capital adequacy ratio )

2.

Batas maksimum pemberian kredit ( BMPK )

3.

Kredit Usaha Kecil ( KUK )

4.

Pembentukan cadangan piutang

5.

Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga ( loan to deposit ratio )

Sehingga pada masa setelah deregulasi ini perbankan di Indonesia mempunyai ciri-ciri sbb :
• Peraturan yang memberikan kepastian hukum.
• Jumlah bank swasta bertambah banyak.
• Tingkat persaingan bank semakin kuat, karena:
a)

Pemberia KLBI untuk kesulitan nonlikuiditas semakin dikurangi.

b) Bank lebih leluasa menentukan sektor-sektor yang ingin dikembangan.
c)

BUMN bebas menyalurkan 50% penempatan dana ke semua bank nasional.

d) Bunga bebas ditentukan oleh masing-masing bank.
• Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Berharga Pasar Uang.
• Kepercayaan masyarakat terhadap bank yang meningkat.
• Mobilisasi dana melalui sector perbankan yang semakin besar.
C. Kondisi Saat Krisis Ekonomi Mulai Akhir Tahun 1990-an
1) Tingkat kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri terhadap perbankan di Indonesia menurun drastis.
Kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dana pada bank turun karena masyarakat banyak
memperoleh informasi tentang permasalahan yang terdapat pada bank-bank yang ada. Banyak bank yang melanggar aturan-aturan kesehatan bank dari Bank Indonesia, banyak bank
yang likuiditas, banyak berita tentang kredit macet, banyak bank yang ditutup, adanya masalah pengembalian dana simpanan nasabah, dan banyak masalah perbankan yang lain.
2) Sebagian besar bank dalam keadaan tidak sehat.
Peraturan kesehatan bank sulit sekali untuk diterapkan dalam kondisi krisis ekonomi ini, sebab apabila aturan diterapkan apa adanya maka sebagian besar bank sudah tidak lagi layak

untuk meneruskan kegiatan usahanya.pelanggaran yang paling menonjol adalah tidak terpenuhinya rasio kecukupan modal dan batas maksimum pemberian kredit.
3) Adanya spread negatif.
Kepercayaan masyarakat sangat rendah terhadap perbankan serta kebijakan uang ketat oleh
otoritas moneter melalui pernaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menyebabkan
perbankan tidak mempunyai alternative lain umtuk menghimpun dan menyalurkan dana.
Konsekuensi dari kebijakan spread negative ini adalah bank harus menanggung rugi dalam
kegiatan usaha penghimpunan dan penyaluran dananya.
4) Munculnya penggunaan peraturan perundangan yang baru.
Peraturan dan perundangan baru yang ditetapkan setelah adanya krisis ekonomi ini antara lain
adalah:
a) Undang-undang Nomer 3 Tahun 2004 tentang Perubahaan atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
b) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
c) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan.
d) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/33/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Umum.
e) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Umum Berdasarkan prinsip Syariah.
f) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/35/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan
Rakyat.
g) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan Rakyat prinsip Syariah.
h) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kator Cabang Pembantu, dan Kantor
Perwakilan dari Bank Yang Berkedudukan di Luar Negeri.
i) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum.
j) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank Umum.
k) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dab Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akusisi Bank Perkreditan Rakyat.
l) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara
Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Umum.
m) Surat Keputusan Direksi BI Nomor 32/53/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata
Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat.
5) Jumlah bank menurun.
Kondisi sektor rill yang sanngat lemah, proporsi kredit bermasalah yang semakin besar, dan
likuditas yang semakin rendah menyebabkan bank makin lama makin sulit untuk meneruskan
usaha.

D. Kondisi Terakhir
Tiga hal penting menandai kondisi terakhir sector perbankan di Indonesia. Ketiga hal tersebut
adalah:
1) Selesainya penyusutan Arsitektur Pernbankan Indonesia (API).Munculnya API ini dipicu
oleh adanya krisis perbankan dan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1997.
2) Serangkaian rencana dan komitmen pemerintah, DPR dan Bank Indonesia untuk membentuk atau menyusun:
a) Lembaga penjamin simpanan
b) Lembaga pengawas perbankan yang idependen
c) Otoritas jasa keuangan
3) Kinerja perbankan yang lebih menunjukan kondisi masa peralihan atau awal masa pemulihan dari krisis ekonomi kea rah kondisi perbankan yang lebih sesuai dengan praktik-praktik
perbankan yang lebih baik. Praktik perbankan yang lebih baik ini antara lain mengarah kepada:
a) Manajemen pengelolaan risiko yang lebih baik.
b) Struktur perbankan nasonal yang lebih baik.
c) Penerapan prinsip kehati-hatian yang konsisten.
4) Penyaluran dana masyarakat kearah yang lebih mencerminkan bank sebagai perantara keuangan dengan tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian.

JENIS BANK
Bank didefinisikan oleh undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai ‘badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.’Penggolongan bank tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan
juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya, target pasarnya, dan
berdasarkan kegiatan operasionalnya.
1. Jenis Bank Menurut Kegiatan Usahanya
Sebelum diberlakukannya undang- undang Nomor 7 Tahun 1992, bank dapat
digolongkan berdasarkan jenis kegiatan usahanya, seperti bank tabungan, bank
pembangunan, dan bank ekspor impor. Setelah undang- undang tersebut berlaku, jenis bank
yang diakui secara resmi hanya terdiri atas dua jenis, yaitu Bank Umun dan Bank Perkreditan
Rakyat(BPR). Apabila hingga sampai saat ini masih terdapat bank dengan nama depan Bank
Pembangunan atau bank tabungan dan lain- lain, maka istilah tersebut hanyalah sekedar nama
dan bukan menunjukkan kelompok bank tertentu. Dijelaskan lebih lanjut dalam undangundang Nomor 7 Tahun 1992 ayat 2 pasal 5 bahwa ‘bank umum dapat mengkhususkan diri
untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada
kegiatan tertentu’sehingga meskipun jenisnya dibatasi hanya bank umum dan BPR, bank
umum bisa saja berspesialisasi pada bidang ataupun jenis kegiatan tertentu tanpa harus
menjadi suatu kelompok tertentu.

a.

Bank Umum

Bank umum didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan- kegiatan usaha
yang dapat dilakukan oleh bank umum secara lengkap adalah:
1)

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu.

2)

Memberikan kredit.

3)

Menerbitkan surat pengakuan utang.

4)

Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya:
a)

Surat- surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat- surat
dimaksud.

b)

Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak
lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat- surat dimaksud.

c)

Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah

d)

Sertifikat Bank Indonesia.

e)

Obligasi

f)

Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

g)

Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

5)

Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah(transfer).

6)

Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada pihak lain,
baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk,
cek, atau sarana lainnya.

7)

Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antar pihak ketiga.

8)

Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box).

9)

Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

10)

Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

11)

Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.

12) Menyediakan pembiayaan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

13) Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
14) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
15) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
16) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai ketentuan
dalam peraturan perundang- undangan dana pension yang berlaku.
17) Membeli sebagian atau seluruh agunan, baik melalui pelelangan mau;pun di luar
pelelangan berdasarkan penyerahan secara suka rela oleh pemilik agunan dalam hal
nasabah debitor tidak memenuhi kewajibannya pada bank, dengan ketentuan agunan
yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.
18) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan undang- undang dan peraturan perundangan lain yang berlaku.
Disamping kegiatan- kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh bank umum di atas, terdapat juga
kegiatan yang merupakan larangan bagi bank umum sebagai berikut:
1)

Melakukan penyertaan modal kecuali pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan serta kecuali penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
kredit atau kegagalan penbiayaan berdasarkan prinsip syariah.

2)

Melakukan usaha peransuransian.

3)

Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana diuraikan di atas.

b.

Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat didefinisikan oleh Undang- undang nomor 10 Tahun 1998
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan- kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat
secara lengkap adalah:
1)

Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka,
tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2)

Memberikan kredit

3)

Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

4)

Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia(SBI), deposito
berjangka, dan tabungan pada bank lain.

Disamping kegiatan- kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh BPR di atas, terdapat juga
kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut:
1)

Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran

2)

Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

3)

Melakukan penyertaan modal

4)

Melakukan usaha perasuransian

5)

Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas.

Berdasarkan kegiatan usaha dan larangan- larangan di atas, maka secara umum BPR
mempunyai kegiatan usaha yang lebih terbatas dibandingkan Bank Umum. Bank umum
dapat menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan
deposito, sedangkan BPR tidak boleh menghimpun dana dalam bentuk giro dan juga tidak
boleh ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum dapat melakukan kegiatan usaha
dalam valuta asing, sedangkan BPR tidak dibolehkan. Bank Umum dapat melakukan
penyertaan modal pada lembaga keuangan dan untuk mengatasi kredit macet, sedangkan BPR
sama sekali tidak boleh melakukan penyertaan modal. Dalam hal melakukan usaha
perasuransian. BPR dan Bank Umum sama- sama tidak boleh diperbolehkan.

2.

Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha

Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh usaha sebagai bank umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dalam undang- undang tersendiri. Untuk memperoleh
izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat, suatu lembaga keuangan
wajib memenuhi persyaratan mengenai:
1.
2.
3.
4.
5.

susunan organisasi dan prmodalan
permodalan
kepemilikan
keahlian di bidang perbankan
kelayakan rencana kerja

Badan hukum suatu bank umum dapat berupa :
1. Perseroan terbatas
2. Koperasi
3. Perusahaan daerah
Sedangkan badan hukum Bank Perkreditan Rakyat dapat berupa :
1.
2.
3.
4.

Perusahaan daerah
Koperasi
Persereoan terbatas
Bentuk lain yang di tetapkan peraturan Pemerintah

Di samping itu mengingat pada saat diterapkannya UU No7 Tahun 1992 banyak terdapat
lembaga-lembaga keuangan terutama di pedesaan yang mempunyai kegiatan seperti Bank
Perkreditan rakyat, maka lembaga-lembaga keuangan tersebut di berikan status sebagai BPR
yang tata caranya di terapkan dengan Peraturan Pemerintah. Lembaga-lembaga keuangan
tersebut antara lain : Bank Desa, lumbung Desa, Bank pasar, dan lain-lain.

3.

Jenis Bank Menurut Pendirian dan Kepemilikan

Undang- undang No10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Direktur BI No
32/33/KEP/DIR Tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank umum menetapkan ketentuan-ketentuan
tentang pendirian dan kepemilikan Bank seperti di uraikan di bawah ini:
a.

Bank Umum

1)

Pendirian

Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin Direksi Bank
Indonesia oleh:
a)

Warga Negara Indonesia atau Badan hukum Indonesia.

b)

Warga Negara Indonesia atau Badan hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan
Badan Hukum asing secara kemitraan.

Modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan sekurang- kurangnya sebesar Rp
3.000.000.000.000,00(tiga triliun rupiah). Modal disetor bagi bank yang berbadan hukum
koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam UU
tentang perkoperasian. Sedangkan modal disetor yang berasal dari warga Negara asing atau
badan hukum asing sebagaimana dimaksud di atas setinggi- tingginya sebesar 99% dari
modal disetor bank. Pemberian izin kepada bank umum dilakukan dalam dua tahap.
Pertsetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank, dan
kemudian izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah
persiapan selesai dilakukan.
2)

Persetujuan Prinsip

Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang- kurangnya
oleh seorang calon pemilik kepada Direksi Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah
ditentukan, dan dilampiri dengan:
a)
Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar yang
sekurang- kurangnya memuat:






b)

Nama dan tempat kedudukan
Kegiatan usaha sebagai bank
Permodalan
Kepemilikan
Wewenang, tanggung jawab, dan masa jabatan dewan komisaris serta direksi
Data kepemilikan berupa:

Daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya masing- masing kepemilikan
saham bagi bank yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan daerah
 Daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk badan hukum koperasi
c)
Rencana susunan organisasi


d)

Rencana kerja untuk tahun pertama yang sekurang- kurangnya memuat:


Hasil penelaahan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi

Rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan penyaluran dana serta
langkah- langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana dimaksud
 Rencana kebutuhan pegawai
 Proyeksi arus kas bulanan selama 12 bulan yang dimulai sejak bank melakukan kegiatan operasional serta proyeksi neraca dalam perhitungan laba rugi.
e)
Bukti setoran modal sekurang- kurangnya 30% dari modal disetor minimum, dalam
bentuk fotocopi bilyet deposito pada Bank Indonesia dan atas nama “Direksi bank
Indonesia qq.salah seorang calon pemilik utnuk pendirian bank bersangkutan”, dengan
mencantumkan keterangan bahwa pencairannya hanya dapat dilakukan setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Bank Indonesia.


f)

Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk badan hukum
Perseroan Terbatas/ Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang
berbentuk badan hokum Koperasi,bahwa setoran modal tersebut”



Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank
dan pihak lain di Indonesia.
Tidak berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang(money loundering)

Persetujuan atau penolakan atas permohonan persetujuan prinsip diberikan selambatlambatnya 60 hari setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap. Dalam rangka
memberikan persetujuan atau penolokan, Bank Indonesia wajib melakukan:
a)

Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen

b)
Analisis yang mencakup antara lain tingkat persaingan yang sehat antar bank, tingkat
kejenuhan jumlah bank, dan pemerataan pembangunan ekonomi nasional
c)

Wawancara terhadap calon pemilik, dewan komisaris, dan direksi

Persetujuan prinsip tersebut berlaku untuk jangka waktu 360 hari terhitung sejak tanggal
persetujuan prinsip dikeluarkan. Pihak yang mendapat persetujuan prinsip dilarang
melakukan kegiatan usaha, sebelum mendapat izin usaha.
3)

Izin Usaha

Permohonan untuk mendapatkan izin usaha diajukan oleh direksi bank kepada Direksi
Bank Indonesia sesuai dengan format yang telah ditentukan dan dilampiri dengan:
a)
Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar yang telah disahkan oleh
instansi berwenang
b)

Data kepemilikan berupa:

Daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing- masing kepemilikan saham
bagi bank yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah
 Daftar anggota berikut rincian jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk badan hukum Koperasi
c)
Daftar susunan dewan komisaris dan direksi


d)

Susunan organisasi serta system dan prosedur kerja, termasuk susunan personalia

e)
Bukti pelunasan modal disetor minimum, dalam bentuk fotokopi bilyet deposito pada
Bank Indonesia dan atas nama “Direksi bank Indonesia qq.salah seorang calon pemilik utnuk

pendirian bank bersangkutan”, dengan mencantumkan keterangan bahwa pencairannya hanya
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Bank Indonesia.
f)

Bukti kesiapan operasional antara lain berupa:

Daftar aktifa tetap dan investaris
Bukti kepemilikan, penguasaan atau perjanjian sewa- menyewa gedung kantor
Foto gedung kantor dan tata letak ruangan
Contoh formulir/warkat yang akan digunakan untuk operasional bank
NPWP dan tanda daftar perusahaan
g)
Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk badan hukum
Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari anggota bagi bank yang berbentuk badan
hokum koperasi, bahwa pelunasan modal disetor tersebut:






Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari bank
dan pihak lain di Indonesia
 Tidak berasal dari dan utnuk tujuan pencucian uang
h)
Surat pernyataan tidak merangkap jabatan melebihi ketentuan bagi anggota dewan
komisaris


i)

Surat pernyataan tidak merangkap jabatan bagi anggota direksi

j)
Surat pernyataan dari anggota dewan komisaris bahwa yang bersangkutan tidak
mempunyai hubungan keluarga sesuai ketentuan
k)
Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
hubungan keluarga sesuai ketentuan.
l)
Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan baik secara sendirisendiri maupun bersama- sama tidak memiliki saham melebihi 25% dari modal disetor pada
suatu perusahaan lain
Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha diberikan selambat- lambatnya 60
hari setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap. Dalam rangka memberikan
persetujuan atau penolakan tersebut, Bank Indonesia wajib melakukan:
a)

Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen

b)
Wawancara terhadap calon pemilik, dewan komisaris, dan direksi, dlam hal terdapat
penggantian atas calon yang diajukan sebelumnya.
Bank yang telah mendapat izin usaha dari Direksi Bank Indonesia wajib melakukan kegiatan
usaha selambat- lambatnya60hari terhitung sejak tanggal izin usaha dikeluarkan. Laporan
pelaksanaan kegiatan usaha wajib disampaikan oleg direksi bank kepada Bank Indonesia
selambat- lambatnya 10 hari setelah tanggal dimulainya kegiatan operasional. Apabila
setelah jangka waktu tersebut bank belum melakukan kegiatan usaha, Direksi Bank Indonesia
membatalkan izin usaha yang telah dikeluarkan.
4)

Kepemilikan

Kepemilikan bank oleh badan hukun Indonesia setinggi-tingginya sebesar modal
sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan. Modal sendiri bersih merupakan:
a)
Penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi penyertaan dan kerugian,
bagi badan hukum Perseroan Terbatas/Perusahaan Daerah

b)
Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal penyertaan, dana
cadangan, dan sisa hasil usaha, dikurangi penyertaan dan kerugian, bagi badan hukum
koperasi
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank dilarang:
a)
berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apa pun dari bank dan
pihak lain di Indonesia
b)

berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang

yang dapat menjadi pemilik bank adalah pihak- pihak yang:
a)
tidak termasuk dalam daftar orang tercela dalam bidang perbankan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia
b)

menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik

Perubahan komposisi kepemilikan yang tidak mengakibatkan penggantian dan penambahan
pemilik bank, wajib dilaporkan oleh direksi bank kepada Bank Indonesia selambatlambatnya 10 hari setelah perubahan dilakukan.
5)

Dewan komisaris dan direksi

Anggota dewan komisaris dan direksi wajib memenuhi ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
a)

Persyaratan umum anggota dewan komisaris dan direksi:

tidak termasuk dalam daftar orang tercela dalam bidang perbankan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
 memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya
 menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik
b)
bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dapat menempatkan warga
Negara asing sebagai anggota dewan komisaris dan direksi


c)
jumlah anggota dewan komisaris sekurang- kurangnya dua orang dan wajib memiliki
pengetahuan dan pengalaman di bidang perbankan.
d)

Anggota dewan komisaris hanya dapat merangkap jabatan:

Sebagai anggota dewan komisaris sebanyak- banyaknya pada satu bank lain atau
Bank Perkreditan Rakyat.
 Sebagai anggota dewan komisaris, direksi, atau pejabat eksekutif yang memerlukan
tanggung jawab penuh sebanyak- banyaknya pada 2 perusahaan lain bukan bank atau
bukan Bank Perkreditan Rakyat
e)
Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang memiliki hubungan keluarga sampai
dengan derajat kedua termasuk suami/ istri, menantu, dan ipar dengan anggota dewan
komisaris lain


f)
Direksi bank sekurang- kurangnya berjumlah 3 orang dan mayoritas dari anggota
direksi wajib berpengalaman dalam operasional bank sekurang- kurangnya 5 tahun sebagai
pejabat eksekutif pada bank
Laporan pengangkatan anggota dewan komisaris atau direksi wajib disampaikan oleh direksi
bank kepada bank Indonesia selambat- lambatnya 10 hari setelah pengangkatan dimaksud
disahkan oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota, disertai dengan notulen rapat
umum pemegang saham atau notulen rapat anggota.

b.

Bank Perkreditan Rakyat

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, Badan Hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga Negara Indonesia, Pemerintah Daerah, atau dapat
di miliki bersama di antar ketiganya.Bank umum dan BPR yang bentuk badan hukumnya
perseroan terbatas sangat di mungkinkan mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan
kepemilikan ini terutama karena Bank Umum dan BPR yang bentuk hukumnya Perseroan
Terbatas dapat menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama. Khusus untuk Bank
Umum dapat menjual sahamnya melalui emisi saham di Bursa Efek. Saham yang harus
diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia dapat memonitor perubahan
kepemilikan bank. Meskipun kepemilikan sangat mungkin terjadi dengan cara jual beli
saham di bursa efek, tetapi mengingat sahamnya atas nama maka perubahan tersebut dapat
terus dipantau oleh Bank Indonesia untuk tujuan pengawasan dan pembinaan

4.

Jenis Bank Menurut Target Pasar

a.
Retail Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah- nasabah retail.
Pengertian retail di sini adalah nasabah- nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain
yang skalanya kecil. Meskipun dari pengertian kata ‘kecil’ atau ‘retail’(retail) adalah relative,
namun biasanya apabila ditinjau dari jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor yang
dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar dari Rp 20 miliar.
b.

Corporate Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah- nasabah yang
berskala besar. Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali
membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan,
direksi, dan komisaris dari perusahaan tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan
secara perorangan di sini diarahkan untuk menjalin kerjasama yang lebih baik dengan
nasabah- nasabah korporasi.
c.

Retail- Corporate Bank
Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga
kepada nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini tidaklah seragam. Ada bank
yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi bank yang melayani baik nasabah retail
maupun korporasi. Bank jenis ini memandang bahwa potensi baik pasar ritel dan korporasi
harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan keuntungan maksimal, meskipun terdapat
kemungkinan penurunan efisiensi. .

5.

Jenis Bank Berdasarkan Kegiatan Operasionalnya

a.

Bank Konvensional
Bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga
sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan dan telah dipakai secara meluas dibandingkan
dengan metode bagi hasil.
Bank konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk
untuk menyerap dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito, simpanan giro;
menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain kredit
investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, kredit jangka pendek; dan pelayanan jasa

keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya
seperti jual beli surat berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan
efek.
Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari nasabah
berupa rekening giro, deposit on call, sertifikat deposito, dana transfer, saham, dan obligasi.
Sumber ini merupakan pendapatan bank yang paling besar. Pendapatan bank tersebut,
kemudian dialokasikan untuk cadangan primer, cadangan sekunder, penyaluran kredit, dan
investasi. Bank konvensional contohnya bank umum dan BPR
b.

Bank Syariah
Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Pemrakarsa pendirian
bank syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18 –
20 Agustus 1990.Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan transaksinya
adalah efesiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling
membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.Keadilan
mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang matang atas
proporsi masukan dan keluarannya. Kegiatan bank syariah dalam hal penentuan harga
produknya sangat berbeda dengan bank konvensional.
Penentuan harga bagi bank syariah didasarkan pada kesepakatan antara bank dengan
nasabah penyimpan dana sesuai dengan jenis simpanan dan jangka waktunya, yang akan
menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini
prinsip-prinsip yang berlaku padabank syariah.
1)
Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
2)

Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah).

3)

Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah).

4)

Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah).

5)

Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).

Dalam rangka menjalankan kegiatannya, bank syariah harus berlandaskan pada
Alquran dan hadis. Bank syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga
tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-surut, pemerintah melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara bertahap pada sektor keuangan
dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi dan debirokratisasi adalah
upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat, efisien, dan tangguh. Dampak
dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan untuk memodernisasi
perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan kehidupan ekonomi pada periode tersebut.
Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal yakni mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini mengandung dua aspek yakni kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin pada laju inflasi; serta kestabilan nilai mata uang rupiah
terhadap mata uang negara lain yang tercermin pada perkembangan nilai tukar. Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, Bank Indonesia menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi melalui penyampaian informasi kepada masyarakat luas secara terbuka melalui media
massa setiap awal tahun mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter, dan serta rencana
kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter pada tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis kepada Presiden dan DPR sesuai dengan
amanat Undang-Undang
Namun sekarang kondisi perbankan di Indonesia semakin membaik meski tekanan
krisis keuangan global semakin terasa. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya keketatan likuiditas perbankan dan tumbuhnya total kredit perbankan. Deputi Gubernur Bank Indonesia
(BI) Mulyaman D Hadad mengatakan, berdasarkan data perkembangan terakhir, keketatan likuiditas sudah berkurang.

Saran

:
Setelah kita mengetahui bahwa perkembangan perbankan di Indonesia setapak demi

setapak,bangkit dari keterpurukan. Dari perbankan yang mengalami krisis hingga bank-bank
serta pemerintah berusaha memperbaiki keadaan krisis tersebut hingga saat ini patut d acungkan jempol. Dan kita sebagai generasi muda harus tetap menjaga siklus perbankan hingga lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=905:definisiperbankan-bank-konvensional-a-bank-syariah&catid=120:booklet-perbankan-indonesia&Itemid=179
http://carapedia.com/pengertian_definisi_bank_info2040.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank
http://esutomo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11323/III+SEJARAH+DAN+PERKEMBANGAN+PERBANKAN.pdf
http://mettamustika.wordpress.com/2009/10/12/paket-deregulasi-perbankan/
http://arsipberita.com/show/perbankan-indonesia-cetak-laba-rp573-triliun-170212.html

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24