Hukum Islam di Kampung Naga dan Baduy
Abstrak
Teori jalur masuknya Islam ke Nusantara ada empat yaitu Teori India, Teori Persia,
Teori Arab dan Teori China. Keempat teori tersebut memiliki argumentasi masingmasing sehingga dapat disimpulkan bahwa jalur masuknya Islam tidak berasal dari
satu wilayah melainkan dari keempat wilayah tersebut. Adapun masyarakat yang
pertama kali menerima Islam adalah yang berada di wilayah pesisir Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Nusa Tenggara. Setelah itu Islam disebarkan
oleh para da’i ke wilayah pedalaman di seluruh Nusantara.
Penerimaan masyarakat Nusantara terhadap Islam membawa konsekuensi
penyerapan hukum Islam oleh mereka. Namun dalam realitasnya tidak semua hukum
Islam diserap dan dilaksanakan oleh mereka. Hal ini terjadi karena mereka telah
memiliki adat-istiadat yang dilaksanakan secara terun-temurun jauh sebelum
kedatangan Islam. Beberapa adat di Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini
adalah yang dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Marunda Pulo, Kampung Naga
dan Baduy. Ketiga masyarakat pada tiga lokasi tersebut mewakili tipe masyarakat
Nusantara dalam menyerap hukum Islam yaitu masyarakat pesisir dan pedalaman.
Disertasi ini meneliti mengenai penyerapan hukum Islam oleh masyarakat Kampung
Marunda Pulo, Kampung Naga dan Baduy. Fokus kajiannya adalah unsur-unsur
hukum Islam yang diserap, pola penyerapam hukum Islam, dan faktor yang
mempengaruhi penyerapan tersebut. Tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mendeskripsikan adat pada ketiga komunitas
tersebut serta mengkorelasikannya dengan system hukum Islam.
Metode penelitian yang digunakan adalah empirical legal study dan normative legal
study. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber
dari observasi langsung (direct observation), wawancara mendalam (deep interview)
dan studi kepustakaan (library research).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyerapan hukum Islam oleh
masyarakat Kampung Marunda Pulo lebih kaafah yang berkaitan dengan hukum
keluarga yaitu perkawinan, kewarisan dan muamalah. Sementara pada masyarakat
Kampung Naga penyerapan terjadi dalam praktek pernikahan khususnya pemberian
mahar, wali nikah dan walimah. Pada masalah kewarisan mereka masih
mempertahankan pola-pola kewarisan sesuai dengan adat kebiasaan mereka yaitu
membagi warisan dengan bagian yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.
Pada masyarakat Baduy penyerapan hukum Islam terjadi dalam hal pernikahan yaitu
pembacaan syahadat Muhammad Shalallahu Alaihi Wassaalam, adanya mahar dan
pencatatan nikah oleh KUA khususnya pada masyarakat Baduy Luar. Masyarakat
Baduy Dalam belum banyak menyerap hukum Islam di bidang pernikahan.
Penyerapan dalam bidang kewarisan hanya sebatas pada penyebutkan istilah-istilah
dalam warisan, sedangkan pembagiannya masih mengikuti adat kebiasaan mereka
yaitu membagi secara adil harta warisan kepada anak laki-laki dan perempuan.
Disertasi ini menguatkan teori receptie yaitu penyerapan hukum Islam oleh
masyarakat adat, namun masyarakat memilih dan menyeleksi hukum Islam tersebut,
dari sini muncul istilah receptio a selectio yaitu penerimaan hukum Islam dengan
seleksi.
Kata Kunci: Penyerapan Hukum, Adat, Hukum Islam, Marunda Pulo, Kampung
Naga, Baduy
Teori jalur masuknya Islam ke Nusantara ada empat yaitu Teori India, Teori Persia,
Teori Arab dan Teori China. Keempat teori tersebut memiliki argumentasi masingmasing sehingga dapat disimpulkan bahwa jalur masuknya Islam tidak berasal dari
satu wilayah melainkan dari keempat wilayah tersebut. Adapun masyarakat yang
pertama kali menerima Islam adalah yang berada di wilayah pesisir Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Nusa Tenggara. Setelah itu Islam disebarkan
oleh para da’i ke wilayah pedalaman di seluruh Nusantara.
Penerimaan masyarakat Nusantara terhadap Islam membawa konsekuensi
penyerapan hukum Islam oleh mereka. Namun dalam realitasnya tidak semua hukum
Islam diserap dan dilaksanakan oleh mereka. Hal ini terjadi karena mereka telah
memiliki adat-istiadat yang dilaksanakan secara terun-temurun jauh sebelum
kedatangan Islam. Beberapa adat di Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini
adalah yang dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Marunda Pulo, Kampung Naga
dan Baduy. Ketiga masyarakat pada tiga lokasi tersebut mewakili tipe masyarakat
Nusantara dalam menyerap hukum Islam yaitu masyarakat pesisir dan pedalaman.
Disertasi ini meneliti mengenai penyerapan hukum Islam oleh masyarakat Kampung
Marunda Pulo, Kampung Naga dan Baduy. Fokus kajiannya adalah unsur-unsur
hukum Islam yang diserap, pola penyerapam hukum Islam, dan faktor yang
mempengaruhi penyerapan tersebut. Tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mendeskripsikan adat pada ketiga komunitas
tersebut serta mengkorelasikannya dengan system hukum Islam.
Metode penelitian yang digunakan adalah empirical legal study dan normative legal
study. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber
dari observasi langsung (direct observation), wawancara mendalam (deep interview)
dan studi kepustakaan (library research).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyerapan hukum Islam oleh
masyarakat Kampung Marunda Pulo lebih kaafah yang berkaitan dengan hukum
keluarga yaitu perkawinan, kewarisan dan muamalah. Sementara pada masyarakat
Kampung Naga penyerapan terjadi dalam praktek pernikahan khususnya pemberian
mahar, wali nikah dan walimah. Pada masalah kewarisan mereka masih
mempertahankan pola-pola kewarisan sesuai dengan adat kebiasaan mereka yaitu
membagi warisan dengan bagian yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.
Pada masyarakat Baduy penyerapan hukum Islam terjadi dalam hal pernikahan yaitu
pembacaan syahadat Muhammad Shalallahu Alaihi Wassaalam, adanya mahar dan
pencatatan nikah oleh KUA khususnya pada masyarakat Baduy Luar. Masyarakat
Baduy Dalam belum banyak menyerap hukum Islam di bidang pernikahan.
Penyerapan dalam bidang kewarisan hanya sebatas pada penyebutkan istilah-istilah
dalam warisan, sedangkan pembagiannya masih mengikuti adat kebiasaan mereka
yaitu membagi secara adil harta warisan kepada anak laki-laki dan perempuan.
Disertasi ini menguatkan teori receptie yaitu penyerapan hukum Islam oleh
masyarakat adat, namun masyarakat memilih dan menyeleksi hukum Islam tersebut,
dari sini muncul istilah receptio a selectio yaitu penerimaan hukum Islam dengan
seleksi.
Kata Kunci: Penyerapan Hukum, Adat, Hukum Islam, Marunda Pulo, Kampung
Naga, Baduy