Unduh IERO | Macroeconomic Dashboard iero q3 fix poin

NO.3/TAHUN VI/SEPTEMBER 2017

Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

i

KATA
PENGANTAR
Selamat datang di IERO edisi ke-3 tahun 2017. Edisi kali
ini mengangkat tema “RAPBN 2018 dan Investasi” untuk
menyambut keinginan serius pemerintah Indonesia dalam
mengejar pembangunan infrastruktur serta menggenjot
investasi. Di lain sisi, RAPBN 2018 harus memperhatikan sisi
penerimaannya yang semakin fragile terhadap perkembangan
perekonomian domestik saat ini. Dengan pertimbangan
outlook positif perekonomian Indonesia pada tahun 2018, kita
semua berharap realisasi RAPBN 2018 bisa mendekati targettargetnya.

Dalam edisi IERO ini, kami mencoba melalukan refresh atas
layout serta komposisi kontennya. Kami mengakomodasi
beberapa kritikan dari pembaca atas IERO-IERO edisi
sebelumnya dengan memberikan ruang yang lebih besar

Muhammad Edhie Purnawan
Head of Researcher
Macroeconomic Dashboard

bagi pembahasan outlook-nya. Bagian outlook inilah yang
justru ditunggu-tunggu oleh para pembaca karena mereka
ingin
mengetahui
bagaimana
pandangan-pandangan
Macroeconomic Dashboard FEB UGM terhadap perkembangan
ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Sementara itu,
edisi-edisi sebelumnya memberikan porsi yang lebih besar bagi
unsur report IERO, padahal data-data tersebut banyak tersebar
di media-media lain. Kami mengucapkan banyak terima kasih

atas kritikan yang sangat membangun tersebut.
Hasil akhirnya adalah sebuah edisi IERO yang terdiri dari 8
bagian. Bagian 1-7 merupakan review atas kondisi terkini
perekonomian Indonesia. Kami masih terus menyajikan
beberapa indeks lagship yang dikembangkan oleh
Macroeconomic Dashboard FEB UGM seperti Exchange Market
Pressure Index, Banking Pressure Index, serta GAMA Leading
Economic Indicator. Selain itu, kami menambahkan pula
indikator output gap atas perekonomian beberapa negara hasil
estimasi kami di bagian “Perkembangan Ekonomi Global dan
Harga Komoditas”. Bagian 8 merupakan rubrik “GAMA LEI dan
Outlook” yang sudah ditunggu-tunggu pembaca.
Akhir kata, kami berharap hasil analisis kami dapat memberi
manfaat dan menjadi opini alternatif untuk para pengambil kebijakan, praktisi bisnis, peneliti akademisi mahasiswa, dan masyarakat secara umum.

Selamat membaca.

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif.............................................................................................................................................. 1

A. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL.......................................................................... 2
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur naik di awal tahun 2017............................ 4
2. Rancangan APBN tahun anggaran 2018...................................................................................... 6
B. SEKTOR MONETER DAN PASAR FINANSIAL.........................................................................................
1. Suku bunga acuan diturunkan, pasar saham melanjutkan tren Bullish............................
2. Rupiah terdepresiasi, cadangan devisa terus bertambah .....................................................
3. Utang luar negeri Indonesia meningkat, indikator sustainabilitas utang membaik
tipis, pemilikan non-residen SBN menignkat, persepsi risiko utang Indonesia mem
-baik............................................................................................................................................................
C. SEKTOR PERBANKAN......................................................................................................................................
1. Daya tahan sistem perbankan masih terjaga dengan stabil.................................................

8
10
12

13
16
18


D. INFLASI NASIONAL DAN REGIONAL...................................................................................................... 22

1. Inlasi tahunan per September 2017 meningkat....................................................................... 24

2. Inlasi regional bervariasi.................................................................................................................... 25
E. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA....................................................................................................... 26
1. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menurun tajam............................................................. 28
F. INDIKATOR KRISIS............................................................................................................................................ 30
1. Exchange Market Pressure Index (EMPI): tekanan pada pasar valuta asing cenderung meningkat pada September 2017................................................................................. 32
2. Banking Pressure Index: tekanan di sektor perbankan Indonesia menurun................... 33
G. PERKEMBANGAN EKONOMI GLOBAL DAN PASAR KOMODITAS............................................. 34
1. Harga sejumlah komoditas global meningkat .......................................................................... 36
2. Secara umum negara-negara di dunia tumbuh dengan stabil............................................ 40
H. GAMA LEADING ECONOMIC INDICATOR (GAMA LEI) DAN OUTLOOK................................ 42
1. GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI)....................................................................... 44
2. Outlook: APBN 2018, belanja infrastruktur dan investasi swasta...................................... 45

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

iii


DAFTAR ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
APBNP Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Perubahan
BI Bank Indonesia
BOPO Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
BPD Bank Pembangunan Daerah
BPI Banking Pressure Index
bps basis points
BUSN Bank Umum Swasta Nasional
CAR Capital Adequacy Ratio
CDS Credit Default Swap
DJPPR Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko
DPK Dana Pihak Ketiga
DSR Debt-Service Ratio

ECB European Central Bank
EMPI Exchange Market Pressure Index
EYI Efective Yield Index
FOMC Federal Open Market Committee
FSI Financial Stability Index
GAIKINDO Gabungan Industri Kendaraan
Bermotor Indonesia
GAMA LEI Gadjah Mada Leading Economic
Indicator
IBPA Indonesian Bond Pricing Agency
ICP Indonesia Crude Price
IDMA Inter Dealer Market Agency
IDR Indonesian Rupiah
IGB CPI Indonesian Global Bond Clean Price
Index
IHSG Indeks Harga Saham Gabungan
IKK Indeks Keyakinan Konsumen
IPR Indeks Penjualan Riil
ITB Indeks Tendensi Bisnis
ITK Indeks Tendensi Konsumen

JIBOR Jakarta Interbank Ofer Rate
JISDOR Jakarta Interbank Spot Dollar Rate
KK Kredit Konsumsi
KMK Kredit Modal Kerja
LAR Liquidity Assets Ratio
LDR Loan to Deposit Ratio
LNPRT Lembaga Non-proit Pembantu Rumah
Tangga
LPS Lembaga Penjamin Simpanan
Migas Minyak dan gas
m-t-m month to month
NAB Nilai Aktiva Bersih
NDF Nondeliverable Forward
NIM Net Interest Income

iv

Indonesian Economic Review and Outlook

NPI

NPL
OIS
OJK
OPEC
PDB
PMTB
PNBP
pp
PUAB
q-t-q
RAPBN
REER
RHS
ROA
SBI
SBN
SPN
TPAK
TPT
ULN

USD
y-o-y
y-t-d

Neraca Pembayaran Indonesia
Nonperforming Loan
Overnight Indexed Swap
Otoritas Jasa Keuangan
Organization of The Petroleum Exporting
Countries
Produk Domestik Bruto
Pembentukan Modal Total Bruto
Penerimaan Negara Bukan Pajak
percentage point
Pasar Uang Antar Bank
quarter to quarter
Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
Real Efective Exchange Rate
Right Hand Side (Sumbu vertikal kanan)

Return On Asset
Sertiikat Bank Indonesia
Surat Berharga Negara
Surat Perbendaharaan Negara
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka
Utang Luar Negeri
United States Dollar
year on year
year to date

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada Kuartal-II 2017, perekonomian Indonesia tumbuh 5,01 persen secara y-o-y. Pertumbuhan positif
dialami oleh seluruh kategori lapangan usaha. Kondisi ini berbeda dari kuartal sebelumnya dimana sektor
pertambangan mencatatkan pertumbuhan negatif. Serangkaian indikator penjualan dan konsumsi mengalami
normalisasi setelah terjadi gejolak akibat musim liburan dan Bulan Ramadhan pada Mei-Juni 2017. Namun,
optimisme konsumen masih tetap terjaga tinggi dilihat dari serangkaian indeks konsumsi masyarakat.
Mendekati akhir tahun 2017, pemerintah telah menyusun Rancangan APBN 2018 dengan serangkaian
indikator asumsi makroekonomi yang lebih optimis daripada APBNP 2017. Penerimaan negara serta total

belanja negara ditargetkan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Fokus anggaran juga diberikan
pada serangkaian belanja infrastruktur dan pengentasan kemiskinan tanpa tambahan subsidi energi.
Beberapa indikator pasar inansial Indonesia menunjukkan kondisi optimisme pelaku pasar. Bank
Indonesia menurunkan suku bunga acuannya pada Agustus dan September 2017 setelah sebelumnya tidak
berubah sejak Oktober 2016. Perkiraan inlasi yang lebih rendah daripada target melatarbelakangi keputusan
tersebut. Pada Agustus 2017 inlasi umum memang tercatat lebih rendah dibandingkan periode-periode
sebelumnya.
Pasar saham terus menunjukkan tren bullish namun masih dibayangi oleh aksi penjualan bersih investor
non-residen yang cukup besar. Kurs rupiah mengalami depresiasi sehingga mencapai nilai terendahnya selama
tahun 2017. Namun, secara riil kurs rupiah masih cenderung overvalued dengan penurunan overvaluation
sejak awal 2017. Indikator EMPI menunjukkan bahwa pasar valuta asing mengalami peningkatan tekanan
akibat depresiasi ini. Cadangan devisa terus mengalami akumulasi sehingga mencapai tingkat tertingginya
pada September 2017 sebesar US$ 129,4 miliar.
Utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan disumbang oleh peningkatan utang luar
negeri pemerintah yang lebih besar dibandingkan penurunan utang luar negeri swasta. Indikator sustainabilitas
Indonesia cenderung membaik pada Kuartal-II 2017. Kepemilikan investor non-residen atas SBN outstanding
masih terus meningkat seiring dengan penurunan persepsi risiko utang pemerintah Indonesia. Imbal balik
SBN Indonesia masih terus mengalami penurunan sejak awal 2017.
Sektor perbankan Indonesia masih terjaga dengan stabil. Kredit perbankan mengalami peningkatan
namun dibarengi dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang menurun. Penurunan suku bunga kredit yang
dipacu oleh penurunan suku bunga acuan BI menyumbang fenomena ini. Secara umum, capital adequancy
ratio masih dalam kondisi yang memadai walaupun risiko kredit yang sedikit meningkat perlu diwaspadai.
Indikator BPI menunjukkan peningkatan tekanan pasar perbankan namun masih dalam kondisi sehat.
Neraca pembayaran Indonesia Kuartal II-2017 mengalami penurunan yang tajam, disumbang oleh
melebarnya deisit neraca transaksi berjalan serta penurunan neraca transaksi modal dan inansial. Deisit
neraca pendapatan primer adalah yang tertinggi selama tiga tahun terakhir. Di lain sisi, neraca investasi
portofolio serta neraca investasi langsung mengalami peningkatan yang cukup besar.
Pasar global mengalami pemulihan gradual, terlihat dari serangkaian harga komoditas pertambangan
dan pertanian yang mulai naik. Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, serta Inggris mengalami pertumbuhan
positif dan stabil. Namun, negara-negara berkembang seperti Brazil, Tiongkok, dan India mengalami
pertumbuhan yang bervariasi pada Kuartal-II 2017.
IERO edisi kali ini menyajikan ulasan mendalam mengenai prospek perekonomian Indonesia tahun
2018 yang diwarnai oleh program intensiikasi pembangunan infrastruktur. Hal ini tercermin dalam RAPBN
2018 yang memiliki alokasi belanja infrastruktur yang lebih besar dibandingkan APBN periode sebelumnya.
Kondisi perekonomian yang relatif stabil pada dua tahun terakhir hendaknya dimanfaatkan Indonesia untuk
berfokus pada isu pembangunan jangka panjang. Indeks GAMA LEI menunjukkan optimisme outlook atas
perekonomian Indonesia pada Kuartal-III dan Kuartal-IV 2017.

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

1

A.
PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI DAN FISKAL
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur naik di awal tahun 2017
2. Rancangan APBN Tahun Anggaran 2018

2

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

3

foto: AREVO (Jakarta Construction)

1. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
BERANGSUR NAIK DI AWAL TAHUN 2017

Pada kuartal-II 2017, perekonomian Indonesia tercatat tumbuh 5,01 persen
secara year on year terhadap Kuartal-II 2016 (gambar 1).





Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya (kuartal-I
2017).
Melanjutkan tren sebelumnya, pertumbuhan paling tinggi dicapai oleh sektor jasa
dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu mencapai 5,37 persen.
Secara umum, pertumbuhan pada sektor primer mengalami perlambatan sebesar
1,04 pp.

Seluruh sektor pada kuartal-II 2017 tercatat mengalami pertumbuhan positif (gambar 1).




Pertumbuhan pada subsektor pertambangan dan penggalian meningkat dari -0,64 persen pada kuartal-I 2017 menjadi 2,24
persen pada kuartal-II 2017. Perbaikan kinerja subsektor ini dipicu oleh meningkatnya Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk usaha
pertambangan dan penggalian dari -1,82 persen menjadi -1,08 persen.
Subsektor pertanian tercatat mengalami perlambatan dari sebesar 7,13 persen pada kuartal-I 2017 menjadi sebesar 3,33 persen
pada kuartal-II 2017. Hal ini merupakan implikasi dari perubahan iklim global dan faktor perbankan yang masih terhambat.

Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha, 2014 – 2017
Perekonomian Indonesia stagnan di Kuartal-II 2017

Catatan:
Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan
Penggalian
Sektor Industri: Industri Pengolahan
Sektor Jasa:
(1) Pengadaan Listrik dan Gas; (2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang; (3) Konstruksi; (4) Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (5) Transportasi dan Pergudangan; (6)
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (7) Informasi dan Komunikasi;
(8) Jasa Keuangan dan Asuransi; (9) Real Estat; (10) Jasa Perusahaan;
(11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;
(12) Jasa Pendidikan; (13) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (14) Jasa

Gambar 2 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan
Menurut Pengeluaran, 2015 – 2017
Belanja pemerintah kembali terkontraksi, kinerja ekpor-impor
masih lesu di awal tahun

Sumber: BPS dan CEIC (2017)

Lainnya.

Sumber: BPS dan CEIC (2017)

Ditinjau dari sisi pengeluaran, beberapa pos belanja mengalami penurunan pertumbuhan (gambar 2).





4

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat lebih tinggi 0.01 persen dibandingkan pada kuartal-I 2017
Ekspor tercatat semakin terkontraksi hingga level -7,25 persen.
Pada pos belanja pemerintah kembali memiliki pertumbuhan negatif, yaitu -1.93 persen.
Hal ini dikarenakan realisasi belanja pegawai dan belanja barang pemerintah yang turun dibandingkan dengan periode
sebelumnya.

Indonesian Economic Review and Outlook

a. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL
Secara kuartalan, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan sebesar 4,34 persen (gambar 2).



Peningkatan ini dirangsang oleh meningkatnya pos belanja rumah tangga, belanja LNPRT, belanja pemerintah dan Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB).
Peningkatan pengeluaran pemerintah secara kuartalan mendorong kinerja investasi dan ekspor yang berkontribusi besar
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Gambar 4 Indeks Penjualan Eceran Riil, Juni 2012‒Juni 2017
Penjualan eceran riil menurun pasca musim lebaran

Gambar 3 Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Kondisi
Ekonomi Saat Ini, dan Indeks Ekspektasi Konsumen, Juni
2012–Juni 2017
Sentimen konsumen masih berada pada level optimis

Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017)

Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017)

Secara keseluruhan optimisme konsumen terhadap perekonomian relatif terjaga (gambar 3).





Peningkatan IKK sebesar 1,9 poin dibandingkan pada Agustus 2017 sejalan dengan peningkatan rasio pengeluaran untuk
konsumsi.
Optimisme konsumen juga masih tercermin melalui Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE).
Meningkatnya Indeks Ekpektasi Konsumen (IEK) hingga mencapai level 137,2 didorong oleh pembukaan 37.490 lowongan
Kementerian-Lembaga pada Agustus-September 2017.
Hasil survei mengindikasikan situasi tersebut mendorong optimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan.

Pada Agustus 2017, Indeks Penjualan Eceran Riil turun secara m-t-m sebesar 0,81 persen ke level 208.2 poin (gambar 4).

Penurunan penjualan ritel ini terjadi pada kelompok makanan maupun non makanan.

Perlambatan pertumbuhan eceran riil ini didorong oleh menurunnya penjualan kelompok barang lainnya—terutama produk
sandang, peralatan informasi dan komunikasi, serta kelompok barang budaya dan rekreasi.

Penurunan ini juga diakibat kembali normalnya konsumsi masyarakat pasca momentum Hari Raya Idul Fitri.

Secara year-on-year, Indeks Penjualan Eceran Riil tumbuh 5,31 persen dibandingkan Agustus 2016—lebih tinggi 8,63 percentage
point dibandingkan pada pertumbuhan Juli 2017.
Gambar 5 Penjualan Motor, Mobil, dan Semen, Juni 2012 –
Agustus 2017
Seluruh indikator penjualan mengalami peningkatan

Per Agustus 2017, seluruh indikator penjualan tercatat
naik dibandingkan bulan sebelumnya (gambar 5).







Pada bulan ini, penjualan motor domestik tercatat
mengalami kenaikan penjualan lebih dari 15.000 unit.
Penjualan mobil mencapai kenaikan penjualan hingga
11.000 unit dan penjualan semen yang meningkat hingga
960.000 ton.
Mulai efektifnya pembangunan infrastruktur yang
digencarkan oleh pemerintah menjadi faktor pendorong
utama naiknya penjualan semen.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada pada
level optimis menjadi pemicu pertumbuhan penjualan
motor dan mobil pada Agustus 2017.

Sumber: Astra International, GAIKINDO, Asosiasi Semen Indonesia (2017)

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

5

2. RANCANGAN APBN TAHUN ANGGARAN 2018

foto: AREVO (Textures of Indonesia)

Tabel 1 Perbandingan Asumsi Dasar Ekonomi Makro pada
APBN 2017 dan RAPBN 2018
Beberapa asumsi makro pada RAPBN 2018 cenderung lebih
optimis

Tabel 2 Realisasi APBN 2016 dan Perbandingan Postur
APBN, RAPBN-P 2017 dan RAPBN 2018
Rancangan APBN Perubahan disusun lebih realistis

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017)

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017)

Pada Rancangan APBN 2018, perubahan asumsi pada beberapa indikator makro mengindikasikan prospek
ekonomi yang lebih baik (Tabel 1).








6

Asumsi pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2018, dinaikkan sebesar 0,2 percentage point menjadi 5,4 persen secara year on
year.
Kenaikkan asumsi ini didasarkan oleh stabilnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, tren peningkatan yang dialami oleh
konsumsi LNPRT sejak awal 2016 dan peningkatan investasi pada kuartal II 2017.
Kenaikkan pendanaan APBN juga diperkirakan akan terus berlanjut yang bersumber dari penerimaan pajak melalui keberhasilan
program tax amnesty dan reformasi perpajakan yang terus dilakukan.
Pemerintah menetapkan asumsi tingkat inlasi yang lebih rendah 0,8 percentage point menjadi 3,5 persen.
Optimisme penurunan tingkat inlasi ini dikarenakan volatile food yang masih tercatat mengalami delasi sebesar 0,67 persen
m-t-m pada September 2017.
Kurs diasumsikan terdepresiasi ke level 13.500 rupiah per USD.
Asumsi kurs yang terdepresiasi ini merupakan pertimbangan terhadap potensi risiko global yang tidak menentu dan keputusan
The Fed menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada Juni 2017.

Indonesian Economic Review and Outlook

a. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAN FISKAL

Pada RAPBN 2018, pemerintah optimis meningkatkan pendapatan negara sebesar 9,6 persen dibandingkan
APBN-P 2017 (Tabel 2).





Pemerintah memproyeksikan penerimaan perpajakan meningkat sebesar 10,9 persen dibandingkan dengan APBN-P 2017.
Optimisme ini didasarkan oleh komitmen pemerintah dalam memperbaiki sistem data perpajakan dan peningkatan basis
pajak.
Porsi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap total pendapatan negara pada RAPBN 2018 sebesar 14,3 persen, lebih
rendah dibandingkan pada APBN 2017 sebesar 15,2 persen.
PNBP tidak menjadi andalan sumber pendapatan negara karena kontribusi sektor minyak dan gas (migas) yang cenderung
mengalami penurunan.

Total Belanja Negara pada RAPBN 2018 diperhitungkan naik 4,4 persen dibanding APBN-P 2017 (Tabel 2).





Hal ini disebabkan oleh penyerapan anggaran untuk agenda prioritas pemerintah pusat.
Belanja tersebut diprioritaskan untuk kemiskinan dan kesenjangan serta untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pemerintah.
Belanja negara juga difokuskan pada pembiayaan untuk sejumlah proyek infrastruktur.
Pada RAPBN 2018 tidak ada tambahan anggaran subsidi di sektor energi.

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah
Mada
foto: AREVO
(Textures of Indonesia)

7

B.
SEKTOR MONETER
DAN PASAR FINANSIAL
1. Suku Bunga Acuan Diturunkan, Pasar Saham Melanjutkan Tren Bullish
2. Rupiah terdepresiasi, cadangan devisa terus bertambah
3. Utang luar negeri Indonesia meningkat, indikator sustainabilitas utang
membaik tipis, pemilikan non-residen SBN menignkat, persepsi risiko utang
Indonesia membaik
8

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
foto: treasuryvault.com

9

1.
SUKU BUNGA ACUAN DITURUNKAN,
PASAR SAHAM MELANJUTKAN TREN
BULLISH

foto: Peter Frank (Stock Market India)

Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga acuannya selama 2 bulan berturut-turut (gambar 6).






7-days reverse repo rate diturunkan menjadi 4,5 persen dan 4,25 persen secara berurutan pada Agustus dan September
2017.
Perkiraan inlasi akhir periode 2017 dan 2018 cenderung di bawah ekspektasi awal.
Keputusan ini diperkuat oleh deisit neraca transaksi berjalan yang masih dalam rentang aman.
Penurunan tingkat suku bunga acuan di satu sisi akan memperdalam penurunan imbal hasil surat-surat utang, terutama
yang memiliki tingkat kupon variable.
Suku bunga dasar kredit akan cenderung turun, menurunkan cost of borrowing kegiatan investasi.

Suku bunga deposito serta suku bunga penjaminan akan turun mengikuti suku bunga acuan (gambar 6).




10

Penurunan tingkat suku bunga acuan akan diikuti oleh penurunan tingkat bunga deposito berjangka.
Mengikuti tren penurunan suku bunga acuan, diperkirakan tingkat suku bunga deposito berjangka akan berada pada
rentang 5,6 persen hingga 5,8 persen hingga akhir tahun 2017.
Di sisi lain, akan terjadi penurunan suku bunga dasar kredit yang dapat menjadi suntikan tambahan untuk investasi
jangka pendek dan menengah.

Indonesian Economic Review and Outlook

B. SEKTOR MONETER DAN PASAR FINANSIAL

Gambar 6 Suku Bunga Deposito, LPS, dan 7-days Reverse
Repo Rate
7-Days Reverse Repo Rate Diturunkan, Suku Bunga Penjaminan
Ikut Turun

Gambar 7 Pergerakan IHSG, 2012-2017
IHSG terus naik mencapai rekor tertingginya

Sumber: CEIC (2017)
Sumber: Bank Indonesia & CEIC (2017), diolah

Pasar saham Indonesia masih melanjutkan tren bullish-nya dan mencapai rekor tertingginya (gambar 7).




Setelah pada Juli 2017 mencatatkan rekor tertinggi, IHSG terus meningkat mendekati batas 6000 poin.
IHSG sempat menyentuh tingkat 6025 poin pada 25 Oktober 2017.
Peningkatan IHSG diperkirakan masih akan terus berlanjut didorong prospek perbaikan kinerja perekonomian makro Indonesia.

Sementara itu, non-residen masih melanjutkan aksi jual bersih dengan volume yang semakin membesar
(gambar 7).





Sejak awal 2017, telah terjadi penjualan bersih investor non-residen sebesar Rp10,73 triliun.
Para pelaku pasar global mengantisipasi ketidakpastian kebijakan kenaikan tingkat suku bunga Federal Reserve Rate.
Penguatan IHSG ditopang oleh saham-saham berkapitalisasi besar yang cukup stabil merespon aksi jual-beli investor nonresiden.
Emiten saham kapitalisasi besar mencatatkan perbaikan kinerja perusahaan selama Kuartal I dan II-2017.

Gambar 8 Kapitalisasi Pasar IHSG, 2012-2017
Kapitalisasi pasar terus naik namun dibayangi aksi jual bersih
investor non-residen

Gambar 9 MSCI Equity Market Benchmark Index
Pergerakan pasar modal global masih cenderung optimis

Sumber: Bloomberg (2017)
Sumber: CEIC dan Bloomberg (2017)

Pasar modal global masih menunjukkan tren bullish yang telah berlangsung sejak awal tahun (gambar 8).





Indeks acuan pasar modal global MSCI all-country world telah mencatatkan kenaikan 15,6 persen ytd.
Pasar emerging market serta emerging Asia mencatatkan kenaikan 25,5 persen dan 29,9 persen ytd.
Pelaku pasar global masih cukup optimis dengan kondisi perekonomian dunia.
Kenaikan IHSG juga sejalan dengan tren pasar modal global yang bullish.

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

11

2.
RUPIAH TERDEPRESIASI, CADANGAN
DEVISA TERUS BERTAMBAH
Gambar 10 Kurs Rupiah terhadap Dolar AS*, September 2012
– September 2017
Rupiah terdepresiasi pada September 2017

Gambar 11 Real Efective Exchange Rate, September 2012
– September 2017
Rupiah menunjukkan pergerakan menuju rata-rata jangka
panjangnya.

Catatan: * = mulai Mei 2013, data kurs menggunakan JISDOR Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2017, diolah)
Sumber: BIS dan CEIC (2017, diolah)

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berada pada Rp13.492/US$ pada September 2017 atau terdepresiasi
sebesar 1,06 persen m-t-m (gambar 10).



Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada September 2017 ini merupakan yang terendah selama tahun 2017.
Penurunan 7-days repo rate sebesar 25 bps menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah.

Nilai Tukar Efektif Riil (Real Efective Exchange Rate/REER) adalah nilai tukar riil suatu mata uang (rupiah)
dengan sekelompok (basket/bundle) mata uang lainnya (dollar, poundsterling, yuan, dll) (gambar 11).





Pada September 2017 lalu, REER rupiah berada pada level 108,37 poin atau overvalued 1,9 poin dibandingkan rata-rata jangka
panjangnya.
Sejak awal 2017 besaran overvalued rupiah selalu menurun.
Penurunan ini mengindikasikan kecenderungan nilai tukar rupiah terhadap bundle mata uang global lainnya untuk kembali pada
rata-rata jangka panjangnya.
Implikasinya dalam waktu dekat rupiah memiliki kecenderungan depresiatif dibandingkan mata uang global lainnya.

Gambar 12 Cadangan Devisa, September 2012 – September
2017
Cadangan devisa Indonesia berada pada rekor tertingginya.

Cadangan devisa Indonesia mencatatkan rekor
tertinggi pada September 2017 yakni sebesar US$
129,4 miliar (gambar 12).






Sumber: Bank Indonesia (2017, diolah)

12

Indonesian Economic Review and Outlook

Besaran cadangan devisa ini lebih tinggi 0,48 persen
dibandingkan bulan sebelumnya.
Selama tiga bulan terakhir cadangan devisa Indonesia
secara berturut-turut selalu memecahkan rekor.
Naiknya cadangan devisa Indonesia ini dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti penarikan pinjaman luar negeri
pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia
valas.
Cadangan devisa pada bulan September 2017 ini cukup
untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah.

3.
UTANG LUAR NEGERI INDONESIA MENINGKAT,
INDIKATOR SUSTAINABILITAS UTANG MEMBAIK
TIPIS, PEMILIKAN NON-RESIDEN SBN MENINGKAT,
PERSEPSI RISIKO UTANG INDONESIA MEMBAIK
Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terus meningkat, didorong peningkatan ULN sektor publik (gambar 13).





ULN total naik 0,21 persen m-t-m atau 5,15 persen y-o-y menjadi US$ 340,54 miliar.
ULN sektor swasta hanya tumbuh 0,08 persen y-o-y sedangkan ULN sektor publik telah tumbuh 9,5 persen y-o-y pada Agustus
2017.
ULN sektor swasta mulai menunjukkan pertumbuhan dibandingkan periode-periode sebelumnya yang selalu mencatatkan
penurunan.
ULN sektor publik terus meningkat didorong oleh kebutuhan pembiayaan deisit anggaran pemerintah.

ULN masih didominasi oleh ULN Jangka Panjang (gambar 14).





ULN jangka panjang pada Agustus 2017 mengambil porsi 84 persen keseluruhan ULN Indonesia, semakin melebar daripada
Agustus 2016 yang hanya sebesar 82 persen.
Sektor swasta mengambil porsi hampir setengah dari keseluruhan ULN (49 persen), lebih kecil dibandingkan Agustus 2016 yang
sebesar 51 persen.
Penurunan ULN swasta didorong oleh penurunan ULN sektor keuangan.
Bank Indonesia masih memandang perkembangan tingkat ULN Indonesia dalam taraf sehat.

ULN jangka pendek total mengalami penurunan, namun ditandai oleh peningkatan ULN jangka pendek
pemerintah (gambar 14).






ULN jangka pendek total turun 2 persen y-o-y.
ULN jangka pendek swasta turun 4,8 persen y-o-y
ULN jangka pendek pemerintah dan bank sentral naik 12,4 persen y-o-y.
Pemerintah perlu mewaspadai kenaikan ULN jangka pendeknya agar tidak meningkatkan paparan risiko jangka pendek.
Pada ULN jangka panjang, kenaikan sebesar 6,6 persen y-o-y disumbangkan oleh kenaikan ULN pemerintah sebesar 9,4 persen
serta ULN swasta sebesar 3 persen.

Gambar 13 Utang Luar Negeri Indonesia, 2012- 2017**
Utang luar negeri Indonesia terus meningkat didorong utang
sektor publik

Gambar 14 Utang Luar Negeri Berdasarkan Jangka Waktunya
(Remaining Maturity), 2012-2017**
Utang jangka panjang mendominasi dengan pertumbuhan ULN
jangka pendek pemerintah

Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (2017)
Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (2017)

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

13

foto: NASDAQ

Gambar 15 Indikator Utang Luar Negeri Indonesia Kuartal II2015-Kuartal II-2017
Indikator sustainabilitas utang melanjutkan perbaikan

Gambar 16 Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia
Outstanding, 2012-2017
Jumlah SBN Tradeable meningkat diikuti penurunan SBN
non-tradeable

Sumber: Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (2017)
DSR Tier 1 merupakan pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan pembayaran
bunga atas utang jangka pendek.
DSR Tier 2 meliputi pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain
dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-ailiasi.

Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan (2017)

Indikator sustainabilitas ULN Indonesia secara umum berangsur membaik (gambar 15).





Indikator sustainabilitas ULN Indonesia justru menunjukkan perbaikan di tengah kekhawatiran publik atas ULN.
Rasio utang terhadap PDB telah berada pada tingkat 34,42 persen, turun 2,75 pp dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
DSR Tier 1 dan Tier 2 turun masing-masing sebesar 0,79 pp dan 0,68 pp secara q-t-q menjadi 15,85 persen dan 51,45 persen.
Rasio ULN terhadap ekspor memburuk tipis sebesar 1,67 pp menjadi 174,08 persen disebabkan penurunan kinerja ekspor
Indonesia pada tahun 2017.

Jumlah SBN Outstanding pada September 2017 terus meningkat dengan peningkatan SBN Tradeable dan
penurunan SBN Non-Tradeable (gambar 16).





14

Struktur portofolio pembiayaan APBN-P 2017 yang 80 persennya disumbang oleh penerbitan SBN.
Jumlah SBN Outstanding sebesar Rp2.991 triliun ini meningkat 15,7 persen y-o-y atau 1,2 persen m-t-m.
Jumlah SBN tradeable naik sebesar 17,6 persen y-o-y atau 1,36 persen m-t-m menjadi Rp2.893 triliun.
Pemerintah tidak terlalu banyak menerbitkan SBN non-tradeable, terlihat dari jumlahnya yang turun 3,6 persen y-o-y.

Indonesian Economic Review and Outlook

B. SEKTOR MONETER DAN PASAR FINANSIAL

Gambar 17 Kepemilikan SBN Tradeable (Triliun IDR), 20122017
Non-residen semakin meningkatkan kepemilikan SBN Tradeable

Sumber: DJPPR Kementerian Keuangan (2017)

Gambar 18 Imbal Hasil SBN Indonesia, 2012-2017
Imbal hasil SBN terus melanjutkan tren penurunan sejak
awal tahun

Sumber: CEIC (2017)

Investor Non-Residen semakin tertarik untuk memiliki SBN Indonesia (gambar 17).





Hingga September 2017, 28 persen dari total SBN tradeable Indonesia dimiliki oleh non-residen.
Kepemilikan non-residen meningkat 19,62 persen secara y-o-y.
Bank mengalami kenaikan kepemilikan SBN sebesar 47,69 persen y-o-y.
Kenaikan pemilikan porsi kepemilikan SBN tradeable oleh non-residen perlu diwaspadai mengingat adanya risiko capital light.

Imbal hasil SBN masih menunjukkan kecenderungan untuk menurun, walaupun dengan kenaikan singkat pada
awal Oktober 2017 (gambar 18).





Imbal hasil SBN telah mengalami penurunan antara 1,17 pp hingga 1,54 pp sejak awal 2017.
Penurunan yield SBN disebabkan oleh kenaikan harga yang didorong kenaikan permintaan atas SBN.
Indeks harga SBN Indonesia telah naik sebesar 8,78 poin sejak awal 2017.
Persepsi risiko atas utang Indonesia yang turun juga menyebabkan penurunan yield.

Gambar 19 Yield SBN Indonesia dan Credit Default Swap,
Kuartal II-2015 - Kuartal II-2017
Penurunan imbal hasil SBN sejalan dengan penurunan persepsi
risiko utang Indonesia

Penurunan imbal hasil SBN Indonesia sejalan dengan
penurunan persepsi risiko atas utang pemerintah
Indonesia (gambar 19).




Credit default swap pada Kuartal III-2017 ada pada tingkat
104,38 poin, menurun 47,76 poin dibandingkan Kuartal III
tahun sebelumnya atau menurun 13,03 poin dibandingkan
kuartal sebelumnya.
Menurunnya persepsi risiko atas utang Indonesia
menunjukkan optimisme pasar global atas kemampuan
bayar perekonomian Indonesia.

Sumber: Bloomberg (2017)

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

15

C.
SEKTOR PERBANKAN
1. Daya tahan sistem perbankan masih terjaga dengan stabil

16

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

17

1. DAYA TAHAN SISTEM PERBANKAN MASIH
TERJAGA DENGAN STABIL

Pertumbuhan kredit perbankan Agustus 2017 meningkat sebesar Rp 20,04
triliun atau tumbuh 8,38 persen y-o-y (gambar 20).





Pertumbuhan kredit pada Agustus 2017 tercatat meningkat tipis 0,07 percentage
point (pp) dibandingkan dengan Juli 2017.
Berdasarkan jenis penggunaannya, per Agustus 2017, Kredit Investasi mencatatkan
peningkatan pertumbuhan terbesar yakni sebesar 0,6 pp dibandingkan bulan
sebelumnya.
Peningkatan pertumbuhan KI disebabkan karena peningkatan pertumbuhan pada
kredit yang disalurkan pada sektor perdagangan, hotel, restoran, serta industri
pengolahan.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum menurun (gambar 21).





Pertumbuhan DPK pada Agustus 2017 menurun menjadi 9,6 persen y-o-y, dibandingkan dengan bulan sebelumnya Juli 2017
sebesar 9,8 persen (menurun 0,2 pp).
Penurunan pertumbuhan DPK utamanya dipengaruhi pertumbuhan giro dan tabungan yang masing-masing mengalami
penurunan sebesar 1,87 pp dan 1,2 pp, dibandingkan Juli 2017.
Sedangkan, pertumbuhan deposito justru meningkat sebesar 1,4 pp secara m-t-m pada Agustus 2017.
Sejak Mei hingga Agustus 2017 tercatat bahwa jumlah total DPK Indonesia selalu berada di atas Rp 5.000 triliun yang menunjukkan
bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin tinggi.

Gambar 20 Pertumbuhan kredit Perbankan Agustus 2015 –
Agustus 2017 y-o-y
Pertumbuhan kredit relatif stabil

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)

Gambar 21 Perkembangan pertumbuhan Dana Pihak ketiga
(DPK) Bank Umum, Agustus 2016 – Agustus 2017 y-o-y
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2017
menurun

Sumber: BPS dan CEIC (2017)

Jumlah Total Aset perbankan mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya (gambar 22).




18

Total aset Bank Umum pada Agustus 2017 meningkat menjadi Rp 7.028,8 triliun, lebih tinggi Rp 64,3 triliun dibandingkan dengan
Juli 2017.
Seluruh kelompok perbankan mengalami peningkatan aset.
BPD Konvensional menjadi satu-satunya kelompok perbankan yang mengalami penurunan aset —turun Rp 0,05 triliun m-t-m.

Indonesian Economic Review and Outlook

C. SEKTOR PERBANKAN





Bank Persero merupakan kelompok Bank yang mengalami peningkatan aset tertinggi yakni sebesar Rp 43,6 triliun rupiah atau
naik 1,61 persen m-t-m.
Pada sisi lainnya BUSN Non Devisa merupakan kelompok perbankan dengan nominal kenaikan aset terendah yakni sebesar Rp
0,02 triliun rupiah (0,02 persen) m-t-m.
Peningkatan total aset perbankan ini sejalan dengan peningkatan jumlah total Dana Pihak Ketiga yang terjadi pada Agustus
2017.

Gambar 22 Perkembangan total aset perbankan di Indonesia,
Agustus 2012 – Agustus 2017
Total aset Bank Umum pada Agustus 2017 meningkat

Gambar 23 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) per
kelompok bank Agustus 2012 – Agustus 2017
Secara umum CAR Bank Umum masih dalam kondisi yang
memadai

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)

Nilai Rasio Kecukupan Modal (CAR) perbankan pada Agustus 2017 tetap terjaga (gambar 23).







Rasio Kecukupan Modal (CAR) bank umum tercatat mengalami peningkatan menjadi 23,34 persen pada Agustus 2017—naik
0,11 pp secara m-t-m.
Pada Agustus 2017, semua kelompok perbankan tercatat mengalami kenaikan CAR kecuali Bank Campuran Konvensional dan
Bank Asing Konvensional.
Peningkatan CAR tertinggi terjadi pada Bank BPD Konvensional yakni mencapai 0,30 pp dibandingkan bulan Juli 2017.
Bank Asing masih merupakan bank dengan CAR tertinggi dibandingkan kelompok bank lainnya yakni sebesar 53,15 persen
pada Agustus 2017.
Pada sisi yang lain BPD Konvensional tetap menjadi bank dengan nilai CAR terendah pada Agustus 2017 yakni sebesar 20,64
persen.
Sejauh ini daya tahan perbankan masih cukup tinggi ditunjukkan dengan CAR yang jauh di atas 8% yang merupakan batas
minimum CAR perbankan.

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

19

C. SEKTOR PERBANKAN

Gambar 24 Kinerja Bank Umum Agustus 2014 – Agustus
2017
Rentabilitas perbankan relatif masih stabil tetapi Risiko Kredit dan
Likuiditas cukup perlu diperhatikan

Gambar 25 Perkembangan Non Performing Loan Gross (NPL)
per kelempok bank Agustus 2016 – Agustus 2017
Risiko Kredit perbankan secara umum tidak mengkhawatirkan

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2017)
Sumber: Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (2017)

Stabilitas performa perbankan secara umum perlu dipertahankan (gambar 24).

Dari sisi proitabilitas, laba industri perbankan yang ditunjukkan Return of Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM) terlihat
relatif stabil dalam 2 bulan terakhir.

Pada Agustus 2017, perkembangan ROA menurun tipis sebesar 0,02 pp sedangkan NIM relatif stabil pada level 5,35 persen sejak
Juni 2017.

Berdasarkan jenis bank, per Agustus 2017, Bank Asing kembali membukukan ROA tertinggi yakni sebesar 2,85 persen, sedangkan
pencetak NIM terbesar berasal dari Bank BPD sebesar 6,53 persen.

LDR sebagai indikator intermediasi dan likuiditas bank umum tercatat menurun sebesar 0,03 pp secara m-t-m pada Agustus
2017.

Meskipun LDR mengalami penurunan, namun likuiditas perbankan masih dalam kondisi yang relatif aman, bahkan masih ada
banyak ruang untuk berkekspansi.

Besaran NPL secara keseluruhan yang masih di bawah 5 persen mencerminkan kondisi risiko perbankan masih terjaga.

Eisisensi industri perbankan yang dicerminkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tercatat mengalami
peningkatan menjadi 78,90 persen per Agustus 2017—naik tipis 0,06 pp m-t-m.

Nilai BOPO yang menurun tersebut mengindikasikan penurunan eisiensi industri perbankan.

Nilai Rasio Non Performing Loan Gross (NPL) perbankan pada Agustus 2017 perlu dijaga (gambar 25).

Rasio Non Performing Loan Gross (NPL) perbankan secara keseluruhan pada Agustus 2017 tercatat meningkat tipis sebesar
0,045 pp menjadi 3,05 persen m-t-m.

Per Agustus 2017 seluruh kelompok bank kecuali BPD Konvensional mengalami peningkatan NPL dibandingkan bulan
sebelumnya.

Peningkatan NPL tertinggi terjadi pada BUSN Non Devisa yakni mencapai 0,266 pp secara m-t-m.

Bank Asing Konvensional masih menjadi kelompok bank yang paling hati-hati dalam memberikan kredit, hal ini dicerminkan
dengan NPL sebesar 1,89 persen—terendah di antara kelompok bank lainnya.

BUSN Non Devisa merupakan kelompok bank dengan tingkat NPL tertinggi yakni mencapai 4,484 persen pada Juli 2017.

NPL secara keseluruhan dan per kelompok bank masih cukup aman karena masih di bawah batas maksimal 5 persen.

20

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

21

D.
INFLASI NASIONAL
DAN REGIONAL
1. Inflasi tahunan per September 2017 meningkat
2. Inflasi regional bervariasi

22

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada
foto: OOAWORLD (Public Bus Jakarta)

23

1.
INFLASI TAHUNAN
PER SEPTEMBER 2017 MENINGKAT
Tabel 3 Tingkat Inlasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran,
2011 – 2017 (2012=11, %y-t-y)
Kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar menjadi penyumbang inlasi terbesar

September 2017, kelompok Perumahan, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar mengalami inlasi tertinggi sebesar 5.58 persen
(year-on-year) (tabel 3).

Meskipun mengalami inlasi tertinggi, kelompok
Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan bakar turun 0,8 pp
dibanding Agustus 2017 yang mencapai 5,66 persen.

Kelompok Bahan Makanan mengalami inlasi yang paling
rendah dibandingkan inlasi di kelompok pengeluaran
lainnya sebesar 1,04 persen, turun dibandingkan inlasi Mei
2017 yang mencapai 1,51 persen.

Kelompok yang mengalami kenaikan inlasi terbesar
dibanding bulan sebelumnya adalah kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga sebesar 0,52 pp, dari 2,65 persen
di bulan Agustus hingga 3,17 persen di bulan September.
Gambar 26 Tingkat Inlasi, Juni 2012-Juni 2017 (year on year)
Risiko Kredit perbankan secara umum tidak mengkhawatirkan

Sumber: BPS dan CEIC, diolah (2017)

Catatan: 2010 – 2013 tahun dasar 2007; 2014 – 2015 tahun dasar 2012
(1) Bahan Makanan; (2) Makanan Olahan, Minuman, Tembakau; (3) Perumahan,
Listrik, Gas, dan Bahan Bakar; (4) Sandang; (5) Kesehatan; (6) Pendidikan, Rekreasi,
dan Olah Raga; (7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

24

Indonesian Economic Review and Outlook

Per September 2017, inlasi umum tercatat 3,72 persen secara
year on year (gambar 26).

Inlasi umum tercatat lebih rendah bila dibandingkan
Agustus 2017 yaitu sebesar 3,82 persen.

Inlasi inti tercatat sebesar 3 persen, lebih tinggi 0,2 pp
dibandingkan Agustus 2017—yakni sebesar 2,98 persen.

Inlasi harga diatur pemerintah mencapai 9,32 persen,
meningkat 0,1 pp dari Agustus 2017 yang mencapai 9,31
persen.

Inlasi harga diatur pemerintah jauh lebih tinggi
dibandingkan September 2016 yang mengalami delasi
0,38 persen.

Inlasi komponen harga bergejolak mencapai 0,47 persen,
turun dibandingkan Agustus 2017 yang mencapai 1,05
persen.

D. INFLASI NASIONAL DAN REGIONAL

2.

INFLASI REGIONAL BERVARIASI

Tabel 4 Perbandingan Inlasi di 33 Kota di Indonesia, 2017
(2012=11, %m-t-m, %y-t-y)
Inlasi year-on-year bulan September tertinggi terjadi
di Kota Serang

Berdasarkan perbandingan diantara 33 kota di 33 Provinsi,
Pada September 2017 Inlasi year on year tertinggi terjadi di
Kota Serang sebesar 4,91 persen (tabel 4).

Terdapat 13 kota yang mengalami delasi pada month
to month September 2017, yaitu kota Jambi, Bengkulu,
Palmbang, Denpasar, Palangkaraya, Samarinda, Manado,
Palu, Makassar, Kendari, Ambon, Ternate dan Jayapura.

20 kota lainnya mengalami inlasi pada September 2017.

Inlasi month to month bulan September tertinggi terjadi
di Kota Manokwari sebesar 1,09 persen diikuti kota Medan
sebesar 1,08 persen.

Catatan: *Kota yang dipilih merupakan Ibukota dari 33 provinsi di Indonesia. Ibukota
Provinsi diharapkan menjadi indikator yang tepat untuk menggambarkan inlasi di
Provinsi tersebut.
Sumber: BPS dan CEIC (2017)

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

25

E.
NERACA PEMBAYARAN
INDONESIA
1. Neraca pembayaran Indonesia menurun tajam

26

Indonesian Economic Review and Outlook

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

27

foto: AREVO (Sight of North Jakarta )

1.
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
MENURUN TAJAM

foto: catperku (pelabuhan Tanjung Priok)

Neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 0,7 miliar (gambar 27).




Nilai NPI pada kuartal II-2017 mengalami penurunan sebesar US$ 3,8 miliar atau turun 84,4 persen dibandingkan kuartal
sebelumnya.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2016, maka NPI pada periode II-2017 lebih rendah 68
persen—hal ini menunjukkan penurunan performa NPI dalam jangka menengah.
Meningkatnya deisit neraca tranksaksi berjalan (meningkat 108,3 persen q-t-q) serta penurunan neraca tranksaksi
modal dan inansial (menurun 26,3 persen q-t-q) menjadi motor utama penurunan tajam NPI.

Neraca tranksaksi berjalan tercatat deisit sebesar US$ 4,9 miliar pada kuartal II-2017 (gambar 28).



Besaran deisit ini meningkat tajam US$ 2,6 miliar atau meningkat 108,3 persen q-t-q.
Penurunan surplus neraca perdagangan barang serta pendalaman deisit neraca jasa-jasa dan pendapatan primer
merupakan penyebab turunnya surplus neraca tranksaksi berjalan.

Pada kuartal II-2017, saldo neraca perdagangan barang mencatatkan surplus sebesar US$ 4,79 persen.
(gambar 28).




Surplus neraca perdagangan barang ini mengalami penurunan 15,2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Penurunan surplus neraca non-migas menjadi salah satu faktor utama turunnya surplus neraca perdagangan barang—
surplus neraca non-migas turun sebesar 21 persen q-t-q.
Lebih lanjut penurunan surplus ini tertahan oleh turunnya tekanan deisit perdagangan minyak serta peningkatan
performa surplus perdagangan gas.

Deisit neraca jasa-jasa mengalami peningkatan pada kuartal II-2017 (gambar 28).




28

Pada akhir kuartal II-2017 neraca jasa-jasa tercatat bersaldo negatif sebesar US$ 2,31 miliar, atau mengalami peningkatan
deisit sebesar 83,3 persen q-t-q.
Penurunan surplus neraca jasa perjalananan (turun sebesar 41 persen q-t-q) menjadi salah satu penyebab utama
meningkatnya deisit neraca jasa-jasa.
Selain itu meningkatnya deisit neraca jasa transportasi serta jasa penggunaan hak atas kekayaan intelektual turut
berkontribusi terhadap meningkatnya tekanan deisit neraca jasa-jasa.

Indonesian Economic Review and Outlook

E. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Gambar 27 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal II-2014 –
Kuartal II-2017
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia mengalami penurunan

Gambar 29 Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal II
-2014 - Kuartal II-2017
Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial menurun pada kuartal II2017

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2017)
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)

Deisit neraca pendapatan primer pada kuartal II-2017 merupakan yang tertinggi selama periode amatan
(gambar 28).




Adapun deisit neraca perdagangan primer pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 8,54 miliar—mengalami pendalaman
deisit sebesar 9,09 persen q-t-q.
Pendalaman deisit saldo pembayaran atas investasi portofolio merupakan penyebab naikknya deisit neraca pendapatan
primer—mengalami kenaikan deisit sebesar 23,8 persen.
Selain itu, meningkatnya deisit saldo pendapatan investasi lainnya turut berkontribusi atas pendalaman deisit pendapatan
primer.

Saldo neraca tranksaksi modal dan inansial pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 5,86 miliar (gambar 29).




Besaran neraca tranksaksi modal dan inansial pada kuartal II-2017 ini menurun 26,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pendalaman deisit neraca investasi lainnya menjadi penyebab utama turunnya surplus neraca tranksaksi modal dan inansial.
Adapun turunnya surplus ini tertahan oleh kenaikan investasi langsung dan investasi portofolio.

Surplus neraca investasi portofolio meningkat sebesar 12,1 persen q-t-q pada kuartal II-2017 (gambar 29).




Adapun besaran neraca investasi portofolio pada kuartal II-2017 tercatat sebesar US$ 7,4 miliar.
Penerbitan surat utang serta ekuitas oleh sektor swasta—dengan tujuan ekspansi usaha—menjadi salah satu motor utama
peningkatan surplus neraca investasi portofolio.
Pada kuartal II-2017 lalu besaran kewajiban utang serta ekuitas sektor swasta masing-masing meningkat sebesar 414,8 persen
dan 8,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Neraca investasi langsung tercatat surplus sebesar US$ 4,6 miliar pada kuartal II-2017 (gambar 29).





Surplus neraca investasi langsung ini meningkat 64,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Meningkatknya penyertaan modal (ekuitas) dan pembiayaan utang oleh investor non residenmenjadi faktor utama yang
menyebabkan peningkatan surplus neraca investasi langsung—masing-masing meningkat 47,7 dan 298,17 persen q-t-q.
Selain itu, berdasarkan arah investasi, pada kuartal II-2017 lalu tercatat kenaikan inlow investasi langsung sebesar 90,9 persen
q-t-q.
Relatif stabilnya kondisi perekonomian Indonesia serta makin intensifnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah menjadi
insentif bagi non-residen untuk berinvestasi di Indonesia.

Adapun saldo neraca investasi lainnya mengalami pendalaman deisit yang cukup tajam (gambar 29).





Pada kuartal II-2017 neraca investasi lainnya mencatatkan deisit sebesar US$ 6,2 miliar atau meningkat 377,7 persen q-t-q.
Dari sisi aset, pendalaman deisit ini disebabkan oleh meningkatnya penempatan dana sektor swasta domestik ke negara-negara
lain.
Peningkatan deisit ini disebabkan oleh tingginya penempatan simpanan swasta di luar negeri.
Hal ini dilakukan dalam rangka antisipasi perbankan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, terutama dalam menghadapi
libur panjang lebaran.

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

29

F.
INDIKATOR KRISIS
1. Exchange Market Pressure Index (EMPI): Tekanan pada pasar valuta asing
cender