LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Kelarut (1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI
FISIKA
PERCOBAAN 3 : KELARUTAN

Disusun oleh,
Kelompok 5
Ashry Nurrachmah

31113007

Ina Lisnawati

31113021

Irfan Maulana

31113023

Novia Hergiani

31113035


Tia Sulistiani

31113049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat
terlarut tersebut. Salah satu sifat fisika yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa
larutnya suatu zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
temperatur tertentu disebut sebagai kelarutan.
Larutan merupakan suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom
ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam air.
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu.

Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena
suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga
salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi dalam membantunya
memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis
dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian, pengetahuan yang lebih
mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan
informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa
bergantung pada sifat kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor
temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya
zat terlarut. Dalam percobaan ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat
dalam pelarut air.
B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Menentukan kelarutan Asam Benzoat dan Asam Borat suatu zat secara kuantitatif
2. Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air pada suhu kamar,
450 C, dan 600 C.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Terori
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk
dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu
terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)
(Voight, 1994).
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu 20 0C
(FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian volume
zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam
analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada
tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit daritekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh
yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu
(Svehla, 1979).
Suhu merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelarutan suatu obat dan
dalam mempersiapkan larutannya. Kebanyakan bahan kimia menyerap panas bila dilarutkan
dan dikatakan mempunyai panas larutan negative, yang menyebabkan meningkatnya
kelarutan dengan menaikkan suhu. Segolongan kecil bahan kimia mempunyai panas larutan

positif dan menunjukkan berkurangnya kelarutan dengan suatu kenaikan suhu. Disamping
suhu, faktor-faktor lain juga mempengaruhi kelarutan. Ini meliputi bermacam-macam bahan
kimia dan sifat-sifat fisika lainnya dari zat terlarut dan pelarut, faktor tekanan, keasaman
atau kebasaan dari larutan, keadaan bagian dari zat terlarut, dan pengadukan secara fisik
yang dilakukan terhadap larutan selama berlangsungnya proses melarut. Kelarutan suatu zat
kimia murni pada suhu dan tekanan tertentu

adalah tetap; tetapi, laju larutnya yaitu

kecepatan zat itu melarut, tergantung pada ukuran partikel dari zat dan tingkat pengadukan.
Makin halus bubuk makin luas permukaan kontak dengan pelarut, makin cepat proses
melarut. Juga makin kuat pengadukan, makin banyak pelarut yang tidak jenuh bersentuhan
dengan obat, makin cepat terbentuknya larutan (Ansel, 1989).
Kelarutan suatu senyawa dinyatakan dalam gr/lt. Besarnya kelarutan suatu senyawa
adalah jumlah maksimal senyawa bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu
pada suatu suhu tertentu dan merupakan larutan jenuh yang ada dalam kesetimbangan
dengan bentuk padatnya (Roth, 1988).
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu pelarut pada
suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutnya, larutan ini

disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai kemungkinan kelarutan diantara
dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan untuk

membuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh sediaan resmi larutan jenuh dalam air, yaitu
larutan Topical Kalsium HIdroksida, USP (Calcium Hydroxide Topical Solution, USP), dan
larutan oral Kalium Iodida, USP (Potassium Iodida Oral Solution, USP). Larutan yang
pertama dibuat dengan mencampur kalisihidroksida dalam jumlah yang tepat dengan air
murni, mengandung hanya 140 mg zat terlarut yang larut per 100 ml. Lrutan pada suhu 25 0
C, sedangkan larutan yang berikutnya mengandung kira-kira 100 g zat terlarut per 100 ml
larutan, lebih dari 700 kali sebanyak zat terlarut yang terdapat dalam larutan topikal kalsium
hidroksida (Ansel, 1989).
Larutan Jenuh adalah suatu larutan di mana zat terlarut berada dalam kesetimbangan
dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Suatu larutan lewat jenuh adalah
suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang
seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut. Keadaan
lewat jenuh mungkin terjadi apabila inti kecil zat terlarut yang dibutuhkan untuk
pembentukan kristal permulaan adalah lebih mudah larut daripada kristal besar sehingga
menyebabkan sulitnya inti terbentuk (Martin, 1990).

Dalam istilah fisika kimia, larutan dipersiapkan dari campuran yang mana saja dari
tiga keadaaan zat yaitu padat, cair, dan gas. Dalam istilah farmasi, larutan yang didefinisikan
sebagai sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air yang karena bahannya, cara peracikan atau penggunaannya dalam
golongan produk lainnya. Sesungguhnya banyak produk farmasi melarut prinsip kimia fisika
merupakan campuran homogen dari zat terlarut yang dilarutkan dalam pelarut, menurut
prinsip farmasi digolongkan ke dalam jenis produk lain (Ansel, 1989).
Metode sederhana untuk menentukan kelarutan sebagian besar senyawa atau bahan
campuran adalah mengocok dengan lama zat bubuk halus dengan zat terlarut pada
temperatur yang diperlukan hingga tercapai keseimbangan. Larutan itu kemudian disaring
dan untuk menentukan bahan yang melarutkan dengan metode yang cocok seperti metode
fisika dan kimia atau dengan menggunakan sifat fisika, larutan sebagai indeks bias.
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh poaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol
momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan zat polar lainnya. Sesuai dengan
itu, air bercampur dengan alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan
senyawa polihidroksi yang lain (Martin, 2008).
Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar.
Pelarut nonpolar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat
dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat
memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut aprotik,


dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen dengan nonelektrolit. Oleh karena itu zat
terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar
(Martin, 2008).
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat menginduksi suatu derajat
polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam
alkohol, contohnya benzena yang mudah dapat dipolarisasikan. Kenyataanya, senyawa
semipolar dapat bertindak sebagai pelarut perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya
cairan polar dan nonpolar. Sesuai dengan itu, aseton menaikkan kelarutan eter di dalam air
(Martin, 2008).
B. Monografi Bahan
1. Asam benzoat (Ditjen POM, FI III : 49)
-

O

O

benzoat


Nama resmi

: Acidum benzoicum

Nama lain

: Asam benzoate

RM/BM

: C7H6O2 / 122

Pemerian

: Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau.

Kelarutan

: Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam lebih kurang 3
bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan

bagian eter.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Khasiat
Kegunaan

: Antiseptikum ekstern, antijamur
: Sebagai sampel

2. Asam borat (Ditjen POM, FI III : 49)
OH
HO

B
OH

borat


Nama resmi

: Acidum boricum

Nama lain

: Asam borat

RM / BM

: H3BO3 / 61,83

dalam 3

Pemerian

: Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap, tidak berwarna,
kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis.


Kelarutan

: Larut dalam 20 bagian air , dalam 3 bagian air mendidih , dalam 16
bagian etanol (95 %) P dan dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Khasiat

: Antiseptikum ekstern

Kegunaan

: Sebagai sampel

3. Air suling (Ditjen POM, FI III : 96)
O
H

H

water
Nama resmi
Nama lain
RM / BM
Pemerian
Penyimpanan
Kegunaan

: Aqua destilata
: Air suling
: H2O / 18,02
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
: Dalam wadah tertutup rapat
: Sebagai pelarut

C. Prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan dari zat padat yaitu asam borat dan asam benzoat pada suhu kamar,
suhu 45o C dan 60o C dengan cara melarutkan, menyaring, mengeringkan dan menimbang
residu zat yang tidak larut.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015 di
Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH Tasikmlaya.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Baskom, Gelas ukur 100 ml dan
50 ml, Batang pengaduk, Oven, Botol semprot, Pipet tetes, Cawan porselin, Corong
kaca, Termometer, Erlenmeyer, Timbangan analitik dan Gelas kimia 100 ml
b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam benzoat, Asam borat,
Aquadest, Kertas saring, Kertas timbang, Lap kasar, Tissue
C. Prosedur Kerja
 Kelarutan Asam Benzoat

Timbang Asam Benzoat sebanyak
0,5 g sebanyak 3 kali

Siapkan Alat dan
Bahan
Suhu kamar

Suhu 600C

Suhu 450C

Asam benzoat
150 ml air

Asam
benzoat

Asam
benzoat
Aduk selama
30 detik

150 ml air

150 ml air

Aduk selama
5 menit

Aduk selama
5 menit

Keringkan dalam oven
pada suhu 100oC selama
30 menit



Setelah kering,
timbang residunya

HITUNG
KELARUTANNYA !
!!

Kelarutan Asam Borat

Siapkan Alat dan
Bahan

Timbang Asam Borat sebanyak 2 g
sebanyak 3 kali

Suhu kamar

Suhu 600C

Suhu 450C
Asam borat

25 ml air

Asam borat

Aduk selama
30 detik
25 ml air

Keringkan dalam oven
pada suhu 100oC selama
30 menit

Asam borat

Aduk selama25 ml air
5 menit

HITUNG
KELARUTANNYA !
!!

Setelah kering,
timbang
BAB IIIresidunya

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
N
o

Sampel

Suhu

1.

Asam Benzoat

Suhu kamar

2.

Asam Benzoat

45oC

3.

Asam Benzoat

60oC

Aduk selama
5 menit

Berat Sampel (g)

Berat Residu (g)

0,5 gram
0,5 gram
0,5 gram
0,5 gram
0,5 gram
0,5 gram
0,5 gram

0,21 gram
0,22 gram
0,28 gram
0,07 gram
0,11 gram
0,08 gram
0,05 gram

0,5 gram
0,5 gram

0,06 gram
0,10 gram

N
o

Sampel

Suhu

1.

Asam Borat

Suhu kamar

2.

Asam Borat

45oC

3.

Asam Borat

60oC

Berat Sampel (g)

Berat Residu (g)

2 gram
2 gram
2 gram
2 gram
2 gram
2 gram
2 gram

0,02 gram
0,03 gram
0,05 gram
0,00 gram
0,01 gram
0,00 gram
0,00 gram

2 gram
2 gram

0,00 gram
0,00 gram

Perhitungan :
a. Gram zat terlarut
X = Berat sampel – berat residu
a) Asam Benzoat
 Suhu kamar : X1 = 0,5 gram - 0,21 gram = 0,29 g = 290 mg
X2 = 0,5 gram - 0,22 gram = 0,28 g = 280 mg
X3 = 0,5 gram - 0,28 gram = 0,22 g = 220 mg
 Suhu 45oC : X1 = 0,5 gram - 0,07 gram = 0,43 g = 430 mg
X2 = 0,5 gram - 0,11 gram = 0,39 g = 390 mg
X3 = 0,5 gram - 0,08 gram = 0,42 g = 420 mg


Suhu 60oC :

X1 = 0,5 gram - 0,05 gram = 0,45 g = 450 mg
X2 = 0,5 gram - 0,06 gram = 0,44 g = 440 mg
X3 = 0,5 gram - 0,10 gram = 0,40 g = 400 mg

b) Asam Borat
 Suhu kamar : X1 = 2 gram - 0,02 gram = 1,98 g = 1980 mg
X2 = 2 gram - 0,03 gram = 1,97 g = 1970 mg
X3 = 2 gram - 0,05 gram = 1,95 g = 1950 mg


Suhu 45oC : X1 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg
X2 = 2 gram - 0,01 gram = 1,99 g = 1990 mg
X3 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg



Suhu 60oC :

X1 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg
X2 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg
X3 = 2 gram - 0,00 gram = 2,00 g = 2000 mg

b. Kelarutan
X=


jumlah zat terlarut
jumlah pelarut
Asam Benzoat


Suhu kamar : X1

=

290
150

= 1,93 mg/ml

X2

=

280
150

= 1,86 mg/ml

X3

=

220
150

= 1,467 mg/ml

Rata-rata (X) = 1,75 mg/ml


Suhu 45oC :

X1

=

430
150

= 2,86 mg/ml

X2

=

390
150

= 2,6 mg/ml

X3

=

4200
150

= 2,8 mg/ml

Rata-rata (X) = 2,75 mg/ml



Suhu 60oC :

X1

=

450
150

= 3 mg/ml

X2

=

440
150

= 2,93 mg/ml

X3

=

4000
150

= 2,66 mg/ml

Rata-rata (X)= 2,863 mg/ml


Asam Borat


Suhu kamar : X1

=

1980
25

= 79,2 mg/ml

X2

=

1970
25

= 78,8 mg/ml

X3

=

1950
25

= 78 mg/ml

Rata-rata X = 78,6 mg/ml


Suhu 45oC :

X1

=

2000
25

= 80 mg/ml

X2

=

1990
25

= 79,6 mg/ml

X3

=

2000
25

= 80 mg/ml

Rata-rata (X) = 79,86 mg/ml


Suhu 60oC :

X1

=

2000
25

= 80 mg/ml

X2

=

2000
25

= 80 mg/ml

X3

=

2000
25

= 80 mg/ml

Rata-rata (X) = 80 mg/ml
c. Kurva
- Kelarutan Asam Benzoat

Kelarutan Asam Benzoat
3.5
3
Kelarutan

2.5

f(x) = 0.04x + 0.89
R² = 0.85

2

suhu
Linear (suhu)

1.5
1
0.5
0
25

30

35

40

45

50

55

60

65

suhu

-

Kelarutan Asam Borat

Kelarutan Asam Borat
80.5

Kelarutan

80
79.5

f(x) = 0.04x + 77.52
R² = 0.85
kelarutan
Linear (kelarutan )

79
78.5
78
77.5
25

30

35

40

45

50

55

60

65

Suhu

B. Pembahasan
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan
sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler
homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat
adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut,
bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.
Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran

partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan
mengurangi kelarutan zat.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan antara lain oleh temperatur, luas permukaan, jenis pelarut, serta bentuk dan ukuran
partikel. Pada percobaan ini akan ditentukan kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam
pelarut air pada suhu kamar, 45ºC dan 60ºC. Asam borat ditimbang 2 gram yang dilarutkan
dalam 25 ml akuades dan asam benzoat ditimbang 0,5 gram yang kemudian dilarutkan
dalam 50 ml air. Pada suhu 45ºC, aquades terlebih dahulu dipanaskan sampai mencapai suhu
45ºC yang diukur menggunakan termometer, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya
sambil diaduk selama 5 menit. Sama seperti perlakuan pada suhu 45ºC, pada suhu 60ºC
aquades terlebih dahulu dipanaskan sampai mencapai suhu 45ºC yang diukur menggunakan
termometer, kemudian sampel dimasukkan ke dalamnya sambil diaduk selama 5 menit.
Gelas yang berisi larutan asam tersebut baik pada suhu kamar, suhu 45ºC dan suhu 60ºC,
sampel disaring dengan corong dan kertas saring. Kertas saring tersebut dilipat dan
diletakkan dia atas cawan uap, lalu dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu
100ºC. Dikeringkan pada suhu ini dikarenakan air menguap pada suhu 100ºC. Kemudian
larutan didinginkan selama 3 menit lalu ditimbang residu yang terdapat pada kertas saring
dan residu tersebut dianggap sebagai residu zat yang tidak larut. Tujuan dari pengadukan
yaitu untuk mempercepat difusi antar partikel sehingga mempercepat kelarutan.
Dalam percobaan ini alasan zat dilarutkan yaitu untuk melihat tingkat kelarutan asam
borat dan asam benzoat dalam pelarut air. Kertas saring sebelumnya dipanaskan dalam oven
pada suhu 100ºC dengan tujuan agar kandungan air yang terdapat di dalam kertas saring
hilang sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir pengamatan. Diperoleh berat kertas saring
yang konstan. Setelah itu pada proses penyaringan bertujuan untuk menyaring zat yang tidak
terlarut dalam pelarut yang digunakan. Sedangkan pengeringan dilakukan untuk mengubah
endapan menjadi bentuk yang susunannya tetap sebelum ditimbang dan menghilangkan
kandungan air dalam endapan di kertas saring sehingga diperoleh zat yang lebih murni
bukan berat dari pelarut yang melekat pada kertas saring.
Berdasarkan kelarutannya asam borat merupakan senyawa yang larut dalam 20
bagian air sedangkan asam benzoat larut dalam 350 bagian air. Sehingga dapat diketahui
bahwa asam borat lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam benzoat. Hal
inilah yang mendasari bahwa pada percobaan ini meskipun asam borat yang digunakan 2
gram dengan pelarut 25 mL mudah larut dalam jika dibandingkan dengan asam benzoat 0,5
gram dengan pelarut yang lebih banyak dari asam borat yaitu 150 mL. Kelarutan asam borat
dalam air mendidih 3 bagian. Hal ini menunjukkan peningkatan suhu menyebabkan
peningkatan kelarutan asam borat.

Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka diperoleh data untuk kelarutan asam
benzoat pada suhu kamar adalah 1,75 mg/mL, pada suhu 45ºC adalah 2,75 mg/mL dan pada
suhu 60ºC 2,863 mg/mL. Sedangkan kelarutan asam borat pada suhu kamar adalah 78,6
mg/mL, pada suhu 45ºC adalah 79,86 mg/mL dan pada suhu 60ºC adalah 80 mg/mL.
Berdasarkan hasil percobaan untuk asam borat sesuai dengan literatur yang ada, di
mana asam borat lebih mudah larut dalam pelarut air dibandingkan asam benzoat dan
semakin tinggi suhu semakin tinggi kelarutan asam borat dan asam benzoat. Secara umum
zat yang dipanaskan akan mempercepat reaksi karena adanya perenggangan ikatan senyawasenyawa tersebut sehingga mudah bereaksi dengan senyawa lain.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pelarutnya maka
semakin tinggi pula kelarutan asam borat dan asam benzoate dalam pelarut air. Hal ini
sesuai dengan teori yaitu semakin tinggi temperature maka kelarutan suatu zat semakin
besar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleah maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelarutan dari sampel:
- Asam Benzoat
Pada suhu kamar
= 1,75 mg/ml
Pada suhu 45C
= 2,75 mg/ml
Pada suhu 60C
= 2,863 mg/ml
- Asam Borat
Pada suhu kamar
= 78,6 mg/ml
Pada suhu 45C
= 79,86 mg/ml
Pada suhu 60C
= 80 mg/ml
2.
Asam borat lebih besar kelarutannya
daripada asam benzoat.
3.

Semakin tinggi temperatur maka semakin
tinggi kelarutan suatu zat.

B. Saran
Sebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan pelarut lain agar dapat dibandingkan
kelarutannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas
Indonesia.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.
Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.
R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press
Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Underwood, A,L. 1993 . Analisa kimia Kuantitatif . Surabaya : Erlangga.

LAMPIRAN

(Pemanasan Larutan)

(Kertas saring yang berisi residu)

(Pengadukan Larutan)

(Kertas saring yang berisi residu)

(Kertas saring yang yang telah di oven)

(Kertas saring yang yang telah di oven)