LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR ACARA V (1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR
ACARA VI
URIN KUALITATIF

Disusun oleh :
Kelompok XXIV
Laksa Ersa Anugratama

PT / 07146

Azizah

PT/ 07201

Alvina Martha Tilova

PT/ 07202

Naporeza Malik Haq

PT / 07280


Asisten : Dani Hardiansyah

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI
DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

ACARA VI
URIN KUALITATIF
Tujuan Praktikum
Praktikum urin kuantitatif bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan
peptida, ureum dalam urin, garam urat (senyawa mereduksi), asam urat
dalam urin, daya mereduksi asam urat, kreatinin dalam urin, garam amonium
dalam urin, khlor dalam urin, kalsium dan fosfat dalam urin, sulfat dalam urin,
gula mereduksi dalam urin abnormal, albumin dalam urin abnormal, pigmen
darah dalam urin abnormal, pigmen empedu dalam urin abnormal, garam
klorat dalam urin abnormal, indikan dalam urin abnormal.

Tinjauan Pustaka
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
seperti urea, garamterlarut, dan materi organik. Fungsi utama urin adalah
untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Ginjal mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrolos molaritas
cairan ekstrasel dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkopensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air
dan garam tersebut. Kebutuhan cairan yang ade kuat penting bagi ginjal.
Ginjal merupakan organ vital karenan mepunyai fungsi multiple yang tidak
dapat digantikan oleh organ lain. Fungsinya antara lain: ekskresi produk sisa
metabolic dan bahan asing, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit,
pengaturan osmolitas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan
tekanan arteri, pengaturan keseimbangan asam basa, sekresi-metabolismesekresi hormone, gluconeogenesis (Guyton and Hall, 2006 dalam Wahyuni et
al.,2009).
Unsur-unsur normal pada urin yaitu urea, amonia, kreatinin dan
kreatin, asam urat, asam-asam amino, allantoin, khlorida, sulfat, fosfat,
oksalat, mineral (Harper et al., 1979). Zat terlarut dalam urin asli terutama

mencakup garam anorganik, glukosa, urea dan sejumlah kecil albumin,
kemudian ketika urin asli pergi melalui tubulus ginjal, zat yang berguna bagi

tubuh manusia, seperti semua glukosa dan albumin, sebagian besar air dan
garam anorganik diserap dan kemudian urin terbentuk (Chenet al., 2016).
Unsur-unsur abnormal dalam urin terdapar protein, glukosa, gula lain seperti
fruktosuria, galaktosuria, pentosuria, benda-benda keton, bilirubin, darah, dan
porifirin (Harper et al., 1979).
Filtrasi terjadi pada glomelurus, rata rata filtrasi pada glomelurus
tergantung pada keseimbangan tekanan hidrostatik dan osmotik. Filtrasi pada
hewan efektif terjadi saat tekanan 30mm Hg dan pada manusia adalah 19.6
mm Hg (Moffat., 1975). Tekanan ini sangat berpengaruh karena tekanan
tersebut mendorong cairan dari darah dalam glomelurus ke dalam lumen
kapsula bowman. Kapiler yang berpori pori dan sel kapsula yang
terspesialisasi bersifat permeabel terhadap air dan zat zat terlarut kecil,
namun tidak terhadap darah dan molekul besar. Maka filtrat dalam kapsula
Bowman mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan
bernitrogen, dan molekul molekul kecil lainnya. Filtrasi molekul kecil tdak
selektif, oleh karena itu campuran tersebut menyerupai konsentrasi zat zat ini
dalam plasma darah. (Campbell et al., 2008).
Kandungan tidak normal dalam urine (misalnya darah, albumin,
glukosa, aseton, mikroba) dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes
mellitus, diabetes insipidus, tubular nefritis. Penyebab abnormal yang

terkandung dalam urine yaitu glukosa, protein, darah, dan pigmen-pigmen.
Protein tidak boleh lebih dari 200 mg/hari. Ekskresi naik berarti terjadi
proteinuria, darah dalam urine berarti hematuria sedangkan glukosa bila
dengan Benedict positif berarti glikosuria (Winarno, 2002).
Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, mengekskresikan
bahan buangan yang mengandung nitrogen dan kelebihan garam serta

mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
darah (Saktiyono,1998).

Materi dan Metode
Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum urin kualitatif antara lain
tabung reaksi, gelas ukur, rak tabung, corong, pengaduk, lampu spritus,
penjepit tabung, pipet tetes, cawan porselin, obyek, dek glas, kertas saring
dan penangas.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum urin kualitatif adalah
Kristal ureum, NaOH 10%, larutan CuSO 4 0,5%, urin sapi abnormal, urin sapi
normal, akuades, kristal Na2CO3 , Indikator phenol red, asam asetat 2%, air,

tepung kedelai, reagen benedict, larutan Na 2CO3 2%, larutan HNO3 pekat,
asam urat padat, NH4OH, larutan Na2CO3, larutan AgNO3, asam pikrat jenuh,
indikator pp, larutan ammonium molibdat, larutan kalium oksalat, larutan HCl
encer, larutan BaCl2 10%, benzidin, larutan H2O2, dan serbuk belerang.
Metode
Senyawa Organik dalam Ureum
Uji Biuret terhadap ureum. Tabung reaksi diisi dengan 2 sendok
Kristal ureum, 1 ml NaOH 10% dan 1 ml CuSO 4 0,5%, kemudian dicatat
perubahan warna yang terjadi.
Uji enzimatik terhadap ureum. Tabung reaksi 1 diisi dengan 2 ml urin
dan Tabung 2 diisi dengar 2 ml aquades, kemudian kedua tabung tersebut
ditambahkan 3 tetes phenol red, 1 ml larutan Na 2CO3 2%, dan 1 ml asam
asetat 2%. Larutan dipanaskan 60 derajat celcius menggunakan waterbath
selama 5 menit, kemudian ditambahkan tepung kedelai pada kedua tabung
dan digojok. Perbedaan warna yang timbul pada kedua tabung diamati.
Uji Benedict terhadap garam urat. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml
urin, 3-5 tetes reagen benedict, dan 1 sendok kristal Na 2CO3, kemudian
dicatat warna yang timbul.
Uji murexida. Cawan porselen diisi dengan 3 tetes HNO3 pekat dan
sedikit asam urat padat, lalu dipanaskan dengan bunsen sampai menjadi


kering. Setelah kering, ditambahkan 3 tetes NH 4OH dan dicatat warna yang
terjadi.
Uji daya mereduksi asam urat. Asam urat dilarutkan dengan 1 ml
larutan Na2CO3 (L.1). Kertas saring dibasahi dengan larutan AgNO 3, lalu L.1
diteteskan ke atas kertas saring dan dicatat warna yang timbul pada bekas
tetesan di kertas saring.
Uji Pikrat. Tabung reaksi diisi 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml
NaOH 10%, kemudian isi tabung dibagi menjadi dua. Tabung 1 diisi dengan 3
ml air, sedangkan tabung 2 diisi dengan 3 ml urin. Kedua tabung dicatat dan
dibandingkan warna yang timbul.
Uji terhadap Garam Ammonium. Tabung reaksi diisi dengan 2 ml
urin, 5 tetes indikator fenolftalein, dan sedikit larutan Na2CO3 2% sampai
berwarna merah, lalu dipanaskan. Uap dari larutan yang telah dipanaskan
Ditampung disepotong kaca yang telah dibasahi fenoftaleina.
Zat-zat anorganik dalam urin.
Uji khlorida. Tabung reaksi diisi dengan 1 ml urin, 3-5 tetes HNO 3 dan
1 ml AgNO3. Larutan dicatat warna yang timbul (L.2). (L.2) ditambahkan
larutan NH4OH berlebihan, kemudian dicatat perubahan yang terjadi.
Uji fosfat dan kalsium. Tabung reaksi diisi dengan 10 ml urin dan 3-5

tetes larutan NH4OH, kemudian didihkan. Larutan didinginkan, maka terdapat
endapan, kemudian disaring. Endapan tersebut dicuci dengan air, lalu
ditambahkan 1 ml asam asetat 2%, dipanaskan dan dibagi ke dalam 2
tabung. Tabung 1 diberi 1 tetes HNO 3 pekat dan 3 tetes larutan ammonium
molibdat lalu dipanaskan. Tabung 2 diberi 3 tetes kalium oksalat. Kedua
tabung tersebut dicatat endapan dan warna yang timbul.
Uji sulfat. Urin 1 ml ditambah dengan 5 tetes HCl encer dan 1 ml
BaCl2 10 %. Amati perubahan yang terjadi.

Keadaan Abnormal dalam Urine.
Uji Benedict terhadap urin abnormal. Tabung reaksi 1 diisi dengan
urin abnormal sebanyak 0,5 ml dan 3 ml reagen benedict. Lalu, dipanaskan,
didinginkan, dan diamati perubahan yang terjadi. Tabung reaksi 2 diisi
dengan urin normal sebanyak 0,5 ml dan 3 ml reagen benedict. Lalu,
dipanaskan, didinginkan, dan dibandingkan perubahan yang terjadi pada
kedua tabung.
Uji Heller. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1 ml urin abnormal dan 1 ml
HNO3 pekat yang dialirkan melalui dinding tabung. Tabung reaksi 2 diisi
dengan 1 ml urin normal dan 1 ml HNO 3 pekat yang dialirkan melalui dinding
tabung. Terdapat 2 lapisan, diamati dan dicatat perbedaan kedua tabung.

Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Benzidin sebanyak 1 ml
dicampur dengan 1 ml H 2O2, lalu larutan tersebut dibagi menjadi 2 tabung.
Tabung 1 ditambah dengan 1 ml urin abnormal, kemudian dicatat warna yang
timbul. Tabung 2 ditambah dengan 1 ml urin normal, kemudian dicatat warna
yang timbul. Setelah itu, diamati dan dibandingkan warna yang timbul.
Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Tabung reaksi 1 diisi dengan 1
ml urin abnormal dan ditambah 3 ml HNO 3 pekat. Tabung reaksi 2 diisi
dengan 1 ml urin normal dan ditambah 3 ml HNO 3 pekat. Kedua larutan
tersebut diamati perubahan warnanya dan dicatat perbedaan yang terjadi
pada kedua tabung tersebut.
Uji Hay terhadap garam kholat. Tabung 1 diisi dengan 1 ml urin
abnormal, lalu ditaburkan serbuk belerang di atas permukaannya (jangan
digojok). Tabung 2 diisi dengan 1 ml urin normal, lalu ditaburkan serbuk
belerang di atas permukaannya (jangan digojok). Tabung 3 diisi dengan 1 ml
air, lalu ditaburkan serbuk belerang di atas permukaannya dan diamati
perubahan yang terjadi diantara ketiga tabung tersebut.
Uji Obermeyer terhadap indikan. Tabung reaksi 1 diisi dengan 4 ml
urin abnormal, 5 ml pereaksi Obermeyer, dan 2 ml khloroform. Larutan

tersebut digojok, kemudian dibiarkan dan diamati warna yang terjadi. Tabung

reaksi 2 diisi dengan 4 ml urin normal, 5 ml pereaksi Obermeyer, dan 2 ml
khloroform. Larutan tersebut digojok, kemudian dibiarkan dan diamati warna
yang terjadi.

Hasil dan Pembahasan
Senyawa Organik dalam Urin

Uji Biuret terhadap ureum. Tujuan uji Biuret terhadap ureum untuk
mengetahui adanya ikatan pepida. Berdasarkan uji yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa 2 sendok kristal ureum ditambahkan 1ml NaOH 10%
dengan 1ml CuSO4 menghasilkan larutan yang berwarna ungu. Warna ungu
terbentuk karena adanya ikatan CuN antara ion Cu 2+ dari CuSO4 dengan N
dari ureum. Warna ungu menandakan positif adanya ikatan peptida pada
ureum. Fungsi penambahan larutan CuSO 4 sebagai indikator adanya ikatan
peptida pada ureum ditandai dengan warna ungu dan NaOH berfungsi untuk
melepas ikatan N pada ureum.
Tabel 1. Hasil uji biuret terhadap ureum
Tabung

Perlakuan

Hasil
+ 2 sendok Kristal
Larutan berubah warna
ureum
1
menjadi warna biru
+ 1 ml NaOH 10%
keunguan
+ 1 ml CuSO4 0,5%
Berdasarkan data di atas, larutan berubah warna menjadi berwarna
biru keunguan. Hal tersebut sesuai dengan Sumarlin et al. (2007) yang
menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen
empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat, sulfat.
Uji Enzimatik terhadap Ureum. Tujuan uji enzimatik terhadap ureum
untuk mengetahui adanya ureum dalam urin. Prinsip kerja uji enzimatik
terhadap ureum adalah indikator phenol red akan berwarna merah dalam
kondisi basa dan suhu 60oC adalah optimum enzim urease bekerja. Urea
akan dihidrolisis oleh enzim urease menjadi NH 3 dan CO2. Hasil percobaan
pada tabung 1 yang berisi urin menunjukkan terjadinya warna merah saat
penambahan phenol red dan Na2CO3 2%. Phenol red berfungsi sebagai

indikator warna yang akan memunculkan warna merah. Setelah larutan
ditambahkan asam asetat 2%, warna larutan tersebut berubah menjadi
kuning bening. Penambahan tepung kedelai yang berperan sebagai enzim
urease menyebabkan warna larutan berubah menjadi kuning kecoklatan dan

terdapat endapan.
Tabel 2. Hasil uji enzimatik terhadap ureum
Tabung

Perlakuan
+ 3 tetes phenol red
+ 1 ml Na2CO3 2%
+ 1 ml asam asetat 2%
Dipanaskan 60 derajat
+ tepung kedelai

1

Hasil
Larutan berubah warna
menjadi warna merah
muda keunguan

Larutan berubah warna
menjadi berwrna merah
muda (pink) kekuningan
Berdasarkan data di atas, larutan berubah warna menjadi berwarna
2

merah mudah (pink) keunguan dan endapan pada tabung 1 menunjukkan
bahwa di dalam urin terdapat urea. Hal ini dikarenakan tepung kedelai yang
mengandung enzim urease bereaksi dengan urea yang terdapat pada urin.
Sehingga terjadi reaksi enzimatik, yaitu hidrolisis urea dalam urin oleh urease
yang terdapat pada tepung kedelai. Joshi dan Sarawat (2002) menyatakan
bahwa warna yang terbentuk karena adanya amonia hasil reaksi urea
dengan enzim urease.
Urease
Urea

NH3
H2O

Gambar 1. Reaksi urea dengan enzim urease
Joshi dan Sarawat (2002)
Tabung 2 yang berisi air, warna larutan berubah menjadi warna merah
muda ketika ditambahkan phenol merah dan Na 2CO3 2%, setelah
ditambahkan asam asetat 2%, warna larutan berubah menjadi merah muda
kekuning bening. Fungsi urin dalam uji enzimatik terhadap ureum dalah
sebagai sampel yang diuji. Pemanasan dan penambahan tepung kedelai
pada larutan tidak menyebabkan perubahan warna, larutan tetap berwarna
merah muda kekuningan. Hal tersebut terjadi karena di dalam air tidak
terkandung urea sehingga tidak ada reaksi enzimatik antara urease pada

tepung kedelai dengan air.
Uji Benedict terhadap garam urat. Tujuan uji Benedict terhadap
garam urat untuk mengetahui adanya garam urat (senyawa mereduksi)
dalam urin. Prinsip kerja uji benedict terhadap garam urat adalah endapan
merah bata terbentuk karena senyawa CuO pada reagen benedict direduksi
oleh garam urat dalam urin menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Tabel 3. Hasil uji benedict terhadap garam urat
Tabung

Perlakuan
Hasil
+ 1 sendok Kristal
Na2CO3
Larutan berubah warna
+ 3-5 tetes reagen
menjadi warna biru dan
1
benedict
terdapat endapan
dipanaskan selama 10
merah bata
menit
Berdasarkan uji yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 2ml urin
normal yang ditambahkan dengan 3-5 tetes reagen Benedict, 1sendok kristal
Na2CO3

kemudian

dipanaskan

dengan

Bunsen

selama

10

menit

menghasilkan larutan yang berwarna biru. Warna biru yang dihasilkan
menandakan tidak ada garam urat pada urin normal. Pemanasan dilakukan
untuk menghidolisis larutan sehingga terdapat gugus reduksi bebas. Fungsi
penambahan Na2CO3 berperan sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil
bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif. Sunarya dan Setabudi (2004)

menjelaskan
pembentuk

bahwa
endapan

fungsi
merah

penambahan
bata

reagen

(Cu2O),karena

Benedict

sebagai

reagen

benedict

mengandung Cu2+ yang dapat direduksi oleh gugus reduksi menjadi Cu +.
Gout (2007) menjelaskan bahwa kelarutan garam urat dan asam urat yang
amat penting dalam pembentukan kristal. Garam urat lebih mudah larut di
plama, cairan sendi dan urin.
Uji Murexida. Tujuan uji Murexida untuk mengetahui adanya asam urat
dalam urin. Prinsip kerja uji murexida adalah asam urat direduksi oleh HNO 3
menjadi dialurat dan alloxan, kemudian senyawa tersebut oleh NH 4OH akan

direduksi menjadi amonium purpurat (murexida) yang berwarna ungu.
Tabel 4. Hasil uji murexida
Cawan porselen

Perlakuan
Hasil
+ 3 tetes HNO3 pekat
+ asam urat padat
Larutan berubah warna
1
Dipanaskan hingga
menjadi warna ungu
kering
+ NH4OH
Berdasarkan uji murexida yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 3

tetes HNO3 pekat yang ditambahkan dengan asam urat padat kemudian
dipanaskan dengan Bunsen sampai kering berwarna merah dengan
penambahan 3 tetes NH4OH warna berubah menjadi ungu kemudian cawan
porselen II 3 tetes HNO3 pekat ditambahkan 3 tetes urin lalu dipanaskan
dengan Bunsen sampai kering kemudian ditambahkan 3 tetes NH 4OH. Uji
yang dilakukan menunjukkan hasil positif, ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi ungu.Joshi dan Saraswati (2002) menyatakan bahwa dialurat
dan alloxan akan berkondensasi membentuk alloxantin dan bereaksi dengan
ammoniumhidroksida yang akan membentuk asam purpurat. Alur yang terjadi
dapat dilihat pada gambar 2.
Condensation+NH4OH
Urin acid + O  Dialuric acid + Alloxan  Allxantin
Purpuric acid  Amonium purpurate or Murexide
Gambar 2. Alur asam urat menjadi murexida
Uji Daya Mereduksi Asam Urat.Tujuan dari uji ini untuk mengetahui
daya mereduksi asam urat. Prinsip kerja uji daya mereduksi asam urat
adalah noda hitam menunjukkan bahwa Ag + dari AgNO3 telah direduksi oleh
asam urat menjadi Ag, asam urat sangat sukar larut dalam air tetapi larut
membentuk garam-garam yang larut dalam alkali, sehingga pada urin apabila
dibiarkan asam urat akan mengendap. Fungsi penambahan Na 2CO3 untuk
membentuk endapan berwarna putih dan mempertahankan pH. Fungsi

penambahan AgNO3 pada kertas saring untuk mengetahui daya reduksi
larutan tersebut, agar mengetahui kandungan asam urat pada larutan
tersebut.
Tabel 5. Hasil uji daya mereduksi asam urat
Tabung

Perlakuan
Hasil
Larutkan asam urat
dalam 1 ml larutan
Kertas saring terdapat
1
Na2CO3 2%
noda hitam
Kertas saring dibasahi
larutan AgNO3
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, dihasilkan noda-noda
hitam pada kertas. Noda noda hitam tersebut merupakan hasil reduksi asam
urat. Tabung reaksi diisi asam urat dan dilarutkan pada larutan Na 2CO3 2%.
Kertas saring yang telah di basahi dengan

larutan AgNO 3. Larutan pada

tabung reaksi menimbulkan noda-noda hitam pada kertas saring, hal ini di
sebabkan karena Ag+ dari AgNO3 direduksi oleh asam urat menjadi Ag.
Pemberian asam AgNO3 di gunakan untuk membantu asam urat mengendap.
Sedangkan urin tidak terdapat asam urat.

Asam urat sangat sukar larut

dalam air tetapi membentuk garam-garam yang larut dalam alkali. Sehingga
pada urin asam apabila di biarkan akan mengendap.Kertas saring terbentuk
endapan berwarna hitam berbentuk noda – noda.Sumarlin et al. (2007)
menjelaskan bahwa urin mengandung asam urat fosfat anorganik, animo N,
sufat, amonia N danhormon.
Uji Pikrat. Uji pikrat bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin
dalam urin. prinsip kerja dari uji pikrat adalah asam pikrat yang berwarna
kuning jika bereaksi dengan kreatin yang terdapat pada urin dalam suasana
basa (NaOH) akan membentuk kompleks kreatinin-pikrat yang berwarna
jingga. Fungsi penambahan NaOH agar asam pikrat dan NaOH bereaksi
membentuk larutan berwarna kuning tua. Fungsi penambahan akuades untuk
mengetahui adanya kandungan kreatinin pada akuades. Fungsi penambahan

urin untuk mengetahui adanya kandungan kreatinin pada urin. kreatinin
merupakan unsur pokok yang terdapat pada urin, memilki jumlah yang
banyak, dan relatif bebas pada protein. Tetapi, dapat berkurang banyak pada
kondisi patologi.
Tabel 6. Hasil uji pikrat
Tabung
1

Perilaku
+ 1 ml asam pikrat jenuh
+ 0,5 ml NaOH 10%
+ 3 ml air

Hasil
Larutan berubah warna
menjadi berwarna
kuning

Larutan berubah warna
+
1
ml
asam
pikrat
jenuh
2
menjadi berwarna
+ 0,5 ml NaOH 10%
jingga
+ 3 ml urin
Berdasarkan hasil praktikum yang sudah dilakukan, asam pikrat jenuh
yang ditambahkan dengan NaOH akan terbentuk warna kuning tua pada
larutan tersebut. Tahap selanjutnya, larutan tersebut dibagi menjadi 2 bagian
tabung. Tabung pertama yang diberi tambahan akuades (air) menghasilkan
warna kuning, karena dalam akuades tidak terdapat kreatinin. Tabung kedua
yang diberi tambahan urin menghasilkan warna jingga, karena asam pikrat
bereaksi dengan kreatinin dalam suasana basa, sehingga terbentuk komplek
kreatinin-pikrat. Davey (2006) menyatakan bahwa kreatinin merupakan suatu
molekul inert yang difiltrasi secara pasif oleh ginjal. Kreatinin dapat larut
dalam air dan alkohol. Asam pikrat yang dicampur pada alkalin akan
membentuk warna merah, sedangkan larutan yang berisi urin dan
ditambahkan dengan alkali dan sodium nitroprusside akan bereaksi dan
membentuk warna merah kekuning-kuningan.
Uji terhadap Garam Amonium. Praktikum uji garam ammonium
bertujuan untuk mengetahui adanya garam ammonum dalam urin. Uji garam
amoonium mempunyai prinsip kerja garam ammonium setelah dipanaskan
dapat melepaskan NH3 dan ditangkap oleh indikator phenol ptalin (pada

kaca) sehingga membentuk warna merah. Praktikum uji garam amonium
ditambahkan indikator phenol ptalin sebagai indikator jika dalam keadaan
basa akan membentuk warna merah, kemudian penambahan Na 2CO3 2%
berfungsi untuk membuat suasana basa dalam urin.
Tabel 7. Hasil uji terhadap garam ammonium
Tabung

Perlakuan

1

+ sedikit Na2CO3
+ indikator pp
Dipanaskan
Kaca dibasahi indikator
pp

Hasil
Larutan berwarna
merah muda (pink)
Kaca berwarna merah

Uapnya merupakan
amoniak
Berdasarkan data di atas, praktikum ini menunjukkan bahwa
terbentuk warna merah dalam kaca, hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat garam ammonium. Sumarlin et al. (2007) menjelaskan bahwa
ammonium dalam urin dengan zeolit dikarakterisasi dalam bentuk garam
ammonium (NH4+).
Zat-zat Anorganik dalam Urin
Uji Khlorida. Uji khlorida bertujuan untuk mengetahui adanya khlor
dalam urin. Prinsip kerja uji khlorida adalah NaCl yang ditambahkan dengan
HNO3 dan AgNO3 akan membentuk endapan putih yang menandakan adanya
AgCl pada larutan tersebut. AgCl merupakan hasil reaksi pada urin dengan
AgNO3, lalu NH4OH yang ditambahkan menyebabkan endapan AgCl akan
larut.Fungsi penambahan HNO3 untuk mengubah warna larutan menjadi
putih. Fungsi penambahan AgNO 3 0,171 N untuk Ag dari AgNO 3 dapat
bereaksi dan membentuk endapan AgCl. Fungsi penambahan NH 4OH secara
berlebihan untuk melarutkan endapan AgCl.
Tabel 8. Hasil uji khlorida
Tabung

Perlakuan

Hasil

1

+ 3 tetes HNO3
1 ml AgNO3
+ NH4OH berlebihan

Terdapat endapan

Endapannya larutan
dan larutan berubah
menjadi warna kuning
Berdasarkan hasil praktikum yang sudah dilakukan, urin yang
ditambahkan dengan HNO3 pekat dan AgNO3 akan menghasilkan larutan
berwarna merah muda kekuningan dan terdapat endapan, karena Cl dari urin
dan Ag dari AgNO3 bereaksi menjadi endapan AgCl. Soedarmo (1988)
menyatakan bahwa, endapan putih tersebut menunjukkan adanya khlorida
pada larutan tersebut. Tahap selanjutnya, larutan ditambahkan dengan
NH4OH secara berlebihan maka endapan yang sudah terbentuk sebelumnya
akan larut, warna menjadi bening, karena penambahan NH 4OH secara
berlebihan mengakibatkan endapan AgCl akan larut.
Uji Fosfat dan Kalsium. Uji fosfat dan kalsium bertujuan untuk
mengetahui adanya kalsium dan fosfat dalam urin. Prinsip kerja uji fosfat dan
kalsium jika larutan bereaksi dengan amonium molibdat akan membentuk
endapan kuning maka urin menunjukkan bahwa mengandung fosfat,
sedangkan jika urin bereaksi dengan kalium oksalat sehingga terbentuk
endapan putih, maka urin tersebut mengandung kalsium. Praktikum uji fosfat
dan kalsium dilakukan penambahan NH 4OH berfungsi untuk mengendapkan
zat-zat anorganik dalam urin kemudian pemanasan endapan dengan
ditambahkan dengan asam asetat berfungsi memecah zat-zat anorganik
menjadi

molekul-molekul,

lalu

dengan

penambahan

HNO 3

dengan

pemanasan berfungsi membentuk (HPO 4)-kemudian akan bereaksi dengan
amonium molibdat membentuk endapan amonium fosfomolibdat.
Tabel 9. Hasil uji fosfat dan kalsium
Tabung

Perlakuan

Hasil

1

+ 1 tetes HNO3 pekat
+ 3 tetes ammonium
molibdat

Larutan berubah warna
menjadi warna kuning

Larutan berubah warna
2
+ 3 tetes kalsium
menjadi berwarna putih
oksalat
pekat
Berdasarkan dari data di atas uji fosfat dan kalsium menghasilkan
terbentuk larutan yang berwarna kuning ketika ditambahkan dengan
amonium molibdat, sedangkan urin yang ditambahkan dengan kalium oksalat
menunjukkan warna bening. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kandungan
fosfat dan klasium negatif hal tersebut dapat diakibatkan karena kandungan
fosfat dan kalsium yang sedikit dalam urin. Sumarlin et al. (2007)
menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen
empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea, kalsium, bikarbonat,
dansulfat.
Uji Sulfat. Uji sulfat bertujuan untuk mengetahui adannya sulfat dalam
urin. Prinsip kerja uji sulfat yaitu endapan berwarna putih yaitu endapan
BaSO4 yang dihasilkan karena penambahan BaCl 2, ion Ba2+ dari BaCl2 akan
bereaksi dengan SO42- dari urin tersebut sehingga terbentuk endapan
BaSO4.

Penambahan

HCl

untuk

memberikan

suasan

asam,

dan

penambahan BaCL2 berperan sebagau pemberi ion Ba2+.
Tabel 10. Hasil uji sulfat
Tabung

Perlakuan

1

+ beberapa tetes HCl
+ 1 ml BaCl2

Hasil
Terdapat endapan
berwarna putih dan
larutan berubah menjadi
keruh

Berdasarkan data diatas, didapatkan endapan berwarna putih dan
larutan berubah menjadi keruh. Wahab (1999) menjelaskan bahwa sulfit
dioksidasi menjadi sulfat oleh sulfit oksidase, dan sulfat diekskresikan melalui
urin. Enzim ini membutuhkan kompleks molybdenumpterin yang disebut

kofaktor molybdenum. Kofaktor ini juga penting bagi fungsi dua enzim lain
pada manusia, xaritin dehydrogenase (yang mengoksidasi xantin dan
hipoxantin menjadi asam urat) dan aldehid oksidase. Kebanyakan penderita
yang pada mulanya diagnosis mempunyai defisiensi sulfit oksidase telah
terbukti mempunyai defisiensi kofaktor molybdenum. Kondisi ini diwariskan
sebagai sifat resesif autosom.
Keabnormalan Urin
Uji Benedict terhadap urin abnormal. Uji Benedict terhadap urin
abnormal bertujuan untuk mengetahui adanya gula mereduksi dalam urin
abnormal. Prinsip kerja uji Benedict adalah adanya endapan dalam urin
abnormal menunujukkan bahwa adanya glukosa yag mampu mereduksi Cu 2+
menjadi Cu+. Penamabahan reagen Benedict berfunsi sebagai indikator
adanya gula mereduksi pada urin abnormal.
Tabel 11. Hasil uji benedict terhadap urin abnormal
Tabung
1

Perilaku
+ urin abnormal
+ 3 ml reagen benedict

Hasil
Terdapat endapan
merah bata

+ urin normal
Tidak terdapat endapan
+ 3 ml reagen benedict
merah bata
Berdasarkan hasil di atas menghasilkan endapan berwarna coklat
2

kemerahan dikarenakan kandungan gugus pereduksi dalam urin abnormal
dapat mereduksi Cu2+ membentuk endapan coklat kemerahan sedangkan
urin normal tidak. (Speicher, 1994) mengatakan bahwa, pemerikasaan fungsi
ginjal dan hati dengan melakukan uji urin dipstick yang terpisah dikamar
prakteknya, satu uji urin dirancang hanya untuk mengukur glukosa dalam urin
dan uji urin yang satunya mampu mendeteksi setiap gula pereduksi.

Uji Heller. Uji Heller bertujuan unutk mengetahui adanya albumin
dalam urin abnormal. Prinsip kerja uji heller adalah cincin putih keruh berasal
dari koagulasi albumin karena penambahan asam nitrat pekat.
Tabel 12. Hasil uji heller
Tabung

Perilaku

1

+ urin abnormal
+ 1 ml HNO3 pekat

Hasil
Di permukaaan atas
larutan terdapat cincin
putih keruh

+ urin normal
Tidak terdapat cincin
+ 1 ml HNO3 pekat
putih keruh
Berdasarkan dari praktikum yang dilakukan terbentuk cincin putih
2

keruh pada permukaan larutan. Cincin tersebut menunjukan bahwa dalam
urin abnormal terdapat albumin, sedangkan urin normal tidak terdapat
albumin Urin abnormal ditambahkan dengan 1 ml HNO 3 pekat melalui dinding
tabung. Secara perlahan terbentuklah cincin puitih keruh. Cincin tersebut
merupakan koagulasi albumin karena penambahan asam nitrat pekat HNO 3.
Albumin akan mengalami denaturasi ketika ditambahkan HNO 3. Marks et al.
(2000) menjelaskan bahwa protein makanan dicerna menjadi asam amino
yang kemudian dioksidasi untuk menghasilkan energi, dan nitrogen diubah
menjadi urea dan produk ekskretorik lain yang mengandung nitrogen.
Uji Benzidin terhadap pigmen darah. Uji benzidin terhadap pigmen
darah bertujuan untuk mengetahui pigmen darah (Hb) dalam urin abnormal.
Prinsip kerjanya H2O2 yang ditambahkan dalam urin yang memiliki pigmen
darah mengalami dekomposisi menjadi 2H 2O dan O2. Oksigen (O2) yang
bebas mengoksidasi benzidin menjadi derivatnya berwarna biru.

Tabel 13. Hasil uji benzidin terhadap pigmen darah
Tabung

Perilaku

Hasil

1

+ urin abnormal
+ 1 ml benzidin
+ 1 ml H2O2

Warna urine abnormal
berwarna ungu keruh
daripada urine normal

+ urin normal
Terdapat endapan dan
+ 1 ml benzidin
larutan tidak berwarna
+ 1 ml H2O2
ungu
Hasil percobaan menunjukkan hasil positif pada tabung 1 dan tabung
2

2. Tabung 1 yang berisi Benzidin dan H 2O2 ditambahkan urin normal, tidak
timbul warna dan tabung 2 yang berisi Benzidin dan H 2O2 ditambahkan urin
abnormal, warna larutan berubah menjadi ungu pekat. Hasil postitif sudah
sesuai dengan teori Marks et al. (2000) yang menjelaskan bahwa hidrogen
peroksida mengalami dekomposisi menjadi air (H 2O) dan oksigen yang
menjadi mampu mengoksidasi benzidin oleh katalase dan glutation
peroksidase.
Uji Gmelin terhadap pigmen empedu. Uji Gmelin terhadap pigmen
empedu bertujuan untuk mengetahui adanya pigmen empedu dalam urin
abnormal. Prinsip kerjanya HNO3 mengkondensasi pigmen empedu dalam
urin sehingga membentuk warna hijau, biru, ungu, merah, dan kuning
kemerahan.
Tabel 14. Hasil uji benzidin terhadap pigmen darah
Tabung
1
2
Hasil

Perilaku
+ 1 ml urin abnormal
+ 3 ml HNO3 pekat

Hasil
Terdapat warna ungu
dan merah muda seperti
cincin
+ 1 ml urin normal
Tidak terdapat warna
+ 3 ml HNO3 pekat
apapun
percobaan menunjukkan hasil positif karena urin yang

ditambahkan HNO3 berubah warna cincin merah. Warna tersebut mnujukan
adanya pigmen-pigmen empedu seperti bilirubin, biliverdin, urobilin, atau
urobilinogen. Penambahan HNO3 bertujuan untuk mengkondensasi pigmen
empedu yang terdapat dalam urin abnormal. Sumarlin et al. (2007)

menjelaskan bahwa urin mengandung komposisi 96% air, natrium, pigmen
empedu, 1,5% garam, kalium, toksin, 2,5% urea(ureum), kalsium, bikarbonat,
sulfat.Hasil positif menurut Marks et al. (2000) menyatakan bahwa senyawa
berkondensasi dengan mengeliminasi air,uji gmelin urin dikondensasi oleh
HNO3 membentuk larutan berwarna hijau, biru, ungu, merah dan kuning
kemerahan.
Uji Hay terhadap garam kholat. Uji Hay bertujuan untuk mengetahui
adanya garam kholat dalam urin abnormal. Prinsip kerja dari uji Hay adalah
pengendapan atau tenggelamnya serbuk belerang dalam urin yang
menunjukkan dalam urin terdapat kholat yang menurunkan tegangan
permukaan serbuk belerang (Yusiati,2016). Uji Hay ini digunakan 3 buah
tabung reaksi. Pada tabung pertama dimasukkan 1 ml urin abnormal dan 1
sendok serbuk belerang, sedangkan pada tabung kedua diisikan 1 ml urin
normal dan 1 sendok serbuk belerang serta tabung ketiga yang diisi dengan
1 ml air dan 1 sendok serbuk belerang.
Tabel 15. Hasil uji hay terhadap garam kholat
Tabung
1

Perlakuan
+ 1 ml urin abnormal
+ serbuk belerang

2

+ 1 ml urin normal
+ serbuk belerang

Hasil
Serbuk belerang turun ke
dasar permukaan larutan
Serbuk belerang tidak turun
ke dasar permukaan larutan

+ 1 ml urin air
Serbuk belerang tidak turun
+ serbuk belerang
ke dasar permukaan larutan
Pada tabung kedua dan tabung ketiga serbuk belerang tidak turun,
3

namun serbuk belerang pada tabung kedua sedikit mengendap daripada
serbuk belerang pada tabung pertama. Tabung pertama serbuk belerang
turun ke permukaan larutan dan terjadi banyak pengendapan.
Uji Obermeyer terhadap indikan. Uji obermeyer bertujuan untuk
mengetahui adanya indikan dalam urin abnormal. Prinsip kerjanya indikan

yang terdapat dalam urin yang berasal dari penguraian triptophan bereaksi
dengan obermeyer menjadikan indikan berubah warna menjadi indigo biru
yang larut dalam khloroform.
Tabel 15. Hasil uji obemeyer terhadap indikan
Tabung

Perilaku

Hasil

1

+ 4 ml urin abnormal
+ 5 ml pereaksi obemeyer
+ 2 ml khloroform

larutan berubah warna
menjadi hijau kebiruan
dan terdapat endapan

Terdapat busa putih
dibagian bawah dan
larutan berubah warna
2
menjadi kuning
Hasil percobaan menunjukkan hasil positif. Hasil positif Rubenstein
+ 4 ml urin normal
+ 5 ml pereaksi obemeyer
+ 2 ml chloroform

(2007) menjelaskan bahwa triptophan terpecah menghasilkan indikan dalam
urin menjadikan larutan berwarna indigo biru.

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
didalam urin terdapat senyawa organik, yaitu protein, urea, asam urat, garam
amonium, dan garam urat, sedangkan senyawa anorganik, yaitu fosfat, sulfat,
kalsium, kalium, dan klorida. Adanya ikatan peptida dalam urine dibuktikan
dengan uji biuret terhadap ureum,adanya kandungan ureum dalam urine
dibuktikan dengan uji enzimatik terhadap ureum, adanya kandungan garam
urat dalam urine dibuktikan dengan uji Benedict, adanya asam urat dalam
urin dibuktikan dengan uji murexida dan untuk mengetahui daya mereduksi
asam urat dibuktikan dengan uji daya mereduksi asam urat.Pengujian
tehadap urine abnormal dapat diketahui bahwa didalam urin abnormal
terdapat pigmen, glukosa, protein, dan darah. Adanya gula mereduksi dalam
urine dibuktikan dengan uji Benedict terhadap urine abnormal, adanya
albumin dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Heller, adanya pigmen
darah (Hb) dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Benzidin, adanya
pigmen empedu dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Gmelin, adanya
garam kholat dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Hay, adanya
indikan dalam urine abnormal dibuktikan dengan uji Obermeyer.

Daftar Pustaka

Campbell, N.A., Reece, J.B.,Urry, L. A., Cain, M. L.,Wasserman, S.A
.,Minorsky, P. V., Jackson, R. B. 2008. Biology. San Francisco:Pearson
Education Inc.
Chen, Yuzhi., Yongqin Yu., Xuejin Li., Huasheng Zhou., Xueming Hong.,
Youfu Geng.2016. Fiber-optic Urine Specific Gravity Sensor Based on
Surface Plasmon Resonance. Sensors and Actuators B: Chemical. 226
: 412-418.
Harper, Harold A., Victor W. Rodwell., Peter A. Mayes.1979. Review of
Phsycological Chemistry. California: Lange Medical Publication.
Joshi dan Sarawat (2002)

Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. Biokimia kedokteran dasar :
sebuah pendekatan klinis (1 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2000
Moffat, D.B. 1975. The Mamalian Kidney. London: Cambridge University
Press.
Murray RK, Granner DK, Mayesh PA, Rodwell VW. Biokimia Harper. Jakarta:
EGC;1995.h.401-11
Saktiyono, Drs. 1998. Biologi. PT Intan Pariwara, Jakarta.
Wahyuni, Dina., A. Kusumaningrum, S. Maryatun, dan D. Handayani. 2009.
Identifikasi Fungsi Ginjal dan Upaya Peningkatan Kesadaran untuk
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Tubuh pada Sopir-Kondektur Bus
Mahasiswa UNSRI. Jurnal Pengabdian Sriwijaya. Universitas Sriwijaya
Winarno. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama