Perbandingan Fungsi Kewenangan Peranan d (1)

Perbandingan Fungsi, Kewenangan, Peranan, dan
Hubungan atau Keterkaitan DPR dan DPD Dalam
Lembaga Legislatif di Indonesia

Nama

: Athaya Thalla

NPM

: 110110130288

Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran
2015

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
DPR dan DPD adalah lembaga legislatif yang tergabung dalam MPR
yang merupakan hasil dari pemilihan umum legislatif. DPR merupakan

lembaga legislatif yang perwakilan rakyatnya di calonkan oleh partai politik.
Sedangkan DPD merupakan perwakilan dari daerah. Berdasarkan hasil
amandemen

UUD

sebagai

dasar

hukum

konstitusional

mengenai

restrukturasi MPR, dengan dihapuskannya komponen utusan daerah dan
utusan golongan, lahirlah Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai partner
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).


PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah eksistensi DPR dan DPD menurut Undang-undang?
2. Apakah fungsi, tugas, dan kewenangan DPR dan DPD?
3. Bagaimanakah pelaksanaan tugas dan wewenang DPR dan DPD?
4. Bagaimanakah hubungan antara DPR dan DPD?

TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi tugas akhir dan untuk
membandingkan perbedaan antara fungsi, kewenangan, peranan, dan hubungan
atau keterkaitan DPR dan DPD dalam lembaga legislatif di Indonesia. Selain
itu, penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk memperluas wawasan
mengenai lembaga negara, khususnya mengenai DPR dan DPD.

PEMBAHASAN
I. Eksistensi DPR dan DPD
A. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga legislatif yang beranggotakan
utusan-utusan partai politik. Anggota DPR dipilih melalui pemilihan umum legislatif dan
keanggotaan anggota DPR tersebut diresmikan oleh keputusan Presiden. Anggota DPR
memiliki masa jabatan selama 5 tahun dan susunan kepengurusannya diatur dalam

undang-undang. Undang-undang RI No.27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, dan DPD
menerangkan bahwa struktur atau alat kelengkapan DPR terdiri atas :


Pimpinan



Badan Musyawarah



Komisi



Badan Legislasi




Badan Anggaran



Badan Akuntabilitas Keuangan Negara



Badan Kehormatan



Badan Kerja Sama Antar-Parlemen



Bandan Urusan Rumah Tangga




Panitia Khusus



Alat Kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna

Dalam DPR terdapat Fraksi yang merupakan wadah berhimpunnya para anggota
dewan dan dibentuk untuk sarana evaluasi kinerja anggotanya dan berikutnya akan
dilaporkan kepada publik. DPR memiliki kekuasaan untuk membentuk Undangundang dan tiap rancangan Undang-undang akan dibahas oleh DPR dengan Presiden
untuk mencapai persetujuan. Dalam pasal 20 A UUD 1945, DPR memiiliki fungsi

anggaran dan pengawasan. Dalam pelaksanaan fungsinya, DPR memiliki beberapa
hak seperti yang tertera dalam UU Nomor 27 Tahun 2009 Pasal 78, yaitu :


Mengajukkan usul RUU



Mengajukkan pertanyaan




Menyampaikan usul dan berpendapat



Memilih dan dipilih



Membela diri



Imunitas



Protokoler




Keuangan dan administratif.

B. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) adalah lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara dan merupakan salah satu lemabaga perwakilan
rakyat yang diciptakan untuk menjebatani kebijakan dan regulasi. Anggota DPD memiliki
4 orang dari tiap provinsi yang terpilih dalam pemilihan umum legislatif. Keanggotaan
DPD juga diresmikan oleh keputusan presiden. Dalam menjalankan tugasnya, anggota
DPD akan berdomisili di daeran pemilihannya dan memiliki kantor di ibukota provinsi
daerah pemilihannya. Anggota DPD memilik masa jabatan selama 5 tahun. DPD juga
memiliki alat kelengkapan seperti DPR yang tertera dalam Undang-undang nomor 27
Tahun 2009. Alat kelengkapan DPD, yaitu :


Pimpinan




Panitia Musyawarah



Panitia Kerja



Panitia Perancang Undang-undang



Panitia Urusan Rumah Tangga



Badan Kehormatan




Alat kelengkapan lain yg diperlukan dibentuk dalam rapat paripurna

Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukkan Rancangan Undang-undang
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Rancangn Undang-undang tersebut merupakan
RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, pembentukan, pengelolaan SDA,
pembentukan dan pemekaran daerah, dan yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. DPD juga berhak untuk membahas RUU dan juga
memberikan pertimbangan dan melakukan pengawasan pelaksanaan UU tersebut.

II. Fungsi, Tugas, dan Wewenang DPR dan DPD
A. DPR
DPR memiliki beberapa fungsi, yaitu :


Fungsi Legislasi
Dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegan kekusasaan
membentuk Undang-undang.




Fungsi Anggaran
Fungsi

anggaran

dilaksanakan

untuk

membahas

serta

memberikan

persetujuan atau tidak persetujuan terhadap RUU mengenai APBN yang
diajukan oleh Presiden.



Fungsi Pengawasan
Fungsi Pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan UU
dan APBN.

Tugas dan Wewenang DPR, yaitu :


Membentuk UU yang dibahas dengan Presiden untuk mencapai tujuan
bersama.



Membahas serta memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pemerintah
Pengganti UU.



Menerima serta membahas usulan RUU yang diajukan oleh DPD.



Mengundang DPD untuk membahas RUU yang diajukan DPR ataupun
Pemerintah.



Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.



Menetapkan APBN dengan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.



Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan DPD.



Memilih anggota BPK dengan memperhatikan pertimbangan DPD.



Mengajukan, menyetujui, mempertimbangkan, dan berpendapat.



Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi dari
masyarakat.



Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam UUD
1945.

B. DPD


Fungsi Legislasi
Tugas dan wewenang :
o Dapat mengajukkan RUU kepada DPR



o Dapat ikut serta dalam pembahasan RUU
Fungsi Pertimbangan
Tugas dan wewenang :
o Memberikan pertimbangan kepada DPR



Fungsi Pengawasan
Tugas dan wewenang :
o Dapat melakukan pengawasan ata pelaksanaan UU dan menyampaikan
hasil

pengawasannya

kepada

DPR

untuk

dijadikan

bahan

pertimbangan yang akan ditindaklanjuti
III. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang DPR dan DPD
A. DPR dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat negara,
pejabat pemerintah, badan hukuk, atau masyarakat untuk memeberikan keterangan
mengenai suatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan bangsa dan negara dan
wajib memenuhi permintaan tersebut. Pelaksanaan tugas dan wewenang DPR dalam
hal pembentukan undang-undang, Usul RUU dapat diajukan oleh anggota DPR,
komisi, gabungan komisi atau Badan legislasi. Usul RUU disampaikan secara tertulis
oleh anggota DPR, pimpinan komisi, atau badan legislasi kepada pimpinan DPR
disertai daftar nama dan tanda tangan pengusul. DPR dalam hal memutuskan RUU
dalam rapat paripurna berupa :
a.

Persetujuan

b.

Persetujuan dengan pengubahan, atau

c.

Penolakan

Pengajuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang dilakukan dalam bentuk
pengajuan RUU tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang
menjadi undang-undang. Pembahasan RUU tentang penetapan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang dilakukan melalui tingkat pembicaraan di DPR.
B. DPD
DPD dapat mengajukan RUU berdasarkan program legislasi nasional. RUU yang
dimaksud harus diikuti dengan penjelasan atau keterangan. Usul RUU tersebut
diputuskan menjadi rancangan yang berasal dari DPD dalam sidang paripurna DPD. DPD
juga memberikan pertimbangan terhadap Rancangan Undang-Undang kepada pimpinan
DPR.

Terhadap rancangan undang-undang tentang APBN, DPD memberikan

pertimbangan kepada DPR dengan jangka waktu paling lambat empat belas hari sebelum

diambil persetujuan bersama antara DPR dan Presiden. Terkait terhadap RUU yang
membahas tentang pajak, pendidikan, dan agama, DPD memberikan pertimbangan
kepada DPR dan paling lambat tiga puluh hari sejak diterimanya surat dari pimpinan
DPR.
DPD juga memiliki tugas dan wewenang dalam hal memberikan pertimbangan
kepada DPR mengenai calon anggota BPK. Pertimbangan tersebut diputuskan dalam
sidang peripurna DPD. Pertimbangan yang sudah diputuskan tersebut diserahkan kepada
pimpinan DPR sebagai pertimbangan DPD paling lambat tiga hari sebelum pelaksanaan
pemilihan anggota BPK. Salah satu tugas DPD adalah mengawasi jalannya undangundang. Dalam hal penyampaian hasil pengawasan tersebut, DPD menyampaikan hasil
pengawasan atas undang-undang kepada DPR sebagai bahan pertimbangan. Hasil
pengawasan tersebut diputuskan dalam sidang paripurna DPD.
IV. Hubungan Antara DPR dan DPD
Sebagai lembaga legislatif yang menyatu dalam MPR, DPR dan DPD berkaitan erat
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Dasar konstitusional bagi pembentukan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai bagian dari MPR melalui amandemen 1945
merupakan bagian dari pergerseran strategi konstitusionalisasi kehidupan bernegara dan
berpemerintahan. Sekaligus merupakan salah satu dimensi dari konstitusionalisme yang
menvuat dalam rangka reformasi Indonesia .
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagain lembaga
negara dan anggotanya terdiri atas anggota partai politik peserta pemilu dan dipilih
berdasar pemilu. Sedangkan, DPD dibentuk dan ditampilkan sebagai salah satu lembaga
perwakilan rakyat yang menjembatani kebijakan dan regulasi pada skala nasional oleh
pemerintah pusat di satu sisi dan daerah disisi lain.
Berdasarkan hasil-hasil amandemen UUD sebagai dasar hukum konstitusional,
khususnya mengenai restrukturisasi MPR, komponen utusan daerah dan utusan golongan
ditiadakan dan dilahirkan komponen baru yaitu DPD sebagai partner legislatif disamping
DPR. Dalam hal melaksanakan tugasnya untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang,
DPD mengajukannya kepada DPR selanjutnya DPR akan melakukan pembahasan RUU
usulan DPD tersebut bersama dengan DPD. DPR dalam melaksanakan tugasnya misalnya
dalam melakukan keputusan atas RUU tentang APBN maka DPR harus memperhatikan

pertimbangan dari DPD begitu pula dalam membahasnya, DPR juga harus ikut serta
membahsanya bersama DPD. Begitu pula dalam pemilihan anggota BPK ,DPR dan DPD
juga melakukan pembahasannya secara bersama-sama. Dengan demikian, dapat dilihat
keterkaitan yang terdapat diantara DPR dan DPD.

PENUTUP
I. Kesimpulan
Bila dimengerti dengan cermat, pokok-pokok kewenangan DPD yang diatur dalam
pasal 22 D UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketidaksetaraan antara DPR
dan DPD. Walaupun DPD memiliki hak untuk beinisiatif, pada akhirnya DPR yang lebih
dominan dalam membuat keputusan akhir.
II. Saran
Bila dilihat dari kesimpulan, alangkah baiknya peranan DPD lebih diperkuat. Oleh
karena itu, semua pihak yang berkepentingan perlu untuk mengkaji ulang posisi
konstitusional DPD sebagai perwakilan dari daerah yang memiliki tugas dan bertanggung
jawab dalam menyampaikan aspirasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie,Jimly,2006,Perkembangan dan konsolidasi lembaga negara
pasca reformasi,Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan MKRI
Lubis, M.Solly 2008, Hukum Tata Negara, Jakarta: CV. Mandar Maju
UU RI No. 27 Tahun 2009
Undang-Undang Dasar 1945